Efektivitas Penerapan Metode.... (Tika Yuliati&Nana Kariada Tri Martuti)
39
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN EFECTIVITIES IMPLEMENTATION FIELD TRIP METHOD TO INCREASE LEARNING OUTCOMES AND STUDENT AWARNESS OF ENVIRONMENTAL Tika Yuliati, Nana Kariada Tri Martuti Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang E-mail :
[email protected] Abstrak Salah satu cara untuk mengatasi perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan yaitu mengubah perilaku melalui jalur pendidikan dengan menerapkan metode Field Trip pada pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas penerapan metode Field Trip di Sungai Tayu dalam meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Penelitian ini menerapkan rancangan penelitian posttest-only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Tayu, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 2 (kelas kontrol) dan kelas X MIA 3 (kelas eksperimen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, yaitu memiliki rata-rata hasil belajar 81,79 dengan ketuntasan klasikal 97,43%. Tingkat efektivitas penerapan metode pembelajaran Field Trip dalam meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan menunjukkan skor kepedulian siswa sebesar 87,18% (sangat peduli), sedangkan ketuntasan aktivitas siswa secara klasikal sebesar 89,75% dengan kriteria cukup aktif, aktif dan sangat aktif. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan metode pembelajaran Field Trip pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah dengan rata-rata 93%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Field Trip pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Kata kunci: field trip, hasil belajar, kepedulian siswa terhadap lingkungan Abstract One way to overcome human behavior that does not care about the environment is changing behavior through education by implementing Field Trip method. This study aims to measure the effectiveness of the Field Trip method in Tayu River to improve student learning outcomes and concern for the environment. This study is True Experimental Design with posttest-only control design. This study applies posttest-only control design research.The population in this study are the students of class X science in SMAN 1 Tayu, while the sample in this study is a class X Science 2 (control group) and class X Science 3 (experimental class).The results shows that the experimental class student learning outcomes is better than the control class, which has an average of 81.79 with the learning outcomes classical completeness 97.43%. The level of effectiveness of Field Trip learning methods in raising the awareness of students about the environment shows the concern for students scores of 87,18% (very concerned), whereas in classical completeness student activity by 89.75% with criteria quite active, active, and very active. Students responded positively to the application of Field Trip learning methods on material changes in the environment and recycling waste by an average of 93%. Based on the results of the research and discussion, we can conclude that the Field Trip learning methods on material changes in the environment and waste recycling to be effective in improving student learning outcomes and concern for the environment.
40
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III, No. 1, Juni 2015
PENDAHULUAN Manusia selalu berupaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak lepas dengan perubahan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Barlia dalam Fatkur (2012) yang menyatakan bahwa setiap penambahan dan penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru, akan selalu diikuti oleh perubahan gejala alam. Munculnya masalah lingkungan diantaranya disebabkan karena ketidakmampuan masyarakat dalam mengembangkan sistem nilai sosial dan gaya hidup yang selaras dengan lingkungan (Khanafiyah & Yulianti 2013). Berdasarkan Oseph (2011) ketidakpedulian masyarakat di zaman sekarang ini yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam lingkungan dan secara tidak langsung juga menularkan sikap tidak peduli lingkungan terhadap generasi selanjutnya. Berkaitan dengan perilaku manusia terhadap kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang cenderung tidak peduli, maka mengubah perilaku merupakan prioritas utama dalam mengatasi krisi lingkungan, yaitu dengan melalui jalur pendidikan (Mulyana 2009). Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dengan metode yang lebih inovatif, interaktif, dan aplikatif. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan mendekatkan siswanya terhadap alam melalui proses pembelajaran yang melibatkan lingkungan alam dan sekitarnya (Fatkur 2012). Dengan mendekatkan siswa dengan lingkungan sekitarnya, diharapkan siswa juga lebih peduli dan peka terhadap perubahan gejala yang sesungguhnya juga dipengaruhi tangan manusia. Salah satu contoh tempat yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan mendekatkan siswa SMA Negeri 1 Tayu dengan lingkungan serta dapat melihat secara langsung dampak yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yaitu Sungai Tayu. Sungai Tayu
