Gelorakan Semangat “Dentalpreneurship” UNAIR NEWS – Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes selalu berupaya membentuk pribadi tahan banting untuk para mahasiswanya. Maka itu, mereka harus punya jiwa entrepreneur atau kewirausahaan. Oleh karena ranahnya adalah kedokteran gigi, bisa pula diistilahkan dengan “dentalpreneurship”. Pria yang lulus pendidikan kedokteran gigi pada 1986 ini menyatakan, mental seorang entrepreneur adalah mutlak dimiliki seorang dokter gigi. Selain dua karakter lain: berintegritas dan profesional. “Jadi, saya ini sedang gethol menebarkan semangat IPE. Integritas, Profesional, dan Entrepreneurship,” kata Darmawan saat ditemui di ruang kerjanya. Dia menyatakan, mental entrepreneurship itu tidak melulu soal berjualan. Meski memang, salah satu bentuknya adalah berdagang. Sebab, aktifitas itu paling bisa diukur secara matematis. Dilanjutkan lelaki asal Madiun ini, entrepreneurship sejatinya mental tahan banting atau tangguh. Gampangnya, mereka yang menjiwai semangat ini, tidak akan pernah menyerah. Kalau ada masalah di hadapannya, dia akan berbelok atau menembus celah penghalang, sampai menemukan jalan agar cita-citanya tercapai. laksana air yang terus mengalir dan memiliki kekuatan atau daya dobrak. Meski lemah lembut, tapi punya prinsip hidup. Dalam banyak kesempatan, dia menularkan paradigma penguatan nilai IPE pada para mahasiswa. Juga, pada para dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan FKG UNAIR. Sistem kinerja di fakultas yang dipimpinnya, dibuat sedemikian rupa sehingga menumbuhkan iklim yang penuh integritas, profesionalisme, dan bersemangat entrepreneurship.
Darmawan mengatakan, dirinya tergolong dekat dengan mahasiswa. Termasuk, dengan Badan Eksekutif Mahasiswa di level fakultas. Salah satu bentuk dukungannya terhadap para mahasiswa, terkait peningkatan kualitas soft skill mereka, adalah mengawal segala kegiatan agar lebih bernilai. “Misalnya, mereka diberi anggaran tahunan seratus tiga puluh juta rupiah. Nah, kegiatan mereka nanti seharusnya bernilai tujuh ratus juta rupiah atau semiliar rupiah. Dalam wujud, sponsorship atau kolaborasi kegiatan dengan pihak luar. Kemampuan bekerjasama dengan pihak lain itu kan merupakan latihan untuk mengasah jiwa entrepreneurship,” kata Darmawan. Dia juga menegaskan, karir seorang mahasiswa sejatinya dimulai saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus. Bukan setelah lulus. Maksudnya, pembentukkan karakter yang siap dan sigap untuk bekerja atau mengabdi pada masyarakat mesti dilakukan sedini mungkin. Akan sangat terlambat, bila baru dilaksanakan tatkala mereka memakai toga. Dosen yang menamatkan kuliah program magister pada 1994 ini mengungkapkan, saat melakukan research training di Jepang sekitar 1999-2000 silam, dia melihat ada pola di negeri Sakura, yang layak dijadikan referensi di dalam negeri. Yakni, terkait dengan etos kerja orang-orang Jepang yang berkomitmen dan tangkas. Juga, sehubungan dengan kemampuan mengelola kemampuan di bidang kedokteran gigi. Tak terkecuali, keahlian klinik-klinik memromosikan jasa perawatan gigi. Meski demikian, yang terpenting tetaplah kualitas keilmuan yang ada di sana. Nah, elemen-elemen yang dijelaskan tadi, bila disinergikan dengan rapi dan konsisten oleh lulusan kedokteran gigi di tanah air, pastilah SDM bangsa ini dapat bersaing di ranah global. Khususnya, bagi para alumnus di FKG UNAIR. Sebab, fakultas ini telah memiliki banyak jejaring internasional yang pasti dapat menjadi media penambah wawasan bagi mahasiswa, dosen, dan
