Rain Rena Beatrice Alfayini,seorang perempuan yang bukan lelaki. Pasti lahir dari rahim ibunya pada 12 Desember 1995.Satu hal yang unik darinya, dia suka hujan. Rizky Putra Ahmad, seorang CEO yang dingin dan suka mengintimidasi. Namun punya seribu rahasia dibalikknya, dia benci hujan entah mengapa.
Part 1: Sapaan Dari Author Bacaaa ini dulu ya! Hello! Sapaan hangat dari Author! Oh ya, ini cerita kedua aku! Stepback bakalan aku lanjutin kok tapi kalo aku udah punya ide ya:) wkwk Di story aku kali ini, aku mau buat cerita yang mungkin kalian pikir "ah udah banyak ini mah di wattpad" "Ah paling author nyontek" Gak, gak sama sekali. Aku nulis story ini full dari hasil otak aku. Story aku masih banyak kekurangan. Aku pemula. Kalo kalian mau menjiplak story aku pilah pilih dulu lah, story jelek gini di jiplak. Tinggalkan jejak ya! Sebagai pembaca yang baik! Vomment kalian sangat berarti buat aku! With love, Dennya angeline
Part 2: 1 Aku terlambat ke kantor lagi. Dan ini yang menyebabkan aku harus keruang Mr. Zion. Laki laki paruh baya yang kerjanya marah marah itu memanggilku karena aku sudah 4 kali terlambat datang ke kantor dalam minggu ini. "Kenapa kamu terlambat?! Kamu pikir ini kantor nenek moyang mu!" "A..a...aa.. Anu pak" "Anu anu! Kalo orang nanya tuh jawab yang jelas! Kamu masih mau terima gaji bulan ini kan Rena?" "Yaampun udah gajinya kecil, pake ditanya mau terima apa ngga lagi" grutuku dalam hati. "Heh jawab! Malah ngelamun." "Eh.. Iya pak masih. Ibu saya sakit pak saya harus menjaganya." Kataku berbohong. "Saya sih bisa terima alasan itu tapi gatau sama bos besar. Kamu disuruh keruangannya sekarang."
"Iya pak baik pak." Aduh mampus aku, bau bau pemecatan ini namanya. Aku mengetuk pintu besar itu 3 kali. Tapi tak kunjung mendapatkan jawaban. Memberanikan diri, aku masuk kedalam. "Siapa yang suruh kamu masuk keruangan saya tanpa saya suruh masuk dulu?" Suara berat itu menggema diseluruh ruangan. Lelaki itu masih bersembunyi dibalik kursi kebesarannya. Jujur saja, aku belum pernah bertemu dengan CEO perusahaan ku. "Emm maaf pak saya lancang, saya daritadi mengetuk tapi tak kunjung dapat jawaban." Lalu dia membalik kursinya, astaga... Tampan sekali tuhan. Lelaki itu bermata coklat, dengan garis rahang yang sangat jelas,dengan memakai jas biru dan dasi hitam dengan celana yang senada. Hampir saja air liurku menetes melihat pesonanya. "Oh saya tidak tau, duduklah." Dia mempersilahkan aku untuk duduk. Dengan cepat aku mendaratkan bokongku di kursi yang langsung berhadapan dengannya. "Jadi langsung saja, kenapa kamu datang terlambat selama 4 hari ini? Kamu gak mau terima gaji lagi apa gimana? Kamu tau saya paling tidak suka dengan yang namanya keterlambatan." Panjang lebar dia memberikan pertanyaan dan pernyataan. "Anu pak maaf, ibu saya sakit. Jadi saya harus menjaganya. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi. Jangan pecat saya pak,saya membutuhkan pekerjaan ini." Ya tuhan sudah berapa kebohongan yang aku buat hari ini. "Yang mau pecat kamu siapa? Saya cuman bertanya kok." Dengan santainya Rizky menjawab pertanyaan Rena. "Yaudah pak,saya permisi dulu. Tugas dari mrs. Jane numpuk dimeja." Aku?ketus dengan CEO? Jangan salahkan aku. Sudah bawaan orok. "Tunggu, yang suruh kamu keluar dari ruangan ini siapa?" Dengan cepat dia menarik tanganku dan menyuruhku untuk duduk kembali. "Ada apa pak?" Aku mencoba sopan, aku sudah geram sebenarnya apasih mau ni orang. "Pulang kamu sama siapa?" Sontak pertanyaan itu membuatku kaget. "Saya pulang sama pacar saya pak." Aku melontarkan hal tersebut karna sorry dorry morry strawberry ya! Aku bukan cewe murahan yang gampang diajak pulang bareng. "Oh yasudah kalo gitu, keluar dari ruangan ini cepat." Mukanya berubah masam, aku gak perduli. Aku keluar dari ruangan itu cepat.Memangnya dia siapa. Memang, harus kuakui dalam urusan begini aku pengalamannya paling minim. Malah nol. Aku belum pernah pacaran. Ya, lucu ya. ***** Aku pulang kantor naik angkutan umum, sudah biasa. Dari tempat pangkalan angkutan kerumahku, aku harus berjalan sekitar 10 menit. Sepi, mungkin itulah yang menggambarkan keadaan jalan. Tiba tiba hujan turun sangat deras, mungkin bagi orang lain hari ini menjadi hari yang sial baginya. Udah dimarahin bos, terancam dipecat, pulang kehujanan. Lengkap sudah penderitaan. Namun tidak denganku. Aku sangat bahagia. Karena, ya, karna aku suka hujan. Aku menyukai hujan karena banyak pengalaman dibalik setiap hujan. Dan bau khas yang ditimbulkan dari hujan membuat ku tenang. Kalo kata orang sih "Jadilah seperti hujan yang tidak menangis meskipun dijatuhkan langit berkali kali." Aku memejamkan mataku, mendongak keatas,merentangkan tangan, dan berputar putar ditengah hujan. Jangan bilang aku seperti anak kecil! Tapi memang aku begitu setiap hujan. Aku merasa begitu bahagia dengan kondisi seperti ini. "Hey bodoh, sedang apa kamu berputar putar ditengah hujan? Kamu gila ya?" Tiba tiba suara laki laki yang mungkin aku kenal itu mengagetkanku dan memaksaku berhenti melakukan aksiku itu. "Loh bapak ngapain ada disini?" Aku seperti orang bodoh dengan baju basah dan muka terkejut. Dengan cepat, dia turun dari
