EVALUASI GEOMETRIK DAN STRUKTUR JALAN REL KERETA API PADA STASIUN JEMBER – RAMBIPUJI DAN ARJASA Raihan1, Taufan Abadi, ST., MT2, Irawati,ST., MT3 Universitas Muhammadiyah Jember1,2,3
ABSTRAK Kereta api dapat ditemukan di stasiun-stasiun dengan pemberangkatan setiap saat. di Kabupaten Jember termasuk Daerah Operesional IX (Daops IX) dengan 12 (dua belas) stasiunnya. Kedua belas stasiun tersebut adalah stasiun Tanggul, stasiun Bangsalsari, stasiun Rambipuji, stasiun Mangli, stasiun Jember, stasiun Arjasa, stasiun Kotok, stasiun Kalisat, stasiun Ledokombo, stasiun Sempolan, atasiun Garahan, stasiun Mrawan. Prasarana berupa jalan rel kereta api meliputi rel, bantalan, ballas dan penambat rel seharusnya perlu perawatan yang baik. Berdasarkan permaslahan yang ditemukan peneliti melakukan penelitian dengan mengevaluasi geometrik jalur kereta api dan struktur jalan rel kereta api. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui geometrik jalur kereta api, dan mengetahui struktur rel kereta api. Saat ini dari ketiga lokasi penelitian Geometrik (perlintasan), dan struktur rel Kereta Api dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa permasalahan yang di anggap penting dalam menentukan keamanan atau kelayakan Geometrik dan Struktur rel kereta api. Pada ketiga lokasi penelitian (perlintasan) rel KA dengan jalan raya adanya hambatan jarak pandang masinis dan pengemudi (kendaraan). Hal ini disebabkan garis pada jarak pandang (dTA) terhalang karena terdapat bangunan, seperti perkampungan dan tempat usaha. Saat ini sepanjang ketiga lokasi penelitian,Rel kereta api dari stasiun Rambipuji sampai stasiun Arjasa adalah tipe R.54. Kata Kunci : Struktur Rel Kereta Api, Geometrik
ABSTRACT Trains can be found at stations with departure at any time. in Jember Operesional Region IX (Daops IX) to 12 (twelve) stations. The twelfth station is Embankment station, Bangsalsari station, station Rambipuji, Mangli station, station Jember, Arjasa station, station Kotok, Kalisat station, station Ledokombo, Sempolan station, atasiun Garahan, Mrawan station. Infrastructure such as roads railroads covering rail, bearings, ballasts and rail fastening system should need good care. Based permaslahan found researchers conducted a study to evaluate the geometric rail and road structures railroads. This study aims to determine the geometric railway line and determine the structure of the railway. This time of the three study sites Geometric (crossings), and the structure of the railway tracks of the results of this study indicate that there are some problems that is considered important in determining the safety or viability Geometric Structure and railroads. At three locations (crossings) of railway with highway barriers machinist visibility and driver's (vehicle). This is due to the line of sight distance (DTA) was blocked because there are buildings, such as villages and places of business. At present all three study sites, railway station to station Arjasa Rambipuji is the type of R.54. Keywords: Structural Railways, Geometric
1
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana Kereta api sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa dan Sumatera yang bnayak menggunakan jasa angkutan kereta api. Adapun pilihan pada sarana ini, selain ekonomis untuk harga tiketnya, Kereta api dapat ditemukan di stasiun-stasiun dengan pemberangkatan setiap saat. di Kabupaten Jember termasuk Daerah Operesional IX (Daops IX) dengan 12 (dua belas) stasiunnya. Kedua belas stasiun tersebut adalah stasiun Tanggul, stasiun Bangsalsari, stasiun Rambipuji, stasiun Mangli, stasiun Jember, stasiun Arjasa, stasiun Kotok, stasiun Kalisat, stasiun Ledokombo, stasiun Sempolan, atasiun Garahan, stasiun Mrawan. Untuk jalur tujuan pada sarana Kereta api di Jember, meliputi kearah timur yaitu stasiun Banyuwangi. Kemudian tujuan untuk ke arah barat yaitu stasiun Probolinggo, Pasuruan, Surabaya, dan lain sebagainya. Prasarana Kereta Api meliputi rel, bantalan, ballas dan penambat rel seharusnya perlu perawatan yang baik. Oleh karena itu pada prasarana ini merupakan kekhususan jalan yang hanya dilewati kereta api saja. Disamping itu, sarana kereta api berupa lokomotif (mesin) dan gerbong merupakan jasa angkutan darat yang nyaman dan jarang mengalami kecelakaan. Terganggunya jarak pandang masinis dan pengemudi kendaraan umum dapat mengakibatkan reaksi mendadak untuk menghentikan kecelakaan sehingga perlu di lakukan analisis agar tidak terjdi kecelakaan beruntun.
