1
FUNGSI, GUNA DAN PENYALAHGUNAAN ILMU NAHWU - SHARAF Saidun Fiddaroini (Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya)
Abstract: Nahwu, so far, has been understood as a tool to read kitab kuning (a yellow manuscript in Arabic without harakat about basic Islamic rules, commonly used in Indonesian Islamic Boarding School). Like other language rules, nahwu is a knowledge which used to explain the sentences uttered by the Arabic speaker so the listener understands the meaning. That is why, nahwu is viewed as a tool to read the yellow manuscript. The use of nahwu turns into misuse because nahwu only has the function when people read yellow manuscript especially Basmalah without Harakat read in various readings and it does not match with the aim of Basmalah. keyword: nahwu, kitab kuning (a yellow manuscript), function, use, misuse.
A. Latar Belakang
(kitab-kitab gundul) seorang murid harus
Banyak orang yang mengetahui ilmu nahwu - sharaf (INAS) sebagai ilmu alat,
dapat
mengenali
kata
demi
kata
dan
tatabahasa Arab"2.
yakni alat untuk membaca tulisan bahasa
Pemahaman bahwa INAS sebagai alat
Arab gundul dalam kitab kuning. Pemahaman
untuk membaca tulisan bahasa Arab gundul
demikian ini sering kita dengarkan dari mulut
ini dianggap sudah benar, padahal belum ada
ke mulut secara getok-tular, dan secara
verifikasi. Anggapan tersebut ternyata juga
tertulis dinyatakan sebagai berikut: ‛. Karena
diterima oleh penulis buku ilmu nahwu
itu, agar bisa membaca dengan benar,
dengan judul Al-Fath (Bimbingan Cepat
pembaca
Membaca Kitab Tulisan Gundul) yang isinya
harus
menguasai
tatabahasa 1
(grammar) bahasa Arab secara matang‛ .
adalah pelajaran nahwu.
Demikian
terealisasikan
juga
pernyataan
berikut
ini:
‚...itulah sebabnya, untuk dapat membacanya
bahwa
3
ilmu
Secara jelas nahwu
itu
difungsikan untuk dapat membaca kitab
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
2 gundul dengan pernyataan dalam sebuah
menjadi sama dengan fungsi syakal yang
buku pelajaran nahwu. Dalam pengantarnya
hanya terdiri dari harokat, sukun dan tasydid.
disebutkan bahwa pada saat kaedah pertama
INAS yang begitu luas difungsikan sama
diajarkan,
dengan
para
pelajar
langsung
dapat
membaca tulisan gundul sederhana, yang
syakal, yakni untuk mengatasi
permasalahan membaca tulisan bahasa Arab.
dilanjutkan dengan pernyataan bahwa buku
Turunnya derajat INAS menjadi sama
tersebut akan segera disusul buku lainnya
dengan fungsi syakal tentu saja menjadi
untuk self study bagi mereka yang telah
masalah bagi para pengajar INAS. Kalau
mengenal bahasa Arab secara acak untuk
fungsi INAS sama dengan fungsi syakal
dirapikan baca gundulnya.4
maka ilmu ini sudah tidak lagi berfungsi dan
Anggapan tersebut di atas disebarkan
seterusnya tidak perlu lagi dikembangkan
mereka
sudah
ataupun diajarkan karena tulisan bahasa Arab
mempelajari dan menguasai INAS. Para
akhir-akhir ini sudah banyak yang dilengkapi
pemula
INAS
dengan syakal. Boleh jadi tugas pengajar
dengan maksud agar dapat membaca tulisan
INAS dialihkan menjadi pemberi syakal pada
gundul.
tulisan gundul yang akan diterbitkan, tetapi
oleh
yang
ikut-ikutan Mereka
umumnya mempelajari
mempergunakan
INAS
sebagai alat untuk membaca tulisan gundul.
kecanggihan
Mereka tidak mempedulikan pentingnya
melengkapi tulisan gundul itu dengan syakal
syakal untuk membaca tulisan bahasa Arab,
sejak awal oleh penulisnya sendiri sehingga
bahkan memandang remeh keberadaan syakal
tidak lagi dibutuhkan pemberi syakal. Pada
yang telah dirintis oleh Abu al-Aswad al-
gilirannya tugas pengajar INAS sudah tidak
Dua’liy (w. 69 H/ 688 M), dua muridnya
ada lagi, dan ini diikuti juga dengan
Nasr bin ‘Asim (w. 707 M) dan Yahya bin
berakhirnya INAS itu sendiri. Lahirnya
Ya’mur 707 M) dan terus disempurnakan
syakal bisa menjadi awal kamatian INAS.
oleh Ulama’ Besar Al-Khalil bin Ahmad al-
Lebih jauh lagi, al-Quran yang disyakali itu
Farahidi (170 H/786 M)5.
menjadi bisa dianggap sebagai kitab yang
Keberadaan syakal
teknologi
sudah
dapat
telah berhasil
menyebabkan INAS tidak berfungsi lagi. Ini
mengatasi permasalahan membaca tulisan
semua baru sebagai hipotesis bahwa fungsi
bahasa Arab yang belum disempurnakan.
INAS adalah alat untuk membaca tulisan
Dengan adanya pemahaman INAS sebagai
bahasa Arab gundul.
alat
membaca
tulisan
gundul,
syakal
Keinginan
untuk
mengembalikan
dianggap tidak perlu lagi. Bersamaan itu pula
fungsi INAS serta untuk lestarinya tugas
tidak terasa bahwa derajat INAS diturunkan
pengajar INAS tentu memerlukan kebijakan
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
3 baru, bahwa semua penulisan kitab/penerbit
akan kelihatan jelas dampak kesalahpahaman
kitab berbahasa Arab diwajibkan menulis
terhadap fungsi INAS, dan selanjutnya akan
dengan tulisan gundul. Bahkan lebih jauh lagi
kelihatan juga dampak negatif pemahaman
al-Quran perlu dikorbankan dengan cara
itu terhadap bahasa Arab.
