Executive Summary 2013
Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN BANJAR: PEMBANGUNAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN Pengenalan Kabupaten Banjar Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan. Ibukota Kabupaten Banjar adalah Martapura yang secara geografis terletak antara 2°49’55 – 3°43’38 Lintang Selatan (LS) dan 114°30’20" – 115°35’37" Bujur Timur (BT). Kabupaten Banjar memiliki luas wilayah 4.668 km2 mencakup 19 kecamatan, 290 desa / kelurahan yang didiami oleh sekitar 516.663 jiwa. Kabupaten Banjar merupakan kabupaten terluas ketiga di Provinsi Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Peluang Investasi Pembangunan Industri Fillet Ikan Patin Sebagai suatu kawasan yang dikembangkan ke arah wilayah minapolitan, Kabupaten Banjar mempunyai sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat potensial. Kabupaten ini mempunyai potensi perairan yang lengkap, yaitu perairan umum dan perairan laut (kawasan pesisir). Potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan. Kegiatan penangkapan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan di perairan laut dan perairan umum (waduk, sungai, dan rawa), sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan budidaya kolam, jaring apung, keramba, dan tambak. Pengembangan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan terbentuknya Kawasan Minapolitan diatur oleh Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar. Sebagai wujud komitmen Pemerintah Daerah atas penetapan Kabupaten Banjar sebagai salah satu pengembangan Kawasan Minapolitan, maka sejak tahun 2008 telah dikeluarkan SK Bupati Banjar No: 241 tentang Penetapan Kawasan Perikanan Budidaya/Minapolitan Kabupaten Banjar. Kawasan Minapolitan yang ditetapkan meliputi 2 kawasan yaitu “Kawasan Minapolitan Cindai Alus” dan “Kawasan Riam Kanan”. Luas areal budidaya yang dapat dimanfaatkan di Sungai Martapura sekitar 427.133 ha, di Sungai Riam Kanan seluas 161.132 ha, dan di Sungai Riam Kiri luas seluas 191.132 ha. Beberapa aspek penunjang pengembangan Kawasan Minapolitan, adalah:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Executive Summary 2013
1.
Berada di suatu kawasan lahan basah yang telah memiliki saluran irigasi teknis (adanya saluran irigasi yang membentang sepanjang 40 km dari Waduk Riam Kanan ke Desa Sungai Tabuk di mana pasokan air irigasi tersebut relatif stabil),
2. Berada di tengah‐tengah pengembangan kawasan metropolitan Banjarmasin dan kawasan pengembangan lainnya, 3. Berdekatan dengan Pelabuhan Udara Syamsodin Noor, Pelabuhan Laut Trisakti, dan rencana terminal regional, 4. Berdekatan langsung dengan Jalur Trans Kalimantan dan Jalan Lingkar Utara Kota Banjar Baru, 5. SDM dan kelembagaan cukup tersedia (dekat dengan Diskanlut Propinsi, Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT), dan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjar Baru). 6. Kualitas air yang relatif stabil dan baik yaitu dengan kondisi keasaman 7,5 PH serta tidak adanya kandungan pencemaran yang membahayakan pasokan kualitas air. Produksi ikan patin di Kabupaten Banjar menunjukkan kenaikkan yang sangat signifikan. Oleh karena itu, peluang investasi di Kabupaten Banjar yang ditawarkan kepada calon investor berdasarkan potensi yang tersedia adalah pembangunan industri pengolahan ikan khususnya industri fillet ikan patin. Kapasitas produksi yang direncanakan adalah sekitar 150 ton fillet ikan patin per‐tahun. Lokasi pendirian pabrik ditentukan di “Kawasan Minapolitan Cindai Alus” dan “Kawasan Riam Kanan” dengan assumsi luas lahan sebesar 2000 m2. Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan 1 (satu) industri ini adalah Rp 6.023 milyar untuk kapasitas produksi 150.000 kg/tahun. Kredit investasi seluruhnya diberikan pada tahun ke‐0 dengan masa pinjaman selama 5 tahun. Panjangnya umur proyek ditetapkan selama 5 tahun. Kelayakan investasi yang dihasilkan antara lain adalah Internal Rate of Return (IRR) 27,02% yang lebih besar dari tingkat suku bunga umum 19% per tahun, dan Payback Period (PB) sekitar 2 tahun (1 tahun 10 bulan). Melihat kapasitas produksi ikan patin di Kabupaten Banjar per‐tahun yang bisa mencapai 11.593,96 ton per‐tahun, maka investasi pembangunan industri fillet ikan patin ini sangat potensial dan menguntungkan, baik dalam rangka peningkatan ekonomi daerah maupun kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banjar.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.
GAMBARAN WILAYAH
A.1
Aspek Geografis dan Administrasi
Kabupaten Banjar merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang beribukota di Martapura, secara geografis terletak antara 2°49’55 – 3°43’38 Lintang Selatan dan 114°30’20" – 115°35’37" Bujur Timur, memiliki 19 kecamatan, dan 290 desa/kelurahan. Dengan luas wilayah sebesar 4.668 km2 dan didiami oleh sekitar 516.663 jiwa, maka kabupaten ini menjadi yang terluas ketiga di Kalimantan Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten Banjar tepat berbatasan dengan; •
Sebelah Utara dengan Kabupaten Tapin
•
Sebelah Selatan dengan Kota Banjarbaru & Kabupaten Tanah Laut
•
Sebelah Timur dengan Kabupaten Kotabaru & Kabupaten Tanah Bumbu
•
Sebelah Barat dengan Kabupaten Barito Kuala & Kota Banjarmasin
Kecamatan dengan areal terluas terdapat di Kecamatan Aranio dengan luas 1.166,35 km2 atau 24,98% dari luas keseluruhan Kabupaten, sedangkan area terkecil terdapat di Kecamatan Martapura Timur dengan luas 29,99 km2 atau 0,64%. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Banjar tersaji pada tabel berikut; Tabel A‐1 Pembagian Wilayah Administrasi Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Banjar No.