1.4. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penulisan laporan Tugas akhir ini, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi geometrik jalur kereta api saat ini. 2. Untuk mengetahui kondisi struktur rel kereta api pada saat ini. 2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kereta Api Transportasi merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dengan tersedianya prasarana dan sarana transportasi, diharapkan manusia dapat melakukan kegiatan dengan mudah (angkutan manusia, barang dan jasa). Kereta Api (Transportasi darat) di Indonesia terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera. Di Sulawesi dulunya ada, oleh Jepang pada tahun 1942 semua rel Kereta Api di bongkar dan dikirim ke Burma (Myanmar) untuk prasarana angkutan disana. Sejarah KA di Indonesia : Tahun 1864 dirancang rel sepanjang 26 km di KeminjengTanggung oleh NV.Nederlandsch Spoorweg Maatschappij (NIS) dan diresmikan penggunaanya, Sabtu 10 Agustus 1867 (Jaman Belanda). Kemudian NIS diganti dengan nama Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada tahun 1945. Pada tahun 1950, AMKA diganti nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Tahun 1963 DKARI diganti nama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Perubahan kembali pada tahun 1971, PNKA diganti dengan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Kemudian pada tahun 1990 PJKA diganti dengan Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Dan pada tahun 1998, Perumka diganti dengan PT.Kereta Api Indonesia (PT.KAI) hingga sampai saat ini. Untuk sampai saat ini, panjang rel kereta api mencapai 4615,918 kilometer (Sumber : Taufan Abadi, 2011).
1.2 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini pada struktur jalan rel kereta api di Kabupaten Jember Daerah Operesional IX (Daops IX) yaitu pada 3 (tiga) stasiun. Stasiun tersebut adalah stasiun Jember, stasiun Rambipuji dan stasiun Arjasa.
2.2. Karakteristik Transportasi Kereta Api Keunggulan Kemungkinan jangkauan pelayanan transportasi barang dan orang untuk jarak pendek, sedang, dan jauh dengan kapasitas angkut yang besar. Penggunaan energi yang relatif kecil. Kehandalan keselamatan perjalanan yang baik.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kondisi axisting geometrik sudah ideal ? 2. Apakah Struktur Jalan sudah sesuai dengan standar R 54 ?
2
Adanya ketepatan waktu. Ekonomis dalam penggunaan ruang. Polusi udara, getaran, dan kebisingan relatif kecil. Sangat baik untuk aspek pertahanan atau keamanan. Kecepatan perjalanan lebih variatif. Memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan transportasi air dan udara. Kelemahan Memerlukan sarana dan prasarana yang khusus. Membutuhkan investasi awal yang mahal, biaya perawatan, oprasi dan tenaga yang cukup besar. Pelayanan transportasi barang dan penumpang hanya terbatas pada jalurnya.
4.
Mendukung dinamis).
bantalan
(distribusi
gaya
Pada Lapisan Ballas terdapt 2 (dua) lapisan, yaitu : 1. Ballas atas : akan mengalami tegangan sangat besat besar dibanding Balas bawah, Adapun bahan ballas atas : a. Batu pecah (keras) atau tidak mudah pecah b. Tahan lama, tidak mudah aus olleh beban dan tahan cuaca. c. Bersudut (anggular). d. Ukuran batu pecah kelas jalan rel I dan II = 2,5-0,75 inchi, kelas III dan IV = 2-1 inchi, kelas V = 1,5-0,75 inchi. 2. Ballas bawah : Bahan yang digunakan tidak sebaik ballast atas harus baik, yang berfungsi sebagai “filter” antara tanah dasar dengan Ballast atas. Bahan yang digunakan adalah kerikir sedang atau pasir kasar dengan ukuran 0.75 – 1 inch.
2.3. Perbandingan Prasarana Jalan dan Rel Kereta Api. Dari perbandingan prasarana jalan raya dengan Rel Kereta api terdapat bahan konstruksi, lalu lintasnya, tegangan, kecepatan, gesekan dan perpindahan jalur, sebagai berikut : Meliputi Bahan Jalur, Lalulintas, tegangan, kecepatan, Gesekan, Perpindahan Jalur.
2.5.1 Permasalahan pada Ballas Adapun permasalahan pada lapisan ballas yang sering ditemukan : a. Penurunan Ballas b. Kurangnya sifat kenyal c. Kurangnya permeabilitas d. Terjadinya kantong ballas.
2.4. Struktur Rel Kereta Api Struktur Rel Kereta api meliputi Ballas, Bantalan, Rel dan penambat rel. Dari masingmasing bagian ini mempunyai fungsi yang saling berpengaruh.