mobilnya dengan payung yang dia pegang. "Jangan main hujan, gatau malu sudah bangkotan juga." Dia memayungiku dan menarik tanganku agar masuk kedalam mobilnya. Tentu saja aku menolak. Aku lebih baik basah kuyup daripada harus naik mobil mewahnya bersamanya. Namun, dia mencengkram tanganku. Apa daya aku tak bisa menolak. Suasana didalam mobil sangatlah sunyi. Tak ada percakapan. Hanya ada suara grasak grusuk dari radio. "Rumahmu kearah mana? Saya tak tau." Katanya memulai perbincangan. "Nanti pertigaan belok kiri, rumah cat hitam dengan pohon mangga didepannya." Kataku ketus. "Ketus banget jadi perempuan." Dia melirikku. "Kenapa kamu hujan hujan dijalan tadi?" Dia menengok kearahku menungguku untuk menjawab pertanyaannya. "Karena saya suka hujan." "Kenapa suka hujan?" Dia bertanya lagi, kepo amat sih ah. "Karena hujan dapat menyamarkan air mata saya ketika menangis. Dan suara hujan dapat meredam jeritan penderitaan saya." Dia hanya terpaku dengan jawabanku. Aku sudah menduga dia akan bereaksi seperti itu. "Kalau saya sangat membenci hujan." Ih memangnya siapa yang nanya dia?! "Ohh yaudah kita berbeda." Jawabku singkat. "Memang beda kamu perempuan dan aku laki laki." Dia tertawa kecil. Tapi bercandaannya sangat garing kurasa. "Oke kita sudah sampai." Diluar masih hujan, dengan cepat dia keluar dari kursi kemudi dan membuka pintu mobil penumpang dan memayungi sambil mengantarkan ku hingga ke teras rumah. "Terimakasih pak." Jawabku. "Tunggu sebentar Rena, boleh saya minta nomormu?" ******* Haloooo!!! Hai hai hai! Selamat datang dicerita Rain ya! Si rena ketus banget jadi perempuan ampun:( Jadilah penulis yang baik dengan meninggalkan jejak ya! Jangan silent reader dong:( Aku gapunya waktu tertentu buat update. Kalo aku dapet inspirasi ya aku update. Jadi yaaa gitu.
Part 3: 2 "Semua berawal dari tatap, biarkan hatimu menuntunmu untuk menyatu dengannya."
****
"Tunggu sebentar Rena, boleh saya minta nomormu?" Dia menyodorkan handphonenya agar aku mengetik nomorku. Maunya apa sih ni orang?! "Pak Rizky yang terhormat, anda kan seorang CEO perusahaan kenamaan dimuka bumi ini. Apapun bisa anda lakukan dengan jentikan jari. Jadi jentikan saja jari anda dan anda akan mendapatkan nomor saya dari asisten anda." Kataku ketus. "Ga gentle kalo saya menyuruh asisten saya. Tapi kalo mau kamu begitu, yasudah asisten saya bisa cari semua tentang kamu sampai ke masa lalu kamu." Katanya dingin, matanya yang coklat itu menusuk sampai ke ulu hati. Apa?masa lalu? Wah gawat gabisa dibiarin."Yasudah pak ini nomor saya." Aku mengeluarkan sepucuk kertas yang aku pakai untuk membeli pulsa tadi. Aku ga hafal nomorku. Untung kertas ini gak basah kena air hujan. "Oke makasih Rena, dan lain kali selain di kantor, jangan panggil saya pak. Panggil Rizky saja." Lalu dia berlalu begitu saja dari hadapanku. "Bagus deh, kalo karna dia bukan bos ku. Sudah kutendang kakinya dari tadi!" **** From : 0812xxxx "Rena... Besok temani saya rapat lalu kita akan makan siang bersama. Tidak ada penolakan." Tiba tiba handphoneku berdering. Ada sms masuk namun dari nomor yang tak dikenal. Namun sepertinya aku tau ini siapa. To : 0812xxxx "Maaf ini siapa ya?" From : 0812xxxx "Ini Rizky. Jadi bagaimana?" Huh sudah kuduga kan. Lelaki yang sok tampan itu (tapi emang tampan) yang menghubungiku. Demi tuhan,ini jam 2 pagi dan dia membangunkanku dari tidurku yang nyenyak! Ganggu sekali! To : 0812xxxx "Baiklah pak jika bapak berkehendak begitu." **** Pagi ini aku bangun pagi, suatu keajaiban. Namun tentu saja ada alasannya aku bangun sepagi ini, aku tidak mau terjebak diruang bos besar itu lagi. Sekali saja sudah cukup. Hari ini aku memakai kemeja biru tua dengan rok hitam selutut dan heels hitam. Rambut hitamku dikuncir (seperti buntut kuda). Ku poles riasan yang benar benar natural. Sangat natural bisa dibilang. Hari ini aku datang ke kantor tidak terlambat. Bahkan mereka melihatku heran. Ada apa si Rena dateng jam segini? Kesambet jin apaan semalem ya? Aku langsung mendaratkan pantatku di kursiku. Setumpuk pekerjaan telah ditaruh dimejaku. Pemandangan indah. Tiba tiba bos besar menghampiriku dengan tatapan mengintimidasinya. "Temani saya rapat dan kita akan makan siang bersama." Lalu dia meninggalkan mejaku tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab. Sungguh, aku tidak suka dipaksa paksa seperti ini. **** Suasana didalam mobil seperti biasa, sunyi,seperti kuburan. Setelah sampai ditempat rapat, aku yang memegang semua berkas yang akan dibahas dalam rapat. ***** "Jadi, Pak Rizky siapa perempuan cantik disebelah anda?" Seorang kolega Rizky yang mungkin bisa
