Gesture
FUNGSI TORTOR PARSIARABU DI DESA SALAON KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR
MAGDALENA DINA SIFRA Prodi Pendidikan Tari
ABSTRACT This study discusses the function of the Parsiarabu in the village of Salaon Tortor Subdistrict Rongurnihuta Samosir Regency.Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian in] yaitu Teori Fungsi menurut Danesi. The theoretical foundation that is used in this study i.e. the theory of Function according to Danesi people who live in the village of Salaon sub-district of Ronggurnihuta Samosir Regency. Data collection is done by the method of field work which includes some steps i.e. interview, direct observation, documentation and library studies. The methods used in the research is qualitative, descriptive methods. Research results based on the data collected can be known that Tortor Parsiarahu is the life story of Batak Toba at partonun on Samosir formerly, especially wives who had left her husband and wife where the husband lost when taking of arabu ulos dye in the forest. From there it became a habit for a group of masyarakatan partonun in one village where each host na mabalu (the wife who had lost husbands) then the family whose husband died will hold the manortor Parsiarabu where Tortor is the wife who has lost her husband to entertain their friends who recently lost her husband in order to rise from sorrow. Keywords: Function, Tortor Parsiarabu
i
Gesture
nenek moyang terdahulu sebagai
PENDAHULUAN
upaya untuk melestarikannya. Dalam
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
hal
memiliki kebudayaan yang berbeda-
merupakan bagian dari kebudayaan
beda
dan jarang terdengar oleh masyarakat
yang
dilatarbelakangi
oleh
ini,
hasil
delapan etnis yaitu : Batak Toba,
luar
Batak
Parsiarabu.
Karo,
Batak
Simalungun,
kesenian
adalah
tentang Tortor
yang
Tortor
Parsiarabu
Batak Mandailing, Pakpak Dairi,
adalah tradisi yang pernah hidup
Sibolga, Melayu dan Nias, sehingga
pada masyarakat Batak Toba sejak
membuat Provinsi ini memiliki hasil
zaman dahulu. Parsiarabu adalah
budaya
sebuah cerita yang sudah terlupakan
yang
banyak
serta
mengandung norma-norma dan nilai-
dari
nilai kehidupan yang berlaku dalam
“Partonun” (penenun ulos) di Tanah
tata
yang
Batak. Tortor Parsiarabu merupakan
Dikson
Tortor pada acara kematian dengan
(1928:27) mematuhi norma-norma
tujuan menghibur. Tortor Parsiarabu
serta menjunjung nilai-nilai sangat
dilakukan oleh para istri yang sudah
penting bagi masyarakat itu sendiri
ditinggal pergi (meninggal) oleh
dalam
suaminya di rumah duka untuk
pergaulan
bersangkutan.
masyarakat Menurut
melestarikan
kehidupan
kisah
kehidupan
para
menghibur seorang istri yang baru
berbudaya dan bermasyarakat.
saja kehilangan suaminya. Yang
Suku Batak Toba sebagai salah satu suku yang terdapat di
dalam
Sumatera
bahasa
memiliki
Monding,
yang
mengatur
wujud ekspresi kesedihan para istri
kehidupan mereka, sejak lahir hingga
karena ditinggalkan suaminya untuk
meninggal, seperti yang terdapat
selama
pada Suku Batak Toba yang berada
berasal dari imbuhan par – arabu,
di Samosir khususnya di Desa Salaon
par artinya orang dan arabu adalah
Kecamatan
Ronggurnihuta
sejenis pohon yang menghasilkan
Kabupaten Samosir. Mereka masih
warna untuk ulos, jadi Parsiarabu
menjaga warisan dari leluhur dan
adalah orang yang mengambil warna
1
–
ini
disebut
Utara
kebudayaan
Tortor
batak
lamanya.
merupakan
Parsiarabu
Gesture
ulos.
Tortor
Parsiarabu
yang
menggunakan
menceritakan kesedihan istri karena
teori
Fungsi
dari
Danesi.
kehilangan suaminya saat mencari arabu (pewarna ulos) di hutan, melakukan
Lokasi dan Waktu Penelitian
“mangandungi”
(menangis
sambil
Tempat
mengingat
penelitian adalah di Desa Salaon
kenangan tentang almarhum suami). Tarian
ini
bertujuan
dilaksanakannya
Kecamatan Ronggurnihuta.
untuk
menghantarkan doa-doa dan harapan
Populasi dan Sampel
dibalik ulos yang dipakai sebagai
Populasi dan sampel dalam
tujung (ulos yang dikepala) dimana
penelitian ini berjumlah tiga orang
ulos sebagai media untuk menutupi
yaitu narasumber, tokoh adat, dan
rasa kesedihan namabalu (istri yang
seniman.
baru ditinggal suami) tersebut agar air mata dan kesedihan tidak terlihat.