2.6 Bantalan Struktur pada rel kereta api terdapat Bantalan. Jenis Bantalan terdapat 3 (tiga) macam, sebagai berikut a. Terbuat dari baja b. Terbuat dari kayu c. Terbuat dari beton. Adapun fungsi dari Bantalan adalah : a. Mendukung rel dan meneruskan beban dari rel ke Ballas dengan bidang sebaran. b. Mengikat dan memegang rel (dengan penambat rel), sehingga gerakan rel arah horizontal tegak lurus sumbu rel. c. Memberikan stabilitas kedudukan rel didalam Ballas. d. Menghindar kontak langsung antara rel dan air tanah.
2.5. Ballas Ballas merupakan struktur pada jalan rel kereta api yang berupa batu pecah (angular) yang berada dibawah bantalan dan rel. Adapun fungsi dari Ballas adalah: 1. Meneruskan dan menyebarkan beban yang diterima dari bantalan kedasar tanah 2. Mencegah dan menahan bergesernya bantalan rel Kereta Api baik arah membujur maupun melintang. Bergesernya membujur akibat gaya rem, jejakan pada rel, kembang susut rell akibat suhu, dll). Untuk melintang akibat gaya-gaya lateral 3. Mencegah genangan air disekitar bantalan rel (meluluskan air)
3
d.
Pengendalian mutu bahan mudah dilaksanakan (laboratorium). e. Bukan sebagai konduktor listrik, sehingga dapat digunakan pada rell yang elektrifikasi Adapun Kekurangan dari bantalan beton : a. Kurang elastis dibanding bantalan kayu b. Karena berat, maka sulit melakukan pemasangan manual c. Kemungkinan kerusakan pada proses pengangkutan atau pengangkatan d. Tidak meredam getaran dan kebisingan (perlu konstruksi tambahan untuk meredam) e. Nilai sisa sangat kecil.
2.6.1 Jenis Bantalan 2.6.1.1 Bantalan Kayu Masih banyak digunakan di Indonesia, hal ini selain mudah dibentuk bahan kayu masih tersedia. Kayu kelas I (Jati dan ulin atau kayu besi) dapat digunakan, kualitas kayu ini mampu untuk menahan tekanan beban lokomotif, gerbong dan penambat rel tidak mudah lepas. Adapun syarat untuk bahan dari kayu, dengan umur pemakaian dalam perkiraan 16 - 20 tahun : a. Utuh dan padat (tidak terdapat mata kayu) b. Tidak ada lubang akibat binatang, ulat dll c. Tidak lapuk dan tidak pecah d. Jika terjadi pengawetan, maka pengawetannya harus merata. Adapun keuntungan dan kelemahan pada bantalan kayu : Keunggulan : 1. Elastik baik, mampu meredam getaran, sentakan dan bisingan 2. Mudah dibentuk sesuai ukuran yang dikehendaki 3. Pergantian bantalan kayu mudah pergantiaanya Kelemahan : 1. Mudah terbakar 2. Mudah terjadi pelapukan 3. Nilai sisa rendah (nilai jual setelah tidak dipakai). Kerusakan pada bantalan rel Kereta api : 1. Tekanan rel (beban dinamis) 2. Penambat rel 3. Pelapukan.
Rel Kereta Api (Sepur) Rel Kereta Api (Sepur) merupakan Profil I (Vignola) terbuat dari baja yang berfungsi sebagai pijakan menggelindingnya roda Kereta Api dan untuk meneruskan beban dari roda Kereta Api tersebut ke bantalan atau sebagai tumpuhan. Tekanan tegak lurus mengakibatkan momen lentur. Selain itu, gaya horisontal akibat gaya angin, gerakan Kereta Api, dan gaya sentrifugal. Pada Rel terdapat 3 (tiga) bagian, yaitu Kepala Rel, Badan rel dan kaki Rel. Dimana lebar kaki (B) lebih lebar dari lebar kepala (C). 2.7.1 Tipe Rel Kereta Api Pada Rel Kereta Api terdapat beberapa tipe yang disesuaikan dengan kelas jala Rel. Adapun Tipe dan kelas Jalan Rel, sebagai berikut : Kelas Jalan Rel I II III IV V
2.6.1.2 Bantalan Beton (R.Someville/RS) Bantalan beton merupakan pabrikasi dengan konstruksi beton penulangan ( penelitian R.Someville atau RS pada tahun 1949). Pada Bantalan beton, dibagi 2 (dua) yaitu : Bantalan beton blok ganda (bi-block) dan bantan beton blok tunggal (monolithic/pretension). Bantalan beton mempunyai berat 160 - 200 kg. Keunggulan dan kelemahan Bantalan Beton Pada bantalan beton mempunyai keunggulan, sebagai berikut : a. Stabilitas baik, dapat menjaga lebar rel/sepur dengan baik b. Umur konstruksi panjang, karena baru digunakan maka belum ada yang memberi umur pada bantalan beton. c. Tidak dapat terbakar.