dibilang hidung belang menatapku terpaku. "Ini sekertaris saya." Jawabnya singkat. Padahal aku bukan sekertarisnya, aku hanya pegawai biasa. "Jangan menyentuhnya jika anda mau perusahaan anda selamat." Lanjutnya. Sebenarnya aku kaget dengan perkataannya. Tapi aku gak ambil pusing. Setelah rapat kami makan disuatu restoran yang menurutku mahal. Memang mahal, karena aku biasa makan siang dengan nasi padang. Kami duduk di dekat jendela, aku tau sedari tadi bos ku ini menatapku tapi aku malah melihat kearah jendela. Melihat hiruk pikuk kota. "Mas pesan Baked Chicken with mushroom sauce 1 lalu jus strawberry 1 dan 1 spaghetti dan jangan lupa 1 orange juicenya ya." Belum sempat aku membaca menu, Rizky sudah memesankan makanan untukku. Dan kalian tau? Dia tau makanan dan minuman favoritku sejagat raya. Spaghetti dan jus jeruk tentunya. Aku lebih suka menyebutnya jus jeruk dibanding dengan orange juice. Kami makan dalam kesunyian. Aku dan dia fokus pada makanan masing masing. Selesai makan aku lebih memilih memainkan games di handphoneku. "Sini handphonemu." Dia mengambil handphoneku. "Kenapa kamu tak bertanya kenapa aku bisa tau makanan dan minuman kesukaan mu? Apa kamu gak penasaran? Kamu gak kepo tentang kehidupan saya gitu?" Tanyanya membuka perbincangan. "Saya gamau pusing dengan kehidupan bapak. Banyak hal yang harus saya pikirkan selain itu." Jawabku ketus. "Seperti yang kamu bilang kemarin, saya meminta asisten saya mencari tau tentangmu." Jelasnya. "Jadi bapak mencari tau tentang saya? Bapak tau masa lalu saya? Bapak tau kalau saya belum pernah berpacaran? Bapak tau kalau saya benci sama bapak?" Tanyaku menyerocos. Dan Rizky hanya tertawa mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulutku. Bukannya jawab malah ketawa."Tidak,aku tidak mencari tau tentang masa lalumu. Oh ya dan aku baru tau kalo kamu belum pernah berpacaran hahahaha." Katanya sambil tertawa. Bodohnya aku memberi tau rahasia terbesarku. "Dan satu lagi jangan memanggil saya pak atau bapak jika bukan urusan formal." Lanjutnya. Setelah kenyang, emm maksudku dia yang kenyang karena aku tidak menghabiskan makanannya. Dia langsung mengantarku pulang kerumahku. Sebenarnya aku tidak mau, tapi kalian tau sendiri kalau Rizky seorang pemaksa. Jujur, aku lebih baik naik angkutan umum. "Oh ya Rena kenapa waktu kemarin kamu bilang,kamu pulang bersama pacar kamu?" Dia bertanya atau nyindir sih. "Saya tak mau menyusahkan orang pak, saya masih punya uang, kaki buat jalan, dan mulut buat ngomong kalau saya mau turun dimana." Entah mengapa setiap dia bertanya aku merasa sebal. "Judes sekali kamu rena, sekali lagi kamu begitu saya turunkan dijalan biar tau rasa." Katanya mengancam. "Nah yaudah pak turunkan saya disini saja! Ayo buka pintunya!" Rena bodoh, disini gak ada angkutan kamu mau pulang gimana. Aku kira dia akan menurunkanku. Baru saja aku mau loncat dari mobil ini. Biar disangka dia pelaku percobaan pemerkosaan. Namun yang ada malah dia me-lock mobil ini dengan pengunci otomatis.
Hai hai hai hai!!! Selamat datang di chapter 2 ya! Pesan aku cuma satu: "Jadilah pembaca yang baik dengan meninggalkan jejak." Kan story ini dibaca dengan gratis gak dipungut biaya, ya kalian apresiasi sedikit karyaku ini ya. Vomment makanya! *maksa*
Part 4: 3 Cinta datang dengan tiba tiba dan menyelipkan kenangan indah diantaranya. ****** Aku kira dia akan menurunkan aku dijalan, ternyata dia malah melajukan mobilnya dengan cepat. Tapi tunggu,sepertinya ini bukan menuju rumahku. "Emm maaf pak ini bukan arah kerumah saya." Aku menoleh kearahnya, jujur saja aku takut dia menculikku. Hanya orang bodoh yang menculik orang rakus seperti ku, request makananku banyak, bisa bisa si penculik bangkrut. Bukannya dijawab dia hanya terdiam. "Maaf pak kita mau kemana?" Tanyaku sekali lagi namun tak kunjung dapat jawaban. "Rizky! Heh jawab orang ngomong dari tadi, situ tuli ya? Apa bisu? Saya bertanya dari tadi." Sebenarnya ucapanku tadi agak kurang ajar, namun karena aku sudah kepalang sebal dan benci terhadapnya jadi ya sudahlah. Ternyata dia menurunkanku disebuah taman. Banyak anak anak yang bermain disini. Aku lebih memilih untuk duduk dikursi taman dekat pohon. "Ini buat kamu, saya tau pasti kamu haus marah marah terus kayak tadi." Dia menyodorkan minumnya padaku dengan cepat aku mengambil dan menyeruputnya. Aku sungguh haus. "Aku dulu sering kesini sama ibu, dari kecil hingga dewasa aku sering kesini. Dan pohon itu yang menjadi saksinya." Dia menunjuk kearah pohon itu,nampaknya pohon itu memang sudah lama. "Emm Rizky, boleh saya tau berapa usiamu?" "Saya kelahiran tahun 1989." Jawabnya,dia ini menguji matematika ku ya? Jujur saja aku bodoh di matematika. Aku mengeluarkan handphoneku dan menghitung usianya menggunakan kalkulator. Kenapa? gasuka aku menggunakan kalkulator? Dan dia tertawa melihat apa yang kulakukan. "Jadi kamu berusia 27 tahun? Astagfirullah om om." Kataku sambil tertawa kecil. "Enak saja kamu bilang om om! Saya gak tua! Emangnya umur kamu berapa?" "Saya kelahiran tahun 1995." "Oh berarti 21 tahun ya. Masih abg berarti." Dengan cepat dia menebak umurku, pintar juga dia. Eh tapi kalo dia gak pintar dia gamungkin jadi CEO mungkin jadi tukang cilor. Mungkin. "Iya saya masih muda." Aku menjulurkan lidahku. Mengejeknya. Semilir angin sore sangat membuatku rileks, daun daun kering yang berguguran menambah kesunyian diantara kami. Hanya terdengar suara tertawa anak anak. Mereka sangat bahagia. "Dek kamu gakpapa? Lain kali hati hati naik sepedanya ya. Ada yang lecet gak? Mau kakak bawa kedokter?" Aku menolong seorang anak yang terjatuh dari sepedanya, sebenarnya dia tidak kenapa napa hanya menangis meraung raung. "Huaaaaaaaaa mamaaaaaaaa sakitttt huaaa huaaaa."
