273
Unmas Denpasar
TIPOLOGI FASADE PERTOKOAN DI KORIDOR JALAN TEUKU UMAR DENPASAR Tjokorda Istri Praganingrum¹ Cokorda Putra Wirasutama² dan Ida Bagus Suryatmaja³ ¹ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar ² Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar ³ Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mahasaraswati Denpasar Email :
[email protected] ABSTRAK Fasade merupakan elemen penting dalam tampilan suatu bangunan untuk memberikan kesan yang menarik dan indah. Fasade juga dipergunakan untuk memberikan citra mengenai fungsi dan aktivitas yang terjadi pada bangunan. Hal itu dapat dilihat khususnya pada bangunan komersial khususnya pertokoan yang saat ini semakin banyak berkembang di Kota Denpasar. Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pembangunan di Bali memiliki fasade bangunan yang beraneka rupa, walaupun telah ada peraturan mengenai tampilan bangunan dimana peraturan tersebut sejatinya mengharuskan agar tiap bangunan yang ada mencirikan arsitektur Bali. Penelitian difokuskan pada Jalan Teuku Umar karena pada lokasi ini menjamur bangunan komersial dengan berbagai fungsi. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis akan diarahkan pada uraian deskriptif mengenai bagaimana pembangunan yang terjadi berdampak terhadap tipologi fasade pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar Denpasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar fasade bangunan pertokoan tidak menggunakan tipe langgam yang ada secara utuh. Banyak bangunan yang menggabungkan beberapa jenis langgam terkait dengan kebutuhannya. Hal yang sama terjadi pada aktualisasi penggunaan konsep lokal/arsitektur tradisional Bali. Banyak bangunan yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menerapkan konsep lokal. Hal tersebut disebabkan oleh tuntutan tampilan wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen. Kata Kunci : Fasade, Tipologi,Langgam ABSTRACT Facade is an important elemen of a building as a display to create an interesting impression. It is also used to give images about the function and activity that’s going on inside the building. This condition can be seen in a commercial building, especially shopping building, that grow quite rapidly in the City of Denpasar. Denpasar as the centre of development and economic growth in Bali has various type of building facade, eventhough rule about building display has already been enacted, which require every building has to apply Balinese Traditional Architecture. This research focused on the Teuku Umar Street because in this street, there are a lot of commercial building with various kind of function. The technic to analyze data in this research is using Qualitative Descriptive Data Analysis Technique. Analysis will be pointed out at a descriptive commentary about how the development that has already occur can have impact to the shopping facade type at the corridor of Teuku Umar Street Denpasar. The result of this study indicates that most of the building facade shops do not use one particular type of style in whole. Many of the buildings combined more than one style in order to meet their needs. The same thing happened to the actualization of the use of the concept of local/traditional Balinese architecture. Many of the buildings seem to have Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
274
Unmas Denpasar
some difficulty to apply the local concept. This difficulty was generally caused by the demands of peculiar characteristic front look appearance of the building that can be able to attract the attention of potential consumers. Keywords : Facade, Typology, Style PENDAHULUAN Pesatnya dinamika pertumbuhan pembangunan di Bali terkait dengan perkembangan ekonomi dan pariwisata, tingkat urbanisasi dan globalisasi budaya, menimbulkan kecenderungan terhadap perubahan wajah kota. Perubahan yang berkembang dengan sangat cepat dan pesat juga berhubungan dengan peningkatan pembangunan fisik yang dilakukan oleh berbagai pihak dengan beraneka ragam kepentingan. Pembangunan fisik yang terjadi juga berbanding lurus dengan perkembangan arsitektur yang telah menghasilkan berbagai