merupakan sungai yang terletak di Kecamatan Tayu yang melalui beberapa desa, meliputi Desa Tayu Wetan, Sambiroto, dan Keboromo. Sungai tersebut dibagian bantarannya terdapat Pasar Tayu dan pemukiman penduduk, selain itu sungai tersebut juga dilalui perahu motor para nelayan serta jalan raya. Adanya berbagai aktivitas manusia tersebut salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air dan udara. Di sekitar sungai dapat terlihat adanya tumpukan sampah dan limbah cair yang berasal dari rumah tangga dan Pasar Tayu yang dialirkan ke sungai. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sekitar sungai masih kurang peduli terhadap lingkungan. Selain dapat digunakan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat, Sungai Tayu juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Salah satunya yaitu sebagai sumber belajar pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Untuk mengajarkan materi tersebut diperlukan adanya penerapan metode pembelajaran yang mampu mendekatkan siswa dengan lingkungan. Salah satu cara untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah dengan menerapkan metode Field Trip. Metode Field Trip merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk terjun langsung ke suatu tempat yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil penelitian Dohn (2013) menunjukkan bahwa kunjungan lapangan dapat memberikan pengalaman yang efektif serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, metode Field Trip juga mampu menumbuhkan sikap-sikap yang positif pada siswa terutama pada materi tentang lingkungan. Menurut Saptono (2011) sikap peduli siswa dapat muncul pada saat siswa diajak untuk belajar sikap peduli dengan cara bertindak peduli. Dengan kata lain, mengajak siswa untuk terjun langsung ke lingkungan akan menumbuhkan sikap peduli siswa terhadap
Efektivitas Penerapan Metode.... (Tika Yuliati&Nana Kariada Tri Martuti)
lingkungan. Siswa akan memahami bahwa segala perilaku manusia yang bersifat merusak alam, akan berakibat buruk yang dirasakan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian, siswa akan memiliki sikap peduli dan sadar terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain itu menurut Yuliantri et al.(2007) menyatakan bahwa belajar lingkungan harus mengalami apa yang dipelajari, bukan mengetahuinya, dalam artian studi kasus dan studi lapangan harus diperbanyak. Sikap peduli lingkungan merupakan salah satu sikap dari 18 sikap yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter. Sikap peduli juga tercermin dalam standar lulusan domain sikap yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam kurikulum 2013. Sikap peduli lingkkungan tersebut tersurat dalam kompetensi inti sikap pada kelas X, salah satunya bertujuan untuk mengembangkan perilaku peduli dan ramah lingkungan (BSNP 2013). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada bulan Januari 2014 di SMA Negeri 1 Tayu, Kabupaten Pati menunjukkan bahwa nilai siswa pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah pada tahun ajaran 2012/2013 masih ada yang di bawah KKM, dengan rata-rata persentase siswa yang memiliki nilai >75 sebanyak 68,55% dan siswa masih kurang peduli dengan lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya kesadaran dalam membuang sampah, kesadaran dalam merawat tanaman, hanya sedikit siswa yang mengingatkan atau mengajak siswa lain untuk membuang sampah pada tempat sampah dan lain-lain. Selain itu pembelajaran pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah masih belum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Menurut Uno (2008) salah satu penyebab anak tidak terangsang untuk peduli lingkungan karena sumber pendidikan satu-satunya adalah teks. Pada penelitian ini penerapan metode Field Trip pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah
41
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menerapkan rancangan penelitian posttest-only control design. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tayu pada semester Genap Tahun Ajaran 2013/ 2014. Target/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Tayu, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 2 (kelas kontrol) dan X MIA 3 (kelas eksperimen) yang ditentukan dengan cara cluster random sampling. Prosedur Variabel bebas adalah penerapan metode Field Trip, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar dan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan serta variabel kontrol yaitu persamaan guru Biologi dan memiliki persamaan jam pertemuan 1x3 JP dalam sekali pertemuan dengan jam yang sama. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Field Trip, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model PBL kemudian kedua kelompok tersebut diberi tes akhir (posttest). Data kepedulian siswa terhadap lingkungan diperoleh melalui tiga penilaian yaitu penilaian dari observer, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Data aktivitas siswa (data pendukung) diperoleh berdasarkan penilaian observer terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Aktivitas siswa yang diamati meliputi oral activities, listening activities, mental activities, visual activities, dan emotional