tenaga kependidikan yang ada. Sudah banyak kampus-kampus dari Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan Malaysia, yang menjalin hubungan baik dengan fakultas ini. Model kerjasamanya beraneka rupa. Mulai dari student exchange, staff exchange, lecturer exchange, kolaborasi riset, dan kegiatan akademik lainnya. “Sivitas akademika bisa belajar dari mana saja. Termasuk, dari narasumber asing di luar negeri. Tujuannya, meningkatkan kualitas dan wawasan internasional,” papar dia. Sementara itu, selain aktif menjadi Dekan, Darmawan juga dikenal sebagai peneliti yang memiliki banyak publikasi. Baik di jurnal terakreditasi nasional, maupun bereputasi internasional. Penelitian yang sudah dipublikasikan itu di antaranya “Prevalence of a Second Canal in the Mesiobuccal Root of Permanent Maxiliary First Molars from an Indonesian Population” pada tahun 2011, dan “Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies pada Pengunjung Poli Gigi Puskesmas Kenjeran” pada tahun 2013, Juga, “The Toddlers Caries in Urban and Rural Area” pada tahun 2014, “Hubungan Karies dengan Status Gizi pada Balita Usia 4 – 5 tahun di Kota Mojokerto” tahun 2014, dan “Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status Gizi pada Anak Umur 6 – 12 tahun” tahun 2015. Darmawan juga aktif dalam berbagai asosiasi. Darmawan pernah aktif sebagai anggota Persatuan Dokter Gigi Indonesia cabang Surabaya pada tahun 1988 – 2015. Pada tahun 2004 – 2008, Darmawan tercatat sebagai Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Pada tahun 2015, Darmawan tergabung dalam Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia. Pada tahun 2015 sampai sekarang, Darmawan tercatat aktif sebagai anggota Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia. (*)
Produk-Produk Aplikatif drg Ernie Maduratna
Dr
UNAIR NEWS – Salah satu dosen kaya prestasi dari FKG UNAIR adalah Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg., M.Kes., Sp.Perio. Perempuan kelahiran Malang yang biasa disapa Ernie ini telah menghasilkan banyak produk yang dipatenkan. Produk yang telah dipatenkan itu adalah Antimicrobial Topical: Tetracycline Gel (gel tetrasiklin dari antimikroba lokal), Minocycline Mouth Wash (obat kumur untuk mencegah periodontitis), dan Periobrush (sikat gigi untuk mendeteksi dini radang gusi). Ada pula Nigela Sativa Mouth Wash (obat kumur antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan), Photosensitizer Ekstrak Moringa (sensitizer untuk terapi fotodinamik pada kasus radang gusi), Hyaluronic Acid Gel (terapi pascaoperasi pemasangan implan dan pencegahan resesi gusi), dan Periodontal Tissue Engineering (terapi gigi goyang dan dental implant). Dia pun mengembangkan produk alami dari bahan gigi sapi yang dapat ditumbuhkan pada manusia, untuk keperluan tandur tulang atau bonegrafting. Yang jelas, produk Ernie bakal lebih aplikatif, aman, dan terjangkau dibandingkan pabrikan luar negeri.
Dua Hadiah Motor dari FKG Mampu “Menyedot” Peserta Senam Jadi Meluber UNAIR NEWS – Dua unit sepeda motor yang disediakan sebagai hadiah utama, mampu menarik perhatian ribuan peserta “Senam UNAIR dan jalan Sehat” hingga membeludak dan memenuhi semua penjuru jalan di depan gedung Rektorat Universitas Airlangga di kampus C Mulyorejo, Minggu (30/4). Padahal hari Minggu ini merupakan pertengahan libur loong weekend karena Senin (1/5) sebagai libur Hari Buruh Internasional (May Day). ”Ndak kemana-mana Pak, minggu lalu kan juga loong weekend. Justru ini (senam ini – red) saya manfaatkan untuk hiburan karena Senin besuk juga libur, sekaligus siapa tahu dapat rejeki hadiah,” kata Suhartoyo, warga Mulyorejo Gang Muhammadiyah yang datang bersama isteri dan dua anaknya. Laki-laki karyawan swasta itu rupanya benar. Faktor hadiah besar, dua sepeda motor, diyakini banyak pihak merupakan daya tarik melubernya peserta senam yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR bertema “Hidup Sehat Dimulai dari Perilaku Sehat” ini. Menurut Drs. Sutjoko, panitia mencetak 2.000 kupon dan ludes, semua sudah ditangan peserta senam. ”Ya opo pesertane gak meluber, la wong liburan, diajak senam sehat, disediani makanan-minuman gratis, disediani hadiahhadiah, kabeh yo seneng,” kata seorang panitia yang bangga melihat banyaknya peserta senam.