"Aduh adek kamu jangan menangis dong, kakak belikan es krim mau?" Anak kecil itu hanya mengangguk. Aku membelikan anak itu eskrim dan kembali duduk disamping rizky. Dari pertama anak itu jatuh dia hanya memperhatikan saja, tidak menolongnya. Apakah dia tak punya prikemanusiaan? "Kamu suka anak anak?" Dia menoleh kearahku, memperhatikanku. "Ya, aku penyayang anak anak." "Sudah yuk pulang sudah mau maghrib." Aku mengajaknya pulang, karena fajar sudah mulai tergelincir menuju ufuk barat. Jingga menyelimuti langit yang sudah mulai tampak gelap. Sebentar lagi adzan juga akan berkumandang. ***** Dia mengantarku hingga teras rumah, sebenarnya aku hanya ingin dia mengantarkanku hingga depan gerbang. "Rena, boleh saya berkata sesuatu padamu?" "Boleh Riz, kenapa?" Aku mulai mengikuti peraturannya yang tidak memanggilnya dengan sebutan pak selain di kantor. "Emm tidak jadi deh di telepon saja." "Yasudah,terserah." "Rena kamu udah pulang? Kamu pulang sama siapa sayang?" Aku terkejut melihat mama yang tiba tiba keluar. "Perkenalkan tante saya Rizky,teman dekat Rena." Apa?! Teman dekat?! Apa?! Apa?! Bernafas rena bernafas. "Kok kamu gapernah bilang sama mama sih Rena kalau kamu punya teman dekat seganteng ini?" Aduh mama! Kenapa sih gabisa liat yang bening dikit?! Langsung deh digodain. Malu maluin aku saja. Hancur sudah pencitraanku depan Rizky. "Yasudah tante saya pamit dulu, Assalamualaikum." Dia mencium punggung tangan mama dan pergi pulang menggunakan mobil mewahnya itu. "Rena ish sini dulu!" "Aduh apa sih ma, aku udah lengket nih badannya." Kataku malas. "Sejak kapan kamu dekat dengan si ganteng itu?" Aduh si mama ini masih saja. "Aduh ma, please deh! Rizky itu bukan siapa siapa aku, dia atasanku dikantor." Kataku sambil mengambil handuk. "Ih tapi tuh dia bilang kamu itu teman dekatnya! Kamu mau bohong sama mama ya?" "Aduh terserah mama deh, aku pengen mandi dulu." ***
Setelah aku mandi, aku merebahkan tubuhku dikasur. Aku mendengarkan musik dari handphone ku. Tapi kok si Rizky belum telepon telepon aku ya? Apa mungkin dia lupa? Ah mengapa aku memikirkannya sih. Sedari tadi aku hanya mengecek hp ku apakah Rizky menelepon ku atau mengirimi ku pesan singkat. Tapi ternyata nihil. Dia tidak menelepon atau mengirimiku sms. Akhirnya aku tertidur saja. Namun mataku ini sulit terpejam. Biasanya aku cepat sekali tidurnya. Pagi paginya aku terbangun, tapi aku bangun terlambat 5 menit dari kemarin. Aku berlekas mandi dan siap siap untuk kekantor. Dandanan ku dan pakaianku seperti biasa, sederhana. Sebenarnya aku berdandan dan berpakaian seperti ini karena bajuku yang muat tinggal sedikit. Badanku melebar. Untunglah aku tidak terlambat, tapi sedari tadi aku tidak melihat batang hidung si Rizky. Aku memberanikan diri bertanya pada sekertarisnya. "Maaf Mona apa Pak Rizky ada diruangan?" Tanyaku, mona hanya memandangku heran seperti "untuk apa dia kesini dan menanyakan Rizky." "Maaf Rena,Pak Rizky sedang tidak ada diruangannya sedari pagi tadi." "Kamu tau dia kemana?" "Saya tidak tau Rena,maaf." Aku kembali ke mejaku dan menyelesaikan pekerjaan ku hingga waktu jam kantor berakhir. Tapi hanya satu yang ada dipikiranku. Kemana Rizky? Seharian dia tidak ke kantor tidak meneleponku. Sebenarnya dia mempermainkanku atau apa sih?
Haiiii lagi readers!!! Jangan pernah bosen baca Rain ya! Kalian dapet salam dari Rizkyku:) Rizky kemana ya? Apa dia ilang? Diculik? Atau kecelakaan? Sabar ya kaliannnn!!! Next part aku bakalan ngasih POV Rizky! Jadilah pembaca yang baik! Tinggalkan jejak vote dan comment membangun kalian demi story ini! Hargai penulis Story ini dengan cara vomment. Silent reader tidak baik loh:)
Part 5: 4 [Rizky POV] Aku, Rizky Putra Ahmad berusia 27 tahun. Bisa dibilang aku ganteng (sudah tentu), pintar, dan satu lagi kaya. Ya aku adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan kontraktor terbesar di negeri ini. Aku dapat menjabat sebagai CEO di perusahaan ini karena ayah. Sewaktu ayah meninggal, ayah mewasiatkan bahwa aku yang harus menggantikannya saat berusia 21 tahun. Saat ayah meninggal, aku baru berusia 18 tahun. Aku hampir gila karena sepeninggalan ayah. Karena aku anak satu satunya dan aku dekat sekali dengan ayah. Dulu aku dan ayah suka sekali berkuda, namun semenjak ayah meninggal, entah kenapa setiap aku melihat kuda aku pasti menangis. Dan aku tidak pernah berkuda lagi karenanya. Aku yang tadinya sangat ramah dan terbuka kepada orang orang, semenjak ayah meninggal aku menjadi pribadi yang dingin dan sangat tertutup.
