HUBUNGAN MENONTON TELEVISI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS (Studi Korelasional Pada MTs Hidayatul Umam Cinere Depok )
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh ABDUL AZIZ NIM: 109015000142
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
HUBUNGAN MENONTON TELEVISI TERHADAP HASIL
BELAJAR IPS (Studi Korelasional Pada MTs Hidayatul (Jmam Cinere Depok
<.-_
)
/
(
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
ABDUL AZIZ
NIM: 109015000142
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
NIP. 19670828 199303 2 006
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAIIUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
T
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan.iudul "Hubungan Menonton Terevisi rerhadap Hasil Berajar IPS" (Studi Korelasional di MTs Hidayatul Umam cinere, Depok). Disusun oleh Abdul Aziz NIM r09015000r 42, diajukan kepada Fakultas irmu Tarbiyarr dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarla. Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggar 6 Februari 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperolah Gelar Sarjana pendidlkan (S.pd.) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarla, 6 Februari 201 4
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Ketua Sidang (Ketua Jurusan pendidikan IpS)
Dr.Iwan Purwanto. M.pd NIP. 1 9730424 2008 01 1 012
1
I
-3 - 7!t+
Tanda Tangan
+---
Sekretaris Sidang (Skretaris Jurusan penrlirlikan IpS) Drs. H. Syaripulloh. M.pd NIP.19670909 2007 0t 1033 Penguji
eAh
I
Dr. Muhamad Arif, M.pd NrP. 1 97006 061997021002
Penguji
1-3.
/""""""""'
/:7 :?:i7
II
Tri Hariawati. M.Sc
tl:7:?!q Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nurlena Rifa'i MA, ph.D NIP.19520520 198103 1001
jtP
::
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIYAH Saya yan! bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Abdul Aziz
Nim
10901
Jurusan
Pendidikan IPS (Geografi)
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
s000t42
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi
ini yang berjudul "Hubungan Menonton Televisi Terhadap
Hasil Belajar IPS" merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya
di Universitas
Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,T Januai2}l4
NrM. 1090ts000t42
r:,:.J-
ABSTRAK
Abdul Aziz, Hubungan Meononton Televisi Terhadap Hasil Belajar IPS. Skripsi program studi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok. Teknik memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan teknik library research dan field research untuk pemilihan sampel. Adapun pengambilan sampel 40 siswa. Instrument penelitian yang diberikan berupa kuesioner untuk menoton televisi (X) dan hasil belajar IPS (Y). Kemudian setelah mendapat hasil angket dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata dengan df sebesar 38, pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel = 0,312, jika dilihat dari pada harga r tabel tersebut , rxy lebih besar dari pada r tabel, pada taraf signifikan 5% (0,411>0,312). Dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak. Artinya ada hubungan positif yang cukup signifikan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS di MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok.
Kata kunci: Menonton televisi. Hasil belajar IPS
iii
ABSTRACT
Abdul Aziz, Relationship of Watching Television with the Result IPS Learning. Thesis courses Geography, Department of Social Sciences Education (IPS), Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. The research objective is to examine the relationship between watching television with the result IPS learning. In this study the method used is the method of correlation with a quantitative approach. This study was conducted in Hidayatul Umam MTs Cinere, Depok. Sampling technique in this study using library research and field research for sample selection. The sampling of 40 students. Research instrument in the form of a questionnaire given to the watching televison (X) and result IPS learning (Y). Then after getting the results of a questionnaire by checking the table of values "r" product moment turns with df of 38, a significant level of 5% was obtained "r" table = 0.312, when seen from the table at a price r, r xy is greater than r table, at the 5% significance level (0.411> 0.312). Thus the alternative hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected. This means that there is a significant positive relationship between watching television with the the result IPS learning in junior Hidayatul Umam Cinere, Depok.
Keywords: Watching Television. The Result IPS Learning
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki.Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS juga sebagai dosen Pembimbing Akademik, beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 3. Ibu. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini. 4. Kepada seluruh dosen yang mengajar di fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
v
5. Kepada seluruh staf perpustakaan umum dan fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis mengucapkan banyak terima kasih. 6. Bapak. Dedi Jayadi, S.Ag
selaku kepala MTs Hidayatul Umam
beserta para stafnya, terutama Bapak Arman HS, S.Pd selaku guru IPS. Saya mengucapkan terima kasih juga kepada seluruh dewan guru dan para siswa/siswi MTs Hidayatul Umam yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa terima kasih dan rasa hormat saya. 7. Kepada orang tua saya Ibunda Supatmi dan Ayahanda Poniman (Alm) yang olehnya saya dibesarkan oleh kasih dan sayangnya. 8. Kepada sahabat-sahabat , Awang Julian, Mukhamad Azhar, Busjulis, Rifqi Faslika, Faisal Sudrajat, M. Wahyudin. Yang telah banyak kebersamaan dalam suka tanpa duka. 9. Kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2009 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Abduh Abduhrahman, Lutfi, Mahbub, Mbak Rini, Mbak Ulin, Bung Angga dan teman-teman lainnya yang telah memberikan motivasi baik waktu juga tenaga. 10. Kepada Mendiang Jim Morrisson, Kurt Cobain, Bob Marley, Andy Warhol, Lou Reed, John Lennon. Tanpa karya kalian pasti saya akan sepi ketika mengerjakan skripsi. 11. Kepada motorku tercinta Jim (rip) yang dengannya saya bisa kemana saja, kepada seluruh pembuat kopi didunia, kepada petani tembakau, kepada hujan, kepada panas. Mungkin kalian adalah salah satu faktor penyebab skripsi saya selesai. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.Apabila terdapat kekutangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Jakarta, 7 Januari 2014 Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan......................................................................... Halaman Pernyataan.......................................................................... Abstrak.............................................................................................. Kata Pengantar.................................................................................. Daftar Isi............................................................................................ Daftar Tabel....................................................................................... Daftar Lampiran......................................................................................
I ii iii v vii ix x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... B. Identifikasi Masalah............................................................................ C. Pembatasan Masalah........................................................................... D. Peumusan Masalah.............................................................................. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................
1 7 8 8 8
BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Menonton Televisi................................................................. 1. Pengertian Menonton Televisi..................................................... 2. Frekuensi Menonton Acara Televisi............................................ 3. Pola Menonton Televisi Keluarga................................................ 4. Waktu dan Jenis Acara Televisi.................................................. 5. Minat Menonton Acara Televisi.................................................. 6. Pengertian Media Televisi........................................................... B. Pembelajaran IPS............................................................................... C. Hasil Penelitian yang Relevan............................................................ D. Kerangka Berpikir............................................................................... E. Hipotesis..............................................................................................
10 10 15 15 16 18 19 22 38 38 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ B. Variabel Penelitian.............................................................................. C. Populasi dan Sampel........................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................ F. Hipotesis Statistik................................................................................
40 40 43 44 46 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah...................................................................................... 50 B. Deskripsi Data..................................................................................... 55
vii
C. Interpretasi Data.................................................................................. 80 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan............................................................................................. 82 B. Saran.................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
viii
84
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Menonton Televisi...........
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Angket................................................... 45
Tabel 3.3
Skor AlternatifJawaban Responden…...............................
46
Tabel 3.4
Tabel Interpretasi Perhitungan Korelasi......................…
48
Tabel 4.1
Tata Terib dan Poin Pelanggaran MTs Hidayatul Umam..
54
Tabel 4.2
Hasil Angket Pernyataan Satu............................................ 56
Tabel 4.3
Hasil Angket Pernyataan Dua............................................
56
Tabel 4.4
Hasil Angket Pernyataan Tiga...........................................
57
Tabel 4.5
Hasil Angket Pernyataan Empat.....................................
57
Tabel 4.6
Hasil Angket Pernyataan Lima…................………..........
58
Tabel 4.7
Hasil Angket Pernyataan Enam............................…….....
58
Tabel 4.8
Hasil Angket Pernyataan Tujuh...................................
59
Tabel 4.9
Hasil Angket Pernyataan Delapan...................................... 60
Tabel 4.10
Hasil Angket Pernyataan Sembilan....................................
60
Tabel 4.11
Hasil Angket Pernyataan Sepuluh......................................
61
Tabel 4.12
Hasil Angket Pernyataan Sebelas.......................................
61
Tabel 4.13
Hasil Angket Pernyataan Dua belas...................................
62
Tabel 4.14
Hasil Angket Pernyataan Tiga belas................................... 62
Tabel 4.15
Hasil Angket Pernyataan Empat belas...............................
63
Tabel 4.16
Hasil Angket Pernyataan Lima belas.................................
63
Tabel 4.17
Hasil Angket Pernyataan Enam belas................................
64
Tabel 4.18
Hasil Angket Pernyataan Tujuh belas................................
65
Tabel 4.19
Hasil Angket Pernyataan Delapan belas............................
65
Tabel 4.20
Hasil Angket Pernyataan Sembilan belas........................... 66
Tabel 4.21
Hasil Angket Pernyataan Dua puluh..................................
66
Tabel 4.22
Tabel Hasil Belajar UTS...................................................
66
Tabel 4.23
Tabel Hasil Reliabilitas.....................................................
69
Tabel 4.24
Tabel Hasil Analisis Item Analisis Variabel X dan Y......
70
ix
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner Menonton Televisi...........
Lampiran 2
Instrumen Kuesioner Menonton Televisi........................... 88
Lampiran 3
Hasil Instrumen Kuesioner Menonton Televisi.................
90
Lampiran 4
Hasil Ujian Tengah Semester Siswa..................................
91
Lampiran 5
Tabel Perhitungan Variabel X dan Y.................................
92
Lampiran 6
Perhitungan Korelasi “r” Product Moment.......................
94
Lampiran 7
Pengujian Hipotesis...........................................................
95
Lampiran 8 Kisi – Kisi Pertanyaan Wawancara...............................
x
87
97
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengetahuan di negara kita terus berubah dan semakin berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan semakin ketat, apalagi dalam menghadapi era globalisasi yang didalamnya terdapat proses yang mendorong umat manusia untuk beranjak dari cara hidup dengan wawasan nasional semata-mata kearah cara hidup dengan wawasan global yang menuntut umat manusia untuk menggantikan pola-pola persepsi dan polapola berpikir tertentu, dari pola-pola yang bersifat nasional semata-mata ke pola-pola yang becakupan global.
1
Selain itu perdagangan bebas, untuk itu
perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya. Pendidikan dalam arti luas didalamnya terkandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan pelajaran yang paling pokok. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, isinya adalah: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, 1
Buchari Mochtar, Transformasi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995),
hlm. 140
1
2
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab2. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karna itu pemerintah sejak orde baru telah mengadakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pendidikan” Seorang guru perlu menyadari bunyi dan isi pasal ayat Undang-Undang dasar tersebut, setiap murid berhak mendapatkan pengajaran yang sama. Dalam tugasnya sehari-hari guru dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu ia harus memberi pengajaran yang sama kepada murid yang berbeda. Perbedaan itu berasal dari lingkungan kebudayaan, lingkungan sosial, jenis kelamin dan lainlain. Peran pendidikan IPS adalah memperkuat kemampuan intelektual SDM yang berkualitas. Persoalannya bagaimana mengembangkan pendidikan IPS untuk menjadi pendidikan intelektual dan pendidikan nilai sosial yang handal dan dirasakan manfaatnya oleh peserta didik dan masyarakat. Dengan itu diperlukannya peningkatan produktivitas guru, siswa, dan kurikulum. ”Batasan menurut Undang-Undang itu tampak jelas, bahwa kurikulum memiliki dua aspek pertama sebagai rencana (as a plan) yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru dan kedua pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduannya digunakan sebagai upaya pencapaiaan Tujuan Pendidikan Nasional”.3 Dalam Sistem Pendidikan Nasional guru sebagai komponen utama dalam pelaksanaan pendidikan. Tapi guru masih merupakan permasalahan Pendidikan Nasional yang penting untuk diperhatikan oleh pemerintah dan ahli pendidikan, dan terutama bagaimana untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitasnya. Dari sederetan masalah yang dihadapi 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, (SISDIKNAS) Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: PT Fokusmedia, 2003), h.6 3 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 8
3
tentang guru dan tenaga pendidikan, yang paling mengemuka adalah tentang profesionalisme, kualitas dan kesejahteraan guru. Kegagalan dan keberhasilan pendidikan lalu, kerap dikaitkan dengan kemampuan guru dalam mengarahkan proses pembelajaran di kelas atau proses pendidikan secara keseluruhan.4 Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator pembelajaran di sekolah harus meningkatkan kemampuan professional secara terus menerus yang artinya secara kontekstual bagaimana melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Demikian juga kurikulum sebagai seperangkat acuan dalam pelaksanaan pendidikan harus mencerminkan kebutuhan siswa dengan segala kompleksitasnya dalam kehidupan sosial dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Seperti dikatakan Zais, ”kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran harus bermuara pada perolehan pengalaman peserta didik yang sengaja dirancang untuk mereka miliki”.5 Seiring dengan perkembangan keilmuan Pendidikan IPS dilihat dari dimensi
keilmuan
hendaknya
kita
tidak
tabu
akan
kritik
bagi
pengembangannya, sebab berkaitan dengan metode ilmiah yang tidak bebas nilai yang bergantung pada dasar asumsi tentang realitas yang dikajinya, maka sangat diperlukan kajian kritis untuk memperoleh pemaknaan yang tepat. Berkaitan dengan itu pendidikan IPS dihadapkan pada tantangan bahwa pendidikan IPS akan memiliki kekuatan epistimologi yang kokoh, apabila dikembangkan dengan paradigma modern yang berbasis pada keterkaitan sains, teknologi dan agama. Untuk mengikuti perkembangan zaman modern maka pembelajaran IPS harus ber-perspektif global. Perpektif global merupakan pandangan dimana guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global. (Idealnya tercermin dalam motto “thingking globally and act locally”). Kumpulan para pakar ilmu sosial seluruh dunia di Amerika yang tergabung dalam wadah “National Council for the Sosial Studies”(NCSS) pada tahun 1994 memberikan sejumlah rambu-rambu kapan pembelajaran IPS akan menjadi sangat kuat (powerful) apabila; 1) Terasa bermakna, yaitu bila siswa mampu menghubungkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang 4
Nurjanah, ”Eksistensi Guru,Siswa dan Kurikulum di Sekolah Menengah”, http://infodiknas.com/?load=newsdetail&NewsID=4243, 23 Juli 2008. 5 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 9
4
dipelajari di sekolah dan luar sekolah, penyampaian bahan ajar ditujukan pada pemahaman, apresiasi dan aplikasinya dalam kehidupan. 2) Pendekatan Integratif, yaitu terintegrasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, kepercayaan dan keperbuatan nyata, 3) Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu kontroversial yang memberikan ruang berefleksi dan bereaksi sebagai anggota masyarakat, bersikap kritis terhadap isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan pandangan, 4) Bersifat menantang; siswa ditantang untuk mencapai tujuan pembelajaran baik secara individual maupun sebagai anggota kelompok, guru sebagai model untuk mencapai kualitas sesuai standar yang diinginkan, guru lebih menghargai pendapat siswa dengan alasan yang baik daripada pendapat asal-asalan. dan 5) Bersifat aktif, memberi kesempatan berfikir dan terlibat dalam pengambilan keputusan selama pembelajaran, pengajaran harus berbasis aktivitas yang dapat ditemui di lingkungan sosial. 6 Maka dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi sehingga ia dapat menentukan sikap belajar. Kelemahan–kelemahan mengikutsertakan
pembelajaran
siswa
dalam
IPS
proses
selama
ini
pembelajaran.
adalah Guru
kurang tidak
mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Kebanyakan para pendidik menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta–fakta belaka. Selain itu kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Kebanyakan para pendidik menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta– fakta belaka. Sehingga siswa kurang merespon dan merasakan pembelajaran IPS bermakna.