Tipe Rel (R) R.60/R.54 R.54/R.50 R.54/R.50/R.42 R.54/R.50/R.42 R.42
Untuk karakteristik Rel Kereta Api terdapat tinggi, lebar kaki, lebar kepala, tebal badan, tinggi kepala, tinggi kaki, jarak garis netral ke batas kaki, luas penampang dan berat rel Kereta Api. Adapun data tersebut pada masing-masing tipe Rel Kereta Api, sebagai berikut :
4
b.
Mudah dipasang dan ekonomis, serta mempunyai ketahanan atau kekuatan yang sama dengan rel sebelahnya. Untuk macam-macam sambungan : a. Sambungan menumpu (support joint) b. Sambungan menggantung (Suspended joint)
Tabel 1. Karakteristik Rel Kereta Api Karakter Rel Karakteristik
Notasi dan satuan H (mm) B (mm) C (mm) D (mm) E (mm)
Tipe Rel (R) R.42 R.50
138,00 Tinggi rel 110,00 Lebar kaki 68,50 Lebar kepala 13,50 Tebal badan 40,50 Tinggi kepala F (mm) 23,50 Tinggi kaki G (mm) 72,00 Jarak garis netral ke batas kaki A (Cm2) 54,26 Luas penampang W kg/m) 42,59 Berat Rel Sumber : PT.KAI 2015
R.54
R.60
153,00 127,00 65,00 15,00 49,00
159,00 140,00 70,00 16,00 49,40
172,00 150,00 74,30 16,50 51,00
30,00 76,00
30,20 74,97
31,50 80,95
64,20
69,34
76,86
50,40
54,43
60,34
2.7.2 Macam – macam dan Jenis Rel (WR) Menurut Union International des Chemins de Fer (UIC) ada tiga macam rel Kereta Api tahan aus (Wear Resiastant = WR), yaitu WR-A, WR-B dan WR-C, berarti PT.KAI masuk ke katagori WR-A.
2.8 Persilangan Jalan Rel dan Jalan Raya Persilangan adalah pertemuan antara jalan rel dengan jalan raya dikenal dengan istilah “perlintasan”. Ada dua jenis persilangan dengan jalan raya : 1. Persilangan atau perlintasan dengan pintu penutup : 2. Persilangan atau perlintasan tanpa pintu penutup : 2.8.1 Persilangan atau perlintasan dengan pintu penutup Dengan menggunakan penutup sorong atau penutup jungkit. Pada penutup sorong, tegak lurus dengan jalan raya yang terdiri “pagar” dengan roda-roda kecil. Biasanya dijaga petugas atau masyarakat, tinggal disorong atau didorong secara manual. 2.8.2 Penutup Jungkit Ini banyak dillihat diperlintasan (Pos), dengan counter weight pada sisi kanan dan kiri. Biasanya diturunkan apabila Kereta Api akan lewat.
Maksud jenis pada Rel Kereta Api disini adalah panjang rel , adapun jenis Rel Kereta Api yaitu : 1. Rel Standar (RS) : mempunyai panjang 25 meter (dulu 17 meter). Dengan keuntungannya : a. mengurangi jumlah sambungan b. dengan mengurangi sambungan, akan mengurangi getaran saat melintasi sambungan 2. Rel Pendek (RPd) : adalah gabungan dari beberapa rel standar (pengelasan den proses flash welding atau walded rail) dengan panjang maksimum 100 meter. Biasanya rel pendek ini untuk melintasi jembatan. 3. Rel Panjang (RPj) : adalah Sambuangan dari rel pendek (Continuous Welded Rail/CW R), dimana panjang minimum tergantung bantalan rel dan tipe rel.
2.8.3 Persilangan atau perlintasan tanpa pintu penutup Banyak dijumpai perlintasan “tanpa” penutup atau palang. Hasil penelitian, kecelakaan Kereta Api diperlintasan sebagian besar dikarenakan tanpa pintu penutup atau palang. Pada Persilangan atau perlintasan tanpa pintu penutup /palang Dirancang a. Pengemudi (Jalan raya) dapat melihat Kereta Api (jarak pandang) sebelum Kereta Api melintas b. Pengemudi kendaraan (Jalan raya) dapat berhenti atau dihentikan saat Kereta Api melintas. 2.9 Stasiun Kereta Api Adapun fungsi dari Stasiun Kereta api, adalah : a. Pelayanan naik-turunnya penumpang. b. Tempat muat dan bongkar barang angkutan.
1.7.3 Sambungan Rel KA Adapun persyaratan untuk sambungan : a. Disambung pada level (kedataran) yang sama
5
c.
