P N E H U R A G K T IS E H R U K P D A T N B M N O T E U IG
EFFECT OF AGGREGATE CHARACTERISTICS TO THE COMPRESSIVE STRENGTH OF HIGH STRENGTH CONCRETE
Andi Ahdan Amir, Herman Parung, Rudy Djamaluddin
Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Andi Ahdan Amir Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085242933301 Email:
[email protected]
Abstrak: Kualitas beton mutu tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas agregat, kualitas agregat akan tergantung kondisi geologis, geografis, kondisi iklim dan proses dimana terbentuknya agregat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik agregat halus dan karakteristik agregat kasar dari tiga sumber yaitu Sungai Jeneberang, Sungai Lekopancing dan Sungai Pangkajene, serta pengaruhnya terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan; pengujian karakteristik agregat halus dan karakteristik agregat kasar, perancangan komposisi campuran beton dan pembuatan benda uji silinder beton, pengujian kuat tekan, serta analisis pengaruh karakteristik agregat terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik agregat halus dari Sungai Jeneberang secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan agregat halus dari Sungai Lekopancing maupun dari Sungai Pangkajene. Sementara karakteristik agregat kasar dari Sungai Lekopancing dominan lebih baik dari pada karakteristik agregat kasar dari Sungai Jeneberang maupun dari Sungai Pangkajene. Kuat tekan yang dihasilkan semakin tinggi sesuai karakteristik agregat halus maupun maupun karakteristik kasar yang digunakan. Hasil analisis regresi linier hubungan masing-masing karakteristik agregat halus dengan kuat tekan beton mutu tinggi menunjukkan kontribusi pengaruh signifikan, yakni; kadar organik = 99.6%, kadar air = 86.7%, berat jenis = 98.2%, berat isi = 98%, absorpsi 98.8% dan MHB = 90.3%. kecuali kadar lumpur yang hanya berpengaruh 7%. Demikian juga pengaruh karakteristik agregat kasar secara umum berpengaruh signifikan terhadap kuat tekan beton mutu tinggi, yakni keausan = 99.8%, kadar air = 99.8%, berat jenis = 99.2%, berat isi = 92.6%, dan absorpsi = 76.2% dapat kecuali kadar lumpur yang hanya 33.2%, dan MHB = 29.8%. Kata kunci: Karakteristik Agregat, Kuat Tekan, Beton Mutu Tinggi.
Abstract: The quality of high strength concrete ones influenced by the quality of aggregate, quality of aggregate will depending on the geology, geography, climatic conditions, and the process by which the aggregate formation. This study aimed to investigate the characteristics of fine aggregate and coarse aggregate characteristics of the three sourcesare Jeneberang River, Lekopancing and Pangkajene Rivers, and its influence on the compressive strength of high-strength concrete. The research was conducted by stages; testing characteristics of fine aggregate and coarse aggregate, concrete mix design composition and manufacturing cylindrical specimens of concrete, compressive strength testing, and analysis of the effect of aggregate characteristics on concrete compressive strength of high-strength concrete. The results showed that the fine aggregate characteristics of the Jeneberang river better overall than the fine aggregate from the Lekopancing river and from Pangkajene river. While coarse aggregate characteristics of dominant Lekopancing River better than coarse aggregate characteristics of the river and from the Pangkajene river and Jeneberang river. Compressive strength of the resulting higher according to characteristics of fine and coarse aggregates used. The results of the linear regression analysis of the correlation of aggregate characteristics to the compressive strength of fine aggregate shown that significantly influence contribution; organic content = 99.6%, water content = 86.7%, specific gravity = 98.2%, volume weight = 98%, absorption = 98.8% dan fine modulus = 90.3%. except mud impruit content only be effect 7%. Similarly the coarse aggregate of characteristics shown effect; wear = 99.8%, water content = 99.8%, specific gravity = 99.2%, volume weight = 92.6%, and absorption = 76.2%, except mud impruit content only 33.2%, dan fine modulus = 29.8%. Keywords: Aggregate Characteristics, Compressive Strength, High Strength Concrete.
