FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG RELATED FACTORS OF MOTHER’S FAILURE IN EXCLUSIVE BREASTFEEDING TO BABIES AGED 0-6 MONTHS IN BANGETAYU PUBLIC HEALTH CENTER SEMARANG 1)3)
2)
Nurul Fatimah¹), Mifbakhuddin²), Novita Kumalasari3) Prodi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang e-mail :
[email protected] ABSTRAK
Latar Belakang: Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kegagalan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang dengan jumlah 67 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik acak sederhana. Hasil: Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 33 responden (49,3%), sebagian besar ibu mendukung terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 50 responden (74,6%), sebagian besar ibu tidak bekerja sebanyak 42 rsponden (62,7%), sebagian besar gagal dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 45 responden (67,2%), ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif (p=0,011), ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif (p=0,032), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif (p=0,133). Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara pengrtahuan dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif, ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusuf. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pekerjaan, Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif ABSTRACT Background: Breastfeeding in early age has positive impact for both mother and baby. Breastfeeding should be given exclusively until the age of six months old and can be continued until the age of two years old. Purpose: The purpose of this research is to determine the related factors of mothers’ failure in exclusive breastfeeding to babies 0-6 months old in Community Health Center of Bangetayu Semarang. Method: This research used analytic observational research design with cross sectional approach. The population of this research was the mothers who had babies 0-6 months old in the Community Health Center as many as 67 respondents with simple random technique. Results: The result of this research showed that most of the mothers who had sufficient knowledge about exclusive breastfeeding as many as 33 respondents (49.3%), most of the mothers who supported the exclusive breastfeeding as many as 50 respondents (74.6%). While, most of the mothers who did not work as many as 42 respondents (62.7%) and most of failed exclusive breastfeeding as many as 45 respondents (67.2%). There was a significant correlation between mothers’ knowledge and exclusive breastfeeding failure (p = 0.011), there was a significant correlation between mothers’ attitude and exclusive breastfeeding failure (p = 0.032), and there was no significant correlation between mothers’ occupation and exclusive breastfeeding failure (p = 0.133). Conclusion: The conclusion of this research showed that there was a significant correlation between knowledge and exclusive breastfeeding failure, there was a significant correlation between attitude and exclusive breastfeeding failure, and there was no significant correlation between occupation and exclusive breastfeeding failure. Keywords: Knowledge, Attitude, Occupation, and Exclusive Breastfeeding Failure.
1
0-6 Bulan Semarang.”
di
Puskesmas
Bangetayu
PENDAHULUAN Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI eksklusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan untuk memantau pemberian ASI eksklusif . [5] Meskipun sebagian besar orang tua telah menyadari pentingnya memberikan ASI kepada bayinya, tetapi berbagai kendala masih ditemukan di masyarakat. Salah satunya adalah ketidak berhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan. Alasannya adalah ibu belum memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh ASI. [9] Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Semarang dari 10 orang ibu terdapat 7 orang ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif tidak mengetahui tentang ASI Eksklusif. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang dengan jumlah 67 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik acak sederhana. [7]
Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Karakteristik Responden No
Karakteristik
1. .
Umur a. Kurang 20 tahun b. 20 – 35 tahun c. Lebih 35 tahun Jumlah Pendidikan a. Dasar b. Menengah c. Tinggi Jumlah Usia bayi a. 0 – 2 bulan b. 2,5 – 4,5 bulan c. 5 – 6 bulan Jumlah
2.
4.
F
%
7 51 9
10,4% 76,1% 13,4%
67
100%
17 46 4 67
25,4% 69,7% 6,0% 100%
31 26 10
46,3% 38,8% 14,9%
67
100%
Berdasarkan tabel 1 di Puskesmas Bangetayu sebagian besar ibu berumur 20 – 35 tahun sebanyak 51 responden (76,1%), tingkat pendidikan ibu sebagian besar berpendidikan menengah (SMP SMA sederajat) sebanyak 46 responden (69,7%) dan sebagian besar ibu mempunyai bayi berusia 0 – 2 bulan sebanyak 31 responden (46,3%). 2
memberikan ASI eksklusif karena merasa tidak tega bila bayinya menangis terus yang diasumsikan bayi lapar dan terus dicarikan makanan pendamping ASI Hasil analisis pada variabel sikap sebagian besar ibu mendukung terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 50 responden (74,6%), karena ibu telah menyadari akan manfaat yang dapat diperoleh dari pemberian ASI eksklusif membuat ibu mempunyai sikap yang baik dan terus mendukung program pemberian ASI eksklusif. Namun dalam kenyataan sebagian besar ibu masih gagal dalam memberikan ASI Eksklusif, karena tidak adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Pada varibel pekerjaan sebagian besar ibu tidak bekerja sebanyak 42 responden (62,7%), kenyataanya ibu yang tidak bekerja tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif karena berbagai sebab diantaranya rasa malas menyusui, takut merusak payudara sehingga tidak indah lagi, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif serta kurangnya dukungan dan peran serta keluarga ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebagian besar ibu gagal dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 45 responden (67,2%), Kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan kurangnya dukungan dari petugas kesehatan. Sudah menjadi kebiasaan disebagian besar Rumah sakit untuk memberikan minuman prelaktal yaitu cairan yang diberikan sebelum ASI keluar, minuman ini bisa berupa susu formula, susu sapi, atau air gula. Petugas kesehatan biasanya takut bayi akan lapar atau kekurangan air pada beberapa hari pertama karena dianggap ASI masih sedikit. Hari pertama bukan merupakan hari untuk nutrisi tetapi lebih untuk belajar menyusui dan mempersiapkan ibu untuk memproduksi ASI.