PANITIA membagikan pasta gigi (odol) kepada peserta senam dan jalan sehat usia dewasa, sebagai apresiasi kesehatan gigi. (Foto: Bambang Bes) Hadir dalam senam tersebut antara lain pimpinan UNAIR seperti Direktur Sumber Daya Dr. Purnawan Basundoro, SS., M.Hum., Direktur Kemahasiswaan Dr. M. Hadi Shubhan, SH., MH., CN., dan beberapa ketua lembaga. Dari dekanat antara lain Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Soetojo, dr., SpU(K), Dekan FKG Dr. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes., Wakil Dekan I FKG Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes., Wakil Dekan II FKG Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes., Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, SH., MH., Dekan FST Prof. Win Darmanto, Drs., M.Si., Met.Sci., PhD, dan ratusan dosen dan staf kependidikan UNAIR. Setelah senam dilanjutkan jalan sehat yang rutenya di arena kampus C dan sebagian Jl. Dr. Ir. Soekarno (jalan MER). Ketika peserta jalan sehat memasuki gerbang kampus C, sudah siap petugas membagikan sebuah pasta gigi (odol) sebagai apresiasi kesehatan gigi. Kemudian dilanjutkan makan pagi bersama baik untuk unsur pimpinan dan umum. Disela istirahat ini suasana
dimeriahkan dengan hiburan band mahasiswa FKG. Dalam doorprize hadiah, Dekan FKG Dr. Darmawan Setijanto menyerahkan dua buah hadiah utama berupa sepeda motor merk Suzuki kepada pemenang undian yaitu Akbar Wibisono, kebetulan staf kependidikan FKG juga, serta Nur Saidi, Satuan Pengaman yang bertugas di RSKI Kampus C UNAIR. Hadiah tersebut disediakan oleh FKG dan sumbangan dari Bank BNI. Sedangkan dua tendik Rektorat –kebetulan keduanya dari bagian elektronik– memperoleh hadiah dibawah yang utama yang disampaikan Wadek II FKG. Keduanya adalah Agus “Listrik” memperoleh hadiah kulkas dua pintu, sedangkan Gendon memenangkan sepeda angin. “Alhamdulillah bisa untuk pergi ke sekolah anak,” kata Gendon. Agus juga menyatakan bersyukurnya. “Alhamdulillah, bisa untuk jualan es lilin,” katanya ketika diberi ucapan selamat. (*) Penulis: Bambang Bes
Prof. Coen, Guru Besar FKG yang Kaya Penelitian dan Prestasi UNAIR NEWS – Prof. R.M Coen Pramono menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, pada tahun 1978. Pada tahun 1984, Prof. Coen menuntaskan pendidikan magister kesehatan gigi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pendidikan spesialis bedah mulut dan maksilofasial juga ia tuntaskan di UGM. Dia yang kini menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Gigi dan
Mulut UNAIR itu memiliki sejumlah penelitian yang terpublikasi pada jurnal internasional bereputasi dan puluhan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal nasional bereputasi. Penelitian yang telah terpublikasikan secara internasional antara lain, “Mandibular reconstruction using non-vascularized autogenous bone graft applied in decorticated cortical bone” pada tahun 2011, “The Osteogenic Capacity of Human Amniotic Membrane Mesenchymal Stem Cell (Hamsc) and Potential for Application in Maxillofacial Bone Regeneration in Vitro Study” pada tahun 2014, dan “Healing Mechanism and Osteogenic Capacity of Bovine Bone Mineral – Human Amniotic Mesenchymal Stem Cell and Autogenous Bone Graft in Critical Size Mandibular Defect” pada tahun 2015. Sedangkan, penelitian yang terpublikasi pada jurnal nasional bereputasi antara lain “Cytotoxicity difference of 316L stainless steel and titanium