Kecamatan
(km )
Jumlah Desa/Kelurahan
Persentase Luas Wilayah (%)
Luas Area 2
1
Aluh‐aluh
84,48
19
1,77
2
Beruntung Baru
61,42
12
1,32
3
Gambut
129,3
14
2,77
4
Kertak Hanyar
45,83
13
0,98
5
Tatah Makmur
35,47
13
0,76
6
Sungai Tabuk
147,3
21
3,16
7
Martapura
42,03
26
0,9
8
Martapura Timur
29,99
20
0,64
9
Martapura Barat
149,38
13
3,2
10
Astambul
216,5
22
4,64
11
Karang Intan
215,35
26
4,61
12
Aranio
1166,35
12
24,98
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
13
Sungai Pinang
458.65
11
9.82
14
Paramasan
15
Pengaron
560.85
4
12.01
433.25
12
9.28
16
Sambung Makmur
134.65
7
2.88
17
Matraman
148.4
15
3.18
18
Simpang Empat
453.3
26
9.71
19
Telaga Bauntung
158
4
3.38
4.668
290
100
Banjar
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2013
A.2 A.2.1
Kondisi Fisik Morfologi, Iklim, dan Curah Hujan
Pulau Kalimantan yang lokasinya terletak di luar jalur vulkanik menyebabkan sebagian besar desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Banjar berlokasi di lahan yang berbentuk hamparan pada sekitar 81,03% atau 235 desa/kelurahan yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjar. Sedangkan sisanya 14,83% (43 desa/kelurahan) berlokasi di lahan lereng yang berada di Kecamatan Karang Intan, Aranio, Sungai Pinang, Pengaron, Sambung Makmur, Simpang Empat, dan Telaga Bauntung. Selanjutnya sekitar 4,14% (12 desa/kelurahan) berlokasi di lahan lembah yang tersebar di Kecamatan Karang Intan, Sungai Pinang, dan Pengaron. Kabupaten Banjar memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan hujan. Pada Bulan Juni sampai dengan Bulan September arus angin yang berasal dari Australia tidak mengandung banyak uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau di Indonesia. Sebaliknya, pada Bulan Desember sampai dengan Bulan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air bertiup dari Asia dan Samudra Pasifik biasanya terjadi di musim penghujan. Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru pada tahun 2011, suhu udara di Kabupaten Banjar rata‐rata berkisar antara 18,1º C sampai 33,3º C. Suhu udara maksimum terjadi pada Bulan Mei (33,3º C) dan suhu minimum terjadi pada Bulan November (18,1º C). Selain itu, sebagai daerah tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata‐rata berkisar antara 72,0% sampai 94,0%, dengan kelembaban maksimum pada Bulan Februari dan kelembaban minimum terjadi pada Bulan April. Rata‐rata curah hujan selama tahun 2011 tercatat rata‐rata 207,8 mm, dengan jumlah terendah terjadi pada Bulan Agustus (14,9 mm) dan tertinggi terjadi pada Bulan Desember (570,3 mm). Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.2.2
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Banjar dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk kawasan lindung yang ada di Kabupaten Banjar, terdiri atas: a) Kawasan Hutan Lindung b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c) Kawasan Perlindungan Setempat d) Suaka Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, dan e) Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Banjar memiliki luas kurang lebih 45,481 ha, yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Gambut, Kecamatan Telaga Bauntung, Kecamatan Sungai Pinang, Kecamatan Sambung Makmur, Kecamatan Aranio, Kecamatan Karang Intan, Kecamatan Paramasan, dan Kecamatan Beruntung Baru. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi Taman Hutan Raya (TAHURA), kawasan lindung di Pegunungan Meratus termasuk kawasan lindung geologi sekitar kawasan mata air dengan luas kurang lebih 91,621 ha. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi kawasan sempadan pantai (terdapat disekitar tepian pantai Kecamatan Aluh‐Aluh), kawasan sempadan sungai seluas 8,222 hektar (terdapat di Kecamatan Aranio dan Kecamatan Pengaron sepanjang Sungai Martapura, Sungai Alalak, Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa), kawasan sekitar danau/waduk (terdapat di Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan Aranio), kawasan sekitar mata air (tersebar di berbagai kecamatan), kawasan sempadan bendungan (terdapat di Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan Aranio), kawasan ruang terbuka hijau, jalur hijau sepanjang sungai dan pantai (terdapat di seluruh ibukota kabupaten dan pusat kecamatan dengan ketentuan memberikan manfaat penting bagi kelestarian fungsi penghijauan sepanjang pantai dan sungai), kawasan lindung keagamaan (terdapat di ibukota kabupaten dan kecamatan yang memiliki sifat khas dan bermanfaat bagi pengembangan pendidikan agama maupun tempat ibadah). Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang terdiri atas Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang berupa Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam yang terdapat di Kecamatan Aranio Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
dan Kecamatan Karang Intan dengan luas 91,621 hektar, Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Mangrove) di Kecamatan Aluh‐Aluh dengan luas 234 hektar, serta Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Kawasan Rawan Bencana Alam terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan kebakaran, dan kawasan angin puting beliung. Sedangkan untuk klasifikasi kawasan untuk budidaya, terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri dan pergudangan, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan pemukiman, dan kawasan peruntukan lainnya. Tabel A‐2 Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Kabupaten Banjar Tahun 2013 No. 1
