Hubungan Antara Kepercayaan Pada Pedagang Internet Dan Kepribadian Big Five Dengan Intensi Membeli Pakaian Melalui Internet
Genjadid Utomo Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta
[email protected]
Abstract Internet has become a necessity for any individual or organization. Buying and selling through the Internet (e-commerce) be noteworthy given the potential number of Internet users in Indonesia, however, still there are many problems that can be a risk factor of buying through the internet, especially in the sale of clothing is a basic requirement per person . This study aims to determine the relationship between trust in the internet merchants and big five personality with the intention of buying clothes over the internet. This research on the subject among the students due to the high demand for internet. Regression analysis is a method to uncover the hypothesis in this study, showed that reliance on the internet merchants and big five personality capable of predicting consumer intention to buy clothes over the internet for 32.4% (R2 = 0.324), with a p value of 0.01 (p <0.5), which means significantly. Separately reliance on the internet merchants have a significant relationship with the intention of buying clothes over the internet with a significance level of p 0.000 (p <0.5). While the big five personality consisting of 5 factors, did not show an association with the intention of buying clothes over the internet. Keywords: intention, trust, personality, big five, internet
Abstrak Internet sudah menjadi kebutuhan bagi setiap individu ataupun organisasi. Jual-beli melalui internet (e-commerce) menjadi hal yang patut diperhatikan mengingat potensialnya jumlah pengguna internet di Indonesia, namun, masih terdapat berbagai masalah yang dapat menjadi faktor resiko dari pembelian melalui media internet, terutama dalam penjualan pakaian yang merupakan kebutuhan pokok setiap orang. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five dengan intensi membeli pakaian melalui internet. Penelitian ini dikenakan pada kalangan mahasiswa dikarenakan tingginya kebutuhan akan internet. Analisis regresi yang merupakan metode dalam mengungkap hipotesis dalam penelitian ini, menunjukan bahwa kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five mampu memprediksi intensi konsumen untuk membeli pakaian melalui internet sebesar 32,4 % (R2 = 0,324), dengan nilai P 0,01 (P<0,5) yang berarti signifikan. Secara terpisah kepercayaan pada pedagang internet memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan intensi membeli pakaian melalui internet dengan taraf signifikansi P 0,000 (P<0,5). Sedangkan kepribadian big five yang terdiri dari 5 faktor, tidak menunjukan adanya hubungan dengan intensi membeli pakaian melalui internet. Kata Kunci : Intensi, Kepercayaan, (trust), kepribadian, big five, internet
PENDAHULUAN Semenjak diperkenalkan pada tahun 1969, internet telah menjadi kebutuhan bagi setiap individu ataupun ogranisasi. Laudon (2000) menyatakan bahwa ada 6 alasan mengapa internet begitu popular, keenam alasan tersebut diantaranya, internet memiliki jangkauan dan konektivitas yang luas, dapat mengurangi biaya komunikasi, biaya transaksi lebih rendah, dapat mengurangi biaya agensi, interaktif, fleksibel, dan mudah. Penggunaan internet sebagai media untuk berbelanja merupakan salah satu manfaat internet, dengan jangkauan yang luas dan biaya yang murah, Menurut Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) pengguna Internet di Indonesia per 31 Desember 2011 sebanyak 55 juta orang (Wahyudi, 2012). Pengguna internet secara langsung berpotensi menjadi konsumen ketika pengguna memutuskan untuk menggunakan internet sebagai media untuk melakukan transaksi, angka pengguna di atas memberikan gambaran besarnya potensi dari penggunaan internet untuk aktivitas bisnis, terutama untuk usaha kecil menengah (UKM), mengingat biaya yang dikeluarkan relatif murah untuk memasarkan produk secara maksimal (Setyanti, 2012). Berbagai produk dapat diakses melalui internet dengan mudah, diantaranya adalah pakaian yang merupakan kebutuhan bagi setiap individu. Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005) pakaian adalah barang yang di pakai terutama baju dan celana. Dikalangan remaja pakaian merupakan cara mereka untuk merepresentasikan diri sebagai kelompok atau komunitas, sehingga pakaian bukan hanya menjadi kebutuhan sandang tetapi juga fashion atau mode.
