EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N 1 SEMARANG PADA MATERI POKOK KALOR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : FATCHUR ROCHMAN NIM : 063611008
TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Tanda Tangan
Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom. NIP. 19770622 200604 2 005 Pembimbing I
___________
___________
Drs. Wahyudi, M.Pd NIP. 19680314 1995 5 031 Pembimbing II
___________
___________
PENGESAHAN
Skripsi saudara : Fatchur Rochman NIM
: 063611008
Judul
: Efektifitas Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Ketrampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor.
Telah di munaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiah Insitut Agama Islam Negri Walisongo Semarang, dan dinyatakan Lulus dengan predikat Kumloude/Baik/Cukup, pada tanggal 15 Desember 2010.
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana sastra 1 tahun akademik 2010/2011.
Semarang, 19 Desember 2010
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Fakrur Rozi, M.Ag NIP. 19691220 199503 1 001
Wenti Dwi Yuniarti, S.Pd, M.Kom NIP. 19770622 200604 2 005
Penguji I
Penguji II
Andi Fadllan.M, Sc NIP. 198000915 200501 1 066
Saminanto, M.Sc NIP. 19720604 200312 1 002
MOTTO
’Îû $ygããö•sùur ×MÎ/$rO $ygè=ô¹r& Bpt7Íh‹sÛ ;ot•yft±x. Zpt6ÍhŠsÛ ZpyJÎ=x. WxsWtB ª!$# z>uŽŸÑ y#ø‹x. t•s? öNs9r& ÇËÍÈ Ïä!$yJ¡¡9$# Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. ingat. (Q.S Ibrahim [14]: 24)1.
1
Mohammad Yunus, Terjemahan Al-Qur’an,(Bandung: Pt Al Ma’arif.1994), hlm.238
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku: 1. Ayahanda dan ibunda tercinta ( Soekari Maskuri dan Kotidjah ), ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita, iringan doa restumu. Karena jasa dan kasih sayangmu aku akhirnya dapat menyelesaikan kuliah. Pengorbananmu sungguh luhur tiada tara. 2. Keluarga Besar Mbah H. Djailani dan Keluarga besar mbah H. Sanusi 3. Saudara Saudaraku(mas Munif, Mbak Likah, Mbak Hanik, Dek Alwi, Dek Fajar) do’a dan motivasi darimu semoga mengantarkan aku menuju gerbang kesuksesan. 4. Orang yang menjadi motivator dalam pembuatan skripsi ini (Inta, Hani’,Want, Mura, Arif, Najib). 5. Teman-temanku TF-06 senasib seperjuangan. 6. Seluruh kenshi-kensi dan Sinpe-Sinpe Dojo Miftahul Jannah IAIN WS yang telah mengajariku belajar menjadi Boshido. 7. Sahabat/i ku yang telah mengajariku arti hidup dan telah menjadi temen perjuanganku dikampus. 8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa saya sebutkan Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya sederhana ini untuk segala ketulusan kalian semua.
Penulis
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,6 Desember 2010 Deklarator,
Fatchur Ruchman NIM. 063611008
ABSTRAK Fatchur Rochman (NIM : 063611008). Efektifitas Sains dengan Pendekatan Ketrampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Progam Studi Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Pembelajaran Sains merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep sebagai dasar untuk memperjelas tentang materi-materi pokok yang ada dalam Ilmu Fisika. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum meliputi tiga aspek penting yang harus dimiliki siswa sebagai hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat menumbuhkan sikap ilmiah, untuk mengembangkan keterampilan mendasar sehingga konsep yang dipelajari mudah dipahami. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas hasil belajar ketiga aspek tersebut. Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan pre test dan pos test. Pemberian pre test dan pos test bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan model pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarand. model pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep tentang materi kalor melalui hasil kerja laboratorium. Dengan pembelajaran berbasis penemuan (discovery) ini yang tentunya akan bisa menuntun peserta didik memahami konsep konsep fisika dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan. Dengan pembelajaran model ini akan lebih memahami tentang materi yang disampaikan, bahkan peserta itu bisa menerapkan gejala-gejala alam yang berhubungan dengan kalor ataupun materi materi Sains lainya. Dalam penerapan pembelajaran ini peserta didik dapat melakukan percoban sesuai petunjuk dan cara yang disampaikan oleh pendidik melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disediakan pendidik. Dari hasil penelitian yang didapat pada pre test, bahwa nilai hasil belajar peseta didik adalah homogen dan berdistribusi normal setelah dilakukan post test didapatkan nilai rata rata kelas kontrol 55,69 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 65,63. dari hasil ini bisa dilihat bahwa ada perbedaan hasil belajar antar peserta didik yang diajarkan dengan model konvensional dan model pendekatan ketrampilan proses. Kesimpulan Berdasarkan dari perhitungan uji perbedaan rata rata diperoleh t hitung = 4.542 dan t tabel = t (4.542)(66) , dengan taraf signifikan, maka dikatakan rata rata post test kedua kelompok ada perbedaan karena t hitung > t tabel. Artinya hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Sehingga bisa diklatakan bahwa: ada efektifitas pada hasil belajar peserta didik saat diterapkan model pendekatan ketrampilan proses di MTs N 1 Semarang. Kata kunci: pembelajaran sains, pendekatan keterampilan proses, hasil belajar.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat, taufik, hidayah, inayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sang revisioner Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya di dalam kebaikan dan ketaqwaan. Banyak pihak yang telah memberikan berbagai dukungan dan bantuan dengan caranya masing-masing dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul, “Efektifitas Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Materi Pokok Kalor” dari permulaan sampai akhir. Oleh karena itu, dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu yang senantiasa menyertakan penulis dalam setiap munajatnya, kakak dan adik yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis. Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Abdul Wahid, M. Ag., Ketua Jurusan Tadris yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 3. Wenty Dwi Y. S.Pd., M.Kom walikelas Paket TF-06 4. Joko Budi P. M.Pd (pembimbing I) dan Drs. Wahyudi, M.Pd (pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan kepada saya hingga selesainya skripsi ini. 5. Drs. Amirudin Aziz.M.Pd., Keepala sdekolah MTs N 1 Semarang. 6. Nur Hidayah, S.Pd., Pengampu mata pelajaran IPA kelas VII MTs N 1 Karya ini dibuat sebaik-baiknya, tetapi di dalamnya masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap karya ini bermanfaat dan dicatat sebagai amal shalih. Amiin. Semarang, Desember 2010 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii PENGESAHAN PENGUJI................................................................……………… iii ABSTRAK .........................................................................................……………… iv DEKLARASI ..........................................................………………………………... v MOTTO............................................................................………………….………. vi PERSEMBAHAN....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... ix BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ...........................................................…….. 5 D. Penegasan Istilah ........................................................................... 5 E. Perumusan Masalah ....................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II :
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi teori .............................................................................. 10 1
Teori Belajar .......................................................................... 10
2
Pendekatan Pembelajaran…………………………………... 12
3
Pendekatan Ketrampilan Proses ……………………………. 13
B. Hasil Belajar ................................................................................. 17 1. Pengertian Hasil Belajar ……………………………………. 17 2. Beberapa Definisi Tentang Hasil Belajar …………………... 19 3. Faktor Faktor yang Mempengaruh Hasil Belajar…………… 20 a. Faktor Luar (Eksternal)………………….…………….
20
b. Faktor Dalam (Internal) …………………....................
21
4. Alat Alat untuk Mengukur Hasil Belajar ……...……............ 21 C. Tinjauan Materi Kalor .................................................................. 22
1. Kalor ……….……………………………………………… 22 2. Perubahan Wujud Akibat Kalor ….……………….……….. 23 3. Asas Black ………..………………………………………... 25 D. Penerapan Materi Kalor Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses …………………………………………………………... 25 E. Kajian Penelitian yang Relavan ................................................... 30 F. Pengajuan Hipotesis ..................................................................... 32 BAB III :
METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ......................................................................... 33 B. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………….. 33 C. Variabel Penelitian …………...………………………………… 33 1. Variabel Bebas ………...……………………………............ 33 2. Variabel Terikat ………...………………….………………. 34 D. Metode Penelitian ………………...……………………….…... 34 E. Populasi, Sempel, dan Tehnik Pengambilan Sempel ……...…… 35 F. Tehnik Pengambilan Data ………..…………………...……….. 36 1. Metode Test …………………….…………………………. 36 2. Metode Pengamatan ……………………….………………
37
3. Metode Dokumentasi ………………………………............ 37 G. Tehnik Analisis Data …………………………………..………. 37 1
Tehnik Analisis Data…….……………...………………….
37
2
Reabelitas Soal ……………………………..……………… 38
3
Tingkat Kesukaran Soal ……………………………………. 39
4
UJi Daya Pembeda Soal …………………………………...
40
H. Metode Analisis Data.................................................................... 41 1. Pengujian Tahap Awal ……………………………….…….. 41 a. Uji Normalitas Data Awal………………………...…..… 41 b. Uji Homogenitas……………………………….……….. 43 c. Uji Kesamaan Dua Rata Rata Data/Uji Beda…..……….. 44 2. Pengujian Tahap Akhir……………………...…….………... 45 a. Uji Normalitas Hasil Belajar ……………..………...…
45
BAB IV :
b. Uji Kesamaan Varian/Homogenitas ………..…………
46
c. Analisis Uji Hipotesis ………………………..………..
46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................... 47 1. Deskripsi Awal Pembelajaran ……………….….………….. 47 a. Pembelajaran pada Kelas Kontrol ……..……………….. 49 b. Pembelajaran pada Kelas Eksperimen …………………. 50 2. Analisis Uji Instrumen …………………………….……..... 51 a. Analisis Validitas …………………..……………..…… 51 b. Analisis Reabelitas ………………………………..…..
51
c. Analisis Tingkat Kesukaran ………..………..………… 51 d. Analisis Daya Beda ……………………………………. 52 3. Data Nilai Tes Awal (Pre Test) a. Kelas Kontrol ………………..………….….………….. 52 b. Kelas Eksperimen ……………………………………… 565 4. Data Nilai Tes Akhir (Post Test)
3
a. Kelas Kontrol …………………………………………... 54 b. Kelas Eksperimen ………..…………..….………….….. 54 B. Pengujian Hipotesis ………………………………….….……… 55 1. Analisis Tahap Awal ………………………….…...……….. 55 a. Uji Normalitas …………………………..……………… 55 b. Uji Homogenitas ……………………….………………. 56 c. Uji Kesamaan Dua Rata Rata ………………………….. 56 2. Analisis Tahap Akhir ………………...……………………. 57 a. Uji Normalitas …………………………………………. 57 b. Uji Homogenitas ………………………….……………. 58 c. Uji Kesamaan Rata rata (Pihak Kanan) ………………... 58 C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………….....….………. 58 D. Ketertbatasan Penelitian ……………………….………………. 61 1
Kemampuan Penulis …………………….....………………. 61
2
Keterbatasan Waktu …………………………………...…… 62
3 BAB V :
Keterbatasan Tempat …………………..………...…………. 62
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 636 B. Saran-Saran……........................................................................... 4 1. Bagi Peserta Didik …………………………………………. 64 2. Bagi Pendidik ……………………………………………… 64 3. Bagi Sekolah ……………………………………………....
64
C. Penutup…………………………………………………………. 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2. Soal Test Awal (Pre Test) Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Test Awal (Pre Test) Lampiran 4. Soal Test Akhir (Post Test) Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Test Akhir (Post Test) Lampiran 6. Kelompok
Peserta
Didik
Eksperimen Penerapan pendekatan
Ketrampilan Proses Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lampiran . Perhitungan Validitas, Reabelitas, Tngkat Kesukaran,dan Daya Pembeda Butir Soal Lampiran 9. Perhitungan Reabelitas Lampiran 10.Perhitungan Tingkat Kesukaran Lampiran 11.Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Lampiran 12.Daftar Nama Kelas Uji Coba Lampiran 13.Daftar Nama Kelas Kontrol Lampiran 14.Daftar Nama Kelas Eksperimen Lampiran 15.Uji Normalitas Test Awal (Pre Test) Kelas Kontrol Lampiran 16.Uji Normalitas Test Awal (Pre Test) Kelas Kelas Eksperimen Lampiran 17.Uji Homogenitas Nilai Awal (Pre Test) Lampiran 18.Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Kelas Eksperimen Lampiran 19.UJi Perbedaan Dua Rata-Rata Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Eksperimen Lampiran 20.Daftar Nilai Test Peserta Didik Lampiran 21.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen Lampiran 22.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol Lampiran 23.Uji Homogenitas Awal Nilai Post Test Peserta Didik Lampiran 24.Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test Antar Kelompok Kontrol Lampiran 25.dan Kelas Eksperimen Lampiran 26.UJi Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Antar Kelompok Kontrol dan Eksperimen Lampiran 27.Foto KBM
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2. Dengan belajar tersebut peserta didik melakukan kualitatif individu, sehingga tingkah lakunya berkembang selanjutnya akan bermanfaat bagi kehidupan kelak, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan3. Oleh karena itu belajar berlangsung dengan aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan, semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari proses belajar. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan peserta didik. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dalam membelajarkan peserta didiknya. Sehingga belajar merupakan proses perkembangan manusia untuk bertambah dan berubah. Peretumbuhan seorang dalam melakukan perubahan itulah yang membuat seorang bertambah secara ilmu serta bertambah dan berkembang pengetahuanya. Dan perkembangan itu semua tidak terlepas dari adanya proses belajar. Sehingga belajar inilah yang menjadikan seorang menjadi berkembang. Cara seorang untuk meningkatkan perubahan pada diri tidak akan terlepas dari pertumbuhan teknologi yang ada. Saat pertumbuhan ilmu inilah yang akan mempengaruhi pertumbuhan teknologi yang secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan ilmu berkembang secara alami.
2
Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2 3 Oemar Hamalik , Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 2003), hlm. 29
Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan Sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep Sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan Sains, kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dalam pendidikan saat ini, menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai pusat kurikulum, di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep Sains dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana4. Peran serta guru dalam pembelajaran sebagai pembimbing dan peserta didik menemukan sendiri konsep atau fakta yang akan dipelajarinya sehingga muncul sikap ilmiah peserta didik. Proses penemuan sendiri akan lebih bermanfaat bagi peserta didik sehingga pengetahuan yang dimiliki sulit untuk dilupakan. Pada realitanya permasalahan yang dihadapi peserta didik di MTs N 1 Semarang yaitu : 1. Pemahaman peserta didik MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran Sains (fisika) masih rendah. 2. Perhtian peserta didik MTs N 1 Semarang terhadap pelajaran Sains (fisika) yang disampaikan guru masih rendah.
4
Pusat Kurikulum, Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrash Tsanawiyah (MTs), 2005. Terdapat di http://www.puskur.net/inc/si/smp/PengetahuanAlam.pdf (12/8/2010)
3. Anggapan sulit peserta didik MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sains (fisika). 4. Banyak dari hasil belajar pelajaran Sains (fisika) peserta didik MTs N 1 Semarang tidak mencapai 60 yang belum tuntas (sesuai KKM). Hal ini yang mendorong bagi peneliti untuk mengubah cara penyampaian materi yang konvensional menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasis praktek pembelajaran ini dinamakan pendekatan ketrampilan proses. Sebuah model pembelajaran yang diharapkan bagi peneliti agar pesertas didik mampu memahami konsep materi Sains (fisika) terutama pada materi pokok kalor. Maka dengan model pembelajaran pendekatan ketrampiulan proses ini peneliti memberikan solusi dalam pembelajaran seperti: 1. Pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu anutan cara berpikir peserta didik agar peserta didik lebih bisa memehami tentang konsep Sains (fisika) dengan mengetahui cara penemuanya karena ketrampilan proses ini penerapannya berupa percobaan dilaboratorium. 2. Pendekatan kietrampilan proses salah satu media pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk bisa mengerti dan memahami tentang apa yang harus dikerjakan didalam pembelajaran, karena disini peserta didik di tunyut untuk mengetahui, membuktikan, bahkan menemukan konsep dalam materi-materi Sains (fisika). 3. Pendekatan ketrampilan proses ini akan menuntut peserta didik untuk memperhatikan arahan dari guru untuk dasar mereka melakukan percobaan. 4. ketika peserta didik mengerti tentang konsep-konsep Sains (fisika) seperti yang tertuang dalam pembelajaran ini pasti akan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik secara umum. Dalam pengelolaan pengajaran, peserta didik yang duduk dengan rapi dan diam juga tidak dapat dipastikan memperhatikan semua penjelasan guru bisa saja pandangan mata peserta didik terarah pada gerak sikap dan gaya mengajar. Bahkan kediaman peserta didik terkadang memang takut pada
Guru, takut di tunjuk, ditanya, dan apalagi kalau di suruh mengerjakan soal. Guru terkadang juga sadar bahwa pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap peserta didik. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan mengubah cara penyampaian materi, salah satunya dengan model pembelajaran ketrampilan proses. Sehingga hasil belajar peserta didik bisa tumbuh dan merasa senang dengan pelajaran Sains terutama fisika yang mereka anggap pelajaran yang sulit. Melihat problematika di atas seorang guru harus mempunyai suatu metode pengajaran yang bisa mengikat perhatian peserta didik dan membuat peserta didik menjadi senang dalam belajar fisika. Para ahli menganggap metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran5. Untuk mengatasi problematika tersebut
dengan menggunakan salah satu
model pembelajaran yaitu model pendekatan ketrampilan proses.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dideskripsikan diatas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pemahaman peserta didik MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran Sains (fisika) masih rendah. khususnya pada mata pelajaran Sains (fisika) mereka merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasarnya dan merasa jenuh dikarenakan model pembelajaran Sains (fisika) yang diterapkan guru mereka anggap membosankan. 2. Perhtian peserta didik MTs N 1 Semarang terhadap materi Sains (fisika) yang disampaikan guru masih rendah. Sehingga peserta didik merasa sudah cukup dengan mendengarkan pelajaran di dalam kelas yang diterangkan oleh guru yang membuat mereka mengabaikan penjelasa atas pelajaran yang disampaikan guru dan senang bermain.