Tabel 2. Hasil Analisis Univariat No 1. .
2.
3.
4.
Variabel Pengetahuan a. Baik b. Cukup c. Kurang Jumlah Sikap a. Mendukung b.Tidak mendukung Jumlah Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak bekerja Jumlah Kegagalan pemberian ASI a. Berhasil b. Gagal Jumlah
Frekuensi
Persentase
16 33 18 67
23,9% 49,3% 26,9% 100%
50 17
74,6% 25,4%
67
100%
25 42
37,3% 62,7%
67
100%
22 45
32,8% 67,2%
67
100%
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu di Puskesmas Bangetayu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 33 responden (49,3%). Pengetahuan ini didapatkan oleh ibu menyusui dari informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan atau bidan dan pendidikan dari orang tua sebelumnya tentang manfaat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif sehingga dapat sebagai dasar dan pedoman ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan mengurangi ketergantungan ibu dengan susu formula yang terbukti banyak menimbulkan kerugian dibandingkan dengan ASI. Namun dalam kenyataan ibu masih mengalami kegagalan dalam 3
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. [6] Kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dan sulit diubah. Kolustrum atau ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor. ASI yang keluar pertama sampai kelima-tujuh sangat berguna bagi bayi. Menurut para ahli, kolustrum ini memberikan kekebalan kepada bayi terhadap penyakit. Bila kolustrum dibuang bayi tidak atau kurang mendapatkan zat - zat yang melindungi dari infeksi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat diasumsikan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik maka akan mempunyai pemahaman yang baik pula tentang manfaat dari ASI eksklusif sehingga dapat mendorong perilaku ibu untuk terus memberikan ASI eksklusif, berbeda dengan ibu yang berpengetahuan kurang maka akan mempunyai perilaku yang tidak baik karena kurangnya pemahaman akan manfaat yang akan diperoleh dari ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wittha Wulandari (2009) tentang Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktik pemberian ASI Eksklusif pada Bayi usia < 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Candilama Kota semarang dengan hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Tabel 3. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif
Penget ahuan Baik Cukup Kurang Jumla h
Kegagalan ASI eksklusif Berhasil Gagal f % f % 10 62,5 6 37,5 9 27,3 24 72,7 3 16,7 15 83,3 22 32,8 45 67,3
Total f 16 33 18 67
% 100,0 100,0 100,0 100,0
X2
p value
8,981
0,011
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 45 responden (67,3%) responden yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif, 6 responden (37,5%) berpengetahuan baik, 24 responden (72,7%) berpengetahuan cukup, 15 responden (83,3%) berpengetahuan kurang. Adapun dari 22 responden (32,8%) responden yang berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif, 10 responden (62,5%) berpengetahuan baik, 9 responden (27,3%) berpengetahuan cukup dan 3 responden (16,7%) berpengetahuan kurang. Berdasarkan dari hasil olah data didapatkan nilai Chi Square sebesar 8,981 dengan p value 0,011 < 0,05, maka Berdasarkan kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu Semarang. 4
dengan praktik pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2013. Sikap (attitude) adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan tidak mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. [1] Di perkotaan ibu-ibu memperoleh lebih banyak informasi tentang penggunaan susu botol dari pada manfaat ASI dan dengan meningkatkan daya beli keluarga mereka menggangap lebih praktis memberikan susu botol dari pada menyusui bayinya. Padahal memberikan susu botol lebih sulit memberikannya dan mudah tercemar oleh bakteri ataupun kuman penyakit, susu botol tidak mengandung zat kekebalan karena itu bayi sering menderita sakit. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan kegagalan ASI. Ibu yang bersikap mendukung maka akan berusaha sebaik mungkin untuk menyatakan dukungannya tersebut dengan memberikan ASI secara eksklusif. Berbeda dengan ibu yang sudah mempunyai sikap tidak mendukung biasanya akan mempunyai perilaku yang apatis dan cenderung menolak untuk memberikan ASI eksklusif dengan berbagai alasan yang dikemukakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasrimayana (2009) tentang Hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kedawung II Sragen dengan hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif.