menghapus
lagi
syakalnya
demi
memfungsikan INAS. Ini gagasan aneh yang
B. Fungsi dan Guna INAS
bisa seratus persen (100 %) ditolak, tetapi itulah konsekuensi logis dari anggapan
Ilmu nahwu - sharaf (INAS) dikenal sebagai tatabahasa bahasa Arab. Dua ilmu ini,
bahwa fungsi INAS adalah alat untuk
nahwu dan sharaf, hubungannya sangat erat.
membaca
Sebelum
Bahasan yang ada di dalamnya banyak
yang
didominasi dengan kajian tentang nahwu
berdasarkan pada hipotesis tersebut di atas,
sehingga yang dimaksud dengan tatabahasa
para pengajar INAS, termasuk penulis ini,
bahasa Arab adalah ilmu nahwu, dan sering
perlu
tentang
disebut qawa>’id al-Lughah dengan maksud
anggapan selama ini sehingga diketahui
tidak terpisah dari ilmu sharaf, karena begitu
dengan semestinya fungsi INAS.
eratnya hubungan antara morfologi dengan
tulisan
merealisasikan
gundul.
gagasan
memberikan
Sebagai
aneh,
verifikasi
arahan
kajian
ini
perlu
sintaks 6 . INAS sebagai tatabahasa bahasa
dirumuskan permasalahannya dalam bentuk
Arab memiliki fungsi. Fungsi INAS terdapat
pertanyaan sebagai berikut:
pada pengertiannya dan dapat diketahui
1. Benarkah fungsi INAS itu sebagai
dengan mengacu pada definisinya. Adapun
alat untuk membaca tulisan bahasa
gunanya adalah tergantung pada siapa yang
Arab gundul?
menggunakannya.
2. Apakah INAS memang sudah tidak berfungsi
ketika
tulisan
sudah
Pertama fungsi
Demikian pertanyaan yang menjadi
definisinya.
ini.
Selanjutnya
perlu
INAS
tidak terjadi penyalahgunaan INAS.
Quran sekarang ini? tulisan
pengguna
mesti memahami pengertian INAS itu agar
dilengkapi dengan syakal seperti al-
arahan
Para
INAS
kali
perlu
dengan Definisi
dikemukakan
mengacu INAS
pada sebagai
tatabahasa secara umum tidak berbeda dari
dikemukakan secara rinci mulai dari fungsi,
definisi
kegunaan
dengan
selain bahasa Arab, hanya saja INAS ini
dapat
adalah khusus untuk tatabahasa bahasa Arab.
diketahui apa dampak pemahaman tersebut.
Secara sepintas sebetulnya dapat diketahui
Apabila ternyata anggapan itu salah maka
fungsi
dan
penyalahgunaan
diakhiri INAS
sehingga
tatabahasa
INAS.
untuk
Sebagaimana
bahasa-bahasa
telah
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
lama
4 diketahui umum bahwa tatabahasa itu adalah
dengan tata kalimat 8 . Dengan ilmu nahwu
pengetahuan
atau
mengenai
dapat diketahui bentuk kata ketika berdiri
pembentukan
kata-kata
penyusunan
sendiri dan ketika disusun9. Melalui kaedah-
kata-kata
dalam
pelajaran dan
kalimat.
Poerwadarminta,1024:1986).
(WJS
kaedah yang ada dalam ilmu nahwu dapat
Tatabahasa
diketahui susunan-susunan bahasa Arab dari
bahasa Arab berfungsi untuk meyusun kata-
segi i’ra>b, bina>’ dan sebagainya10
kata Arab dalam kalimat. Fungsi INAS
Bahasan ilmu nahwu didominasi oleh
bukan untuk membaca tulisan bahasa Arab
permasalahan tentang i’ra>b. Karena itu ada
gundul. Tidak ada sama sekali informasi yang
yang menyebutkan bahwa semula ilmu
menyatakan bahwa tatabahasa itu adalah alat
nahwu ini dikenal dengan i’ra>b, yaitu ilmu
untuk membaca tulisan. Tatabahasa bahasa
yang membicaraka kaedah-kaedah keadaan
Indonesia,
misalnya,
bukan
untuk
kata-kata Arab dari segi i’ra>b dan bina>’,
membaca
tulisan
bahasa
Indonesia.
sehingga dapat diketahui keadaan akhir
Tatabahasa bahasa Inggris juga bukan alat
kata 11 . Kata-kata bahasa Arab itu demikian
untuk membaca tulisan bahasa Inggris,
keadaan akhirnya, yakni belum tertentu
demikian pula tatabahasa bahasa asing
dalam
lainnya bukanlah untuk membaca tulisan
kemudian dengan maksud tertentu untuk
bahasa
sebagai
membentuk suatu pengertian tertentu dalam
tatabahasa bahasa Arab tidaklah berfungsi
suatu kalimat kata-kata tersebut ditetapkan
sebagai alat untuk membaca tulisan bahasa
dalam satu ketentuan. Ketentuan tersebut
Arab.
dengan ciri-cirinya menunjukkan klasifikasi
asing
Ilmu
itu.
nahwu
Jadi
alat
INAS
adalah
ilmu
satu
keadaan
yang
tetap,
baru
yang
kata-kata tersebut, mungkin dalam klasifikasi
membahas tentang i’ra>b perkataan Arab 7 .
rafa’, nas{ab, jar, atau jazm. Klasifikasi
Lebih jauh dinyatakan bahwa ilmu nahwu
demikian yang disebut dengan istilah i’ra>b
adalah ilmu yang membahas tentang susunan
dalam tatabahasa bahasa Arab12
kalimat dan ciri-ciri khasnya. Ilmu nahwu ini dan
‚function‛ diterjemahkan dengan jabatan
problematikanya, tetapi juga menyingung
atau pekerjaan yang bersangkut-paut dengan
masalah-masalah lain yang penting seperti
jabatan. Kata ‚guna‛, bahasa Inggrisnya
kedudukan kata dalam kalimat, hubungan
adalah ‚use‛. Fungsi INAS berbeda dari guna
intern
INAS.