5
Slameto , op.cit. , hlm. 184
3. Anggapan sulit peserta didik MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sains (fisika). Sehingga menimbulkan adanya rasa takut, sungkan, bahkan cagguh pada diri peserta saat menerima pelajaran Sains (fisika) karena merasa bingung dan mereka sudah menganggap bahwa pelajaran ini sulit. 4. Banyak dari hasil belajar peserta didik MTs N 1 Semarang yang belum tuntas (sesuai KKM). Kurang variatifnya metode/model pembelajaran yang dikembangkan oleh pendidik menyebabkan peserta didik kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Sains (fisika).
C. Pembatasan Masalah Berangkat dari permasalahan diatas, serta pertimbangan waktu dan biaya, maka penulis membatasi permasalahan ini sebagai berikut: 1. Sasaran penelitian terbatas pada peserta didik tingkat SMP/MTs. 2. Sasaran penelitian ditunjukkan kepada peserta didik kelas VII semester ganjil. 3. Sasaran penelitian terbatas pada materi pokok kalor. 4. Sasaran penelitian terbatas pada Tahun Pelajaran 2010/2011. 5. Sasaan penelitian tebatas pada pemahaman kognitif peseta didik.
D. Penegasan Istilah Dalam penegasan istilah ini, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memberikan interpretasi serta memudahkan dalam pemahaman maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam skripsi ini: 1. Efektivitas Efektivitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan6.
Jadi efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan tentang usaha atau tindakan, yaitu keberhasilan pemberian model pembelajaran Sains dengan pendekatan keterampilan proses
6
Hendro Dermawan,dkk, Kamus 2010), hlm 114
Ilmiah
Populer, (Surabaya: Bintang Cemerlang,
terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor sesuai dengan harapan dan tujuan yang diinginkan. 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelaja ran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas7. 3. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan Keterampilan Proses
adalah wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri pembelajar8. 4. Hasil Belajar Menurut Clifford T. Morgan yang dikutip Mustaqim dalam buku Ilmu Jiwa Pendidikan dijelaskan “learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience“ (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu)9. Belajar merupakan proses individu yang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan perubahan perilaku, maka hasil belajar ini bisa dikatan sebuah proses yang dilalui individu dalam mencapai hasil sebuah proses dari perilaku sebelumnya. sehingga definisi belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari pengalaman yang telah didapat. Sedangkan hasil belajar adalah pencapaian tingkat
7
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 1 8 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm. 157 9 Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Semarang: CV. Andalan kita, 2007), hlm. 37
keberhasilan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai kepandaian atau ilmu. 5. Sains Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang pokok bahasannya alam dengan segala isinya atau pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. dan obyektif serta dapat diteliti kebenarannya10. 6. Materi Pokok Kalor Materi kalor merupakan salah satu materi yang di pelajari di MTs N 1 Semarang semester I (ganjil), dalam meteri ini banyak peserta didik merasa kurang bisa menguasai karena memang menurut sebagian dari mereka merasa kesukaran. Dengan
setandar
kompetensi:
Memahami
wujud
zat
dan
perubahanya, dan kepetensi dasar: Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 7. Kelas VII B MTs N 1 Semarang Kelas VII B adalah salah satu kelas VII MTs N 1 Semarang yang terpilih sebagai sempel untuk diteliti dengan model pendekatan ketrampilan proses.
E. Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, maka dapat difokuskan penelitian ini diarahkan atau dibatasi pada hal-hal berikut: Apakah Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses Efektif terhadap Hasil Belajar di MTs N 1 Semarang Kelas VII pada Materi Pokok Kalor? 10
Tim Penyusun, Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains, (Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas, 2003), hlm. 1
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Guru 1) Memberi gambaran bagi guru bidang studi Saians (fisika) mengenai pembelajaran pendekatan ketrampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Memberikan dan memperkaya model pembelajaran Sains (fisika) yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 3) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. b. Bagi peserta didik 1) Membangkitkan kepercayaan diri dan memotivasi belajar Sains (fisika) yang terkesan sulit. 2) Membantu
peserta
didik
dalam
mengembangkan
dan
meningkatkan minat belajar Sains (fisika) untuk memperoleh hasil optimal
dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran pendekatan ketrampilan proses. 3) Memberikan pengalaman langsung pada peseta didik dalam menemukan konsep-konsep Sains (fisika), dan merangsang mereka aktif, kreatif serta menumbuhkan sikap positif mereka terhadap bidang studi Sains (fisika) yang terkesan sulit.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Teori Belajar Dalam kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses yakni keaktifan fisik, mental, intelektual, dan emosional dan serta keterpaduan komponen produk, yakni hasil belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor11. Secara lebih rinci kemampuan produk itu mencakup berbagai kemampuan yang membuat peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk bisa mencapai kemampuan yang diharapkan, kemampuan itu meliputi mengamati, mengitepretasikan, meramalkan, mengkaji,
menjeneralisasi,
menemukan,
mendiskusikan,
dan
mengkomunikasikan hasil penemuan yang telah ditemukan. Dalam penemuan diperlukan langkah-langkah atau metode dan hasilnya akan sulit terlupakan karena peserta didik mengalaminya sendiri. Sehingga jika peserta didik menemukan sendiri dari apa yang dikerjakan maka akan membuat suatu pengalaman dan pengalaman itulah yang nantinya akan menjadi hasil dari sebuah proses belajar. Dimana dalam sebuah penemuan peserta didik akan bisa lebih paham dengan konsepkonsep yang ada. Karena sebuah penemuan pada dasarnya juga bisa membuktikan kebenaran sebuah konsep bahkan bisa mendapatkan konsep-konsep yang baru. Sehingga perlu bagi peserta didik untuk menemukan sebuah konsep tersebut dengan sebuah kerja laboratorium. Pembelajaran dengan penemuan (inquiry)
merupakan
satu
komponen penting dalam melakukan pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi dan pembinaan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), peserta didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri 11
Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 138
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendorong peserta didik untuk
memiliki
pengalaman
dan
melakukan
percobaan
yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Cara belajar inquiry dan dicovery mendorong peserta didik untuk terlibat aktif terhadap konsep dan prinsip-prinsip sedangkan guru mendorong peserta didik agar memiliki pengalaman dan melaksanakan eksperimen yang memungkinkan peserta didik menemukan konsep untuk dirinya sendiri. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran12. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam pendekatan ketrampilan proses, peserta didik diajarkan memahami konsep melalui sebuah percobaan didalam laboratorium. Dengan demikian, belajar merupakan seperangkat taraf berpikir seseorang
yang
mengubah
sifat
stimulasi
lingkungan
melewati
pengolahan informasi sehingga timbul kapabilitas baru. Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi yang telah ada. Sehingga dalam belajar seorang akan merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Ketika seorang itu sudah melualui proses dalam kegiatan belajar untuk mencapai sebuah perubahan dalam diri maka perlu bagi seorang untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam perubahan dalam dirinya tersebut. Dalam menumbuhkan sikap ilmiah seorang, maka seorang akan mengalami sikap perubahan dalam dirinya, sehingga sikap
12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). hlm 10
itulah yang nantinya akan menumbuhkan perubahan dalam hidup dan dari itu pula seorang mengfahami perubahan sikap dalam dirinya. Kajian yang dilakukan seorang akan menumbuhkan tarafr berpikir seorang. Dimana pertumbuhan itulah seorang akan mengalami proses perubahan dalam tingkah laku, karena dari sini seorang mengalami perubahan untuk mencapai perubahan tingkah laku. Belajar bukan merupakan sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat tetapi lebih banyak pada proses. Belajar bukan hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah hasil saja tetapi, proses belajar merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan pengetahuan.
2. Pendekatan Pembelajaran Ada beberapa metode yang cenderung untuk mengaktifkan peserta didik antara lain ceramah yang disertai tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dan eksperimen13. Metode belajar akan lebih efektif jika disertai dengan pendekatan pembelajaran karena metode dan pendekatan pembelajaran memiliki peran yang penting dalam proses belajar mengajar. Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu, Pertama peserta didik dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru atau yang biasa disebut tutur dan kapur. Kedua, peserta didik sebagai subyek dan obyek belajar, peserta didik dituntut keaktifannya dalam proses belajar. Dalam menerapkan pendekatan yang biasa dan cocok untuk menunjang keaktifan peserta didik diantaranya adalah pendekatan konsep dan pendekatan proses. Dimana pendekatan ini peserta didik diajarkan untuk memahami konsep dari sebuah penemuan atau discovery, yang
13
Memes, W, Model Pembelajaran Fisika di SMP, ( Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (PGSM) IBRD, . 2000). hlm. 40
mana peserta didik akan lebih bisa memahami karena membuktikan konsep atau melakukan penemuan sendiri dari hasil ekperimennya. Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman manusia dengan beberapa peristiwa benda dan fakta. Konsep itu
adalah
hasil
berfikir
manusia
yang
merangkum
beberapa
pengalaman14. Konsep dalam fisika sangat penting untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsepkonsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru pada peserta didik tidak terbatas. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran IPA yang beranggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang dapat digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya15. Pemahaman konsep fisika tidak hanya hasilnya saja yang diutamakan tetapi proses mendapatkan konsep sangat penting untuk membangun pengetahuan peserta didik. Keterampilan dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep fisika. Keterampilan proses merupakan proses ilmiah sehingga sesuai untuk pelajaran sains khususnya fisika. Produk dari fisika berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum sehingga sangat penting untuk diterapkan.
3. Pendekatan Keterampilan Proses Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik. Guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong peserta didik belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan
14 15
Memes, W. Ibid, 40 Ibid, 40
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian. Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Peserta didik diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar yaitu : a. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepat sehingga tidak mungkin lagi seorang guru memberikan semua fakta dan konsep kepada peserta didik. b. Pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. c. Semua konsep yang telah ditemukan melalui penyelidikan ilmiah tidak bersifat mutlak sehingga masih terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. d. Adanya sikap dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan. Kegiatan belajar mengajar harus mengusahakan agar semua pengalaman dan pengetahuan
yang
diperoleh
peserta
didik
merupakan
hasil
pengalamannya sendiri. Peserta didik melalui kegiatan penyelidikan dan pengamatan peserta didik sendiri ataupun melalui praktik kerja laboratorium sehingga
diharapkan
mampu
melatih
keterampilan
peserta
didik
dalam
mengaplikasikan konsep fisika yang telah ada, sedangkan seorang guru hanyalah sebagai pembimbing dan motivator, serta fasilitator bagi peserta didik. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegiatan praktis yang mendorong anak melakukan kegiatan produktif seperti
mengamati,
merancang,
melaksanakan
percobaan,
mengklasifikasikan dan kegiatan praktis lainnya. Pengamatan teoritis yang akan disajikan lebih diarahkan pada pencarian informasi maupun diskusi, tanya jawab dan membaca buku sumber. Pendekatan mengembangkan
keterampilan
proses adalah
keterampilan-keterampilan
suatu
yang
cara untuk
menjadi
roda
penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Observasi Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indra secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
b. Mengklasifikasikan Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
menggolongkan
sesuatu
berdasarkan syarat-syarat tertentu. c. Menginterpretasikan atau menafsirkan data Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
d. Meramalkan (memprediksi) Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan. e. Membuat hipotesis Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru. f. Mengendalikan variabel Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel. g. Merencanakan penelitian / eksperimen Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
h. Menyusun kesimpulan sementara Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya. i. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah, misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain. j. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis16. Praktik pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, dan mahir dalam mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama peserta didik semakin dituntut bekerja keras agar praktik pendekatan ketrampilan proses berhasil efektif dan efisien.
B. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Sebelum membahas tentang hasil belajar perlu diketahui pengertian belajar itu sendiri. Banyak pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa manusia belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang akan berlangsung seumur hidupnya, karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, maka manusia mempunyai tanggungjawab sebagai khalifah Allah di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:
…. ( Zpxÿ‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×@Ïã%y` ’ÎoTÎ) Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 š••/u‘ tA$s% øŒÎ)ur
16
Conny, Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses , (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 16-19
Ingatlah
ketika
Tuhanmu
berfirman
kepada
para
malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…."17 Pengertian lain dari belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik18 Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”19. Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing )”20. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi dengan lingkungannya yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan, baik dalam tingkah laku, pemikiran, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah. Perubahan tingkah laku yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai dari proses belajar. Karena belajar adalah suatu proses, maka dari proses tersebut akan menghasilkan suatu hasil dan hasil dari proses belajar adalah berupa hasil belajar. 17
Mahmud Yunus, Terjemah Al-Qur an Al-Karim, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1994),
hlm. 6 18
Syaeful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rhineka Cipta, 2002), hlm. 141 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rhineka Cipta, 1995), hlm. 2 20 Oemar hamalik, Op.cit, hlm. 27 19
Istilah hasil belajar itu sama dengan prestasi belajar. Hasil belajar/prestasi belajar dapat diraih melalui proses belajar, belajar itu tidak hanya
mendengarkan dan memperhatikan pendidik yang sedang
memberikan pelajaran didalam kelas, atau peserta didik membaca buku, akan tetapi lebih luas dari kedua aktivitas diatas.
2. Beberapa Definisi Tentang Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana “Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”21.
Setiap
pengalaman
yang
dilakukan
seorang
akan
menumbuhkan sebuah hasil, Hasil perubahan sikap dan tingkah laku dalam hidup inilah yang merupakan sebuah proses dalam belajar yang merupakan hasil sebuah belajar untuk mencapai perubahan tingkah laku. Dari perubahan yang dialami seorang ini maka akan menumbuhkan sikap ilmiah seorang dalam mencapai perilaku hidupnya. Dalam pencapaian hasil belajar ini seorang akan mengalami perubahan tingkah laku dalam hidupnya. Perubahan yang dialami ini tidak akan terlepas dari sebuah proses yang dilakukan seseorang Jadi,
secara
sederhana
hasil
belajar
adalah
penguasaan
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran yang ditunjukkan dengan tes atau nilai yang diberikan oleh guru dan kemampuan perubahan sikap/tingkah laku yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Faktor Luar (Eksternal) Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar dari peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya yaitu : 21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006),Cet 11, hlm. 22
1) Faktor Lingkungan Faktor
lingkungan
dapat
dikelompokkan
menjadi
dua
kelompok, yaitu sebagai berikut: (a) Lingkungan Alami Lingkungan alam seperti keadaan suhu, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. (b) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun yang berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Kadang terdapat pengaruh kurang menguntungkan dari lingkungan pabrik dan hiruk pikuk lalu lintas22. 2) Faktor Instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental antara lain yaitu : kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru23.
b. Faktor Dalam (Internal) Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya, yaitu: 1) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indera. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Pada kondisi fisiologis umum, misalnya orang yang dapat keadaan segar jasmaninya dan berlainan belajarnya dari orang yang dalam 22 23
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 142-145 Ibid, hlm. 146
keadaan kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi, kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan tidak mudah menerima pelajaran. Sedangkan pada kondisi panca indera yang paling berperan terutama adalah penglihatan dan pendengaran. 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan
intensitas
belajar
seorang
anak
dan
yang
mempengaruhi proses hasil belajar peserta didik. Faktor-faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan berfikir.24
4. Alat-Alat untuk Mengukur Hasil Belajar Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah satu mata rantai yang menyatu terjalin didalam proses pembelajaran peserta didik. bahwa cara melancarkan tes inilah yang paling banyak dilakukan oleh para pendidik dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya. Dengan demikian peranan tes sebagai salah satu alat/teknik penilaian pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar sangat penting25.
Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar peserta didik yang selanjutnya diperlukan bagi penentuan lulus tidaknya seseorang peserta didik maka penilaian itu disebut penilaian sumatif26.
24
Ibid, hlm 155-156 Ibid, hlm. 2 26 Ibid, hlm. 11-12. 25
Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, ada juga tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif dan uraian, dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk tindakan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi, kuisioner, wawancara, skala sosiometri dan studi kasus27.
C. Tinjauan Materi Kalor 1. Kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur28. Sehingga kalor sendiri bisa dikatakan energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Akibatnya suhu benda yang kehilangan kalor akan turun dan suhu benda yang mendapatkan kalor akan naik. Dan suatu benda kemungkinan akan mengalami perubahan suhu dan perubahan wujud zat. Dari yang dilakukan Jammes Prescount Joule secara teliti berulang-ulang inilah yang yang menemukan kalor merupakan bentuk energi sehingga hubungan antara satuan kalori dengan Joule sebagai berikut29: 1 kalori = 4,18 joule 1 joule = 0,24 kalori Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
27
Nana Sudjana, Op.cit, hlm. 5 John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., (Bandung: Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723. 29 Ibid, hlm. 724 28
Suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat itu. Jumlah energi panas Q juga bergantung pada sifat alami bahan; misalnya untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1 C diperlukan 4190 J, tapi hanya 910 J untuk menaikkan 1 kg aluminium. Dengan menyatukan seluruh hubungan tersebut diperoleh30: Q=mc T dimana
Q = jumlah energi panas (Joule) m = massa zat (kg) c
= kalor jenis zat (J/kg C)
T = perubahan suhu ( C) Kalor yang diberikan pada suatu zat dapat mengubah wujud zat. Zat yang berwujud padat dapat berubah menjadi cair. Jika kalor yang diberikan ditambah, maka zat yang berwujud cair dapat berubah menjadi gas. hal tersebut bisa dilihat seperti pada gambar 1.1. 2. Perubahan Wujud Akibat Kalor Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu: 1) Membeku
3) Menyublim
5)
4) Mengkristal
6) Menguap
Mengembun 2) Mencair
Gambar .1.1 Dalam keadaan bebas ternyata tidak semua benda dapat mengalami ketiga tingkat wujud tersebut. Misalnya sesuatu balok kayu dipanaskan, ternyata balok tidak mencair seperti es dipanaskan. Begitu pula dengan
30
Paul A.Tipler, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh Lea Prasetyo, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), Cet. 9, hlm. 599.
kapur barus, dalam keadaan bebas selalu berubah menjadi gas yang dinamakan menyublim. Bahkan, sebutir telur akan mengeras apabila dipanaskan (direbus). Dari contoh di atas ternyata ada kalor yang tidak dipergunakan untuk menaikkan suhunya melainkan digunakan untuk mengubah wujudnya. Selama proses perubahan wujud, kalor yang diterima tidak digunakan untuk menaikkan suhunya tetapi untuk mengubah wujud benda, kalor yang demikian dinamakan kalor laten (tersembunyi). Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan menjadi sebagai berikut31: L=
Q atau Q = m.L m
Keterangan Q = kalor (joule atau kalori) m = masa (kg atau gr) L = kalor laten (J/kg atau kal/gram) 3. Asas Black Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur yang lebih rendah. Jika sistem terisolasi seluruhnya, tidak ada energi yang mengalir ke dalam atau ke luar. Jadi, kekekalan energi memainkan peranan penting. Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain. Jadi asas Black berbunyi sebagai berikut: kalor yang dilepas akan sama dengan kalor yang diterima 32. Bila dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
31
Hugh D. Young, et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan oleh Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 470 32 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 494.