2
Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan Hutan Produksi a. Hutan Produksi Terbatas
b. Hutan Produksi Tetap
c. Hutan Produksi Konversi Kawasan Peruntukan Pertanian a. Budidaya Tanaman Pangan b. Budidaya Hortikultura
Lokasi
Keterangan
Kec. Paramasan, Telaga Bauntung, Pengaron, Sungai Pinang, Sambung Makmur, dan Aranio Kec. Paramasan, Telaga Bauntung, Pengaron, Mataraman, Sungai Pinang, Sambung Makmur, dan Aranio Kec. Pengaron, Mataraman, dan Karang Intan
25,313
85,028
2,100
Seluruh kecamatan
‐ Tanaman Sayuran
Kec. Mataraman, Simpang Empat, Astambul, Martapura Barat, Sungai Tabuk, Martapura Timur, dan Martapura
‐ Tanaman Buah‐buahan
Kec. Astambul, Karang Intan, Mataraman, Pengaron, Simpang Empat, Sungai Tabuk, dan Sambung Makmur
c. Budidaya Perkebunan
Luas (ha)
Kec. Karang Intan, Astambul, Mataraman, Simpang Empat, Pengaron, Sambung Makmur, Martapura Barat
14,216
104,739
Komoditas utama dari perkebunan adalah perkebunan karet dan sawit.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
d. Budidaya Peternakan
Kec. Sungai Pinang, Pengaron, Martapura, Pengaron, Karang Intan, Simpang Empat, Astambul, Sambung Makmur
e. Daerah Lindung Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kec. Aluh‐aluh, Gambut, Kertak Hanyar, Beruntung Baru, Sungai Tabuk, Martapura Barat, Astambul, Karang Intan, Simpang Empat, Martapura Timur, dan Tatah Makmur
3
Kawasan Peruntukan Perikanan
a. Perikanan Tangkap
b. Perikanan Budidaya ‐ Perikanan Kolam ‐ Perikanan Keramba dan Jaring Apung
Kec. Aranio, Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Sungai Tabuk, Astambul, Simpang Empat, dan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kec. Aluh‐aluh Kec. Karang Intan, Martapura, Sungai Tabuk, dan Astambul Kec. Aranio, Karang Intan, Martapura Barat, Sungai Tabuk, dan Astambul
‐ Perikanan Tambak
Kec. Aluh‐Aluh
‐ Perikanan Mina Padi
Kec. Gambut, Sungai Tabuk, Martapura Barat, Beruntung Baru, dan Tatah Makmur
c. Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Kec. Martapura, dan Martapura Barat
d. Konversi Sumber Daya Perikanan
Seluruh kecamatan
4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kec. Karang Intan, Pengaron, Sungai Pinang, Cintapuri Darusalam, Simpang Empat, Mataraman, dan Aranio,
a. Mineral Logam
b. Mineral Bukan Logam
c. Minyak dan Gas Bumi
Kec. Simpang Empat, Cintapuri Darusalam, Mataraman, Astambul, Pengaron, Aranio, dan Sungai Pinang Kec. Beruntung Baru, Sungai Tabuk, Gambut, Astambul, Mataraman, Kertak Hanyar, Martapura Barat, Cintapuri Darusalam, dan Simpang Empat
17,326
380
Komoditas ternak unggulan meliputi: ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), ternak unggas (ayam pedaging, ayam petelur, itik pedaging).
4,200
Merupakan Kawasan Minapolitan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
d. Batubara
Kec. Karang Intan, Pengaron, Simpang Empat, Cintapuri Darusalam, Astambul, Paramasan, dan Sungai Pinang
5
Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan
Seluruh kecamatan
6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
a. Wisata Alam
Kec. Aranio, Pengaron, Sungai pinang, Paramasan, Karang Intan, Aluh‐Aluh, Astambul, dan Gunung Pamaton
b. Wisata Belanja
Pasar Wadai Tradisional dan penggosokan intan di Kec. Martapura
c. Wisata Budaya dan Cagar Budaya
Kec. Martapura, Martapura Timur, Sungai Tabuk, Gambut, Astambul, dan Karang Intan
7
Kawasan Peruntukan Pemukiman
a. Pemukiman Perkotaan
b. Pemukiman Pedesaan
8
Kawasan Peruntukan Lainnya a. Peruntukan Persisir
Kec. Martapura, Martapura Barat, Martapura Timur, Karang Intan, Simpang Empat, Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, Beruntung Baru Kec. Aluh‐aluh, Martapura Barat, Astambul, Aranio, Sungai Tabuk, Sungai Pinang, Paramasan, Pengaron, Sambung Makmur, dan Mataraman Kec. Aluh‐Aluh
b. Peruntukan Pertahanan dan Keamanan
Seluruh kecamatan
2.932
8,050
17,338
380
Memiliki kegiatan utama di sub‐sektor pertanian.
Merupakan Zona Konversi dan Zona Budidaya.
Sumber: RTRW Kabupaten Banjar 2013 – 2032
A.3 A.3.1
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Bila dilihat dari data umum Kependudukan Kabupaten Banjar pada pertengahan tahun 2011 adalah jumlah penduduk Kabupaten Banjar mencapai 516.663 jiwa yang terdiri atas 262.270 pria dan 254.393 perempuan dengan sex ratio mencapai 103. Jumlah ini meningkat sebesar 7,74% dibandingkan tahun 2008 (peningkatan sebesar 37,160 jiwa), dengan rincian jumlah pria meningkat sebesar 9,46%, wanita
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
6,03%. Hal ini menunjukan angka pertumbuhan penduduk pria lebih besar dibanding angka pertumbuhan penduduk wanita. Jumlah penduduk Banjar pada 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk sebanyak 304.548 jiwa sehingga penduduk Banjar diperkirakan tumbuh sebesar 1,97% pada tahun 2011. Gambar A‐1 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banjar per‐Kecamatan Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012
Dilihat keadaan masing‐masing kecamatan, maka Kecamatan Martapura merupakan yang terpadat, diikuti Martapura Timur, Kertak Hanyar, dan Kecamatan Aranio merupakan daerah dengan tingkat kepadatan terendah. Tabel A‐3 Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2011
No.