42
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III, No. 1, Juni 2015
activities. Data tanggapan siswa diperoleh berdasarkan angket tanggapan siswa. Teknis Analisis Data Teknis analisis data menggunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki hasil belajar dalam aspek kognitif lebih baik dibandingkan kelas kontrol, yang ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memiliki ketuntasan klasikal sebesar 97,43% sementara kelas kontrol 95% dengan KKM ≥ 75 meskipun tidak berbeda jauh (Tabel 1). Hasil tersebut telah memenuhi indikator dalam penelitian ini yaitu 85% dari jumlah siswa telah memenuhi KKM (Mulyasa 2013). Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal Pada Pembelajaran Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Hasil Belajar (Nilai Akhir) Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Ketuntasan Klasikal (%)
Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 39 40 86 86 69 68 81,79
79,58
38 1 97,43%
38 2 95%
Tabel 2. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas
Asymp. Nilai Tabel Absolute Sig.(2Kolmogorov(D) tailled) Smirnov
Eksperimen 0,107
0,194
0,217
Kontrol
0,137
0,210
0,182
Ket. Data berdistribusi normal
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data nilai posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (α=0,05) diperoleh Asymp.Sig.(2-talled) secara berturut-turut sebesar 0,107 dan 0,182 > 0,05 serta nilai D pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
lebih kecil dari nilai tabel kolmogorov-smirnov, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal (Tabel 2). Nilai posttest tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas nilai posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa Fhitung untuk nilai posttest adalah 0,021 dengan probabilitas (Sig.) sebesar 0,884 > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki nilai posttest bersifat homogen (Tabel 3). Tabel 3. Uji Homogenitas Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kontrol
Rata-rata 82,21 81,20
α
Fhitung
Sig.
0,05
0,021
0,884
Data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.(2-talled)) sebesar 0,470 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol (Tabel 4). Tabel 4. Uji-t Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen Dengan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kontrol
Rata-rata 82,21 81,20
α
Sig.(2-talled)
0,05
0,470
Hasil belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tidak berbeda jauh yang ditunjukkan dengan nilai tertinggi yang sama, yaitu 86. Namun, hasil uji-t nilai posttest menunjukkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol serta rata-rata nilai akhir dan ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada kelas
Efektivitas Penerapan Metode.... (Tika Yuliati&Nana Kariada Tri Martuti)
eksperimen, siswa dapat mengamati objek yang dipelajari secara langsung sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya mengamati melalui gambar dalam LDS. Adanya kesempatan pengamatan dan pengalaman secara langsung yang diperoleh siswa kelas eksperimen inilah yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Kegiatan tersebut membuat siswa pada kelas eksperimen menjadi lebih baik dalam mendiskripsikan objek yang diamati dengan teliti dan benar sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Sudjana (2006) bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa berupa kesiapan belajar, perhatian, motivasi, minat, ketekunan, tingkat sosial ekonomi, psikis dan fisik siswa serta faktor dari luar berupa guru, suasana belajar, fasilitas, sumber belajar yang tersedia dan karakteristik sekolah. Pada penelitian ini yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dari faktor internal siswa berupa perhatian dan motivasi siswa serta faktor eksternal berupa guru, suasana belajar dan sumber belajar. Hal tersebut menyebabkan nilai akhir kelas eksperimen tidak terlalu berbeda jauh dengan kelas kontrol. Adanya faktor kondisi suasana belajar yang baru pada kelas eksperimen, membuat siswa merasa senang dan perhatiannya lebih terfokus pada hal-hal baru yang mereka jumpai di bantaran Sungai Tayu. Kondisi tersebut menyebabkan siswa kurang fokus dalam belajar maupun memperhatikan materi dan arahan dari guru. Hal ini berbeda dengan kelas kontrol yang siswanya lebih mudah untuk memfokuskan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan guru. Siswa pada kelas kontrol tidak terganggu dengan suasana lingkungan karena sudah terbiasa belajar di dalam kelas dan kondisinya lebih nyaman. Namun, jika dilihat dari segi motivasi siswa pada kelas eksperimen memiliki motivasi yang lebih untuk mempelajari hal baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dohn (2013) menunjukkan