Menyusun lokomotif atau gerbong Kereta Api menjadi rangkaian yang dikehendaki. d. Memberi jalur berpapasan dan menyalip e. Pemeliharaan atau perbaikan Kereta Api Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas: a. Pelataran parkir di muka stasiun b. Tempat penjualan tiket, dan loket informasi c. Peron atau ruang tunggu d. Ruang kepala stasiun, dan e. Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya.
2.9.3 Katagori Menurut Letak 1. Stasiun Akhir : tempat mulai dan berakhirnya jalan rel. 2. Stasiun Antara terletak pada jalan rel yang menerus. 3. Stasiun Pertemuan (Junction) : Merupakan kombinasi stasiun akhir dan stasiun antara atau dapat menghubungkan 3 (tiga) jurusan.
2.9.4 Katagori menurut Bentuk 1. Stasiun Kepala atau stasiun siku-siku : Dimana letak gedung utama (Stasiun dan peron) siku-siku dengan rel Kereta Api. 2. Stasiun Sejajar : Dimana letak gedung utama (stasiun dan Peron) sejajar dengan rel Kereta Api. 3. Stasiun Pulau : Dimana Gedung utama (stasiun dan peron) sejajar dengan rel dan ditengah-tengah kedua jalan rel tersebut. 4. Stasiun Semenanjung : Dimana gedung utama (stasiun dan peron) terletak diantara 2 (dua) jalan rel yang bertemu.
2.9.1 Peron Stasiun Peron adalah tempat naik dan turunnya para penumpang di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para untuk naik dan turunnya penumpang dan untuk melintasi jalur rel di stasiun. 2.9.2 Katagori Stasiun Kereta Api 2.9.2.1 Katagori Stasiun Menurut Fungsi : 1. Stasiun Penumpang : Adalah untuk naik turunnya penumpang dan memuat atau menurunkan barang bawahan penumpang (bagasi) 2. Stasiun barang : Adalah untuk bongkar muat barang-barang muatan 3. Stasiun Langsiran : Adalah untuk menyusun rangkaian Kereta Api
2.10 . Geometrik Jalan Rel Kereta Api Pada geometrik jalur rel kereta api yang banyak ditemukan dipersimpangan atau perlintasan jalan raya dengan jalur rel. 2.11.1 Persilangan atau Perlintasan Rel Kereta Api Dirancang atau direncanakan : 1. Pengemudi (Jalan raya) dapat melihat Kereta Api (jarak pandang) sebelum Kereta Api melintas 2. Pengemudi kendaraan (Jalan raya) dapat berhenti atau dihentikan saat Kereta Api melintas. Pada Gambar.2 .23. dibawah ini merupakan geometrik rel kereta api dalam perencanaan.
2.9.2.2 Katagori Menurut Ukuran 1. Stasiun Kecil (perhentian): Kereta Api antar kota tidak berhenti di stasiun ini, akan tetapi pada stasiun ini dapat menaikan atau menurunkan penumpang, hanya pada saat pergantian atau kesempatan Kereta Api bersilangan atau bersusulan. 2. Stasiun Sedang : Kereta Api antar kota dapat berhenti disini, biasanya jumlah rel (track) relatif lebih banyak dibanding stasiun kecil. 3. Stasiun Besar : terdapat di kota - kota besar, semua Kereta Api harus berhenti disini, karena banyak melayani pelayanan penumpang, barang dan pergantian lokomotif atau gerbong untuk jalur lain.
6
Stasiun Jember ke Stasiun KA Arjasa (blok 6) Stasiun KA Arjasa ( Blok 7).
Pada jaringan jalan rel Kereta Api terdapat single track, yaitu satu jalur untuk 2 (dua) arah tujuan. Untuk arah tujuan masing – masing dari arah dari Stasiun Jember ke timur : Stasiun Arjasa dan ke arah Stasiun Banyuwangi. Sedangkan arah dari Stasiun Jember ke barat, yaitu ke arah Stasiun Rambipuji dan ke arah Stasiun Gambir Jakarta dan Stasiun Pajajaran Bandung.
Dengan : de = Jarak pengemudi keujung kendaraan depan (10 feet) dH = Jarak pandang bebas minimu sepanjang jalan raya (feet) Vv = kecepatan kendaraan jalan raya (mil/jam) f = koefisien gesek L = panjang kendaraan (65 feet) W = lebar rel terluar (5 feet) t = waktu reaksi (2,0-2,5 detik) D = jarak ujung depan kendaraan ke rel (15 feet) dt = jarak pandang bebas minimum sepanjang rel (feet) VT = kecepatan KA (mil/jam) Vg = Kecepatan terbesar kendaraan (8,8 feet/detik al = Percepatan kendaraan (1,47 feet/detik) da = VG2/2.al, jarak yang ditempuh kendaraan ketika mempercepat untuk mencapai kecepatan tertinggi pada gigi/geer pertama. Maka : dH= 1,4667 . Vv x t +(Vv2 / 30.f ) + D + de dT= VT / Vv x 1,667. Vv x t +(Vv2 / 30.f ) + 2.D + L+ W 3.