Aku malas berurusan dengan sesuatu yang mengsangkut pautkan dengan hati. Itu menguras segalanya.Sudah barang tentu lebih capek,bukan? Pada satu ketika, aku jatuh cinta. Tentu saja dia wanita. Aku masih waras, tenang saja. Dia menurutku sangat sempurna, hidung mancung,berpostur tinggi dengan warna mata agak keabu abuan, rambutnya hitam dan dia sangatlah cantik. Namanya Ratna. Ratna Azzahra. Namun, pil pahit harus kutelan setelah 4 tahun kami menjalin hubungan. Dia meninggalkanku, dia pergi. Sekarang aku hanya dapat melihat nisan yang bertuliskan namanya. Kecelakaan itu merebut nyawanya. Semenjak Dia pergi, aku merasa separuh jiwaku hilang. Bagaikan langit yang kehilangan bintangnya, langit hanya dihiasi dengan kegelapan. Tidak ada sinar dari bintang yang mampu meneranginya. Begitu pula aku. Aku merasa sangatlah gelap, hancur, dan aku merasa tidak ada gunanya aku menjalani hidup ini. Namun pada suatu pagi, aku datang kekantor untuk mengecek pekerjaan para pegawaiku. Pandanganku tertuju pada satu wanita. Dia sangatlah cantik, meskipun berpenampilan sederhana. Dia sangat berbeda jauh dengan Ratna. Aku tidak mencari pelarian, karena aku tau dijadikan pelarian sakit rasanya. Aku merasakan getaran ketika menatapnya. Aku penasaran dengan wanita itu. Dia sangat menarik perhatianku. Untunglah aku mempunyai orang kepercayaan, aku menyuruh Dhanis untuk mencari tau seluk beluk wanita itu. Dhanis merupakan kawan seperjuanganku. Jadi mana mungkin dia berbohong padaku. "Namanya Rena Beatrice Alfayini, usia 21 tahun. Hidup bersama ibunya, ayahnya menceraikan ibunya dan ayahnya tidak tau tinggal dimana. Tinggal dirumah yang cukup sederhana bersama ibunya. Tidak mempunyai adik. Dan dia pegawai biasa, pegawai baru diperusahaan ini." Penjelasan Dhanis sedikit memberiku informasi. Namun aku tidak mau tau soal itu sebenarnya. Aku mau tau soal sifatnya. **** Aku mendapat laporan dari Mr. Zion bahwa Rena telah terlambat sebanyak 4 kali dalam minggu ini. Ini kesempatan ku untuk dekat dengannya. "Oke Mr. Zion panggilkan Rena keruangan saya setelah kau berbicara dengannya." Sebenarnya ini agak berlebihan, kamu tidak perlu keruang CEO hanya karena terlambat. Aku mengerjakan setumpuk pekerjaanku, lalu tiba tiba pintu terbuka. Aku langsung membalikkan kursiku. Aku tau itu pasti Rena. "Siapa yang suruh kamu masuk keruangan saya tanpa saya suruh masuk dulu?" Aku mengetesnya saja. Sebenarnya aku tau dia mengetuk pintuku. "Emm maaf pak saya lancang, saya daritadi mengetuk tapi tak kunjung dapat jawaban." Ya Tuhan, dia sangatlah cantik dan manis. Aku harus menahan diriku. Rena kau milikku. Kau wanitaku. Hanya untuku. Aku hampir tertawa ketika aku membalikkan kursiku dan melihat reaksinya, mulutnya menganga ketika melihatku. Apakah aku seganteng itu sampai sampai dia begitu?hahaha.
Part 6: 5
Semalaman aku memikirkan Rizky,kenapa dia tidak meneleponku? Dan imbasnya, pagi ini aku bangun terlambat. Memang benar kata mama, "kamu tuh tidur kayak orang mati, susah bangunnya." Aku berjalan menuju lift, aku tidak melihat Rizky dari seminggu lebih yang lalu. Apakah kamu gak rindu sama aku ,riz? Aku melihat sebuah amplop berwarna biru ketika aku baru meletakkan bokongku pada kursi. Aku membuka dan membaca isi surat tersebut. Lalu aku menangis bahagia. Karena air tidak pernah meninggalkan laut Bumi tidak pernah meninggalkan bulan Bintang tidak pernah meninggalkan langit Begitupun aku, Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Tidak walau satu detik, Satu menit, Satu jam pun. Rasa cintaku akan tetap ada disini. Ya, kamu tau dimana. Dihatiku. Karena air pengisi laut Bulan pelengkap bumi,yang menyinarinya dikala malam Bintang pelengkap langit, menghiasnya. Begitupun kamu. Kamu pengisi hidupku, hatiku, hari hariku. Hanya kamu. Kamu yang selalu terlintas dipikiranku. Hampir tiap detik. Dan kamu juga yang telah menyinari hatiku yang sempat kehilangan harapan. Yang sudah menyerah akan keadaan. Aku sangat sungguh benar benar mencintaimu Aku merindukan kamu, kamu yang galak yang selalu buat aku rindu hingga terjaga semalaman." - Rizky Apakah aku bermimpi? Seorang Rizky Putra Ahmad CEO dari perusahaan ditempat aku bekerja mengirimi surat cinta yang begitu manis untukku. Apa mungkin aku dikerjai? Aku harus ke ruangan Rizky pada jam makan siang nanti. ***** "Apa kamu sudah buat janji dengan Pak Rizky, Rena?" Tanya sekertaris Rizky padaku. Sedari dulu dia memang membenciku. Apalagi kalau dia tau aku dekat dengan Rizky. Bisa bisa aku dilahap olehnya. "Aku sudah buat janji kok, jadi sekarang, boleh aku masuk?"tanyaku. Aku malas sebenarnya melihat mukanya yang hitam seperti aspal jalan tol cikampek itu. Aku mengetok pintu yang terbuat dari kayu itu, dan aku mendapat jawaban "Masuk." Ya jadi aku melenggang saja masuk kedalam ruangannya. Rizky sudah menungguku ternyata, dia berdiri di depan mejanya. "Oke jadi, Rena ada apa?" Dia memulai percakapan dan menyuruhku untuk duduk.
