Prakata Editor
Segala puji hanya untuk Allah Swt, pemilik dan pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, para keluarga dan sahabat pilihannya. Alhamdulillah, proyek penerbitan buku ini dapat selesai dengan semestinya. Keberhasilan proyek ini tidak lain karena adanya ketekunan dan keseriusan dari berbagai pihak, selain adanya kerjasama yang baik. Dalam hal ini, Tim Editor banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak pula. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang terlibat pada proyek penerbitan buku ini. Ucapan terima kasih kepada para penulis baik dari para tokoh Al-Washliyah dan HIMMAH yang telah bahu membahu menuangkan hasil renungan dari pengalaman mereka dalam bentuk tulisan. Bakat dan pengalaman mereka dalam karya tulis ilmiah membuat tim editor dengan mudah dalam memahami alur fikir tulisan dan mempercepat proses pengeditan. Terima kasih pula atas kerjasama yang baik dari para panitia selama proses pengeditan berlangsung. Juga ucapan terima kasih khusus kepada kanda Ismed Batubara SH, atas kesediaan waktu dan kesempatannya untuk membaca dan mengoreksi naskah awal untuk buku ini sebelum memasuki tahap pencetakan. Kritik dan saran konstruktif dari mereka telah membuat buku ini menjadi lebih baik dan menjadi tambahan wawasan dan pengalaman bagi kami. i
Juga ucapan terima kasih kepada Ayahanda Drs. H. Muhammad Nizar Syarif (Pimpinan Wilayah Al-Washliyah Sumatera Utara) dan Kakanda Ismed Batubara SH, (Sejarahwan HIMMAH) yang telah memberi kesempatan kepada Tim Editor untuk menggunakan beberapa foto-foto penting dokumentasi HIMMAH milik mereka. Keberadaan foto-foto itu tentu saja sebagai sarana penguat kebenaran tulisan-tulisan dalam buku ini. Ucapan terima kasih juga kepada seluruh kader HIMMAH atas segala partisipasi besar mereka. Meskipun proses editing buku ini memperoleh banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak, namun hasilnya tetap menjadi tanggungjawab tim editor, tanpa harus membebankannya kepada mereka yang tulus ikhlas berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas berat ini. Hanya kepada Allah Swt kami mohon ampun. Wassalam.
Hormat Kami Tim Editor
Ja’far Ketua
Ahmad Mushlih Sekretaris
ii
Kata Pengantar Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, Ph.D (Guru Besar Hukum Islam Universitas Dharmawasangsa, Medan)
Alhamdulillah, organisasi Himpunan Mahasiswa AlWashliyah (HIMMAH) telah berusia 47 tahun lebih. Usia yang mendekati lima dasawarsa, sedikit sekali ditulis dalam bentuk buku sejarah yang menggambarkan tentang pasang surutnya perjalanan organisasi pengkaderan para calon ulama dan intelektual. Sesungguhnya, tulisan, ukuran dan rumusan yang diceritakan oleh para ilmuan dan politikus tentang HIMMAH, telah berbicara dengan jelas bahwa HIMMAH memang sebuah organisasi kader bagi pelanjut missi yang diemban oleh pendiri-pendiri Al-Jam’iyatul Washliyah. Tulisan-tulisan yang ditulis oleh para pelaku sejarah perjuangan HIMMAH masa lalu (H.M. Ridwan IR Lubis, Drs. H. Hasbullah Hadi, SH, SPN, Drs. H.M. Nizar Syarif, Dr. Abd. Rahman Dahlan, Dr. Hasan Asari, MA, dan lainnya) merupakan bukti bahwa HIMMAH telah banyak mewarnai kehidupan masyarakat ilmiah yang Ahlussunnah di Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Uraian dan gambaran yang telah terpampang, merupakan uraian betapa HIMMAH telah melaksanakan himmahnya (cita-citanya) baik untuk tingkat regional maupun nasional. Memang kita akui bahwa masih banyak yang harus dilaksanakan oleh organisasi kader ini untuk masa mendatang. Namun tanggungjawab tersebut bukan hanya terletak dipundak HIMMAH saja, akan tetapi juga menjadi kewajiban Lembaga Pendidikan Tinggi dan Universitas yang dibina oleh organisasi induknya Al-Jam’iyatul Washliyah. iii