Qk = Qm Keterangan Qk : jumlah kalor yang keluar / dilepas Qm : jumlah kalor yang masuk / diterima
D. Penerapan Materi dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Pendekatan ketrampilan proses yang dilakukan dalam penerapanya dalam materi kalor ini yaitu dengan sebuah kerja laboratorium (discovery). model pembelajaran yang menitik beratkan pada peserta didik untuk mengetahui konsep konsep tentang materi kalor melalui hasil kerja laboratorium. Dengan pembelajaran berbasis penemuan (discovery) ini yang tentunya akan bisa menuntun peserta didik memahami konsep konsep fisika dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan. Pembelajaran yang dilakukan yaitu berupa pembelajaran dengan melakukan percobaan untuk membuktika teori kalor yang ada dan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep Sains (fisika). Sehingga peserta didik diharapkan bisa memahami konsep Sains pada materi pokok kalor karena peserta didik menemukan ataupun membuktikan konsep yang telah ada. Sains (fisika) erat kaitannya dengan kegiatan laboratorium. Konsepkonsep fisika yang sangat erat kaitannya dengan energi dan alam serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari perlu diuji kebenarannya melalui kegiatan laboratorium. Dalam proses pengajaran Sains (fisika) perlu adanya kegiatan-kegiatan laboratorium yang di dalamnya tidak lepas dari kelengkapan alat-alat percobaan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kegiatan laboratorium peserta didik akan melaksanakan proses belajar yang aktif, penyerapan pada materi pelajaran akan lebih tinggi. Pembelajaran dengan kegiatan laboratorium sesuai dengan teori belajar konstruktivisme. Dalam kegiatan laboratorium peserta didik dapat membangun. pengetahuan atau pemahaman konsep sesuai data dan fakta yang diperoleh melalui kegiatan percobaan. Kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pendidikan Sains (fisika), karena dapat memberikan cara berfikir ilmiah peserta didik. Peserta didik dilatih untuk membaca data secara objektif dan dari data yang diperoleh yang berupa fakta-fakta maka dapat diambil suatu kesimpulan. Kegiatan laboratorium memungkinkan peserta didik untuk dapat menumbuhkan berfikir ilmiah. Melalui percobaan-percobaan dalam kegiatan laboratorium peserta didik akan melaksanakan proses belajar aktif memperoleh pengalaman langsung sehingga peserta didik dapat mengembangkan berbagai keterampilan psikomotorik yang sebenarmya sudah ada dalam diri peserta didik tersebut.
Sesuai prinsip pendekatan ketrampilan proses maka diterapkan langkah-langkah dalam ketrampilan proses ini dengan indikator sebagai berikut:
Langkah-langkah Pendekatan
Indikator yang Ingin Dicapai
Ketrampilan Proses Melakukan pengamatan (observasi)
Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Mengelompokkan
•
Mengidentifikasi ciri-ciri suatu jenis benda.
•
Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau materi dalam Sains (fisika)
•
Membaca alat ukur.
•
Mengidentifikasi
berdasarkan
hasil
pengamatan dalam percobaan. •
Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis dari sebuah pengamatan.
•
Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri,
(klasifikasi)
Meramalkan
fakta-fakta
membandingkan,
dan
mencari
dasar
penggolongan suatu zat ataupun benda. •
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang
(prediksi)
ada. •
Mengutarakan suatu gagasan berdasarkan percobaan yang dilakukan.
Berkomunikasi
•
Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian dalam pengamatan.
Berhipotesis
•
Memberikan gambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui percobaan.
•
Merencanakan
Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau perubah yang terlibat dalam suatu percobaan.
percobaan/penyelidi
•
kan
Menentukan apa yang diamati, di ukur/ditulis, serta menentukan
cara
dan
langkah
kerja
dalam
percobaan. •
Menggunakan subkonsep materi pokok kalor dalam
Menerapkan
situasi baru, dan menggunakan subkonsep pada
subkonsep/prinsip
pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang telah dilakukan dalam percobaan.
Dan dalam menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran
ini
peneliti
menggambarkan
kerangka
berpikir
dalam
pembelajaran sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan makna yang terkandung dalam pendekatan ketrampilan proses yang akan di terapkan dalam pembelajaran. 2. Peserta didik dibagi atas enam kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 peserta didik). 3. Setiap peserta didik diberi panduan praktek yang sudah guru siapkan sebagai bekal untuk merlakukan percobaan. 4. Guru menyiapkan delapan meja yang sudah disiapkan alat dan bahan untuk percobaan, meja disediakan menyesuaikan banyaknya percobaan yang ada pada buku panduan percobaan yang disediakan guru. 5. Pada setiap kelompok pertama mendapat satu percobaan yang telah ditentukan oleh guru dan peserta didik sebelumnya. 6. Dalam melaksanakan praktek setiap kelompok harus menyelesaikan percobaan sampai menjawab pertanyaan yang ada pada tiap percobaan. 7. Setelah menyelesaikan percobaan yang telah ditentukan,setiap kelompok boleh berpindah kemeja peragaan yang kosong sesuai dengan panduan praktek yang ada, untuk melakukan percobaan yang lain. 8. Gambar siklus percobaan sesuai pendekatan ketrampilan proses yang di terapkan
MEJA PERAGA
1
5
2
6
3
7
4
8
Keterangan: Ø Meja 1 Siswa dapat mengetahui hubungan antara kalor dan suhu. Ø Meja 2 Siswa dapat mengetahui hubungan antar kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu benda yang massanya berbeda. Ø Meja 3 Siswa mampu mengetahui hubungan antara kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda yang jenisnya berbeda. Ø Meja 4 Siswa dapat mempelajari hantaran kalor secara konduksi. Ø Meja 5 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam. Ø Meja 6 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor dengan penghantar air. Ø Meja 7 Siswa dapat mengetahui perubahan wujud mencair, dan membeku.
Ø Meja 8 Siswa dapat mengetahui perpindahan kalor dan benda yang dapat melepas dan menerima kalor. Dengan langkah, indikator, dan gambaran ini diharapkan bagi peserta didik benar-benar bisa memahami konsep Sains (fisika ) terutama pada materi pokok kalor. E. Kajian Penelitian yang Relevan Kajian Penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan33. Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang baik dalam bentuknya skripsi buku dan dalam bentuk lainnya. Maka peneliti akan memaparkan karya- karya yang relevan dengan penelitian ini. 1. Hasil penelitian yang dilakukan Subagyo, Yusup (2007) Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang . Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan sikap pada pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses. Pada aspek pemahaman konsep untuk pre test diperoleh hasil rata-rata sebesar 51% dan untuk post test dipeoleh hasil rata-rata sebesar 61,73%. Pada percobaan I diperoleh hasil rata-rata sebesar 54% dan percobaan II sebesar 76%. Peningkatan yang terjadi sebesar 0,478 meningkat pada percobaan II secara rata-rata menjadi 47%.
2. Hasil
penelitian
yang dilakukan
Setyaningsih (2006) Penerapan
Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Peserta didik Kelas XI Semester II
33
Sujai, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, ( Semarang Tarbiyah Press, 2007), Cet. 3, hlm. 41
SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 (Studi Kasus Penelitian Tindakan Kelas). Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. sebagai pengukuran hasil belajar kognitif dapat diketahui bahwa secara klasikal yang mendapat kriteria belum tuntas 36,11 % dan tuntas 63,8 % dengan nilai rata-rata 64,91. nilai rata-rata hasil belajar afektif peserta didik adalah 78,11 %. Sedangkan observasi pada siklus I diperoleh hasil partisipasi keaktifan peserta didik dalam praktikum sebagai hasil belajar aspek psikomotorik peserta didik secara klasikal yang mendapat kriteria tuntas adalah 63,89 % dengan nilai rata-rata 70. Berdasarkan Siklus II hasil belajar peserta didik sebagai pengukuran hasil belajar kognitif dapat diketahui bahwa secara klasikal yang mendapat kriteria belum tuntas 25 % dan tuntas 75 % dengan nilai rata-rata 66,93. Nilai rata-rata hasil belajar afektif peserta didik adalah 79,22. Sedangkan hasil observasi pada siklus II diperoleh nilai ratarata hasil belajar psikomotorik peserta didik yaitu 70,67 dengan ketuntasan klasikal 77,78 %.
F. Pengajuan Hipotesis Hipotesa berasal dari kata ”hypo” yang berarti dibawah dan ”thesa” yang berarti kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai akhir terbukti melalui data yang terkumpul34. Dalam hal ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses Efektif terhdap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N 1 Semarang.
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi Keenam, cet 13, hlm. 96
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di MTs N 1 Semarang kelas VII pada materi pokok kalor.
2
Untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran Sains dengan pendekatan
keterampilan proses di MTs N 1 Semarang kelas VII terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok kalor.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data tentang efektivitas pembelajaran sains dengan pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor, maka penelitian ini dilakukan: Waktu penelitian : Pada tanggal 18 Oktober 2010 s.d 13 November 2010 Tempat penelitian : MTs N 1 Semarang Alamat
: Jl. Fatmawati Raya Kel. Sendang Mulyo Kec. Tembalang Kota Semarang Kode Pos 50272
C. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian35. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) 1
Variabel bebas yaitu variabel yang memberikan pengaruh. Variabel bebas berupa pembelajaran pendekatan ketrampilan proses, dengan indikator: a. Saling ketergantungan positif antar kelompok. b. Tanggung jawab individu. c. Tatap muka (kerjasama yang baik antar kelompok). d. Komunikasi antar anggota kelompok. 35
Suharsimi Arikunto, Ibid, hlm. 118
e. Evaluasi proses kelompok. 2
Variabel terikat yaitu variabel yang memberikan pengaruh variabel terikat berupa hasil belajar, dengan indikator: a. Menumbuhkan sikap dan perilaku ilmiah menumbuhkan imajinasi peserta didik pada pelajaran (Sains) fisika. b. Melatih daya pikir kreatif peserta didik untuk memahami konsep (Sains) fisika. c. Mempengarusi tingkah laku dalam pemahaman pelajaran (Sains) fisik.
D. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dalam prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran36. Jadi, metode penelitian adalah cara seseorang untuk mendapatkan fakta atau kebenaran yang sabar, hati-hati dan sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebabakibat, dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cluster random samping. Adapun desain penelitian eksperimen pada kedua kelompok dapat digambarkan sebagai berikut: Kelompok
Pre Test
Treatment
Pos Test
Kelompok eksperimen
T1
X
T2
Kelompok kontrol
T1
-
T2
36
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. VIII, hlm. 24
Keterangan: Kelompok eksperimen: Kelompok sampel yang mendapatkan pengajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran
pendekatan ketrampilan proses. Kelompok kontrol
: Kelompok sampel yang tidak mendapatkan pengajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran pendekatan ketrampilan proses. X
: Perlakuan
pengajaran
dengan
menggunakan
model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses. T1
: Pre Test
T2
: Setelah diberi perlakuan (Pos Test)
E. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti37 . Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa kelas VII MTs N 1 Semarang, terdapat 7 kelas dan 1 kelas unggulan yang semuanya berjumlah 280 siswa dengan perincian sebagai berikut : Kelas VII A sebanyak 32 siswa (Kelas Unggulan) Kelas VII B sebanyak 32 siswa Kelas VII C sebanyak 36 siswa Kelas VII D sebanyak 36 siswa Kelas VII E sebanyak 36 siswa Kelas VII F sebanyak 36 siswa Kelas VII G sebanyak 36 siswa Kelas VII H sebanyak 36 siswa Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan semua obyek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih 37
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), hlm. 6.
sebagai sampel38. Sampelnya adalah satu kelas dan yang terpilih sebagai sampel adalah kelas VII B sebanyak 32 siswa. Mengenai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan banyak sedikitnya subyek yang diteliti Suharsimi Arikunto berpendapat yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Selanjutnya apabila jumlah populasi tersebut besar atau lebih dari 100 maka dapat di ambil 10-15 % atau lebih. Yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 11% dari jumlah populasi (100 Siswa), seperti yang diteliti Suharsimi Arikunto yaitu terdiri dari 36 siswa.
F. Tehnik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1
Metode Tes Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik kelas VII MTs N pada materi kalor. Metode tes ini di terapkan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, dalam bentuk pre test dan post test control grup design yang bertujuan untuk menyelediki kemungkinan sebab akibat, dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan39.
2
Metode Pengamatan (Observasi) Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan40. Observasi yang dilakukan yaitu melakukan
38 39
Ibid, hlm. 6 Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan, (Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2004) hlm.
179 40
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2006), hlm. 76
pengamatan dalam kelas VII MTs N 1 Semarang sebagai sumber informasi peneliti dalam melakukan penelitian. 3
Metode Dokumentasi Metode dokomentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penelitian41. Dokumen yang dikumpulkan berupa hasil belajar peserta didik dan rencana pelaksanaan pembelajara, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan model pembelajaran pendekatan ketrampilan proses pada mata pelajaran kalor kelas VII MTs N 1 Semarang
G. Tehnik Analisis Data 1. Tehnik Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang bersifat kuantitatif ini maka penulis menggunakan analisis statistik dengan langkah- langkah sebagai berikut: a. Uji Instrumen Alat ukur dikatakan baik jika syarat-syarat validitas, realibilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal yang baik. 1) Validitas Soal Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen (soal) dikatakan valid apabila instrument itu mampu mengukur apa yang hendak di ukur. Validitas soal dapat dicapai apabila terdapat 2 kejayaan antara skor butir soal tersebut dengan skor total, untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus: Product Moment
41
181
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
rxy =
{N ∑ x
N ∑ xy − ∑ x∑ y 2
− (∑ x )
2
} {N ∑ y − (y )} 2
2
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi item soal
N
: Banyaknya peserta tes
X
: Jumlah skor item
Y
: Jumlah skor total
Kriteria rxy adalah sebagai berikut : 0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah 0,20 < rxy < 0,40 rendah 0,40 < rxy < 0,60 cukup 0,60 < rxy < 0,80 tinggi 0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi42.
2) Reliabilitas Soal Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas adalah suatu tes yang baik selain memiliki validitas yang tinggi juga harus memiliki realibilitas yang berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika perangkat tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Analisis reliabilitas tes ini menggunakan rumus KR 20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.
r11 =
K V1 − ∑ pq K − 1 V1
Keterangan:
42
r11
: Indeks korelasi (harga reliabilitas)
K
: Banyaknya butir soal
Suharsimi Arikunto Op.cit, hlm. 159
P
: Proporsi subyek yang menjawab item yang benar
q
: Proporsi subyek yang menjawab item yang salah
(q = 1 – p) Σpq
: Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Vt
: Variasi total43.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah 0,20 < rxy < 0,40 rendah 0,40 < rxy < 0,60 cukup 0,60 < rxy < 0,80 tinggi 0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi. 3) Tingkat Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal-yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Rumus tingkat kesukaran soal yang digunakan adalah sebagai berikut: p=
SB SS
Keterangan : P
: Indeks kesukaran
SB
: Jumlah siswa yang menjawab benar
SS
: Jumlah siswa peserta tes
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : P = 0,00
butir soal terlalu sukar
0,00 < P < 0,03 butir soal sukar 0,30 < P < 0,70 butir soal sedang 0,70 < P < 1,00 butir soal mudah.
4) Uji Daya Pembeda Soal
43
Ibid, hlm. 163
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Untuk mengetahui daya pembeda soal, seluruh siswa yang mengikuti tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (kurang pandai). Rumusan daya pembeda soal adalah : D=
BA BB − JA JB
Keterangan : JA
: Jumlah peserta tes kelompok atas
JB
: Jumlah peserta tes kelompok bawah
BA
: Banyak peserta tes kelompok atas yang menjawab dengan benar. : Banyak peserta tes kelompok bawah yang
BB
menjawab dengan benar. Klasifikasi daya pembeda : 0,00 < D
0,20, soal jelek
0,20 < D
0,40. soal cukup
0,40 < D
0,70, soal baik
0,79 < D
1,00, soal baik sekali44.
H. Metode Analisis Data Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Dalam menganalisis data yang terkumpul dari penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif, dan menggunakan perhitungan statistik. 1
Pengujian Tahap Awal
44
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. VII, hlm. 218
Sebelum peneliti menggunakan teknik analisis statistik yang digunakan, terlebih dahulu peneliti memeriksa keabsahan sampel. Cara yang digunakan untuk memeriksa keabsahan sampel tersebut adalah dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata data awal45. a. Uji normalitas data awal Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan nilai Pre test materi pokok kalor. Untuk mengetahuinya dapat diuji dengan menggunakan statistik chi-kuadrat, adapun langkah-langkah uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. 2) Menentukan banyak kelas interval (k) dengan rumus: k = 1+ (3,3)log n 3) Menentukan panjang interval (p) Panjang kelas p dapat dicari dengan menggunakan rumus ren tan g sebagai berikut : P = banyakkela s 4) Membuat table distribusi frekuensi 5) Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval X =
6) Menghitung rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
i
i
i
Nilai rata-rata fi
= frekuensi yang sesuai dengan tanda Xi
xi
= tanda kelas interval46.
7) Menghitung variani, dengan rumus
∑fx ∑f
n∑ f i xi − (∑ f i xi ) 2
s = 2
2
n(n − 1) 8) Menentukan harga Z disetiap batas xi dengan rumus sebagai
berikut :
Z=
45 46
x−x s
Ibid, hlm. 314 Sudjana, Op.cit, Cet. 6, hlm. 47
x
= batas kelas
x
= rata –rata
s
= standar deviasi
9) Menentukan luas daerah tiap kelas interval 10) Menghitung frekuensi ekspositori (fh), dengan rumus: fh = n x ld dengan jumlah sampel. 11) Membuat daftar frekuensi observasi (fo), dengan frekuensi ekspositori sebagai berikut : Kelas
( fo − fh)2
Bk Z L fh fo
fh 12) Menghitung nilai Chi –Kuadrat (X2) dengan rumus : k
(Oi − Ei )2
i=1
Ei
x =∑ 2
Keterangan : 2
: Harga chi kuadrat
Oi
: Frekuensi hasil pengamatan
E
: Frekuensi yang diharapkan
K
: Banyaknya kelas interval. 47
13) Menentukan derajat kebebasan (dk) dalam perhitungan ini, data disusun dalam daftar distribusi frekuensi yang terdiri atas k buah kelas interval sehingga untuk menentukan criteria pengujian digunakan rumus: dk = k-3, dimana k adalah banyaknya kelas interval, dan taraf nyata 14) Menentukan harga
2
= 0,05.
tabel
15) Menentukan distribusi normalitas dengan kriteria pengujian: Jika 2
hitung
>
2
sebaliknya jika normal48.