2
PENDAHULUAN Salah satu solusi untuk kelemahan beton tersebut adalah dengan membuat beton mutu tinggi, beton pratekan atau keduanya (Nugraha dkk, 2007). Dengan beton mutu tinggi dimensi dari struktur dapat diperkecil dengan penghematan berat sendiri sampai dengan 20% terhadap gelagar beton standar (f’c 40 MPa) dan kemudahan transportasi dari komponen jembatan dengan panjang segmen 5-7 m mengurangi biaya transportasi suatu gelagar segmental, sebesar 50% terhadap gelagar monolitik dengan bentang identik, (Tristanto, 2005). Kualitas beton mutu tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas agregat, dimana kualitas (karakteristik) agregat akan berbeda tergantung kondisi geologis, geografis, kondisi iklim dan proses dimana terbentuknya agregat tersebut (Murdock et al, 1978). Dengan gradasi yang baik stabilitas beton segar akan meningkat, dan kekuatan beton pun juga akan meningkat, (Pateha dkk, 2003). Hal ini diperkuat oleh (Sugiri 2005), yang menyatakan bahwa berat jenis agregat akan meningkatkan berat jenis dan menurunkan absorpsi beton. Nilai porositas yang kecil akan membuat beton semakin padat sehingga kuat tekan yang dihasilkan akan menjadi besar (Prasetyo, 2010). Indonesia dengan kondisi geografi, geologi dan iklim tropis, dimana sebagian besar terkena jalur pegunungan merapi, pantai dan aliran sungai sangat kaya dengan jenis-jenis material batuanbatuan alam, (Mulyono, 2003). Dalam beberapa penelitian diantaranya oleh (Sulfianita, 2010) menyatakan bahwa karakteristik agregat lokal (Sungai Karajae) memenuhi spesifikasi beton normal. Demikian juga oleh (Arfianto, 2010), menunjukkan bahwa dengan agregat lokal Sungai Krasak Yogyakarta mampu mencapai kuat tekan 92,41 MPa, tarik 7,76 MPa dan modulus elastisitas sebesar 71.107 MPa. Beton mutu tinggi yang berorientasi pada kekuatan yang tinggi (High Strength Concrete) yang mempertimbangkan keawetan (durability) beton serta kemudahan pengerjaan beton (workability) dapat dicapai dengan penambahan admixture Superplasticizer dengan teknologi Self Compacting Concrete (SCC) (Tjaronge, 2004). Dengan teknologi SCC, beton memiliki keunggulan workability, durabilitas dan kekuatan awal yang tinggi (Sugiharto, 2006). Menurut (Papayianni et al, 2005) penambahan Superplasticizer berpengaruh pada peningkatan nilai slump dan workabilitas beton sgar serta kuat tekan. Selain itu penambahan superplasticizer sebanyak 1,4% akan mendapatkan kuat tekan optimum pada umur 28 hari (Fitria, dkk 2004) Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh karakteristik agregat terhadap kuat tekan beton mutu tinggi yang dihasilkan.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Bahan dan Struktur Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, selama dua bulan yang dimulai sejak April sampai dengan Juni 2012. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah agregat halus dan agregat kasar dengan bahan baku yang bersumber dari Sungai Jeneberang (Gowa), Sungai Lekopancing (Maros), Sungai Pangkajene (Pangkep), dengan pengambilan sampel secara acak yakni setiap satu lokasi sumber agregat diambil sampel minimal dari tiga titik. Sementara Semen yang digunakan adalah Portland Composite Cement (PCC) merek Tonasa, bahan tambah berupa Superplasticizer merek Sika Viscocrete Tipe 3115ID dan retarder merek Plastiment VZ. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, dengan melakukan serangkaian pengujian di laboratorium dan analisa. Agregat dari ketiga lokasi sumber selanjutnya diuji karakteristiknya yakni modulus halus butir, berat jenis, berat volume, kadar air, kadar lumpur dan lempung, dan kekerasan. Berdasarkan hasil uji karakteristik, dilakukan perancangan campuran beton (mix design) teknologi Self Compacting Concrete (SCC) dengan metode SK.SNI T-15-199003 yang dimuat pada pedoman “Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Mutu Tinggi” (Pd.T04-2004). Setiap sumber agregat halus maupun agregat kasar dibuat sembilan benda uji beton spesimen silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan target kuat tekan (f’c) 80 MPa. Selanjutnya sampel beton dilakukan perawatan dan pengujian tekan pada umur 7, 14 dan 28 hari dengan mengacu pada “Standard Test Method For Compressive Cylindrical Concrete Spesimens” (ASTM, 1993). Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis statistik regresi linier, dimana kuat tekan beton sebagai variabel terikat dan karakteristik agregat sebagai variabel bebas, dengan parameter yaitu nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2). Analisis Data Analisa hasil pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bebab maksimum yang mampu diterima oleh benda uji beton hingga mengalami runtuh. Rumus yang untuk perhitungan kuat tekan beton adalah: ′ =
P A
f’c adalah kuat tekan beton, P adalah beban maksimum, A adalah luas penampang benda uji. Analisis hubungan sebab-akibat karakteristik agregat dengan kuat tekan beton mutu tinggi menggunakan persamaan regresi linier sederhana dengan program microsoft excel. Persamaan regresi linier sederhana menurut (Sembiring, 1995) sebagai berikut; ý= a + bx
a adalah konstanta regresi, ý adalah peubah terikat estimasi, x adalah peubah bebas, b adalah koefisien regresi. HASIL Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik agregat halus (pasir) dari tiga sumber secara berurutan dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene yaitu; kadar lumpur 7.76%; 8.58; 4.76, kadar organik no. 1; no. 3; no. 2, kadar air 5.7%; 4.87; 5.00, berat isi 1.42; 1.40; 1.41 kg/liter, absorpsi 1.63%; 1.94; 1.87, berat jenis 2.43; 2.38; 2.39 dan MHB 3.06; 3.00; 3.02. Sementara karakteristik agregat kasar dari tiga sumber secara berurutan dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene yaitu; kadar lumpur 7.3%; 4.94; 5.26, keausan 36.15%; 32.18%; 36.48%, kadar air 3.14%; 9.48%; 4.47%, berat isi 1.6; 1.64; 1.60 kg/liter, absorpsi 3.69%; 3.56%; 3.878%, berat jenis 2.6; 2.71; 2.3955 dan MHB 6.87; 7.9; 7.8, dapat dilihat pada tabel 1. Kuat tekan yang diperoleh dari tiga variasi dengan agregat halus berbeda, pada umur 7, 14 dan 28 secara berurutan memperlihatkan bahwa pada sampel beton mutu tinggi dengan pasir Jeneberang Gowa – kerikil Maros (BMT G-M), rata-rata sudah mencapai kuat tekan 58.26 MPa, 66.72 MPa dan 71.53 MPa. Pada sampel beton mutu tinggi dengan pasir Maros – kerikil Maros (BMT M-M), rata-rata sudah mencapai kuat tekan 44.61 MPa, 49.80 MPa dan 51,73 Mpa. Sementara untuk sampel beton mutu tinggi dengan pasir Pangkajene Pangkep – kerikil Maros (BMT P-M), rata-rata mencapai 55.38 MPa, 61.34 MPa dan 62.69 MPa. Sementara kuat tekan yang