Penulis masih ingat sewaktu menjadi mahasiswa UNIVA dari tahun 1971-1974, HIMMAH lebih berjaya di USU, UISU, dan IAIN dibanding di Universitas AlWashliyah sendiri. Hal serupa masih tetap berlangsung sampai saat ini di UNIVA dan UMN Al-Washliyah, HIMMAH kurang berperan, di kampus kedua Universitas tersebut dibanding Lembaga-Lembaga lain yang dilahirkan oleh kedua Lembaga Pendidikan Tinggi tersebut. Buku “Potret HIMMAH; Menyibak Sejarah, Gerakan dan Identitas” yang sedang berada di hadapan pembaca, penulis yakin dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap tempat berkumpulnya para kader Al-Washliyah dalam menjalankan amanah dari buya-buya kita, para pendiri Al-Jam’iyatul Washliyah. Kendatipun isi buku ini mungkin belum menceritakan keseluruhan dari sepak terjang HIMMAH, namun buku ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengenal dan mengikuti perjalanan HIMMAH dari masa ke masa. Kami dari kader HIMMAH masa lalu mengucapkan terima kasih kepada setiap penulis yang terlibat dalam penulisan buku ini dan semua pihak yang ikut membantu dalam penerbitan buku yang menjadi panduan bagi pelanjut missi HIMMAH, semoga Allah Swt selalu memberi Taufiq dan Hidayahnya kepada kita semua. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. Medan, 03 Maret 2007 Dto
Prof. H.M.Hasballah Thaib, MA, Ph.D iv
Daftar Isi
Halaman Prakata Editor ............................................................. i Kata Pengantar Oleh: Prof. H. M. Hasballah Thaib,MA, Ph.D ...... iii Daftar Isi .................................................................. v Bagian I
Pendahuluan (Editor) ..................................................... 2
Bagian II Sekilas Pandang ....................................... 13 Maktab Islamiyah Tapanuli; Sebuah Cermin Berharga Bagi HIMMAH (Ja’far) ................................................................ 14 Al-Jam’iyatul Washliyah Sebagai Organisasi Induk HIMMAH (Dr.Hasan Asari, MA) .......................................... 34 Kondisi Sosio-Politik Indonesia Menjelang Kelahiran HIMMAH (Dr. Al-Rasyidin, MA) ......................................... 43 Bagian III HIMMAH dalam Dinamika ..................... 67 Historisitas Awal HIMMAH dan Dinamikanya. (Ismed Batubara, SH) .......................................... 68 Melirik HIMMAH Era 70-an Ditinjau dari Sudut Dakwah Islam (Drs. Muhammad Nizar Syarif) ........................... 86 Dinamika HIMMAH Tahun 80-an (Drs. Ansari, MA)................................................. 117 v
HIMMAH Era 90-an (Bukhori, S.Ag) ..................................................... 139 Bagian IV Identitas HIMMAH .................................. 159 Konstitusi HIMMAH (PP HIMMAH) ..................................................... 160 Wijhah HIMMAH (Dr. Abdurrahman Dahlan, MA) ......................... 213 Mengurai Wijhah HIMMAH Menuju Kader Profesional (Drs. Zulfikri Zega, M.Pd) .................................. 226 Khittoh Perjuangan HIMMAH (Drs. Hasbullah Hadi, SH, Sp.N) ........................... 238 Shibghoh HIMMAH (Drs. Zulfikri Zega, M.Pd) ...................................... 254 Mars HIMMAH (Drs. H. M Ridwan Ibrahim Lubis) ........................ 265 Ahlussunnah Wal Jama’ah; Akidah Saya, Akidah Anda, dan Akidah Kita (Drs. Irwansyah, MA) .............................................. 266 Reformasi Kurikulum Pengkaderan HIMMAH Membangun HIMMAH Menuju Organisasi Kader yang Handal (Rahmad Jamil, S.Ag) ............................................... 284