karya dengan nilai estetis yang tinggi, bahkan banyak memberikan sesuatu yang berbeda dan unik khususnya pada fasade bangunan yang pada akhirnya menampilkan berbagai tipologi yang berbeda. Fasade adalah elemen penting dalam tampilan suatu bangunan. Olahan fasad banyak digunakan oleh arsitek untuk memberikan tampilan yang menarik dan indah. Selain itu fasad juga dapat dibuat untuk memberikan citra mengenai fungsi dan aktivitas yang terjadi pada bangunan. Krier, dalam Widaningsih (2011), menjelaskan bahwa fasade sebagai elemen arsitektur terpenting yang dapat menyuarakan fungsi dan makna pada sebuah bangunan. Fasade dapat menginformasikan kondisi budaya ketika bangunan tersebut dibangun dan bisa menampilkan kriteria tatanan dan penataan serta mampu memberikan kreatifitas dalam dekorasi dan ornamentasi. Sedangkan tipologi secara harfiah dapat dijelaskan sebagai klasifikasi taksonomi (fisik) karakterisitik umum yang ditemukan pada bangunan dan tempat-tempat di perkotaan. Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya dengan suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem objek bangunan atau arsitektural. Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali memiliki pertumbuhan pembangunan yang tinggi dan pada lokasi tertentu menjadi pusat perdagangan yang berkembang dengan sangat pesat. Kecenderungan aktivitas belanja menimbulkan pusat perbelanjaan modern yang telah dipengaruhi oleh perkembangan budaya global di negara maju lainnya. Karakter awal pusat perbelanjaan merupakan pasar terbuka yang berkembang menjadi pasar tertutup. Saat ini telah tumbuh dan berkembang fasilitas perdagangan yang terbentuk dari deretan pertokoan dengan pintu masuk (entrance) serta etalase yang menghadap ke jalan. Fasilitas perdagangan tersebut sering diistilahkan dengan “shopping street”. Kemudian berkembang kembali dengan konsep perancangan bangunan pertokoan yang sekaligus berfungsi menjadi tempat tinggal. Salah satu lokasi yang menjadi pusat perdagangan adalah jalan Teuku Umar. Sepanjang Jalan Teuku Umar dapat dilihat berbagai usaha (shopping street) dengan berbagai macam tampilan (fasade) bangunan. Fasade tersebut dibuat seindah dan secantik mungkin untuk menarik minat pengunjung bahkan tidak jarang menampilkan sesuatu yang unik. Beragam kepentingan dan fungsi bangunan yang ada pada di Jalan Teuku Umar Denpasar, mengakibatkan timbulnya tampilan yang heterogen dan dapat dikatakan merupakan suatu Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
275
Unmas Denpasar
karya arsitektur berbagai rupa. Hal ini terjadi karena tidak semua bangunan menerapkan aturan Peraturan Daerah (Perda No. 5 Tahun 2015) mengenai Bangunan Gedung. Kota Denpasar dalam Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, telah mengatur mengenai syarat fasade bangunan gedung secara umum. Pada pasal 88 mengenai ketentuan umum tata bangunan dijelaskan bahwa adanya pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali, dimana tampak bangunan diperbolehkan tertutup untuk identitas bangunan dan reklame/iklan tetapi tidak menutup ornamen Bali yang ada. Ciri khas arsitektur Bali yang dimaksudkan adalah penerapan konsep Tri Angga yaitu pembagian areal (mandala) menurut tubuh manusia, yang terbagi atas tiga areal, yaitu hulu (utama, kepala), madya (di tengah, badan) dan teben (di hilir, kaki). Pada kenyataannya, tidak semua bangunan gedung yang ada menerapkan peraturan tersebut. Bangunan gedung dengan fungsi komersial khususnya pertokoan secara pasti menampilkan ciri khasnya sendiri lebih menonjol dibandingkan penerapan ciri khas arsitektur Bali. Mempertahankan Arsitektur Tradisional Bali dalam situasi dan kondisi lingkungan yang cepat berubah, merupakan tantangan tersendiri. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai tipologi fasade bangunan pertokoan di koridor Jalan Teuku Umar, dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti bagaimana (1) karakteristik bangunan pertokoan yang saat ini berkembang setiap waktu, (2) bagaimana klasifikasi tipologi fasade yang ada dan juga untuk mengetahui (3) sejauh mana penerapan konsep arsitektur Bali digunakan pada tiap tipologi bangunan.
