FILSAFAT, SEBUAH PENGANTAR Oleh Handoko, S.S, M.Hum
1.
Pendahuluan Jauh sebelum istilah filsafat itu ada, manusia telah lebih dahulu berfilsafat.
Hal ini dapat dilihat dari majunya peradaban manusia dan berbagai temuantemuan
sejarah
tentang
peradaban
manusia.
Mesir,
misalnya
telah
mengembangkan peradabannya jauh sebelum Pythagoras menjelaskan konsep trigonometrinya. Piramida yang begitu megah dan tersusun rapi tidaklah dapat bangun kecuali dengan perhitungan dan logika yang cermat. Bangsa Saba di Yaman telah mengembangkan sistem irigasi yang mampu mengantarkannya menjadi bangsa yang makmur. Jauh sebelum Aristoteles mendirikan Lyceum, peradaban-peradaban di berbagai belahan dunia telah mengenal aksara dan perhitungan, bahkan beberapa peradaban telah memiliki sistem penanggalan dan ilmu falak. Semua peradaban manusia yang menakjupkan itu tidaklah ada begitu saja melainkan hasil dari pemikiran dan perenungan manusia akan alam dan sistem yang ada padanya. Proses kontemplasi ini muncul dari dorongan dalam diri manusia yang terwujud dalam bentuk rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang kemudian dirumuskan dan menjadi disiplin yang dikenal dengan filsafat.
1
2.
Definisi Filsafat Secara bahasa, kata filsafat berasal dari kata philo dan sofia. Philo artinya
cinta, sophia artinya hikmah, kebijakan1. Jadi filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijakan (the love of wisdom). Banyak filosof yang telah mendefenisikan filsafat, diantaranya: 1. Plato (427–347 S.M) mendefinisikan filsafat sebagai penemuan kenyataan atau kebenaran mutlak2. 2. Aristoteles (384-322 S.M) menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda3. 3. Neoplatoisme berpendapat bahwa filsafat adalah bersekutu dengan ilahi.4 4. Hegel (1770–1831) berpendapat bahwa filsafat bertugas untuk mendeduksi kategori-kategori untuk menemukan hakikat semua hal5. Dalam Kamus Filsafat (Bagus, 2005: 242) secara istilah filsafat dapat diartaikan sebagai: 1. Upaya spekulatif untuk mengkaji suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. 2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata. 3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan; sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya. 4. Penyelidikan kritis tentang pengandaian-pengandaian dan peryataanpernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang. 1
A. Pablo Iannone, Dictionary of World Philosophy, Routledge: New York (2001) hal. 396 Loren Bagus. Kamus FilsafatI. Gramedia:Jakarta (2005), hal. 244 3 Ibid. hal. 245 4 Ibid. 5 Ibid. 2
2
5. Disiplin ilmu yang membantu anda melihat apa yang Anda katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat. Dalam
tulisan
ini,
penulis
mengutip
pendapat
Blocker
(1999:3)
menggunakan pendekatan teknis yang mendefenisikan filsafat sebagai refleksi kritis tentang pertanyaan-pertanyaan normatif dasar dan umum yang dapat dipertahankan secara logis dan sistematis untuk menjawab pertanyaanpertanyaan mendasar. (Philosophy is critical reflection on basic and general normative questions with the aim to providing defensible and systematic answers to some very fundamental questions). Dari defenisi diatas terdapat 5 sifat penting, yaitu refleksif (reflective), normatif (normative), kritis (critical), rasional (rational), sistematis (systematic). Refleksif berarti filsafat menelaah asumsi dasar tentang budaya. Normatif berarti filsafat berhubungan dengan muatan nilai, seperti benar dan salah, baik dan buruk, dan sebagainya. Filsafat bersifat kritis maksudnya adalah filsafat tidak didapat
begitu
saja,
namun
melalui
tantangan
terhadap
kepercayaan-
kepercayaan tradisional. Filsafat adalah sesuatu yang rational maksudnya filsafat membutuhkan alasan-alasan untuk mempercayai sebuah teori dari teori lainnya. Terakhir, filsafat bersifat bersifat sistematis yaitu bagaimana melihat segala sesuatu saling berhubungan.
3.
Sejarah dan Perkembangan Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak lagi menggantungkan diri kepada dogma agama untuk mencari jawaban atas yang pertanyaan-pertanyaan yang muncul .