Melalui internet, seorang konsumen dapat mencari pakaian yang diinginkan, dengan waktu yang singkat. Selain itu, konsumen juga dapat memilih dan membandingkan harga dari tiap penjual dengan mudah. Kendati begitu, membeli pakaian melalui internet sangat berbeda dari pembelian secara konvensional. Seseorang yang membeli pakaian melalui internet, tidak akan mendapatkan pengalaman berbelanja secara konvensional, seperti memegang bahan pakaian dan mencoba langsung pakaian untuk mendapatkan kecocokan. Selain itu, membeli melalui intenet mengharuskan konsumen membayar terlebih dahulu pesanannya. Hal ini dapat menjadi potensi resiko bagi kesediaan konsumen untuk membeli melalui internet. Keberlangsungan suatu usaha sangat bergantung pada pembelian dari produk atau jasa yang diperjualkan, termasuk bagi pedagang di internet yang menjual pakaian. Membeli merupakan perilaku yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan, perilaku sendiri dapat diprediksi melalui intensi, seperti yang dijelaskan Ajzen (2005) bahwa intensi merefleksikan kesediaan individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Salah satu perilaku yang dapat diramalkan melalui intensi adalah perilaku membeli, selanjutnya Mowen dan Minor (2002) menjelaskan intensi membeli merupakan intensi yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan menggunakan produk. Hasil studi DS Reseach (2000) pada 500 subjek, yang pernah menggunakan media internet untuk melakukan transaksi tercatat sebanyak 224 orang (44,8 %), dan sisanya tidak pernah menggunakan media internet untuk berbelanja. Dari penelitian tersebut di atas, ditemukan alasan utama subjek yang tidak menggunakan media internet dikarenakan kurangnya kepercayaan subjek mengenai e-commerce (jual beli melalui internet). Penelitian lain dilakukan McKnight, dkk (2002) yang menemukan bahwa kepercayaan awal konsumen kepada sebuah situs web memiliki hubungan yang positif pada niat membeli di website tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa kepercayaan memegang peranan penting dalam keberhasilan penjualan melalui internet. Rousseau dkk, (1998) menjelaskan kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Konsumen memiliki karakteristik yang berbedabeda, diantaranya adalah perbedaan nilai, sikap, dan cara berfikir. Selain kepercayaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi sikap pembeli/konsumen, salah satunya adalah kepribadian. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamik dalam diri individu yang merupakan sistem psikopysikal dan hal tersebut menentukan penyesuain diri individu secara unik terhadap lingkungan (Alwisol,2007). Terdapat banyak model kepribadian dari berbagai macam teori, salah satu teori kepribadian yang masih digunakan sampai saat ini adalah Big Five. Teori kepribadian ini didasarkan oleh 5 traits dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu opennese, exstroversion, conscientiousness, neurotics, agreeableness. Kepribadian mempengaruhi bagaimana individu menyikapi dan berperilaku terhadap lingkungan. Dalam kaitan dengan pembelian melalui internet, kepribadian individu akan mempengaruhi bagaimana individu menyikapi dan berperilaku membeli melalui internet. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti apakah ada hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five dengan intensi membeli pakaian melalui internet. Keaslian Penelitian Penelitian dengan tema yang hampir serupa pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut dilakukan oleh McKnight, dkk (2002) dengan judul “The impact of initial consumer trust on intentions to transact with a web site: a trust building model”. Penelitian
tersebut mengukur pengaruh dari kepercayaan awal konsumen kepada sebuah situs web dengan niat membeli pada website tersebut. Pada penelitian ini terdapat variabel kepribadian yang menjadi variabel individu lainnya, sehingga membedakan penelitian ini dengan yang sebelumnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five dengan intensi membeli pakaian melalui internet. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi kajian psikologi konsumen terkait dengan internet. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini di harap dapat memberikan informasi kepada para pelaku bisnis yang menggunakan media internet, agar dapat mempertimbangkan kepercayaan konsumen kepada pedagang internet dan variabel kepribadian sebagai hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bisnis melalui internet. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pertimbangan bagi pengguna internet yang ingin menggunakan media tersebut untuk berbelanja.
TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Membeli Pakaian Melalui Internet 1. Definisi Intensi Membeli melalui Pakaian Internet Ajzen (2005) mengemukakan definisi intensi yaitu indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Menurut Chaplin (1999) intensi didefinisikan sebagai maksud, keinginan guna mencapai satu tujuan. selanjutnya Mowen dan Minor (2002) menjelaskan bahwa, intensi membeli merupakan intensi yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, membuang, dan menggunakan produk. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa intensi membeli pakaian melalui internet merupakan kecenderungan individu untuk melakukan tindakan, dalam hal ini adalah membeli pakaian menggunakan media internet. 2. Aspek-aspek Intensi Membeli Pakaian Melalui Internet Aspek-aspek intensi membeli pakaian melalui internet ini diadaptasi dari aspek-aspek yang dikemukan oleh Ajzen (2005) yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subjektif (subject norm) dan kontrol perilaku (control). Berikut penjelasan lebih lanjut. a. Sikap terhadap perilaku membeli pakaian melalui internet Hal ini berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap perilaku membeli pakaian melalui internet. Seseorang yang yakin bahwa membeli pakaian melalui internet dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki sikap yang positif terhadap pembelian melalui internet, begitu juga sebaliknya. individu yang meyakini perilaku membeli yang dilakukan akan menghasilkan outcome yang negatif, maka individu tersebut tidak akan melakukan pembelian pakaian melalui media internet. b. Norma subjektif (subject norm) Aspek ini berkenaan dengan harapan-harapan yang berasal dari referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi individu (significant others) terhadap perilaku membeli
pakaian melalui internet. Individu yang meyakini pembelian pakaian melalui internet yang dilakukan akan didukung oleh orang tua, pasangan dan teman dekat, akan melakukan pembelian pakaian melalui internet. c. Kontrol perilaku (control) Individu yang meyakini tindakan membeli pakaian melalui internet yang dilakukan terfasilitasi, akan menggunakan media internet sebagai untuk membeli pakaian, fasilitas tersebut berupa ATM, akses internet, kemampuan menggunakan internet, uang dll. Begitu juga sebaliknya, individu yang meyakini pembelian yang dilakukan akan terhambat karena kendala fasilitas, tidak akan membeli pakaian melalui internet. Ketiga aspek diatas digunakan peneliti sebagai teori operasional dalam mengungkap intensi seseorang membeli pakaian melalui internet. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Menurut Ajzen (1995) secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi intensi individu. Berikut ketiga faktor tersebut. a. Personal Faktor personal merupakan faktor-faktor yang berada dalam diri individu yang dapat mempengaruhi intensi seseorang, faktor ini meliputi sikap, kepribadian, nilai, emosi, intelegensi.