bukan
saja
antar
mempelajari
unit-unit
i’ra>b
Kata ‚fungsi‛, bahasa Inggrisnya
morfem
yang
Kita
dapat
membedakan
fungsi
membentuk kalimat atau ungkapan-ungkapan
tatabahasa bahasa Arab dari gunanya. Fungsi
dan masalah-masalah lain yang berhubungan
INAS adalah guna ideal INAS, yakni untuk
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
5 apa INAS diciptakan. Adapun gunanya,
orang yang bisa membaca tulisan gundul
tergantung pada siapa yang menggunakan
karena menguasai INAS. Kalaupun ada yang
INAS itu. INAS itu sendiri bisa digunakan
menganggap bahwa INAS itu alat untuk
atau dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
membaca tulisan gundul maka itu merupakan
Misalnya, kita memiliki sebuah fulpen.
anggapan, yakni sebagai hipotesis tulisan ini
Fulpen itu pada dasarnya diciptakan sebagai
untuk diverifikasi.
alat untuk menulis. Fulpen itu mempunyai
Ditinjau dari definisinya, disebutkan
jabatan sebagai alat tulis. Fungsi atau guna
bahwa ilmu nahwu adalah ilmu yang dengan
ideal fulpen adalah sebagai alat tulis. Kita
kaedah-kaedahnya dapat diketahui keadaan
bisa
dengan
kata-kata Arab dari segi i’ra>b dan bina>’,
fungsinya. Kita juga bisa menggunakan
yakni ketika kata-kata itu disusun, maka
fulpen itu untuk mengetuk-ngetuk meja agar
dengan ilmu ini kita dapat mengetahui
siswa
mendengarkan
keharusan ketentuan akhir kata itu, rafa’ atau
keterangan pelajaran. Fulpen itu sebetulnya
nas}ab atau ja>r atau jazm, atau ketentuan
bukan untuk mengetuk-ngetuk meja tetapi
akhir kata itu tetap, yakni mabni,
menggunakannya
mau
diam
sesuai
untuk
13
seperti
bisa digunakan untuk itu. Fulpen itu berguna
sebelum masuk kalimat
atau bermanfaat tetapi itu bukan guna ideal
menunjukkan bahwa INAS itu adalah ilmu
fulpen. Fulpen tetap saja fungsinya adalah
untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat
alat tulis. Fungsi itu guna ideal yang melekat
dengan benar, yakni memenuhi ketentuan
pada bendanya, yakni benda itu sendiri
akhir kata setelah masuk dalam kalimat.
tercipta untuk memenuhi guna idealnya,
Misalnya, seseorang mau mengungkapkan
sedangkan ‚guna‛ itu melekat pada siapa
maksudnya dalam bahasa Arab: ‚Seseorang
yang menggunakan benda itu.
datang ke masjid‛, maka ia mengatakan
Dari gambaran tersebut di atas dapat dipahami
bahwa
INAS
yang
. Definisi ini
demikian:
berfungsi
sebagai tatabahasa bisa saja digunakan untuk membaca tulisan gundul. Apa saja yang bisa diambil manfaat dari INAS selain fungsinya maka itulah kegunaannya dan tetap saja fungsi INAS bukanlah untuk membaca tulisan gundul. Boleh jadi anggapan tentang INAS sebagai alat untuk membaca tulisan gundul itu berdasarkan pada perasaan banyak
Orang tersebut dengan INAS pasti mengucapkan kata ‚Rajul‛ dengan i’ra>b
ra>fa’, dan mengucapkan kata ‚al-masjid‛ dengan i’rab ja>r. Ia tidak mengucapkan kata ‚rajul‛ tersebut dengan i’rab nas}ab atau ja>r. Demikian juga ia tidak mengucapkan kata ‚al-masjid‛ dengan i’rab rafa’ ataupun nas}ab. Kemudian ketika menuliskan ucapan itu
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
6 haruslah tulisan itu melambangkan tanda
berasal dari adanya perasaan bahwa bangsa
i’rab rafa’ untuk kata ‚rajul‛ dan tanda i’rab
Arab itu merasa mulia karena bahasanya 15 .
ja>r untuk kata ‚al-masjid‛ sesuai dengan
Ditambahkan pula sebab yang lain, yaitu
bunyi yang diucapkan. Inilah fungsi INAS,
ditinjau dari segi sosial, yakni keperluan
yakni untuk menyusun ucapan dengan benar
bangsa lain yang bergaul dengan bangsa
sesuai aturan bahasa atau kelaziman bahasa
Arab16.
Arab sehingga maksud ucapannya itu dapat dipahami dengan benar oleh pendengar.
Masing-masing sebab diciptakannya ilmu
Pendengar ucapan bahasa Arab dapat
nahwu
tersebut
bertumpu
pada
kekeliruan dalam pengucapan bahasa Arab,
karena
yang dikenal dengan istilah lahn. Lahn itu
ucapannya teratur sesuai aturan bahasa Arab.
sendiri tidak akan menjadi sebab munculnya
Pendengar
atau
ilmu nahwu kalau tidak ada keinginan untuk
mengatur ucapan pembicara karena hal itu
mempelajari al-Quran, sekalian juga agar
memang bukan tugas dan wewenangnya.
orang yang belajar al-Quran tidak keliru
Pendengar hanya mendengar dan memahami
dalam pemahamannya. Karena itu disebutkan
saja. Demikian juga tugas pembaca tulisan
bahwa sebab pertama diciptakannya ilmu
bahasa Arab. Pembaca tidak perlu menyusun
nahwu adalah adanya lahn 17 . Pada awalnya
atau mengatur tulisan karena hal itu bukan
pengucapan bahasa itu bukan dari membaca
tugas dan wewenangnya. Pembaca hanya
tulisan tetapi dari mengucapkan bahasa yang
membaca
maksud
belum ditulis untuk mengutarakan maksud
bacaaannya. Pembaca itu bisa mengerti
hati. Dengan alasan tersebut Abu al-Aswad
maksud penulis karena tulisannya sesuai
Al-Dualy menyusun ilmu nahwu. Penyusunan
dengan aturan bahasa Arab. Penulis mengatur
itupun dilakukan setelah menetapkan bacaan
dan menyusun tulisannya sesuai dengan
yang benar di Al-Quran, yaitu dengan cara
INAS agar bahasa Arab yang ditulis itu dapat
memberikan tanda-tanda titik-titik sebagai
dipahami oleh pembaca yang menguasai
tanda harakat, khususnya pada huruf-huruf
INAS.
bagian
mengerti
maksud tidak
dan
pembicara perlu
menyusun
memahami
akhir
untuk
tiap
kata.
