1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memberikan sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur memberikan kehidupan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Keanekaragaman budaya dari masyarakat Indonesia menjadikan sebuah negara yang mampu hidup berdampingan dalam perbedaan-perbedaan yang ada, yakni dalam Kebinekaan.
Menurut Koentjaraningrat (2002:144) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut: “masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau istilah ilmiah saling berinteraksi. Satu kesatuan manusia dapat mempunyai saranaprasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi”.
Berbicara tentang masyarakat, banyak hal yang dapat di kaji dalam Sosiologi, baik perilaku dan juga dinamika kehidupan manusia. Masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami kendala dan perlu beradaptasi dengan lingkungan, selalu berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
bekerja. Dalam proses
pemenuhan kebutuhan biasanya individu akan mengalami sakit. Dimana sakit itu sendiri tidak di inginkan kehadiranya karena dapat mengganggu aktifitas sosial masyarakat.
2
Sejak zaman dahulu masyarakat umum telah mengenal sakit dengan berbagai gejala yang dapat dirasakan oleh individu. dimana sakit dianggap sebagai hambatan bagi manusia, karena dengan sakit dapat mengganggu aktifitas manusia. Pada saat orang mengira bahwa dirinya sakit, maka orang akan mencoba mengurangi atau mengontrol gejala tersebut dengan pengobatan sendiri. Disini terdapat dua konsep dan pengertian yang berbeda yaitu „sakit‟, dan „penyakit‟. Menurut David Filed dalam Fauzi Muzaham (1995:179) Yakni sebagai berikut: “Istilah sakit (illness) dimaksudkan sebagai suatu perasaan pribadi seseorang yang merasakan kesehatannya terganggu, yang tampak dari keluhan sakit yang dirasakan, seperti tidak enak badan dan sebagainya. Istilah penyakit (disease) penyakit dimaksud sebagai suatu konsepsi medis menyangkut suatu keadaan tubuh yang tidak normal karena sebab-sebab tertentu yang dapat diketahui dari tanda-tanda dan gejalanya oleh para ahli. Dengan demikian ada kemungkinan seseorang dinyatakan dalam keadaan sakit tanpa mengidap suatu penyakit atau sebaliknya, ia mengidap suatu penyakit tanpa merasa dirinya dalam keadaan sakit”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Suchman dalam Fauzi Muzaham (1995:45) menjelaskan
tentang dimensi gejala yang menjadi
pertanda adanya ketidak
beresan dalam diri seseorang (sakit), antara lain:
1. Adanya rasa sakit, kurang enak badan atau sesuatu yang tidak biasa di alami 2. Pengetahuan seseorang tentang gejala tersebut mendorong membuat penafsiran penafsiran yang berakibat pada penyakit serta gannguan terhadap fungsi sosial nya 3. Perasaan terhadap gejala tersebut berupa rasa takut atau cemas.
Keadaan sakit atau penyakit yang diperoleh masyarakat dapat bersumber dari banyak hal baik dari diri sendiri ataupun gangguan dari luar yang sifatnya gaib.
3
Sakit dapat terjadi karena keadaan tubuh yang tidak seimbang atau mengalami gangguan, sakit juga dapat terjadi karena gangguan dari luar yang sifatnya intervensi dari dunia gaib yang dilakukan oleh tukang sihir. Ada dua sistem dimana sakit dapat di derita oleh individu menurut Foster dan Anderson (1986:6364) antara lain:
1. Sistem medis Personalistik Sistem personalistik adalah suatu sitem dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif yang dapat berupa mahluk supra natural (mahluk gaib), mahluk yang bukan manusia (roh jahat) maupun mahluk manusia ( tukang sihir). Orang sakit adalah korbannya, objek dari agresi atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya untuk alasan yang khusus bagi dirinya saja.
2. Sistem medis Naturalistik Dalam sistem naturalistik, penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi. Sistem ini mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang seimbang dalam tubuh, seperti panas, dingin dan juga cairan tubuh (humor atau do sha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosial nya. Apabila kesimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
Disini sakit juga dapat dikatakan sebagai gangguan dimana sakit yang mengakibatkan terganggunya aktifitas sosial. Dengan keadaan yang demikian masyarakat
membutuhkan
penanganan
dan
juga
tindakan
yang
dapat
menghilangkan (penyembuhan) sakit atau penyakit, dengan memahami gejala dan juga tanda-tanda dari sakit yang dirasakan. maka masyarakat mencoba mengolah sendiri obat untuk mengobati sakit yang diderita.
4
Pendekatan dalam Sosiologi terhadap perilaku sakit umumnya dipusatkan pada masalah pengertian
mengenai gejala-gejala penyakit serta tindakan yang
dianggap tepat sesuai dengan nilai dan norma pada masyarakat tertentu.