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan uraian di atas,
Teknik
maka peneliti tertarik mengangkat
yang
tari ini menjadi topik penelitian
dilakukan
sebagai
1. Observasi
lebih dalam tentang fungsi Tortor
2. Wawancara
Parsiarabu. Oleh karena itu, topik
3. Dokumentasi
penelitian dengan judul : “Fungsi
4. Studi kepustakaan
Tortor Parsiarabu di Desa Salaon Ronggurnihuta
Teknik Analisis Data
Kabupaten Samosir”.
Penulis menguraikan
Landasan Teori Untuk
adalah
data
berikut:
untuk memperoleh penjelasan yang
Kecamatan
pengumpulan
membahas
dengan
Fungsi
menganalisa
dan
data-data
tersebut
menggunakan
teknik
penelitian kualitatif yaitu sebagai
Tortor Parsiarabu di Desa Salaon
prosedur pemecahan masalah yang
Kecamatan Ronggurnihuta penulis
diselidiki dengan menggambarkan
2
Gesture
keadaan objek penelitian pada saat
buah sungai yang keseluruhannya
sekarang Kabupaten Samosir. Waktu
bermuara
yang digunakan dalam penelitian ini
Sebahagian dari sungai tersebut telah
untuk mendapatkan data dibutuhkan
dimanfaatkan untuk mengairi lahan
adalah selama tiba bulan yang akan
sawah seluas 3.987 ha, lahan sawah
dilaksanakan pada November 2015
yang
sampai Februari 2016.
(62,13 % dari luas yang ada).
ke
beririgasi
Danau
Toba.
setengah
teknis
Panjang saluran irigasi di Kabupaten
ISI
Samosir mencapai 74,77 km, terdiri
Gambaran Umum
dari irigasi setengah teknis 70,63 km Kabupaten
(21,53 km saluran primer dan 49,10
Samosir terletak pada 20 24‘ - 20 25‘
km saluran sekunder) dan irigasi
Lintang Utara dan 980 21‘ - 990 55‘ BT.
sederhana 4,14 km.
Letak
Kabupaten
Geografis
Samosir
terletak
Luas
di
lahan
produktif
di
dengan
Kabupaten Samosir (2002) mencapai
ketinggian antara 904 – 2.157 meter
69.798 ha, terdiri dari lahan sawah
di atas permukaan laut, dengan
7.247 ha (10,4 %), dan lahan kering
topografi tanah yang beraneka ragam
62.551 ha (89,6 %). Terbatasnya
yaitu datar, landai, miring dan terjal.
sarana irigasi, modal dan tenaga
Struktur tanahnya labil dan berada
kerja kasar mengakibatkan hanya
pada wilayah gempa tektonik dan
14.110 ha (22,56 %) lahan kering
vulkanik.
Samosir
yang dikelola. Selebihnya merupakan
tergolong ke dalam daerah beriklim
lahan tidur seluas 48.441 ha atau
tropis basah dengan suhu berkisar
77,44 % dari lahan kering yang dapat
antara 17 0C – 29 0C dan rata-rata
dikelola.
wilayah
dataran
tinggi,
Kabupaten
kelembapan udara 85,04 persen.
Wilayah Kabupaten Samosir
Jenis Tanah Topografi dan kontur
Luas wilayah Kabupaten Samosir
tanah di Kabupaten Samosir pada
secara
umumnya
dan
254.715 Ha, terdiri dari daratan
bergelombang. Penggunaan Lahan
seluas 144.455 Ha dan perairan
Kabupaten Samosir memiliki 10
danau seluas 110.260 Ha. Luas dan
berbukit
3
keseluruhan
mencapai
Gesture
batas perairan di kawasan Danau
mengambangkan industri kerajinan
Toba belum ada ketentuan yang
khususnya
pasti.