b. Sosial Faktor sosial merupakan faktor di luar karakter dalam diri individu yang dapat mempengaruhi intensi individu tersebut, faktor ini meliputi meliputi usia, jenis kelamin, ras, etnik, pendidikan, pendapatan dan agama. c. Informasi Faktor informasi merupakan faktor yang berkenaan dengan pengatahuan individu terhadap suatu objek yang didapatkan subjek dari berbagai sumber. Faktor informasi meliputi pengalaman, pengetahuan, paparan media. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli pakaian melalui internet terdiri dari faktor personal,faktor sosial dan faktor informasi. B. Kepercayaan pada Pedagang Internet 1. Pengertian Kepercayaan pada Pedagang Internet Menurut Rousseau dkk (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Mayer dkk (1995) mendefinisikan kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya. Rosseau dkk (1998), secara umum menyatakan kepercayaan adalah kesediaan seseorang untuk menerima resiko. Diadaptasi dari definisi tersebut, Lim et al (2001) menyatakan kepercayaan konsumen dalam berbelanja internet sebagai kesediaan konsumen untuk mengekspos dirinya terhadap kemungkinan rugi yang dialami selama transaksi berbelanja melalui internet, didasarkan harapan bahwa penjual menjanjikan transaksi yang akan memuaskan konsumen dan mampu untuk mengirim barang atau jasa yang telah dijanjikan.
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan pada pedagang internet adalah kesedian konsumen untuk menerima resiko dari pedagang di Internet berdasarkan keyakinan dan harapan bahwa pihak pedagang di internet akan melakukan tindakan yang sesuai harapan, meskipun pedagang dan konsumen belum mengenal satu sama lain. 2. Dimensi Kepercayaan pada Pedagang Internet Menurut Mayer dkk (1995) terdapat tiga faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain, yaitu; kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence) dan integritas (integrity). Ketiga faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kemampuan (ability) Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristilk individu atau organisasi dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaski dari gangguan pihak lain. b. Kebaikan hati (benevolence) Benevolance adalah sejauh mana pihak yang dipercaya (trustee) diyakini akan berbuat baik dan tidak memiliki motif untuk menguntungkan pihaknya (trustee) semata. Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Profit yang diperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen. Menurut Kim dkk (2003), benevolance meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima. c. Integritas (integrity) Integritas berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap pihak yang dipercaya untuk menganut prinsip-prinsip yang diterima bersama. Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan pedagang dalam menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah dapat dipercaya atau tidak. Kim dkk (2003) mengemukakan bahwa integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterusterangan (honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan (reliabilty). C. Kepribadian Big Five 1. Pengertian Kepribadian Big Five Kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait. Menurut Cattel, Trait adalah struktur mental / suatu kesimpulan yang dapat diambil dari tingkah laku yang dapat idamati, untuk menunjukan keajegan dan ketetapan dalam tingkah laku (Alwisol, 2007). Mc Crae dan Costa (Feist dan Feist. 2008) menjelaskan bahwa perilaku diprediksi dengan memahami tiga komponen sentral dan tiga komponen periferal. Ketiga komponen sentral melputi: a. Kecenderungan-kecenderungan Dasar Kecenderungan-kecenderungan dasar adalah materi kasar universal dari kapasitas dan disposisi kepribadian yang umumnya di temukan lewat penyimpulan daripada lewat pengobservasian. Kecenderungan-kecenderungan dasar mencakup kemampuan, talenta artistik, orientasi seksual dan proses psikologis yang mendasari penggunaan bahasa. b. Adaptasi karakter
Adaptasi karakter adalah struktur kepribadian yang dibutuhkan ketika manusia beradaptasi dengan lingkungannya (Feist dan Feist. 2008). Perbedaan utama kecenderungan dasar dan adaptasi karakter adalah fleksibilitasnya. Jika kecenderungan dasar cukup stabil, maka tidak demikian dengan adaptasi karakter, mereka lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kemampuan, kebiasaan, sikap dan hubungan yang dibutuhkan sebagai hasil dari interaksi individual mereka dengan lingkungan. c. Konsep diri Konsep diri terdiri atas pengetahuan, pendapat dan evaluasi tentang diri, dari fakta2 sejarah pribadi yang beragam sampai identitas yang menjadikan tujuan dan koherensi hidup masuk akal. Komponen yang digunakan untuk memprediksi perilaku selanjutnya adalah Komponenkomponen periferal, berikut ketiga komponen tersebut. a. Dasar-dasar biologis Mekanisme biologis utamanya mempengaruhi gen, hormon dan struktur otak. Mc Crae dan Costa tidak menyediakan detail spesifik di mana persisnya gen, hormon dan struktur otak memainkan peran mereka dalam mempengaruhi kepribadian (Feist dan Feist. 2008). Pemosisian dasar-dasar biologis ini menghilangkan peran apapun yang memungkinkan untuk dimainkan lingkungan dalam membentuk kecenderungan-kecenderungan dasar. Namun bukan berarti lingkungan tidak punya andill dalam membentuk kepribadian, hanya saja dia tidak memiliki pengaruh langsung bagi kecenderungan dasar.