Kecamatan
Jumlah Pria (Jiwa)
Jumlah Wanita (Jiwa)
Sex Ratio
Populasi Penduduk (Jiwa)
Luas Area 2 (km )
Kepadatan Penduduk 2 (Jiwa/km )
13 750
13 696
100,39
27 446
82,48
333
6 511
6 683
97,43
13 194
61,42
215
1
Aluh‐aluh
2
Beruntung Baru
3
Gambut
18 432
18 451
99,89
36 883
129,30
285
4
Kertak Hanyar
20 339
20 020
101,59
40 359
45,83
881
5
Tatah Makmur
5 589
5 487
101,86
11 076
35,47
312
6
Sungai Tabuk
29 407
28 820
102,04
58 227
147,30
395
7
Martapura
53 669
51 304
104,61
104 973
42,03
2 498
8
Martapura Timur
15 911
13 712
116, 04
29 623
29,99
988
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
9
Martapura Barat
8 748
8 345
104,83
17 093
149,38
114
10
Astambul
16 565
16 569
99,98
33 134
216,50
153
11
Karang Intan
15 632
15 435
101,28
31 067
215,35
144
12
Aranio
4 291
4 095
104,79
8 386
1 166,35
7
13
Sungai Pinang
7 687
6 978
110,16
14 665
458,65
32
14
Peramasan
2 241
2 072
108,16
4 313
560,85
8
15
Pengaron
7 998
7 906
101,16
15 904
433,25
37
16
Sambung Makmur
5 467
5 346
102,26
10 813
134,65
80
17
Mataraman
11 971
11 896
100,63
23 867
148,40
161
18
Simpang Empat
16 472
16 032
102,74
32 504
453,30
72
19
Telaga Bauntung
1 590
1 546
102,85
3 163
158,00
20
262 270
254 393
103,096
516,663
4 668,50
111
Total
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012
A.3.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Data tingkat partisipasi angkatan kerja Kabupaten Banjar sangat variatif. Dari tahun 2006 sebesar 74,05% meningkat menjadi 78,99% tahun 2007, namun menurun pada tahun 2008 sebesar 75,65%, sedang tahun 2009 tingkat partisipasi angkatan kerja kembali mengalami peningkatan menjadi 79,69%, dan turun dalam 2 tahun terakhir menjadi 76,75% dan 74,26%. Gambaran tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut sebagaimana pada gambar berikut: Gambar A‐2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Banjar Periode 2006 – 2011
Sumber: Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Banjar 2012
Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011 tercatat jumlah kesempatan kerja dari seluruh sektor ekonomi dapat menyerap sebesar 95,33% dari angkatan kerja yang ada. Persentase penduduk
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
yang bekerja di setiap lapangan usaha biasa dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banjar secara umum sekitar 4,67%. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat penggangguran laki‐laki lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran perempuan. Di mana pada tahun 2011 tingkat pengangguran laki‐ laki hanya sekitar 3,23% sedangkan tingkat pengangguran perempuan mencapai 6,78%. Tabel A‐4 Persentase TPAK, TKK dan TPT Kabupaten Banjar Tahun 2011 Jenis Kelamin
Uraian
Total
Laki‐laki
Perempuan
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
62,87
37,12
84,72
2. Tingkat Bukan Angkatan Kerja (%)
65,51
34,48
15,28
3. Tingkat Kesempatan Kerja (%)
96,77
93,22
95,33
3,23
6,78
4,67
4. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2012
A.4
Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1 Transportasi Darat Pembangunan infrastruktur jalan terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjar untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dan mobilitas barang dari tempat produksi ke tempat konsumen. Pembangunan jalan ini pada akhirnya berperan juga sebagai satu salah roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini, pembangunan jalan di kabupaten terus diarahkan pada pembukaan isolasi daerah dan peningkatan kualitas jalan. Berikut data dari Dinas Pekerjaan Umum menyangkut keadaan infrastruktur jalan di Kabupaten Banjar: Tabel A‐5 Panjang Jalan di Kabupaten Banjar Menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan, dan Klasifikasi Tahun 2011
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (km)
Jenis Permukaan
Negara
Propinsi
Kabupaten
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
69,48
93,52
462,41
625,41
210,22
210,22
93,52
54,70
70,70
727,33
906.33
(3)
(4)
(5)
Aspal Kerikil Tanah
69,48
Jumlah
Panjang Jalan
(1)
(2)
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
Menurut Kondisi Jalan (km)
Baik
69,48
Sedang
Rusak Rusak Berat Jumlah
93,52
248,27
411,27
16,00
55,69
71,69
281,99
281,99
69,48
109,52
141,38
141,38
727,33
906,33
(2)
(3)
(4)
(5)
69,48
69,48
109,52
109,52
(1) I II Panjang Jalan Menurut Klasifikasi (km)
III III a III b
III c Tidak dirinci Jumlah
69,48
109,52
727,33 727,33
727,33 906,33
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2012
A.4.2
Listrik
Seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah populasi penduduk di Kabupaten Banjar maka akan selalu diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap listrik. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten terus berusaha meningkatkan jumlah pasokan listrik agar dapat melayani kebutuhan listrik masyarakat. Sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah menunjukan bahwa jumlah rumah tangga yang menggunakan energi listrik pada tahun 2006 adalah 35.556 rumah tangga, meningkat pada tahun 2007 menjadi 36.581 rumah tangga, tahun 2008 sebesar 37.450 rumah tangga, hingga data terakhir pada tahun 2011 meningkat menjadi 41.501 rumah tangga dan daya terpasang adalah sebesar 48.496.675 VA dan kWh. Tabel A‐6 Distribusi Jumlah Pelanggan Listrik di Kabupaten Banjar No.