3
Phytagoras dianggap sebagai orang pertama yang membawa filsafat ke Yunani. Namun demikian, orang pertama yang digelari filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M) dari Mileta karena dia-lah yang pertama kali menjelaskan asal-usul dunia yang terlepas dari kepercayaan akan mitos-mitos kuno. Kemudian, muridnya Aneximander (610-546 S.M) menjelaskan lebih dalam tentang asal-usul dunia dan alam semesta yang kemudian dikenal dengan teori kosmologi. Selain itu juga ada beberapa filosof lain seperti Xenophanes dari Colophon (560-478 S.M) yang berargumentasi tentang satu tuhan sebagai penguasa alam semesta yang kekal, Permenides dari Elea (lahir sekitar tahun 515 S.M), Heraklitus dari Ephesus (540-480 S.M), Anaxagoras dari Clazomenae (500–428 S.M), dan Democritus (460–370 S.M). Dalam banyak literatur filsafat para filosof ini dikelompokkan sebagai filosof pra-Sokrates.
Fase berikutnya dalam filsafat barat adalah fase Sokrates (470-399 S.M). Pemikirannya telah mempengaruhi filsafat barat dari dahulu sampai sekarang. Walaupun Socrates tidak menulis apapun, namun dia melakukan dialog-dialog dengan di kumpulan-kumpulan kecil orang-orang yang mengaguminya seperti Plato dan Xenophon. Diskusi-diskusinya membahas topik-topik kritis seperti mitos-mitos klasik, pemerintahan dan kehidupan sosial, Dia dianggap sebagai pembangkang dan kemudian dihukum dengan meminum racun. Pemikiranpemikirannya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya, salah satunya adalah Plato
(427-347
S.M)
yang
mebahas
tentang
estetika,
politik,
teologi,
epeistimologi, dan filsafat bahasa. Pemikiran-pemikirannya tertuang dalam bukubuku seperti Phaedo dan Repblic. Muridnya yang paling terkenal adalah Aristoteles (384-322) yang mendirikan sekolah Lyceum sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bersama gurunya Plato, Aristotels menjadi figur yang paling berpengaruh dalam filsafat barat. Setelah Aristotels,
4
filsafat berkembang pesat sehingga menghasilkan berbagai penemuan-penmuan dan pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang.
Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani dan telah menjadi tradisi bangsa Yunani kuno sejak abad ke-7 S.M, tidak berarti hanya bangsa Yunani-lah yang berfilsafat. Di berbagai belahan dunia lain juga telah berkembang berbagai pemikiran-pemikiran falsafi. Di Cina muncul filosof seperti Konfusius (551 – 479 S.M), Lao Tse (sekitar abad ke-6 S.M), Mau Tsu (497 – 438 S.M). Di India sejak 1000 tahun sebelum masehi muncul pemikir-pemikir yang disebut sebagai Brahmana, kemudian pada abad ke-6 muncul Sidharta Gautama dengan membawa ajaran Budha. Di Persia juga telah ada ajaran Zoroaster yang muncul pada abad ke-7 sebelum masehi.
Setelah kematian Aristoteles, filsafat menyebar luas diberbagai penjuru dunia. Filsafat yunani kemudian berbenturan dengan sistem pemikiran yang berbeda, seperti di timur filsafat yunani berbenturan dengan agama Budha, di Persia filsafat Yunani berbenturan dengan Zoroaster, dan di Palestina mereka berhadapan dengan Yahudi, Dari benturan-benturan pemikiran ini, maka terjadilah asimilasi pemikiran yang kemudian memunculkan pemikiran-pemikiran baru hasil sintesa filsafat yunani dengan filsafat lain.
Perkembangan filsafat barat juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban Islam yang member kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Islam yang berkembang pada abad ke 7 di jazirah arab menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru. Pada masa awal perkembangan islam belum dikenal istilah filsafat islam. Namun, seiring dengan perkebangan islam dan kebutuhan akan pemahaman keislaman, banyak ulama-ulama islam yang mulai menggali aspek-aspek filsafat, terutama filsafat Plato dan Aristoteles.
5
Diatara filosof islam generasi awal seperti Al-Kindi (800-870 M), Al-Farabi (870950 M), Ar-Razi (925 M). Kemudian muncul filosof generasi berikutnya seperti Ibnu Sina (980-1037 M), Ibnu Miskawayh (w. 1030), Al-Ghazali (w. 1111), Ibnu Rushd (1126-1198), Fakhruddin Ar-Razi (w.1209), Suhrawardi (w.1193), Ibnu Arabi (w.1240).
Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Modern dan Kontemporer. a. Klasik (600 S.M – 500 M) Pra
Sokrates”:
Thales,
Anaximander,
Anaximenes,
Pythagoras,
Xenophanes, Parmenides, Zeno, Herakleitus, Empedocles, Democritus, Anaxagoras. Zaman Keemasan: Sokrates, Plato, Aristoteles Helenisme: Epecureanisme, Stoikisme, dan Skeptisisme. b. Abad pertengahan (500-1500) Pada abad pertengahan filsafat yang berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis dan alam. Diatara filosof abad pertengahan adalah: Boethius, Maximus, Peter Damian, Thomas Aquinas c. Moderen Filsafat barat modern dimulai pada tahun 1500 yang dapat dikelompokkan kedalam beberapa periode, yaitu: Renaisans (1500–1600):pada periode ini tema-tema pemikiran para filosof pada saat itu berkisar pada masalah humanisme, sosial dan politik. Diantara filosof pada fase ini adalah: Niccòlo Machiavelli, Sir Francis Bacon, Thomas Hobbes,
6
Periode modern awal (1600–1700):, Pada periode ini didominasi oleh pemikiran empiris dan rational. Filosof pada periode ini diantaranya: René Descartes, Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei, Leonardo da Vinci, Jean-Jacques Rousseau, Benedict de Spinoza, Immanuel Kant Periode Pencerahan (1700-1900): Pada periode ini filsafat didominasi pemikiran bertemakan Tuhan, Akal, Alam dan kemanusiaan. Diantara filosof periode ini adalah: John Locke, George Berkeley, David Hume, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Karl Marx, Charles Darwin, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Auguste Comte, Charles Sanders Peirce, Friedrich Nietzsche. d. Kontemporer (1900–present). Filsafat pada abad ke-20 di tandai dengan pemisahan dua tradisi pemikiran, yaitu, analisa logis yang di perkenalkan oleh Locke and Hume, dengan analisa Spekulatif oleh Heggel. Para filosof pada periode ini seperti; Michel Foucault, Martin Heidegger, Karl Popper, Bertrand Russell, Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Jurgen Habermas, Richard Rotry, Feyerabend, Jacques Derrida, Mahzab Frankfurt Seriing dengan sejarah panjang filsafat, muncul banyak filosof-filosof dari berbagai penjuru dunia. Baik filsafat barat ataupun filsafat timur saling mengisi dan saling menkoreksi satu sama lain yang menghasilkan sintesa dan pemahaman baru bagi manusia dalam memahami diri dan alam sekitaranya. Selama manusia masih berfikir, maka selama itulah filsafat itu ada.
4. Objek dan Landasan Filsafat Objek dalam kajian filsafat adalah Tuhan, alam, manusia, segala yang ada dan yang mungkin ada. Plato membagi objek filsafat menjadi 2 yaitu:
7
1. Objek Materia: segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat; yakni segala yang ada yang meliputi hakikat Tuhan, alam dan manusia. 2. Objek Forma: mencari keterangan yang sedalam-dalamnya (radikal) tentang objek materia filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkn ada). Ada 3 landasan yang digunakan filsafat untuk menjelaskan hakikat ilmu: Ontologi
: membahas tentang hakikat objek. Landasan ini menjadi sentral dalam filsafat metafisika.
Epistemologi : disebut juga sebagai teori ilmu, membahas bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Hal ini mencakup bagaimana prosedur
memperoleh
pengetahuan,
apa
yang
harus
diperhatikan untuk memperoleh pengetahuan yang benar, apa itu kebenaran, apa criteria kebenaran, bagaimana cara dan teknik memperoleh pengetahuan, dan sarana apa saja yang dibutuhkan untuk memperoleh kebenaran. Aksiologi
: landasan filsafat yang membahas tentang nilai-nilai, yaitu untuk apa pengatahuan itu digunakan.
Ketiga landasan filsafat menjadi dasar perkembangan cabang-cabang dan aliranaliran filsafat.
5. Cabang-cabang Filsafat Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, filsafat berkebang luas dan mencakup hamper seluruh sendi-sendi kehidupan. Aristoteles membagi filsafat menjadi, logika, etika, estetika, psikologi, politik, fisika, dan metafisika.