Dalam
Ditinjau dari segi lahirnya, perlu
perkembangan selanjutnya, muncul berbagai
diketahui bahwa INAS itu diciptakan karena
kepentingan, khususnya untuk komunikasi
dua sebab, yaitu menjaga keselamatan al-
itu sendiri. Untuk itu diperlukan keselamatan
Quran dari tah{rif dan memelihara bahasa
alat
Arab dari kerusakan 14 . Sebab kedua, yakni
dinyatakan bahwa usaha pengembangan ilmu
komunikasi
tersebut,
memelihara bahasa Arab dari kerusakan,
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
sehingga
7 nahwu itu dilandasi oleh keinginan untuk
merafa’kan kata ah}san sehingga menjadi
menjaga bahasa Arab18.
susunan bertanya yang artinya: ‚Apa yang
Dengan
memperhatikan
karakter
bangsa Arab pada saat itu yang egois
19
,
indah di langit itu?‛. Kasus ini menunjukkan bahwa
yang
diingatkan
itu
adalah
kiranya sulit juga untuk bisa dipahami kalau
pengucapannya, bukan pembacaan tulisan.
alasan munculnya ilmu nahwu itu adalah
Riwayat tersebut jelas menunjukkan bahwa
untuk memenuhi keperluan bangsa asing
sebab
yang bergaul dengan bangsa Arab. Demikian
dimaksudkan untuk dapatnya membaca kitab
ini berdasarkan pada tinjauan pencipta ilmu
tulisan gundul. Dalam riwayat tersebut tidak
nahwu, yaitu Abu al-Aswad al-Dualy sebagai
ada kesalahan membaca tulisan, yang ada
bangsa Arab pada waktu itu, yang masih
adalah kesalahan dalam mengucapkan bahasa
keturunan dari suku Quraisy
20
. Dengan
demikian alasan untuk memenuhi keperluan
munculnya
ilmu
nahwu
bukan
Arab ketika mengemukakan maksud secara lisan.
bangsa asing tersebut dapat diterima kalau
Tinjauan fungsi ilmu nahwu melalui
maksudnya adalah untuk perkembangan ilmu
sebab munculnya memberikan informasi
nahwu
yang tepat bahwa memang ilmu nahwu
selanjutnya,
bukan
pada
saat
munculnya ilmu nahwu pertama kali. pada
bukan diciptakan untuk dapat membaca
Contoh konkret adanya lahn adalah
tulisan gundul, lebih-lebih penyusun ilmu
waktu
nahwu yang pertama kali, yakni Abu al-
Abu
al-Aswad
al-Du’aly
mendengar anaknya mengucapkan sebuah (Ma>
kalimat demikian: ‚
Ah{sanu as-sama>’), Abu al-Aswad al-Du’aly mengira
ditanya
maka
ia
menjawab:
nuju>muha> (bintang-bintangnya). Anaknya langsung menjelaskan bahwa dia bukan
Aswad al-Dualy
mengingatkan agar menashabkan ucapan
lebih dulu tulisan bahasa Arab, yakni mush}af
Utsma>ni yang dimaksudkan pada waktu itu, diberi alamat atau tanda i’ra>b
(ma> ah}sana as-sama>’a) kalau memang yang dikehendaki
ta’ajjub
21
itu adalah keheranan atau .
Abu
al-Aswad
al-Dualy
mengingatkan karena sebelumnya anaknya
23
, yakni
dilengkapi dulu dengan syakal. Pemberian
titik-titik
tanda/alamat
i’ra>b itu dilakukan dengan cara mendengar sambil melihat mulut Abu al-Aswad al-Dualy pada
ah{san dan as-sama>’ menjadi:
, mengatakan bahwa
sebelum ilmu nahwu tersebut disusun perlu
bertanya tetapi heran dengan keindahan langit. Seketika itu Abu al-Aswad al-Dualy
22
waktu
membaca
mush{af.
Ketika
mulutnya tampak dibuka sebagai tanda
fath{ah maka orang yang disuruh Abu alAswad al-Dualy memberi tanda titik di atas huruf yang diucapkan dengan bunyi fath{ah.
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
8 Ketika mulutnya tampak dipecahkan atau
sebab munculnya ilmu nahwu tersebut diatas,
ditarik ke bawah maka orang tersebut
niscaya kesimpulan yang dapat diambil
meletakkan tanda titik di bawah huruf yang
adalah bahwa INAS bukan alat untuk dapat
sedang dibaca sebagai tanda bunyi kasrah,
membaca tulisan gundul dengan benar.
dan
ketika
Abu
al-Aswad
al-Dualy
Fungsi INAS ini sama saja dengan
memoncongkan mulutnya ke depan, maka
fungsi tatabahasa bahasa asing lainnya, yakni
orang tersebut meletakkan tanda titik di
sebagai aturan untuk memenuhi kelaziman
depan huruf yang sedang dibaca sebagai
bahasa. INAS bagi pembicara digunakan
tanda bunyi d{ammah. Apabila Abu al-Aswad
untuk memberikan pemahaman dan bagi
al-Dualy mengikutkan bunyi ghunnah setelah
pendengar maka INAS digunakan untuk
bunyi harakat, yakni tanwin, maka orang
memahami. Jadi pada dasarnya tatabahasa itu
tersebut meletakkan dua titik sebagai tanda
berfungsi untuk mengatur ucapan orang
tanwin. Pemberian tanda titik demikian itu
pertama/pembicara agar bisa dipahami oleh
atas petunjuk Abu al-Aswad al-Dualy dan
pendengarnya. Adapun bagi penulis bahasa
dilakukannya hingga ujung mush{af.24
maka tatabahasa itu befungsi untuk menata
Pemberian tanda i’ra>b tersebut tidak
tulisannya agar sesuai dengan aturan bahasa
lain adalah untuk menjaga agar Al-Qur’an
sehingga
dapat dipahami dengan benar melalui ilmu
pembacanya.