b. Biografi objektif Menurut McCrae dan Costa, biografi objektif didefinisikan sebagai “apapun yang dilakukan, dipikirkan atau dirasakan seseorang di sepanjang hidupnya” (Feist dan Feist, 2008). c. Pengaruh-pengaruh eksternal Manusia akan selalu menemukan dirinya berada dalam situasi fisik atau sosial tertentu yang memiliki sejumlah pengaruh terhadap sistem kepribadian. Pertanyaan tentang bagaimana cara merespons peluang dan tuntutan konteks termasuk dalam bagian pengaruh-pengaruh eksternal ini. Menurut Mc Crae dan Costa (Costa, 1999,2003) respons-respons ini adalah fungsi dari dua hal: (1) adaptasi karakter dan (2) interaksi mereka dengan pengaruh-pengaruh eksternal 2. Faktor-faktor Kepribadian Big Five Berikut ini adalah deskripsi dari kelima dimensi big five menurut Costa dan Mc Crae (Feist dan Feist, 2006) : a. Neuroticsm Neuroticsm menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negaitf seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Orang-orang yang memiliki skor tinggi pada neuroticsm cenderung pencemas, merasa tidak aman, khawatir, tempramental, self-pitying (merasa malang), self conscious, emosional dan mudah terserang gangguan stress, kurang gembira dan tidak puas akan hidupnya. Sedangkan yang memiliki skor rendah pada neuroticism selalu tenang, lebih gembira, tidak tempramen, memiliki kepuasan pada diri sendiri serta hidupnya dan termasuk orang yang tidak emosional. b. Extraversion Dimensi kepribadian ini dapat memprediksi berbagai tingkah laku sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada extraversion cenderung menjadi orang yang penuh kasih sayang, periang/baik hati, akan mengingat interaksi sosial, banyak bicara, suka/senang menjadi anggota
dari suatu kelompok/organisasi, suka berinteraksi dominan di lingkungan sosialnya, mampu menjaga keeratan hubungan sosialnya, enerjik, ambisius, senang bekerja, memiliki minat yang tinggi dalam berbagai hal dan fun loving. Orang yan memiliki skor extraversion rendah, merupakan orang yang ragu-ragu/berhati-hati dalam bersikap, pendiam/sedikit bicara, seorang senang menyendiri, pasif, dan tidak memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosinya, susah bergaul. c. Openess to experience Openess to experience mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Openness to experience memunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan. Seseorang degan tingkat openness yang tinggi digambarakan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, kreatif, memiliki rasa ingin tahu dan liberal/bebas. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness to experience yang rendah merupakan orang yang memiliki tipe yang lazim, yaitu memiliki keingintahuan, down to earth, kepatuhan dan keamanan bersama. Skor openeess to experience yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. d. Agreeableness Domain ini terkait dengan keramahan, mengalah dan menghindari konflik. Orang yang memiliki skor rendah pada agreeableness umumnya mudah curiga, elit, tidak bersahabat, tidak ramah, cepat marah dan suka mengkritik orang lain, lebih agresif dan kurang kooperatif. e. Conscientiousness Faktor kelima adalah conscientiousness yang menggambarkan bagaimana orang memerintah, mengontrol, mengorganisasi dan ambisius, fokus pada prestasi dan memiliki kedisiplinan. Pada umumnya orang yang memilki skor tinggi pada conscientiousness adalah pekerja keras, membosankan, perfeksionis, teliti, tepat waktu dan tekun Data diambil melalui skala yang dibuat peneliti, pada skala intensi membeli pakaian melalui internet, peneliti membuat aitem berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Ajzen (2005). Begitu juga dengan skala kepercayaan pada pedagang internet, peneliti membuat skala berdasarkan dimensi dari teori Mayer (1995). Pada skala kepribadian big five, peneliti mengadaptasi skala yang disusun oleh Buchanan (Widhiarso, 2004) dan menambahkan 9 aitem pada masing-masing dengan maksud meningkatkan reliabilitas skala. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 73 orang, dengan sampel mahasiswa yang ditetapkan berdasarkan teknik purposive sampling. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik regresi. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ada 2, yaitu hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesisi mayor pada penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan faktor-faktor kepribadian big five dengan intensi membeli melalui internet. Adapun hipotesis minor pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif antara kepercayaan pada pedagang internet dan intensi membeli pakaian melalui internet