8
Cristian Wolff membagi bidang filsafat menjadi: logika, filsafat pertama, ontologi, teologi, kosmologi, psikologi rasional, etika dan teiri pengetahuan. Ia kemudian mengelompokkan bidangi-bidang tersebut menjadi 3 bagian, yaitu teoritis, praktis dan kriteriologis.6 Secara umum maka filsafat dapat dikelompokkan menjadi: 1. Metafisika: filsafat tentang hakekat yang ada di balik fisika, tentang hakekat yang bersifat transenden, di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia. 2. Logika: filsafat tentang pikiran benar dan salah 3. Etika: filsafat tentang perilaku baik dan buruk 4. Estetika: filsafat tentang kreasi indah dan jelek 5. Epistemologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan aliran filsafat pada awal hanya dikenal 3 aliran, yaitu: 1. Metafisika: mengkaji hakikat dibalik fisik. Beberapa objek kajiannya adalah, realitas benda, kosmologi, antropologi, dan teologi. 2. Rasionalis: filsafat yang bersumberkan pada rasio/akal. 3. Empiris: Filsafat yang bersumberkan pada pengalaman yang ditangkap oleh indra manusia. Dalam perkembangannya, filsafat berkembang pesat dan membentuk aliranaliran pemikiran,sesuai dengan instrumen dan landasan yang menjadi sarana dalam memperoleh pengetahuan, diatara: 1. Rasionalis: René Descartes, Antoine Arnauld, Nicolas Malebranche, Benedict de Spinoza, Gottfried von Leibniz.
6
Loren Bagus. Kamus Filsafat. Gramedia:Jakarta (2005), hal. 246-247
9
2. Empiris: John Locke, David Hume, Thomas Reid, Voltaire, Jean-Jacques Rousseau. 3. Idealis: George Berkeley, Immanuel Kant, Johann Schiller, Frederick Schelling, George Hegel, Arthur Schopenhauer. 4. Liberalis: Adam Smith, Mary Wollstonecraft, Thomas Paine, Jeremy Bentham, John Stuart Mill. Auguste Comte 5. Evolusionis: Charles Darwin, Henri Louis Bergson, A.N. Whitehead. 6. Pragmatis: Ernst Mach, Charles Peirce, William James, John Dewey. 7. Materialis: Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Sigmund Freud, Carl Jung, John Maynard Keynes. 8. Eksistensialis: Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Edmund Husserl, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Simone de Beauvoir. 9. Linguis: Gottlob Frege, Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein, Ferdinand de Saussure, George Edward Moore, Moritz Schlick, Lev Vygotsky, Rudolph Carnap, J. L. Austin, Noam Chomsky, 10. Posmodernis: Claude Levi-Strauss, Michel Foucault, Jacques Derrida. Sering dengan perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat menjadi dasar pada setiap cabang-cabang ilmu pengetahuan. Konsekuensinya hampir seluruh bidang ilmu memiliki filsafat, dan membentuk cabang filsafat tersendiri, maka mulcullah filsafat antropologi, filsafat biologi, filsafat seni, filsafat pendidikan, filsafat hukum, dan filsafat-filsafat lainnya.,
6. Kesimpulan Manusia sebagai sebuah entitas dibekali akal, indra dan potensi-potensi lainnya untuk memperoleh pengetahuan. Rasa ingin tahu menjadi daya dorong manusia untuk berfikir dan mencari jawaban atas-pertanyaan-pertanyan yang muncul, baik tentang dirinya, tentang masyarakat, tentang alam, bahkan tentang
10
Tuhan. Filsafat sebagai sebuah hasil pemikiran dan perenungan manusia menjadi instrumen dalam mencari hakikat kebenaran, sedangkan filsafat sebagai sebuah ilmu menjadi kerangka untuk mencapai kemaslahatan manusia itu sendiri.
Referensi Audi, Robert. 1999. The Cambridge Dictionary of Philosophy (Second Edition). Cambridge University Press: Cambridge. Bagus, Loren. 2005. Kamus Filsafat. Gramedia:Jakarta. Duignan, Brian (Ed). 2011. Ancient Philosophy: from 600 BCE to 500 CE. Britanica Educational Publisshing: New York. ______. 2011. Modern Philosophy : from 1500 CE to the Present. Britanica Educational Publisshing: New York. ______. 2011. Medieval Philosophy : from 500 to 1500 CE. Britanica Educational Publisshing: New York. Ianonne, A. Pablo. 2001. Dictionary of World Philosophy. Rutledge: New York. Kartanegara, Mulyadi. Gerbang Kearifan. Lentera hati: Jakarta. 2006. Kenny, Anthony John Patrick. 2006. An Illustrated Brief History of Western Philosophy. Blackwell: Australia. Leaman, Oliver. 1999. Key Concepts of Eastern Philosophy. Rutledge: New York.
11