Bagian V Menatap HIMMAH.................................. 297 HIMMAH Pada Era Reformasi Menuju Pembentukan Masyarakat Madani (Asbin Pasaribu, S.Ag, MA). ................................... 298 Strategi Peningkatan Kualitas Kader HIMMAH Di Era Reformasi (Mohammad Al Farabi, M.Ag) .................................... 309
Prospek HIMMAH; Kini dan Akan Datang (Drs. Hasan Basri Ritonga). ....................................... 323
vi
Hilangnya Identitas Kader; Sebuah Sketsa Problematika HIMMAH Saat Ini Dan Masa Akan Datang (Syahrul Nasution)....................................................... 329
Menata Masa Depan HIMMAH; Sebuah Gagasan Untuk Membangun HIMMAH Menuju Organisasi Masa Depan (Asmawi Azhari, S.Ag) ................................................ 337
Bagian VI Penutup (Editor) ................................................................. 344 Taman Bacaan ............................................................ 348 Biografi Penulis.......................................................... 357 Tentang Editor............................................................ 364
vii
Potret HIMMAH Pendahuluan
Bagian I Pendahuluan
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
1
Potret HIMMAH Pendahuluan Pendahuluan
Pada paruh pertama abad ke XX Masehi, berbagai organisasi sosial-keagamaan telah bermunculan di seantero Nusantara. Berbagai faktor baik intern maupun ekstern telah menjadi pemicu bagi lahirnya beragam organisasi itu. Hingga kini kita dapat mengenal organisasi seperti Muhammadiyah, Nahdhatul ’Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Ittihadiyah, Al-Jam’iyatul Washliyah, dan banyak lagi1. Tidak dapat dipungkiri bahwa organisasi ini telah cukup berpartisipasi dalam upaya ’mengepakkan sayap’ Islam di tanah air. Organisasi sosial keagamaan di Indonesia memang memainkan partisipasi yang sangat luas di tengah masyarakat. Beragam organisasi tersebut tidak saja memberi rekatan idiologi keagamaan bagi sekelompok besar masyarakat, akan tetapi juga menjadi titik pemersatu dalam kegiatan-kegiatan yang cukup variatif. Dalam pada itu, berbagai organisasi tersebut memang banyak mengadakan bermacam kegiatan-kegiatan yang bergerak di pelbagai sektor kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan agama. Dalam konteks partisipasi yang sangat luas itu, muncul trend di mana berbagai organisasi keagamaan itu memiliki organisasi-organisasi underbow, yang jumlahnya bisa sangat banyak. Bahwa organisasi-organisasi yang berafiliasi ini diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
2
Potret HIMMAH Pendahuluan dalam hal penyebarluasan pengaruh organisasi induknya di berbagai kalangan masyarakat tertentu semacam pelajar, mahasiswa, pemuda, wanita, guru, sarjana dan seterusnya. Sebuah fenomena yang cukup unik, bahwa organisasi sosial-keagamaan tersebut baru mulai membentuk organisasi bagian yang bergerak di kalangan mahasiswa setelah bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pada pertengahan 1945.2 Sejarah mencatat bahwa organisasi seperti Nahdhatul ’Ulama melahirkan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada tahun 1960, Muhammadiyah mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada 1964, dan AlJam’iyatul Washliyah mendirikan Himpunan Mahasiswa AlWashliyah (HIMMAH) pada 1959. Sebelum kelahiran organisasi mahasiswa itu, para mahasiswa Islam di seluruh perguruan tinggi berafiliasi dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri pada 19473. Setelah berbagai organisasi mahasiswa Islam selain HMI tersebut dideklarasikan, maka sebagian mahasiswa Islam ’beruzlah’ dari HMI. Kemudian para mahasiswa itu bergabung dengan organisasi mahasiswa Islam yang telah dibentuk seperti IMM, PMII, dan HIMMAH. Biasanya, para mahasiswa yang ’beruzlah’ memiliki sebuah ’hubungan psikologis’ dengan organisasi sosial-keagamaan tertentu, sebagai induk dari organisasi mahasiswa Islam yang telah mereka pilih. Dalam konteks Al-Washliyah, bahwa organisasi ini lahir di Medan, Sumatera Utara. Sebuah kenyataan yang berbeda di mana banyak organisasi lahir di pulau Jawa. AlWashliyah ini didirikan oleh para pelajar senior Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) pada 30 November 19304. Pada masa itu MIT adalah sebuah institusi pendidikan Islam formal pertama dan ternama di Medan. Lembaga ini resmi Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