reconstruction plate” pada tahun 2011, “Effect of soybean extract after tooth extraction on osteoblast numbers” pada tahun 2011, dan “Degrees of chitosan deacetylation from white shrimp shell waste as dental biomaterials” pada tahun 2012. Prof. Coen memiliki dua paten alat operasi rahang. Yaitu, plat rekonstruksi rahang yang pemotongannya tanpa melibatkan sendi mandibula, dan plat rekonstruksi rahang yang pemotongannya melibatkan sendi mandibula. Guru Besar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG itu sudah menerbitkan empat buku yaitu “Kista Odontogen dan Non Odontogen” pada tahun 2006, “Odontektomi dengan Metode Split Technique” pada tahun 2006, “Penuntun Praktik Kerja Profesi Dokter Gigi” pada tahun 2014, dan “Penuntun Kepaniteraan Klinik Pendidikan Profesi” pada tahun 2015. (*) Editor: Nuri Hermawan
Tantangan Besar Kedokteran Gigi
di
Ranah
UNAIR NEWS – Diakui atau tidak, tantangan dunia kedokteran gigi makin hari makin banyak. Terlebih, berdasarkan riset, jumlah dokter gigi di Indonesia masih belum bisa mengimbangi jumlah penduduk yang ada. Khususnya, dilihat dari perspektif pemerataan. Apa sebabnya? Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR Prof. RM. Coen Pramono D, drg., SU., SpBM (K)., FICS menyatakan, diduga kuat, kurangnya pemerataan dokter gigi diakibatkan oleh keengganan dokter gigi yang baru lulus untuk mengabdi di pelosok. Baru lulus, mereka langsung buka praktek di kota. Tak ayal, terdapat sejumlah daerah yang sejak awal dibentuk, tidak pernah memiliki dokter gigi yang praktek di sana. “Perlu regulasi yang jelas dan tegas. Misalnya, dengan program Wajib Kerja Sarjana,” urai dia. Kebijakan atau regulasi itu mesti dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Jadi, mereka yang baru lulus, diharuskan buka praktek di daerah-daerah terjauh dulu. Sebagian kalangan menganggap langkah ini melanggar HAM. Namun bila dirunut, bukankah membiarkan kawasan-kawasan terluar tidak memiliki dokter gigi adalah pelanggaran HAM yang juga lebih berat? Ketidakmerataan juga berimbas pada persoalan lain yang tak kalah berbahaya. Misalnya, dengan disertifikasinya pihak-pihak yang tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran gigi, untuk melakukan perawatan gigi secara detail. Padahal, mereka yang menangani keselamatan jiwa pasien, harus sudah pernah menimba ilmu kedokteran. Bila memang program Wajib Kerja Sarjana diterapkan, pemerintah
mesti pula menyiapkan gaji untuk mereka. Mungkin saja, ini yang membuat pemerintah perlu berpikir ulang. Meski sejatinya, inilah tantangannya. Fundamental Harus digarisbawahi, problem kesehatan gigi sifatnya fundamental atau penting. Infeksi pada gigi, bisa menyebabkan penyakit-penyakit di organ dalam. Misalnya, jantung, saraf, ginjal, dan lain sebagainya. Ada korelasi antara saraf gigi dan bagian-bagian penting dalam tubuh tersebut. “Contohnya, orang kalau mau operasi jantung, pasang klep, paling tidak seminggu sebelumnya, harus sudah dipastikan tidak ada gigi yang busuk atau terinfeksi. Kalau itu dilanggar, akan memberi efek jelek dan fatal bagi jantung,” ungkap dia. UNAIR sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi memiliki peran sentral dalam mencetak para dokter gigi yang berkualitas. FKG yang berdiri sejak 1928 dan tergolong fakultas kedokteran gigi tertua di Indonesia, bertanggungjawab untuk memberi sumbangsih buat masyarakat. Terlebih, fakultas ini sudah memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang memiliki fasilitas lengkap dan modern. Yang menarik, FKG UNAIR memunyai hubungan erat dengan fakultas kedokteran. Jadi, dasar-dasar ilmu kedokteran yang berkaitan erat dengan kesehatan gigi pun diberikan pada para calon dokter sejak awal mereka mengenyam pendidikan. Sinergitas ini yang makin menguatkan kampus Airlangga. (*) Editor: Nuri Hermawan