3.2. Geometrik Jalan Rel Kereta Api Pada penelitian ini diambil 3 (tiga) lokasi perlintasan dengan jalan raya Provinsi. Alasan disini perlintasan tersebut melawati jalan provinsi. Adapun ketiga perlintasan ini adalah : Perlintasan Rambipuji, Perlintasan Mangli dan Perlintasan Baratan (arjasa). 3.2.1 Data Pengukuran Lintasan Pada Penelitian untuk perlintasan diperlukan data situasi pada perlintasan dengan jalan raya. Adapun data sebagai berikut : Tabel.4.3, Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1
Lokasi Penelitian Pada penelitian Skripsi ini dilaksanakan pada pada daerah operasi IX (DAOPS IX), yaitu pada Stasiun KA Rambupuji – Stasiun KA Jember – Stasiun KA Arjasa. Pengertian dari blok adalah Stasiun – jaringan jalan rel – stasiun.Untuk penelitian ini (Gambar. 4.1) terdapat 7 (tujuh) blok, yaitu Stasiun KA Rambipuji (Blok 1) – Jaringan jalan Rel KA dari Stasiun Rambipuji ke Stasiun KA Mangli (blok 2) – Stasiun KA Mangli (blok 3) - Jaringan jalan Rel KA dari Stasiun KA Mangli ke Stasiun KA Jember (blok 4) - Stasiun KA Jember (blok 5) - Jaringan jalan Rel KA dari
7
de = Jarak pengemudi keujung kendaraan depan (10 feet) dH = Jarak pandang bebas minimum sepanjang jalan raya (feet) Vv = kecepatan kendaraan jalan raya (mil/jam) f = koefisien gesek L = panjang kendaraan (65 feet) W = lebar rel terluar (5 feet) t = waktu reaksi (2,0-2,5 detik) D = jarak ujung depan kendaraan ke rel (15 feet) dt = jarak pandang bebas minimum sepanjang rel (feet) VT = kecepatan KA (mil/jam) Vg = Kecepatan terbesar kendaraan (8,8 feet/detik al = Percepatan kendaraan (1,47 feet/detik) da = VG2 / 2.al jarak yang ditempuh kendaraan ketika mempercepat untuk mencapai kecepatan tertinggi pada gigi/geer pertama. Maka : dH= 1,4667.Vv x t +(Vv2/30f)+D+de dT= VT/Vv x 1,667.Vv x t +(Vv2/30f)+2D+L+W Maka seharusnya setiap perlintasan Jika kecepatan kereta api (VT=Vv= 80 km/jam = 49,79 mil/jam), maka : dH= 1,4667.Vv x t +(Vv2/30f)+D+de = 1,4667(49,71 x 0,25) + (49,712/30 x 0,30)+15+10 = 318,705 feet = 98.161 meter dT = VT / Vv x 1,667.Vvxt +(Vv2/30f)+2D+L+W = (49,79/ 49,79) x (1.667x49,79x0,25)+(49,79^2)/30x0.030)+(2 x15)+65+5 = 396.198 feet = 122.028 meter. Maka : dTA = √𝑑𝑇² + 𝑑𝐻² = (122.028)2 + (98.161)2 = 156.609 meter.
A. Pembahasan Lokasi Persilangan Rambipuji : Data lapangan : 1. Lebar jalan raya = 7.50 meter 2. Bahu jalan raya = 2-2.60 meter 3. Lebar ral KA = 1.067 meter 4. Lebar bahu rel KA = 1-1.5 meter 5. Terdapat pintu perlintasan 6. Terdapat Pos pantau pintu. 7. Terjadi persilangan tajam Dalam perhitungan perlintasan jalan, memperhatikan jarak pandang bebas minimu sepanjang jalan (dH) jarak pandang bebas minimu sepanjang Rel (dT) dan jarak pandang antara kedua pengemudi kendaraan dan Masinis (dTA). Dimana : Dalam perencanaan pembuatan perlintasan.
8
5. 6. 7.
Terdapat pintu perlintasan Terdapat Pos pantau pintu. Terjadi persilangan tajam
Dalam perhitungan perlintasan jalan, memperhatikan jarak pandang bebas minimu sepanjang jalan (dH) jarak pandang bebas minimu sepanjang Rel (dT) dan jarak pandang antara kedua pengemudi kendaraan dan Masinis (dTA). Dari hasil hitungan untuk dT = 396.198 feet = 122.028 meter, dH = 318,705 feet = 98.161 meter dan dTA = 156.609 meter. 4.3 Struktur Jalan Rel Kereta Api (KA) Struktur Rel Kereta api meliputi Ballas, Bantalan, Rel dan penambat rel. Dari masingmasing bagian ini mempunyai fungsi yang saling berpengaruh.