diperoleh dari tiga variasi dengan agregat kasar berbeda,
pada umur 7, 14 dan 28 secara berurutan ditunjukkan bahwa pada sampel beton mutu tinggi dengan pasir Jeneberang Gowa – kerikil Jeneberang Gowa (BMT G-G), rata-rata mencapai kuat tekan 47.69 MPa, 54.99 MPa dan 57.30 MPa. Pada sampel beton dengan pasir Jeneberang Gowa – kerikil Pangkajene Pangkep (BMT G-P), mencapai kuat tekan rata-rata 47.11 MPa, 54.99 MPa dan 56.72 MPa. Sedangkan pada sampel beton mutu tinggi dengan pasir Jeneberang Gowa – kerikil Maros (BMT G-M), rata-rata mencapai kuat tekan 58.26 MPa, 66,72 MPa dan 71.53 MPa, selengkapnya pada tabel 2. Dari analisis regresi linier hubungan masing-masing karakteristik agregat; hubungan kadar lumpur agregat dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene 7.76%; 8.58; 4.76, dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 71,53 MPa, 51,73 MPa dan 62,69 MPa, hanya berkorelasi rendah yaitu R = -0,264 dengan pengaruh 7%. Hubungan kadar organik no. 1; no. 3; no. 2, kadar air 5.7%; 4.87; 5.00, berat isi 1.42; 1.40; 1.41 kg/liter, absorpsi 1.63%; 1.94; 1.87, berat jenis 2.43; 2.38; 2.39 dan MHB 3.06; 3.00; 3.02 dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 71,53 MPa, 51,73 MPa dan 62,69 MPa, berkorelasi (R) sangat kuat yaitu -0,998, -0,932, 0,99, 0,990, -0,994 dan 0,950 dengan determinasi
(R2) yaitu; kadar lumpur = 0.07, kadar organik = 0.996, kadar air = 0,867, berat jenis = 0,982, berat isi = 0,98, absorpsi = 0,988 dan MHB dengan R2 =0,903. Hubungan karakteristik agregat kasar dari tiga sumber secara berurutan dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene yaitu; kadar lumpur 7.3%; 4.94; 5.26, keausan 36.15%; 32.18%; 36.48%, kadar air 3.14%; 9.48%; 4.47%, berat isi 1.6; 1.64; 1.60 kg/liter, absorpsi 3.69%; 3.56%; 3.878%, berat jenis 2.6; 2.71; 2.55 dan MHB 6.87; 7.9; 7.8, kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 57,30 MPa, 71,53 MPa dan 56,72 MPa, berkorelasi (R) sedang hingga sangat kuat yaitu 0,577, -0,999, 0,996, 0,962, -0,873, 0,999, dan 0,546 dengan determinasi R2 yakni; keausan = 0,998, kadar air = 0,992, berat jenis = 0,926, absorpsi = 0,762, berat isi = 0,998, kadar lumpur dan MHB dengan R2 hanya 0,332 dan 0,298, sebagaimana pada tabel 3 dan tabel 4. PEMBAHASAN Hasil analisis regresi linier hubungan masing-masing karakteristik agregat halus dengan kuat tekan terlihat dengan kontribusi pengaruh yakni; kadar organik = 99.6%, kadar air = 86.7%, berat jenis = 98.2%, berat isi = 98%, absorpsi 98.8% dan MHB = 90.3% menunjukkan bahwa dominan karakteristik agregat halus berpengaruh signifikan terhadap kuat tekan beton mutu tinggi, kecuali kadar lumpur yang hanya berpengaruh 7%. Demikian juga pengaruh karakteristik agregat kasar terhadap kuat tekan yakni keausan = 99.8%, kadar air = 99.8%, berat jenis = 99.2%, berat isi = 92.6%, dan absorpsi = 76.2% dapat dikatakan bahwa dominan karakteristik agregat kasar kecuali kadar lumpur yang hanya 33.2%, dan MHB = 29.8%, berpengaruh signifikan terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Hal tersebut dapat dilihat hubungan kadar lumpur agregat dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene 7.76%; 8.58; 4.76, dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 