nahwu yang disusun kemudian. Jadi ilmu
dengan fungsinya adalah penggunaan yang
nahwu tidak disusun lebih dulu dengan
semestinya. Adapun penggunaan INAS yang
membiarkan mush{af tidak bertanda i’ra>b,
tidak sesuai dengan fungsinya maka akan
tetapi justru ilmu nahwu itu disusun setelah
terjadi
mush{af
kenegatifan, berikut ini uraiannya.
dilengkapi
Pemberian
tanda-tanda
harakat-harakat
mush}af
i’ra>b.
dapat
dipahami
Penggunaan
dampak
yang
oleh INAS
mengarah
itu
berdasarkan pada hafalan. Di sini kelihatan kehebatan dan kecerdasan Abul Aswad alDualy. Beliau lebih dulu melengkapi mush{af dengan
tanda-tanda
atau
alamat
i’ra>b
kemudian meyusun ilmu nahwu, sehingga tidak akan terjadi penentuan harakat alQur’an oleh pembacanya sekehendak hati meskipun tidak salah dari segi INAS. Apabila ditinjau lebih teliti beberapa riwayat tentang
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
para sesuai
pada
9 C. Penyalahgunaan INAS.
Sebelum ini juga sudah disampaikan
Anggapan bahwa INAS sebagai alat untuk
membaca
tulisan
gundul
dengan sedikit beda kalimatnya, demikian:
dapat
dimengerti kalau yang dimaksudkan adalah pemanfaatannya
bukan
penggunaannya
secara ideal. Ketika INAS dimanfaatkan sebagai alat untuk membaca tulisan gundul 26
maka yang terjadi adalah proses membaca yang terbalik. Artinya, pembaca tulisan
(Pada kebanyakan bahasa-bahasa Eropa,
gundul
orang-orang membaca dengan benar apa yang
itu
tidak
dapat
bacaannya
dengan
INAS
memahami
maksud
tulisan
menentukan kalau
belum
gundul
dilihatnya, dan menjadikan (kemampuan)
itu.
bacaannya sebagai sarana untuk memahami.
Pembaca itu harus memahami dulu maksud
Sedangkan kita, maka kita tidak mampu
tulisan baru kemudian dapat membaca
membaca dengan benar kecuali jika kita
dengan benar, bukan membaca dulu dengan
sudah memahami lebih dulu apa yang hendak
benar kemudian dapat memahami maksud
kita baca).
tulisan.
Lebih tegas dinyatakan demikian:
Proses membaca yang terbalik karena pemanfaatan INAS ini ternyata sudah lama
27
dinyatakan oleh para ahli bahasa dan ilmuilmu Arab. Mereka mengatakan demikian: ....
(Sesungguhnya pembaca bahasa asing (selain bahasa Arab) itu membaca untuk paham dan pembaca bahasa Arab itu paham untuk membaca). Pernyataan-pernyataan
tersebut
di
atas menunjukkan bahwa syarat untuk bisa (Banyak pembaca (tulisan bahasa Arab) mengalami kesulitan untuk membacanya dengan
benar,
memikirkan
teks
karena sebelum
mereka
harus
membacanya,
bahkan sering kali harus memahami lebih dulu maksud teks agar benar bacaannya).
membaca tulisan gundul dengan benar itu adalah memahami lebih dulu maksud tulisan. Contoh terdapat
konkretnya tulisan
demikian.
bahasa
Arab
demikian:
.
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
Misalnya gundul
10 Tulisan tersebut sangat sederhana. Dengan
INAS
mungkin
akan
dibaca
demikian:
sekalian menolak anggapan yang menyatakan bahwa INAS itu adalah alat untuk membaca tulisan gundul dengan benar. Pemanfaatan
. (tilka al-madrasatu jami>lah) atau mungkin
menyebabkan
(tilka al-mudarrisatu jami>lah). Kemudian menetukan
satu
bacaan
yang
dimaksudkan tulisan itu, maka INAS tidak menentukan.
INAS
hanya
bisa
memberikan pilihan macam-macam bacaan berdasarkan dikandung
perkiraan tulisan
maksud
yang
Apabila
yang
itu.
dimaksud tulisan itu adalah menunjukkan sekolah itu bagus maka bacaannya adalah yang pertama, berbunyi demikian: ‚Tilka al-
Madrasatu
Jami>lah‛,
dan
kalau
yang
dimaksudkan tulisan itu adalah menunjukkan bahwa guru perempuan itu cantik maka bacaannya adalah yang kedua, demikian bunyinya: ‚Tilka al-Mudarrisatu Jami>lah‛. Pembaca belum dapat menentukan satu bacaan yang benar yang sesuai dengan maksud
penulisnya
alat
membaca menampakkan proses membaca Ketidaklogisan
.
bisa
sebagai
yang terbalik atau prosesnya tidak logis.
dibaca demikian:
ketika
INAS
karena
belum
tahu
maksud penulisnya. Untuk bisa membaca dengan tepat salah satu bacaan sesuai dengan maksud penulisnya, maka pembaca harus memahami dulu maksudnya. Hal ini menjadi fakta bahwa membaca tulisan gundul dengan benar itu tidak bisa kecuali kalau sudah memahami dulu maksudnya, dan fakta ini
proses banyak
membaca orang
ini
mengalami
kesulitan dalam membaca tulisan gundul, baik yang senior dan apalagi yang yunior. Kesulitan membaca tulisan gundul ini sudah diinsafi, sebagaimana disebutkan di atas, tetapi ketidaklogisan proses membacanya itu belum diinsafi. Demikian ini terbukti dengan tetap dipertahankannya keberadaan tulisan bahasa Arab yang masih gundul, dan tidak ada upaya untuk menyempurnakan tulisan dengan syakal supaya proses membacanya logis. Pada dasarnya tulisan bahasa Arab yang sempurna sudah ada contohnya seperti al-Quran dewasa ini. Pembaca al-Quran tidak harus mengerti lebih dulu maksud tulisan, tetapi bisa membaca dengan benar meskipun tidak mengerti INAS dan tidak paham maksudnya.