Pada lokasi penelitian rambipuji ini tidak ditemukan jarak pandang masinis dan pengemudi kendaraan (jalan raya), yaitu dengan jarak pandang dTA= 55 meter (barat) dan dTA = 47 meter (timur).
3.3.1 Rel Kereta Api (KA) Pada penelitian ingin mengetahui struktur rel kereta api saat ini. Adapun data yang dimaksud untuk mengetahui tipe rel yang ada sekarang. Penelitian ini diambil 3 (tiga) lokasi yang berbeda yaitu rel dari stasiun Kereta Api Jember kearah Stasiun Kereta Api Rambipuji dan kearah Stasiun Kereta Api Arjasa. Data yang diukur langsung meliputi tinggi rel (H), lebar kaki (B), lebar kepala (C), tebal badan (D), tinggi kepala (E), tinggi kaki (F) dan jarak tinggi garis netral ke kaki (G) dengan tujuan untuk menentukan tipe Rel kereta api.
B.
Pembahasan Lokasi Persilangan Mangli : Tegak lurus dengan Jalan raya Data lapangan : 1. Lebar jalan raya = 7.00 meter 2. Bahu jalan raya = 2-2.50 meter 3. Lebar ral KA = 1.067 meter 4. Lebar bahu rel KA = 2-2.5 meter 5. Terdapat pintu perlintasan 6. Terdapat Pos pantau pintu. Dalam perhitungan perlintasan jalan, memperhatikan jarak pandang bebas minimu sepanjang jalan (dH) jarak pandang bebas minimu sepanjang Rel (dT) dan jarak pandang antara kedua pengemudi kendaraan dan Masinis (dTA). Dari hasil hitungan untuk dT = 396.198 feet = 122.028 meter, dH = 318,705 feet = 98.161 meter dan dTA = 156.609 meter. Maka persilangan KA Mangli (tegak lurus) dengan jalan raya dapat dikatakan baik, hanya saja terkendala bangunan – bangunan disekitar rel kereta api
Data penelitian : dalam millimeter (mm) Tinggi Rel (H) = 159 mm (15,9 cm) Lebar kaki (B) = 140 mm (14 cm) Lebar kepala (C) = 71 mm (7 cm) Tebal badan (D) = 16 mm (1.6 Cm) Tinggi kepala (E) = 50 mm (5 cm) Tinggi kaki (F) = 30 mm (3 cm) Jarak tinggi garis netral ke kaki (G) = 75 mm (7.5 cm). Dari data dimensi karakter tersebut maka tipe rel jalur dari Stasiun KA Jember kearah Stasiun KA Rambipuji dan Stasiun KA Arjasa adalah tipe R.54. Dengan diketahuinya tipe (R.54) maka berat rel dalam 1 meter = 54,43 kg/m
C. Pembahasan Lokasi Persilangan Baratan Data lapangan : 1. Lebar jalan raya = 7.00 meter 2. Bahu jalan raya = 1.5 - 2.50 meter 3. Lebar ral KA = 1.067 meter 4. Lebar bahu rel KA = 2-2.5 meter
9
X = lebar bahu Ballast (cm), 50 cm (Tabel 4.8) L = panjang bantalan (cm), L = 200 cm (hasil ukuran dilapangan). Pada Penelitian dimensi Ballas pada tinggi dan bahu Ballas pada 3 lokasi dari arah Stsaiun KA Jember kearah Stasiun Rambipuji dan Stasiun KA Jember kearah Stasiun KA Arjasa sebagai berikut :
3.3.2 Ballas Rel Kereta Api (KA) Ballas merupakan struktur pada jalan rel kereta api yang berupa batu pecah (angular= bersudut atau tidak bulat) yang berada dibawah bantalan dan rel KA. Pada Lapisan Ballas terdapt 2 (dua) lapisan, yaitu : Ballas atas dan bawah. Maksud dada penelitian ini, untuk mengetahui lapisan dan ukuran bahan (batu pecah) yang ada saat ini. Adapun hasil dari penelitian ini, sebagai berikut : a. Tidak adanya lapisan ballas bawah : saat ini yang ada hanya satu lapisan atas. Hal ini terlihat lapisan tersebut langsung dibawah bantalan beton. b. Ukuran bahan (batu pecah) pada ballas :6,50 cm – 4,00 cm (2,5 – 1,5 inchi). c. Lebar bahu ballas pada Rel : B > 0,5 L + X Kelas Jalan Rel KA Notasi
I
II
III
IV
V
d1(cm)
30
30
30
25
25
d2(cm)
25
25
22
20
20
C(cm)
235
235
225
215
210
B(cm)
150
150
140
140
135
K1(cm)
265-315
265-
240-270
240-250
240-250
Kelas Jalan Rel KA I dan II III dan IV V
Maka = B > 0,5 L + X = B > 0,5 (200) + 50 = B > 150 cm . Pada penelitian ini, bahu jalan rel KA diukur rata – rata sisi kanan dan kiri = 1,25 – 1.5 meter.