2. Ada hubungan negatif antara faktor kepribadian exstraversion terhadap intensi membeli pakaian melalui internet 3. Ada hubungan negatif antara faktor kepribadian neuroticsm terhadap intensi membeli pakaian melalui internet 4. Ada hubungan positif antara faktor kepribadian agreeableness terhadap intensi membeli pakaian melalui internet 5. Ada hubungan positif antara faktor kepribadian openess to experience terhadap intensi membeli pakaian melalui internet 6. Ada hubungan positif antara faktor kepribadian conscientioussness terhadap intensi membeli pakaian melalui internet METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan, yang mengambil mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Jumlah subjek sebanyak 66 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala yang terdiri dari 3 skala, yaitu skala intensi membeli pakaian melalui internet yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek dari teori Ajzen (2005), skala kedua yaitu kepercayaan pada pedagang internet, skala tersebut di susun peneliti berdasarkan dari aspek-aspek kepercayaan yang dikemukakan Mayer (1995). Skala ketiga yaitu kepribadian big five merupakan adaptasi dari skala Buchanan (Widhiarso, 2004). Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS for Windows Versi 15. HASIL PENELITIAN Hasil analisis regresi dari variabel kepercayaan dan pedagang internet dengan intensi membeli melalui internet menunjukan nilai F sebesar 4,719 dengan nilai 0,01 (P< 0,05). hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan dari ketiga variabel tersebut, besaran sumbangan dari kedua variabel bebas tersebut adalah 32,4 % (R2 = 0,324), Sumbangan efektif terbesar berasal dari variabel kepercayaan pada pedagang internet yaitu 28,91 % dan sisanya yaitu 3,45 % berasal dari variabel faktor-faktor kepribadian big five. Temuan ini menunjukan bahwa terdapat variabel lain sebesar 67,6 % diluar kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five yang dapat mempengaruhi intensi membeli pakaian melalui internet. Secara terpisah, terdapat hubungan yang sangat signifikan, antara variabel kepercayaan pada pedagang internet dan intensi membeli melalui internet. Nilai korelasi kedua variabel ini adalah 0,551 dengan nilai p= 0,0000 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan yang sangat siginifikan, Adapun nilai koefisien determinan pada kedua variabel ini adalah (R2 = 0,303), yang berarti variabel kepercayaan pada pedagang internet mampu memprediksi variabel intensi membeli melalui internet sebesar 30,3 %. Kepribadian Big Five yang terdiri dari 5 faktor, secara terpisah, faktor-faktor tersebut tidak menunjukan adanya korelasi terhadap intensi membeli pakaian melalui internet. Berikut deskripsi nilai korelasi dari semua variabel yang dianalisis secara terpisah. Variabel Kepercayaan pada pedagang internet Faktor extraversion Faktor neuroticsm
F
P
Keterangan
0,551 -0,002 0,012
0,000 0.495 0.463
Sangat signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
Faktor agreeableness Faktor openness to experience Faktor conscientiousness
0.076 0.351 -0.137
0.273 0.351 0,226
Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
PEMBAHASAN Hasil analisis regresi menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five dengan intensi membeli melalui internet, taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,01 (P< 0,05) dengan koefisien nilai koefisien determinasi (R2) = 0,324 yang berarti bahwa kepercayaan pada pedagang internet dan faktor-faktor kepribadian big five secara bersamaan mampu memprediksi intensi membeli pakaian melalui internet, dengan sumbangan efektif sebesar 32,4 %. Sumbangan efektif terbesar berasal dari variabel kepercayaan pada pedagang internet yaitu 28,91 % dan sisanya yaitu 3,45 % berasal dari variabel faktor-faktor kepribadian big five. Temuan ini menunjukan bahwa terdapat variabel lain sebesar 67,6 % diluar kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five yang dapat mempengaruhi intensi membeli