“Pembelajaran IPS Tetap Bermakna”,http://www.upy.ac.id/site/index.php? pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=8, 22 Maret 2008. 6Kisworo,
5
Untuk mencapai hasil yang tinggi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor intren yaitu faktor yang terdapat dari dalam peserta didik seperti intelegensi, bakat, minat, dan lainnya. Dan faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat di luar peserta didik diantaranya faktor orang tua, sekolah, lingkungan, dan media massa diantaranya televisi, radio, majalah, dan komik. Televisi merupakan salah satu media informasi dan srana komunikasi umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Televisi adalah media yang paling akrab dengan umat manusia. “kotak ajaib” ini dapat ditemukan di setiap rumah. Sebagai media audiovisual, daya jangkauannya mampu menembus ruang-ruang paling pribadi setiap rumah. Cara kerjanya yang mudah yakni memadukan antara gambar dan suara membuat penyampaian info lebih mudah difahami oleh seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Disisi lain dengan perkembangan ilmu pengetahuan juga teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi, menonton televisi merupakan kegiatan dimana sebagian orang menghabiskan waktunya baik setelah menyelesaikan tugasnya maupun ketika tidak mempunyai kegiatan lainnya. Untuk itulah pemerintah telah menagatur Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan penyelenggraan penyiaran dimana penyiaran merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila dalam upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bedasarkan UndangUndang Dasar 1945. Hal ini tercantum dalam BAB II Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 tahun 1997 tentang Asas, Tujuan, Fungsi Penyiaran. Pasal 2: Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan asas manfaat, adil, dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Pasal 3: Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
6
bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Pasal 4: (1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Pasal 5: penyiaran diarahkan untuk: a. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia; d. Menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa; e. Meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional; f. Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup; g. Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran; h. Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi; i. Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab; j. Memajukan kebudayaan nasional7. Banyak waktu yang seharusnya untuk belajar tetapi dipergunakan untuk menonton acara-acara ditelevisi yang sifatnya hiburan dan bukan pengajaran, sehingga minat belajar anak sangat kurang. Anak-anak meniru berbagai adegan sadis/sensual/erotik, yang setiap saat dapat disaksikan melalui layar televisi 7
Heru Effendy, Industri Pertelevisian Indonesia Sebuah Kajian (Jakarta; Penerbit Erlangga, 2008) hal. 91-92
7
miliknya. Mereka mulai merasa bergengsi apabila makan makanan yang sering muncul ditelevisi. Anak-anak mulai pandai menyebut merk-merk terkenal. Ironisnya anak-anak lebih suka berada di depan layar televisi dibanding dengan harus belajar, sehingga kehilangan waktu efektif untuk belajar.8 Menurut penelitian Starkey dan Swinford (1974), semakin sedikit seorang anak melewatkan waktu luangnya untuknya untuk menonton televisi, semakin tinggi tingkat kemampuan membaca si anak, sementara semakin sedikit jam menonton televisi seorang anak, semakin berprestasi ia dalam melakukan tugas-tugasnya (Scoot,1956).9 Kecanduan menonton televisi ini akan menjadi bila anak sampai tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Dampak lain yang ditimbulkan oleh televisi adalah anak-anak kurang berkomunikasi diantara anggota keluarga, egois, tidak kreatif, dan konsumtif. Waktu belajarpun akan ikut terpotong oleh jam-jam tertentu dimana acara televisi sedang diputar. Melihat bahwa televisi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terutama pelajaran IPS Terpadu. Maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian eksperimen “HubunganMenonton Televisi Terhadap Hasil Belajar IPS” (Studi Korelasional di MTs Hidayatul Umam Cinere).
B. Identifikasi Masalah 1. Apakah menonton televisi dapat mempengaruhi hasil belajar IPS? 2. Apakah menonton televisi dapat menurunkan hasil belajar IPS? 3. Apakah menonton televisi memiliki hubungan dengan hasil belajar IPS siswa di sekolah?
8
Deddy Mulyana, Bercinta dengan Televisi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal.
195 9
Perpustakaan Nasional, (Editor: Sintha Ratnasari), “Sekolah” Alternatif untuk Anak, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), cet. Ke-1, h. 133.
8
C. Pembatasan Masalah Pada dasarnya permasalahan antara kebiasaan menonton televisi, dan hasil belajar IPS begitu kompleks, maka penulis membatasi penelitian ini pada pokok pernyataan sebagai berikut: 1. Kebiasaan menonton televisi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah, kebisaan dalam bentuk: frekuensi menonton televisi, pola menonton acara yang ditonton televisi keluarga, waktu menonton acara televisi, jenis acara yang ditonton, dan minat menonton acara televisi. Televisi yang dimaksud adalah acara televisi dari semua stasiun televisi, baik stasiun pemerintah maupun swasta. 2. Hasil belajar IPS dalam hal ini adalah perolehan hasil belajar melalui hasil UTS semester ganjil. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang di ambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kebiasaan menonton televisi siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam Cinere. 2. Bagaimanakah hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam Cinere. 3. Apakah terdapat hubungan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penilitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang aktual tentang: 1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa MTs Hidayatul Umam Cinere. 2. Kebiasaan siswa dalam menonton televisi. 3. Hubungan antara kenbiasaan menonton televisi dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
9
Dapat mengetahui hubungan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS siswa. 2. Manfaat Praktis Dapat dipakai sebagai data dasar untuk menentukan pengembangan sekolah di masa mendatang.
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Menonton Televisi 1. Pengertian Menonton Televisi Semenjak televisi ditemukan, kemajuan dan perubahan yang terjadi sangatlah besar. Kita dapat menyaksikan liputan berita tentang berbagai peristiwa dari seluruh dunia. Kita dapat menyaksikan berbagai film, dari film kartun, drama, biografi, aksi, edukasi, musik, sport, dan lain sebagainya, dari dalam dan luar negeri. Dalam dunia televisi dikenal istilah „Televisi Pendidikan‟ (Educational television atau ETV) dan istilah „Televisi Pengajaran‟ (Instructional Television atau ITV). ETV merujuk kepada siaran non komersial yang melengkapi acara-acara lain (penerangan dan hiburan) televisi, sedangkan ITV merupakan bentuk khusus ETV yang siarannya dirancang untuk digunakan dalam pengajaran langsung dikelas. Secara tradisional ITV mempunyai tiga fungsi dalam pengajaran: sebagai pengayaan (enricment), untuk pengajaran kooperatif, dan untuk pengajaran total. Sebagai pengayaan fungsi media pengajaran lainnya seperti film, slide, bagan, buku tes, dan sebagainya yakni untuk menerangkan, memperjelas, dan mengembangkan konsep atau gagasan. Untuk fungsi kedua, ITV digunakan dengan cara yang sama seperti pada fungsi pertama, namun televisi umumnya memainkan peranan lebih penting, dalam inti fungsi pengajar adalah untuk menunjang pengajaran televisi, bukan sebaliknya. Untuk pengajaran total, televisi bertanggung jawab penuh untuk mengajar siswa, tetapi biasanya siswa
11
diawasi oleh penasihat atau pendamping yang juga menjaga kerapihan kelas.10 Penggunaan televisi di sekolah dasar manfaatnya bagi pendidikan anak, antara lain: 1.
Televisi bersifat langsung dan nyata.
2.
Televisi memperluas tinjauan kelas.
3.
Televisi dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.
4.
Televisi menarik minat, baik terhadap anak maupun terhadap orang dewasa.
5.
Televisi melatih guru.11 Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah pada saat itu
merencanakan pengguanaan siaran televisi dan radio. Pada bulan Oktober
1990
dilakukan
penandatanganan
kerjasama
antara
Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia untuk penyelenggraan pendidikan. Pada awalnya Televisi Pendidikan Indonesia Indonesia (TPI) menyiarkan acara-acara pendidikan, waktu siaran selama 8 jam sehari 38,7% digunakan untuk siaran pendidikan
sekolah dan luar
sekolah, porsi siaran untuk hiburan sebayak 25,5%, dan siaran informasi sebanyak 20,2% dan siaran niaga sebanyak 15,6%.12 Seiring dengan berjalannya waktu, dan dengan makin maraknya stasiun-stasiun TV swasta yang lebih banyak menyiarkan hiburan dan mementingkan rating semata. Kurangnya kebutuhan masyarakat akan televisi pendidikanpun semakin meningkat. Untuk meningkatkan suatu misi mulia dari stasiun televisi (TPI) yang mengatasnamakan pendidikan
banyak
mengalami
perubahan
besar,
dn
televisi
10
Deddy Mulyana, Bercinta dengan Televisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h.
11
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 118. Herry Kuswita, “Televisi Keluarga Indonesia”, Jurnal TEKNODIK, IV, 8 (Mei, 2000),
195. 12
h. 41.
12
pendidikanpun hilang dan berubah fungsi menjadi „Televisi Keluarga Indonesia‟. Dibalik keunggulan yang dimilikinya, televisi berpotensi besar dalam meninggalkan berbagai dampak ditegah berbagai lapisan masyarakat, khususnya anak-anak. Banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh terhadap anak-anak, baik pengaruh positif maupun negatif. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, menonton sama dengan melihat (pertunjukkan, gambar hidup, dsb).13 Menonton acara televisi berarti melihat pertunjukkan atau gambar hidup melalui siaran televisi. Anak-anak suka sekali menonton acara televisi, televisi merupakan salah satu media belajar yang bermanfaat bagi anak dan memberi pengaruh posotif terhadap tumbuh kembang anak. Akan tetapi jika tidak bisa dibatasi dan diawasi justru berbahaya. Tidak sedikit keluarga yang menggunakan televisi tanpa tujuan yang jelas, hanya terdorong oleh kebiasaan. Karena itu kebiasaan juga memegang peranan dalam hal ini. Banyak anak suadah dibiasakan menonton acara televisi sejak masih kecil. Menonton televisi adalah kegiatan baku dikebanyakan rumah, televisi dengan mudah bisa melahap sebagian besar waktu anak. Anakanak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada kegiatan lainnya kecuali tidur. Waktu yang dilewatkan didepan layar televisi berarti waktu yang tidak dimanfaatkan oleh anak untuk bermain, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga.14
Menurut Takahashi Katsu, televisi telah mencuci otak anak menjadi 13
makhluk
egois
tak
berperasaan
dan
tidak
mampu
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 1206. 14 Milton Chen, Anak-anak Menonton Televisi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 25.
13
mengembangkan
kepekaan
untuk
mentransfer
nilai-nilai
yang
ditawarkan televisi ke dalam dunia nyata. Akibat lainnya adalah hilangnya kebiasaan membaca buku pada anak-anak. Padahal buku merupakan salah satu sarana terpenting untuk mengembangkan perasaan anak-anak, „kebiasaan menonton televisi yang pada dasarnya merupakan kegiatan otak yang pasif, membuat anak malas membaca buku, karena membaca buku adalah kegiatan yang aktif.15 Penelitian yang dilakukan Eleanor E. Maccaby di Amerika Serikat, menyebutkan kebiasaan menonton televisi mengurangi jam bermain anak, serta menyita
waktunya
untuk
melakukan
sosialisasi
dengan
lingkungannya.16 Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak Usia 5 hingga 11 tahun yang banyak menonton televisi kurang memiliki motivasi belajar. Kebiasaan menonton televisi dalam waktu yang lama dapat membuat anak pasif
adna kehilangan kegiatan yang aktif
sehingga mereka enggan membaca buku. Akibatnya kemampuan mereka untuk menciptakan, berpikir, menduga dan merencanakan sesuatu tidak akan berkembang. Televisi yang sebenarnya memperluas pengetahuan anak-anak juga berpengaruh terhadap perkembangan emosi. Walaupun harus diakui bahwa televisi menjadi sarana pengganti sejumlah kegiatan waktu luang yang mulanya dilakukan anak-anak seperti membaca atau melakukan tugas rumah tangga.17
15
Perpustakaan Nasional (editor: Sintha Ratnawati), „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), cet. Ke-1, h. 131. 16 Ibid., h. 165. 17 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, (selanjutnya disebut dengan BPPN), Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai (Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda), (Jakarta: BPPN, 1992), h. 17.