"Apakah kamu yang ngirim ini riz?" Aku menaruh surat cinta itu kemejanya. "Kalau iya kenapa kalau tidak kenapa?" Bukannya jawab pertanyaanku dia malah balik bertanya. "Kalau iya apakah perasaan kamu sama dengan apa yang kamu tulis? Dan kalau tidak, lalu siapa yang mengirim surat ini?" "Selamat Rena Beatrice Alfayini, akulah seorang Rizky Putra Ahmad yang paling tampan sedunia yang mengirim surat itu." Tanpa aba aba dia menarik ku untuk berdiri dan dia memeluk ku. Bau badannya sangat khas,sangat maskulin. "Jadi kamu yang ngirim,Riz? Jadi kamu cinta sama aku?" Aku mengangkat kepalaku untuk melihat matanya, mencari kebohongan apa yang ia perbuat padaku. Namun hasilnya nihil, aku tidak menemukan kebohongan dimatanya. Yang ada malah, aku terpesona pada matanya yang coklat itu. Bodohnya Rena. "Iya saya yang ngirim, dan iya saya cinta sama kamu." Dia menatap aku yang masih berada dipelukannya. "Jadi apakah kamu mau jadi milikku Rena?" Aku melepaskan diriku dari pelukannya, aku bingung harus jawab apa. Aku hanya menyelipkan rambutku kebalik telingaku.
Part 7: 6 Oke, aku merasa berbeda setelah menerima Rizky kemarin. Aku merasa lebih bahagia, entah kenapa. Tapi rasa bahagia ku ini berbeda. Aku sangat sangat bahagia. Aku datang cepat hari ini ke kantor, ini merupakan rekor tercepatku datang ke kantor. Aku mengerjakan beberapa tugas menumpuk yang kemarin belum aku kerjakan. Sambil menyeruput teh ku, aku melihat dibalik ruangan kantor,banyak gedung tinggi menjulang. "Mbak Rena ini ada kiriman bunga dari seseorang." Tiba tiba lamunan ku membuyar ketika salah satu ob memberiku sebuah bucket bunga. "Dari siapa mas?" "Waduh, saya tak tau mbak." Aku melihat ada sebuah kartu kecil berwarna merah terselip diantara bunga itu. "Dan setidaknya aku telah menjatuhkan hatiku di orang yang tepat." Have a nice day sweetheart, Rizky. Wow, ini masih pagi dan dia telah memberikanku kejutan manis seperti ini. Sungguh, aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung. Memang benar kata orang orang wanita itu suka kejutan kejutan kecil dari pria yang ia cintai. "Wah si Rena pagi pagi udah dapet kiriman aje. Dari siapa tuh? Yang kemarin aja belum sempet cerita ini lagi ada sesuatu yang baru." Tiba tiba Ryan datang menghampiri mejaku dengan tatapan penasarannya.
"Bukan siapa siapa, eh kok tumben lo dateng pagi?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan, agar dia tidak bertanya lebih jauh. "Iya nih, kerjaan numpuk pisan euy." "Yaudah sana balik ke meja lo." Kataku sambil mendorong punggungnya. Jam pulang kantor sudah tiba, aku ingin pulang sendiri hari ini, dan kondisi diluar sedang mendung. Siapa tau nanti hujan, aku bisa bermain hujan kan? Sialnya,mobil Rizky sudah terparkir didepan lobby. "Ayo kita pulang ini sudah mau hujan." Ajak rizky sambil membuka pintu mobilnya. "Hmmm riz, aku ingin pulang naik angkutan saja hari ini." Tolakku halus "Gabisa! Kamu kan tau, aku paling tidak suka ditolak dan dibantah rena! Cepat masuk mobil!" Ucapnya dengan nada meninggi. Huh sebesar apapun aku merengek juga dia tidak akan mendengarkanku. Betul saja, ditengah perjalanan hujan. "Riz, kenapa kamu benci hujan?" Aku bertanya mencoba untuk memecah keheningan yang melanda diantara kami. "Aku belum bisa cerita sekarang." Jawabnya datar dan dingin. "Apa ini adil riz, kamu tau segala latar belakang ku. Sedangkan aku?tidak. Aku merasa seperti orang asing disekitarmu. Aku merasa kita tidak sebanding riz. Aku malu ketika bertemu dengan kolegamu. Aku tidak sebanding dengan pasangan mereka." Aku menangis sambil menutupi wajahku. "Tolong turunkan aku disini sekarang!" Aku menjerit, namun rizky mengacuhkanku. "Rizky turunkan aku sekarang juga!!!" Aku berteriak sampai mobil disebelah menengok kearah kami. Tapi aku mengabaikan orang tersebut. "TOLONG JANGAN BUAT AKU EMOSI RENA!" Satu teriakan dari rizky dapat membungkam ku dan membuatku terdiam. Tatapan intens itu membunuhku. Tatapan itu sangat dingin. Aku hanya bisa menangis sepanjang perjalanan menuju rumahku. Namun rizky tidak menatapku sama sekali. Seakan dia tidak perduli. Sampai dirumah aku langsung menuju kamarku dan menangis sejadi jadinya. "Rena kamu gak apa apa nak?" Tanya mama dari balik pintu. "Rena buka sayang, ayo kita bicarain baik baik." Mama mencoba membuka pintu yang aku kunci. "Rena kalau kamu sudah siap meceritakan segalanya sama mama, keluar kamar nak." Biasanya jika aku ada masalah seperti ini aku akan bercerita kepada mama. Tapi, untuk masalah ini,sepertinya tidak. Aku terbangun dengan wajah yang sangat buruk. Mataku sembab dan bengkak, pipiku masih memerah dan rambut ku acak acakan. Sangat buruk. Aku keluar kamar setelah membersihkan diriku. "Rena, kamu mau menceritakan ke mama nak?" Tanya mama sambil menyiapkan sarapan untukku. "Hmm aku tidak apa ma." Jawabku berbohong. "Jangan bohong rena, kalau kamu belum siap cerita, yasudah mama akan menunggu." "Rena ada kiriman bunga! Wah bagus sekali!" Mama menggedor pintu kamarku. Menggangguku membaca novel saja. "Apaa ma?" Jawabku malas. "Heh anak perawan buka pintunya." Gedor mama. Aku sengaja bolos kerja hari ini, aku tidak ingin melihat wajah Rizky. Aku masih sakit hati. Ketika aku melihat satu tetes air matamu, seperti ada ribuan pedang yang menancap sampai ke ulu hatiku. -R
