EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA
Jito Sugardjito Fauna & Flora International-IP
Empat species Great Apes di dunia
1. Gorilla 2. Chimpanzee 3. Bonobo 4. Orangutan Species no.1 sampai dengan no.3 di Africa Species no.4 di Asia
Klasifikasi Orangutan Orangutan
Sumatra (Pongo abelii) Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus):
Distribusi Sumatra : terbatas di bagian Utara Borneo : menyebar di 3 bagian pulau dengan konsentrasi di
Barat Daya (antara sebelah barat sungai Barito dan selatan sungai Kapuas)-P.pygmaeus wurmbii Barat Laut (sebelah utara sungai Kapuas ke arah Timur Laut sampai Sarawak)-P. pygmaeus pygmaeus Timur Laut (dari Sabah ke selatan sampai dengan Sungai Mahakam)–P. pygmaeus morio
Distribusi Orangutan Sumatra
Ekologi Sumber Pakan
Lokasi Jumlah Mutu Waktu
: tersebar atau terkonsentrasi : sedikit atau banyak : buah atau daun atau kambium : musiman atau sepanjang tahun
Komposisi sumber pakan orangutan yang utama terdiri atas: Buah : 60% Daun : 20% Kulit pohon (Kambium) :10% Serangga : 9% Bunga : 1%
Ekologi Tingkah Laku Tiga kebutuhan pokok untuk melangsungkan hidup: Faktor makanan Faktor keamanan Faktor pasangan Perpaduan dari tiga kepentingan ini dapat menentukan pilihan strategi hidup dari suatu jenis supaya maksimal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pemenuhan kebutuhan pokok hidup, bagaimana orangutan menentukan daerah jelajahnya? Pemilihan ditentukan oleh dua faktor utama: Status ekologi sumber pakan Status sosial individu
Luas Daerah Jelajah Orangutan Jantan : 3 – 5 km2 (Sumatera); 5 -10 km2 (Kalimantan) usia s/d 50 tahun (+5 dibanding betina) Betina : 0.6 – 2 km2 (Sumatera); 1-3 km2 (Kalimantan) usia 35-45 thn
Daerah sebaran habitat yang prima bagi orangutan : Dataran
rendah antara 100 dan 600 meter diatas permukaan laut Merupakan daerah alluvial pinggiran sungai ataupun rawa gambut
Tingkatan Status Sosial dari Individu Orangutan Jantan:
ditentukan tingkatan dominansi/kekuatan fisik
Betina: ditentukan tingkatan kedewasaan/kesiapan kawin
Perbedaan status sosial dan tingkat produktifitas hutan membentuk perbedaan status kependudukan bagi orangutan di suatu wilayah.
Tiga Status Kependudukan Penduduk
tetap, (satu jantan dominan dan beberapa betina dewasa + anak) Penduduk musiman/penglaju (beberapa jantan dewasa dan betina dewasa anak) Pengembara/mondar-mandir, (biasanya jantan pradewasa) Penduduk tetap: menguasai habitat prima Pendatang musiman: menempati habitat miskin di pinggiran habitatprima Pengembara: masih mencari-cari tempat menetap
Kepadatan Orangutan
Flood plain dan Peat swamp: 2-4/km2 (Kalimantan) Alluvial: 1-3/km2 (Kalimantan) Upland/hill: 0.1-1/km2 (Kalimantan)
Di Sumatra untuk tipe habitat yang serupa, kepadatannya dua kali lipat.
Perkiraan jumlah orangutan : Tahun
Kalimantan
(Reynolds, 1967) 1,000 (Basjarudin, 1971) 4,000 (MacKinnon, 1991) 61,000 (Sugardjito , 1993) 30,000 (kaw.konserv.) (PHVA, 2004) 60,000
Sumatra (1900) 85,000 (van Schaik,1997) 12,000 (PHVA,2004) 7,500
Mengapa di Kalimantan Lebih Rendah Kepadatannya?
Produktifitas makanan di hutan lebih rendah dari Sumatra, karena : Tanah
kurang subur
Ketersediaan
pohon buah yang produktif per satuan luas (km2) tidak pernah melimpah
Jarak
waktu antara musim buah sangat lama
Kendala Ekologis Orangutan Persediaan
pakan yang terbatas (ruang dan waktu)
Kebutuhan
pakan/energi yang banyak (jantan berat 60 kg, betina 40 kg)
Sebagai akibatnya: Mempunyai
daerah jelajah yang luas untuk mencari pakan
Berekelompok
hanya pada waktu persediaan pakan
melimpah Interval
kelahiran anak sangat panjang (reproduksi lambat), mulai melahirkan usia 13/14 thn, jarak melahirkan 9 tahun (Sumatera), 5-8 tahun (Kalimantan)
Jarak Kelahiran Orangutan Species/SubSpecies sites sites
Interval (th) (th)
Researchers
P. abelii
Suaq Balimbing >8.25
van Noordwijk & van Schaik 2004
P. abelii
Ketambe
9.2
Wich et al., 2004
P. p. wurmbii
T. Puting
7.7
Galdikas & Wood 1990
P. p. wurmbii
G. Palung
7
Knott 2002
P.p. morio
Kinabatangan
5-??