14
Ada 3 dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa, termasuk didalamnya adalah anak-anak, yaitu: 1.
Dampak kognitif, yaitu kemempuan seseorang/pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2.
Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Misalnya model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi/ditiru secara fisik.
3.
Dampak perilaku yaitu prosestertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan pemirsa dalam sehari-hari.18 Televisi itu merupakan jendela dunia. Segala sesuatu yang kita lihat
melalui jendela itu membantu menciptakan gambar di dalam jiwa. Gambar inilah yang membentuk bagian penting cara sesorang belajar dan mengadakan persepsi diri. Apa yang kita peroleh melalui pengamatan pada jendela itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti siaran, usia, kemampuan seseorang pada waktu itu.19 Kebiasaan menonton televisi
adalah pola perilaku sesorang
(siswa/anak) yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyaksikan program acara televisi nasional, baik televisi pemerintah maupun swasta diantaranya TVRI, ANTV, MNC TV, Indosiar, RCTI, SCTV, Global TV, Trans TV, Trans 7, Metro TV, TV One, Kompas TV, dan NET, dalam penelitian ini kebiasaan yang dimaksud adalah frekuensi menonton televisi, pola menonton televisi keluarga, waktu menonton acara televisi, jenis acara televisi, jenis acara televisi yang ditonton, minat menonton acara televisi.
18
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 99. 19 Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, op. cit., h. 13
15
2. Frekuensi Menonton Acara Televisi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris, yang artinya adalah frequency berarti: “kekerapan”, “keseringan”, atau “jarang-kerapnya”.20 Frekuensi dan Intensitas informasi yang kita peroleh akan menentukan apakah perilaku kita akan terpengaruh oleh informasi tersebut (Thorndike, Law of repetition). Informasi yang sama, senada/serupa yang masuk secara berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Sering kali dalam bentuk perilaku tertentu bahkan
semua
informasi
yang
salah
karena
berulang-ulang
disampaikan. Tanpa disadari akan dianggap sebagai suatu kebenaran.21 Frekuensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa sering seorang (siswa) melakukan satu kegiatan dalam satuan waktu tertentu berupa bilangan hari dan jam. Frekuensi menonton televisi adalah suatu perhitungan tentang berapa kali seorang/siswa melakukan kegiatan menonton televisi pada satuan waktu tersebut.
3. Pola Menonton Televisi Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.22
20
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h. 36 21
Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku (Beberapa Pokok Pikiran)”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 (Oktober, 1999), h. 10. 2222 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 38.
16
Sebagaian besar anak hidup dilingkungan keluarga. Pendidikan dikeluarga akan memberikan landasan bagi kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu perilaku anak sangat dominan dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Menurut hasil studi pakar psikitri Universitas Harvard, Robert Coles, temuannya menunjukkan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi, justru terdapat pada keharmonisan dikeluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh buruk televisi. Sebaliknya keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua yang benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan negatif televisi. Lebih lanjut Cole menunjukkan bahwa mempersalahkan kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa mempertimbangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif dikalangan anak dan remaja.23 Sikap orangtua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anaknya. Oleh karena itu, orangtua seharusnya membuat batasan bagi anak-anaknya. Apa yang ditonton anak serta berapa lama waktu menonton adalah tanggungjawab orangtua. Disiplin dan pengawasan orangtua sangatlah mutlak diperlukan, agar tujuan-tujuan menonton televisi ke arah yang positif tercapai.
4. Waktu dan Jenis Acara Televisi Disadari atau tidak banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi menagkibatkan berkurangnya waktu untuk belajar, begitu juga dengan belajar IPS.
23
Oos M Anwas, “Antara Televisi Anak dan Keluarga”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 (Oktober, 1999), h. 35.
17
Beberapa penelitian menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah jam menonton televisi pada anak mengalami peningkatan yang cukup menyakinkan. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat, saat ini rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Tidak ada batasan yang pasti mengenai berapa waktu maksimum untuk anak dalam menonton televisi. Tapi yang bisa dijadikan pedoman bahwa lamanya menonton televisi jangan sampai lebih dari waktu yang digunakan mereka untuk belajar. Jadi kalau dalam sehari anak belajar dua jam, maka paling lama anak boleh menonton televisi yang aman pada anak adalah antara pukul 15.00 – 18.00 karena di atas jam tersebut lebih banyak tayangan untuk dewasa.24 Porsi waktu dan tayangan televisi untuk anak yang sedikit dan terbatas, bukanlah faktor mutlak yang menyebabkan terganggunya kepribadian anak. Salah satunya adalah faktor kualitas tayangan acara anak dan mekanisme seleksi penayangan film anak serta jam siarannya.25 Berapa banyak dan kapan waktu yang paling tepat untuk menonton televisi belum dapat ditentukan. Namun ini semua tergantung pada cara yang dipilih sebuah keluarga untuk menghabiskan waktu mereka bersama. Berapa lama anak boleh menonton televisi tergantung pada kebijakan orang tua untuk menetapkan waktunya. Tapi yang terutama anak yang sekolah harus dibatasi aktivitas menontonnya. Tentang jenis acaranya, penelitian yang dilakukanoleh Yale Family Television
Research
menyebutkan
anak-anak
yang
banyak
menyakasikan program fantasi kekerasan cenderung kurang kooperatif menurut gurunya. Mereka juga relatif kurang baik dalam berinteraksi, kurang gambar, kurang imajinatif, serta memiliki IQ kurang. Sementara untuk mereka yang menyukai film-film kartun yang umumnya memang 24
http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/html/Info Dikdasmen/03-01/06-televisi.htm Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 63. 25
18
digemari anak, hasilnya menunjukkan anak-anak itu kurang antusias belajar, pecandu televisi umumnya lebih gelisah dan memperhatikan masalah disekolah.26 Dari hasil penelitian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dan Litbang Departemen Penerangan RI tahun 1993 tentang tayangan film untuk anak-anak ditelevisi, terungkap bahwa 52% adalh adegan anti sosial dan hanya 48% yang proporsional. Pada umumnya, film-film untuk tontonan orang dewasa ditayangkan mulai pukul 18.00 WIB. Sedangkan pada jam tersebut, biasanya anak belum tidur karena sedang belajar/meunaikan kewajiban keagamaan (mengaji dan sholat, khusus umat Islam). Akibatnya mereka melalaikan kewajiban itu.27
5. Minat Menonton Acara Televisi Sebagai makhluk sosial, perilaku kita banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri kita (organismic forces) maupun dari luar diri kita (environmental forces). Kita berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak karena adanya rangsangan dari luar diri kita.28 Sejak lahir hingga mati seseorang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain atau benda serta peristiwa disekitarnya. Hanya lewat interaksi inilah seseorang (anak) akan menjadi dewasa dan mendapatkan kepribadiannya.29 Televisi adalah media yang petensial sekali tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku sesorang, baik kearah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. 30 Jadi banyak faktor dari dalam dan dari luar (lingkungan) diri individu yang
26
Perpustakaan Nasional (editor: Sintha Ratnawati), „Sekolah‟ Alternatif untuk Anak, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), cet. Ke-1, h. 148. 27 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 62. 28 Ariep S Sadiman, “Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku (Beberapa Pokok Pikiran)”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 (Oktober, 1999), h. 10. 29 Ibid. 30 Ibid., h. 11
19
akan berpengaruh pada perubahan perilakunya, khususnya dalam kegiatan menonton acara televisi.
6. Pengertian Media Televisi
a. Definisi Televisi Pada hakikatnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrsche teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 18831884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai „Bapak‟ televisi.31 Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi, televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disamakan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia.32 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dikemukakan bahwa televisi (television) adalah teknologi sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan suara, melalui kabel atau melalui satelit; menggunakan alat yang menggunakan alat yang mengubah gambar dan bunyi menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar pada tabung kaca.33 Oemar Hamalik mengemukakan: “television is an electric motion picture whit conjoindedor attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultan eously from a remote broadcast point”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi
31
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cinta, 1996), cet. Ke-1, h. 5 32 http://id.wikipedia.org/wiki/televisi-16 33 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 2000), cet. Ke-2, h. 1109.
20
sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara.34 Televisi
sebagai
media
komunikasi
untuk
penyampaian
informasi, pendidikan, dan hiburan, adalah salah satu media visual dan auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas. Mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsaya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Luasnya jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya, menjadikan televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai yang ada.35 Media televisi termasuk dalam media massa dan berswamasama dengan radio dan film, merupakan media elektronik. Kehebatan media ini adalah dapat menyampaikan pesannya secara langsung dengan bantuan teknologi tinggi listrik.36 Dari definisi-definisi di atas, televisi adalah suatu alat elektronik sebagai media komunikasi yang bersifat audiovisual untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan atau gabungan dari tiga unsur tersebut. Karena penyampaian pesannya secara langsung dan cepat serta jangkauannya yang sangat luas, mampu diterima seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, dan mampu merubah perdaban dunia.
b. Fungsi dan Peranan Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, 34
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 116. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, (selanjutnya disebut dengan BPPN), Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai (Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda), (Jakarta: BPPN, 1992), h. 1. 36 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 26. 35
21
menghibur, membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media
televisi
sebagaimana
hasil
penelitian-penelitian
yang
dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.37 Pada prinsipnya media massa termasuk didalamnya media televisi merupakan satu intuisi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasran agar well informed (tahu informasi).38 Hal ini dapat dilihat dalam PP RI No. 11 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran publik, isinya adalah: “RRI, TVRI dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta pelestari budaya bangsa, dengan senatiasa berorientasi kepada kepantingan seluruh lapisan masyarakat.39 Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis.40 Televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainan/satu penemuan serius/sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Pada intinya, televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya.41
37
Elvinaro Ardianto dan Lukiarti Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosadakatya,2004), cet. Ke-1, h. 128. 38 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 98. 39 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005, Undang-Undang Penyiaran dan Pers, (Bandung: PT Fokusmedia, 2005), h. 53. 40 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 99. 41 Ibid., h. 7.
22
Televisi sebagai salah satu lingkungan bagi seseorang berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Proses terbentuknya satu kepribadian tertentu bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan. Seorang anak melihat satu tingkah laku yang sering ditampilkan secara berulang-ulang, tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya dengan demikian, televisi bisa merupakan suatu lingkungan yang membentuk kebiasaan perilaku.42 Bentuk lain peran televisi dalam pembentukan kepribadian anak adalah proses peniruan. Pengaruh proses ini terhadap seseorang berlangsung secara perlahan-lahan.43 Jadi fungsi media televisi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sebagai media informasi 2) Sebagai media pendidikan 3) Sebagai media hiburan Peran media televisi adalah sebagai saluran komunikasi massa, alat pelayanan dalam kehidupan sosial, interaksi diantara lapisan masyarakat
dan
untuk
meningkatkan
pengetahuan.
Televisi
merupakan suatu lingkungan membentuk kebiasaan perilaku khususnya berperan dalam pembentukan kepribadian anak, yang bisa mengarah pada pembentukan pribadi yang positif maupun negatif.
B. Pembelajaran IPS a. Hasil Belajar IPS 1) Pengertian Belajar Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya.Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya. Belajar didefinisikan “suatu proses 42
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, (selanjutnya disebut dengan BPPN), Media Televisi: Tujuan, Isi Pengelolaan Serta Dampaknya Terhadap PerubahanSystem Nilai (Pengaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda), (Jakarta: BPPN, 1992), h. 13. 43 Ibid., h. 14
23
usaha yang dilakukan untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.44 Menurut Gagne belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman “, sedangkan menurut Henry E. Garret “belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik. a) Ciri – ciri Belajar Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu
atau
sekurang-kurangnya
individu
telah
merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya 44
Drs,Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Tarsito, 1996), cet. Ke-1, h.
2.
24
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen.Ini berarti perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.45 b) Tipe – tipe Belajar Dalam
buku
The
Condition
of
Learning
Gagne
mengemukakan delapan tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: 1) Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenal dan memberi respon kepada tanda-tanda. 2) Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban. 3) Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. 4) Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa.
45
Sumardi Surya Brata,op,cit,h.3-8
25
5) Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. 6) Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan menguasai konsep siswa dapat membedakan hal-hal baru yang diperoleh dalam belajar. 7) Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan. 8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan46.
c) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu: 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni aspek fisiologis (kondisi jasmani) yang menandai tingkat kebugaran organorgan dan sendi-sendi yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan aspek psikologis
(kondisi
rohani)
yang dapat
mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, dalam kondisi rohani sisdwa terdiri dari lima faktor, yakni: a) tingkat kecerdasan siswa, b) sikap siswa, c) bakat siswa, d) minat siswa, e) motibasi siswa.
46
22
Pupuh Faturrahman,Strategi Belajar Dan Mengajar.Bandung:CV Alfabeta,2005,h,20-
26
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa baik lingkungan sosial maupun non sosial. 3) Faktor pendekatan belajar Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Jadi karena pengaruh faktor-faktor
tersebut
di
atas,
muncul
siswa
yang
berkemampuan tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru mampu mengantisipasi munculnya gejala kegagalan dengan berusaha dan mengatasi faktor yang menghambat pelajaran.Jika guru dapat mengatasi hal tersebut maka tidak mungkin dalam pembelajaran menghasilkan perubahan yang khas yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa.47
2) Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah geografi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.48
47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 132. 48
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 124.