Memangnya dengan rayuan dan bunga ini aku akan memaafkannya? Tidak. Aku harus menelepon Rizky. Secepatnya. Tapi, aku masih terlalu sakit untuk mendengar suaranya. Temui aku didepan gerbang rumahmu sekarang juga - Rizky Untunglah dia mengirimi ku pesan singkat, jadi aku tidak harus berbicara dengannya. Aku sengaja tampil acak acakan didepannya. Agar dia merasa bersalah. "Rena, aku mau minta maaf. Aku tau aku salah karna gak cerita siapa aku sebenarnya. Tapi jujur aku belum siap untuk menceritakan itu semua. Aku takut jika kamu tau bagaimana aku di masa lalu. Kamu akan berfikir kalau aku adalah monster jahat. Aku belum siap menanggung kalau aku harus kehilangan kamu." Rizky memohon,dengan wajah memelas. "Aku butuh waktu." Ucapku. "Dan terimakasih bunganya." Namun Rizky tidak menjawab. Apa dia bukan pengirim bunganya? "Baik, hubungi aku jika kamu sudah memaafkanku." Jawabnya dingin lalu meninggalkanku. Bukannya dikejar ini malah ditinggal. Dasar laki laki. "Eh rena lo kemana aja cyin? Kagak nongol dikerjaan. Kangen nge gibah bareng yeiy!" Teriakan Ryan di telepon membuat telingaku sakit. "Gue sakit ryan! Bawel lo! Baru gue gamasuk sehari aja." Kataku sambil menggerutu, lebih tepatnya aku berbohong. Lagi. Entah mengapa hobiku jadi berbohong sekarang. "Eh tapi pak bos nyariin yeiy loh tadi! Dia sampai nanya ke gue! Ih ganteng banget pokoknya pengen eyke terkam rasanya!" Mendengar perkataan ryan, aku mengernyit bingung. Rizky mencari ku? "Hello bello cello ada orang gak disana?! Aduh ini inces udah berkhotbah gaada yang dengerin cyin. Sakit hati." Ryan menyadarkan lamunanku. "Pak bos siapa?" Tanyaku "Itu loh si Rizky! Jangan jangan lo punya hubungan ye sama doi? Jangan ambil jatah eyke!" Ryan berbicara tanpa rem. Untung aku sudah terbiasa. "Ah gatau ah, gue mau tidur ya ryan bye!" "Eh tapi ren..." Tut tut tut. Telepon kuputus secara sepihak. Memang ryan dan aku sudah berteman semenjak kami SMA. Dan hebatnya ryan mengambil jurusan yang sama denganku. Dan lebih hebatnya lagi, sekarang dia sekantor denganku. Hebat bukan? Pagi ini, aku lebih memilih datang kekantor lebih pagi. Agar tidak bertemu Rizky. Saat aku berjalan ke mejaku, aku menemukan sebuah kotak. Kotak itu lucu sekali, dengan pita biru. Saat kubuka betapa terkejutnya aku, kotak itu berisi boneka yang berlumuran cairan merah yang aku yakin itu darah dan sebuah cacatan dengan bercak cairan merah itu. Pengorbananku untukmu.
Tapi anehnya, pengirim tersebut tidak mencantumkan namanya.
Haloooo!!! Waduh si rena dapet kiriman dari siapa?! Jangan jangan..... Terimakasih kepada para readers yang belum bosan membaca kisah Rena dan Rizky! Maafkan author tidak mengupload part selama ini ya! Tinggalkan jejak yang berarti untuk membangun mood author untuk menulis! Vote dan comment membangun kalian sangat aku hargai!
Part 8: 7 Mana mungkin jika Rizky mengirimkan paket itu untukku,impossible. Terlalu gila jika Rizky mengirimkan paket itu. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan kerinduanku terhadap Rizky. Ya, dia yang aku rindukan beberapa hari ini. Aku masih belum memaafkannya. Entah kenapa sulit sekali. "Haloo, Rizky ini aku, bisakah kita bertemu di cafe biasa? Aku ingin membicarakan sesuatu." Aku memberanikan diri menghubungi kekasihku itu. "Bisa, jam berapa?" Nadanya dingin sekali, apakah dia masih menyimpan kekesalan karena aku belum memaafkannya? Batinku dalam hati. "Jam 7 malam nanti.Sudah kamu lanjutkan kerja sana!" Lalu aku menutup telepon, aku tau Rizky tadi ingin mengucapkan sesuatu. Tapi dengan nada bicaranya seperti tadi aku menjadi malas. Aku memakai pakaian se simple mungkin, diluar sangat dingin. Jadi aku putuskan aku menggunakan kaos abu abu polos dengan jaket kulit hitam dan scarf yang mengalungi leherku. Aku juga menggunakan jeans dan sepatu converse hitam. Simple kan? Sesampainya di cafe, Rizky belum datang. Memang ini jam 6:50 menit. Aku sengaja mengambil tempat didekat jendela agar bisa melihat pemandangan kota di malam hari. Antara indah dan tidak sebenarnya. Indah, karena lampu lampu kendaraan yang menerangi sudut kota. Dan tidak, karena banyak orang tidak sabaran yang meneriaki kata kata kasar agar bisa melaju duluan.