3
Potret HIMMAH Pendahuluan didirikan pada 19 Mei 1918 M (9 Sya’ban 1336 H).5 Para perantau Mandailing di Medan telah mensponsori upaya pendirian lembaga pendidikan tersebut. Keberadaan MIT cukup bermanfaat bagi pribumi Muslim karena saat itu belum ada sama sekali sekolah Islam tingkat lanjutan dan modern sehingga seluruh putera-puteri masyarakat Islam hanya memperoleh pendidikan Islam di mesjid dan di rumah ’ulama setempat. Selain itu, sekolah yang dibangun oleh pemerintah Belanda tidak cukup untuk menampung aspirasi masyarakat Islam. Ini dikarenakan selain sulitnya untuk memasuki sekolah itu bagi anak pribumi, sekolah itu juga tidak pernah memasukkan mata pelajaran agama ke dalam kurikulumnya. Pada akhirnya, MIT menjadi sebuah alternatif strategis dalam upaya memenuhi hasrat berpendidikan Islam bagi komunitas muslim waktu itu.6 Dalam catatan sejarah dinyatakan bahwa para pelajar MIT memang kreatif dan cerdas. Para pelajar senior MIT mendirikan sebuah kelompok studi (belajar) pada 1928. Bahwa tujuan pokok pendiriannya adalah Debating Club. Kegiatan perkumpulan ini adalah mendiskusikan dan membahas berbagai macam persoalan agama Islam dan sosio-kemasyarakatan. Perkumpulan ini dipimpin para pelajar senior terbaik MIT yang kelak merupakan para pendiri dan pejuang pertama Al-Washliyah. Mereka ini antara lain Abdurrahman Syihab (ketua ), Syamsuddin/Kular (sekretaris), Ismail Banda (penasehat), Adnan Nur dan Sulaiman (anggota). Aktifitas kelompok ini dilaksanakan minimal sekali dalam seminggu yaitu setiap malam jum’at.7 Melihat perkembangan yang memang cukup signifikan, para eksponen Debating Club itu berkeinginan untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang jauh lebih besar cakupan kerjanya. Beberapa pertemuan memang telah Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
4
Potret HIMMAH Pendahuluan diselenggarakan untuk membicarakan rencana itu hingga pada akhirnya diadakanlah pertemuan terakhir pada 26 Oktober 1930 di gedung MIT. Pertemuan itu dihadiri oleh para pelajar Islam, para ’ulama, dan masyarakat Islam di Medan. Pertemuan itu memutuskan untuk mendirikan sebuah perhimpunan untuk kemudian diberikan nama oleh Syekh Muhammad Yunus dengan ”Al-Jam’iyatul Washliyah”.8 Sebagai langkah awal, ditetapkanlah struktur kepengurusan dengan tugas mempersiapkan beberapa hal menyangkut keorganisasian seperti rancangan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga (ART) organisasi. Adapun struktur awal kepengurusan itu adalah: Ketua : Ismail Banda Sekretaris : Muhammad Arsyad Thalib Lubis Bendahara : H. M. Ya’kub Anggota : Kular, H. A. Malik, Abdul Azis Effendi, dan Muhammad Nurdin.9 Setelah persiapan matang, diadakanlah pertemuan akbar pada 30 November 1930 guna mendeklarasikan perhimpunan bernama Al-Jam’iyatul Washliyah ini. Sistem keorganisasian juga menjadi objek pembahasan. Para peserta pertemuan itu memberikan respon positif terhadap rancangan-rancangan keorganisasian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada akhirnya, diresmikanlah organisasi AlJam’iyatul Washliyah ini dengan susunan kepengurusan sebagai berikut: Ketua : Ismail Banda Wakil ketua I : Abdurrahman Syihab Sekretaris : Muhammad Arsyad Thalib Lubis Sekretaris I : Adnan Nur Bandahara : H.M.Ya’kub Anggota : H. Syamsuddin, H. Yusuf Ahmad Lubis, H Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