27
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan
wawasan
yang
berkenaan
dengan
wilayah-wilayah,
sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial. Melihat konteks Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dan sajian secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam rangka mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila. ”Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaiaan Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila”.49 a. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Mata
pelajaran
IPS
di
SMP/MTs
memiliki
beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut : 1) Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah,
ekonomi,
hukum
dan
politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama
49
Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. (Bandung: PPS-UPI dan PT. Remaja Rosdakarya, 2001). h. 103.
28
2) Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bhasan atau topik (tema) tertentu. 3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. 4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat,
kewilayahan,
adaptasi
dan
pengelolahan
lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upayaupaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.50
b.
Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahua Sosial Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui
pemahaman
terhadap
nilai-nilai
sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial 50
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 126
29
yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalahmasalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive
yang kemudian
bertanggung jawab membangun masyarakat.51
3) Hakikat Hasil Belajar IPS Hasil belajar yang merupakan produk dari suatu proses belajar dapat dilihat dari perubahan kondisi pribadi pelaku pelajar dari yang semula ia tidak tahu (berpengetahuan) menjadi tahu (berpengetahuan). Gagne menyebutkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam
disposisi
atau
kapabilitas
manusia.Perubahan
dalam
menunjukkan kinerja (prilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh individu (siswa).Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Bloom dengan kawan-kawannya mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 domain atau kawasan, yaitu kawasan kognitif, efektif dan psikomotor. Kawasan kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual, kawasan efektif berkaitan dengan pengembangan perasaan sikap, nilai dan emosi yang dipelajari 51
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 128
30
(baru), dan kawasan psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik.52 Dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran, Tri Yogo Prabowo menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu “proses perubahan tingkah laku yang diharapkan dikuasai oleh individu melalui proses belajar”.53 Secara umum Reigeluth mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum umum dapat dikategorisasi menjadi tiga indikator, yaitu : a. efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari berbagai sudut b. efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran dan c. daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus.54 Hasil belajar adalah “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”55 Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam buku landasan psikologi proses pendidikan hasil belajar (achievement) “Merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan-kecakapan pontensial kapasitas yang dimiliki seseorang”. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari pelakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motoric. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan perilaku yang diperlihatkan seseorang meruapakan hasil belajar. Disekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa mata pelajaran yang ditempuhnya.” Tingkat penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran dalam mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau 52
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagianak Berkualitas Belajar, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. Ke-4, h. 27-30. 53 Ibid. 54 Nurdin Ibrahim, Op. Cit, h. 488. 55 Mulyono Abdurrahman, pendidikan………h.37.
31
huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf a,b,c,d pada pendidikan tinggi”.56 Dalam kegitan belajar yang terperogram dan terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Jadi, anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Keberhasilan seseorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika
siswanya
mengerti
disampaikannya.hal
itu
dan
memahami
menunjukkan
bahwa
atas siswa
apa
yang
mengalami
peningkatan dalam hasil belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus selalu siap dengan berbagai kondisi dalam mengahadapi
siswa
dan
lingkungannya,
juga
harus
memiliki
kompetensi yang tinggi untuk dapat menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan. Di dalam sistem pendidikan nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom secara garis besar mengacu kepada tiga arah, yaitu “kognitif, afektif, dan psikomotorik”.57 Menurut A.J. Romiszowski,” hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kenerja ( performance)”.58 56
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Ros Dakarya, 2007), Cet.4, h. 102-103 57 Mulyono Abdurrahman, pendidikan….,h.38 58 Mulyono Abdurrahman, pendidikan….,h.38
32
Romiszowski menyatakan perbuatan merupakan petunjuk dari proses belajar yang telah terjadi. Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Romiszowski menyatakan pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: 1) Pengetahuan tentang fakta. 2) Pengetahuan tentang prosedur 3) Pengetahuan tentang konsep dan 4) Pengetahuan tentang prinsip
Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, di antaranya: 1) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik 3) Keterampilan beraksi atau bersikap dan 4) Keterampilan berinteraksi.59
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berarti sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. 2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya. 4. Hasil
belajar
diperoleh
siswa
secara
menyeluruh
(komprehensif) 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapaikannya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.60
59
Mulyono Abdurrahman, pendidikan….,h.38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. XI, h. 56-57 60
33
Dengan demikian, hasil belajar merupakan kualitas kemampuan yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dalam diri seseorang terlihat melalui kemampuankemampuan yang dimilikinya, belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecepatan, kebebasan, sikap, pengertian dan minat. Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang akan dilakukan oleh siswa sebelumnya. Hasil belajar dapat terjadi pada individu yang belajar. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilangkan lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi miliki pribadi yang tidak akan terhapus begitu saja lain keadaan bila orang melupakan sesuatu, orang itu mendapat kesan bahwa hal yang dipelajarinya telah menghilang. Jadi seolah-olah hasil belajar tidak berbekas. Namun kesan itu tidak seluruhnya benar, karena ada dalam ingatannya sisa-sisa dari apa yang dipelajarinya dahulu. Jadi hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya belajar. Pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupkan suatu keharusan bagi seseorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh: 1. Kemampuan anak didik yang rendah 2. Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak 3. Jumlah bahan pelajaran teelalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang diberikan 4. Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.
34
Disamping itu, pengambilan keputusan juga diperlukan untuk mengalami anak didik dan mengatahui sejauhmana diberikan bantuan terhadap kekurangan-kekurangan anak didik. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Evaluasi adalah penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik penguasaan konsep, sikap, kemampuan maupun keterampilan. Hal ini dapat digunakan sebagai balikan sangat diperlukan dalam menentukan starategi belajar siswa. Evaluasi hasil belajar juga bermaksud memperbaiki dan mengembangkan program pengajaraan. Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu, dan ia mendapatkan secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia memperoleh prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut diproleh dengan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa, belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Ada pila sebagian yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Education Psycology The Teaching Leaning Proses, berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.61 Hintzman dalam buku The Psycology of Learning and Memory berpendapat bahwa, “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”.62 Sedangkan menurut Zikri Neni Iska mendefinisikan “belajar atau disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relative
61 62
Muhibbin Syah, Psikologi……., h.88 Muhibbin Syah, Psikologi…., h.88
35
berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalamanpengalaman”.63
4) Macam-macam Hasil Belajar Kingsley membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu, “Keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita”.64 Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori yaitu: “Informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan motoris”.65 Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar disekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang dari membaca dan lain-lain. Keterampilan intelektual didapat dari berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan. Strategi kognitif digunakan siswa apabila ia ingin memilih dan mengubah perhatian, pola belajar, ingatan dan proses berpikir dalam memecahkan masalah. Sikap terutama sikap sosial yang muncul dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap bendabenda. Menggunakan alat distilasi dalam pembelajaran kimia merupakan contoh dari keterampilan motoris yang digabung dengan keterampilan intelektual karena keterampilan motoris tidak hanya mencakup kegiatan fisik saja. Abu Ahmadi dalam bukunya mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: a. Faktor-faktor Stimulus belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungannya eksternal.
63
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri........, h. 76 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. XI, h. 22 65 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar………..h. 22 64
36
b. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resitasi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif. c. Faktor-faktor
individual,
mencakup
usia
Kronologis,
perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya kapasitas mental, kondisi kesehatan, jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.
5) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS Dari beberapa ahli pendidikan atau pengamatan pendidikan banyak sekali
yang
mempunyai
pendapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar. Ini terlihat dari beberapa ahli pendidikan yang mempunyai beberapa pendapat yang hampir sama ada juga yang sedikit berbeda, tetapi penulis berpandangan faktor-faktor yang berbeda dari beberapa ahli adalah faktor-faktor yang saling melengkapi karena tiap ahli berpendapat sesuai dengan keadaan pendidikan pada masa yang diamati para ahli pendidikan tersebut. Faktor ekternal lainnya adalah faktor motivasi. “Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku yang menuntut mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.”66 Zikri Neni Iska berpendapat bahwa, “Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan”.67 Motivasi sangat penting bagi anak dalam menunjang keberhasilan belajarnya. Siswa yang mengalami Proses belajar, agar berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. 66
Alisuf Subri Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Radar Jaya Offset. 1992) cet ke-1 h. 129 67 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri......., h.39
37
Menurut Ngalim Purwanto, faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang, dapat diktisarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
38
C. Hasil Penelitian Yang Relevan Mia Maisarah Mahera. Korelasi Antara Kebiasaan Menonton Televisi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa (Studi Korelasional kelas V di SD Negeri 01 Caringin Bogor). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Dalam kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan meononton televisi terhadap hasil belajar matematika. D. Kerangka Berpikir Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Setiap orangtua ingin anaknya sukses dalam pendidikannya. Namun semua itu tidak dapat diperoleh dengan mudah, banyak kendala yang dihadapi dan pencapaian kesuksesan belajar. Diantara faktor yang mempengaruhi anak belajar adalah faktor eksternal, yaitu faktor orangtua, sekolah, lingkungan dan mass media (televisi, bioskop, koran dan lain-lain). Televisi adalah alat elektronik yang apabila dimanfaatkan secara benar dapat memberi manfaat yang positif. Yaitu memberi informasi baru, perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan hiburan. Televisi sebagai salah satu dari faktor lingkungan juga berperan dalam pembentukan kepribadian anak baik kearah positif maupun negatif. Menonton televisi sebenarnya mempunyai banyak manfaat terutama bagi anak-anak. Seperti memotivasi membaca dan menulis, berpikir kritis, dan memacu kreativitas anak. Meski televisi mengandung sejumlah unsur positif, televisi juga mempunyai unsur negatif. Dampak negatif yang dihasilkan dari menonton televisi adalah menjadikan anak kurang meluangkan waktu untuk belajar, bermain sosialisasi, tidak kreatif, agresif, dan terkesan pasif. Bekurangnya waktu untuk belajar, akan memberi dampak pada hasil belajarnya di sekolah sehingga dikhawatirkan hasil akademiknya menjadi jelek. Hasil belajar diketahui bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
39
non-kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta juga berbagai pengaruh lingkungan (mass media) diantaranya televisi.
E. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho = Ha =
=0 >0
Keterangan: Ho = Tidak ada hubungan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS siswa Ha = Ada hubungan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS siswa
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menurut Arif Furqon, metodologi penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan dan menganalisa data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan persoalan yang sedang diselidiki.68 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kuantitatif dengan teknik korelasi, yaitu penelitian yang bermaksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sesuatu variabel (faktor) dengan variabel yang lain.69 Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan cara sebagi berikut: 1. Library research (penelitian kepustakaan), pengambilan data-data yang berasal dari buku-buku atau literature lainnya yang menunjang dengan permasalahan yang penulis bahas. 2. Field research (penelitain lapangan), penulis melakukan penelitian langsung ketempat yang dijadikan obyek penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Yayasan Al Hidayah tepatnya dilakukan di MTs Hidayatul Umam yang berada di Jl. Gang Masjid 1, Cinere Kota Depok. Adapun waktu kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai dari awal bulan November sampai dengan bulan Desember 2013.
68
Arif Furqon, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), h. 50 69
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), cet. Ke-3, h. 90
41
B. Variabel Penelitian Salah satu unsur penting dalam suatu penelitian adalah adanya variabel. Menurut M. Sayuti Ali yang mengutip dari pendapat Rahmat bahwa, Variabel adalah sifat yang telah disusun dan sudah diberi nilai dalam suatu bilangan.70 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu X dan Y. Adapun variabelnya adalah: X
: Menonton Televisi
Y
: Hasil Belajar IPS
1. Hubungan Menonton Televisi (Variabel X) a. Definisi Konseptual Secara konseptual, yang dimaksud dengan menonton televisi adalah menonton sama dengan melihat (pertunjukkan, gambar hidup, dsb). Menonton acara televisi berarti melihat pertunjukkan atau gambar hidup melalui siaran televisi. b. Definisi Operasional Secara operasional, yang dimaksud menonton televisi adalah orang yang menghabiskan waktu senggang dengan menyaksikan program yang diberikan oleh stasiun televisi nasional. Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER MENONTON TELEVISI Nomor Item Variabel Indikator Positif Negatif Menonton Televisi (Variabel X)
Frekuensi menonton acara televisi Pola menonton televisi keluarga
1, 2
3, 4, 5
6, 7, 8, 9
Waktu menonton acara televisi
Jumlah 5 4
10, 11
2
Jenis acara yang ditonton
12
13
2
Minat menonton acara televise
14
7
Jumlah
8
15, 16, 17, 18, 19, 20 12
70
20
H. M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 35
42
2. Hasil Belajar IPS a. Definisi Konseptual Hasil merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau pertumbuhan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Jadi kualitas hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. b. Definisi Operasional Tinggi dan rendahnya hasil belajar tercermin pada nilai yang diperoleh siswa setelah mendapat nilai hasil belajar. Hasil belajar bidang studi IPS adalah setelah mengikuti pelajaran serta mengkuti ujian tengah semester. Hasil belajar bidang studi IPS ini tercermin dalam nilai raport semester ganjil yang diberikan oleh guru bidang studi IPS kelas VIII di MTs Hidayatul Umam Cinere . Adapun kategori hasil belajar IPS tersebut dapat diklasifikasikan kedalam 5 kategori yaitu: 1. 80 – 100
: Baik Sekali
2. 70 – 79
: Baik
3. 60 – 69
: Cukup
4. 50 – 59
: Rendah
5. 40 – 49
: Sangat Rendah
43
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dan sampel merupakan unsur terpenting dalam suatu objek penelitian. Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.71Selain itu, populasi juga dapat di artikan sebagai tempat diperolehnya informasi. Elemen tesebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.72 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi target. Sedangkan apabila hanya meneliti sebagian, maka penelitian tersebut merupakan penelitiannya merupakan penelitian populasi terjangkau. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa MTs Hidayatul Umam Cinere yang berjumlah 649 orang/siswa, sedangkan yang menjadi populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam yang berjumlah 234 orang/siswa. Namun yang diambil dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas VIII MTs Hidayatul Umam yang berjumlah 234 orang/siswa. 2. Sampel Jika akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sedeangkan sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memilikisifat yang sama dengan populasi.73 Guna untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebanyak 15% dari populasi yang ada. Suharsmi Arikunto mengemukakan pendapat bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Namun
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta 1998), Cet. Ke-11,
h.115 72
Nana Sudjana, Peneliti dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet. Ke-1, h.84 73 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 117
44
dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 20% yakni berjumlah 40 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperolah dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi (Pengamatan) Sutrisno Hadi (dalam Soegiyono) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.74 2. Angket (Quesioner) Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.75 Jadi, angket merupakan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang di ketahuinya. Alasan dipergunakan angket ialah dapat mengumpulkan data dalam waktu singkat, hal-hal yang tertuang dalam pertanyaan dan menghindari
penyimpangan
dari
pokok
penelitian.