pakaian melalui internet. Hasil analisis korelasi product moment (zero order) menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan pada pedagang internet dan intensi membeli pakaian melalui internet dengan taraf signifikansi p 0,000 (p<0,01) dan koefisein korelasi sebesar 0,551. Kedua variabel ini memiliki hubungan dengan arah positif yang berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan pada pedagang internet maka semakin tinggi intensi membeli pakaian melalui internet. Nilai koefisien determinan yang diperoleh dari kedua variabel ini adalah (R2 = 0,303), yang berarti variabel kepercayaan pada pedagang internet mampu memprediksi variabel intensi membeli melalui internet sebesar 30,3 %. Jarvenpaa (2000) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan faktor penting dalam menstimulasi pembelian melalui internet. Selain itu, berbagai penelitian menunjukan bahwa kepercayaan merupakan faktor penting dalam transaksi melalui media internet. Sam dan Tahir (2010) kepada 208 responden, menemukan bahwa dua dari enam faktor kualitas website yaitu faktor kepercayaan dan empati merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap intensi membeli tiket secara online. McKnight, dkk (2002) menemukan bahwa kepercayaan awal konsumen kepada sebuah situs web memiliki pengaruh pada niat membeli melalui website tersebut. Kepercayaan konsumen terutama kepada pedagang internet sangat dibutuhkan, terutama untuk mentolerir resiko yang dirasakan konsumen atas tindakannya membeli melalui internet. Meskipun pada penelitian ini variabel kepercayaan dan intensi secara spesifik digambarkan pada pedagang internet dan membeli pakaian melalui internet, namun kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sangat signifikan. Berbagai manfaat yang didapatkan melalui pembelian internet, seperti kecepatan dalam transaksi, kemudahan mencari produk yang diinginkan tanpa harus pergi ketoko langsung, hanya bisa didapat ketika potensi resiko dapat diminimalisir, dan faktor kepercayaan terbukti secara sangat signifikan dapat mempengarhui intensi seseorang untuk membeli melalui internet, sehingga peran variabel kepercayaan konsumen kepada pedagang internet sangat sentral dalam pembelian melalui internet.
Variabel lainnya, yaitu kepribadian big five yang terdiri dari lima faktor, dari masingmasing faktor tersebut, tidak ada yang menunjukan korelasi terhadap intensi membeli pakaian melalui internet. McCrae dan Costa menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari interaksi antara adaptasi karakter dan pengaruh-pengaruh eksternal (Feist dan Feist, 2008). Adapatasi karakter merupakan struktur kepribadian yang dibutuhkan ketika manusia beradaptasi dengan lingkungannya, adaptasi karakter sendiri dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan dasar (faktor-faktor big five) dan pengaruh eksternal. Ditolaknya hipotesis pada penelitian ini dapat disebabkan karena pengaruh eksternal yang telah membentuk adaptasi karakter subjek, pengaruh eksternal tersebut dapat berasal dari lingkungan yang telah familiar terhadap pembelian melalui internet, sehingga faktor-faktor big five yang menjadi kecenderungan dasar tidak dapat menjadi determinasi tunggal dalam memprediksi intensi seseorang untuk membeli melalui internet. Wawancara yang dilakukan terhadap dua subjek penelitian, di dapatkan informasi bahwa kedua subjek tersebut pernah melakukan pembelian melalui internet, satu diantaranya mengungkapkan pernah membeli pakaian berupa kaos. Selanjutnya, subjek tersebut menyatakan bahwa membeli melalui internet memang mengandung resiko yang dapat merugikan subjek, tetapi hal tersebut tidak membuat subjek menolak untuk menggunakan internet sebagai media berbelanja, salah satu hal yang menjadi pertimbangan subjek wawancara dalam membeli melalui internet adalah pengalaman teman subjek yang berhasil membeli melalui internet, sehingga subjek berani untuk memutuskan membeli melalui pedagang internet yang sama. Pembelian yang dilakukan teman subjek tersebut dapat menjadi pengaruh eksternal yang menjadi determinan terhadap adaptasi karakter subjek, selanjutnya, tindakan membeli yang telah dilakukan subek tersebut akan menjadi pengalaman yang akan membentuk sikap subjek terhadap pembelian melalui internet. Berikut gambaran dari proses tersebut.