"Maaf aku membuatmu menunggu lama." Tiba tiba Rizky datang dan memecah lamunanku. "Tak apa, aku juga belum lama menunggu disini." "Sudah pesan?" "Belum, aku ikut kamu aja kalo soal pesan memesan." Rizky memesan makanan yang menurutku, lebih baik aku makan makanan warteg saja. Sudah porsinya sedikit,harganya selangit. "Jadi kamu ingin membicarakan apa,Rena?" "Aku mendapat beberapa teror akhir akhir ini." Kataku."Aku sering mendapatkan kiriman yang menurutku sangat menyeramkan, aku bingung. Apakah ini salah satu resiko jadi pacarmu ya riz?" Lanjutku sambil memegang tangan Rizky, tangannya sangat dingin. "Kamu diteror?" Tanya rizky kaget dan hanya ku balas dengan anggukkan. "Akan ku suruh beberapa orang mencari tau soal ini. Apa ada yang kamu mau bicarakan lagi?" Tanyanya sambil melepas pegangan tanganku pada tangannya. "Sebenar...." Bahkan aku belum menyelesaikan kalimatku, dia sudah membawaku keluar restoran dan memaksaku masuk ke mobilnya. "Riz,kita mau kemana?" Tanyaku di dalam mobil. Bukannya menjawab dia malah menutup mataku menggunakan dasi kerjanya. "Ihh ini apaan sih?! Lepas ih!" "Udah jangan ngintip dasar bawel!" Tiba tiba saja, mobil berhenti. Perasaanku mulai tidak enak. Jangan jangan dia akan menjualku pada om om nakal. "Rizky maafin aku, jangan jual aku sama om om aku takut." Aku berteriak entah kepada siapa. Dan rizky hanya tertawa melihat aku berteriak seperti itu. "Oke buka matamu." Perintahnya. Tentu saja Aku membuka mata. Ternyata aku dibawa kesebuah kuburan, seram bukan? "Rizky,kenapa kamu bawa aku kesini?kamu mau kubur aku hidup hidup?" Tanyaku polos. "Sini kamu,banyak tanya ya." Sontak aku duduk disebelahnya, dia memandangi kuburan itu sambil menangis. "Ini makam ayahku, ayahku adalah orang paling penting yang kupunya. Dia adalah tempat keluh kesahku." Rizky mengucapkan kata kata itu sambil menangis, aku hanya mendengarkan. Sangat jarang dia mau menceritakan soal pribadi seperti ini. Aku hanya bisa mengusap halus punggungnya. "Dulu sekali, aku pernah mencintai seorang wanita, dia sangat cantik,baik, dan sangat suka dengan anak anak. Ayah adalah orang yang selalu aku ceritakan tentangnya setiap hari. Ayah adalah orang yang paling aku sayangi. Ayah mengajarkan ku banyak hal. Tapi semenjak ayah meninggal, aku menjadi pribadi yang tertutup, dingin, dan tidak mau tersentuh oleh namanya cinta. Karena aku yakin, jika aku meletakkan hati ku
di orang lain, suatu saat mereka akan pergi dan meninggalkan aku seperti ini,hancur berkeping keping. Lalu aku bertemu kamu, entah kenapa aku mempunyai suatu keyakinan kalau kamu dapat menjaga hatiku." Dia menoleh kearahku, lalu memelukku erat. Dia menangis tersedu sedu didalam pelukkanku. Aku tentu saja tidak bisa menolak pelukannya yang beberapa hari ini aku rindukan. "Kenapa kamu menunjukkan ku dan mengatakan ku tentang semua ini?" Tanyaku disela sela tangisannya. "Karena kamu orang terpenting yang aku punya sekarang,Rena. Karena kamu, aku kembali merasakan indahnya dicintai dan mencintai." Dia memelukku semakin erat. "Kamu tau, aku sangat merindukanmu. Dan aku mencintaimu Rizky." Dua kata itu dapat membuat hati seseorang meledak ledak. Dan benar saja, rizky sangat gembira mendengar aku mengucapkan kata itu. Yang aku tau, cinta datang secara tiba tiba dengan cara yang tak terduga,dan dengan cara yang tiba tiba pula seseorang itu telah mendapatkan posisi didalam hatimu. Itu yang aku rasakan sekarang. Aku tidak pernah bisa memprediksi betapa aku mencintainya, hingga molekul terkecil didalam hatiku sudah tertulis namanya. Ya, dia Rizky Putra Ahmad. Kekasihku. Seusai dari pemakaman, kami langsung pulang. Karena udara kota sangat dingin malam ini. "Aku mau mengajak kamu untuk bertemu ibuku, aku mau kamu berkenalan secara lebih intens dengannya." Katanya memecah keheningan didalam mobil. "Tapi pekerjaanku?" "Astaga Rena, kamu berpacaran dengan seorang pemilik perusahaan di tempat kamu bekerja. Sudah tenang saja." "Baiklah, untuk berapa hari? Kamu juga harus ijin ke mama ku loh." "5 hari atau seminggu. Urusan ijin itu mudah." "Terlalu lama,gimana kalo 3 hari?" "5" "3 hari Rizky" "6" "4 hari atau tidak sama sekali!" "Baiklah nyonya pemaksa, 4 hari." Sesampainya dirumah,Rizky meminta ijin kepada mama untuk membawaku pergi kerumah mamanya. "Tolong jaga Rena ya rizky, rena permata tante satu satunya yang tante punya sekarang." "Tentu tante, baiklah saya pulang dulu ya tante. Assalamualaikum." Lalu rizky mencium punggung tangan mama. "Kapan kita berangkat?" "Lusa, siapkan dirimu. Soal tiket pesawat dan lain lain itu urusan ku."
"Aku tau, aku mencintaimu, hati hati dijalan." Lalu aku mencium pipinya dan dia masuk ke mobil. Aku terkejut melihat tulisan di jendela kamarku. Jangan terlalu bahagia Rena, dia bukan orang baik. Tulisan itu berwarna merah,sangat mengerikan. Aku berpikir bahwa tulisan itu berasal dari darah. Aku berteriak memanggil mama berkali kali. "Ada apa sih rena?Masyaallah nak ini kenapa?" Mama yang membuka pintu kamarku terkejut dengan ini semua. "Ma itu kayaknya dari darah deh ma." Mama mendekati tulisan dijendela ku, dan mama mencolek tulisan itu. "Ini lipstick rena." Perkataan itu membuat ku lega sedikit, tapi siapa yang melakukan semua teror ini? Aku menelepon rizky untuk memberi tau apa yang terjadi. Dan dia menyarankan ku untuk pindah rumah. Dan dia yang akan membelikan rumahnya. Tentu saja aku menolak, rumah ini sudah banyak meninggalkan kenangan bagiku. Tapi dia memaksa dengan alasan keselamatanku dan mama. Ya mungkin ada benarnya juga, aku mulai pindah besok.
HALOOOOOOOO!!!! Maafkan author yang sangat late late update ya, karna jujur aja aku baru selesai ukk:( dan aku sibuk banget akhir akhir ini dan baru sempet update sekarang. Oh iya, selamat menunaikan ibadah puasa ya readers tercinta!!!! Besok aku bakalan update. Soalnya aku udah gak sibuk sekarang he he. Oh iya sebagai readers yang baik, tinggalkan jejak berupa Vote dan Comment kalian ya! Jangan bosen bosen untuk baca Rain.