sebagai
Namun
mengingat
Pulau
kerajinan
tenun
mata
ulos
pencaharian
Samosir tepat berada dan dikelilingi
sampingan. Kebiasaan tersebut yang
oleh
membuat
Danau
Toba,
secara
perempuan
umumnya
proporsional luas perairan Danau
pintar menenun ulos dikarenakan
Toba yang menjadi bahagian daerah
kegiatan ini diwariskan secara turun
Kabupaten Samosir.
temurun dari generasi ke generasi. Dari kebiasaan perempuan Batak yang pada umumnya ibu rumah
Mata Pencarian Masyarakat
tangga bertenun ulos, dari sanalah
Batak Toba mata pencahariannya
muncul Tortor Parsiarabu yang
adalah sebagai petani. Para ibu
menceritakan
rumah tangga martonun (menenun
kehidupan
ulos), namun seiring majunya zaman
setelah ditinggal mati oleh suaminya.
dan tingkat kebutuhan yang tinggi
Dimana ibu rumah tangga yang telah
banyak penduduk Samosir mulai
ditinggal mati oleh suami agar
beralih
nelayan
bangkit dari rasa keterpurukan, maka
kerambah didukung dengan wilayah
sebagai sesama istri yang telah
Kabupaten Samosir yang dikelilingi
ditinggalkan mati oleh suami datang
danau
sangat
manortor (menari) untuk menghibur
ini
teman mereka yang baru kemalangan
Dahulunya
profesi
sebagai
sehingga
memungkinkan memiliki
pekerjaan
banyak
(penenun)
Asal Usul Tortor Parsiarabu
daya alam yang bermanfaat dan mata
partonun
kisah
ditinggal mati suami.
keuntungan.
Namun masih banyak juga sumber
menjadi
bagaimana
Tortor
Parsiarabu
yang
pencaharian
artinya Tortor adalah tari dalam adat
masyarakat setempat yaitu sektor
Batak, dan Parsiarabu berasal dari
perkebunan, peternakan, perikanan.
imbuhan par – arabu, par artinya
Perempuan Batak di wilayah Kabupaten
Samosir
memanfaatkan
hasil
orang dan arabu artinya pohon untuk
selain alam
menghasilkan
juga
parsiarabu
4
warna adalah
ulos, orang
jadi yang
Gesture
mengambil
warna
ulos.
Parsiarabu
adalah
bagian
upacara
monding
Tortor
Ragam Gerak Tortor Parsiarabu
dari
Menerbang Ulos
Hatungganeon
untuk janda yang mabalu (baru kehilangan
suami)
yang
dimana
dalam upacara ini masih ada upacara adat dan disana para istri yang telah kehilangan suami akan manortor Parsiarabu dengan tujuan untuk
Mamake Tujung
menghibur teman mereka yang baru kehilangan suami, dimana mereka ikut
merasakan
dirasakan
kesedihan
keluarga
yang
yang baru
kemalangan, dan dahulu nya ini sering diadakan untuk masyarakat dikalangan partonun (penenun). Menghapus Ilu
Somba
5
Gesture
Pandenggal
Manerbang Ulos
Malopit Ulos Pangembas
Somba 6
Gesture
Fungsi Tortor Parsiarabu 1. Tortor
Parsiarabu
2. Tortor bagian
menjadi
Parsiarabu
ritual
dan
menjadi berfungsi
komunal
bentuk komunikasi estetis Tortor Parsiarabu menjadi
Tortor Parsiarabu muncul
bentuk komunikasi estetis karena
dari masyarakat yang dulu bekerja
gerak-geraknya
mengekspresikan
sebagai partonun. Tortor Parsiarabu
emosi dan suasana hati yang sedih
tidak termasuk dalam bagian upacara
dan berduka sebagai akibat ditinggal
keagamaan tetapi termasuk dalam
mati oleh suami saat mencari arabu
upacara
kematian
(pewarna ulos) di hutan. Pekerjaan di
dimana
para
hutan mengandung bahaya yang
kehilangan suaminya akan manortor
cukup besar diakibatkan hutan di
Parsiarabu dengan tujuan menghibur
daerah Samosir yang jauh di atas
teman mereka yang baru kehilangan
gunung dan masih dipenuhi binatang
suami,
buas sehingga bahaya yang harus
merasakan kesedihan yang dirasakan
dihadapi para suami cukup besar.
keluarga yang baru kemalangan.