71,53 MPa, 51,73 MPa dan 62,69 MPa, hanya berkorelasi rendah yaitu R = -0,264 dengan pengaruh 7%. Hal ini disebabkan karena kadar lumpur yang lebih dari 5%, dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga tidak terlihat hubungan yang linier antara kadar lumpur kondisi lapangan dengan kuat tekannya. Sementara hubungan kadar organik no. 1; no. 3; no. 2, kadar air 5.7%; 4.87; 5.00, berat isi 1.42; 1.40; 1.41 kg/liter, absorpsi 1.63%; 1.94; 1.87, berat jenis 2.43; 2.38; 2.39 dan MHB 3.06; 3.00; 3.02 dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 71,53 MPa, 51,73 MPa dan 62,69 MPa, berkorelasi (R) sangat kuat yaitu -0,998, -0,932, 0,99, 0,990, -0,994 dan 0,950 dengan determinasi (R2) masing-masing 0.996, 0.867, 0.982, 0.98, 0.988 dan 0. 903. Hubungan karakteristik agregat kasar dari tiga sumber secara berurutan dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, dan Sungai Pangkajene yaitu; kadar lumpur 7.3%; 4.94; 5.26, keausan 36.15%; 32.18%; 36.48%, kadar air 3.14%; 9.48%; 4.47%, berat isi 1.6; 1.64; 1.60 kg/liter,
absorpsi 3.69%; 3.56%; 3.878%, berat jenis 2.6; 2.71; 2.55 dan MHB 6.87; 7.9; 7.8, kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 57,30 MPa, 71,53 MPa dan 56,72 MPa, berkorelasi (R) sedang hingga sangat kuat yaitu 0,577, -0,999, 0,996, 0,962, -0,873, 0,999, dan 0,546 dengan determinasi (R2) masing-masing yaitu; 0.332, 0.998, 0.992, 0.926, 0.762, 0.999, dan 0.298. Semakin rendah kadar organik pada pasir maka semakin tinggi kuat tekan yang diperoleh, hal ini karena organik pada campuran akan menganggu proses hidrasi semen dimana akan memperlambat proses pengikatan semen dengan agregat. Semakin tinggi kadar air, semakin rendah kuat tekan yang diperoleh, oleh karena kadar air meningkatkan FAS pada campuran, dimana FAS yang tinggi pada beton mutu tinggi akan mengakibatkan turunnya kuat tekan. Berat jenis, berat isi dan absorpsi terlihat linier dengan kuat tekan, hal ini terjadi karena semakin tinggi berat jenis, berat isi dan semakin rendah absorpsi menunjuukkan semakin solid dan kuat agregat tersebut. Dengan agregat yang kuat, beton yang merupakan fungsi dari bahan penyusun beton termasuk agregat juga akan semakin kuat. Sementara semakin tinggi MHB semakin tinggi juga kuat tekan yang dihasilkan, hal ini karena MHB yang tinggi menunjukkan bahwa butiran pasir semakin bervariasi, artinya memungkin butiran untuk saling mengisi, sehingga tidak terdapat rongga (pori) yang akan menurunkan kuat teka. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik agregat halus Sungai Jeneberang (gowa) dominan lebih baik dibandingkan dengan agregat halus dari Sungai Lekopancing (Maros) dan Sungai Pangkajene (Pangkep), sementara karakteristik agregat kasar agregat kasar dari Sungai Maros dominan lebih baik dibanding agregat kasar dari Sungai Jeneberang dan Sungai Pangkajene. Kuat tekan beton mutu tinggi yang mampu dicapai dari tiga sumber agregat kasar maupun agregat halus membuktikan bahwa dengan semakin baik kualitas agregat maka kuat tekan beton mutu tinggi yang akan dicapai juga akan semakin baik. Hasil analisis regresi linier hubungan karakteristik agregat dengan kuat tekan menunjukkan bahwa dominan karakteristik agregat halus dan karakteristik agregat kasar