Inilah
fungsi
syakal
yang
ditemukan oleh Al-Khalil bin Ahmad alFarahidi sebagai lambang bunyi huruf-huruf hijaiyah/konsonan
sehingga
proses
membacanya mudah karena logis tidak terbalik. Dalam hal kegunaan INAS ini kiranya dapat diketahui bahwa dalam prakteknya ada
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
11 pemanfaatan yang melenceng jauh dari
tidak salah, tetapi artinya jelas berbeda jauh
fungsinya, yakni secara tidak sadar telah
bahkan bertentangan dengan maksud ayat
terjadi penyalahgunaan. Demikian ini bisa
itu. Ini salah satu penyalahgunaan INAS.
terjadi karena pemanfaatannya itu bukan
Penyalahgunaan INAS yang telah
guna idealnya atau bukan fungsi yang
terjadi adalah ketika pembaca menentukan
sebenarnya.
bacaan dengan maksudnya sendiri, bukan
Berikut
ini
penyalahgunaan negatifnya.
contoh
konkret
maksud penulisnya. Adapun penyalahgunaan
dan
dampak
INAS yang bisa berbahaya adalah ketika
INAS
Sebagai
contoh
sederhana,
terjadi
penafsiran
yang
dipaksakan.
terdapat tulisan demikian: surat al-Taubah
Contohnya lafadz Basmalah yang berbunyi
ayat 3 :
Bismilla>hi ar-Rah{ma>ni ar-Rah{i>mi ( ). Kedua kata ar-Rahma>n
Tulisan itu tidak diberi syakal, maka para
pembaca
bisa
benar
membacanya
dengan menggunakan INAS kalau sudah memahami
maksudnya.
Kalau
belum
memahami maksudnya maka ada bacaan alternatif.
Ada
beberapa
dimungkinkan
dapat
kata
yang
dibaca
dengan
bermacam-macam bacaan, yakni kata ‚rasul‛ yang
ditulis
demikian
(
)
dan al-Rah{i>m beri’ra>b Jir. Dengan INAS kedua kata tersebut bisa dibaca marfu' atau
manshub atau majrur, sehingga ada sembilan macam
bacaan
Basmalah
dimungkinkan, tetapi hanya ada tujuh yang benar berdasarkan ilmu nahwu.
28
Macam
bacaan tersebut sebagaimana dalam tabel berikut.
bisa
dimungkinkan bacaannya menjadi rasu>luh atau rasu>lih. Dengan INAS pembaca akan merafa’kan kata ‛
yang
‛ karena dia sudah
memahami bahwa maksud kalimat itu adalah tidak diathafkan dengan kata musyriki>n. Jadi pembaca tulisan gundul itu bisa dengan betul bukan hanya karena mengerti INAS tetapi juga memahami maksud tulisan itu lebih dulu. Perlu diketahui bahwa orang bisa saja dengan sengaja membaca dengan i’rab ja>r untuk kata ‚rasu>l‛ dan secara ilmu nahwu
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
12 No.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>n / I’ra>b
Ar-Rah{i>m /I’ra>b
Keterangan
1.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>ni/ Ja>r
Ar-Rah{i>mi/ Ja>r
Benar dan resmi
2.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>ni/ Ja>r
Ar-Rah{i>ma/ nas{ab
Benar sesuai kaedah
3.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>ni/ Ja>r
Ar-Rah{i>mu/ Rafa'
Benar sesuai kaedah
4.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>na/ Nas{ab
Ar-Rah{i>ma/ Nas{ab
Benar sesuai kaedah
5.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>na/ Nas{ab
Ar-Rah{i>mu/ Rafa'
Benar sesuai kaedah
6
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>na/ Nas{ab
Ar-Rah{i>mi/ Ja>r
Salah, tidak sesuai kaedah
7.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>nu/ Rafa'
Ar-Rah{i>ma/ Nas{ab
Benar sesuai kaedah
8.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>nu/ Rafa'
Ar-Rah}i>mu/ Rafa'
Benar sesuai kaedah
9.
Bismilla>hi
Ar-Rah{ma>nu/ Rafa'
Ar-Rah{i>mi/ Ja>r
Salah, tidak sesuai kaedah
Tabel Variasi Bacaan Basmalah
Bismilla>hi ar-Rah{ma>nu ar-Rah{i>mu, ar-Rah{i>ma,
tersendiri. Sangat tidak tepat mengubah
dengan alasan sifatnya dapat dipisah atau
ucapan atau pembicaraan hanya karena
yang disebut dalam ilmu nahwu sebagai na'at
keahlian dalam permainan ilmu nahwu. Ini
maqtu>'. Masalahnya bukan bisa dibaca rafa'
merupakan penyalahgunaan INAS secara
atau nas{ab tetapi bunyi itu menentukan
sadar. Pengubahan bunyi demikian bisa juga
makna, dan lafaz} Basmalah itu pengertiannya
terjadi pada surat Fathir ayat 28 dengan
semula yang dimaksudkan oleh Allah SWT
membaca lafdzu al-jalalah marfu' dan kata al-
tidak boleh diubah oleh pembaca. Basmalah
'Ulama'
itu lafaz{ dari Allah, bukan buatan manusia.
menunjukkan bahwa Tuhan itu takut pada
Kita tentu saja tidak boleh mengubah
para Ulama', dengan penafsiran dibuat-buat
kehendak pembicara atau penulis. Apalagi
supaya bisa dibenarkan, yakni takut di sini
dalam hal ini yang berfirman adalah Allah
dalam arti khawatir; padahal tulisan mushaf
SWT. Allah SWT menghendaki bunyi lafaz{
yang ada adalah sebaliknya, bahwa lafdzu al-
tersebut dengan i’ra>b jar untuk kedua kata ar-
Jalalah manshub dan kata al-'Ulama'u itu
Roh{ma>n dan ar-Rah{i>m dengan segala rahasia
marfu', sebagaimana ayat tersebut (QS.
makna yang terkandung di dalam bunyi jar
Fathir/35 : 28) demikian:
atau
Bismilla>hi
ar-Rah>ma>na
Ketentuan bunyi itu ada maksudnya
itu. Jadi tidak boleh, sekali lagi, tidak boleh diubah-ubah.
mansub
sehingga
artinya
……… ……… Yang artinya: Bahwa yang takut pada Tuhan hanyalah para Ulama'.