5
Potret HIMMAH Pendahuluan Abdul Malik, dan Abdul Azis Effendi. Penasehat : Syekh Muhammad Yunus.10 Dalam perjalanan historisnya, Al-Washliyah memang telah berpartisipasi aktif dalam upaya untuk mengembangkan Islam di Indonesia. Organisasi ini juga telah berkecimpung dalam segala aspek kehidupan masyarakat khususnya di Sumatera Utara. Dalam upaya penyebarluasan pengaruh AlWashliyah di berbagai kalangan masyarakat seperti pelajar, mahasiswa, pemuda, wanita, guru, dan sarjana, misalnya, organisasi ini membentuk organisasi bagian yang bergerak di kalangan masyarakat itu. Oleh karenanya, kini kita dapat mengenal organisasi bagian Al-Washliyah seperti Ikatan Putera-Puteri Al-Washliyah (IPA), Gerakan Pemuda AlWashliyah (GPA), Himpunan Mahasiswa Al-Washliyah (HIMMAH), dan lainnya. Keberadaan organisasi bagian itu diharapkan dapat memperbesar ’gaung’ organisasi induknya. Dalam konteks kemahasiswaan, bahwa Al-Washliyah baru mendirikan organisasi HIMMAH tanggal 30 November 1959. Eksistensi HIMMAH dilatari oleh adanya kebutuhan Al-Washliyah terhadap generasi penerus berbasis intelektual dan cerdas. Bahkan HIMMAH diharapkan bisa menjadi salah satu generasi penerus cita-cita Al-Washliyah kelak. HIMMAH, sebagai salah satu organisasi ’anak’ dari Al-Washliyah memang telah berperan besar dalam membangun kehidupan masyarakat. Organisasi mahasiswa Islam yang lahir 47 tahun silam ini telah berdedikasi bagi ummat dalam pelbagai sektor kehidupan masyarakat seperti sosial, politik, ekonomi, intelektual dan agama. Permasalahannya, kiprah HIMMAH memang tampak kurang diketahui oleh publik. Barangkali ini disebabkan oleh minimnya informasi tertulis seperti buku, artikel, maupun hasil penelitian yang memuat gerak juang organisasi ini. Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
6
Potret HIMMAH Pendahuluan Seperti apakah kiprah organisasi HIMMAH ini dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara?. Barangkali juga, apakah HIMMAH itu? Bagaimanakah visi, misi, dan tujuan organisasi ini?. Paling tidak, jawaban dari beberapa pertanyaan itulah yang akan dipaparkan oleh dan menjadi tujuan buku ini. Buku ini merupakan kumpulan makalah yang ditulis oleh para tokoh HIMMAH antar generasi dengan perbedaan kecenderungan keilmuan, profesi dan pengalaman. Para penulis buku ini terdiri atas tokoh Al-Washliyah dan juga tokoh HIMMAH. Mereka terdiri atas akademisi, politisi, ’ulama serta aktifis mahasiswa. Boleh jadi, kecenderungan itu akan membias dan mempengaruhi materi dalam tulisan mereka. Kenyataan ini pula yang turut serta dalam memperkaya khazanah buku ini dan membuatnya lebih unik dan menarik. Terlepas dari itu, buku ini adalah karya terbitan pertama seputar organisasi HIMMAH. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa buku serupa yang tidak dipublikasikan. Oleh karena buku ini ditulis langsung oleh para tokoh HIMMAH, tentu saja buku ini menjadi salah satu sumber primer dan otoritatif dalam membincangkan sejarah, gerakan dan identitas HIMMAH. Sehingga para pembaca tidak perlu ragu terhadap nilai keautentikannya. Keberadaan buku ini cukup bermanfaat bagi semua pihak. Selama ini belum ada buku terbitan beredar luas di tengah-tengah masyarakat yang membahas pertumbuhan, perkembangan dan identitas HIMMAH. Dapat dikatakan bahwa buku ini akan bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Al-Jam’iyatul Washliyah khususnya warga HIMMAH. Nilai kebermanfaatan tersebut antara lain adalah terpeliharanya sejarah organisasi sebagai salah satu asset paling berharga. Kehilangan sejarah tersebut sama juga dengan kehilangan Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