Orientasi terhadap Pulau Bali
Orientasi terhadap Kota Denpasar
Jalan Teuku Umar
Gambar 1 : Lokasi Penelitian Sumber : Bappeda Kota Denpasar, 2015 dengan modifikasi Orientasi Lokasi Penelitian
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
276
Unmas Denpasar
METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada uraian deskriptif mengenai bagaimana karakteristik bangunan pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar sehingga pada akhirnya menimbulkan beberapa tipologi. Penelitian difokuskan dengan mengobservasi fisik fasade bangunan terkait dengan langgam (style/gaya) yang digunakan. Analisis data di lapangan menggunakan analisis Model Miles dan Huberman yang terdiri dari data reduction, data display dan conclutions atau verification (Sugiyono, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemaparan Umum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:1064) toko dijelaskan sebagai sebuah kedai berupa bangunan permanen tempat menjual barang-barang, sedangkan pertokoan merupakan tempat atau kompleks toko-toko. Sedangkan menurut Neufert (1992:190) pertokoan biasanya ditempatkan pada posisi yang strategis di pusat keramaian yang mudah dicapai baik oleh kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Pada kawasan perdagangan, pertokoan menempati lokasi strategis di pinggir jalan dan di depannya ada trotoar. Kotler (2005) mengklasifikasikan pedagang atas dasar lini produk yang dijual menjadi pengecer toko (store retailing) yang terdiri dari : (a) toko khusus (specialty store), (b) toko serba ada (departement store), (c) toko kebutuhan sehari-hari (convenience store), (d) pasar swalayan (supermarket), (e) toko discount (discount store), (f) pengecer potongan harga (off-price retailers), (g) toko super (superstore), (h) toko kelontong (MOM & POP store), dan (i) toko relatif kecil (mini market). Sementara itu dalam hubungannya dengan penelitian ini perlu dipaparkan mengenai penjelasan fasade. Fasade oleh (Krier, 1988: 122) dijelaskan sebagai sebuah elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasade menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun, fasade dapat menampilkan kriteria tatanan dan penataan, dan mampu menampilkan kreativitas dalam ornamentasi serta dekorasi. Akar kata fasade (façade) diambil dari kata latin „facies‟ yang merupakan sinonim dari „face‟ (wajah) dan „appearance‟ (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah sebuah bangunan, yaitu fasade, yang kita maksudkan adalah bagian depan yang menghadap jalan. Sebagai suatu kesatuan, fasade tersusun dari elemen tunggal yang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemen-elemen tersebut antara lain alas, jendela, atap dan lain sebagainya yang mendukung kesatuan tersebut. Fasade merupakan elemen penting dalam suatu toko atau pertokoan. Hal tersebut dikarenakan kaitannya dengan kepentingan pemilik usaha untuk menarik minat konsumen. Untuk menarik minat konsumen diperlukan suatu “store atmosphere”. Store Atmosphere adalah suatu disain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, termasuk musik dan wangi-wangian yang diciptakan untuk merancang respon dan persepsi konsumen dalam pengaruhnya untuk pembelian barang. Menurut Berman dan Evan dalam Nofiawati (2014: 57), store atmosphere terbagi menjadi 4 elemen yaitu (a) exterior, (b) general interior, (c) store layout, dan (d) interior displays.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
277
Unmas Denpasar