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
13 Perlu
dipahami
bahwa
alternatif bacaan yang tidak dimaksudkan
penyalahgunaan INAS, yang berawal dari
oleh
anggapan bahwa INAS adalah alat untuk
dimulai dari terbaliknya proses membaca,
membaca kitab gundul, juga merendahkan
yakni paham dulu agar dapat membaca
martabat INAS. Kajian tersebut di atas telah
dengan benar, bukan membaca dulu dengan
membuktikan bahwa fungsi INAS bukanlah
benar supaya dapat memahami maksud
alat untuk membaca tulisan bahasa Arab
bacaan. Akibat terbaliknya proses membaca
gundul. Pemaksaan INAS sebagai alat untuk
ini adalah sulitnya membaca tulisan bahasa
membaca
gundul
Arab dan dampaknya adalah tersebarnya citra
INAS.
buruk terhadap bahasa Arab sehingga bahasa
menimbulkan
Arab dianggap sebagai ‘momok’ meskipun di
tulisan
merupakan Penyalahgunaan
bahasa
Arab
penyalahgunaan INAS
ini
dampak negatif, yakni proses membaca yang
penulisnya.
Penyalahgunaan
INAS
kalangan para pelajar muslim.
tidak logis, dan utamanya adalah pengubahan
Penyalahgunaan INAS hanya terjadi
maksud penulis menjadi makna sekehendak
pada saat membaca tulisan bahasa Arab
pembaca.
gundul.
Dalam
rangka
menangkal
penyalahgunaan INAS ini maka rekomendasi yang tepat adalah kembali mengapresiasi
D. Penutup
fungsi Fungsi INAS berbeda dari fungsi
syakal. Masing-masing tidak bisa saling menggantikan dan sama–sama diperlukan untuk memenuhi kepentingan komunikasi berbahasa Arab, utamanya komunikasi secara tertulis. Penggunaan INAS yang sesuai dengan fungsinya adalah untuk menata katakata Arab menjadi kalimat bahasa Arab yang benar sehingga bisa dipahami dengan tepat. Penggunaan INAS yang bermanfaat dan tidak sampai pada penyalahgunaannya adalah
kalau
hanya
sebatas
untuk
menentukan bacaan kalimat yang sudah dipahami maksudnya, dan tidak digunakan untuk membelokkan maksud kalimat ke arah
syakal,
yaitu
dengan
cara
menyempurnakan semua terbitan berbahasa Arab dengan syakal mengikuti jejak mushaf al-Quran. Ketepatan rekomendasi ini tidak bisa diragukan karena tidak ada tulisan yang lebih sempurna dari mushaf al-Quran yang mana proses membacanya logis, membaca agar paham bukan paham dulu agar dapat membaca. Keberadaan
tulisan
bahasa
Arab
gundul selama ini karena tidak adanya pengetahuan mengenai perkembangan tulisan bahasa Arab yang sudah sampai pada kesempurnaannya.
Adapun
‘kekolotan’
dalam mempertahankan keberadaan tulisan bahasa Arab gundul selama ini tidak lain
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
14 hanyalah
karena
tiadanya
pengertian
mengenai fungsi syakal. Lain masalahnya kalau upaya itu memang sebagai kesengajaan untuk menghalang-halangi tersebarnya ilmuilmu keislaman dengan cara menghapus lagi
syakal yang sudah ada pada mushaf al-Quran atau setidak-tidaknya menyuarakan bahwa tulisan bahasa Arab gundul itu sudah sempurna dan pemberian syakal itu dianggap
bid’ah dalalah. Kiranya pecinta bahasa Arab tidak akan berbuat segegabah ini, Wa Allahu
a’lam bi al-shawab.
1
Mundzar Fahman, Upaya Meningkatkan Mutu Sarjana IAIN, dalam harian Jawa Pos. (Surabaya: Jawa Pos 14 Maret 1989) 2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta,LP3ES, 1983),29 3 Lihat: Kharisudin Aqib, Al-Fath (Bimbingan Cepat membaca Kitab Tulisan Gundul ) (Surabaya: H.I Press, 1992) 4 Muhadjir Sulthon, Nahwu dalam Kemasan Baru (Surabaya: Penasuci, 1998), ii. 5 D. Sirajuddin AR, Seni Kaligrafi Islam (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985), 67 6 Chatibul Umam, Aspek-aspek Fundamental dalam Mempelajari Bahasa Arab (Bandung: PT.AlMa’arif, 1980), 19 7 Makluf, Al-Munjid fi al – lughah wa al-A’la>m, (Beirut: Dar al-Masy-riq, 1973), 796 8 Chatibul Umam, Op. Cit., 18-19 9 Amin Ali al-Sayyid, Fi ‘Ilm an-Nahwi, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1986), vol. 1,13- 14 10 Ali bin Muhammad al-Jurjani, Al-Ta’ri>fa>t ,(Singapura [t.t] ). 240 11 Mustafa al-Galayani, Ja>mi’ al-Duru>s al-‘Arabiyah, (Beirut: Al-makta-bah al-Asriyah,1979), vol I,6 12 Saidun Fiddaroini, Al-‘Ala>qah bayna al-I’ra>b Wa Dala>latihi Fi Kala>m al-‘Arab, (Skripsi Sarjana tak diterbitkan, Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1982), 65 13 Musthofa al-Gholayaini, Jami’ al-Durus al‘Arabiyah, 1973: Vol. 1, h. 6 14 Moh. Ghufron, Ta>rikh al-Nahwu, Surabaya, Diktat Mata Kuliah Tarikh Nahwu (Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel.t.t), 3 dan Said al-Afgani, Min ta>rikh al-Nahwi (Beirut: Da>r al-Fikr, 1978), 8
15
Syauqi Dlaif, Al-Mada>ris an-Nah}wiyah, (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif,1976), 11-12 16 Ibid, 12 17 Said al-Afghani, Min Ta>rikh al-Nah}wi (Beirut: Da>r al-Fikr,1974), 8 18 19
Ibid.