Angket
yang
dipergunakan merupakan jenis angket tertutup karena mudah diisi, memerlukan waktu yang singkat, memusatkan responden pada pokok persoalan, realatif obyektif dan sangat mudah di tabulasi dan di analisa. Peneliti menggunakan skala likert dengan pola pertanyaan tertutup (close question) untuk mengukur hubungan antara mononton televisi terhadap hasil belajar IPS. Adapun menurut Kinnear dalam Husein Umar skala likert adalah
74
skala yang berhubungan dengan peryataan sikap
Sutrisno Hadi dalamSugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2010), h.203 75 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2010), h.199
45
seseorang terhadap sesuatu.76 Tujuannya adalah untuk mengetahui kecenderungan seseorang terhadap suatu objek, misalnya kecendrungan sikap, minat, keinginan, dan lain-lain. Sedangkan, pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang pilihan jawabannya tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√). Kemungkinan jawaban dipersempit dan di beri pola atau kerangka susunan terlebih dahulu. Hal ini dapat berfungsi untuk memperjelas dimensi apa yang di cari dalam penelitian, sehingga akan mendorong sampel untuk memutuskan pilihan jawaban ke satu arah saja. Selain itu keuntungan lainnya adalah hasil dapat dengan mudah dan cepat di analisa . Peneliti membuat suatu daftar yang berisikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan menonton televisi dan hasil belajar IPS. Untuk memperoleh data tersebut maka penulis menyebar angket ini yang berisi 20 item pernyataan, yang berkaitan dengan menonton televisi dan nilai hasil UTS pada mata pelajaran IPS semester ganjil berkaitan dengan hasil belajar IPS.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket Skor Alternatif Jawaban Responden Pilihan Jawaban Skor Pernyataan
76
Sangat Setuju
Positif 4
Negatif 1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Kinnear dalam Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 11, h. 70
46
3. Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan dengan penelitian. 4. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrument dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.77
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data adalah langkah-langkah yang di tempuh oleh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam peneltian. Adapun langkahlangkah yang akan penulis tempuh dalam analisa ini adalah: 1. Editing Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tujuannya untuk
merapikan data agar bersih
dan rapi sehingga dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut. 2. Skoring Skoring yaitu pemberian skor terhadap butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Untuk menentukan skoring, semua pernyataan angket akan ditabulasi dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban dengan huruf akan diubah menjadi angka, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden 77
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 11, h. 51
47
Pilihan Jawaban
Skor Pernyataan
Sangat Setuju
Positif 4
Negatif 1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
3. Tabulating Tabulating merupakan pengolahan data dengan memindahkan jawaban yang terdapat dalam angket kedalam tabulasi. Kemudian data diolah sehingga hasil angket dinyatakan sah, maka selanjutnya melakukan analisis data dengan analisa kuantitatif. Analisa yang sebelumnya telah ditentukan persentasenya dengan menggunakan distribusi frekuensi. P= F x 100 % N Keterangan : P
: Angka persentase
N
: Number of Cases (Jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
F
: Frekuensi jawaban.
b. Analisis Data 1) Koefisien Korelasi Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y maka digunakan teknik korelasi. Teknik korelasi dalam penelitian ini, menggunakan korelasi product moment, yang dilakukan melalui tahap:
48
a.
Mencari koefisien korelasi dengan rumus :
Keterangan r xy N XY X Y
: : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment : Number of Cases (Jumlah data) : Jumlah hasil perkiraan antara skor X dan skor Y : Jumlah seluruh skor X : Jumlah seluruh skor Y.78
b. Memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” product moment (rxy), yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan anka indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini: Tabel 3.4 Tabel Interpretasi Perhitungan Korelasi Besarnya “r” Product Interpretasi Moment (rxy) 0,00 sampai dengan 0,20
0,20 sampai dengan 0,40 0,40 sampai dengan 0,70 0,70 sampai dengan 0,90 0,90 sampai dengan 1,00
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y). Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
c. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan tabel nilai “r” product moment. Dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of
78
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 11, h. 131
49
reedom (df) dengan rumus sebagai berikut :
Df = N- nr
Keterangan : Df
: degress of freedom(derajat bebas).
N
: Jumlah subyek penelitian (sampel).
nr
: Jumlah variabel yang dikorelasikan.
Dengan diperolehnya df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikan 5% maupun 1%. Jika rhitung sama dengan atau lebih besar daripada rtabel maka H1 disetujui atau terbukti kebenarannya. Jika sebaliknya maka H1 tidak disetujui atau tidak terbukti kebenarannya. Selanjutnya Untuk mencari konstribusi variabel X terdapat variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut: KD= r2 x 100%
Keterangan : KD : Koefisien Determination r2 : Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel F. Hipotesis Statistik Ho = Ha =
=0 >0
Keterangan: = Hubungan antara variabel X dengan variabel Y = Menonton Televisi Y
= Hasil Belajar IPS
50
BAB IV HASIL PENELITIAN A. PROFIL SEKOLAH 1) MTs Hidayatul Umam a) Lingkungan Madrasah
Tsanawiyah
(MTs)
Hidayatul
Umam
Cinere
merupakan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bercirikan Islam. MTs Hidayatul Umam merupakan lembaga pengembangan dakwah dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan Islam, MTs Hidayatul Umam tidak hanya terpaku pada kegiatan penggalian ilmu pengetahuan semata, tetapi juga menjadi wahana “pelatihan” untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada tataran realis. Selain itu, pendidikan di madrasah ini tidak hanya mengarah pada keunggulan akademis, tetapi justru menegaskan pada orientasi pembentukan karakter yang berasaskan pada prinsip akhlak al-karimah. Sebagai lembaga pengembangan dakwah, madrasah yang berada di wilayah Depok Jawa Barat dengan sendirinya menjadi salah satu syair agama dan penyebaran agama sekaligus tampil sebagai komponen penting dari gerakan amar ma‟ruf nahi munkar. Sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, MTs Hidayatul Umam berperan dalam pengembangan masyarakat sekitar terutama terkait dengan masalah keagamaan maupun permberdayaan sektor non keagamaan. Hal ini adalah merupakan ciri khas dari madrasah ini karena ia lebih merupakan pendidikan berbasis masyarakat. Dengan demikian lebi satu komponen penting dari sistem madrasah ini adalah peran aktifnya dalam pemberdayaan masyarakat sekitar dan sebaliknya peran aktif masyarakat dalam pengembangan MTs Hidayatul Umam Cinere sangat penting juga. Lembaga pendidikan yang bercirikan islam ini berada dibawah pembinaan langsung dari Kementrian Agama Kota Depok.
51
b) Keadaan Sekolah 1. Identitas Madrasah Nomor Statistik Madrasah : 121232760035 NPSN
: 20223852
Nama Madrasah
: MTs Hidayatul Umam
Nomor Telepon
: (021) 7532841
Alamat
: Jl. Masjid 1 No.30 RT 05/02
Kelurahan
: Cinere
Kecamatan
: Cinere
Kabupaten/Kota
: Depok
Provinsi
: Jawa Barat
Kode Pos
: 16514
Tahun Berdiri
: 1975
Status Madrasah
: Swasta
Status Akreditasi
:B
Tahun Akreditasi
: 2010
Waktu Belajar
: Pagi
KKM/KKG
: Terbentuk
Status KKM
: Korwil
Jumlah Anggota KKM
: 5 (Lima)
Komite/Majelis Madrasah : Terbentuk 2. Lokasi Madrasah Berdasarkan Geografi
: Dataran Rendah
Lingkungan
: Pemukiman
Wilayah
: Perkotaan
2) Visi Dan Misi Madrasah a. Visi Terwujudnya Sumber Daya Insani yang Unggul Dalam Prestasi dan Berkepribadian Islam
52
b. Misi Menyelenggarakan Pendidikan yang Berkualitas, Unggul dalam Bidang IMTAQ dan IPTEK, bermanfaat bagi masyarakat 3) Prestasi Akademik Dan Non-Akademik Madrasah a. Prestasi Akademik 1. Juara III Lomba Cerdas Cermat Road Show Kesehatan Sekolah 2. Terbaik 1 dalam Lomba Fahmil Qur‟an 3. Juara II Lomba Hasta Karya Putra di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Juara I Lomba Hasta Karya Putri di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Prestasi Non-Akademik 1. Juara I Putra Gerak Jalan Tingkat Kecamatan Cinere 2. Juara III Ternamen Futsal Antar SMP/ MTs/ Se-Jaksel, Depok, Tangsel 3. Juara II Futsal Labschool on sports, arts and science 4. Juara III Futsal Putra Tingkat SMP 5. Juara II Crosscountry Aksi Muharram 1432 H 6. Juara III Volly Ball Putri Porseni Pelajar MTs Tingkat Wilayah 1 Propinsi Jawa Barat 7. Juara III Putra Tingkat SLTP/MTs HUT Kota Depok 8. Juara II Gerak Jalan Putra Tingkat SLTP/MTs HUT RI 9. Juara III Volly Ball Putra Porseni TK. KKM MTsN Parung 10. Juara I Volly Ball Putri Porseni TK. KKM MTsN Parung 11. Juara I Bulu Tangkis Putra Porseni TK. KKM MTsN Parung
4) Kode Etik Siswa MTs Hidayatul Umam Di dalam Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hidayatul Umam, terdapat kode etik siswa yang setiap upacara hari senin dibacakan,
53
guna mengigatkan siswa bahwa ada kode etik yang mengatur perilaku/etika mereka. berikut text kode etik siswa tersebut: a. Semua siswa harus bersikap sopan santun kepada semua personil sekolah, sesama teman, dan kepada siapa saja b. Pergaulan putra dan putri harus sesuai dengan akhlak islami c. Setiap siswa harus mengucapkan salam apabila masuk kelas, kantor ruang guru, dan bila bertemu dengan guru serta sesama teman d. Setiap siswa mentaati tata tertib dan ketentuan-ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh sekolah e. Setiap siswa tidak boleh membawa senjata tajam, senjata api, handphone, photo, gambar dan buku bacaan yang tidak layak f. Bagi siswa putra tidak boleh berkuku panjang, memakai kalung, gimang atau gelang, rambut harus sopan, pakaian mesti rapih dan baju tidak dikeluarkan g. Bagi siswa putri tidak boleh berkuku panjang, memakai kutex, dan memakai perhiasan kecuali giwang, serta pakaian harus rapih dan sopan h. Untuk seluruh siswa tidak boleh makan minum didalam kelas, dan tidak dibolehkan menghisap rokok. 5) Janji Pelajar MTs Hidayatul Umam Selain adanya kode etik siswa, di MTs Hidayatul Umam juga memiliki teks janji pelajar, dan ini juga setiap uapcara hari senin selalu dibacakan. Berikut text janji oelajar untuk siswa MTs Hidayatul Umam: Kami Siswa Siswi Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam Berjanji: a. Taat dan menjunjung tinggi syariat agama islam b. Hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru c. Rajin belajar giat bekerja dan ikhlas beramal d. Berusaha dan berdo‟a untuk menjadi manusia yang berguna Patuh dan setia pada kode etik siswa
54
6) TATA TERTIB DAN POIN PELANGARAN MTs HIDAYATUL UMAM Untuk mengatur segala bentuk perilaku siswa MTs Hidayatul Umam, sekolah menerbitkan sebuah tata tertib lengkap dengan ssitem poin. Barang siapa sudah mencapai poin 100 dalam melakukan pelanggaran,maka ada penin dakan dari piak sekolah untuk memperbaiki perilaku siswa tersebut. Berikut adalah tata tertib dan poin pelanggaran siswa MTs Hidayatul Umam: Tabel 4.1 TataTertib dan Poin Pelanggaran MTs Hidayatul Umam PASAL 1. KETERTIBAN Penjelasan No
No. Ayat
1
Ayat 1
2
Ayat 2
3
Ayat 3
4
Ayat 4
Uraian
Kode
Poin
Keterlambatan masuk jam pertama setelah 5 menit bel berbunyi Keterlambatan mengikuti upacara bendera Terlambat waktu istirahat
P.1.1
2
P.1.2
2
P.1.3
2
Izin keluar ketika KBM berlangsung dan tidak kembali PASAL 2. KETERTIBAN
P.1.4
10
Penjelasan No
No. Ayat
Uraian
Kode
Poin
1
Ayat 1
P.2.1
2
2
Ayat 2
P.2.3
20
3
Ayat 3
P.2.3
20
4
Ayat 4
Setiap tidak masuk tanpa keterangan Tidak masuk dengan membuat keterangan palsu Setiap membolos jam pelajaran Setiap tidak mengikuti kegiatan eskul pilhan tanpa keterangan
P.2.4
2
55
B. Deskripsi Data Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Hidayatul Umam Cinere bertujuan untuk melihat secara umum hubungan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS. Angket variabel menonton televisi berjumlah 20 pertanyaan. Sedangkan hasil belajar IPS diperoleh dari hasil UTS semester ganjil. Angket tersebut kemudian disebar ke 40 responden yang menjadi sampel penelitian. Setelah penulis memperoleh data berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada siswa, penulis melakukan proses editing untuk meneliti kembali jawaban. Jawaban responden untuk meningkatkan mutu data yang akan dianalisis. Setelah catatan jawaban memadai selanjutnya penulis melakukan proses konding untuk mengklasifikasikan
jawaban
responden
menurut
macamnya,
dengan
menggunakan skala linkert, yaitu: Sebelum mengetahui hasil data variabel X dan Y maka dapat dilihat terlebih dahulu mengenai hasil dari indikator atau aspek besar prosentase dari setiap alternatif jawaban yang ada. 1. Instrumen Variabel X Adapun untuk mengetahui beberapa besar prosentase tiap alternatif jawaban maka digunakan rumus sebagai berikut:
P=
F x 100% N
Keterangan: P = Prosentase yang dicari
N = number of cases
F = Frekuensi
Adapun mengenai aspek atau indikator menonton televisi sebagai berikut:
56
1) Saya tidak terlalu sering menonton televisi Tabel 4.2 (Hasil Angket Pertanyaan satu) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
33
82,5%
Tidak Setuju
5
12,5%
Sangat Tidak Setuju
2
5%
Jumlah
40
100%
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menonton televisi hanya kadang-kadang saja. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 82,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 12,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 5%. 2) Saya lebih senang menonton televisi ketika libur dan tidak ada tugas Tabel 4.3 (Hasil Angket Pertanyaan dua) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
3
7,5%
Setuju
21
52,5%
Tidak Setuju
5
12,5%
Sangat Tidak Setuju
11
27,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang pada hari libur saya menonton televisi lebih lama dari hari biasa. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 7,5%, yang menyatakan setuju sebesar 52,5%, sedangkan yang menyatakan tidak
57
setuju sebesar 12,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 27,5%. 3) Saya bebas menonton televisi kapan saja Tabel 4.4 (Hasil Angket Pertanyaan tiga) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
1
2,5%
Setuju
14
35%
Tidak Setuju
11
27,5%
Sangat Tidak Setuju
14
35%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang bebas menonton televisi kapan saja. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 2,5%, yang menyatakan setuju sebesar 35%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 27,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 35%. 4) Setiap hari saya menonton televisi Tabel 4.5 (Hasil Angket Pertanyaan empat) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
18
45%
Tidak Setuju
10
25%
Sangat Tidak Setuju
12
30%
Jumlah
40
100%
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang setiap harinya menonton televisi. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 45%,
58
sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 25%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 30%. 5) Ketika menonton televisi, saya dapat menghabiskan waktu lebih dari 5 jam Tabel 4.6 (Hasil Angket Pertanyaan lima) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
5
12,5%
Tidak Setuju
18
45%
Sangat Tidak Setuju
17
42,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menonton televisi lebih dari 5 jam. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 12,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 45%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 42,5%. 6) Orang tua saya memberitahu acara yang layak dan tidak layak ditonton oleh saya Tabel 4.7 (Hasil Angket Pertanyaan enam) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
34
85%
Tidak Setuju
3
7,5%
Sangat Tidak Setuju
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang orang tuanya membatasi waktu menonton televisi. Terbukti dengan jawaban
59
responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 85%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 7,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 7,5%. 7) Orang tua saya melarang saya menonton televisi terlalu lama. Tabel 4.8 (Hasil Angket Pertanyaan tujuh) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
1
2,5%
Setuju
31
77,5%
Tidak Setuju
5
12,5%
Sangat Tidak Setuju
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang orang tua yang melarang menonton televisi terlalu lama. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 2,5%, yang menyatakan setuju sebesar 77,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 12,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 7,5%. 8) Ketika menonton televisi, saya didampingi orang tua/wali Tabel 4.9 (Hasil Angket Pertanyaan delapan) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
4
10%
Setuju
12
30%
Tidak Setuju
13
32,5%
Sangat Tidak Setuju
11
27,5%
Jumlah
40
100%
60
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang ketika menonton televisi didampingi oleh orang tuanya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 10%, yang menyatakan setuju sebesar 30%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 32,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 27,5%. 9) Kalau ada ulangan, saya sama sekali tidak boleh menonton televisi Tabel 4.10 (Hasil Angket Pertanyaan sembilan) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
1
2,5%
Setuju
30
75%
Tidak Setuju
6
15%
Sangat Tidak Setuju
3
7,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang ketika ada ulangan, sama sekali tidak boleh menonton televisi. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 1%, yang menyatakan setuju sebesar 75%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 6%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 3%. 10) Saya menonton televisi sejak pulang sekolah hingga malam hari Tabel 4.11 (Hasil Angket Pertanyaan Sepuluh) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
12
30%
Tidak Setuju
16
40%
Sangat Tidak
12
30%
40
100%
Sangat Setuju
Setuju Jumlah
61
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menonton televisi antara pukul 15.00 sampai dengan 18.00. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 30%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 40%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 30%. 11) Ketika malam saya menonton televisi lebih dari pukul 21.00 Tabel 4.12 (Hasil Angket Pertanyaan Sebelas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
16
40%
Tidak Setuju
10
25%
Sangat Tidak Setuju
14
35%
Jumlah
40
100%
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menonton televisi pada malam hari. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 40%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 25%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 35%. 12) Saya senang menonton acara berita dan acara yang menambah wawasan Tabel 4.13 (Hasil Angket Pertanyaan Dua belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
1
2,5%
Setuju
21
52,5%
Tidak Setuju
8
20%
Sangat Tidak Setuju
10
25%
Jumlah
40
100%
62
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang senang menonton acara kuis. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 2,5%, yang menyatakan setuju sebesar 52,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 20%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 25%. 13) Saya senang sekali menonton komedi dan sinetron Tabel 4.14 (Hasil Angket Pertanyaan Tiga belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
-
0%
Setuju
29
72,5%
Tidak Setuju
6
15%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100%
Sangat Setuju
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang senang menonton acara kuis. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 72,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 15%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 12,5%. 14) Terlalu sering menonton televisi membuat nilai saya menurun Tabel 4.15 (Hasil Angket Pertanyaan Empat belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
6
15%
Setuju
20
50%
Tidak Setuju
9
22,5%
Sangat Tidak Setuju
5
12,5%
Jumlah
40
100%
63
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menyatakan menonton bukanlah hobinya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 15%, yang menyatakan setuju sebesar 50%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 22,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 12,5%. 15) Saya melakukan kegiatan belajar atau mengerjakan PR tidak sambil menonton televisi Tabel 4.16 (Hasil Angket Pertanyaan Lima belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
6
15%
Tidak Setuju
4
10%
Sangat Tidak Setuju
30
75%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang melakukan kegiatan belajar atau mengerjakan PR sambil menonton televisi. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 15%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 10%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 75%. 16) Saya lebih senang belajar daripada menonton televisi Tabel 4.17 (Hasil Angket Pertanyaan Enam belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
1
2,5%
Tidak Setuju
6
15%
Sangat Tidak Setuju
33
82,5%
Jumlah
40
100%
64
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang lebih senang menonton televisi daripada belajar. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 2,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 15%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 82,5%. 17) Saya menunda kegiatan belajar saya, untuk menikmati acara televisi yang sangat saya sukai Tabel 4.18 (Hasil Angket Pertanyaan Tujuh belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
2
5%
Tidak Setuju
9
22,5%
Sangat Tidak Setuju
29
72,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menunda kegiatan belajar, untuk menikmati acara televisi yang sangat disukai. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 22,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 72,5%.
65
18) Ketika sedang belajar, pikiran saya selalu ingin menonton televisi Tabel 4.19 (Hasil Angket Pertanyaan Delapan belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
1
2,5%
Tidak Setuju
12
30%
Sangat Tidak Setuju
27
67,5%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang ketika sedang belajar, pikirannya selalu ingin menonton televisi. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 2,5%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 30%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 67,5%. 19) Saya selalu berusaha untuk menonton acara televisi, yang sering dibicarakan oleh teman-teman saya Tabel 4.20 (Hasil Angket Pertanyaan Sembilan belas) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
-
0%
Setuju
8
20%
Tidak Setuju
18
45%
Sangat Tidak Setuju
14
35%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang selalu berusaha untuk menonton acara televisi, yang sering dibicarakan oleh teman-temannya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 0%, yang menyatakan setuju sebesar 20%, sedangkan
66
yang menyatakan tidak setuju sebesar 45%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 35%. 20) Ruangan untuk menonton televisi dirumah saya membuat saya merasa nyaman Tabel 4.21 (Hasil Angket Pertanyaan Dua puluh) Pilihan
Frekuensi
Presentase
Sangat Setuju
1
2,5%
Setuju
18
45%
Tidak Setuju
11
27,5%
Sangat Tidak Setuju
10
25%
Jumlah
40
100%
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang ruangan untuk menonton televisi dirumahnya membuat rasa nyaman. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 2,5%, yang menyatakan setuju sebesar 45%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebesar 27,5%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 25%. 2. Insturmen Variabel Y Tabel 4.22 Hasil Belajar UTS Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Skor Hasil Belajar 70 60 66 66 66 73 66 70 70
67
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 N = 40
68 70 66 74 68 66 70 67 62 70 67 50 68 70 70 65 66 78 70 70 70 67 65 60 67 70 72 76 75 68 40 = 2692
Karena penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bertujuan untuk mengetahui apakah Variabel X (Menonton Televisi) dan Variabel Y (Hasil Belajar IPS) Memiliki korelasi positif yang signifikan, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik korelasi antara dua variabel.
68
Sebelum dilakukan perhitungan terlebih dahulu dirumuskan Hipotesa nihil (Ho) Hipotesa alternatif ( Ha) sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh menonton televisi terhadap hasil belajar IPS Ha : Terdapat pengaruh dengan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS 3. Perhitungan Uji Reliabilitas Selanjutnya penulis melakukan perhitungan untuk memperoleh
o
dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel perhitungan, langkah yang penulis sebagai berikut: Langkah berikutnya adalah melakukan uji reliabilitas adapun uji reliabilitas yang digunakan adalalah uji reliabilitas alpha cronbach, rumus y adalah sebagai berikut:
r11
[
][
]
Untuk menghitung reliabilitas ini lankah yang pertama yang harius dilakukan asalah menghitung varian butir pertanyaan dan varian total. Yaitu dengan rumus,
∑ α21
=
X
2
( X 1)
1
2
n n
Keterangan : ∑ α12 = varian butir pertanyaan ∑ X12 = jumlah kuadrat hasil jawaban responden X1
= hasil jawabn responden
n
= jumlah responden
varian butir pertanyaan untuk peryataan no 1
69
∑ α21
=
X
( X 1)
2 1
n n
(111) 319 = = = =
2
2
40 40
319 308,02 40 10,98 40 0,27
Dan seterusnya sampai keseluruhan butir pertanyaan. Hasil dari keseluruhan varian pertanyaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.23 Hasil Reliabilitas Varian butir Varian butir untuk no 2 Varian butir untuk no 3 Varian butir untuk no 4 Varian butir untuk no 5 Varian butir untuk no 6 Varian butir untuk no 7 Varian butir untuk no 8 Varian butir untuk no 9 Varian butir untuk no 10 Varian butir untuk no 11 Varian butir untuk no 12 Varian butir untuk no 13 Varian butir untuk no 14 Varian butir untuk no 15 Varian butir untuk no 16 Varian butir untuk no 17 Varian butir untuk no 18 Varian butir untuk no 19 Varian butir untuk no 20
Nilai 0,94 0,79 0,46 0,87 0,76 0,88 0,98 0,75 0,85 0,69 0,83 0,68 0,71 0,73 0,82 0,68 0,73 0,57 0,72
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Jumlah keseluruhannya adalah 11,06 Untuk perhitungannya tertera pada lembar lampiran
70
Setelah
selesai
menghitung varian
butir
pertanyaan
langkah
selanjutnya ialah menentukan varian total dengan rumus yang sama bedanya hanya untuk kali ini menggunakan total jawaban untuk keseluruhan pertanyaan
X
∑ V21 =
2
( X 1)
1
2
n n (2351)
138723 =
2
40 40
=
542,98 40
=
13,57
Langkah selanjutnya ialah menghitung reliabilitas untuk variable X
[
r11
][
]
20 11,06 1 20 1 13,57
= =
1,05 18,84
=
0,721
Dengan hasil 0,721 itu berarti tingkat reliabilitas untuk variable x sangat reliabel Berdasarkan analisis item Variabel X dan Variabel Y maka penulis melakukan perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.24 Hasil Analisis item Variabel X dan Variabel Y No 1 2 3 4
X 63 65 58 62
Y 70 60 66 66
X2 3969 4225 3364 3844
Y2 4900 3600 4356 4356
XY 4410 3900 3828 4092
71
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jml
56 57 62 58 57 56 57 57 62 56 57 61 60 59 57 55 55 62 54 57 57 59 69 51 62 59 58 61 57 52 66 59 62 64 58 52 ∑X = 2349
66 73 66 70 70 68 70 66 74 68 66 70 67 62 70 67 50 68 70 70 65 66 78 70 70 70 67 65 60 67 70 72 76 75 68 40 ∑Y =2692
3136 4356 3696 3249 5329 4161 3844 4356 4092 3364 4900 4060 3249 4900 3990 3136 4624 3808 3249 4900 3990 3249 4356 3762 3844 5476 4588 3136 4624 3808 3249 4356 3762 3721 4900 4270 3600 4489 4020 3481 3844 3658 3249 4900 3990 3025 4489 3685 3025 2500 2750 3844 4624 4216 2916 4900 3780 3249 4900 3990 3249 4225 3705 3481 4356 3894 4761 6084 5382 2601 4900 3570 3844 4900 4340 3481 4900 4130 3364 4489 3886 3721 4225 3965 3249 3600 3420 2704 4489 3484 4356 4900 4620 3481 5184 4248 3844 5776 4712 4096 5625 4800 3364 4624 3944 2704 1600 2080 ∑ X2 ∑ Y2 ∑ XY =138517 =182812 =158486
72
Berdasarkan tabel perhitungan maka dapat diketahui : N = 40 ,
2692 ,
= 2349 ,
2
=138517,
158486 . Sehingga nilai korelasi “
2
= 182812 ,
=
” Product moment dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut : 4. Perhitungan Korelasi Product Moment rXY
N (XY) - ( X) ( Y)
=
=
=
= =
N( X 2 ) - ( X) 2 x N( Y 2 ) - ( Y) 2 40 (158486) - (2349) (2692) 40 (1385517) - (2349) 2 x 40 (182812) - (2692) 2
6339440 - 6323508 (5540680 - 5517801) x (7312480 - 7246864) 15932 (22879)(65616 ) 15932 461708420
=
11510 1501228464
=
11510 38744 ,6896
= 0,411 Dari perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai
o
sebesar 0,411 Angka
indeks korelasi tersebut tidak bertanda negatif, hal ini berarti bahwa korelasi antara Variabel X (menonton televisi) dengan Variabel Y (hasil belajar IPS) terdapat hubungan searah, dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara kedua Variabel tersebut. Sehingga Hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan diterima. Dan Hipotesa nihil (Ho) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh menonton televisi terhadap hasil belajar IPS dinyatakan ditolak. Selanjutnya apabila dilihat nilai
O
yang diperoleh (yaitu sebesar
0,411) ternyata terletak antara 0,40 – 0,70. Berdasarkan tabel pedoman
73
atau ancar-ancar dapat dikatakan bahwa korelasi antara Variabel X dan Variabel Y itu adalah korelasi yang tergolong sedang atau cukup Secara sederhana dapat diberikan interprestasi terhasap”
O”tersebut
yaitu bahwa
antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup 5. Hasil Wawancara HASIL WAWANCARA TERBUKA RESPONDEN 1
Nama
: Murni
Kelas
: VIII-4
Frekuensi
: Jarang
1. Kamu suka menonton tv? Jarang 2. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? Cuma hari sabtu sama minggu, karena peraturan asrama 3. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa? Kalau sabtu minggu sih paling 3 – 4 jam 4. Dimana biasanya kamu menonton tv? Di Asrama 5. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? Sinetron, karena seperti kehidupan sehari-hari 6. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? CJR Terhebat 7. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? Nggak, karena di asrama 8. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa? (tidak tinggal dengan orang tua) 9. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya?