47 48
Ibid, hlm. 273 Ibid., hlm. 290
maka data
tabel 2
hitung
<
tidak terdistribusi normal dan 2
tabel
maka data berdistribusi
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan nilai pre test materi pokok kalor. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan uji Bartlett yang langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Data dikelompokkan untuk menentukan frekuensi varian dan jumlah kelas. 2) Membuat tabel Uji Bartlett seperti tersebut di bawah ini: Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett49. Ho :
1
2
=
2 2
=......
k
2
Uji Bartlett Sampel
Si
2
1/ (n1-1)
S1
2
n2-1
1/ (n2-1)
S2
2
...
...
...
dk
1/dk
1
n1-1
2 ...
ke-
K
nk-1
1/ (nk-1)
Sk
2
Log S i
2
Log S1
2
Log S 2
2
(dk)Log S i
(n1-1)Log S1
2
(n2-1) Log S2
... Log S k
2
2
... 2
(nk-1) Log Sk
2
Dimana ni : frekuensi kelas ke-i Si : variani kelas ke-i 2
Menguji variani gabungan dan semua sampel : S =s 3) Menghitung satuan B dengan rumus: 2
B = (Log S i ) 4) Menghitung
49
Ibid, hlm. 262
∑ (n 2
i
−1)
dengan rumus:
∑ (n − 1)S ∑ n −1 i
i
2 i
2
= (In 10) {B- ∑ (ni −1) Log S i } 2
Membandingkan 1) apabila
2
2
hitung
hitung <
2
2
dengan
tabel maka
tabel
peluang (1-x) dan dk = (k-
data berdistribusi homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data/Uji Beda Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai ratarata yang tidak berbeda pada tahap awal ini. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut tidak berbeda, berarti kelompok itu mempunyai kondisi yang sama. Hipotesis yang akan diujikan adalah : Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1
µ2
Keterangan : µ1 : Rata-rata data kelompok eksperimen µ2 : Rata-rata data kelompok control50. Uji beda dalam penelitian ini menggunakan rumus t-tes, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua mean yang berasal dari dua distribusi. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut51 : X1 − X 2
t = S
1 1 + n1 n2
dengan S2 =
(n1 − 1)s1 2 + (n 2 − 1)s 2 2 n1 + n 2 − 2
Keterangan: t
= statistik t
X 1 = rata-rata hasil tes peserta didik pada kelas eksperimen X 2 = rata-rata hasil tes peserta didik pada kelas kontrol 2
S1 = varian kelas eksperimen 2
S 2 = varian kelas kontrol
n1 = banyaknya peserta didik pada kelas eksperimen 50 51
Ibid, hlm. 250 Ibid, hlm. 239
n2 = banyaknya peserta didik pada kelas kontrol Kriteria Pengujian : HO diterima, jika- t tabe1 < t hitung < t table . Dengan derajat kebebasan dk ( n1 + n2 – 2) dan 1 − 1 α peluang, untuk harga-harga t lainnya HO 2 ditolak.
2
Pengujian Tahap Akhir Langkah-langkah analisis tahap akhir pada dasarnya sama dengan analisis tahap awal, tetapi data yang digunakan adalah data hasil belajar kelompok eksperimen. Tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Uji Normalitas Hasil Belajar Langkah-langkah pada uji normalitas data hasil belajar sama seperti langkah-langkah pada uji normalitas data awal sampel. b. Uji Kesamaan Varian/Homogenitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai homogenitas yang sama atau tidak. Adapun langkah-langkah pada uji homogenitas data hasil belajar sama seperti langkah-langkah pada uji homogenitas data awal sampel. c. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis merupakan analisis lanjut dari analisis pendahuluan. Teknik statistik yang digunakan adalah teknik t-test untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah Mean yang berasal dari buah distribusi hipotesis HO dan HI adalah: HO : µ 1 = µ 2 HI : µ 1 µ 2 Bentuk rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : X1 − X 2
t= S
1 1 + n1 n2
dengan
S=
(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2 n1 + n2 − 2
Keterangan : = Statistik
t X1
= Rata-rata hasil tes peserta didik pada kelas eksperimen
X 2 = Rata-rata hasil tes peserta didik pada kelas kontrol n1 = Banyak peserta didik pada kelas eksperimen
n2
= Banyak peserta didik pada kelas kontrol
S1
= Varian kelas eksperimen
S 2 = Varian kelas kontrol Kriteria pengujian adalah terima HO jika t table.
table
< t hitung < t
1 Dengan derajat kebebasan dk (n1 + n2 – 2) dan 1 − α Untuk 2 harga-harga lainya HO ditolak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2010 s/d 13 November 2010 maka peneliti memperoleh data hasil penelitian berupa angka-angka yang dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan. Selain itu, juga diperoleh data penunjang berupa foto-foto kegiatan pembelajaran dalam melaksanakan praktikum sebagai tolok ukur kinerja peneliti dalam pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian terhadap peserta didik dan pendidik yang di dalamnya memuat tentang kelebihan dan kekurangan selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, serta lembar kerja peserta didik (LKS panduan pecobaan) yang di dalamnya memuat seberapa besar kemampuan peserta didik dalam memprediksi suatu permasalahan khususnya mengenai praktikum pokok materi kalor.
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Awal Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sebelum penelitian ini dilaksanakan diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran di lingkungan sekolah, kondisi atau keadaan peserta didik yang heterogen. Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kurang bisa menumbuhkan semangan belajar peserta didik. Pembelajaran yang umum dilakukan adalah dalam bentuk ceramah yakni pendidik sebagai media penyampai informasi (pembicara) sedangkan peserta didik mempunyai peran sebagai pendengar. Metode pembelajaran inilah yang dapat menyebabkan pemahaman konsep dan hasil belaja peserta didik menjadi rendah dan membatasi pemahaman konsep-konsep Sains (fisika) peserta didik dalam belajar dan menangkap pelajaran yang disampaikan pendidik Sistem pengajaran yang bersifat monoton dan kurang melibatkan partisipasi aktif dari peserta didik ini akan menciptakan dan menyebabkan timbulnya rasa enggan, malas berfikir dan tidak tertarik sekalipun dengan materi fisika yang dirasa sulit sehingga hasil belajar fisika sangat kurang. Bahkan kesenangan peserta didik yang suka bermain membuat kurang bisa memperhatikan pelajaran mereka. Dan pelajaran fisika yang di anggap sulitpun menjadi lebih mudah diabaikan. Proses pembelajaran fisika sebelum tindakan menunjukkan bahwa kesiapan dan keaktifan serta kemampuan peserta didik memformulasikan
atau merumuskan pengetahuan baru dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya dapat dikatakan masih kurang. Hal ini disebabkan ketidakmampuan pendidik dalam mengaitkan materi-materi (Sains) fisika dengan kehidupan sehari-hari serta pendidik jarang atau bahkan tidak pernah mengadakan praktikum yang berkaitan dengan materi fisika. Kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sebelum tindakan dapat dikatakan masih sangat rendah. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran tercermin dalam pada saat kegiatan belajar, hampir tak ada peserta didik yang mengungkapkan pertanyaan kepada pendidik tentang materi yang disampaikan oleh pendidik. Jumlah peserta didik yang mau maju mengerjakan soal di depan kelas setiap pembelajarannya terbatas hanya pada peserta didik yang sama yang tergolong aktif. Kalaupun ada peserta didik lain harus ditunjuk terlebih dahulu dalam mengerjakan tugas di depan kelas. Kondisi dan suasana pembelajaran di kelas sangat tidak kondusif, perhatian pendidik hanya terpusat pada satu titik dan hal ini terjadi pada setiap pertemuan. Pemberian motivasi untuk belajar juga sangat kurang, pendidik hampir tidak memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik dan peserta didik merasa takut untuk bertanya. Karena apabila mereka bertanya, teman-teman yang lain mengejeknya. Rasa malu juga merupakan faktor utama yang membuat peserta didik enggan untuk bertanya. Berdasarkan pengetahuan yang ada bahwa ilmu fisika bersifat menyeluruh artinya selain di dalamnya mengkaji materi-materi, ternyata ilmu fisika juga dapat langsung kita aplikasikan dalam kehidupan seharihari. Namun demikian seperti yang diamati bahwa kendala-kendala dalam belajar bukan hanya terbatas pada peserta didik saja, dengan menerapkan metode pembelajaran yang efektif, inovatif dan efisien. Pemanfaatan media pembelajaran oleh pendidik belum optimal dan pendidik cenderung tidak memperdulikan apakah selama ini materi yang disampaikannya cukup bisa dipahami peserta didik apabila hanya diterapkan metode ceramah dan tugas. a. Pembelajaran pada Kelas Kontrol Pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab serta pemberian tugas. Penelitian yang dilakukan selama tiga kali pertemuan (6x40 menit) dalam penelitian ini peneliti menjelaskan materi kalor sesuai dengan materi yang ingin diajarkan oleh peneliti (Sub materi dalam penelitian). Dalam memanfaatkan penelitian, peneliti membagi beberapa materi agar memudahkan dalam penyampaian materi dan bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk menyampaikan semua materi yang ada. Dalam kegiatan belajar mengajar ini peserta didik hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari pendidik. Setelah itu menanyakan pada peserta didik tentang pahamannya dengan materi yang disampaikan dan memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan setelah itu pendidik memberikan latihan dan tugas. Tapi dalam pembelajaran ini banyak peserta didik yang diam dan kurang merespon apa yang diharapkan pendidik, entah karena peserta didik bosan atau jenuh dengan keadaan cara ngajar pendidik ataupun memang peserta didik yang tidak bisa menerima pelajaran dengan baik. Pembelajaran yang monoton itulah yang membuat peserta didik menjadi bosan dalam pembelajaran, begitupula dengan keadaan pendidik yang capek karena harus menjelaskan terus menerus tapi hasil yang didapat tidak bisa maksimal. Sedangkan waktu yang sangat terbatas juga yang mendasari pendidik untuk mengejar materi yang sangat banyak pula. Maka pembelajaran yang dilakukan ini kurang maksimal karena kesesuain antara materi yang harus diajarkan dengan waktu yang tersedia tidak sinkron. b. Pembelajaran pada Kelas Ekperimen Pembelajaran yang dilakukan oleh kelas eksperimen (kelas yang menerapkan pendekatan ketrampilan proses). Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga kali tatap muka (6x40 menit) dimana pembagian waktu tergambar dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Dalam pembelajaran ini peneliti menyampaikan apa yang mau diteliti, dan model pembelajaran yang akan diterapkan serta hasil apa yang ingin diharapkan dalam penelitian ini. Setelah peserta didik dirasa sudah mengerti dari apa yang diharapkan maka penerapan model pendekatan ketrampilan proses mulai diterapkan, model ini yang menitikberatkan pada kerja kelompok dalam laboratorium untuk menemukan sebuah konsep tentang materi kalor, yang memungkinkan peserta didik akan lebih enjoy, senang, dan yang paling terpenting peserta didik tidak merasa bosan dalam KBM karena mereka pembelajarannya dirasa seperti main-main. Tapi dalam esensinya main tapi bermainnya itu untuk mendapatkan konsep yang ada pada materi kkalor seperti yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. 2. Analisis Uji Coba Instrumen Uji instrumen dilakukan pada kelas uji coba yaitu pada kelas VII A, jumlah soal yang di ujikan adalah 25 butir berupa pilihan ganda. Berikut ini hasil analisis butir soal yang telah di ujikan: a. Analisis Validitas Berdasarkan hasil perhitungan validitas , reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda pada butir soal pada lampiran 8, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Validitas Soal Kreteria rtabel No Soal Jumlah Prosentase (%)
Valid
1,2,3,5,7,8,9,11,12,13,14,15, 0,349 16,17,19,21,23,24
Invalid
4,10,18,20,25
Jumlah
20
80 %
5
20%
25
100 %
b. Analisis Realibilitas Hasil perhitungan koofisien realibilitas 20 butir soal diperoleh: r11 = 0,314, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 10. c. Analisis Tingkat Kesukaran Berdasarkan hasil perhitungan validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal pada lampiran 8 diperoleh data tingkat kesukaran sebagai berikut: Tabel 1.3 Data Tingkat Kesukaran Batir Soal Kreteria Sulit Sedang Mudah
No Soal
Jumlah
10,17,18,22,23
5
Prosentase (%) 20 %
1,2,3,4,5,8,9,11,12,13,14,15, 16,19,20,21,24,25 7
19
76 %
1
4%
25
100 %
Jumlah d. Analisis Daya Beda
Berdasarkan hasil perhitungan validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal pada lampiran 8 diperoleh data tingkat kesukaran sebagai berikut
Kreteria Jelek sekali Jelek Cukup Baik Baik sekali Jumlah
Tabel 1.4 Data Tingkat Kesukaran Batir Soal No Soal Jumlah 4,10,17,18,23 1,2,3,6,7,9,13,15,16,19,20,22,24 5,8,11,12,14,21,25 -
3. Data Nilai Tes Awal (Pre Test)
0 5 13 7 0 25
Prosentase (%) 0 (%) 20 (%) 52 (%) 28 (%) 0 (%) 100 %
a. Kelas Kontrol Test awal (pre test) yang di berikan pada kelas kontrol sebelum dilakukan pembelajaran materi kalor untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dalam materi kalor ,mendapatkan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30. rentang Nilai (R) adalah 50, banyaknya kelas interval yang diambil 6.
Tabel 1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Awal (Pre Test) Kelas Kontrol No Interval Kelas Frekuensi Frekuensi relatif (%) 1 30-38 1 2,78 % 2 39-47 13 36,1 % 3 48-56 11 30,56 % 4 57-65 9 25 % 5 66-74 1 2,78 % 6 75-83 1 2,78 % Jumlah 36 100 % b. Kelas Eksperimen Test awal (pre test) yang diberikan pada kelas eksperimen sebelum dilakukan pembelajaran materi kalor dengan pendekatan ketrampilan proses untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dalam materi kalor, mendapatkan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 35. Rentang Nilai (R) adalah 50, banyaknya kelas interval yang diambil 6. Tabel 1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Awal (Pre Test) Kelas Eksperimen No Interval Kelas Frekuensi Frekuensi relatif (%) 1 35-43 2 6,25 % 2 44-52 9 28,125 % 3 53-61 11 34,375 % 4 62-70 6 18,75 % 5 71-79 1 3,125 % 6 80-88 3 9,375 % Jumlah 32 100 % 4. Data Nilai Akhir (Post Test) a.
Kelas Kontrol Test akhir (post test) yang di berikan pada kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran dalam materi kalor, mendapatkan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 30. Rentang Nilai (R) adalah 40, banyaknya kelas interval yang diambil 6. Tabel 1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Akhir (Post Test) Kelas Kontrol No Interval Kelas Frekuensi Frekuensi relatif (%)
1 2 3 4 5 6 Jumlah
30-36 37-43 44-50 51-57 58-64 65-71
2 2 9 6 8 9 36
2,78 % 36,1 % 30,56 % 25 % 2,78 % 2,78 % 100 %
b. Kelas Eksperimen Test akhir (post test) yang diberikan pada kelas eksperimen sesudah dilakukan pembelajaran materi kalor dengen pendekatan ketrampilan proses, mendapatkan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45. Rentang Nilai (R) adalah 50, banyaknya kelas interval yang diambil 6. Tabel 1.5 Daftar Distribusi Frekuensi Dari Nilai Test Akhir (Post Test) Kelas Eksperimen No Interval Kelas Frekuensi Frekuensi relatif (%) 1 45-50 2 6,25 % 2 51-56 1 28,125 % 3 57-62 8 34,375 % 4 63-68 6 18,75 % 5 69-74 8 3,125 % 6 75-80 7 9,375 % Jumlah 32 100 % B. Pengujian Hipotesis Dalam analisis pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji test dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Analisis Tahap Awal a. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data terserbut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan uji chi- kuadrat. Data awal yang digunakan untuk menguji normalitas adalah nilai pre test. Kreteria pengujian yang digunakan untuk taraf signifikan 2
= 5% dengan dk = k - 3. Jika
2
hitung >
tabel maka data tidak berdistribusi normal dan sebaliknya jika
hitung
<
2
tabel
2
maka dapat dikatakan dahwa data tersebut
berdistribusi normal. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 16.
Sedangkan uji normalitas pre test pada kelas kontrol (VII E) untuk taraf signifikan 5,8904 dan
2
= 5% dengan dk = 6 – 3 = 3, diperoleh tabel = 7,81. Karena
2
hitung <
2
hitung =
tabel maka dapat
dikatakan dahwa data tersebut berdistribusi normal. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 17. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Uji kesamaan dua varian data dengan selisih antar varian tersebut dengan varian kecil. Kreteria pengujian yang dilakukan untuk taraf signifikan = 5%, dk pembilang = (
- 1 ), dk penyebut= (
- 1 ),dan peluang
. Jika F hitung < F tabel maka data tersebut homogen, dan sebaliknya jika F hitung > F tabel maka data tersebut tidak homogen. Dari perhitungan nilai pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk taraf signifikan = (
= 5%, dk pembilang = (
- 1 ), dan peluang
- 1 ), dk penyebut
, diperoleh varian terbesar (Vb) adalah
144,25 sedangkan varian terkecil (Vk) addalah 115,16, sehingga diperoleh uji kesamaan dua varian adalah F hitung = 144,25 / 115,16 = 1,25, dan F (1.253)(31:35) karena F hitung < F tabel maka data tersebut homogen. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran19. c. Uji Kesamaan Dua Rata Rata Uji kesamaan dua rata rata digunakan untuk mengetahui apakah kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki rata rata yang tidak berbeda pada tahap awal. Kreteria pengujian yang berlaku adalah dengan taraf signifikan = 5% dan peluang 1 − 1 α dan dk = (n1 + 2berbeda n2 – 2) maka rata kedua kelompok dikatakan tidak apabila jika - t tabe1 < t hitung < t table. Dari perhitungan diperoleh jika t dengan taraf signifikan, peluang = 1 - 1/2
hitung =
2.,556 dan t
(2,556)(66) = 2
= 5% dk = (n1 + n2 – 2) = 32 + 36 - 2 = 66,
= 1 – 0,025= 0,975, karena t berada pada daerah
penolakan Ho, maka dikatakan bahwa rata-rata pre test kedua kelompok tidak ada perbedaan karena 2 < 2,556. Artinya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dipilih mempunyai kondisi yang sama. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 20.