M. Ancrenaz (sering gangguan) gangguan)
P.p. morio
Sungai Wain
2 of 5 (min)
W. Smits
P.p. morio
Kutai
5-??
A. Suzuki
ORIENTASI KONSERVASI ORANGUTAN
Perlindungan populasi inti dan habitatnya.
Populasi-populasi yang kritis.
Perencanaan di tingkat lokal mendorong pembuatan tujuan dan strategi konservasi nasional
Memadukan konservasi habitat dengan tujuan pembangunan ke dalam model pengelolaan yang baru.
KRITERIA PENENTUAN PRIORITAS Kriteria Utama: Besar Kecilnya Populasi Risiko kepunahan meningkat seiring dengan menurunnya populasi. Populasi yang lebih besar lebih tahan terhadap bencana ekologis Kriteria Sekunder: Luas Habitat Penyangga dari konversi dan perusakan habitat hutan (edge effect). Keragaman Habitat Penyangga dari bencana spesifik ( seperti kebakaran hutan) Keunikan Biogeografi atau Habitat Memperkaya keragaman genetik Kriteria Tertier: Kepentingan Ilmu Pengetahuan Other Conservation Features
Unit Habitat Hutan yang Mendukung Populasi Orangutan Sumatra
Perkiraan Jumlah Orangutan Sumatra dan Luasan Area
Kawasan Prioritas Konservasi Orangutan Sumatra di habitat hutan Timur dan Barat Leuser, Rawa Tripa dan Aceh Tengah
Figure 3. East and West Leuser, Tripa Swamp and Middle Aceh Habitat Unit
Kawasan Prioritas Konservasi Orangutan Sumatra di habitat hutan Aceh Singkil dan Pakpak Barat
Figgure 4. Trumon, Singkil, Dairi and Pakpak Bharat Habitat Units
Kawasan Prioritas Konservasi Orangutan Sumatra di habitat hutan Taput, Tapteng dan Tapsel
Figure 5. West Batang Toru and East Sarulla Habitat Units
Ancaman bagi kehidupan orangutan
Pembalakan hutan Perburuan satwa. Alih fungsi habitat hutan
Ketahanan terhadap pembalakan
Orangutan Kalimantan lebih tahan terhadap kegiatan pembalakan hutan dari pada saudaranya di Sumatera. 75% orangutan Kalimantan terdapat di luar kawasan konservasi 75% orangutan sumatera berada di Kawasan Ecosytem Leuser
Pengaruh Pembalakan Habitat Hutan Mengurangi jumlah pohon pakan Merubah tingkah laku Menurunkan jumlah populasi Dari pembalakan 18 pohon/ha dapat berakibat: Jumlah pohon buah berkurang 47% Jumlah populasi berkurang 50%
Pengaruh Perburuan Orangutan
Karena lambatnya tingkat reproduksi, orangutan sumatra tidak dapat bertahan terhadap laju pengurangan sebesar 1% pertahun walaupun habitat tidak berkurang.
Untuk populasi yang ada sekarang ini berarti pengurangan antara 1 dan 2 individu orangutan pertahun
Kesimpulan
Orangutan termasuk jenis yang rentan terhadap perusakan habitat Merupakan jenis yang bereproduksi sangat lambat Merupakan jenis specialist pemakan buah Memerlukan lahan hutan dengan produktifitas buah yang tinggi Mempunyai daerah jelajah yang luas Merupakan jenis pengayom
TINDAK LANJUT?
Perlu memasukkan rencana aksi konservasi orangutan ke dalam rencana tata ruang wilayah pembangunan daerah (kabupaten dan provinsi) dimana konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan menjadi target utama. Perlu dibentuk forum konservasi orangutan yang dapat menggalang pendanaan dan langkah2 strategis yang dapat mendorong pelaksana pembangunan melestarikan habitat hutan. Perlu kerjasama dengan sektor swasta untuk melaksanakan assessment hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF) di konsesi hutan yang akan dikonversi untuk HTI,Sawit, dan Pertambangan Perlu pusat data informasi konservasi orangutan untuk keperluan monitoring dan evaluasi
TERIMA KASIH