Dengan demikian kematian suami
Tortor Parsiarabu ini menjadi milik
karna mencari arabu (pewarna ulos)
komunitas para janda yang bekerja
di hutan sangat menyedihkan hati
sebagai partonun (penenun) untuk
istri yang ditinggalkan. Kesedihan
menghilangkan kesedihan dari istri
tersebut
yang baru ditinggal mati oleh suami
diekspresikan
dikomunikasikan
dan
sebagai
dengan
istri
dimana
wujud
hatungganeon yang
telah
mereka
ikut
merasakan
menggunakan ulos sebagai media
kesedihan.
untuk menutupi rasa kesedihan istri
Parsiarabu disampaikan rasa senasib
tersebut agar air mata dan kesedihan
sepenanggungan sebagai janda.
tidak terlihat.
7
Melalui
ikut
Tortor
Gesture
3. Tortor
Parsiarabu
sehingga menjadi ciri khas budaya
memainkan
itu sendiri dan menjadi kebanggaan
peran penting dalam fungsi sosial Tortor
tersendiri
Parsiarabu
bagi
masyarakat
di
memainkan peran penting dalam
Samosir. Berdasarkan uraian yang
fungsi sosial itu terlihat saat para istri
sudah dipaparkan dari Bab 1 sampai
yang telah kehilangan suami datang
Bab IV dapat diketahui bahwa :
untuk menghibur teman mereka yang
1. Tortor
baru
kehilangan
suami,
tortor
dimana
Parsiarabu yang
merupakan
termasuk
dalam
mereka ikut merasakan kesedihan
upacara monding yaitu upacara
yang dirasakan keluarga yang baru
kematian hatungganeon, karena
kemalangan,
ini
istri yang kehilangan suaminya
sering diadakan untuk masyarakat
dahulunya rata-rata meninggal
dikalangan
(penenun).
disaat telah memiliki anak-anak
Disamping untuk mengekspresikan
yang telah menikah namun belum
rasa sedih dari istri yang telah
mempunyai
kehilangan suami Tortor Parsiarabu
dahulunya hanya ditarikan oleh
juga berfungsi untuk menunjukkan
para istri yang telah ditinggal
empati sosial dari istri-istri yang
suaminya.
dan
dahulunya
partonun
cucu.
Tarian
ini
2. Asal – usul tortor Parsiarabu
lebih dahulu ditinggal mati oleh
adalah martonun, dimana para
suami.
wanita menenun ulos dan sang
PENUTUP
suami mencari pewarna ulos.
Kesimpulan
Namun
Kebudayaan
ini
masyarakat. merupakan masyarakat
masih Tortor
warisan
sang suami meninggal dunia,
di
maka kesedihan yang mendalam
dilestarikan
dirasakan istri.
Parsiarabu budaya
Samosir
dalam
mengambil warna ulos tersebut
merupakan
warisan dari leluhur yang sampai sekarang
diperjalanan
3. Fungsi tortor Parsiarabu ialah
dari
a. tortor
yang
Parsiarabu
tersebut
menjadi bentuk komunikasiestetis
berusaha untuk tetap dilestarikan
Tortor Parsiarabu dapat menjadi
8
Gesture
bentuk komunikasi estetis yang
termasuk
mengepresikan emosi dan suasana
kematian
hati karena mengisahkan tentang
dimana para istri yang telah
kesedihan hati seorang istri yang
kehilangan
telah ditinggal mati oleh suami saat
manortor Parsiarabu dengan
bekerja mencari arabu (pewarna
tujuan
ulos) di hutan mengandung resiko
mereka yang baru kehilangan
bahaya yang cukup besar, karena
suami, dimana mereka ikut
letak hutan di daerah Samosir yang
merasakan kesedihan yang
jauh diatas gunung dan masih
dirasakan keluarga yang baru
penuh
kemalangan.
dengan
binatang
buas,
menyebabkan bahaya yang harus
dalam
upacara
hatungganeon
suaminya
menghibur
c. memainkan
peran
akan
teman
penting
dihadapi para pencari arabu cukup
dalam fungsi sosial
besar. Dengan demikian kematian
Tortor
suami karna mencari arabu di
memainkan
hutan sangat menyedihkan hati istri
dalam fungsi sosial itu terlihat
yang
saat para istri yang telah
ditinggalkan.