2. Analisis Tahap Akhir a. Uji Normalitas Sedangkan Uji normalitas pre test pada kelas eksperimen (VII B) untuk taraf signifikan = 7,7614 dan
2
= 5% dengan dk = 6 – 3 = 3, diperoleh
tabel = 7,81. Karena
2
2
hitung <
2
hitung
tabel maka dapat
dikatakan dahwa data tersebut berdistribusi normal. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 16. Uji normalitas post test pada kelas eksperimen (VII B) untuk taraf signifikan dan
2
= 5% dengan dk = 6 – 3 = 3, diperoleh
tabel = 7,81. Karena
2
hitung <
2
2
hitung = 6,2542
tabel maka dapat dikatakan
dahwa data tersebut berdistribusi normal. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 22.
b. Uji Homogenitas Dari perhitungan nilai post test kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk taraf signifikan (
- 1 ), dan peluang
= 5%, dk pembilang = (
- 1 ), dk penyebut =
, diperoleh varian terbesar (Vb) adalah 95,93
sedangkan varian terkecil (Vk) addalah 64,11, sehingga diperoleh uji kesamaan dua varian adalah
2
F(1.496)(31:35) = 1.78, karena
2
hitung = 95,93 / 64,11= 1,496 hitung <
2
tabel maka data tersebut
homogen. Keseluruhan data dapat dilihat pada lampiran 25. c. Uji Kesamaan Rata Rata (pihak kanan) Uji perbedaan rata rata digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dua rata rata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini sering disebut uji t.
Kriteria pengujian yang berlaku adalah dengan taraf signifikan
=
5% dan peluang dk = (n1 + n2 – 2). Maka rata rata kedua kelompok dikatakan tidak berbeda apabila - t tabe1 < t hitung < t table. Dari perhitungan diperoleh
t
hitung
= 4.542 dan t
tabel
=t
(4.542)(66),
dengan taraf signifikan,
=
5% dk = (n1 + n2 – 2) = 32 + 36 - 2 = 66, maka dikatakan rata-rata post test kedua kelompok ada perbedaan karena t hitung > t tabel. Artinya hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Untuk mengetahui selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peserta didik dikenalkan dengan tujuan peneliti masuk kelas. Setelah itu untuk menguji kemampuan dasar tentang materi kalor pada peserta didik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dilakukan pre test dengan soal yang sama. Instrumen pre test yang diberikan kepada peserta didik sebanyak 20 soal pilihan ganda. Dalam hasil yang diperoleh setelah dilakukan pre test ternyata di peroleh tidak ada perbedaan pre test antar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan analisis data awal yang diperoleh dari hasil pre test kelas kontrol adalah 51,39 dan simpanan S = 10,73. Sementara nilai rata-rata pre test kelas eksperimen adalah 58,44 dan simpanan S = 12,01. Sehingga dari analisis
nilai pre test menunjukkan
2
hitung <
2
tabel baik pada uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi kelas berasal dari kondisi yang sama dan dapat diberikan perlakuan, yaitu kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pendekatan ketrampilan proses.
Tabel 1.6 Daftar Diagram Perbandingan Dari Nilai Test Awal (Pre Test) Kelas Eksperimen dan Kontrol
14 12 10 8 6
K e las k on tro l
4
K e la s E k s p e r im e n
2 0 3 0-4 0 41 -5 0 51 -60 6 1 -70 7 1- 80 8 1-9 0
Proses perlakuan yang selanjutnya diberi tindakan yang berbeda, perlakuan yang diberikan oleh kedua kelas yaitu, kelas kontrol diberi pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab, sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran laboratorium. Pembelajaran laboratorium yang diberikan yaitu dengan melakukan beberapa percobaan berdasarkan LKS yang sudah guru siapkan dan berikan sebelumnya. Lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 7. Setelah pembelajaran berakhir kedua kelas diuji dengan sebuah pos test. Sebelum uji post test ini diberikan pada kelas kontrol dan eksperimen, soal ini diujikan dulu ke kelas uji coba. Kelas uji coba ini adalah kelas diluar kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah soal yang diujikan kekelas uji didapatkan validitas, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soalnya, baru soal itu diujikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan hasil dari penelitian selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan, Berdasarkan analisis data awal yang diperoleh dari hasil post test kelas kontrol adalah 55,69 dan, Sementara nilai rata rata post test kelas eksperimen adalah 65,63. kelas yang diberi tindakan (pembelajaran) antara kelas kontrol (konvensional) dengan kelas eksperimen (pendekatan ketrampilan proses) didapatkan hasil tes akhir (post test) yang berbeda, dimana peserta didik yang diberi tindakan konvensional mempunyai nilai akhir yang rendah apabila dibandingkan dengan peserta didik yang diberi tindakan pembelajaran di laboratorium. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses efektif bagi kelas VII MTs N 1 semarang pada materi kalor. Tabel 1.7 Daftar Diagram Perbandingan Dari Nilai Test Akhir (Post Test) Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sehingga bisa dikatakan bahwa, model pendekatan ketrampilan proses berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik, sebab peserta didik dapat menemukan contoh-contoh yang real saat pembelajaran materi kalor. Hasil yang didapat peserta didik saat melakukan percobaan merupakan bentuk bukti otentik tentang konsep-konsep kalor yang ada. Bahkan dalam pembelajaran siswa juga merasa senang terhadap pelajaran terutama fisika. Dimana bisa dilihat keseriusan para peserta didik dalam melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil dan sampai menjawab pertanyaan yang ada didalam LKS yang disediakan guru yang sudah dibagikan sebelumnya. Pembelajaran yang dilakukan dengan model pendekatan ketrampilan proses dengan cara kerja laboratorim dalam penelitian ini dikatakan efektif karena dalam penelitian ini didapatkan hasil peningkatan dalam belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang dilakukan peserta didik kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan peserta didik kelas kontrol. Peserta didik lebih merasa senang dalam pembelajaran, hal ini terlihat saat mereka melakukan percobaan sesuai dengan LKS yang diberikan oleh pendidik.
Disamping itu peserta didik kelihatan aktif dalam melakukan percobaan dan dengan rasa penasaran yang dimiliki peserta didik, mereka berantusias untuk bertanya dan mempraktekan apa yang ada didalam LKS. Dalam melakukan pembelajaran peserta didik kelihatan aktif dan bersemangat. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan ketrampilan proses bisa merangsang keaktifan dan rasa penasaran peserta didik dalam KBM. Berdasarkan uraian dan analisis data di atas menunjukkan bahwa ”pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor”.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan keterbatan yang dirasakan penulis, keterbatasan itu diantaranya: 1. Kemampuan penulis Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini penulis merasa masih mempunyai banyak kekurangan. Dalam hal ini penulis masih merasa ada keterbatasan tenaga dan keterbatasan pikiran. Bahkan ketika harus menghadapi kondisi peserta didik yang masih labil dengan sifat kanak-kanaknya. Tapi semua itu tidak melemahkan penulis dalam melakukan penelitian, karena penulis yakin kalau model yang diterapkan penulis akan bisa mengurangi dan menutupi kekurangan penulis. 2. Keterbatasan waktu Waktu yang diterapkan penulis untuk melakukan penelitian memang terlalu singkat terutama untuk kelas eksperimen. Karena untuk kelas eksperiman yang di terapkan dengan pendekatan ketrampilan proses ini peserta didik dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan dituntut menjadi aktif dalam pembelajaran (percobaan). Tapi dengan percobaan yang menyenangkan membuat peserta didik jadi bisa lebih memanfaatkan waktu untuk memahami materi kalor dengan senang.
3. Keterbatasan tempat Dengan keadan tempat (obyek) penelitian yang sangat sempit, yaitu hanya memanfatkan tiga kelas (kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji). Membuat penulis merasa kurang bisa obyektif karena penelitian ini dilakukan di MTs N 1 Semarang, sehingga belum tentu ditempat lain penelitian ini bisa mendapatkan hasil yang sama seperti yang diperoleh peneliti. Walaupun banyak ditemukan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis tetap bersyukur dengan keadaan yang ada sehingga penelitian yang dilakukan penulis mendapat berjalan lancar dan memperoleh hasil penelitian yang dapat bermanfaat.
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang, diperoleh simpulan bahwa, penerapan pendekatan ketrampilan proses efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang pada materi pokok kalor.” Dari hasil analisis data juga didapatkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik yang diberi tindakan dengan pendekatan ketrampilan proses lebih baik apabila dibandingkan dengan peserta didik yang diberi tindakan konvensional. Dengan adanya perbedaan ini sudah bisa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses memberikan hasil positif terhadap cara belajar peserta didik dan dan hasil belajar lebih bisa mengefisienkan waktu bagi pendidik dalam melakukan KBM. Dalam pembelajaran yang dilakukamn oleh peneliti terlihat efektif hal ini bisa terlihat dalam hasil belajar yang didapat peserta didik dalam post test, bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dan keaktifan itu terlihat dalam antusias dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Berdasar pada keefektifan model pembelajaran ini maka perlu bagi pendidik
untuk
bisa
menerapkan
model-model pembelajaran
dalam
melaksanakan KBM, karena disamping bisa meningkatkan motifasi belajar peserta didik juga bisa meningkatkan pemahaman peseta didik dalam memahami konsep fisika. Serta perlunya penerapan model pembelajaran ini sangat bisa meningkatkan hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
B. Saran- saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh
penulis, bahwa pendekatan ketrampilan proses efektif dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N 1 Semarang, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik a. Peserta didik diharapkan bisa meningkatkan pemahaman konsep fisika secara mendasar agar bisa mengerjaka soal dan latihan yang diberikan pendidik. b. Peserta didik diharapkan lebih bisa meningkatkan efektivitas belajar melalui percobaan sederhana agar pemahaman konsep tidak mudah lupa karena peserta didik mengalami secara langsung. c. Pesereta didik dituntut agar lebih bisa kretif dan bisa menemukan gejala gejala alam ataupun kejala kehidupan sehari hari yang berkaitan dengan fisika secara langsung. 2. Bagi pendidik a. Pendidik diharapkan bisa menerapkan strategi, metode, dan model pembelajaran yang yang baik dan tepat, yang dapat menumbuhkan aktifitas belajar peserta didik. b. Pendidik diharapkan bisa menumbuhkan rasa semangat belajar peserta didik
dengan
memberika
strategi,
metode,
dan
model
yang
menyenangkan sehingga peserta didik belajar jadi senang. c. Pendidik diharapkan bisa memahami keadaan peserta dan mengetahui kondisi peserta didik saat belajar. 3. Bagi sekolah a. Sekolah diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan meningkatkan mutu peserta didik sampai mutu pendidiknya. b. Sekolah diharapkan bisa memperhatikan jumlah peserta didik tiap kelasnya agar dalam KBM bisa nyaman dan lancar. c. Sekolah diharapkan bisa memberikan tindakan tindakan yang tegas jika terjadi penyelewengan dalam KBM.
C. Penutup Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah yang telah memberikan Rahmad, Taufik, Hidayah, dan Inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah segala kesulitan, hambatan, kendala bisa dihadapi dan dilalui dengan lancar atas pertolongan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan lepas dari kekurangan maka kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan para pecinta ketarbiyahan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, Cet. VII Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Edisi Revisi Keenam, cet 13 Conny, Semiawan, Pendekatan Ketrampila Widiasarana Indonesia, 1992
Proses , Jakarta: Gramedia
Dermawan, Hendro,dkk, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Bintang Cemerlang, 2010 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999 Djamarah, Syaeful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rhineka Cipta, 2002 Giancoli, C Douglas , Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006, Cet. 8 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2003 Mahmud Junus, Terjemah Al-Qur an Al-Karim, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1994 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, cet. VIII Margono ,S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Memes, W, Model Pembelajaran Fisika di SMP, Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (PGSM) IBRD, . 2000 Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Semarang: CV. Andalan kita, 2007 Pusat Kurikulum, Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrash Tsanawiyah (MTs), 2005. Terdapat di http://www.puskur.net/inc/si/smp/PengetahuanAlam.pdf (12/8/2010) Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Sudiyono , Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2006 Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006,Cet 11 Sujai, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang Tarbiyah Press, 2007, Cet. 3 Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan, (Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2004 Tim Penyusun, Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains, Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas, 2003 Tipler, A Paul, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh Lea Prasetyo, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), Cet. 9 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007 Wiley, John dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., Bandung: Erlangga, 1985, cet. 3 Young, D Hugh , et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan oleh Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006, Cet. 8
BIODATA PENULIS
Nama
: Fatchur Rochman
NIM
: 063611008
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: Tadris Fisika
Tempat/ Tanggal Lahir
: Semarang, 22 Agustus 1985
Alamat
: Jl. Gemah Raya Rt: 4 Rw: VI, No. 62 Gemah, Pedurungan, Semarang.
Riwayat Pendidikan
: a. SDN Palebon 04-05
Lulus Tahun 1999
b. MTsN 1 Semarang
Lulus Tahun 2002
c. MAN Semarang 1
Lulus Tahun 2005
d. S1 IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2011 Demikian biodata penulis, yang dibuat dengan sebenar-benarnya.
Penulis
Fatchur Rochman
1RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Waktu
: MTs N 1 Semarang : IPA Fisika : Kalor : VII / I : 2 x 40 menit
Standar Kopetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. I.
Indikator • Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, perubahan wujud zat • Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat • Menerapkan hubungan Q = m.c. t • Menerapkan dalam asas Black
II.
Tujuan pembelajaran • Peserta didik dapat menjelaskan pengertian kalor • Peserta didik dapat menjelaskan peranan kalor dalam mengubah wujud dan suhu zat • Peserta didik dapat merumuskan hubungan kalor, masa, dan suhu • Peserta didik dapat menghitung besaran kalor yang diperlukan suatu benda • Peserta didik dapat menjelaskan perpindahan kalor • Peserta didik dapat menyebutkan alat alat yang bekerja berdasarkan sifat kalor
III.
Materi Pembelajaran A. Kalor v Pengertian kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan. Satu kalori adalah kolor yang dibutuhkan 1 gr air untuk menaikkan suhunya 1°C atau Kelvin. Kalor jenis C = Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gr atau 1 kg zat sebesar 1°C Satuan Kolor : Kalori, Joule, enegi. 1 kalori = 4,184 joule. 1 joule = 0,24 kalori
v Persamaan kalor Q=mc T dimana Q = m = c = T = v Asas Black
jumlah energi panas (Joule) massa zat (kg) kalor jenis zat (J/kg C) perubahan suhu ( C)
= Jumlah kalor yang diserap benda sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda. v Pengaruh kalor pada suatu zat Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu: 3) Membeku 3) Menyublim Mengembun 4) Mencair 4) Mengkristal
IV.
V.
VI.
Media Belajar o Soal Pre Test o Buku Panduan IPA Kelas VII Smester Ganjil o LKS Metode o Ceramah o Diskusi
Rincian Kegiatan Pembelajaran Peseta didik
5) 6) Menguap
1. Pendahuluan o Guru menyapa dan menanyakan Peseta didik yang tidak masuk. o Guru menjelaskan maksud kedatangan guru untuk melakukan penelitian dan menjelaskan model penelitian. o Guru menanyakan pemahaman peserta didik tentang materi kalor. 2. Kegiatan Inti o Guru membagikan soal pre test pada peserta didik. o Guru menjelaskan peraturan dan cara mengerjakan soal pre test o Guru membagikan LKS (panduan percobaan) seperti terlihat dalam lampiran 7. o Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok (tiap kelompok 5-6 peserta didik). o Guru menjelaskan isi, maksud, tujuan LKS. o Guru menjelaskan tehnik dalam percobaan minggu depan dengan denah melakukan percobaan (lampiran gambar 1.1). o Guru menggambarkan hubungan materi kalor dan perpindahanya dengan materi LKS. 3. Penutup o Guru memberi kesempatan peseta didik untuk memehami apa yang telah disampaikan guru.