Dr Ernie Maduratna, Dosen FKG yang Tekun Menorehkan Paten UNAIR NEWS – Kepakaran Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg., M.Kes., Sp.Perio di bidang periodontal tak perlu diragukan lagi. Bagaimana tidak, perempuan kelahiran Malang yang biasa disapa Erni ini telah menghasilkan tujuh produk yang dipatenkan. Produk yang telah dipatenkan itu adalah Antimicrobial Topical: Tetracycline Gel (gel tetrasiklin dari antimikroba lokal), Minocycline Mouth Wash (obat kumur untuk mencegah periodontitis), dan Periobrush (sikat gigi untuk mendeteksi dini radang gusi). Ada pula Nigela Sativa Mouth Wash (obat kumur antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan), Photosensitizer Ekstrak Moringa (sensitizer untuk terapi fotodinamik pada kasus radang gusi), Hyaluronic Acid Gel (terapi pascaoperasi pemasangan implan dan pencegahan resesi gusi), dan Periodontal Tissue Engineering (terapi gigi goyang dan dental implant). Seluruh produk paten itu berawal dari penelitian yang dilakukan Ernie sejak dia menggarap tesis dan disertasi. Ketekunan itu berlanjut pasca perempuan kelahiran Malang ini rampung menyelesaikan program doktor. Kini, ia memiliki tim peneliti lintas fakultas untuk menyelesaikan riset-riset yang akan datang. Salah satu hal yang mendasarinya untuk terus melakukan riset dan berproduksi adalah demi kemandirian bangsa. Ernie mengatakan, selama ini produk yang digunakan untuk mengobati penyakit radang gusi dan jaringan pembentuk gigi masih diimpor dari luar negeri. Akibatnya, pasien harus merogoh kocek terlalu dalam untuk membayar biaya kesehatan. Produk-produk yang ia hasilkan, bila diproduksi massal dan dijual, dihargai cukup terjangkau. Di klinik-klinik atau rumah
sakit, harga laser versi impor bisa mencapai Rp 15 juta. Sedangkan, miliknya berada di kisaran Rp 5 juta. Untuk klorofil daun kelor (moringa oleifera) yang digunakan sebagai photosensitizer organik/alam pada fotodinamik dengan activator dento laser biru 405 nm, harga per 10 mili sekadar Rp 50 ribu. Sedangkan versi impor, dengan ukuran serupa dan bahan yang berbeda meski berfungsi sama, dibanderol Rp 400 ribu. Padahal, kualitas keduanya bisa diadu. Artinya, produk dari peneliti UNAIR mampu bersaing di kancah internasional. Mutu terjamin dengan harga yang kompetitif. “Tujuan utama saya dan kawan-kawan bukanlah komersial semata. Tapi lebih pada pengabdian ke masyarakat. Dengan harga yang murah, kualitas yang bagus, puskesmas-puskesmas atau klinik di semua daerah di Indonesia dapat menjangkaunya,” papar dosen Fakultas Kedokteran Gigi yang melakukan riset Klorofil Daun Kelor serta Aktivator Dento-Laser Biru 405 nm bersama Dr Suryani Dyah Astuti, M.Si, tersebut. (*)
Dua Fakultas di Kampus A yang Termasuk Ikon Kota Surabaya UNAIR NEWS – Kampus A Universitas Airlangga (UNAIR) tergolong bangunan bersejarah alias Cagar Budaya. Letaknya, di Jalan Mayjend Prof Moestopo. Ada dua Fakultas di sana. Yakni, Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Keduanya, menjadi bagian dari ikon Kota Surabaya.