Usuluddin Hutagalung dan O.D.P Sihombing (Penterj.) Dunia Arab (Bandung: Sumur Bandung, t.t),16-17 20 Ibrahim Zaki Khursyid et.al, Abu al-Aswad alDualy: Da>irah al-Ma’a>rif al-Isla>miyah, Kairo: Dar al Syib, 1933, 422 dan H.A.R gibb, et.al, Abu al-
Aswad al-Dualy, The Encyclopaedia of Islam, (Leiden: E.J Brill, 1960), 107 Syauqi Dlaif, Op. Cit., 11-15 22 Abd. Al-Ali Salim Mukarram, Al-Qur’a>n al-Kari>m Wa Atsaruha> Fi ad-Dira>sat an-Nah{wiyah, ( Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1965),56; dan Ahmad Amin, Duh{a> al-Isla>m,(Beirut: Da>r al-‘Arabiy, t.t,)vol II,287 23 D. Sirajuddin AR,.Op. Cit., 64-65; dan Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-lughah al ‘Arabiyah Wa khas{ais{uha> (Beirut Dar as-Saqa>fah al-Isla>miyah, 1982),232. 24 Ibn an-Nadlim, Al-Fihrisa>t (Kairo: Ar-Rahmaniyah, 1938), h. 60. 25 Muhammad Hasan Bakalla, Abh{a>ts an-Nadwah al21
‘Alamiyah al-‘Ula li Ta’li>m al-‘Arabiyah li Ghair an-Na>ti{qi>n Biha> (Riyad: University of Riyad, 1980), vol. I, 115. Ali Abd al-Wahid Wafi, Fiqh al-Lughah (Lajnah alBayan al-‘Arabiy, 1962), 254 27 Abd al-‘Alim Ibrahim, Al-Muwajjih al-Fanniy Limudarrisi al-Lughah al-‘Ara-biyah (Dar alMa’arif, 1978), 206. 28 Ahmad Zaini Dahlan, Syarh{ Mukhtas{or Jiddan 'Ala Matn al-Ajrumiyah (Semarang: Matba'ah Toha Putra, t.t), 4. 26
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012
15
DAFTAR KEPUSTAKAAN al-Afgani, Said, Min tarikh al-Nahwi, Beirut: Dar al-Fikr, 1974. al-Ghalayaini, Mustafa, Jami' al-Durus al'Arabiyah, Beirut: Al-makta-bah alAsriyah,1979, Vol. I al-Jurjani, Ali bin Muhammad, Al-Ta’rifat ,Singapura [t.t]. al-Sayyid, Amin Ali, Fi Ilm al-Nahwi, Kairo Dar al-Ma’arif, 1986, vol. 1 An-Nadlim, Ibn, Al-Fihrisat , Kairo: ArRahmaniyah, 1938, Amin, Ahmad, Duha al-Islam, Beirut: Dar alArabiy, t.t,
Fiddaroini, Saidun, Al-‘Alaqah baina al-I’ra>b Wa Dalalathi Fi Kalam al-Arab, Skripsi Sarjana idtak diterbitkan, Fakul-tas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1982. Ghufron, Moh, Tarikh al-Nahwu, Surabaya, Diktat Mata Ku-liah Tarikh Nahwu Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel. t.t. Gibb, H.A.R et.al, Abu al-Aswad al-Dualy, The Encyclopae-dia of Islam, Leiden: E.J Brill, 1960 Hutagalung, Usuluddin dan O.D.P Sihombing (Penterj.) Du-nia Arab, Bandung: Sumur Bandung, t.t. Ibrahim , Abd al-‘Alim , Al-Muwajjih al-
Aqib, Kharisudin, Al-Fath (Bimbingan Cepat membaca Kitab Tulisan Gundul ), Surabaya: H.I Press, 1992. Bakalla, Muhammad Hasan, Abhas an-
Nadwah al-‘Alamiyah al-‘Ula li Ta’lim al-‘Arabiyah li Ghair an-Natiqin Biha, Riyad: University of Riyad, 1980, vol. I.
Fanniy Limudarrisi al-Lughah al-‘Arabiyah, Dar al-Ma’arif, 1978. Khursyid, Ibrahim Zaki et.al, Abu al-Aswad al-Dualy: Dai-rah al-Ma’arif al-Islamiyah, Kairo: Dar al Syib, 1933, Makluf, Al-Munjid fi al–lughah wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masy-riq, 1973.
Dahlan, Ahmad Zaini, Syarh Mukhtashor Jiddan 'Ala Matn al-Ajrumi-yah, Semarang: MaINAS'ah Toha Putra, t.t.
Mukarram,Abd. Al-Ali Salim, Al-Al-Qur’an
Daif , Syauqi, Al-Mandaris al-Nahwiyah, Kairo: Dar al-Ma’a-rif,1976.
Sulthon, Muhadjir, Nahwu dalam Kemasan Baru, Surabaya: Penasuci, 1998.
Dhofier, Zamakhsyari Tradisi Pesantren, Jakarta,LP3ES, 1983.
Umam, Chatibul, Aspek-aspek Fundamental
al-Karim Wa Asaruha Fi alDirasat alNahwiyah, Kairo: Dar al-Ma’a rif, 1965.
dalam
Mempel-ajari
Bahasa
Arab,
Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1980. D. Sirajuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, Jakarta, Pustaka Panjimas,1985 Fahman, Mundzar, Upaya Meningkatkan Mutu Sarjana IAIN, dalam harian Jawa Pos. Surabaya: Jawa Pos 14 Maret 1989.
Wafi , Ali Abd al-Wahid, Fiqh al-Lughah, Lajnah al-Bayan al-‘Arabiy, 1962. Ya’qub, Emil Badi’, Fiqh al-lughah al Arabiyah Wa khasaishuha, Beirut Dar alSaqafah al-Islamiyah, 1982.
MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012