2 menit 2 menit 1 menit
2 menit 40 menit 1 menit 5 menit 5 menit 5 menit 15 menit
2 menit
4. Penugasan o Mempelajari LKS dan menghubungkan dengan materi yang akan dipraktekkan. VII.
Tugas Terstruktur - Test Tertulis • Tes Tertulis - Bentuk instrumen • Pilihan ganda - Contoh instrumen • Soal Pre test (Terlampir) Guru Pamong
Mahasiswa Peneliti
Nur Hidayah, S.Pd NIP : 19680314 1998 032 001
Fatchur Rochman NIM : 063611008
Kepala Madrasah
002RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Waktu
: MTs N 1 Semarang : IPA Fisika : Kalor : VII / I : 2 x 40 menit
Standar Kopetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. Kompetensi Dasar Melakuklan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari hari
I. Indikator • Menyelidiki faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan • Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat • Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendididh dan melebur II. Tujuan pembelajaran • Peserta didik dapat menjelaskan pengertian kalor • Peserta didik dapat menjelaskan peranan kalor dalam mengubah wujud dan suhu zat • Peserta didik dapat merumuskan hubungan kalor, masa, dan suhu • Peserta didik dapat menghitung besaran kalor yang diperlukan suatu benda • Peserta didik dapat menjelaskan perpindahan kalor • Peserta didik dapat menyebutkan alat-alat yang bekerja berdasarkan sifat kalor III. IV. Materi Pembelajaran Kalor v Pengertian kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan. Satu kalori adalah kolor yang dibutuhkan 1 gr air untuk menaikkan suhunya 1°C atau Kelvin. Kalor jenis C = Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gr atau 1 kg zat sebesar 1°C Satuan Kolor : Kalori, Joule, enegi. 1 kalori = 4,184 joule. 1 joule = 0,24 kalori v Persamaan kalor Q=mc T
dimana
Q m c T
= = = =
jumlah energi panas (Joule) massa zat (kg) kalor jenis zat (J/kg C) perubahan suhu ( C)
v Asas Black = Jumlah kalor yang diserap benda sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda. v Pengaruh kalor pada suatu zat Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu: 1) Membeku 3) Menyublim Mengembun 2) Mencair 4) Mengkristal
V. Media Belajar o Buku Panduan IPA Kelas VII Smester Ganjil o LKS o Gelas ukur o Tabung reaksi o Pembakar spritus o Penyangga kaki tiga
o o o o o o o o
Besi Statif Es batu Air Krikil Minyak Termometer Stopwach
VI. Metode o Ceramah o Percobaan VII.
Rincian Kegiatan Pembelajaran Peseta didik
5) 6) Menguap
Korek api Lidi Lilin Garam Rangkaian logam (alumunium, seng, tembaga, besi) o Santan o o o o o
2. Pendahuluan o Guru menyapa dan menanyakan Peseta didik yang tidak masuk. o Guru Menanyakan materi dan LKS yang telah guru bagikan sebelumnya. 3. Kegiatan Inti o Peseta didik menempati meja yang telah di tentuka guru o Enam kelompok Peseta didik melakukan percobaan 1 - percobaan 8 sesuai dengan denah (lampiran gambar 1.1) yang guru jelaskan sebelumnya, sesuai LKS yang telah guru berikan sampai mendapat hasil dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS terdapat pada lampiran 7. o Gambar siklus percobaan sesuai pendekatan ketrampilan proses (pendekatan praktek) yang di terapkan MEJA PERAGA
1
5
2
6
3
7
4
8
Keterangan: Ø Meja 1 Siswa dapat mengetahui hubungan antara kalor dan suhu. Ø Meja 2 Siswa dapat mengetahui hubungan antar kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu benda yang massanya berbeda. Ø Meja 3 Siswa mampu mengetahui hubungan antara kalor yang
1 menit 1 menit
1 menit 70 menit
diperlukan untuk menaikkan suhu benda yang jenisnya berbeda. Ø Meja 4 Siswa dapat mempelajari hantaran kalor secara konduksi. Ø Meja 5 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam. Ø Meja 6 Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor dengan penghantar air. Ø Meja 7 Siswa dapat mengetahui perubahan wujud mencair, dan membeku. Ø Meja 8 Siswa dapat mengetahui perpindahan kalor dan benda yang dapat melepas dan menerima kalor. 4. Penutup o Guru dan Peseta didik bersama sama menyimpulkan apa yang 8 menit dipraktekkan dan menerapkan hasil pernemuan terhadap konsep yang ada. 5. Penugasan o (PR) Mengerjakan latihan soal pada LKS
Guru Pamong
Mahasiswa Peneliti
Nur Hidayah, S.Pd NIP : 19680314 1998 032 001
Fatchur Rochman NIM : 063611008
Kepala Madrasah
Drs. Amirudin Aziz, M.Pd
NIP : 19660125 1993 031 002
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester Waktu
: MTs N 1 Semarang : IPA Fisika : Kalor : VII / I : 2 x 40 menit
Standar Kopetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. I. Indikator • Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, perubahan wujud zat • Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu za • Menerapkan hubungan Q = m.C. t • Menyelidiki faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan • Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat • Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur II. Tujuan pembelajaran • Peserta didik dapat menjelaskan pengertian kalor • Peserta didik dapat menjelaskan peranan kalor dalam mengubah wujud dan suhu zat • Peserta didik dapat merumuskan hubungan kalor, masa, dan suhu • Peserta didik dapat menghitung besaran kalor yang diperlukan suatu benda • Peserta didik dapat menjelaskan perpindahan kalor • Peserta didik dapat menyebutkan alat alat yang bekerja berdasarkan sifat kalor
III. Materi Pembelajaran A. Kalor v Pengertian kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan. Satu kalori adalah kolor yang dibutuhkan 1 gr air untuk menaikkan suhunya 1°C atau Kelvin. Kalor jenis C = Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gr atau 1 kg zat sebesar 1°C
Satuan Kolor : Kalori, Joule, enegi. 1 kalori = 4,184 joule. 1 joule = 0,24 kalori v Persamaan kalor Q=mc T dimana Q = m = c = T = v Asas Black
jumlah energi panas (Joule) massa zat (kg) kalor jenis zat (J/kg C) perubahan suhu ( C)
= Jumlah kalor yang diserap benda sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda. v Pengaruh kalor pada suatu zat Ada 6 istilah perubahan dari 3 zat, yaitu: 1) Membeku 3) Menyublim Mengembun 2) Mencair 4) Mengkristal
5) 6) Menguap
IV. Media Belajar 1. Soal Pre Test 2. Buku Panduan IPA Kelas VII Smester Ganjil 3. LKS Metode o Ceramah o Diskusi
o
o i.
Rincian Kegiatan Pembelajaran Peseta didik Pendahuluan 1. Guru menyapa dan menanyakan Peseta didik yang tidak 1 menit masuk. 2 menit 2. Guru menanyakan pemahaman peserta didik tentang materi
kalor dan perpindahanya dengan percobaan yang telah dilakukan minggu sebelumnya. ii.
iii.
iv.
Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan maksud yang terkandung dalam percobaan 1- pecobaan 3 sehingga memperoleh persamaan Q = m c T dan C=mc 2. Guru memberikan contoh soal tentang rumus Q = m c T dan C=mc 3. Guru menjelaskan percobaan 4, bahwa perpindahan konduksi melalui benda padat 4. Guru menjelaskan percobaan 5, bahwa masa jenis zat mempengaruhi jumlah kalor yang diberikan zat lain 5. Guru menjelaskan percobaan 6, perpindahan konveksi melalui air 6. Guru menjelaskan percobaan 7 , menunjukkan salah satu contoh kalor dapat mengubah benda (membeku, mencair, mengembun, menguap, menyublim, mengkristal) 7. Guru menjelaskan percobaan 8, tentang Asas Black 8. Guru membagikan soal post test 9. Siswa mengerjakan soal post test Penutup 1. Guru memberi kesempatan peseta didik untuk bertanya apa yang telah disampaikan guru dan telah dipraktekkan peserta didik. 2. Mengucapkan salam perpisahan dan ucapan terimakasih atas kerjasama peserta didik. Penugasan o Mempelajari LKS dan menghubungkan dengan materi yang akan dipraktekkan.
V. Tugas Terstruktur - Test Tertulis • Tes Tertulis - Bentuk instrumen • Pilihan ganda - Contoh instrumen • Soal Post test (Terlampir)
10 menit
6 menit 2 menit 2 menit 3 menit 5 menit
3 menit 1 menit 40 menit
3 menit 2 menit
Guru Pamong
Mahasiswa Peneliti
Nur Hidayah, S.Pd NIP : 19680314 1998 032 001
Fatchur Rochman NIM : 063611008
Kepala Madrasah
Drs. Amirudin Aziz, M.Pd
Soal Pre Test Mata Pelajaran : IPA Fisika :.................................. Waktu : 40 menit Materi : Kalor
Nama Kelas No Absen
:.............. :.........
Berilah tanda silang (X) pada jawaban a, b, c, atau d yang paling benar! 1. Salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena ada perbedaan suhu disebut .... a. kalorimeter c. kalori b. kalor d. penguapan 2.
Satu kalori ialah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan .... a. 1 gram air b. 1 gram air sehingga suhunya naik 1°C dengan tekanan udara luar 76 cmHg c. 1 kg air sehingga suhunya naik 1°C dengan tekanan udara luar 76 cmHg d. 1 g air sehingga suhunya naik 14, 5°C—15,5°C dengan tekanan udara luar 76 cmHg
3. Benda yang diberi kalor akan mengalami .... a. pasti perubahan suhu dan wujud zat b. perubahan suhu saja c. perubahan wujud saja d. bisa perubahan wujud atau perubahan suhu 4. Pernyataan berikut yang tepat adalah .... a. kalor yang diperlukan air dan minyak goreng sama banyaknya untuk kenaikan suhu yang berbeda b. kalor yang diperlukan air lebih banyak dibandingkan dengan minyak goreng pada kenaikan suhu yang sama c. kalor yang diperlukan air lebih banyak dibandingkan dengan minyak goreng pada kenaikan suhu yang berbeda d. kalor yang diperlukan minyak goreng lebih banyak daripada air pada kenaikan suhu yang sama 5.
Sepotong es akan dipanaskan sampai menimbulkan uap untuk membuktikan . a. adanya kalor pada benda c. kalor dapat pindah ke benda b. kalor dapat mengubah wujud zat d. adanya perpindahan kalor pada setiap zat
6. Air dimasukkan ke lemari es untuk diambil kalornya hingga terbentuk es yang padat disebut ....
a. mengembun b. menguap
c. menyublim d. membeku
7. Air diberi kalor sehingga air itu menampakkan gelembung-gelembung air. Peristiwa itu disebut .... a. memanas c. menguap b. mendidih d. mencair 8. Titik didih suatu zat akan sama dengan .... a. titik uap zat lain c. titik embun zat lain b. titik uap zat itu sendiri d. titik embun zat itu sendiri 9. Banyaknya kalor yang diperlukan selama mendidih bergantung pada .... a. berat zat dan kalor uap c. massa zat dan kalor uap b. berat jenis zat dan kalor embun d. massa jenis zat dan kalor embun 10. Sepotong es dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dipanaskan. Es berubah menjadi air. Apabila terus-menerus dipanaskan, air mendidih, dan menguap. Kesimpulan yang benar adalah .... a. melebur dan menguap memerlukan kalor b. menguap dan mengembun memerlukan kalor c. membeku dan melebur memerlukan kalor d. melebur dan mengembun melepaskan kalor 11. Alkohol atau spiritus yang diteteskan ke kulit menyebabkan kulit terasa dingin. Peristiwa itu termasuk .... a. penguapan c. mencair b. pengembunan d. mengkristal 12. Ada beberapa cara mempercepat penguapan seperti berikut, kecuali .... a. pemanasan atau menaikkan suhu b. memperluas permukaan atau bidang penguapan c. meniupkan udara di atas permukaan d. menambah tekanan di atas permukaan 13. Kalor uap adalah kalor yang diperlukan oleh .... a. 1 kg zat cair untuk menguap c. 1°C zat cair untuk menguap b. 1 g zat cair untuk menguap d. 1 K zat cair untuk menguap 14. Kalor uap sama dengan ... a. kalor embun b. kalor didih
c. kalor embun d. kalor beku
15. Banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat untuk menguap dapat dicari dengan persamaan ....
a. Q = t . U
c. Q=
b. Q = m . U
d . Q=
16. Kalor lebur adalah kalor yang diperlukan oleh .... a. 1 kg zat padat untuk melebur c. 1 kg zat cair untuk melebur b. 1 kg zat cair untuk melebur d. 1 kg zat padat yang mencapai suhu 0°C 17. Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diserap atau dilepas oleh benda pada saat .... a. suhunya naik atau turun 1°C c. suhunya berubah-ubah tiap 1°C b. suhunya tetap pada 1°C d. suhunya akan menaik ke 1°C 18. Kapasitas kalor secara matematis dirumuskan sebagai .... a. C=
c. C = Q . m
b. C=
d. C = Q . c
19. Alat yang dapat mengubah wujud zat dari zat cair menjadi gas dan kembali menjadi zat cair adalah .... a. lemari es c. Air conditioner b. kulkas d. penyulingan 20. Kalor dapat berpindah dengan cara .... a. konduksi, induksi, dan radiasi c. konduksi, induksi, dan konveksi b. konduksi, konveksi, dan radiasi d. konveksi, induksi, dan radiasi
5. Air bermassa 100 gram suhu mula-mula 30°C dipanasi hingga suhunya 100°C. Jika kalor jenis air 1 kal/g°C maka besarnya kalor yang diperlukan adalah ... kalori. a. 3000 c. 10000 b. 7000 d. 13000 6. Alkohol sebanyak 1 kg bersuhu 10°C diberi kalor sebesar 24 kJ. Jika kalor jenis alkohol sebesar 2400 J/kg°C. Maka suhu akhir alkohol adalah ... °C a. 10 c. 30 b. 20 d. 40 7. Pinsip kerja lemari es yaitu .... a. pengambilan kalor dari benda secara terus menerus dengan bantuan freon b. pengambilan kalor dari benda sampai freon habis c. penambahan kalor benda secara terus menerus dengan bantuan freon
d. penambahan kalor ke benda melalui freon dari suhu 0°C-40°C air membeku 19. Air 5 kg dipanaskan dari 0°C menjadi 100°C sehingga mendidih dan menguap. Apabila kalor uap air 2,3 × 106 J/kg, maka kalor yang dibutuhkan untuk menguap adalah .... a. 1,15 × 109 joule c. 1,15 × 107 joule b. 1,15 × 108 joule d. 1,15 × 106 joule 21. Kalor lebur timbal 25.000 J/kg setelah diberi kalor sebesar 5 × 104 J timbal itu melebur. Maka massa timbal itu adalah .... a. 0,2 kg b. 0,5 kg c. 2 kg d. 5 kg
Kunci Jawaban Soal Pre Test 1 B 2 C 3 A 4 B 5 B 6 D 7 C 8 B 9 C 10 A
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A C A B B A A B D B
Soal Post Test Mata Pelajaran : IPA Fisika Waktu : 40 menit Materi : Kalor
Nama Kelas No Absen
: : :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban a, b, c, atau d yang paling benar! 1. Pengertian kalor adalah…. a. derajat panas suatu benda b. energi panas suatu benda c. jumlah panas suatu benda d. alat pengukur suhu badan 2. Satuan kalor dalam satuan internasional adalah…. a. Kelvin c. Joule b. Celcius d. kalori 3. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1°C disebut.... a. kalor uap c. kalor jenis zat b. kalor lebur d. kapasitas kalor 4. Peristiwa yang akan terjadi bila 2 liter air dipanaskan sampai mendidih, jika setelah mendidih air terus dipanaskan adalah.... a. suhu air akan terus naik karena dipanaskan b. suhu air turun kemudian naik lagi c. terjadi perubahan wujud dari air jadi uap d. volume uap berkurang dan volume air bertambah 5. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan logam yang kapasitas kalornya 50 J/°C supaya suhunya naik 10°C adalah…. a. 5 Joule c. 500 Joule b. 50 Joule d. 5.000 Joule 6. Pernyataan berikut ini yang benar adalah…. a. apabila benda melepas kalor, maka suhunya naik b. jumlah kalor sebanding dengan perubahan suhu c. banyaknya kalor yang di terima semua benda sama d. kalor berpindah dari suhunya rendah ke tinggi 7. Sebuah benda yang masanya 1 kg dipanaskan dari suhu 25°C menjadi 125°C. Jika kalor jenis benda tersebut 1 kkal/kg°C, maka kalor yang diperlukan sebesar.... a. 1.000 kkal c. 100.000 kal b. 1.000 kJ d. 100.000 J
8. Apabila es batu dibiarkan, lama akan mencair berarti es batu tersebut…. a. melepaskan kalor c. memindahkan kalor b. menerima kalor d. menerima tekanan 9. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh alkohol jika suhunya turun dari 50°C menjadi 30°C, bila massa alkohol 5 kg dan kalor jenis alkohol 2.300J/kg°C adalah…. a. -230 kJ c. -345 kJ b. 230 kJ d. 345 kJ 10. Jika kalor jenis air 1 kal/g°C, maka kalor yang diperlukan untuk memanaskan 800gr air agar mengalami kenaikan suhu sebesar 40°C sebesar…. a. 28 kkal c. 32 kkal b. 30 kkal d. 40 kkal 11. Ketika batang besi dipanaskan maka partikel partikel besi tidak ikut berpindah dari ujung satu ke ujung yang lain, peristiwa ini disebut.... a. konduksi c. induksi b. konveksi d. radiasi 12. Perpindahan kalor secara radiasi terjadi pada.... a. gas secara aliran c. zat cair secara aliran b. zat secara aliran d. ruang hampa secara aliran 13. Jika empat benda yang berbeda dipanaskan, yang menghantarkan kalor paling cepat adalah.... a. baja c. kaca b. besi d. alumunium 14. Ketika pakaian berwarna putih dan hitam dijemur bersama, ternyata pakaian hitam lebih cepat kering daripada putih, hal ini disebabkan.... a. pakaian hitam tidak memancarkan kalor b. pakaian hitam banyak menyerap kalor c. pakaian putih banyak memancarkan kalor d. pakaian putih banyak menyerap kalor 15. Perhatikan data di bawah ini! (1) kertas (4) alumunium (2) perak (5) baja (3) kayu (6) UDARA Dari data di atas yang merupakan penghantar kalor yang baik adalah.... a. 1,2, dan 3 c. 2,4,dan 5 b. 2,3,dan 5 d. 4,5,dan 6
16. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh warna terhadap kalor adalah.... a. termos panas c. termoskop b. teleskop d. periskop 17. Perhatikan pernyataan berikut: (1) pancaran sinar lampu (2) terjadinya angin barat (3) siklus udara melalui jendela (4) kayu dipanaskan (5) aliran air yang menguap (6) besi dipanaskan Yang menunjukkan peristiwa konveksi adalah…. a. 1,2,dan 5 c. 3,4,dan 5 b. 2,3,dan 5 d. 4,5,dan 6 18. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat…. a. gas c. gas dan padat b. cair dan gas d. cair dan padat 19. Perhatikan gambar!
Apabila salah satu ujung besi dipanaskan seperti gambar, maka ujung yang lain akan menjadi panas. Perpindahan kalor yang terjadi karena..... a. konduksi c. radiasi b. konveksi d. Induksi 20. Pernyataan yang tidak benar mengenai terjadinya angin laut adalah… a. terjadi dari arah laut ke darat b. terjadi konveksi melalui udara c. terjadi dari arah darat ke laut d. kalor jenis darat lebih kecil daripada kalor jenis laut
Kunci Jawaban Soal Post Test 1 B 2 C 3 D 4 C 5 C 6 B 7 D 8 B 9 B 10 C
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A A D B C C B B A C
PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTEK PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
KELOMPOK 1 Umi Mughfiroh Aprelia Mega Lerstari Ajeng Agustina Eka Vidia Astutik Anestasya Puspitasari S Lutfia Jihan Fadhila
KELOMPOK 2 Abdurrohman Muzaki Ahmad Thoriq Fahlevi Doni Arman Maulana Hilman Ihsani Rizki Sofyannanda
KELOMPOK 3 Aiyla Septiani Rahman S Sofinia Khofifah Miftahul Jannah P Ismi Ayati Roihatul Jannah Bukhori Ahmad Indra B
KELOMPOK 4 Ika Febriyani P Mahmudatul Khasanah Muhammad Hasan I Wahyu Irtiyaso Mohammad Burhanuddin
KELOMPOK 5 Handito Hino Al Khamid Khoirul Anam Maulana Ainun Ni’am Maulana Akhsan Faizin Fatturrachman
KELOMPOK 6 Farah Ayu Futuhiyah Aulia Rahma Pratiwi Riskiani Oktafia Intan Rahmawatul A Sancaniani Kaskaya Putri
Percobaan 1 A. Tujuan Siswa dapat mengetahui hubungan antara kalor dan suhu. B. Alat dan Bahan 1 Gelas ukur 2 Air 3 Pembakar spritus 4 Penyangga kaki tiga 5 Termometer 6 Stopwach C. Cara Kerja 1 Siapkan alat yang diperlukan seperti tampak pada gambar 1.1 2 Masukkan 300 gr air ke dalam bejana 3 Nyalakan pembakar spiritus (usahakan nyala api tetap) gambar 1.1 4 Catatlah suhu air setiap 2 menit sekali dengan cara membaca skala yang di tunjuk oleh termomoter 5 Catatlah hasil pengamatanmu dan isikan tabel yang telah tersedia. D. Tabel Hasil Pengamatan Waktu (Menit ke-) Suhu Air [A] [B] 0 … 2 … 4 … 6 … 8 … 10 … dst …
Pertambahan Suhu [C] … … … … … … …
Pertambahan suhu [C] = Kolom [B] – Kolom [A] E. Bahan Diskusi 1 Apabila pemanasan terus dilakukan, bagaimana suhu air dalam bejana ? 2 Bagaimana pertambahan suhu air (kolom C) antar selang waktu tetap? 3 Apa yang dapat kamu tarik dari percobaan ini? Catatlah kesimpulan terhadap percobaan yang kamu lakukan ?
Percobaan 2 A. Tujuan Siswa dapat mengetahui hubungan antar kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu benda yang massanya berbeda. B. Alat dan Bahan 1 Gelas ukur 2 Air 3 Pembakar spritus 4 Penyangga kaki tiga 5 Termometer 6 Stopwach C. Cara Kerja 1 Siapkan Peralatan seperti gambar 1.2a gambar gambar gambar 2 Isilah bejana 1.2a dengan air sebanyak 100 gr 1.2a 1.2b 1.2c 3 Nyalakan pembakar spiritus (usahakan nyala api tetap), perhatikan, catat dan hentikan setelah termometer menunjukkan kenaikan suhu sebesar 15°C 4 Ulangi langkah 1-3 untuk air seberat 200 gr (gambar 1.2b) 5 Ulangi langkah 1-3 untuk air seberat 300 gr (gambar 1.2c) 6 Catatlah hasil pengamatanmu dan isikan tabel yuang telah tersedia.
D. Tabel Hasil Pengamatan Massa Air Suhu Awal (g) (°C) 100 200 300
… … …
Suhu Akhir (°C)
Pertambahan Suhu (°C)
… … …
15 °C 15 °C 15 °C
Waktu yang diperlukan (s) … … …
E. Bahan Diskusi 1 Bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk kenaikan suhu yang sama (15 °C) untuk massa yang berbeda, apakah waktu sama? 2 Apa yang dapat anda jelaskan dari percobaan ini? Catatlah kesimpulan terhadap percobaan yang kamu lakukan ?
NB : Percobaan bisa dilakukan satu kali apabila alat (spritus, gelas ukur, kaki tiga, termometer) ada 3! Percobaan 3 A. Tujuuan
Siswa mampu mengetahui hubungan antara kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda yang jenisnya berbeda. B. Alat dan Bahan 1. Gelas ukur 2. Air 3. Santan 4. Minyak goreng 5. Stopwach
5. Pembakar spritus 6. Penyangga kaki tiga 7. Termometer
C. Cara Kerja 1. Siapkan peralatan seperti gambar 1.3 gambar gambar gambar 2. Isikan bejana 1.3a dengan air sebanyak 300 gr 1.3a 1.3b 1.3c 3. Nyalakan pembakar spiritus (usahakan nyala api tetap), perhatikan, catat dan hentikan setelah termometer menunjukkan kenaikan suhu sebesar 15°C 4. Ulangi langkah 1-3 untuk santan sebert 300 gr (gambar 1.3b) 5. Ulangi langkah 1-3 untuk minyak goreng seberat 300 gr (gambar 1.3c). D. Tabel Pengamatan Bahan Massa Suhu mula bahan mula (gram) (°C) Air 300 … Santan 300 … Minyak 300 … goreng
Suhu akhir (°C) … … …
Pertambahan suhu (°C) 15 °C 15 °C 15 °C
Waktu yang diperlukan (sekon) … … …
E. Bahan Diskusi 1. Bagaimana dengan waktu yang di perlukan untuk setiap kenaikan suhu yang sama (katakanlah 15 °C) Untuk jenis benda tetapi waktunya sama, apakah waktunya sama dengan menaikkan suhu benda? 2. Kesimpulan apa yang dapat anda jelaskan dari percobaan ini? Catatlah kesimpulan terhadap percobaan yang kamu lakukan ? NB : Percobaan bisa dilakukan satu kali apabila alat (spritus, gelas ukur, kaki tiga, termometer) ada 3!
Percobaan 4 mengetahui hantaran kalor secara konduksi A. Tujuan Siswa dapat mempelajari hantaran kalor secara konduksi. A. Alat dan Bahan 1. Pembakar spritus 2. Besi B. Cara Kerja 1. Nyalakanlah api pada pembakar spritus 2. Ambillah sepotong besi, kemudian panaskan salah satu ujungnya sedang ujung yang lainnya kamu pegang.
C. Bahan Diskusi 1. Ketika sepotong besi sudah dipanaskan agak lama apa yang kamu rasakan? Mengapa hal itu dapat terjadi? 2. Kesimpulan apa yang dapat kamu tarik dari percobaan ini? Catatlah kesimpulan terhadap percobaan yang kamu lakukan ?
Percobaan 5 Perpindahan Kalor secara Konduksi pada Berbagai Jenis Logam A. Tujuan Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi pada berbagai jenis logam. B. Alat dan Bahan 1. Batang seng 2. Besi 3. Kaca 4. Tembaga 5. Lilin 6. Kaki tiga 7. Pembakar spiritus dan korek api C. Cara Kerja 1. Letakkan empat buah batang masing-masing: seng, besi, kaca, dan tembaga di atas tripot (kaki tiga). 2. Teteskan lilin pada ujung keempat bahan tersebut. 3. Panaskan ujung yang lain keempat bahan tersebut dalam pemanas spiritus (perhatikan gambar ).
4. Amatilah tetesan lilin yang cepat mencair dari keempat bahan tersebut. D. Bahan Diskusi 1. Bahan manakah yang tetesan lilinnya cepat mencair? Mengapa? 2. Apakah semua benda dapat menghantarkan kalor?
Percobaan 6 Perpindahan Kalor dengan Penghantar Air A. Tujuan Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor dengan penghantar air. B. Alat dan Bahan 1. Statif 2. Tabung ukur 3. Sumber api
4. Air 5. Potongan es 6. Kerikil
C. Cara Kerja 1. Ambillah tabung reaksi, isilah dengan air tiga perempat bagian. 2. Masukkan sepotong es dan sebagai pemberat ke dalam tabung reaksi sehingga es terbenam di dasar tabung reaksi. 3. Miringkan tabung reaksi dan panaskan bagian panas dekat permukaan air hingga air mendidih.
D. Bahan Diskusi 1. Apakah yang terjadi dengan es yang berada di dasar tabung reaksi? 2. Dari hasil kegiatan tersebut dapatkah air dikatakan sebagai konduktor yang baik?
Percobaan 7 A. Tujuan Siswa dapat mengetahui perubahan wujud mencair, dan membeku. B. Alat dan Bahan 1. Gelas Ukur 2. Lidi 3. Tabung Reaksi 4. Statis 5. Air 6. Garam dapur 7. Pembakar Spritus 8. Penyangga Kaki Tiga C. Cara Kerja 1. Isikan gelas ukur dengan es batu yang di campur dengan garam dapur, 2. Isi tabung raksi dengan air dan masukkan sebatang lidi di dalamnya, dan taruh ke dalam gelas ukur, seperti gambar di bawah ini: Lidi
3. Nyalakan pembakar spiritus (usahakan nyala api tetap), perhatikan perubahan yang terjadi pada air yang ada di dalam tabung reaksi. D. Bahan Diskusi Kesimpulan apa yang dapat kamu tarik dari percobaan ini? Catatlah kesimpulan terhadap percobaan yang kamu lakukan ?
Percobaan 8 A. Tujuan Siswa dapat mengetahui perpindahan kalor dan benda yang dapat melepas dan menerima kalor. B. Alat dan Bahan 1. Gelas ukur 2. Termometer 3. Wadah air 4. Air 5. Es batu C. Cara Kerja 1. Siapkanlah segelas berisi es batu, segelas air panas, termometer, dan sebuah wadah plastik. 2. Ukurlah suhu air pada masing-masing kedua gelas. 3. Campurkan air dari dari kedua gelas tersebut ke dalam wadah air (gambar 1.5)
4. Selang beberapa saat, ukurlah suhu air campuran tersebut. D. Bahan Diskusi 1. Berapakah suhu air dingin dan suhu air panas dari hasil pengukuranmu? 2. Berapakah suhu air campuran? 3. Samakah suhu air antara sebelum dicampur dan sesudah dicampur? 4. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan tersebut?
Percobaan 9
A. Tujuan Siswa dapat mengetahi proses yang terjadi pada penguapan benda. B. Alat dan Bahan 1. Gelas ukur dan penutup 2. Kaki tiga 3. Pembakar spiritus 4. Es batu C. Cara Kerja 1. Ambillah gelas ukur, tuangkan 50 ml air ke dalamnya atau secukupnya.(gambar 1.6)
2. Panaskan di atas nyala api pembakar spiritus. 3. Amatilah apa yang terjadi! D. Bahan Diskusi 1. Peristiwa apa yang terjadi ketika Es dipanaskan secara terus menerus? 2. Apa yang terjadi pada tutup gelas ukur? 3. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan tersebut?
CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL Rumus
rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
− (∑ X ) N ∑Y − (∑Y ) 2
2
}
Keterangan: = Keofisien Korelasi skor item dan skor total rxy = Jumlah N Subyek (∑ X ) = Jumlah skor (∑ Y ) item Jumlah skor (∑ XY ) =total 2 ∑ X = Jumlah perkalian skor item dengan skor total = Jumlah kuadrat skor item Kriteria Apabila rxy > r tabel, maka butir soal valid Perhitungan Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal No. 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Butir Skor Butir Skor Soal Total Soal Total No. Y2 XY No. Y2 XY 1 (X) (Y) 1 (X) (Y) 0 1 1 17 289 0 17 13 169 13 1 1 2 17 289 17 18 13 169 13 1 1 3 17 289 17 19 13 169 13 1 1 4 16 256 16 20 13 169 13 1 1 5 16 256 16 21 12 144 12 1 1 6 16 256 16 22 12 144 12 1 1 7 15 225 15 23 12 144 12 1 1 8 15 225 15 24 11 121 11 0 1 9 15 225 0 25 11 121 11 1 1 10 15 225 15 26 10 100 10 1 1 11 15 225 15 27 10 100 10 0 1 12 15 225 0 28 10 100 10 1 1 13 14 196 14 29 9 81 9 1 1 14 14 196 14 30 9 81 9
1 1 13
15 16
Berdasarkan r = tabel
xy
14 196 13 169 244 3742
14 13 197
{ 32 . 29 − 841 }{ 32 . 5682 − 174724 } 32 . 371 − 29 . 418
= rxy 0.314 Pada α = 5% dengan N =32 diperoleh r tabel = 0.361 Karena r hitung > r tabel, maka soal No. 1 Valid.
31 32
1 1 16
8 8 174
64 64 1940
8 8 174
KODE
1
2
3
4
5
6
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0
27
15
15
16
20
15
729
225
225
256
400
225
25
15
14
15
19
14
åXY
336
209
197
205
269
197
Y
409
U-5 U-9 U-31 U-16 U-26 U-1 U-21 U-14 U-23 U-8 U-27 U-32 U-4 U-12 U-22 U-18 U-20 U-2 U-24 U-15 U-30 U-31 U-11 U-19 U-17 U-7 U-13 U-25 U-28 U-3 U-10 U-29 åX (åX)
2
2
åX
å
åY2 (åY)
5657 2
167281
Validitas rxy
0,422
Kriteria
0,295
valid
rtabel
valid
0,300 valid
0,260 tidak
0,468 valid
0,300 valid
0,349
0,349
0,349
0,349
0,349
0,349
P
0,7
0,4
0,4
0,4
0,5
0,4
Q
0,3
0,6
0,6
0,6
0,5
0,6
PQ
0,21
0,24
0,24
0,24
0,25
0,24
0,22
0,17
0,50
0,33
Reliabilitas
åPQ
Varians Total 5,49
Daya Pembeda DB Kriteria
Reliabilitas
Kriteria
28,064
0,827
0,28
0,39
cukup
cukup
reliabel
cukup
jelek
baik
cukup
Tingkat Kesukaran (TK) TK Kriteria
0,69 sedang
0,42 sedang
0,39 sedang
0,42 sedang
0,53 sedang
0,39 sedang
m
CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS SOAL
Rumus
K vt − Σpq r11 = K −1 vt
Keterangan: r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan K : Banyaknya butir pertanyaan : Proporsi subyek yang menjawab benar pada sesuatu p butir (proporsi subyek yang mendapat skor 1) : Proporsi subyek yang menjawab salah pada sesuatu q butir (q=1-p) : varians Vt = total
Vt = Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel Perhitungan Berdasarkan tabel pada 5682 analisis V tuji= coba diperoleh
( 418 ) 2 − 32 32
Vt = 6,93 ∑PQ = 28,064
25 28.064 − 5.49 r11 = 25 − 1 28 . 064
r11 = 0,83 Karena r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel
Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Rumus
P
=
Keterangan: P B Js
B JS
: : :
Tingkat kesukaran Jumlah siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kriteria
0,00 0,30 0,70
< < <
Interval P IK IK IK
< < <
0,30 0,70 1,00
Kriteria Sukar Sedang Mudah
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
No 1 2 3 4
Kelompok Atas Kode U-05 U-09 U-31 U-16
Skor 0 1 1 1
Kelompok Bawah No Kode Skor 1 U-20 1 2 U-02 1 3 U-24 1 4 U-15 1
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
U-21 U-01 U-21 U-14 U-23 U-08 U-27 U-32 U-04 U-12 U-22 U-18
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13
Jumlah P
13
= =
0,97
+ 30
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
U-30 U-31 U-11 U-19 U-17 U-07 U-13 U-25 U-28 U-03 U-10 U-29 Jumlah
16
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran yang mudah
Perhitungan Daya Pembeda Soal 1. Soal Pilihan Ganda Rumus
ATAU Keterangan: DP :
Daya Pembeda
JBA :
Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB
:
Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA
:
Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria
0,00 < 0,20 < 0,40 <
Interval DP DP < DP < DP < DP <
0,00 0,20 0,40 0,70
Kriteria Sangat jelek Jelek Cukup Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
0,70 < Perhitungan
DP <
1,00
Sangat Baik
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Atas Kode 5 9 31 16 26 1 21 14 23 8 27 32 4 12 22 18 Jumlah
DP
= =
13 19
Kelompok Bawah No Kode Skor 1 20 1 2 2 1 3 24 1 4 15 1 5 30 1 6 31 1 7 11 1 8 19 1 9 17 1 10 7 1 11 13 1 12 25 1 13 28 1 14 3 1 15 10 1 16 29 1 Jumlah 16
Skor 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 16 19
0,38
berdasarkan kretyeria, maka soal nomor 1 mempunyai daya pembeda sangat jelek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
DAFTAR KELAS UJI COBA Kode NAMA U-1 Ahmad Faruq M U-2 Aisyah Chusnul J U-3 Al Khikmah U-4 Arif Nur Hidayah U-5 Assakinah U-6 Azizah Nur Aini U-7 Desti Restianti U-8 Dini Andini U-9 Edo Meilandita S U - 10 Fuady Muqoffa A U - 11 Hadiyan Ahmad U - 12 Hasan Abdul Karim U - 13 Ilyas Radhian U - 14 Irma Dwi R U - 15 Isnaini Rahmawati U - 16 Isnawati Aneka P U - 17 Kandiyus Alfin A U - 18 Keshi Naila Eva Z U - 19 Luk Lu’unnafisah U - 20 Maretha Riska W U - 21 Much Miftachul U - 22 Muslichatun Nisa U - 23 Nanang Fajrin U - 24 Nashirudin U - 25 Nisrina Zata Dini U - 26 Nurul Huda Ahm B U - 27 Rena Andriana U - 28 Siti Saroh U - 29 Suci Nuryaningsih U - 30 Syifa Emiliani R U - 31 Tito Lambang W U - 32 Tofa Tamama