berpengaruh signifikan terhadap kuat tekan beton mutu tinggi yang dihasilkan. Untuk memaksimalkan kuat tekan yang dicapai selain kontrol kualitas bahan (agregat, semen dan bahan tambah), perlu ketelitian dan ketepatan pada komposisi dan proses pencampuran beton, perawatan beton dan pada saat pengujian tekan. Dalam rangka pengembangan teknologi beton yang ekonomis dan ramah lingkungan, maka teknologi beton mutu tinggi dengan memaksimalkan penggunaan agregat alam lokal layak menjadi pertimbangan.Untuk memperkaya referensi tentang karakteristik agregat beton mutu tinggi, maka diharapkan adanya penelitian yang serupa dengan lokasi sumber agregat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA ASTM, (1985 ). American Standart Test Material Vol. E, New York. ASTM. (1993). Standard Test Method For Compressive Cylindrical Concrete Spesimens, Philadelphia: Annual Book of ASTM Standard. Arfianto, Satyarno, I. Siswosukarto, S. (2010). Pembuatan Beton Mutu Tinggi dengan Kuat Tekan Sekitar 80 MPa Menggunakan Agregat Lokal Yogyakarta. Tesis.Yogyakarta: Program Magister Teknik Sipil UGM. Departemen Pemukiman dan PrasaranaWilayah.R.I. (2004). Pedoman Konstruksi dan Bangunan: Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi. Bandung: Pusat Litbang Pemukiman Badan Litbang Kimpraswil. Fitria dan Asna. (2003). Tinjauan Pemakaian Superplasticizer pada Beton Mutu Tinggi terhadap Kuat Desak dan Kadar Optimum, Tugas Akhir Jenjang S-1 FTSP UII, Yogyakarta. Mudock L.J. dan Brook, K.M. (1978). Bahan dan Praktek Beton. edisi5, Terjemahan oleh Stephanus, H. 1986. Jakarta : Erlangga. Mulyono T. (2004). Teknologi Beton, Andi Yogjakarta, Nugraha P. Antoni. (2007). Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta. Sembiring R. K. (1996). Analisis Regresi; edisi 2. ITB, Bandung. Sugiharto H. (2006). Penelitian Mengenai Peningkatan Kekuatan Awal Beton pada Self Compacting Concrete. Surabaya: Civil Engineering Dimension Universitas Kristen Petra. Sulfianita A. (2010) Pemanfaatan Sungai Karajae Kota Pare-Pare untuk Bahan Campuran Beton. Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.35. Sugiri (2005) Pemanfaatan Terak Nikel sebagai Agregat Halus dan Agregat Kasar Penelitian tidak diterbitkan. Malang :Lembaga Pene l i t ian Unive r s i tas Muhammadiyah Malang. Tristanto L. (2005). Gelagar Jembatan Beton Mutu Tinggi dengan System Pracetak Segmental. Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan. Tjaronge M.W., (2004), Study on the Strength of Self Compacting Concrete Containing Marmoreal Gravel as Coarse Aggregate, Proceeding of the First International Conference of Asian Concrete Federation. acf-016, Chiang Mai –Thailand. Pateha., M.K, Pertiwi,M. (2003). Pengaruh Gradasi Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton. Makassar: Jurnal Penelitian Enjiniring Universitas Negeri Makassar. Prasetyo L. (2010) Maximasi Kuat Tekan Jurnal Teknik Industri Vol. 11, No. 1 Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. (2012). Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah. Makassar. Papayianni I., Tsohos G., Oikonomou N., Mavria P. (2005), Influence of Superplasticzer Type and Mix Design Parameters on Performance of Them in Concrete Mixtures, Cement and Concrete Composites”, Volume 27, Issue 2, pp.217-222.