FKG Gemar Jalin Kerjasama dengan Universitas Asing Guna Capai Target UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airangga terbilang sering melakukan kerjasama dengan berbagai universitas di luar negeri. Setelah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Thammasat University, Thailand, pada (6/3) lalu, kali ini Rabu (14/3) FKG UNAIR menjalin kerjasama dengan Kagoshima University. Ada dua mahaiswa Kagoshima University yang akan menimba ilmu di FKG UNAIR. Kedatangan dua mahasiswa Kagoshima University ke FKG tidak sendiri. Mereka didampingi oleh dua profesornya yakni Prof.
Nakamura bidang konservasi.
bedah
mulut
dan
Prof.
Nisitani
bidang
“Dengan mekakukan berbagai kerjasama maka kita punya arah, dan tentunya kita juga memiliki kualitas penelitian yang jauh lebih baik apabila kita dipandu mereka. Dengan demikian kita akan cepat mencapai target Pak Rektor yakni publikasi internasional terindeks Scopus,” ungkap Dr. R. Darmawan Setijanto, drg.,M.kes. Menariknya, dua guru besar tersebut tidak hanya sekadar mengantar para mahasiswa yang akan belajar di FKG. Lebih dari itu, Prof. Nakamura akan bergabung dalam kegiatan bakti sosial untuk bibir sumbing. Sementara Prof. Nisitani akan membantu FKG untuk membuat afiliasi riset agar riset framework FKG sesui dengan riset framework fakultas-fakultas di Jepang yang memiliki hubungan dengan FKG seperti Kagoshima, Hiroshima, Nigata, dan lainnya.
Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg.,M.kes. (kiri) bersama mahasiswa dan professor asal Kagoshima University.
“Student exchange kali ini bukan program yang berdiri sendiri karena nanti akan ada visiting professor dan lecturing. Tidak hanya student exchange, kita juga memiiki MoU staff exchange dan kolaborasi riset. Untuk staff exchange ini digunakan untuk para dosen melakukan penelitian yang tidak dapat dilakukan di sini,” tutur Dekan FKG itu. Selama sepuluh hari ke depan, dua mahasiswa asal Faculty of Dentistry Kagoshima University itu akan mengikuti perkuliahan khusus di FKG. Nantinya, mereka akan diberikan mata kuliah yang sudah dipersiapkan dan disesuaikan dengan mata kuliah yang mereka pelajari di kampus asal. Tidak hanya mengikuti perkuliahan, mereka juga akan diajarkan mengenai budaya serta diperkenalkan tentang kehidupan perkuliahan di FKG. Sebelum kerjasama ini disepakati, antara FKG UNAIR dan FKG Universitas Kagoshima telah terjalin student exchange dalam dua tahun terakhir. (*) Penulis: Pradita Desyanti Editor: Binti Q. Masruroh
FKG Inisiasi Ketersediaan Data Kesehatan Gigi untuk WHO UNAIR NEWS – “Di Asia Tenggara ini cuma data Indonesia saja yang tidak ada di WHO. Kita melihat China yang lebih besar dan lebih banyak etnisnya, ternyata dapat memiki data. Itu yang menjadi salah satu dorongan untuk kami,” ungkap Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Universitas Airlangga dalam sambutannya pada acara
penandatanganan nota kesepahaman antara FKG UNAIR dengan Faculty of Dentistry, Thammasat University, Thailand, Senin (6/3). Tidak adanya data mengenai kesehatan gigi masyarakat Indonesia di WHO, berdampak pada sulitnya dukungan yang akan didapat Indonesia. Melihat realita ini, akademisi FKG UNAIR terdorong untuk menyediakan data tersebut. Upaya itu dilakukan dengan membentuk kerjasama dengan Faculty of Dentistry, Thammasat University, Thailand. MoU antara FKG UNAIR dan Thammasat Universiry memuat beberapa kesepakatan, seperti perjanjian student exchange, staff exchange, dan riset collaboration bagi kedua belah pihak. Pada kesempatan MoU itu, Thammasat University diwakili oleh Prof. Prathip Phantumvait DDS, Ph.D. “Yang paling penting adalah riset collaboration. Kita