DAFTAR KELAS KONTROL VII B No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E - 10 E - 11 E - 12 E - 13 E - 14 E - 15 E - 16 E - 17 E - 18 E - 19 E - 20 E - 21 E - 22 E - 23 E - 24 E - 25 E - 26 E - 27 E - 28 E - 29 E - 30 E - 31 E - 32
Nama Abdurrohman Muzaki Ahmad Thoriq Fahlevi Aiyla Septiani Rahman Saryon Ajeng Agustina Anestasya Puspitasari Santos Aprelia Mega Lerstari Aulia Rahma Pratiwi Bukhori Ahmad Indra Bangsa Doni Arman Maulana Eka Vidia Astutik Faizin Fatturrachman Farah Ayu Futuhiyah Handito Hino Al Khamid Hilman Ihsani Ika Febriyani Permatapuri Intan Rahmawatul Annisak Ismi Ayati Khoirul Anam Lutfia Jihan Fadhila Mahmudatul Khasanah Maulana Akhsan Maulana Ainun Ni’am Miftahul Jannah Puspitasari Mohammad Burhanuddin Muhammad Hasan Ibhrahim Rizki Sofyannanda Riskiani Oktafia Roihatul Jannah Sancaniani Kaskaya Putri Sofinia Khofifah Umi Mughfiroh Wahyu Irtiyaso
DAFTAR KELAS EKSPERIMEN VII E No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kode K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8 K-9 K - 10 K - 11 K - 12 K - 13 K - 14 K - 15 K - 16 K - 17 K - 18 K - 19 K - 20 K - 21 K - 22 K - 23 K - 24 K - 25 K - 26 K - 27 K - 28 K - 29 K - 30 K - 31 K - 32 K -33 K -34 K -35 K -36
Nama Amaliah Siyanti Anisatul Kusniah Baguys Aji Prabowo Bagus Andre Setayawan Bima Tama Akhyar Fahmi A Chafid Fajar Rosa Maulana Dinisha Putri Utama Dwi Agung Wicaksoino Ela Yuliana Sari Erika Nur Fadhilah Ferin Alma Septiana Fika Andriyan Fyna Nur Azizah Gulister Siampeti Imrtus Saadah Indrawan Tri Wicaksono Kukus Rahmania Aurora Luhur Sugiyatno Mahrusi Eri Setiawan Miftah Farid Mohammad Jamalul Lail Mohamad Ali Ridho Mohamad Anang Setiawan Mohamad Sundusin Mohammad Akbar Oktari Mohammad Eko Nurianto Prat Mustika Yuliana Nur Annisa Damayanti Riska Fitrianingrum Rizki Rofiyaturrohmah Shinta Dwi Safitri Sisca Maelinda Khusuma Wardana Siti Miftaqiyatul Waqidah Syaiful Anam Viki Ayu Dermawan Zainal Abidin
UJI HOMOGENITAS AWAL NILAI POS-TEST PESERTA DIDIK Sumber Data Sumber variasi VII B Jumlah 2100 n 32
VII E 2005 36
65,63
55,69
64,11 8,01
95,93 9,79
x Varians (s2) Standart deviasi (s)
Tabel Uji Bartlett
Sampel
dk = ni - 1
1 2 Jumlah
31 35 66
s
2
1/dk 0,0323 0,0286
∑ (n − 1 )s ∑ (n − 1 )
=
i
si2
Log si2
dk.Log si2
dk * si2
64,113 95,933
1,807 1,982
56,015 69,369 125,384
1987,50 3357,64 5345,14
=
80,99
2
i
=
i
5345,139 66
B = (Log s2 ) Σ(ni - 1) B = B =
2
2 2
hitung
=
hitung
=
hitung
=
1,908415 125,9554
66
(Ln 10) { B - Σ(ni-1) log si2} 2,302585 125,955
125,384
1,3154
Untuk α = 5% dengan dk = (k - 1) = 2-1 = 1 diperoleh Karena
2
hitung <
2
2
tabel =
tabel, maka data hasil belajar homogen
3,841
UJI HOMOGENITAS AWAL NILAI PRE-TEST PESERTA DIDIK Sumber Data Sumber variasi VII B Jumlah 1870 n 32
VII E 1850 36
58,44
51,39
144,25 12,01
115,16 10,73
x Varians (s2) Standart deviasi (s)
Tabel Uji Bartlett
Sampel
dk = ni - 1
1 2 Jumlah
31 35 66
s
2
1/dk 0,0323 0,0286
∑ (n − 1 )s ∑ (n − 1 )
=
i
si2
Log si2
dk.Log si2
dk * si2
144,254 115,159
2,159 2,061
66,933 72,145 139,078
4471,875 4030,556 8502,431
=
128,82471
2
i
=
i
8502,431 66
B = (Log s2 ) Σ(ni - 1) B = B =
2
2 2
2,109999 139,2599
hitung
=
hitung
=
(Ln 10) { B - Σ(ni-1) log si2} 2,302585
hitung
=
0,4181
66
139,26
139,078
Untuk α = 5% dengan dk = (k - 1) = 2-1 = 1 diperoleh Karena
2
hitung <
2
2
tabel =
tabel, maka data hasil belajar homogen
3,841
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA POS TEST ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VII.B) DAN KONTROL (VII.E) Hipotesis Ho
:
σ1
=
σ2
Ha
:
σ1
=
σ2
2
2
2
2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F=
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2α (nb-1):(nk-1)
F 1/2α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Eksperimen
Kontrol
Jumlah n
2100 32
2005 36
x 2 Varians (S ) Standart deviasi (S)
65,63 64,11 8,01
55,69 95,93 9,79
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
95,93
=
1,496
64,11
Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 dk penyebut = nk -1 F (1.496)(31:35)
=
= = 1,78
32 36
-
1 1
= =
31 35
1,4963
1,78
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama. UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA POS TEST ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VII.B) DAN KONTROL (VII.E) Hipotesis Ho
:
µ1
<
µ2
Ha
:
µ1
>
µ2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t =
1
− x
2
1 1 + n1 n2
s
Dimana,
s=
(n 1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 n1 + n 2 − 2
Ha diterima apabila t > t(1-α)(n1+n2-2)
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Eksperimen
Kontrol
Jumlah n
2100 32
2005 36
65,63 64,11 8,01
55,69 95,93 9,79
x Varians (s2) Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
s
=
32
1
64,1129
+
36
1
95,9325
=
8,99928
32 65,63 t
+
36
55,69
=
= 8,99928
2
1 32
+
4,542
1 36
Pada α = 5% dengan dk = 32+ 36 - 2 = 66 diperoleh t(4.542)(66) =
2
2 4,542 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata nilai pos test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA PRE TEST ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VII.B) DAN KONTROL (VII.E) Hipotesis Ho
:
σ1
=
σ2
Ha
:
σ1
=
σ2
2
2
2
2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F=
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2α (nb-1):(nk-1)
F 1/2α (nb-1):(nk-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Eksperimen
Kontrol
Jumlah n
1870 32
1850 36
x 2 Varians (S ) Standart deviasi (S)
58,44 144,25 12,01
51,39 115,16 10,73
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
144,25
=
1,253
115,16
Pada α = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 dk penyebut = nk -1 F (1.253)(31:35)
= 1,2527
= =
32 36
-
1 1
= =
31 35
1,78 1,78
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama.
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA PRE TEST ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN (VII.B) DAN KONTROL (VII.E) Hipotesis Ho
:
µ1
<
µ2
Ha
:
µ1
>
µ2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t =
1
− x
2
1 1 + n1 n2
s
Dimana,
s=
(n 1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 n1 + n 2 − 2
Ha diterima apabila t > t(1-α)(n1+n2-2)
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Eksperimen
Kontrol
Jumlah n
1870 32
1850 36
58,44 144,25 12,01
51,39 115,16 10,73
x Varians (s2) Standart deviasi (s) Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
s
=
t
=
32
1
144,2540
32 58,44
+
+ 36 36
115,1587
=
11,3501
51,39 =
11,3501
1 2
1 32
+
2,556
1 36
Pada α = 5% dengan dk = 32+ 36 - 2 = 66 diperoleh t(2.556)(66) =
2
2 2,556 Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pre test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol (VII.E) Hipotesis Ho: Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis k (O = Ei )2 X2 =∑ i Ei i=1
Kriterian yanng digunakan H o X diterima jika Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = Nilai minimal = 2
Rentang nilai (R) Banyaknya kelas (k) Panjang kelas (P)
hitung
= = =
< X
2
tabel
70 30 70 40 = 1 + 3,3 log 36 40/6 = 6,66667
Tabel distribusi nilai hasil belajar kelas Kontrol fi .Xi Kelas fi Xi Xi2
40 = =
–
36
2
33
1089
66
37
–
43
2
40
1600
80
3200
44
–
50
9
47
2209
423
19881
51
–
57
6
54
2916
324
17496
58
–
64
8
61
3721
488
29768
65
–
71
9
68
4624
612
41616
1993
114139
36 ∑ f χ X∑ f i
X =
n
∑
i
2178
1993
i
− (∑ =n ( n 36 − 1)
fiχ
= 6 kelas
fi .Xi2
30
Jumlah
6,136 7
2
i
fiχ
) =
2
55,3611
i
S2 = S2 = S2 = S =
32*131608 (2016)2 32(32 - 1) 108,694 10,4257
Daftar nilai frekuensi observasi kelas Kontrol
(O i
− Ei ) Ei
2
Kelas
Bk 29,5
30
–
36
43
–
50
–
57
57,5 58
–
64
64,5 65
–
0,4934
-1,81
-1,14
71
71,5
-0,47 -0,47 0,21 0,21 0,88 0,88 1,55 1,55
Luas Daerah
Ei
Oi
0,0287
1,0
2
0,9088
2
0,5291
9
0,6088
6
1,2223
8
0,0060
9
4,0319
=
7,3069
0,4648
1,0 0,0924
0,3724
-1,14 50,5
51
-2,48
-1,81 43,5
44
P(Zi)
-2,48 36,5
37
Zi
3,3 0,1929
0,1795
6,9 6,9
0,2608 0,0813 0,2284 0,3096 0,1295 0,4392
3,3
9,4 9,4 8,2 8,2 4,7 4,7 X²
Untuk a = 5%, dengan dk = (k - 3) = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = Karena X² < X² tabel, maka data tersebut berdistribusi normal
7,81
Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen (VII.B) Hipotesis Ho: Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis k (O = E )2 X2 =∑ i i Ei i=1
Kriterian yanng digunakan H o X diterima jika Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = Nilai minimal = 2
Rentang nilai (R) Banyaknya kelas (k) Panjang kelas (P)
hitung
= = =
< X
2
tabel
80 45 80 45 = 1 + 3,3 log 32 35/6 = 5,83333
Tabel distribusi nilai hasil belajar kelas eksperimen fi .Xi Kelas fi Xi Xi2
35 = =
–
50
2
47,5
2256,25
95
4512,5
51
–
56
1
53,5
2862,25
53,5
2862,25
57
–
62
8
59,5
3540,25
476
28322
63
–
68
6
65,5
4290,25
393
25741,5
69
–
74
8
71,5
5112,25
572
40898
75
–
80
7
77,5
6006,25
542,5
42043,75
2132
144380
32
X =
∑ X∑ n
fiχ fi
i
S2 = S2 = S2 = S =
2132
i
f χ ∑ =
2 i
− (∑ 32
n (n − 1)
=i )
fiχ
2
66,625
32*168072 (2288)2 32(32 - 1) 75,3387 8,67979
Daftar nilai frekuensi observasi kelas eksperimen Luas Kelas Bk Zi P(Zi) Daerah 44,5 -2,55 0,4946 45
–
50
-2,55 50,5
51
56
62
-1,86
0,0262 0,4684
-1,86 56,5
57
= 6 kelas .
fi .Xi2
45
Jumlah
5,967 6
-1,17 -1,17
(O i
− Ei ) Ei
Ei
Oi
0,8
2
1,6094
1
1,2302
8
0,4841
0,8 0,0901
0,3783
2,9 2,9
0,1956
6,3
2
– 62,5 63
-0,48
68
–
-0,48 68,5
69
0,22
74
–
0,91
80
–
1,60
8,6
0,0855
6
0,7771
8
0,0429
7
2,1105
=
6,2542
8,6 0,2324
7,4
0,3179
0,91 80,5
6,3 0,2682
0,22 74,5
75
0,1827
7,4 0,1272
4,1
0,4450
4,1 X²
Untuk a = 5%, dengan dk = (k - 3) = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = Karena X² < X² tabel, maka data tersebut berdistribusi normal
7,81
Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol (VII.E) Hipotesis Ho: Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis k (O = E )2 X2 =∑ i i Ei i=1
Kriterian yanng digunakan H o X diterima jika Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang nilai (R)
2
hitung
< X
2
tabel
= = =
80 30 80 -30
Banyaknya Interval kelas (k)
=
Panjang Interval kelas (P)
=
1 + 3,3 log 36 8,3333 50/6 3 =
Tabel distribusi nilai MID kelas Kontrol Kelas fi Xi Xi2
fi .Xi
=
fi .Xi2
30
–
38
1
34
1156
34
1156
39
–
47
13
43
1849
559
24037
48
–
56
11
52
2704
572
29744
57
–
65
9
61
3721
549
33489
66
–
74
1
70
4900
70
4900
75
–
83
1
79
6241
79
6241
1863
99567
Jumlah
36 ∑ f χ X∑ f i
X =
n
∑
i
i
fiχ
2
1863 36 − (∑
=n (n i
− 1)
=
fiχ
i
)
2
51,75
50 = =
6,136 9
=6 kelas
S2 =
S2 = S =
32*119520 (1928)2 32(32 - 1) 90,1929 9,49699
Daftar nilai frekuensi observasi kelas Kontrol Luas Kelas Bk Zi P(Zi) Daera h 29,5 0,490 4 -2,34 3 0,071 30 -2,34 – 8 9 38,5 -1,40 0,418 5 4 0,245 39 -1,40 7 8 47,5 -0,45 0,172 7 5 0,364 48 -0,45 – 6 3 0,191 56,5 0,50 5 6 0,234 57 0,50 – 5 6 0,426 65,5 1,45 2 7 0,065 66 1,45 – 4 5 0,491 74,5 2,40 7 8 0,007 75 2,40 – 3 9 0,499 83,5 3,34 6 3,34
(O i Ei
Oi
2,6
1
0,9751
13
1,9486
11
0,3406
9
0,0362
1
0,7831
1
1,8068
=
5,8904
2,6 8,8 8,8 13,1 13,1 8,4 8,4 2,4 2,4 0,3 0,3 X²
Untuk a = 5%, dengan dk = (k - 3) = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = Karena X² < X² tabel, maka data tersebut berdistribusi normal Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Eksperimen (VII.B) Hipotesis Ho: Data berdistribusi normal H1: Data tidak berdistribusi normal
− Ei ) Ei
7,81
2
Pengujian Hipotesis
(Oi = Ei )2 X =∑ Ei i=1 k
2
Kriterian yanng digunakan H o diterima jika Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang nilai (R) Banyaknya kelas (k) Panjang kelas (P)
X
2
hitung
= = = = =
< X
2
tabel
85 35 85 - 35 = 1 + 3,3 log 32 50/6 = 8,33333
Tabel distribusi nilai MID kelas eksperimen fi .Xi Kelas fi Xi2 Xi
50 = =
–
43
2
39
1521
78
3042
44
–
52
9
48
2304
432
20736
53
–
61
11
57
3249
627
35739
62
–
70
6
66
4356
396
26136
71
–
79
1
75
5625
75
5625
80
–
88
3
84
7056
252
21168
1860
112446
32 ∑ f χ X∑ f i
X =
n
∑
= 6 kelas
fi .Xi2
35
Jumlah
5,967 9
1860
i
i
fiχ
=n
2 i
(n
(∑ 32 − 1)
−
fiχ
)
2
= i
58,125
S2 =
S2 = S =
32*111136 (1848)2 32(32 - 1) 139,79 11,8233
Daftar nilai frekuensi observasi kelas eksperimen Luas Kelas Bk Zi P(Zi) Daerah 34,5 -2,00 0,4772 35 – 43 -2,00 0,0852 43,5 -1,24 0,3919 44 – 52 -1,24 0,2091 52,5 -0,48 0,1829 53 – 61 -0,48 0,2952 61,5 0,29 0,1124 62 – 70 0,29 0,2400 70,5 1,05 0,3524 71 – 79 1,05 0,1123 79,5 1,81 0,4647
(O i
− Ei ) Ei
Ei
Oi
2,73
2
0,1936
9
0,7973
11
0,2552
6
0,3678
1
1,8723
2,7 6,7 6,7 9,4 9,4 7,7 7,7 3,6 3,6
2
80
–
88 88,5
1,81 2,57 2,57
0,0302 0,4949
1,0 1,0 X²
Untuk a = 5%, dengan dk = (k - 3) = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = Karena X² < X² tabel, maka data tersebut berdistribusi normal
3
4,2752
=
7,7614 7,81
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
N X S S
2
= =
Data Nilai Test Eksperimen No NIS Pos Pre Test Test 55 1 7108 65 40 2 7109 80 65 3 7110 70 80 4 7111 70 70 5 7112 60 45 6 7113 70 60 7 7114 60 60 8 7115 70 70 9 7116 75 85 10 7117 80 45 11 7118 55 50 12 7119 60 65 13 7120 65 45 14 7121 60 55 15 7122 60 50 16 7123 60 50 17 7124 75 60 18 7125 60 60 19 7126 65 50 20 7127 60 55 21 7128 70 65 22 7129 70 55 23 7130 65 80 24 7131 70 60 25 7132 75 60 26 7133 70 50 27 7134 65 45 28 7135 50 60 29 7136 60 35 30 7137 45 70 31 7138 65 75 75 32 7139 33 7140 34 7141 35 7142 36 7143 1870 2100 32 32
= = =
58,44 144,25 12,01
NIS 7007 7006 7007 7008 7009 7010 7011 7012 7013 7014 7015 7016 7017 7018 7019 7020 7021 7022 7023 7004 7024 7025 7026 7027 7028 7029 7030 7031 7032 7033 7034 7035
65,63 64,11 8,01
Kontrol Pre Test 40 40 70 55 50 65 65 80 45 50 60 40 60 50 50 40 45 30 45 50 60 60 50 40 50 40 65 50 55 60 45 65 45 40 55
Pos Test 50 50 55 40 70 65 60 70 45 40 60 50 55 55 60 35 70 30 50 60 60 65 50 50 65 65 55 50 65 60 60
40
70 60 55 55 50
1850 36
2005 36
51,39
55,69 95,93 9,79
115,16 10,73
FOTO PENELITIAN
Proses belajar peserta didik kelas kontrol “Peserta didik duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat” dari apa yang disampaikan guru.
.
Proses belajar peserta didik kelas eksperimen “Peserta didik dengan serius melakukan percobaan” dari LKS yang diberikan guru.
Proses belajar peserta didik kelas kontrol “Peserta didik duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat” dari apa yang disampaikan guru.
Proses belajar peserta didik kelas eksperimen “Peserta didik dengan serius melakukan percobaan” dari LKS yang diberikan guru.