Dalam penelitian ini, dari keempat elemen yang ada, peneliti lebih memusatkan kepada elemen pertama yaitu exterior dimana exterior yang dimaksud adalah fasade atau bagian depan toko yang dimaksudkan untuk memberikan kesan menarik, dapat menciptakan kepercayaan serta menunjukkan spirit usaha maupun sifat kegiatan yang ada didalamnya. Dikarenakan fungsinya untuk memberikan nilai atau “image” sering pada fasade bangunan pertokoan dipasang tanda pengenal atau lambang-lambang sebagai sebuah identitas. Terkait dengan klasifikasi toko oleh kohler, maka pada penelitian ini diklasifikasikan kembali jenis – jenis toko yang dijadikan objek penelitian sesuai dengan kondisi eksisting lapangan. Jenis toko tersebut adalah toko khusus (specialty store), yang merupakan toko khusus menjual lini produk sempit, seperti toko handphone, toko elektronik, toko perhiasan, toko roti, toko bahan bangunan, toko kebutuhan rumah tangga, dealer mobil ataupun motor, toko mainan anak, toko sepatu dan toko pakaian. Termasuk juga pengecer potongan harga (off-price retailers), yaitu pengecer yang membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menjual kepada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Pada penelitian ini, yang termasuk kedalam Off-Price Retailers adalah Factory Outlet seperti Nike dan Adidas Store. Pada penelitian tipologi fasade bangunan pertokoan pada kawasan ini, perlu diketahui langgam – langgam arsitektur yang ada sebagai dasar acuan dalam mengklasifikasikan bentuk tipologinya. Snyder dalam pengantar arsitektur (1979) menyatakan langgam tersebut antara lain arsitektur modern, arsitektur Art Nouveau, arsitektur ekspresionis, arsitektur fungsional, arsitektur internasional style, arsitektur ekologis, arsitektur brutalis, arsitektur futuristik, dan arsitektur post-modern. Langgam yang ada pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut : a) Arsitektur Modern Langgam yang menampilkan kesederhanaan bentuk dan menghilangkan berbagai macam ornamen. b) Arsitektur Fungsional Fungsionalisme dalam arsitektur adalah desain suatu bangunan didasarkan pada tujuan dan fungsi bangunan tersebut sehingga tampilan akhir mengikuti fungsi bangunan. c) Arsitektur Internasional style Gaya arsitektur ini merupakan penyempurnaan dari langgam modern lebih spesifik dengan bentuk yang segi empat, jendela yang berjalan membentuk garus beraturan dan semua muka gedung bersudut 90 derajat dan bertingkat. d) Arsitektur Post-Modern Arsitektur Post-modern dapat diuraikan sebagai arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan Lokal. Sehingga dalam langgam ini juga muncul tiga versi yaitu : - Neo Vernakular: bentuk perpaduan bangunan modern tetapi tetap berusaha menampilkan ciri budaya setempat. - Dekonstruksi : suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
278
Unmas Denpasar
- Neo Modern : dulu bernama late modern, dapat bersifat abstrak tetapi juga merepresentasikan sesuatu, tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art of Construction). Karakteristik dan Tipologi Fasade Bangunan Pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar 1. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Modern Fungsionalisme Fasade bangunan yang menggunakan langgam arsitektur ini mayoritas adalah toko khusus dengan deskripsi (1) memasang papan sign pada bagian fasade dan tidak memberikan ornamentasi lainnya, (2) toko relatif kecil, fokus pada fungsi dan menampilkan ciri fasade sederhana. Fasade bangunan dengan langgam ini antara lain :
Gambar 2 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam modern fungsionalisme Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
2. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Internasional Style Pada tipe ini, tampilan bangunan memiliki karakteristik (1) bagian muka gedung bersudut 90 derajat dan bertingkat, (2) berbentuk kubus sederhana, (3) jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan membentuk garis beraturan. Fasade bangunan yang menggunakan langgam ini antara lain :
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
279
Unmas Denpasar
Gambar 3 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam internasional style Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
3. Langgam (Style/Gaya) Arsitektur Post-Modern Langgam arsitektur Post-Modern merupakan tipe yang banyak digunakan pada bangunan di sepanjang Jalan Teuku Umar. Aturan yang menyatakan bahwa konsep Tri Angga (Kepala, Badan, Kaki) tetap harus terlihat mengakibatkan digunakannya tipe arsitektur post-modern untuk merepresentasikan tampilan bangunan, baik itu dalam versi neo-vernakular maupun neo-modern.