Kecenderungankecenderungan dasar Neuroticsm Extraversion Openness to exp
Pengaruh eksternal Adaptasi karakter Disposisi dan kecendrungan, sikap-sikap,
Situasi-situasi, (Pembelian yang dilakukan teman subjek)
Conscientiousness Agreeableness
Gambar 1. Determinan adaptasi karakter (Feist dan Feist, 2008) Penjelasan lain yang dirujuk untuk menjelaskan tidak adanya hubungan antara kepribadian big five dengan intensi membeli, dapat ditinjau dari pendapat Mowen dan Minor (2000) yang menjelaskan bahwa, sifat bawaan dapat memprediksi bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap situasi yang memiliki tingkat ketidakjelasan atau ketidakkonsistenan yang bervariasi, hal ini disebut juga toleransi terhadap ketidakjelasan. Salah satu situasi yang
menjadikan sifat sangat berperan pada toleransi terhadap ketidakjelasan adalah situasi yang benar-benar baru di mana informasi tersebut sangat sedikit (Mowen dan Minor 2000). Pembelian barang melalui internet dikalangan mahasiswa sudah popular, sehingga kepribadian big five sebagai variabel yang melihat dampak penyesuaian seseorang pada situasi dan lingkungan menjadi tidak berperan karena situasi tersebut tidak asing lagi dan tidak membutuhkan usaha (effort) yang besar untuk mentolerir keadaan tersebut. Selain dari wawancara yang dilakukan, dugaan popularnya media internet sebagai media pembelian, diperkuat dari skor yang diperoleh sampel penelitian, pada variabel intensi membeli pakaian melalui internet, 8 subjek masuk dalam kategori tinggi, 54 sedang dan hanya ada 4 subjek yang masuk dalam kategori rendah. Data di atas memberikan gambaran, bahwa intensi (niat) subjek untuk membeli melalui internet di dominasi pada kategori sedang dan tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Joanna (2007) variabel psikografi berupa kepribadian big five, tidak menunjukan adanya hubungan terhadap variebel intensi membeli dan intensi melakukan pencarian informasi melalui internet. Menurut Joanna (2007) tidak adanya korelasi dapat dikarenakan karena mudahnya menggunakan Internet untuk mencari informasi dan pembelian.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian maka dapat disimpulkan, terdapat hubungan antara kepercayaan pada pedagang internet dan kepribadian big five dengan intensi membeli pakaian melalui internet. Kedua variabel memberikan sumbangan efektif sebesar 32,4 %. Sumbangan efektif terbesar di peroleh dari variabel kepercayaan pada pedagang internet yaitu 28,91 % dan kepribadian big five sebesar 3,49 %. Secara terpisah, kepercayaan pada pedagang internet dengan intensi membeli pakaian melalui Internet, memiliki hubungan yang sangat signifikan, arah korelasi kedua variabel ini adalah positif, dengan nilai koefisien determinan (R2 = 0,303), sehingga variabel kepercayaan pada pedagang internet mampu memprediksi intensi membeli sebesar 30,3 %. Sementara itu, faktor-faktor kepribadian big five yang terdiri dari lima faktor, masingmasing faktor tidak menunjukan adanya korelasi dengan intensi membeli pakaian melalui internet. SARAN 1. Penelitian Selanjutnya Penelitian ini mengandung berbagai keterbatasan, sehingga masih perlu dilakukan penyempurnaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dugaan adanya hubungan variabel kepribadian big five dengan intensi membeli pakaian melalui internet ditolak. Hal ini bisa terjadi karena pembelian melalui internet sudah popular di kalangan mahasiswa (subjek penelitian) sehingga kepribadian big five yang mencerminkan kecenderungan seseorang untuk menghadapi dan beradaptasi dengan lingkungan menjadi tidak berpengaruh, oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya yang mengangkat tema serupa, diharapkan memperluas populasi dan jumlah sampel agar di dapatkan hasil generalisasi yang luas dan kemungkinan hasil yang berbeda.
Perhatian selanjutnya yang perlu dicermati dalam mengangkat tema yang serupa adalah variabel-variabel lain diluar kepercayaan dan kepribadian, seperti yang diketahui variabel kepercayaan dan kepribadian hanya mampu memprediksi 32,4% intensi seseorang untuk membeli pakaian melalui internet. Masih terdapat banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi intensi seseorang dalam membeli melalui internet. Variabel tersebut bisa berasal dari faktor-faktor intensi yaitu personal, sosial, dan informasi. Tentunya hal tersebut akan bernilai informatif bagi para pelaku bisnis di internet. 2. Pedagang di Internet Temuan pada penilitian ini menunjukan bahwa faktor kepercayaan pada pedagang internet memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan intensi membeli pakaian melalui internet. kepercayaan konsumen pada pedagang dibentuk oleh tiga faktor yaitu ability, benevolence, integrity. Oleh karena itu hendaknya penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain, hal ini bisa dilakukan dengan cara menyediakan rekening Bank dengan berbagai alternatif, sehingga memudahkan konsumen. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah pelayanan dengan menunjukan rasa empati, hal ini dapat diupayakan dengan cara menjaga hubungan baik dengan konsumen meskipun urusan bisnis sedang dalam proses ataupun telah usai. Selanjutnya, pedagang di internet hendaknya selalu memenuhi kesepakatan yang dibuat dengan konsumen, seperti mengirimkan barang pesanan dengan jasa pengirim yang diinginkan konsumen, dan memberikan informasi lengkap sesuai dengan kondisi barang. 3. Konsumen Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari membeli melalui internet, diantaranya adalah waktu yang digunakan untuk berbelanja relatif singkat, karena tanpa harus pergi langsung ke toko pedagang tersebut, selain itu pembeli dapat memilih variasi produk dari berbagai toko yang diinginkan tanpa terbatas dengan waktu pembelian. Namun demikian, pembeli harus memperhatikan kualitas dari pedagang di internet tersebut, agar terhindar dari penipuan dan halhal yang dapat mengurangi kepuasan berbelanja, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mencari informasi melalui teman yang pernah melakukan pembelian melalui internet.