Sebelum mengenal dokter dalam dunia medis, masyarakat tradisional telah lebih dulu memilki cara tersendiri dalam melakukan penyembuhan. Dulu masyarakat sudah mengenal Dukun, Tabib, Sensei dan juga pengobat tradisional lainya yang kebanyakan menggunakan cara tradisional dengan meramu tumbuhan obat sampai dengan penggunaan jampi-jampi (do‟a-do‟a) terhadap roh leluhur dalam memperoleh kesembuhan.
Praktek yang dilakukan dalam penanganan sakit biasanya masyarakat banyak memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang ada, seperti tumbuhan dan hewan. Dimualai dari pengalaman pribadi, ada pula cara yang diperoleh dari warisan (turun temurun). Pemanfaatan SDA dalam proses pengobatan ini berkaitan dengan lingkungan manusia, dimana masyarakat memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber material pengobatan. Ini dapat dibuktikan dengan adanya sistem pengobatan tradisional yang menggunakan tumbuhan obat (herbalis).
Menurut penjelasan
Koentjaraningrat dalam
Rusdi Muhtar (1994), bagi
Indonesia kepedulian terhadap lingkungan sudah ada sejak zaman dahulu. Adanya pandangan bahwa manusia sebaiknya menyelaraskan diri dengan alam sekitarnya membuktikan betapa kebudayaan sudah mengatur perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungan.
5
Pendapat tersebut dapat menunjukan bahwa budaya masyarakat telah mengatur hubungan manusia dengan lingkungan, diharapakan sebuah keselarasan
agar
manusia tetap dapat merasakan nikmat dari alam tanpa merusak alam dengan selalu menjaga kelestarian alam sekitarnya.
Pada dunia modern sekarang, banyak masyarakat menggunakan jasa pengobatan modern, dengan pergi ke dokter apabila mereka sakit. Pusat-pusat pelayanan kesehatanpun sekarang sudah banyak ditemui, jadi masyarakat mulai beralih menggunakan pengobatan modern. Hal ini juga di iringi dengan perkembangan ilmu kedokteran, dimana sekarang terjadi perbaikan dan peningkatan fasilitas kesehatan.
Pada kenyataan di lapangan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat indonesia masih belum sepenuhnya meniggalkan cara-cara tradisional dalam menanggapi sakit dan juga penyakit. Tidak hanya dalam menyikapi sakit, masyarakat indonesia juga masih mempercayai tahayul yang masih ada di masyarakat. Dengan demikian dunia pengobatan tradisional belum di tinggalkan, dan sekarang pengobatan alternatif
tradisional digunakan kembali sebagai alasan bahwa
pengobatan modern memilki efek samping karena menggunkan zat kimia. Herbalis tradisional mulai dikembangkan dan juga menjadi pilihan masyarakat selain berobat dengan ahli medis seperti dokter dan ahli medis lainya, (back to nature). Begitu pula yang terjadi pada masyarakat lampung.
Masyarakat Lampung sejak zaman dahulu juga sudah mengenal tentang cara-cara, penanganan dan juga tindakan tentang sakit dan penyakit. Ada pengobat tradisional yang menggunakan tumbuhan obat sebagai media. Ada juga sebagai
6
pengobat tardisional yang memadukan antara penggunakan tumbuhan obat dan sistem pengobatan spiritual. Ada dukun beranak yang membantu dalam proses persalinan bagi ibu melahirkan.
Pendapat Koenjtaraningrat (1990:264) memandang kelompok etnik sebagai berikut: “kelompok etnik (ethnic group) atau suku bangsa adalah kelompok orang yang terikat kesadaran dan jadi diri (identity) akan “kesatuan kebudayaan”, persamaan gagasan, pola pikir, sistem konseptualisasi dan makna yang mendasari dan diungkapkan dalam tatacara kehidupan memepersatukan orang dalam kelompok etnik, dan ciri-ciri ke-etnikan itu menandai kekhasannya”.
Masyarakat Lampung asli pada awalnya hidup bergantung dengan alam, melakukan sistem ladang berpindah. Berladang dilakukan dengan mengolah lahan belukar menjadi lahan produktif
dengan memperhatikan
kelestarian alam.
Ladang berpindah dilakukan karena pada saat itu kawasan Lampung masih belum terjangkau keseluruhan sehingga memungkinkan bila membuka belukar untuk dijadikan lahan perladangan. Ngumo adalah istilah yang ada pada masyarakat untuk menyebut sistem ladang berpindah. Kedekatan masyarakat Lampung dengan alam ternyata dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam memenuhi kebutuhan dasar dan juga kebutuhan akan kesehatan. Mereka menggunakan banyak macam-macam tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat herbal yang alami. Karena zaman dulu belum ada dokter jadi masyarakat Lampung harus beradaptasi dengan lingkungan alam sekitar agar dapat bertahan hidup.