tersebut
Kesedihan
diekspresikan
dikomunikasikan
dan
Parsiarabu
kehilangan
dengan
untuk
peran
penting
suami
datang
menghibur
teman
menggunakan ulos sebagai media
mereka yang baru kehilangan
untuk menutupi rasa kesedihan istri
suami, dimana mereka ikut
tersebut
merasakan kesedihan yang
agar
air
mata
dan
kesedihan tidak terlihat.
dirasakan keluarga yang baru
b. menjadi bagian ritual dan
kemalangan, dan dahulunya
berfungsi komunal
ini sering diadakan untuk
Tortor Parsiarabu muncul
masyarakat
dari masyarakat yang dulu
partonun.
bekerja
sebagai
partonun.
Tortor
Parsiarabu
tidak
termasuk
dalam
bagian
upacara
keagamaan
tetapi
9
dikalangan
Gesture
Sendratasik
Saran
Program
Studi
Pendidikan
Tari
agar
Ronggurnihuta Kabupaten Samosir
mencintai
dan
melestarikan
termasuk suku yang mempunyai
kebudayaan daerah, dan bisa
keanekaragaman kesenian, namun
menjadi
banyak kesenian peninggalan nenek
kebudayaan
moyang dari suku Batak Toba tidak
Kabupaten Samosir.
Desa
Salaon
Kecamatan
diketahui oleh generasi muda Batak Toba, bahkan tidak tahu sama sekali tentang kesenian daerahnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan ada nya
kesadaran
dari
seniman,
masyarakat dan generasi muda Batak Toba, secara khusus kepada suku Batak Toba yang ada di Kabupaten Samosir : 1. Kepada
generasi
muda
suku
Batak Toba diharapkan lebih peduli
dalam
melestarikan
peninggalan budaya dari leluhur yang perlu dipublikasikan ke dunia luar. 2. Kepada Dinas Pariwisata yang berfungsi
sebagai
menjaga
kelestarian budaya salah satunya kesenian Tortor, sepatutnya agar memberikan
perhatian
khusus
supaya tidak kehilangan identitas dari kebudayaan yang dimiliki. 3. Kepada Mahasiswa Universitas Negeri
Medan
Jurusan
10
acuan
lebih
untukmeneliti
Batak
Toba
di
Gesture
Yogyakarta: Oryza, Hasan, Iqbal
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineke Cipta
Koentjaraningrat, 2006. Pengantar Antropologi. Jakarta. PT. Rineka cipta
Azril, 2010. Bentuk Dan Gaya Penulisan Karya Tulisan Ilmiah. Jakarta: Universitas Trisakti
Lindu,
Aziz, Alimut Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebudayaan dan Teknik Analisis Data. Surabaya: Salemba Media
Richard, Sinaga, 1999. Meninggal Adat Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama dan Kerabat
Danesi, M, 2004. Pesan, Tanda, dan Makna. Bandung Dewi
Simamora, 2011. “Perkembangan Gondang dan Tortor Sigale-gale di desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir”. Jurnal Sendratasik, Universitas Negeri Medan
Sarma, Sirait, 2008. “Tortor Dalam Upacara Kematian Saurmatua Pada Masyarakat Batak Toba”. Skripsi Sendratasik, Universitas Negeri Medan
Rosmala, 2008. Metode Penelitian Kuantitaiif Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta
Ester, Debora. S, 2009. “Gondang Sebangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir”. Skripsi Sendratasik, Universitas Negeri Medan
Sedyawati, Edi, 1986. Seni Pertunjukkan, Jakarta: Sinar Harapan Sinta,
Hadi, Sutrisno, 2004. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi, Hani, Ummi , dkk
Saron, 2008. “Tortor Parsiarabu di Kecamatan Harian Boho Kabupaten Samosir”. Skripsi Sendratasik, Universitas Negeri Medan
Hariwijaya, M. dan Triton P. B, 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi.
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
11
Gesture
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: AlfaBeta Sugiono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Surakhmad, W. Penelitian, Gramedia
1990. Metode Jakarta :
Tylor, E.B. 1871. Primitif Culture. Jakarta: Gramedia Yetty, S. 2010. “Perbedaan Peranan Gondang pada Masyarakat Batak Toba Pada Acara Perkawinan dan Kematian”. Skripsi Sendratasik, Universitas Negeri Medan
12