Gambar 4 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam postmodern Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
280
Unmas Denpasar
Gambar 5 : Fasade bangunan pertokoan dengan menggunakan langgam neo vernakular Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Aktualisasi Konsep Arsitektur Tradisonal Bali pada Fasade Bangunan Pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar Dalam Perda Kota Denpasar No 5 Tahun 2015 dinyatakan persyaratan arsitektur bangunan gedung terkait tampilan bangunan gedung tetap memperhatikan kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya serta mempertimbangkan kaidah pelestarian antara nilai adat/tradisional sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur. Dinyatakan juga bahwa sosok bangunan harus secara kuat menunjukkan sosok bangunan dengan ciri tradisonal Bali yang meliputi atap limas atau pelana yang khas, badan bangunan dengan kolom vertikal dan peninggian lantai yang menyiratkan adanya kepala, badan dan kaki termasuk dengan penggunaan ornamen dan material karakter lokal/tradisional Bali. Pada Jalan Teuku Umar Denpasar, sebagian besar bangunan pertokoan menggunakan selubung bangunan yang berfungsi sebagai ciri produk untuk menarik perhatian konsumen. Dilihat dari tipe langgam yang digunakan, pada langgam modern fungsionalisme tidak terlihat penggunaan konsep lokal dan ornamen Bali. Fasade terlihat sederhana dan cenderung hanya menampilkan identitas tempat usaha atau produk yang dijual. Hal yang sama juga terlihat pada langgam internasional style, banyak menggunakan kaca dan bentuk bangunan yang geometri, tidak terlihat unsur lokal atau tradisional Bali yang digunakan. Berbeda halnya pada langgam post-modern khususnya pada aliran neo-vernakular, unsur-unsur lokal/tradisional Bali dapat dilihat pada bentuk atap, badan bangunan dengan kolom vertikal, serta adanya peninggian lantai. Sesuai dengan pemaparan sebelumnya bahwa neo-vernakular merupakan bentuk perpaduan bangunan modern, tetapi tetap berusaha menampilkan ciri budaya setempat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, fasade bangunan pertokoan di Jalan Teuku Umar Denpasar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe langgam yaitu (1) modern Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
281
Unmas Denpasar
fungsionalisme, (2) internasional style dan (3) post-modern. Secara umumsbebagian besar fasade bangunan pertokoan di sepanjang koridor Jalan Teuku Umar Denpasar memiliki karakteristik tidak menggunakan jenis langgam tertentu yang ada secara utuh. Banyak bangunan yang menggabungkan langgam (gaya/style) terkait dengan kebutuhannya. Seperti halnya pada tipe modern fungsionalisme, pada dasarnya langgam modern dan fungsionalisme merupakan langgam yang berbeda, akan tetapi pada beberapa bangunan terklasifikasi menjadi tipe modern fungsionalisme karena secara fisik ciri-ciri langgam tersebut ada pada tampilan fasadenya. Terkait dengan aktualisasi konsep lokal/arsitektur tradisional Bali, tidak semua fasade bangunan pertokoan menggunakan konsep lokal dengan baik, sebagian besar lebih mengedepankan tampilan yang terlihat modern. Untuk bangunan yang tetap menggunakan konsep lokal, cenderung dilakukan dengan penggunaan atap limasan, kolom vertikal, peninggian lantai dan penggunaan ornamen berupa tempelan pada dinding bangunan. Fakta ini menyiratkan adanya kesulitan dalam penerapan pakem konsep lokal/tradisonal Bali seperti yang dijelaskan dalam Perda no 5 tahun 2015 tentang Bangunan Gedung. Pada bangunan pertokoan hal ini disebabkan karena tuntutan estetika tampilan wajah bangunan yang harus mampu memiliki ciri dan menarik minat konsumen. Untuk itu diperlukan pengendalian yang kuat oleh pihak terkait (pemerintah) dalam penerapan aturan mengenai bangunan gedung khususnya mengenai kesesuaian dengan Ijin Mendirikan Bangunan yang telah diajukan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan 8, Jakarta: Balai Pustaka Kota Denpasar. 2011. Perda No 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar, 2015. Perda No 5 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Jilid 2, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Indeks. Krier, Rob. 1988. Compotition in Architecture Provinsi Bali. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Persyaratan Bangunan Gedung Neufert, Ernst, 1992, Data Arsitek, Edisi Kedua. Terjemahan Ir. Syamsu Amril. Jakarta: Erlangga Nofiawati, 2014. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Outlet Nyenyes Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No 1 Maret 2014 Snyder C. James, Catanese J. Anthony, 1979. Introduction to Architecture, McGraw-Hill Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta. .
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016