Tabel 4. Tabel Silang Hubungan Sikap ibu dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Sikap Menduk ung Tidak menduk ung Jumlah
Kegagalan ASI eksklusif Berhasil Gagal F % f % 20 40, 30 60, 2 0 15 0 11, 88, 8 2 22
32, 8
45
67, 3
Total f 50 17
67
% 100, 0 100, 0
X2
p value
4,586
0,032
100, 0
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 45 responden (67,3%) responden yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif, 30 responden (60,0%) sikapnya mendukung, 15 responden (88,2%) sikapnya tidak mendukung. Adapun dari 22 responden (32,8%) responden yang berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif, 20 responden (40,0%) sikapnya mendukung dan 2 responden (11,8%) sikapnya tidak mendukung. Berdasarkan dari hasil olah data didapatkan nilai Chi Square sebesar 4,586 dengan p value 0,032 < 0,05, maka Berdasarkan kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) diterima berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang ASI eksklusif dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di
Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif 5
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 45 responden (67,3%) responden yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif, 14 responden (56,0%) bekerja, 31 responden (73,8%) tidak bekerja. Adapun dari 22 responden (32,8%) responden yang berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif, 11 responden (44,0%) bekerja dan 11 responden (26,2%) tidak bekerja. Berdasarkan dari hasil olah data didapatkan nilai Chi Square sebesar 2,254 dengan p value 0,133 > 0,05, maka berdasarkan kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan hipotesa (Ho) diterima dan Hipotesa (Ha) ditolak berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu Semarang. Pemahaman ibu mengenai ASI Eksklusif akan menentukan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI Eksklusif. Pendidikan yang tinggi belum tentu menjadikan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif menjadi lebih baik. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar dan cara memperoleh ASI terutama saat mereka harus bekerja, sehingga tidak sedikit ibu yang memberikan susu formula. [3] Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang tidak bekerja memang mempunyai waktu yang longgar dan tidak terbatas dalam memberikan ASI secara eksklusif, namun kenyataannya ibu yang tidak bekerja tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif karena berbagai sebab diantaranya rasa malas menyusui, anggapan payudara kecil tidak bisa mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, takut merusak payudara sehingga tidak indah lagi, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif serta kurangnya dukungan
dan peran serta keluarga ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2004 ) Faktor-faktor Penghambat Ibu untuk menyusui secara Eksklusif di Puskesmas dengan hasil penelitian Terdapat faktor–faktor penghambat ibu untuk menyusui secara Eksklusif yaitu sikap yang tidak setuju dengan ASI eksklusif, motivasi kurang, banyak ibu mengalami bengkak payudara, informasi yang kurang, orang terdekat subjek dan masyarakat yang kurang mendukung, dan program PP-ASI eksklusif yang bukan prioritas puskesmas. Penelitian Elinofia (2011) ada hubungan Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. SIMPULAN 1. Ibu di Puskesmas Bangetayu sebagian besar mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 33 responden (49,3%). 2. Ibu di Puskesmas Bangetayu Semarang sebagian besar mendukung terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 50 Pekerj aan Bekerj a Tidak bekerj a Jumla h
Kegagalan ASI eksklusif Berhasil Gagal f % f % 11 44, 14 56,0 11 0 31 73,8 26, 2 22
32, 8
45
67,3
Total F 25 42
67
% 100, 0 100, 0
X2
p value
2,25 4
0,133
100, 0
responden (74,6%). 3. Ibu di Puskesmas Bangetayu Semarang sebagian besar tidak bekerja sebanyak 42 rsponden (62,7%). 4. Ibu di Puskesmas Bangetayu Semarang sebagian besar gagal dalam pemberian 6
ASI eksklusif sebanyak 45 responden (67,2%). 5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2013. 6. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2013. 7. Ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang ASI eksklusif dengan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2013.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanti. 2004. Faktor-faktor Penghambat Ibu untuk Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas. Karya Tulis Ilmiah. Roesli, Utami. 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Wulandari, Wittha. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada bayi Usia < 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang. Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Elinofia. 2011. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Karya Tulis Ilmiah. Firmansyah, Nurhuda. 2012.Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban. Volume 1, nomor 1. Hasrimayana. 2009. Hubungan antara Sikap ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kedawung II Sragen. Karya Tulis Ilmiah. KepMenKes RI. 2011. Profil Kesehatan Jawa Tengah. 7