7
Masyarakat Lampung yang hidup pada zaman sekarang masih ada yang mempertahankan cara dan tehnik pengobatan tradisional, terutama bagi masyarakat Lampung, yakni Masyarakat Sungkai Bunga Mayang.
Sejarah penamaan Sungkai Bunga Mayang adalah sebagai berikut: Awal disebut SUNGKAI, disebabkan Nenek Moyang suku Sungkai masuk melewati pinggiran Way Sungkai. Terkadang kelompok suku Lampung Sungkai ini disebut juga Lampung Bunga Mayang, sebab kelompok suku Lampung Sungkai ada di marga Bunga Mayang atau satu-satunya marga milik mereka adalah marga Bunga Mayang, (Sayuti Ibrahim, 2010).
Masyarakat Sungkai Bunga Mayang sekarang mendiami daerah administratif yang masuk dalam Kabupaten Lampung Utara. Kearifan lokal yang masih di pertahan oleh masyarakat Sungkai Bunga Mayang yang masih ada merupakan sebuah potensi sosial yang semestinya dapat di kembangkan dan juga di berdayakan.
Menurut pandangan Ahimsa (2007:158-161) kearifan lokal adalah:
Kaearifan lokal adalah perangkat pengetahuan pada suatu guyuban (komunitas) baik yang berasal dari generasi-generasi lampau maupum dari pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan dan guyuban lain untuk meyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapi.
Kepercayaan akan tahayul dan pantangan bagi masyarakat Sungkai Bunga Mayang sebagian masih digunakan, seperti ketika seorang ibu sedang hamil, maka diharuskan pada saat bepergian membawa sebuah gunting. Tahayul dan pantangan seperti ini masih di pegang.
8
Belum lagi bagaimana masyarakat Sungkai Bunga Mayang dalam memaknai sehat dan sakit. Sehat dapat dikaitkan dengan perlindungan dari roh leluhur, sakit pula dapat dikaitkan dengan gangguan dari roh jahat dari luar. Sehat juga dapat dimaknai dengan sederhana karena memang tubuh sedang dalam keadaan yang baik secara fungsinya, sakit juga dapat dimaknai dengan keadaan tubuh yang memang sedang sakit atau mengidap penyakit. Dalam hal ini masyarakat Sungkai Bunga Mayang mempunyai penanganan tersendiri dalam menanggapi masalah sakit. Praktik penyembuhan yang dilakukan di sesuaikan dengan gejala dan tandatanda yang timbul dari sakit.
Kehidupan yang masih kental dengan hal mistis membuat masyarakat Sungkai Bunga Mayang percaya akan pengobatan menggunakan ilmu supranatural, biasanya bila sakitnya tak wajar maka pergi ke seorang dukun, dengan harapan mendapat jawaban atas penyebab sakit dan tetntunya kesembuhan yang paling utama.
Belum lagi masalah persalinan ibu melahirkan, dulu belum ada tenaga medis seperti bidan dan dokter, maka etnis lokal itu datang ke dukun beranak bila ada anggota keluarga yang sudah masuk masa melahirkan. Hal itulah yang memang ada dari zaman dahulu dan tentunya itu yang dapat membantu mereka yang secara turun temurun dan masih digunakan.
perdukunan dan juga tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Sungkai Bunga Mayang menjadi hal menarik untuk di teliti sebagai bentuk kearifan lokal. Selain itu juga penelitian yang serupa belum pernah dilakukan khususnya di Provinsi
9
Lampung, dan masyarakat Sungkai Bunga Mayang mennjadi fokus tempat penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek pengobatan tradisional pada masyarakat Sungkai Bungan Mayang? 2. Bagaimana pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional pada masyarakat Sungkai Bunga Mayang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji praktek pengobatan tardisional yang dilakukan pada masyarakat sungkai Bunga Mayang. 2. Untuk mengkaji pengetahuan lokal masyarakat Sungkai Bunga Mayang dalam
pemanfaatan
tumbuhan
obat
dan
pengobatan
tardisional.
10
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai pengetahuan baru yang dapat dijadikan referensi bagi masyarakat umum, khususnya masyarakat lampung, dalam mengetahui praktek pengobatan tardisional pada masyarakat Sungkai Bunga Mayang.
2. Sebagai pengetahuan bagi akademisi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmi Politik, khususnya dalam bidang Sosiologi Kesehatan dan Sosiologi Budaya, dan juga disiplin ilmu sosial yang bergerak di bidang Etnomedisin.
2. Manfaat paraktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan tentang Etnomedisin. Yang nantinya dapat digunakan sebagai referensi baru dalam dunia kesehatan medis, sebagai bentuk pengobatan dampingan ( alternatif).