ingin menyediakan data untuk kebutuhan WHO. Karena kebutuhan data di WHO tidak tampil, khususnya kedokteran gigi. Rencananya, kami juga akan berkolaborasi dengan FKG di Nigata. Nantinya alokasi dana ini digunakan untuk riset kolaborasi dengan fakultasfakultas di Korea dan Jepang yang memiliki banyak publikasi. Sehingga, kualitas publikasi dosen kita semakin baik. Ini selaras dengan arahan Pak Rektor,” tutur Darmawan. Kementerian Kesehatan yang turut datang dalam acara menyambut baik kerjasama antar kedua belah pihak. Pasalnya, Kedokteran Gigi se-Indonesia tidak memiliki data di WHO yang merupakan suatu kebutuhan dari Kementerian Kesehatan. “Harapannya adalah kita memiliki data dunia. Dengan kerjasama ini kita akan mengadvokasi fakultas-fakultas lain untuk kerjasama, kualitas penelitian dan publikasi menjadi lebih baik. Saat ini kita memiliki kerjasama dengan FKG dengan berbagai universitas seperti Universitas Hang Tuah (UHT), Universitas Indonesia (UI), dan lainya. Kita memiliki asosiasi Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. Fungsinya untuk mengikat satu
gerakan agar lebih efisien dan efektif,” imbuh Darmawan. Kerjasama semacam ini sering dilakukan oleh FKG. Sebelumnya, FKG pernah bekerjasama dengan fakultas-fakultas ternama yang ada di Jepang, Malaysia, dan Korea. (*) Penulis: Pradita Desyanti Editor: Binti Q. Masruroh
Faculty of Dental Medicine Initiates to provide Dental Health Data for WHO UNAIR NEWS – “In Southeast Asia, only the data of Indonesia is not available in WHO. China is bigger and has more ethnics, but it has got the data. It motivates us in a way,” Dr. R Darmawan Setijanto, drg., M.Kes, the Dean of Faculty of Dental Medicine said during his speech in MoU Signing between Faculty of Dental Medicine (FKG) UNAIR and Faculty of Dentistry , Thammasat University, Thailand, on Monday, March 6. The unavailability of Indonesian dental health data in WHO will affect the support the country get. Therefore, academicians of FKG UNAIR were compelled to provide the data. The effort was made by establishing partnership with Faculty of Dentistry, Thammasat University, Thailand MoU between FKG UNAIR and Thammasat University affirmed some agreements such as student exchange, staff exchange, and joint research. In the occasion, Thammasat University represented by Prof. Prathip Phantumvait DDS, Ph.D “The most important thing is collaboration research. We would
like to provide data for WHO as there is no data in WHO, especially for oral health. Later we also will collaborate with Faculty of Dentistry in Niigata. The fund allocation will be used for research collaboration with many faculties in Korea and Japan which has a lot of publications so it will make our publication better in quality. It is in line with our rector’s command,” Darmawan said. Ministry of health Republic of Indonesia appreciates the partnership between two parties as Dental medicine Indonesia do not have data in WHO which is required by Ministry of Health. “Hopefully, we can have the world data. From this partnership; we will recommend other faculties to establish partnerships to increase the quality of research and publication. Now, we have some partnership with many dental medicine schools, such as Universitas Hangtuah, Universitas Indonesia and many more. We also have dean of dental medicine association, which is aimed to build efficient and effective movement,” he said. Similar partnerships have been establishing partnership by FKG UNAIR. Previously, FKG UNAIR have made partnerships with reputable dental medicine in Japan, Malaysia and Korea. (*) Author: Pradita Desyanti Editor: Binti Q. Masruroh