43
bahwa kunjungan lapangan dapat memberikan pengalaman yang efektif serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Penerapan metode Field Trip membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran dengan model maupun metode yang lain. Pada penelitian ini dilakukan pembelajaran Field Trip sesuai dengan alokasi waktu yang sama dengan pembelajaran biasa dan dilakukan pada jam pelajaran sekolah. Lokasi Field Trip pada penelitian ini yaitu di Sungai Tayu, yang memiliki jarak ± 900 meter dari sekolah. Adanya jarak tersebut menyebabkan berkurangnya alokasi waktu untuk melakukan eksplorasi, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk meminimalisir berkurangnya waktu, diperlukan adanya kendaraan untuk menempuh jarak tersebut. Namun, dari sisi lain membutuhkan biaya lebih untuk transportasi. Selain itu, kemampuan fisik siswa juga berbeda-beda. Berhubungan dengan kelemahan yang terdapat pada pembelajaran Field Trip tersebut, maka kemampuan siswa dalam beradaptasi dan cara belajar juga memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan Amri (2012) yang menyatakan bahwa siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda dan siswa perlu beradaptasi terhadap model dan metode pembelajaran yang diterapkan, karena tidak semua menyukai setiap model maupun metode yang diterapkan tersebut. Dilihat dari segi lokasi, tempat yang digunakan untuk Field Trip berada dekat dengan jalan raya dan Pasar Tayu sehingga memiliki tingkat kebisingan yang sangat tinggi daripada situasi belajar di kelas. Hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Selain dari perbedaan metode maupun model yang diterapkan dan sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran, tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada soal evaluasi juga menentukan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini
44
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III, No. 1, Juni 2015
soal evaluasi yang digunakan memiliki tingkat kesukaran lebih banyak dengan kriteria sedang daripada kriteria sukar. Daya pembeda soal evaluasi yang digunakan hanya mencapai kriteria baik dan tidak ada butir soal dengan daya pembeda yang memiliki kriteria baik sekali. Hal ini memungkinkan hasil posttest siswa kurang dapat membedakan siswa dengan kemampuan rendah dan kemampuan tinggi. Tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan pada kelas eksperimen memilliki persentase siswa dengan kriteria sangat peduli lebih banyak jumlahnya daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol (Gambar 1). Pembelajaran pada kelas eksperimen, siswa diberikan pengalaman dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, siswa dapat melihat kondisi nyata bantaran Sungai Tayu serta dapat melihat fenomena di lingkungan sekitar Sungai Tayu dengan nyata. Pembelajaran dengan cara melihat langsung di lapangan mempermudah siswa dalam memahami materi, memberikan pengalaman yang lebih, serta dapat menggugah siswa untuk bertindak lebih peduli dengan lingkungan, baik lingkungan sosial maupun alam. Hal ini sesuai dengan Wibowo (2010) bahwa pembelajaran outdoor dengan melalui studi lapangan
dapat meningkatkan sikap kearah lingkungan yang lebih baik dan efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial. Pada kelas kontrol, tingkat kepedulian siswanya lebih rendah daripada kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena siswa hanya belajar dari yang dijelaskan oleh guru dan LDS yang sifatnya terbatas. Siswa tidak dapat melihat kenyataan langsung di lapangan. Uno (2008) menyatakan, salah satu penyebab anak tidak terangsang untuk peduli lingkungan karena sumber pendidikan satu-satunya adalah teks. Penerapan metode Field Trip pada pembelajaran dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sosial maupun alam karena peda saat melakukan pengamatan secara langsung, siswa dituntut untuk bekerjasama dalam waktu yang telah ditentukan serta dihadapkan dengan halhal tak terduga yang dapat terjadi di lapangan. Berdasarkan Wu (2011) terdapat tiga komponen pembentuk kepedulian (care) yaitu penghargaan terhadap orang lain, semangat kolaboratif dan mentalitas yang berkelimpahan. Berdasarkan hasil penilaian observer terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki persentase siswa lebih banyak dengan kriteria aktif dan sangat aktif daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki tingkat aktivitas lebih tinggi daripada kelas kontrol (Gambar 2).