Daftar Pustaka Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. New York : Open University Press. Alwisol, 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammyadiah Malang. Alwisol, 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Universitas Muhamadiyah Malang. Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka pelajar Azwar, S. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Setyanti, C.A. 2012. Keuntungan Menjadi Pebisnis "Online". http://female.kompas.com/read/2012/01/12/14520378/Keuntungan.Menjadi.Pebisnis.Online. diakses tanggal 22 Januari 2013 Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Dewi, R. 2009. Pengguna Internet Didominasi Remaja. http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/20/2028042/ Pengguna. Internet.Indonesia.Didominasi. Remaja. di akses tanggal 22 november 2012 DS Reseach. 2011. http://dailysocial.net/post/ds-research-bagaimana-kaum-muda-indonesiamenggunakan-e-commerce-free-download. 11 Juni 2012 Mastuti, Endah. (2005) Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa. INSAN, Vol.7, Issue 3 Engel,J.F., Blackwell,R.D.,dan Miniardi, P.W. (1994). Perilaku Konsumen, (Edisi Keenam). Jakarta : Binarupa Aksara Engel,J.F. dkk (1994). Perilaku Konsumen, (Jilid 1 ).Penerjemah: Budiyanto, Jakarta : Binarupa Aksara Feist, J. dan Feist, G.J.2008. Theories of Personality, Edisi Keenam. Penerjemah : Yudi Santoso. Yogyakrta : Pustaka Pelajar Joanna, C.H.S.2007. Online information search and purchase: the influence of. Skripsi. Hongkong : Hong Kong Baptist University Jarvenpaa SL, Tractinsky N et al. 2000. Consumer trust in an internet store. Information Technology & Management 1(1), 45–71. Kim, Y. H. dan Kim, D. J., 2005. A Study of Online Transaction Self-Efficacy, Consumer Trust, and Uncertainty Reduction in Electronic Commerce Transaction, Proceedings of the 38th Hawaii International Conference on System Sciences. Laudon, K.C. dan Laudon, J. P. 2000. Management Information Systems: Organisation and Technology in the Networked Enterprise (6th Edition). New Jersey: Prentice Hall. Lim, K.H., C.L. Sia, M.K.O. Lee, and I. Benbasat, "How Do I Trust You Online, and If So, Will I Buy?: An Empirical Study on Designing Web Contents to Develop Online Trust," Working paper, 2001. http://www.jstor.org/discover/10.2307/40398848?uid=3738224&uid=2129&uid=2&uid=70 &uid=4&sid=21101584793071. di akses tanggal 26 Juni 2012 McAllister, D.J. 1995. Affect- and Cognition-Based Trust as Foundations for Interpersonal Cooperation in Organizations. Academy of Management Journal 38(1) 24–59 Mayer, R.C., David, J. H., dan Schoorman, F. D., 1995. An Integratif Model of Organizational Trust. Academy of Management Review,.30 (3): 709-734.
McKnight, D.J., Choudhuri.V. & Kacmar, C. 2002. Journal of Strategic The Impact of Initial Consumer Trust on Intentions to Transact with a Web Site: a Trust Building Model. Information System, 11, 297-323 Mowen, J. dan Minor, M. 2002.Perilaku Konsumen. Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta: Erlangga Peter, P.J. dan Olson, J.C. 2006. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Edisi Keempat, Jilid Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rempel, J. K.,M.Ross,and J.G. Holmes. 2001.‘Trust and Communicated Attributions in Close Relationships’. Journal of Personality and Social Psychology. 81: 57-64. Rousseau, D. M., Sitkin, S. B., Burt, R. S., & Camerer, C. 1998. Not so Different After All: A crossdiscipline View of Trust. Academy of Management Review, 23, 393-404. Sam, F.M dan Tahir, M.N.H. 2010. “Website Quality And Consumer Online Purchase Intention Of Air Ticket”. Technology Management Department, Faculty of Technology Management & Technopreneurship, University of Technical Malaysia Melaka, Melaka 75300 Malaysia http://www.ijens.org/91710-2525%20IJBAS-IJENS.pdf diakses tanggal 18 Juni 2012 Suharso dan Retnoningrum, A. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi Lux.Semarang : Widya Karya Wahyudi.R (2012). Pengguna Internet di Indonesia Capai 55 Juta. http://tekno.kompas.com/read/2012/05/03/20252612/Ecommerce.In%20donesia.Masih.Men cari.Jati.Diri. 7 juli 2012 Widhiarso,.W.2004. Evaluasi Faktor dalam Big Five : Pendekatan Analisis Faktor Konfrmatori. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian diakses tanggal 20 November 2012