3 1 5 K2(cm)
375
375
325
300
300
E(cm)
25
25
22
20
20
3.3.3. Bantalan Rel Beton Pada struktur rel kereta api dari stasiun KA Jember ke Stasiun KA Rambipuji dan stasiun KA Arjasa menggunakan Bantalan beton blok Tunggal (monolithic/pretension). Data penelitian : jarak antara bantalan beton = 60 cm. Jarak penelitian sepanjang 8575 meter (Stasiun KA Rambipuji ke Stasiun KA Arjasa), maka didapat 143 Bantalan beton blok Tunggal (monolithic/pretension).
C
B M
d1
Permukaan tanah
d2
Lebar bahu (X), cm 50 40 35
K1
K2
3.3.4 Penambat Rel Kereta Api Pada penelitian ini, penambat relmenggunakan tipe Pandrol. Penambat rel tipe ini banyak digunakan PT.KAI. Penambat rel
Dimana : B = Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan Ballast (cm)
10
Pandrl merupakan suatu batang baja dengan diameter 19 mm yang dibentuk spiral, yang salah satu sisinya menekan kaki rel dan sisi lain berlindung pada suatu penahan.Dari data jumlah bantalan diatas, maka jumlah penambat rel Pandrol adalah 472 buah. Karakteristik penambat rel Pandrol ialah : a. Kuat jepit cukup tinggi, minimum 600 kgf, b. Waktu dilewati rangkaian kereta api tidak menimbulkan suara berisik, c. Mudah dikerjakan, d. Penambatan kuat, tidak mudah lepas, e. Jumlah komponen sedikit, dan sederhana, dan f. Bila digunakan alas karet (rubber pad) dibawah kaki rel, menjadi penambat elastis ganda.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Pada Analisa data (pembahasan) BAB IV diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. pada ketiga lokasi penelitian (perlintasan) rel KA dengan jalan raya adanya hambatan jarak pandang masinis dan pengemudi (kendaraan). Hal ini disebabkan garis pada jarak pandang (dTA) terhalang karena terdapat bangunan, seperti perkampungan dan tempat usaha. 2. Saat ini sepanjang ketiga lokasi penelitian,Rel kereta api dari stasiun Rambipuji sampai stasiun Arjasa adalah tipe R.54.
3.4. Jaringan Jalan Rel Kereta Api Pada jaringan jalan rel Kereta Api menyangkut pada jadwal pemberangkatan, kedatangan dan jaringan jalan rel Kereta Api itu sendiri. Pada Tabel.5.4 dibawah ini adalah nama kereta api (Kereta Api) dan jaringan tujuan dari Stasiun Kereta Api Jember dan sekitarnya. Untuk Lintas Jalan rel Kereta Api (KA) di Wailayah daerah Operasi IX Jember, adalah Stasiun KA Jember ( STA.197+285) ke arah timur terakhir Stasiun KA Banyuwangi (STA.18+484) atau 178.801 meter (187,801 Km). Untuk ke arah barat terakhir Stasiun Surabaya (STA.200+501) atau berjarak 218.905 meter (218,905 km).
4.2 Saran Dari kesimpulan (Bab.5.1) diatas, beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan, sebagai berikut : a. Untuk memenuhi syarat (dTA) jarak pandang antara kereta api dan kendaraan, maka perlu adanya pengosongan area sekitar perlintasan b. Adanya perbaikan pada struktur balas. c. Pada perlintasan Mangli perlunya penghentian kendaraan (traffic light) di utara pintu perlintasan. Saat ini kendaraan berhenti disepanjang rel. Hal ini membahayakan bagi kendaraan apabila waktu lampu merah (berhenti) dan pada saaat itu juga bersamaan dengan penutupan pintu perlintasan adanya kereta api yang melintas. d. Harapan kami semoga kedepannya akan ada penyempurnaan dari sistem bantalan rel sehingga penggunaan bantalan rel beton menjadi lebih aman dan nyaman bagi para pengguna moda kereta api dan warga sekitar perlintasan kereta .
3.5 Stasiun Kereta Api (KA) Pada Bab.II diatas, seacara umum fungsi, ukuran, letak dan bentuk pada stasiun sebagai berikut : 1. Katagori Stasiun menurut fungsi 2. Katagori Menurut Ukuran 3. Katagori Menurut Letak 4. Katagori menurut Bentuk.
11