Gambar 1. Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan
Efektivitas Penerapan Metode.... (Tika Yuliati&Nana Kariada Tri Martuti)
45
Gambar 2. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Selain dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan, penerapan metode Field Trip juga mampu meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya persentase siswa kelas eksperimen dengan kriteria aktif dan sangat aktif yang jumlahnya lebih banyak daripada kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Setyarso (2012) bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Field Trip dapat meningkatkan aktivitas siswa. Penerapan metode Field Trip dapat meningkatkan aktivitas siswa karena pada metode Field Trip siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan memberikan pengalaman secara langsung yang merupakan salah satu keunggulan dari metode tersebut. Sesuai dengan Amri (2012) yang menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat terwujud jika dalam pembelajaran siswa dituntut aktif ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Anggraito et al. (2006) aktivitas siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Akan tetapi, belum tentu siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi mencerminkan bahwa siswa tersebut memahami materi yang dibahas. Siswa menjadi banyak bertanya, menulis dan berinteraksi dengan siswa lainnya karena siswa tersebut belum atau tidak memahami materi. Hal ini menyebabkan siswa memiliki nilai yang tidak terlalu bagus
walaupun memiliki tingkat aktivitas belajar yang tinggi, sehingga meskipun aktivitas kelas eksperimen lebih tinggi namun tetap memiliki hasil belajar yang tidak terlalu jauh berbeda dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil rekapitulasi angket tanggapan siswa menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen memberikan respon positif terhadap penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Field Trip dengan rata-rata klasikal 93% dari 15 pernyataan dalam angket tersebut (Tabel 5). Adanya penerapan metode Field Trip membuat siswa merasa lebih mudah memahami materi, dapat menemukan permasalahan mengenai lingkungan beserta mencari solusinya, membuat siswa merasa lebih peduli dengan lingkungan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih banyak melakukan eksplorasi. Selain dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan (alam), penerapan metode Field Trip juga dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sosial. Adanya penerapan metode ini dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok yang ditunjukkan dengan persentase 97% siswa yang setuju. Peningkatan kerjasama dalam kelompok ini terjadi karena adanya kondisi tempat belajar yang berbeda dengan kondisi di kelas sehingga membutuhkan kerjasama yang lebih
46
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III, No. 1, Juni 2015
antar anggota kelompok. Adanya peningkatan kerjasama tersebut terjadi karena dalam melakukan kegiatan Field Trip, siswa dituntut untuk melakukan eksplorasi dengan waktu yang telah ditetapkan dan dengan kondisi tempat belajar yang tidak bisa ditebak situasinya karena sewaktu-waktu siswa bisa mendapat gangguan dari lingkungan dalam melakukan eksplorasi. Kondisi inilah yang membuat siswa mau tidak mau menjadi lebih toleran terhadap seluruh anggota kelompok, karena adanya pengorganisasian dan penekanan interaksi siswa pada pembelajaran sehingga kerjasama antar anggota menjadi meningkat. Hal
tersebut sesuai dengan Widiawati (2010) bahwa kerjasama antar anggota kelompok akan meningkat dan lebih efektif apabila pada saat pembelajaran terjadi pengorganisasian dan penekanan terhadap aktivitas dan interaksi siswa. Didukung pula dengan hasil penelitian Stanis (2012) yang menunjukkan bahwa dengan melakukan kunjungan lapangan selain dapat mempelajari tentang lingkungan juga dapat melatih toleransi, keterampilan interpersonal dan kemampuan adaptasi sosial, kemampuan untuk menangani berbagai kesulitan yang dihadapi dalam melakukan kunjungan lapangan.