Tahun
Jumlah Pelanggan (RT)
1
2006
35.556
2
2007
36.581
3
2008
37.450
4
2009
40.820
5
2010
39.700
6
2011
41.501
Sumber: Kabupaten Banjar dalam Angka 2007 – 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
A.5
Kebijakan Pembangunan Daerah A.5.1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjar
Visi dan Misi Kabupaten Banjar yang menjadi landasan pembangunan jangka menengah tahun 2009 – 2014 adalah: VISI: “Terwujudnya Kehidupan Masyarakat Kabupaten Banjar Yang Sejahtera Dan Islami” MISI: Misi pembangunan daerah Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2014 adalah sebagai berikut: a) Mewujudkan suasana kehidupan yang Islami sebagai modal dasar penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan; b) Mewujudkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat; c) Mewujudkan pembangunan sumber daya manusia; d) Mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkeadilan; e) Memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. A.5.2
Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjar Tahun 2013 – 2032
Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar 2013 – 2032 adalah sebagai berikut: “Penataan ruang Kabupaten Banjar bertujuan untuk mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efesien, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta religius berbasis pada pengembangan potensi unggulan daerah sebagai kawasan agropolitan, perikanan, pariwisata, kehutanan, pertambangan, energi, melalui pengembangan sistem perkotaan, pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional dalam rangka peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat”. Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut: a) Pengembangan pariwisata yang berbasis alam dan lingkungan binaan; Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
b) Pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah berkembangnya agropolitan dan perluasan areal pertanian; c) Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional, dan internasional; d) Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan terbentuknya Kawasan Minapolitan; e) Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam dan komoditas unggulan; f) Strategi perlindungan dan konservasi kawasan lindung pesisir berupa ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir; g) Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang berwawasan lingkungan. Strategi penataan ruang Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut: a) Pengembangan pariwisata yang berbasis alam dan lingkungan binaan, meliputi: 1) Meningkatkan dan mengembangkan objek wisata religius, wisata budaya industri, wisata alam dan agrowisata agar semakin representatif; 2) Mengembangkan seni dan budaya tradisional warisan leluhur; 3) Memberlakukan muatan lokal tentang sejarah serta budaya kerajinan Banjar melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan; dan 4) Melindungi kawasan di sekitar bangunan dan kawasan yang mempunyai nilai sejarah dan budaya. b) Pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah berkembangnya agropolitan dan perluasan areal pertanian, meliputi: 1) Mengamankan ketahanan pangan melalui peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian serta peningkatan kemampuan petani serta pelaku pertanian beserta penguatan lembaga pendukungnya; 2) Mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan dengan memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi bermitra usaha dalam kesempatan kerja dan iklim usaha yang kondusif dan terbuka;
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
3) Membangun industri pengolah hasil budi daya pertanian, perkebunan, hortikultura yang diarahkan untuk ekspor dan kebutuhan dalam negeri, serta kesempatan kerja dan kesempatan berusaha melalui peningkatan teknologi yang ramah lingkungan; 4) Mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara keseluruhan agar tidak berkurang dan saluran irigasi tidak boleh diputus; dan 5) Meningkatkan daya saing produk pertanian melalui dorongan untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan. c) Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional, meliputi: 1) Mengembangkan kawasan perdagangan sebagai pemasaran hasil industri kerajinan dan industri pengolah hasil pertanian; 2) Meningkatkan fungsi, nilai, dan ciri khas kualitas barang yang akan dipasarkan; 3) Mengembangkan pasar pusat komoditi untuk skala lokal, regional, dan nasional berupa Pasar Induk di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Gambut; dan 4) Meningkatkan, mengembangkan dan mempercepat arus pergerakan orang, barang dan jasa melalui sistem jaringan prasarana wilayah beserta simpul‐simpulnya. d) Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan terbentuknya Kawasan Minapolitan, meliputi: 1) Meningkatkan kualitas, kuantitas, efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan membentuk sentra pengolah hasil ikan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan; 2) Mengembangkan sektor unggulan di kawasan pesisir dan laut yang diprioritaskan pada sektor yang mempunyai skenario pengembangan optimis dan mempunyai potensi dan prospek pengembangan di masa mendatang; 3) Memantapkan sentra‐sentra perikanan tangkap dan budidaya perikanan sebagai salah satu penunjang Kawasan Minapolitan; 4) Mengembangkan industri kecil dan rumah tangga berbasis minapolitan pada sentra‐ sentra produksi; dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
5) Meminimalkan dampak negatif pengelolaan perikanan melalui pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pengolahan limbah hasil perikanan dan menjaga kelestarian lingkungan perikanan. e) Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam dan komoditas unggulan, meliputi: 1) Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang berfungsi meningkatkan, memperkuat dan mengembangkan perekonomian daerah; 2) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; 3) Mengembangkan pusat‐pusat industri yang terhubung secara terpadu dan terintegrasi dengan daerah‐daerah sumber bahan baku, sumber produksi yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana penunjang ekonomi lainnya; 4) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan. f) Strategi perlindungan dan konservasi kawasan lindung pesisir berupa ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir, meliputi: 1) Memantapkan konservasi meliputi kawasan konservasi perairan, mitigasi bencana alam dan sempadan sungai; 2) Mengembangkan kawasan pemanfaatan umum, permukiman, perikanan tangkap, pariwisata dan zona industri dan pengolahan hasil; dan 3) Mengamankan alur pelayaran regional dan lokal. g) Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang berwawasan lingkungan, meliputi: 1) Meningkatkan kualitas jaringan eksisting, pengembangan jalan baru yang menghubungkan dengan jaringan jalan yang mengelilingi, membagi pergerakan kendaraan di pusat kota ke wilayah sekitarnya serta pengembangan sistem terminal; 2) Membangun sistem transportasi massal yang terstruktur mulai dari pelayanan regional, metropolitan, antar kabupaten, antar bagian wilayah kota hingga lingkungan;
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Gambaran Wilayah 2013
3) Mengembangkan sistem transportasi perkotaan menggunakan sistem Transit Oriented Development (TOD) serta penyediaan Bus Rapid Transit (BRT) yang berimplikasi pada penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki; 4) Mengembangkan konsep pembangunan ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; dan 5) Mengembangkan energi kelistrikan, telekomunikasi dan prasarana wilayah lainnya secara terpadu yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk serta aktivitas pembangunan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.
PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1. Struktur Perekonomian Identifikasi potensi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dengan segala aspeknya. Secara umum, struktur ekonomi menggambarkan besarnya peranan masing‐masing sektor ekonomi dalam penciptaan PDRB suatu daerah. Di samping itu, struktur ekonomi juga dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap suatu sektor. Kontribusi sektor ekonomi pembentuk PDRB di Kabupaten Banjar digambarkan pada Grafik B‐1: Gambar B‐1 Distribusi Struktur Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Banjar 2012
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2012
Besarnya dominasi sektor ekonomi yang menjadi motor penggerak perekonomian Kabupaten Banjar tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada struktur perekonomian regional Kabupaten Banjar seperti tercantum pada tabel berikut: Tabel B‐1 Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar Menurut Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012 No
Sektor
Tahun 2010
2011*
2012**
1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
22,15
21,71
22,15
2
Pertambangan dan Galian
21,09
21,51
20,55
3
Industri & Pengolahan
5,75
5,72
5,78
4
Listrik dan Air Bersih
0,78
0,78
0,80
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
5
Bangunan dan Konstruksi
6,22
5,99
5,90
6
Perdagangan, Restoran, dan Hotel
23,47
23,70
23,99
7
Pengangkutan dan Komunikasi
5,64
5,46
5,46
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
3,99
4,09
4,90
9
Jasa‐Jasa
10,91
11,05
11,29
100,00
100,00
100,00
TOTAL
*Angka Sementara; ** Angka Perkiraan Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2012
Kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam PDRB Kabupaten Banjar yang sebelumnya selalu menempati peringkat pertama, sejak 2010 tergeser posisinya oleh sektor perdagangan. Pada tahun 2011, sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,70% dengan nominal sebesar Rp 1,86 triliun. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2010 yang share‐nya mencapai 23,47% dengan nominal Rp 1,63 triliun. Sedangkan untuk tahun 2012 diperkirakan akan memberikan kontribusi sebesar 23,99% dengan nominal sebesar Rp 2,07 triliun. Sektor pertanian yang menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap penciptaan nilai tambah PDRB Kabupaten Banjar 2011, memberikan share sebesar 21,71% dengan nominal Rp 1,71 triliun. Kontribusi yang diberikan sektor pertanian ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 22,15%. Sektor pertanian diperkirakan akan memberikan share sebesar 22,15%. Kontribusi terbesar ketiga terhadap total PDRB tahun 2011 masih ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sekitar 21,51% dengan sumbangan sub‐sektor pertambangan non‐migas sebesar 16,12 % dan sub sektor penggalian sekitar 5,39%. Sektor jasa‐jasa berada pada peringkat ke empat dengan peranan sekitar 11,05%. Peranan yang paling dominan ditunjang oleh sub‐sektor pemerintahan umum yaitu 10,00%, sedangkan peranan sub‐sektor swasta berkisar 1,05% saja.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.2. Kegiatan Perekonomian B.2.1
Potensi Peternakan
Produksi peternakan sebagai salah satu komoditas yang memberikan sumbangan dalam menjamin ketersediaan pangan khususnya sumber protein hewani sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa populasi ternak besar meliputi: sapi, kerbau, dan kuda mengalami penurunan. Sedangkan populasi unggas seperti: ayam pedaging, ayam petelur, ayam buras, dan itik mengalami peningkatan. Tabel B‐2 Populasi Ternak di Kabupaten Banjar Periode 2007 – 2011 Jenis Ternak
2007
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Ternak Besar Sapi
17.212
17.340
17.072
19.122
17.533
Kerbau
1.397
1.435
1.342
1.450
3.955
Kuda
578
435
192
103
44
10.384
10415
12.969
14.622
15.415
11
12
12
‐
‐
227.254
273.000
34.3276
365.737
379.269
6.379.542
12.053.164
13.450.506
Ternak Kecil Kambing Domba Unggas Ayam Petelur Ayam Pedaging
3.949.998 3.789.388
Ayam Buras
1.486.718
837.552
652.245
1.493.583
1.557.327
Itik
384.584
204.316
244.983
286.753
305.963
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Banjar 2012
B.2.2
Potensi Perikanan
Sebagai suatu kawasan pengembangan minapolitan, Kabupaten Banjar mempunyai sumber daya perikanan dan kelautan yang sangat potensial. Kabupaten Banjar juga termasuk salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mempunyai potensi perairan yang lengkap, yaitu perairan umum dan perairan laut (kawasan pesisir). Potensi ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan di perairan laut dan perairan umum (waduk, sungai, dan rawa). Sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan budidaya kolam, jaring apung, keramba, dan tambak. Data yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Kabupaten Banjar mengenai produksi penangkapan ikan dan nilainya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel B‐3 Perkembangan Produksi Perikanan Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2011 Usaha Perikanan
Produksi (ton) 2006 3.875,5
2007 9.591.8
2008 12.498
2009 13.385
2010 32.688
2011 39.689
6,3
6,5
8,5
11,6
31,4
101,25
Kolam
2.419
6.897
8.962
9.012
24.692
25.092,23
Karamba
1.115
505
678
1,153
4.695
7.952,97
Jaring Apung
321
2.189
2.846
3,208.8
3.031
6.542,55
Mina Padi
13,6
9,4
11,6
0
0
PERIKANAN TANGKAP
17.035
18.095,37
18.095,37
19.598
1.1451
10.329,46
Perairan Laut
7.048
8.105,65
8.105,65
14.213
6.732
7.547,46
Perairan Umum
9.987
9.989,72
9.989,72
5.385
4.719
2.782
Total
20.911
27.687,17
30.593,47
32.983
44.139
50.018,46
PERIKANAN BUDIDAYA Tambak
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar 2012
Dari tabel di atas, terlihat bahwa untuk budidaya ikan air tawar mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun 2009‐2011 yaitu ±200,80%, hal ini disebabkan oleh meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan budidaya ikan, penempatan program dana penguatan modal (DPM) secara bergulir yang langsung diterima oleh pembudidaya ikan di jala apung, karamba, dan kolam mulai sejak tahun 2002. Peningkatan yang signifikan terjadi pada sistem budidaya kolam yang antara lain dilaksanakan di sepanjang pinggiran saluran irigasi Riam Kanan. Sedangkan Produksi Perikanan Budidaya terbanyak adalah dari komoditas ikan patin dan ikan nila dengan total produksi 37.348 ton pada tahun 2011 dengan nilai Rp 568.910.626. Tabel B‐4 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Ikan Kabupaten Banjar Tahun 2011 Produksi (ton) Jenis Ikan Tambak Nila Patin Bawal Tawar Mas