74
Cuma kamar asrama, nggak ada 10. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? Main handphone, seneng aja 11. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? Sabtu – Minggu paling sampai jam 8, nonton pesbukers 12. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya? Nonton tv, sambil main hp 13. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? Belajar 14. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? Seneng aja, ada hiburan 15. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)? Ada
HASIL WAWANCARA TERBUKA RESPONDEN 2 Nama
: Gesa Wulandari
Kelas
: VIII-4
Frekuensi
: Tidak terlalu sering (Kadang-kadang)
1. Kamu suka menonton tv? Nggak terlalu sering 2. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? Biasanya siang, pulang sekolah 3. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa? Nggak nentu sih, paling 2 - 3 jam 4. Dimana biasanya kamu menonton tv? Di rumah
75
5. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? Komedi, lucu aja 6. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? YKS (yuk keep smile), seru 7. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? Iya, ikut nonton juga 8. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa? Nggak sih, Cuma kalu udah malem disuruh tidur 9. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya? Punya, ada 10. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? Baca buku 11. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? Jam 10, nonton YKS 12. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya? Kegiatan lainnya, jalan-jalan 13. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? Belajar 14. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? Nambah wawasan 15. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)? Nggak Ada
76
HASIL WAWANCARA TERBUKA RESPONDEN 3 Nama
: Firman
Kelas
: VIII-4
Frekuensi
: Jarang
1. Kamu suka menonton tv? Jarang, soalnya disuruh belejar terus 2. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? Paling malem 3. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa? Kalo melem paling sejam 4. Dimana biasanya kamu menonton tv? Di rumah 5. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? Komedi, seneng aja lucu 6. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? Opera Van Java, Si Bolang 7. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? Jarang 8. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa? Kadang sih 9. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya? Punya, nggak ada 10. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? Ikut majelis ta‟lim 11. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? Jam 8, nonton OVJ 12. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya?
77
Ikut majelis ta‟lim 13. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? Belajar 14. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? Seneng aja, ada hiburan sama hidayah 15. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)? Ada
HASIL WAWANCARA TERBUKA RESPONDEN 4 Nama
: Aldi
Kelas
: VIII-5
Frekuensi
: Sering
1. Kamu suka menonton tv? Suka 2. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? Sore, sama malem 3. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa? Dari siang sampe sore, sama malerm 4. Dimana biasanya kamu menonton tv? Di rumah 5. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? Komedi 6. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? Pesbukers sama YKS 7. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? Nggak, iya mama saya jarang nonton tv 8. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa?
78
Nggak sih, dia cuek aja 9. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya? Punya, ada 10. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? Main sama temen, nongkong seru aja 11. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? Setengah sebelas, nonton Bukan empat mata 12. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya? Keluar main sama temen 13. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? Belajar 14. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? Seneng aja, kadang dapet hiburan sama dapet ilmu kalo nonton berita 15. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)? Ada
HASIL WAWANCARA TERBUKA RESPONDEN 5 Nama
: Andre Surtono
Kelas
: VIII-4
Frekuensi
: Sering
1. Kamu suka menonton tv? Suka 2. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? Malem 3. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa?
79
Dari siang sampe sore, sama malerm 4. Dimana biasanya kamu menonton tv? Di rumah kadang dirumah temen 5. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? Komedi sama sinetron karena temen pada nonton itu 6. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? YKS, sama sinetron Ma Ijah 7. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? Nggak, mama jarang nonton 8. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa? Ngga pernah 9. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya? Punya, nggak ada 10. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? Maen laptop 11. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? Jam 10, nonton YKS 12. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya? Maen laptop 13. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? Nonton tv 14. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? Seneng aja 15. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)? Nggak ada
80
Dari kelima responden yang di wawancarai dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden menyukai acara komedi dan sinetron, yaitu acara komedi YKS (yuk keep smile) yang paling diminati. Selanjutnya sebagian besar responden menonton televisi tanpa di dampingi orang tuanya. Dan tiga dari lima responden menganggap kegiatan menonton televisi berpengaruh terhadap hasil belajarnya. C. Interpretasi Data Sebelum dilakukan perhitungan dengan interprestasi tabel nilai” ”Product Moment, terlebih dahulu merumuskan hipotesa, sebagai berikut: Sebelum dilakukan perhitungan terlebih dahulu dirumuskan Hipotesa nihil (Ho) Hipotesa alternatif ( Ha) sebagai berikut: Ho
: Tidak terdapat pengaruh menonton televisi terhadap hasil belajar IPS
Ha
: Terdapat pengaruh dengan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS
Untuk mengetahui tentang signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel menonton televisi (Variabel X) dan hasil belajar IPS (Variabel Y), koefisien korelasi yang telah diperoleh perlu dilakukan pengujian taraf signifikan.Taraf signifikansi dapat diketahui dengan terlebih dahulu mencari drajat bebas (db) atau degree of freedom( df ),dengan perhitungan sebagai berikut: df = N- nr = 40 – 2 =38 Setelah diperoleh db atau df maka dicari besarnya “ ” yang tercantum dalam Tabel Nilai “ ” Product Moment, baik pada taraf signifikansi 5%. Dengan melihat Tabel Nilai “ ” maka dapat diketahui bahwa dengan df atau db sebesar 38 terletak antara 35-40, dengan nilai df tersebut maka diperoleh “ ” Product Moment pada taraf signifikan 5% = 0,312 dan pada taraf signifikansi dengan istilah lain: t
pada t.s. 5% = 0,312
81
Setelah nilai drajat bebas dapat diketahui baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%, kemudian untuk menguji kebenaran atau kepalsuan Hipotesa yang diajukan penulis membandingkan besarnya “ tercantum dalam nilai “ Melihat besarnya
o”
dengan besarnya “
t
“ yang
” Product Moment. o
yang telah diperoleh adalah sebesar 0,411 sedangkan
masing-masing sebesar 0,312, dengan demikian ternyata bahwa
o
t
adalah lebih
besar dari pada
t
baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Karena
besar dari pada
t
, maka Hipotesa alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa
o
lebih
nihil ( Ho) ditolak. Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik adalah : korelasi positif antara menonton televisi terhadap hasil belajar IPS merupakan korelasi yang sedang atau cukupan. Atau dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara menonton televisi terhadap hasil belajar IPS Setelah uji hipotesa dilakukan maka untuk mengetahui besarnya pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y yang dinyatakan dalam persen, maka dapat digunakan rumus koefisien penentu (determinansi) sebagai berikut: KD =
2
X100%
KD = 0,411 2 X100% KD = 16,90% Angka koefisien korelasi penentu antara kedua variabel diketahui sebesar 16,90% . Hal ini dapat diketahui bahwa menonton televisi memberikan kontribusi determinsi sebesar 16,90% terhadap hasil belajar IPS. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 83,10% dari variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara, kelima responden yang di wawancarai dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden menyukai acara komedi dan sinetron, yaitu acara komedi YKS (yuk keep smile) yang paling diminati. Selanjutnya sebagian besar responden menonton televisi tanpa di dampingi orang tuanya. Dan tiga dari lima responden
memberikan pendapat bahwa kegiatan menonton televisi berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
82
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu yang berjudul hubungan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS di MTs Hidayatul Umam Cinere, akhirnya penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: Ada hubungan positif yang cukup signifikan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS, hal ini dapat dibuktikan atau diketahui dari hasil yang diperolah yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment, angka indeks korelasi sebesar 0, 411 yang berkisar antara 0,40 – 0,70, ini berarti terdapat korelasi yang cukup signifikan antara variabel X dengan variabel Y yaitu terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Kemudian dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata dengan df sebesar 38, pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel = 0,312, jika dilihat dari pada harga r tabel tersebut , rxy lebih besar dari pada r tabel, pada taraf signifikan 5% (0,411>0,312). Dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak. Artinya ada hubungan positif yang cukup signifikan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS di MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok. Dari kelima responden yang di wawancarai dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden menyukai acara komedi dan sinetron, yang paling diminati. Selanjutnya sebagian besar responden menonton televisi tanpa di dampingi orang tuanya. Dan tiga dari lima responden memberikan pendapat bahwa kegiatan menonton televisi berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
83
B. SARAN Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Sebaiknya para guru khususnya guru bidang studi IPS menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif, yang mudah dimengerti oleh para siswa dan memberikan latihan-latihan dan pekerjaan rumah. Para guru juga diharapkan agar dapat menyediakan sedikit waktu untuk menjelaskan hal-hal yang berkenan dengan tayangan yang ada ditelevisi.
2.
Kepada orangtua agar lebih meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya, terutama perhatian dalam bimbingan dan pengawasan dalam membatasi waktu untuk menonton televisi juga acara yang boleh ditontonnya.
3.
Kepada pihak pertelevisian agar dapat lebih mengutamakan tayangan yang bermutu dan mendidik untuk dapat ditonton anak-anak khususnya siswa SMP. Juga tidak menempatkan tayangan untuk orang dewasa ditempatkan pada jam-jam dimana anak-anak biasanya masih menonton acara televisi.
4.
Sebaiknya siswa, guru, dan para orangtua menjalin komunikasi yang baik agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
84
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagianak Berkualitas Belajar, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004, cet. Ke-4 Ali, H. M. Sayuti Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek), Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002 Amirin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995, cet. Ke-3 Anwas, Oos M, “Antara Televisi Anak dan Keluarga”, Jurnal TEKNODIK, IV, 7 Oktober, 1999 Ardianto, Elvinaro, dan Komala, Lukiarti, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosadakatya,2004, cet. Ke-1 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta 1998, Cet. Ke11 Brata, Sumardi Surya, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Tarsito, 1996, cet. Ke-1, Chen, Milton, Anak-anak Menonton Televisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 2000, cet. Ke-2 Effendy, Heru, Industri Pertelevisian Indonesia Sebuah Kajian, Jakarta; Penerbit Erlangga, 2008 Faturrahman, Pupuh, Strategi Belajar Dan Mengajar,Bandung:CV Alfabeta,2005 Furqon, Arif, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, cet. Ke-1 Mochtar, Buchari, Transformasi Pendidikan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995 Mulyana, Deddy, Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997
85
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005, UndangUndang Penyiaran dan Pers, Bandung: PT Fokusmedia, 2005 Perpustakaan Nasional, (Editor: Sintha Ratnasari), “Sekolah” Alternatif untuk Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002, cet. Ke-1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, cet. Ke-2 Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008 Somantri, Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PPS-UPI dan PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Subri, Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Radar Jaya Offset. 1992 cet ke-1 Sudjana, Nana, Peneliti dan Penilaian Pendidikan, Bandung: PT. Sinar Baru, 1989, Cet. Ke-1 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, cet. XI Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta,2010 Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Ros Dakarya, 2007, Cet.4 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1 Umar, Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. 11
86
Lampiran 1
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER MENONTON TELEVISI
Nomor Item No
Indikator
1.
Frekuensi menonton acara televisi
2.
Pola menonton televisi keluarga
3.
Waktu menonton acara televisi
4.
Jenis acara yang ditonton
5.
Minat menonton acara televisi Jumlah
Jumlah Positif
Negatif
1, 2
3, 4, 5
6, 7, 8, 9
5 4
10, 11
2
12
13
2
14, 15, 16,
17, 18, 19, 20
7
10
10
20
Lampiran 2 INSTRUMEN KUESIONER MENONTON TELEVISI Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Petunjuk Pengisian. 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan sebelum memilih jawabannya.