Tabel 5. Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Metode Field Trip No Butir Angket Persentase 1. Pembelajaran Biologi dengan memanfaatkan Sungai Tayu sebagai sumber 77% belajar materi lingkungan sangat menarik. 2. Dengan melakukan pengamatan di bantaran Sungai Tayu membuat siswa 100% lebih mudah memahami materi tentang lingkungan. 3. Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa merasa senang. 92% 4. Dengan pembelajaran seperti ini siswa dapat menemukan pengetahuan 97% baru. 5. Dengan pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan kerjasama dalam 97% kelompok. 6. Dengan melakukan pengamatan di sungai Tayu, siswa dapat menemukan 100% permasalahan mengenai lingkungan dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. 7. Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa lebih termotivasi belajar 92% Biologi. 8. Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa merasa lebih peduli dengan 100% lingkungan. 9. Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa menjadi lebih mensyukuri 97% segala ciptaan Tuhan. 10. Dengan melakukan pembelajaran di luar kelas membuat siswa lebih dekat 95% dengan alam. 11. Mempelajari materi lingkungan harus terjun langsung kelingkungan. 67% 12. Dengan melaksanakan pembelajaran di luar kelas memberikan kesempa100% tan bagi siswa lebih banyak mengeksplor pengetahuannya sendiri. 13. Dengan adanya pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi lebih 97% aktif. 14. Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dalam mempe100% lajari materi lingkungan 15. Pembelajaran di luar kelas memberikan lebih banyak pengalaman kepada 97% siswa daripada pembelajaran di kelas. 93% Rata-rata
Efektivitas Penerapan Metode.... (Tika Yuliati&Nana Kariada Tri Martuti)
Pada hasil angket tersebut tanggapan siswa dengan persentase paling rendah terdapat pada butir angket 11 yaitu hanya 67%. Siswa merasa kurang setuju bahwa mempelajari materi lingkungan dengan pengamatan langsung ke lingkungan karena masih banyak cara dalam belajar tanpa harus kelelahan dan kepanasan berada di lapangan. Selain itu, siswa juga merasa bahwa pemanfaatan Sungai Tayu sebagai sumber belajar materi lingkungan masih belum begitu menarik karena melihat kondisi sungai yang di bantarannya terdapat banyak sampah, sehingga siswa merasa kurang nyaman dengan pemandangan dan bau yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Field Trip pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Saran Para guru dapat mengembangkan dan mengimplementasikan metode field trip pada materi biologi SMA lain yang relevan. DAFTAR PUSTAKA Amri MS. 2012. Penerapan group investigation dengan model make a match pada materi ekosistem di SMP N 1 Sulang Kabupaten Rembang. Skripsi. FMIPA-Universitas Negeri Semarang. Anggraito YU, A Nugroho & D Palupi. 2006. Peningkatan aktivitas siswa dalam kerja ilmiah melalui pembentukan kelompok kooperatif STAD dalam penilaian autentik. Jurnal penelitian pendidikan 1 (22) 37-43. Dohn NB. 2013. Upper secondary students’ situational interest: a case study of the
47
role of a zoo visit in a biology class. International Journal of Science Education 35 (16): 2732-2751. Fatkur TR. 2012. Peningkatan pembelajaran pelestarian alam melalui metode field trip siswa kelas 3 Sekolah Dasar Kaligayam 02 Kabupaten Tegal. Skripsi. FIP-Universitas Negeri Semarang. Khanafiyah S & D Yulianti. 2013. Model problem based instruction pada perkuliahan Fisika Lingkungan untuk mengembangkan sikap kepedulian lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 (2013): 35-42. Mulyana R. 2009. Penanaman etika lingkungan melalui sekolah perduli dan berbudaya lingkungan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED 6 (2): 175180. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oseph. 2011. Meningkatkan Sikap Bertanggungjawab Siswa Terhadap Lingkungan dengan Program Green School. Semarang. On line at http:// cephocepho.blogspot.com/2011/05/ meningkatkan-sikap-bertanggungjawab. html. [diakses tanggal 24 Juni 2014]. Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Esensi. Setyarso EF. 2012. Pengaruh sumber belajar otentik dalam (field trip) di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Stanis EV, EA Karpukhina & MG Makarova. 2012. Methodological Foundation of Educational Field Practices of Students and its Place in the Formation of Scientific Skills. Journal of International Scientific Publications: Educational Alternatives 10 (1): 220227.
48
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III, No. 1, Juni 2015
Sudjana. 2006. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Semarang: Sinar Baru. Uno
HB. 2008. Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia). Jakarta: Bumi Aksara.
Wibowo Y. 2010. Bentuk-bentuk Pembelajaran Outdoor. Semarang. On line at http://staf.uny.ac.id/bentukbentuk-pembelajaran-outdoor/html. [diakses tanggal 25 Desember 2014]. Widiowati N. 2010. Penerapan pembelajaran kooperatif model student teams achievement division untuk
meningkatkan kerjasama dan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Miftahul Huda Kec. Prigen Kab. Pasuruan. Skripsi. FIP-Universitas Negeri Malang. Wu K. 2011. Quality Implementation (QI). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yuliantri RD & Y Yusuf. 2007. Transformasi masyarakat melalui pendidikan lingkungan hidup (kajian perilaku masyarakat kampus dan kurikulum pendidikan lingkungan di perguruan tinggi Yogyakarta). Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta 2 (2): 3-4.