Bandeng
101.25
Jumlah
101.25
Kolam
Karamba
Jaring Apung
Jumlah
13.185,85
6.027,04
6.542,55
25.755,44
1.925,93
7.952,97
6.542,55
11.593,96 312.42 25.092,23
11.593,96 312.42 1.959,93 101.25 39.689,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.2.3
Potensi Pariwisata
Kabupaten Banjar memiliki potensi wisata yang cukup beragam, setidaknya terdapat 6 kategori wisata yang cukup berkembang, seperti wisata religius, wisata alam, wisata sejarah, wisata buatan, cagar budaya serta kerajinan tradisional yang dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal, nasional maupun macanegara. Data objek wisata andalan yang terdapat di Kabupaten Banjar: ¾ Pasar Terapung Lok Baintan Pasar Terapung Lok Baintan yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Pelaku pasarnya berasal dari Desa Pemangkuan Sungai Tapang, Lok Baintan, dan Sungai Tabuk sendiri. Pasar tersebut dimulai selepas subuh (jam 05.30) hingga pukul 10 pagi. Para pedagang menggunakan topi yang disebut Tanggui (topi besar dari daun rumbia buatan khas Kalimantan Selatan). Karena transaksinya sambil melaju, pasar terapung semakin siang semakin jauh ke hilir. ¾ Danau Riam kanan Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin. Berupa Danau seluas 8000 ha dengan fungsi utama sebagai PLTA satu‐satunya di provinsi Kalimantan Selatan dan berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi, dan banjir. Sebagai objek wisata alam, danau ini memiliki bentar alam yang menarik dengan panorama danau, lembah, dan bukit di sekelilingnya serta untuk kegiatan olahraga air. Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan. ¾ Lembah Kahung Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau manusia. Untuk menuju ke Lembah Kahung, ditempuh delapan jam perjalanan dari Martapura. Untuk menuju ke sini, di Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Profil Perekonomian Wilayah 2013
perjalanan dengan kelotok (perahu bermotor) selama 1,5 jam anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam Kanan yang di kanan‐kirinya dipagari gunung‐gunung (rentetan Pegunungan Meratus) yang menjulang biru maupun pulau‐pulau kecil bertebaran di sana‐sini.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI C.1
Sektor Unggulan
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Banjar terhadap Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa sektor unggulan adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (2,23) diikuti dengan sektor perdagangan, restoran & hotel (1,51), pengangkutan & komunikasi (1,39), listrik, gas, dan air minum (1,27), beserta pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan (1,15). Sektor‐sektor tersebut memiliki LQ > 1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. Tabel C‐1 Perhitungan LQ Terhadap PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Banjar Tahun 2011 Nilai PDRB (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi
LQ
Kabupaten
Provinsi Kalimantan
Banjar
Selatan
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
928.595
7.534.324.55
1,15
2. Pertambangan dan Galian
606.224
7.256.241.35
0,77
3. Industri dan Pengolahan
235.151
3.351.184.86
0,65
4. Listrik, Gas, dan Air Minum
22.676
166.337.95
1,27
5. Bangunan dan Konstruksi
220.850
1.838.543.18
0,11
6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel
834.441
5.129.508.89
1,51
7. Pengangkutan dan Komunikasi
429.532
2.872.516.05
1,39
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
322.039
1.342.551.05
2,23
9. Jasa‐Jasa
869.360
3.061.388.96
0,26
4.468.868
32.552.596.84
1
PDRB
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012, Provinsi Kalimantan Dalam Angka 2012, dan Hasil Analisis 2013
C.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Nilai PDRB yang dibandingkan untuk melihat pertumbuhan adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar periode 2010 – 2012, secara umum semua sektor tumbuh positif yaitu berkisar antara 1,75% sampai 8,85%, kecuali sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh negatif di tahun 2010. Secara lebih rinci, data mengenai pertumbuhan ini dapat dilihat pada Tabel C‐2.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar mencapai 6,20%. Dari sembilan sektor, ada lima sektor yang pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar, yaitu: sektor listrik dan air bersih; perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan sektor jasa‐jasa. Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2011 No.
Sektor
Tahun 2010
2011
2012
1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
4,73
4,81
6,29
2
Pertambangan dan Galian
1,75
5,83
4,45
3
Industri dan Pengolahan
6,43
5,34
5,08
4
Listrik dan Air Bersih
6,53
6,26
6,18
5
Bangunan dan Konstruksi
6,50
5,39
5,84
6
Perdagangan, Restoran, dan Hotel
4,88
7,09
7,45
7
Pengangkutan dan Komunikasi
7,87
6,33
4,64
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
‐2,23
8,11
6,37
9
Jasa‐Jasa
8,69
8,64
8,85
PDRB tanpa pertambangan
5,45
6,35
6,61
PDRB dengan pertambangan
4,72
6,20
6,32
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar 2012
C.3
Peluang Investasi Industri Pengolahan ikan patin
Kabupaten Banjar dipilih sebagai Kawasan Minapolitan karena kawasan ini memiliki akses entry point dari semua penjuru, berdekatan langsung dengan pelabuhan udara dan laut, serta berdekatan dengan Jalur Trans Kalimantan. Pengembangan minapolitan di Kalimantan Selatan dilakukan di Kabupaten Banjar yang memiliki potensi dengan 3 sungai utama yaitu: Sungai Martapura, Sungai Riam Kanan, dan Sungai Riam Kiri. Luas areal budidaya yang dapat dimanfaatkan di Sungai Martapura sekitar 427,133 ha, di Sungai Riam Kanan seluas 161,132 ha, dan di Sungai Riam Kiri luas seluas 191,132 ha. Selain sungai ada pula Waduk Riam Kanan seluas 9,2 ha dan Waduk Mandikapau seluas 530 ha. Cindai Alus merupakan Kawasan Minapolitan ikan patin yang meliputi Kecamatan Martapura Kota dan Kecamatan Martapura Barat. Sedangkan Kawasan Riam Kanan merupakan kawasan perikanan budidaya air tawar yang meliputi Kecamatan Aranio dan Kecamatan Karang Intan dengan komoditas unggulan budidaya ikan nila dan ikan mas. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.3.1
Peluang Pasar