7
Potret HIMMAH Pendahuluan citra dan identitas organisasi itu sendiri. Dengan kata lain, apa artinya kebesaran sebuah organisasi tanpa memiliki sejarahnya sendiri. Hadirnya buku ini juga bermanfaat bagi masyarakat dalam upaya mengenali dan memahami sejarah dan identitas HIMMAH. Boleh jadi, HIMMAH ini pernah berjasa bagi kehidupan seorang individu atau juga kelompok masyarakat tertentu. Sehingga keberadaan buku ini akan membantu mereka untuk berterima kasih kepada organisasi dan juga kader HIMMAH. Atau juga buku ini akan dapat dinikmati dan dilahap oleh masyarakat yang cinta sejarah. Sehingga ia akan dapat menghilangkan haus dan dahaga masyarakat yang ingin terus menggali sejarah, apapun bentuk sejarah itu. Buku ini berguna pula untuk para peneliti dan juga ilmuan. Selama ini, para ilmuan banyak melakukan penelitian tentang keberadaan organisasi-organisasi khususnya yang ada di wilayah nusantara. Tak jarang pula penelitian itu sulit dilakukan, jika tidak ingin dikatakan gagal, karena minimnya sumber referensi yang tersedia di lapangan tentang organisasi bersangkutan. Dalam konteks HIMMAH, memang belum adalah sama sekali peneliti yang mengkaji tentang organisasi mahasiswa underbow Al-Washliyah ini. Barangkali salah satu sebabnya adalah minimnya bahkan hampir tidak ada rujukan otoritatif tentang organisasi ini. Sehingga para peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri merasa enggan untuk mulai meneliti tentang organisasi mahasiswa Islam yang satu ini. Akhirnya, mudah-mudahan buku ini dapat menjadi titik tolak dan landasan awal bagi penulisan buku dan penelitian tentang HIMMAH berikutnya guna menggali ’mutiara’ organisasi ini yang mulai redup. ’Mutiara’ itu harus ambil dan dibersihkan untuk kemudian dipajang sehingga Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
8
Potret HIMMAH Pendahuluan tetap menjadi sebuah perhiasan berharga dan dapat menjadi kebanggaan bagi pemiliknya; kini, esok, dan masa yang akan datang. (Editor)
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi
9
Potret HIMMAH Pendahuluan Catatan: 1
Untuk memahami dinamika organisasi sosial-keagamaan ini, silahkan baca; Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 19001942, (Jakarta: LP3ES, 1980); Karel A Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1986). 2 Adapun latar belakang pendirian organisasi mahasiswa Islam selain HMI adalah bahwa selama pemerintahan presiden Soekarno, untuk mendapatkan persetujuan darinya, sebuah organisasi harus dapat membuktikan bahwa organisasi tersebut mempunyai dukungan kuat dari masyarakat luas termasuk dukungan dari kalangan mahasiswa. Untuk memenuhi persyaratan ini, maka semua golongan atau gerakan sosialpolitik yang ada di tanah air termasuk Muhammadiyah, NU, Perti, AlWashliyah, dan lainnya, harus membentuk sebanyak mungkin organisasiorganisasi penunjang atau organisasi bagiannya yang bergerak di berbagai segmen masyarakat baik pemuda, pelajar, wanita, dan dalam konteks ini adalah mahasiswa. Victor Immanuel Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam; Sejarah dan Kedudukannya di Tengah-Tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 1991) h 79. 3 Himpunan Mahasiswa Islam (disingkat HMI) adalah sebuah organisasi mahasiswa Muslim yang didirikan pada 5 Februari 1947. Para pendiri organisasi mahasiswa Islam ini antara lain; Lafran Pane, Dahlan Husein, Maisorah Hilal, dan lainnya. Mereka ini adalah para mahasiswa Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta. Berbeda dengan organisasi mahasiswa Islam seperti HIMMAH, IMM, dan PMII, organisasi seperti HMI tidak berafiliasi dengan organisasi sosial-politik dan sosialkeagamaan apapun. Inilah yang membuat HMI benar-benar menjadi organisasi independen dan mandiri tanpa ada keterikatan dengan organisasi apapun sebagai induknya. Untuk melihat dinamika dan identitas organisasi mahasiswa Islam ini, lihat, Victor Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam,. Ibid. 4 Karel A Steenbrink menggolongkan organisasi semacam AlWashliyah sebagai salah satu organisasi pembaharu pendidikan Islam di Sumatera Utara. Ia menulis bahwa Al-Jam’iyatul Washliyah adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan agama dalam arti yang cukup luas. Untuk memahami dinamika Al-Washliyah, baca; Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, h 76-77; Chalidjah Hasanuddin, Al-Jam’iyatul Washliyah: Api Dalam Sekam (Bandung:
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi 10
Potret HIMMAH Pendahuluan Pustaka, 1988); Pengurus Besar Al-Jam’iyatul Washliyah, Al-Jam’iyatul Washliyah dalam Seperempat Abad, (Medan: PB Al-Washliyah, 1955). 5 Berbeda dengan Muaz Tanjung dengan mengutip dari buku AlJam’iyatul Washliyah Seperempat Abad karya Pengurus Besar AlJam’iyatul Washliyah dan Sejarah Maktab Islamiyah karya Abu Bakar Ya’kub, bahwa MIT resmi berdiri pada 19 Mei 1918, maka Steenbrink berpendapat bahwa MIT berdiri pada 15 Mei 1918. Di samping itu, Chalidjah Hasanuddin menyatakan bahwa MIT diresmikan pada 19 Maret 1918. Namun tampaknya pandangan pertama lebih kuat dipegang karena pendapat pertama berasal dari tulisan para tokoh yang terlibat langsung dengan MIT dibandingkan Steenbrink. Lihat, Steenbrink, Pesantren; PB Al-Washliyah, Al-Jam’iyatul Washliyah; Muaz Tanjung, Pendidikan Islam di Medan Pada Awal Abad ke-20; Studi Historis tentang Maktab Islamiyah Tapanuli (1918-1942), Thesis tidak diterbitkan, (Medan: PPS IAIN SU, 2004); Chalidjah Hasanuddin, Al-Jam’iyatul Washliyah. 6 Untuk mengetahui lebih jauh tentang peranan MIT terhadap masyarakat Muslim di Medan, baca; Muaz Tanjung, Pendidikan Islam; Abu Bakar Ya’qub, Sejarah Maktab Islamiyah, (Buku tidak diterbitkan) 7 Pengurus Besar Al-Washliyah, Al-Jam’iyatul Washliyah Dalam Seperempat Abad, (Medan: PB Al-Jam’iyatul Washliyah, 1956), h 36. 8 “Al-Jam’iyatul Washliyah” ini berarti ‘perhimpunan yang menghubungkan dan mempertalikan’. Syekh Muhammad Yunus (18891950 M), seorang ‘ulama besar Sumatera Utara dan juga pernah menjadi nazir MIT, memilih nama ini agar organisasi Al-Washliyah dapat menjadi jembatan atau washilah bagi kelompok masyarakat Islam yang berbeda pandangan. Terutama antara kelompok yang dikenal saat itu sebagai kelompok “Kaum Tua” yaitu Nahdhatul ‘Ulama dan “Kaum Muda” yaitu Muhammadiyah. Sejarah mencatat bahwa antara kedua organisasi ini memiliki pemahaman keagamaan yang berbeda. Perbedaan ini pun membuat keduanya berselisih. Tak jarang, perselisihan itu membuat hubungan silaturahmi antar dua kelompok itu memudar, jika tidak ingin dikatakan putus. Kehadiran Al-Washliyah di Sumatera Utara (tahun 1930) kala itu diharapkan dapat menjadi poros tengah dan penyambung tali silaturahmi diantara kedua kelompok yang bertikai. Dari sini, AlJam’iyatul Washliyah dan seluruh organisasi bagiannya, termasuk HIMMAH identik dengan organisasi pemersatu silaturahmi. Dalam konteks Kehimmahan, bahwa motto organisasi mahasiswa Al-Washliyah ini adalah “Jihad, sabil, al-falah dan Senyum, sapa, silaturahmi”. Sebuah motto yang terpatri di dalam jiwa dan raga para kader HIMMAH.
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi 11
Potret HIMMAH Pendahuluan 9
Ibid, h 38. Ibid. h 38.
10
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi 12
Potret HIMMAH Pendahuluan
.
Jihad...Sabil...Al-Falah
Senyum...Sapa...Silaturahmi 13