87
2. Semua pertanyaan harus diberi jawaban. 3. Berilah tanda (x) pada kolom jawaban, sesuai dengan pilihan.
No
Pertanyaan
1.
Saya tidak terlalu sering menonton televisi Saya lebih senang menonton televisi ketika libur dan tidak ada tugas Saya bebas menonton televisi kapan saja Setiap hari saya menonton televisi
2.
3. 4. 5.
Ketika menonton televisi, saya dapat menghabiskan waktu lebih dari 5 jam
6.
Orang tua saya memberitahu acara yang layak dan tidak layak ditonton oleh saya Orang tua saya melarang saya menonton televisi terlalu lama.
7. 8.
Ketika menonton televisi, saya didampingi orang tua/wali
9.
Kalau ada ulangan, saya sama sekali tidak boleh menonton televisi
No
Pertanyaan
10. Saya menonton televisi sejak pulang sekolah hingga malam hari 11. Ketika malam saya menonton televisi lebih dari pukul 21.00 12. Saya senang menonton acara berita, edukasi dan acara yang
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak Setuju
Sangat Setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak Setuju
88
menambah wawasan 13. Saya senang sekali menonton acara komedi dan sinetron 14. Terlalu sering menonton televisi membuat nilai saya menurun 15. Saya melakukan kegiatan belajar atau mengerjakan PR tidak sambil menonton televisi 16. Saya lebih senang belajar daripada menonton televisi 17. Saya menunda kegiatan belajar saya, untuk menikmati acara televisi yang sangat saya sukai 18. Menonton televisi adalah hobi saya 19. Saya selalu berusaha untuk menonton acara televisi, yang sering dibicarakan oleh temanteman saya 20 Ruangan untuk menonton televisi dirumah saya membuat saya merasa nyaman
Lampiran 3 Hasil Instrumen Kuesioner Menonton Televisi (Variabel X) Item 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 3 3 3 2 3 3
2 1 1 1 1 1 3 3 1
3 4 2 3 3 4 4 4 3
4 4 4 2 4 4 3 4 3
5 4 4 4 4 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3 3 3 3
7 2 3 3 3 3 3 3 2
8 2 1 2 2 1 1 1 2
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 4 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 1 2 3 1 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 3 2 3 1 2 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 1 3 3 4 4 3 4 3 4
X 63 65 58 62 56 57 62 58
89
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1
2 3 3 1 3 1 2 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 1 3 2 1 3 3 4 3 4 3 3 3
2 3 3 3 4 2 4 2 3 4 2 1 3 2 4 4 3 4 4 2 4 2 4 2 3 2 3 2 2 4 2 2
3 2 3 3 4 2 4 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 2
4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2
3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 1
2 3 1 1 1 4 3 2 1 3 3 1 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 1 2 1 2 4 4 3 2 2 3
3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 4
3 3 2 4 2 3 4 2 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2
3 2 4 2 3 2 3 4 4 2 4 2 4 4 2 2 2 3 4 2 4 2 3 4 4 3 2 4 4 2 2 2
2 3 1 4 1 1 1 3 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3
3 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 1 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 2 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2
4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4
3 3 2 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 2
Lampiran 4 Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Pada Mata Pelajaran IPS (Variabel Y) Responden 1 2 3 4 5
Skor Hasil Belajar 70 60 66 66 66
3 2 2 2 4 3 2 2 3 2 3 4 2 1 2 2 3 2 4 2 3 3 2 4 2 2 4 2 4 4 2 2
57 56 57 57 62 56 57 61 60 59 57 55 55 62 54 57 57 59 69 51 62 59 58 61 57 52 66 59 62 64 58 52 2349
90
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
73 66 70 70 68 70 66 74 68 66 70 67 62 70 67 50 68 70 70 65 66 78 70 70 70 67 65 60 67 70 72 76 75 68 40
91
92
Lampiran 6 PERHITUNGAN KORELASI “r” PRODUCT MOMENT Berdasarkan tabel perhitungan maka dapat diketahui : N = 40 , = 2349 ,
2692 ,
2
=138517,
158486 . Sehingga nilai korelasi “
2
= 182812 ,
” Product moment dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
rXY
N (XY) - ( X) ( Y)
=
=
=
= =
N( X 2 ) - ( X) 2 x N( Y 2 ) - ( Y) 2 40 (158486) - (2349) (2692) 40 (1385517) - (2349) 2 x 40 (182812) - (2692) 2
6339440 - 6323508 (5540680 - 5517801) x (7312480 - 7246864) 15932 (22879)(65616 ) 15932 461708420
=
11510 1501228464
=
11510 38744 ,6896
= 0,411
=
93
Lampiran 7 PENGUJIAN HIPOTESIS
Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh menonton televisi terhadap hasil belajar IPS Ha : Terdapat pengaruh dengan menonton televisi terhadap hasil belajar IPS 2. Kriteria pengujian Ho =
= 0 (ditolak)
H1 =
> 0 (diterima)
3. Dengan rumus product moment dapat dicari sebagai berikut: N = 40 ,
= 2349 ,
2692 ,
2
=138517,
= 158486 .
N (XY) - ( X) ( Y) rXY
N( X 2 ) - ( X) 2 x N( Y 2 ) - ( Y) 2
=
40 (158486) - (2349) (2692)
=
40 (1385517) - (2349) 2 x 40 (182812) - (2692) 2
6339440 - 6323508 =
(5540680 - 5517801) x (7312480 - 7246864)
15932 = (22879)(65616 ) 15932 =
461708420
11510 =
1501228464
11510 = 38744 ,6896
= 0,411
2
= 182812 ,
94
Ada hubungan positif yang cukup signifikan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS, hal ini dapat dibuktikan atau diketahui dari hasil yang diperolah yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment, angka indeks korelasi sebesar 0, 411 yang berkisar antara 0,40 – 0,70, ini berarti terdapat korelasi yang cukup signifikan antara variabel X dengan variabel Y yaitu terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Kemudian dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata dengan df sebesar 38, pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel = 0,312, jika dilihat dari pada harga r tabel tersebut , rxy lebih besar dari pada r tabel, pada taraf signifikan 5% (0,411>0,312). Dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak. Artinya ada hubungan positif yang cukup signifikan antara menonton televisi dengan hasil belajar IPS di MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok.
95
Lampiran 8 KISI-KISI PERTANYAAN WAWANCARA 16. Kamu suka menonton tv? 17. Kapan biasanya menonton tv? Kenapa? 18. Berapa lama dalam sehari kamu nonton tv? Kenapa? 19. Dimana biasanya kamu menonton tv? Kenapa? 20. Jenis acara apa yang kamu suka? (contoh: komedi, edukasi, kuis, berita dll..) kenapa? 21. Acara apa saja yang kamu suka? Kenapa? 22. Ketika menonton tv kamu di temani orang tua? Kenapa? 23. Orang tua kamu membatasi waktu kamu untuk nonton tv? Kenapa? 24. Kamu punya kamar? Kalau punya, apakah ada tv nya? 25. Menurut kamu selain menon tv, apa yang lebih kamu gemari? Kenapa? 26. Ketika malam hari, kamu selesai mononton tv pukul berapa? Acara apa yang di tonton? 27. Ketika weekend/libur kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa melakukan kegiatan yang lainnya? 28. Ketika akan menghadapi ujian sekolah, kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv apa belajar? 29. Apa yang kamu dapat setelah menonton tv? 30. Menurut kamu ada gak sih pengaruhnya antara menonton tv dengan hasil belajar kamu (nilai kamu)?
-
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
Abdul Aziz
NIM
109015000142
Jurusan/Prodi
Pendidikan IPS/ Geografi
Judul Skripsi
Hubungan Menonton Televisi Terhadap Hasil Belajar IPS
RAB I
2
Buchari Mochtar, Trans.fo rmas i P encli clikan (Jakarla: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 140 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, (SISDIKNAS) Sistem Pendidikun Nasional, (Bandung: PT Fokusmedia, 2003), h.6
J
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelojaran, (Jakafia: Kencana, 2008), h.9
4
Kisworo, "Pembelajaran IPS Tetap Bernakna",http.//**rvt'v.upy.ac.icl/site/index.php? n i I i h - n ews &m o d :v es &aks i : I ih at &i d : B. 2 2 M ar e t
il
Paraf Pembimbins
Sumber Pustaka
No
Heru Effendy, Inclustri Pertelettisian Inclonesia Sebuah Kajian (Jakarla; Penerbit Erlangga, 2008) hal. 91-92
6
Deddy Mulyana, Bercinta clengan Televisi (Bandung: Remaja Rosdakarva. 1997)" hal. 195
I
Deddy Mulyana, Bercinta dengan Televisi, (Bandung: Remaja Rosdakarva. 1997). h. 195. Oemar Hamalik, Media Penclidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994). h. 1 18. Herry Kuswita, "Teletisi Keluarga Indonesia ", Jurnal
-)
TEKNODIK. IV. 4
B
1
Chen, Anak-anak Menonton Televisi, (Jakarla: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 25.
1
6
10
-!
1206.
Perpustakaan Nasional (editor: Sintha Ratnawati),' S eko I ah' Alternatif ttntuk Anak, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,2002), cet. Ke-1, h. 131. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, (selanj utnya disebut dengan BPPN), Media Televisi: Tuiuan, Isi Pengelolaan Serta D ampakny a Terhadap P erub ahanSy s tem l,lilai (P engaruh Tayangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemttda), (Jakarla: BPPN, 1992), h. l1 . Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TA^ fiakarta: PT Rineka Cipta. 1996), cet. Ke-1, h. 99. Anas Sudjono, Pengantar Statistik Penclidikan, (Jakarla: Raja Grahndo Persada, 2005), h. 36 Ariep S Sadiman, "Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku
9
)
Pusat Bahasa Depafiemen Pendidikan Nasional , Kamtts Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), cet. Ke-2, h.
Milton
8
1
(Mei, 2000),h.41.
5
7
+
2008
5
2
L/
1
.l
't
r!
r
11
T2 13
I4 15
l6 11 18
t9
20 21
(Beberapa Pokok Pikiran)", Jumal TEKNODIK,IV, J (Oktober, 1999). h. 10. Hasbullah, Dasar-clasar llmu PencJirJikan, (Jakarla: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 38. Oos M Anwas, "Antara Televisi Anak dan Keluarga", Jumal TEKNODIK,IV,T (Oktober, 1999), h. 35. Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Anolisis Isi Media TI), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h.62-63. Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media TV), (Jakafia: PT Rineka Cinta, 1996), cet. Ke-1, h. 5 Save M Dagun, Kamtrs Besar llmu Pengetahuon, (Jakarta: Lembaga Pengkaiian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 2000). cet. Ke-2. h. 1i09 Oemar Hamalik, Meclia Penclidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 116. Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi.Media TI), (Jakafi.a: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1 ,h.26.
Elvinaro Ardianto dan Lukiarli Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosadakatya,2004), ceL Ke-1, h. 128. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005, Undang-Undang Penyiaran dan Pers, (Bandung: PT Fokusmedia, 2005), h. 53 Drs,Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendiclikan. (Jakarta: Tarsito, 1996), cet. Ke-1, h.2. Pupuh Faturrahma n,S t ra t e gi B e I aj ar D an M e n gajar.Bandung: CV Alfabeta.
22 23
24 25
III
I 2
-
-')
4 5
6
8
20 0 5 .h.20
,-t t^
*
+
t 1 u
+
-22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan clengan Penclekatan Baru, (Bandune : PT Remaia Rosdakarva^ 2005). h. 132. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2001), Cet. 1, h.124. Mulyono Abdurrahman, P endi dikan B agi anak B erkualitas Belaiar. (Jakafta: Gauns Persada Press. 2004). cet- Ke-4. h.27-30. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Penclidikan, (Bandung: PT Remaja Ros Dakarya,2007), Cet.4, h. 102-103 Arif Furqon, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional. 1982). h. 50 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raia Grafindo, 1995), cet. Ke-3, h. 90 H. M. Salutt AIi, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002),h.35 Suharsimi Arikunto, Proseclur Penelitian, (Jakarla : Rineka Cipta 1998), Cet. Ke-11, h.115-117 Nana Sudjana, Peneliti dan Penilaian Pendidikarz, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet. Ke-l, h.84 Sutrisno Hadi dalamSugiyono, Me t o de P ene li tian P endidikan, (Bandung:Alfabeta,20 1 0), h.203
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2010), h.199 Husein IJmar, Metode Penelitian unttLlc Skripsi dan Tesis Bisni,s, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2011), Cet. 11, h. 51, 131
-t
t u]
1
1
1
-
Pembimbing
Dr. Ulfah Fajalini, M.Si NrP. 19670828 199303 2 006
ruEEMffiASAffi T$AruAWEVAH F€gH}.EYAKUL €JfugAfug Alamat:Jl. Masjid l, Rt.05/02 irlo.30 Qinere, Kec. Cinere - Depok 16514 Te|p.7532841
SURAT KETERANCAN Nomor : MTs-l O.22/PP/ O24/ t O/ I /2Ol 4
yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Umam Kecamatan Cinere Kota DepoK menerangkan bahwa:
Nama
: Abdul Aziz
Nim/nirm
: l090l5OOOI42
Status
: Mahasiswa
Jurusan Semester
: Pendidikan IPS
:Sembilan{9}
Benar telah melakukan penelitian dalam rangka Skripsi denganjudul: " Hubungan menonton TelevisiTerhadap hasil belajar IPS "
penelitian ditaksanakan pada tanggal l7 s/d 25 Nopember 2013, dan tanggal 3 s/d l0 Januari
2014. Demikian surat keterangan inidiberikan agar dapatdipergunakan sebagai mana mestinya.
DepoK l0Januari 2Al4
ffiw I
fr,)*s
\(YtftE
K