LAMPIRAN Tabel 1, Hasil pemeriksaan karakteristik agregat Hasil pengamatan Interval No. Karakteristik agregat Spesifikasi 1 2 3
Kadar lumpur -Kadar organik (p) / -Keausan (k) Kadar air
4
Berat volume
5 6
7
Maks 5 % < no. 3 2% - 5%
a. Kondisi lepas 1.4-1.9 kg/ltr b. Kondisi padat 1.4-1.9 kg/ltr Absorpsi Maks 2% Berat jenis A. Bj. Curah 1.6 - 3.3 B. Bj. Kering SSD 1.6 - 3.3 C. Bj. Semu 1.6 - 3.3 Modulus kehalusan 2.50-3.20
Sungai Jeneberang Ag. Halus Ag. Kasar (p) (k) 7,76% 7,30% No. 1 36,15% 5,70% 4,13%
Sungai Maros Sungai Pangkajene Ag. Halus Ag. Kasar Ag. Halus Ag. (p) (k) (p) Kasar (k) 8,58% 7,30% 4,76% 7,30% No. 3 No. 2 36,15% 36,15% 4,87% 4,13% 5,00% 4,13%
1,42 1,52 1,63%
1,6 1,65 3,69%
1,4 1,49 1,94%
1,6 1,65 3,69%
1,41 1,51 1,87%
1,6 1,65 3,69%
2,39 2,43 2,48 3,06
2,52 2,6 2,73 6,87
2,34 2,38 2,45 3
2,52 2,6 2,73 6,87
2,35 2,39 2,46 3,02
2,52 2,6 2,73 6,87
Tabel 2, Hasil pengujian slump dan kuat tekan No 1
Benda Uji BMT G-G
Slump Flow (cm) 58 58 58
Rata-rata 2
BMT G-P
55 55 55
Rata-rata 3
BMT G-M
56 56 56
Rata-rata 58 4
BMT M-M
58 58
Rata-rata 5
BMT P-M Rata-rata
56 56 56
7 Hari 47,3 48,46 47,3 47,69 47,3 47,88 46,15 47,11
Kuat Takan f'c (MPa) 14 Hari 28 Hari 56,53 57,69 55,38 56,53 53,07 57,69 54,99 57,3 54,8 56,53 54,8 56,53 55,38 57,11 54,99 56,72
58,84 57,69 58,26 58,26 45
68,07 66,34 65,76 66,72 49,61
61,72 69,22 83,64 71,53 51,92
43,84 45 44,61 57,11 56,53 52,49 55,38
50,76 49,03 49,8 61,15 62,30 60,57 61,34
51,34 51,92 51,73 63,45 62,30 62,30 62,69
Catatan: No urut 1,2 dan 3 adalahkuat tekan dari komposisi dengan agregat kasar berbeda, sementara No urut 3,4 dan 5 adalah kuat tekan dari komposisi dengan agregat halus berbeda
Tabel 3, Hubungan karakteristik agregat halus terhadap kuat tekan. Nama Sampel
K. Lumpur (%) x1
K. K. Air B. Jenis B. Isi Absorpsi MHB Rata-rata f'c Organik (%) (g/cm) (kg/ltr) (%) 28 Hari (MPa) x2 x3 x4 x5 x6 x7 y
BMT G-M 7,76 1 5,70 BMT M-M 8,58 3 4,87 BMT P-M 4,76 2 5,00 Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R²) R -0.264 -0,998 -0,932 R² 0.070 0,996 0,867
2,46 2,34 2,39
1,42 1,40 1,41
1,63 1,83 1,70
3,06 3,00 3,02
0,991 0,982
0,990 0,980
-0,994 0,988
0,950 0,903
71,53 51,73 62,69
Tabel 4, Hubungan Karakteristik Agregat Kasar dengan Kuat Tekan Nama Sampel
K. Lumpur Keausan (%) (%)
K. Air B. Jenis Absorpsi (%) (g/cm) (%)
x1 x2 x3 BMT G-G 7,30 36,15 4,13 BMT G-P 5,26 36,48 4,47 BMT G-M 4,94 32,18 9,80 Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R²) R -0,577 -0,999 0,996 R² 0,332 0,998 0,992
B. Isi
x4 2,60 2,55 2,71
x5 5,99 6,59 5,43
x6 1,60 1,60 1,64
MHB Rata-rata f'c 28 Hari (MPa) x7 y 6,87 57,30 7,80 56,72 7,90 71,53
0,962 0,926
-0,873 0,762
0,999 0,999
0,546 0,298