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan konsumsi ikan per‐kapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan konsumsi penduduk negara berkembang lainnya. Sebagai perbandingan tingkat konsumsi ikan per‐kapita masyarakat Indonesia tahun 2008 tercatat 28 kg/kapita/tahun, tahun 2009 meningkat menjadi 29,08 kg/kapita/tahun, tahun 2010 meningkat menjadi 30,47 kg/kapita/tahun, dan tahun 2011 menurut Kementerian Kelautan Indonesia berada di angka 31,5 kg/kapita/tahun. Namun peningkatan yang terjadi per‐tahun ini masih kalah jauh dengan Malaysia 55,4 kg/kapita/tahun. Hanya saja yang menjanjikan adalah pertumbuhan rata‐rata jumlah konsumsi ikan di Indonesia naik 16,7% per‐tahun. Jauh di atas Malaysia yang hanya naik 1,26% per‐ tahunnya. Meningkatnya konsumsi ikan dari tahun ke tahun menjadi salah satu indikator bahwa kebutuhan masyarakat terhadap kesediaan ikan terus mengalami peningkatan, terlebih lagi melihat program “Gemar Makan Ikan” dari Kementerian Kelautan RI akan semakin membuat naik angka konsumsi terhadap ikan. Selain itu, perkembangan konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Banjar tahun 2001 – 2010 mengalami kenaikan, dengan tingkat konsumsi 166.505,86 ton/tahun. Sementara perkembangan produksi perikanan (penangkapan dan budidaya perikanan) Kabupaten Banjar tahun 2001 – 2010 juga mengalami kenaikan, tetapi produksinya baru mencapai 24.127,69 ton/tahun. Dengan demikian, peningkatan produksi perikanan, terutama dari budidaya perikanan sebagai kegiatan usaha perikanan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan daerah, masih memiliki peluang pasar yang cukup besar. C.3.2
Bahan Baku
Keempat kecamatan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan memiliki volume produksi budidaya yang sangat tinggi dibanding kecamatan lainnya. Sebagai gambaran, produksi budidaya di Karang Intan mencapai 4.018 ton atau 30% dari total produksi budidaya Kabupaten Banjar, Kota Martapura 3.465 ton (25,9%), Martapura Barat 2.769 ton (20,7%), dan Aranio 2.382 ton (17,8%). Secara total, produksi ikan patin memberi kontribusi sekitar 46,5% terhadap total produksi budidaya, sedangkan ikan nila memberi kontribusi lebih dari 26,8%. Jika dicermati lebih lanjut per‐wilayah minapolitan, produksi ikan patin di Kota Martapura dan Martapura Barat sangat dominan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 26 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya. Kontribusi ikan patin mencapai 77,8% untuk Kota Martapura dan 63,5% untuk Martapura Barat. Demikian pula untuk Kecamatan Karang Intan dan Aranio, yang ditetapkan sebagai wilayah minapolitan ikan nila, memiliki produksi ikan nila yang cukup dominan dibanding komoditas budidaya lainnya. Kontribusi produksi ikan nila terhadap total produksi budidaya mencapai 47,6% untuk Kecamatan Aranio dan 31,7% untuk Kecamatan Karang Intan. Jumlah rumah tangga budidaya mencapai 1.154 orang. Sedangkan jumlah kelompok pembudidaya secara keseluruhan berjumlah 41 kelompok yang terdiri dari Karang Intan 17 kelompok, Martapura Barat 5 kelompok, Martapura Kota 7 kelompok, Sungai Tabuk 2 kelompok, Aranio 8 kelompok, dan Kertak Hanyar 2 kelompok. C.3.3
Lahan/lokasi
Melihat sebagian besar kawasan di Kabupaten Banjar adalah daratan maka pengembangan usaha perikanan budidaya banyak dilakukan di tambak, waduk, jaring apung, mina padi, keramba dengan komoditas unggulan adalah ikan patin. Kawasan pengembangan minapolitan diharapkan memenuhi beberapa aspek penunjang lainnya, seperti: 1.
Berada di suatu kawasan lahan basah yang telah memiliki saluran irigasi teknis (adanya saluran irigasi yang membentang sepanjang 40 km dari Waduk Riam Kanan ke Desa Sungai Tabuk di mana pasokan air irigasi tersebut relatif stabil).
2. Berada di tengah‐tengah pengembangan kawasan metropolitan Banjarmasin. 3. Berdekatan dengan Pelabuhan Udara Syamsodin Noor, Pelabuhan Laut Trisakti, dan rencana terminal regional, 4. Berdekatan dengan Jalur Trans Kalimantan dan Jalan Lingkar Utara Kota Banjar Baru, 5. SDM dan kelembagaan cukup tersedia, yaitu lokasi dekat dengan Diskanlut Propinsi, Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT), dan Fakultas Perikanan UNLAM Banjar Baru. 6. Kualitas air yang relatif stabil dan baik yaitu dengan kondisi keasaman 7,5 PH serta tidak adanya kandungan pencemaran yang membahayakan pasokan kualitas air. Oleh karena itu, Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banjar berdasarkan surat keputusan Bupati Nomor 241 Tahun 2008 adalah berada pada kawasan perikanan budidaya Riam Kanan dan Kawasan Cindai Alus dengan luas potensi yang dapat dikembangkan kurang lebih 1.671 ha. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 27 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
C.3.4
Kelayakan Investasi
Dalam menghitung kelayakan investasi digunakan beberapa asumsi. Kapasitas produksi yang dapat dibangun, sebenarnya jauh di atas asumsi perhitungan kelayakan investasi (150.000 kg/tahun) mengingat pasokan sumber bahan baku yang melimpah di Kabupaten Banjar. Sehingga peluang pembanguan industri pengolahan ikan patin menjadi fillet sangat terbuka bagi banyak investor. Berikut adalah asumsi yang dipergunakan: 1.
Umur proyek 5 tahun
2. Kapasitas produksi 150.000 kg/ tahun 3. Margin keuntungan 35% 4. Harga Jual 19.300/kg A.
Biaya Investasi: Biaya investasi digunakan untuk keperluan pembelian tanah dan perijinannya, pembangunan gedung dan bangunan lainnya, penyediaan peralatan dan perlengkapan untuk proses produksi, alat transportasi, fasilitas kantor, serta biaya pra‐operasi. 1. Pengadaan lahan dan bangunan 1000 m2 2. Pengadaan mesin dan peralatan serta fasilitas kantor 3. Biaya pra‐operasional
B.
Biaya Operasional terdiri dari: 1. Biaya Tetap (Tahunan) 2. Biaya Variabel (Tahunan)
Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri ini adalah Rp 6,023 Milyar. Modal kerja awal untuk tiga bulan produksi sekitar adalah Rp 450.113.137,50. Dari hasil perhitungan analisa kelayakan investasi diperoleh nilai sebagai berikut: Kriteria Investasi
Nilai
NPV Net B/C IRR PBP
219.008.659,99 1.24 27.02 % 1.87 tahun
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 28 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
Peluang Investasi 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 29 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia