ARTIKEL ILMIAH
PERGAULAN BEBAS REMAJA DI ERA MODERNISASI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS
Oleh I Komang Sedana Putra NIM: 04020110014 Minat Seni Lukis Program Studi Seni Rupa Murni
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012
ABSTRAK
PERGAULAN BEBAS REMAJA DI ERA MODERNISASI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat bergejolak, idealis dan sangat sensitif terhadap gejala-gejala dalam lingkungannya. Remaja adalah masa paling indah, dan bergairah. Dalam kehidupan remaja sangat rentan dan sangat mudah terkena pengaruh pergaulan modernisasi yang ditandai dengan kebebasan, dan mulai meninggalkan budaya-budaya adat ketimuran. Pergaulan remaja modernisasi di ekspresikan dengan pergaulan seks bebas, budaya balapan liar, minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika dan zat berbahaya lainya. Dengan judul “Pegaulan Bebas Remaja di Era Modernisasi Sebagai Ide Penciptaan Seni Lukis” bertujuan untuk memvisualisasikan kenakalan remaja di era modernisasi dengan bentuk figur yang di distorsi dan manfaat yang dicapai untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pergaulan bebas remaja yang negatif dapat merusak moral dan kehidupan. Melalui bahasa istetik dengan aneka simbol, pencipta memadukan ide gagasan, dan penyusunan elemen seni rupa sehingga terwujud karya dengan teknik dry brush dan teknik dusel, serta ditambah dengan pensil conte dan goresan liar. Dalam proses berkaya menggunakan metode yaitu tahap eksplorasi, tahap improvisasi, dan tahap forming. . Kata kunci : Pergaulan Bebas, Remaja, Modernisasi, Seni Lukis
ABSTRACT
YOUTH IN THE ERA PROMISCUITY MODERNIZATION IDE AS CREATION PAINTING
Lives of adolescents is a very turbulent life, idealistic and highly sensitive to the symptoms in the environment. Teenagers are the most beautiful, and passionate. In a teenager's life is very fragile and very susceptible to the influence of social modernization, which is characterized by freedom, and began to leave the traditional oriental cultures. Promiscuity teen promiscuity modernization expressed by sex free, wild race culture, drinking, taking drugs and other harmful substances. With the title "Youth Smoking in the Age of Promiscuity Modernization As Art Creation Idea" aims to visualize the juvenile delinquency in the era of modernization in the form of distorted figures, and the benefits achieved to inform the public about the negative adolescent promiscuity can damage morale and life. Through the language of the various symbols esthetic, creator of the idea of combining ideas, and the preparation of elements to realize a work of art with a dry brush technique and the technique dusel, and coupled with a pencil and scratch conte wild. In the process of work using the methods of exploration stage, stages of improvisation, and stage of forming. . Key words: Intercourse Free, Teens, Modernization, Art
PERGAULAN BEBAS REMAJA DI ERA MODERNISASI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS
Latar Belakang Remaja sangat rentan dan sangat mudah kena pengaruh modernisasi atau pengaruh budaya modern yang ditandai dengan kebebasan. Budaya modern yang datangnya dari dunia barat bila di hayati lebih jauh sesungguhnya tidak sesuai dengan kehidupan budaya ketimuran atau budaya Bali yang dilandasi oleh falsafah hindu seperti: trikaya parisuda, karma pala, trihitakarana dan lain sebagainya. Sepirit hidup remaja seperti yang disebutkan tadi sudah tergerus oleh modernisasi, sehingga nilai-nilai etika, sopan santun atau tatakrama hidup bermasyarakat sudah semakin meluntur dan bahkan oleh sebagaian remaja masa kini atau remaja modernisasi, hal tersebut sudah mulai hilang, dan semakin mencintai kehidupan modern dengan budaya kebebasannya. Wujud kebebasan bagi sekolompok remaja di era modernisasi di ekpresikan dengan
pergaulan
sek
bebas,
budaya
kebut-kebutan,
minun-ninuman
keras,
mengkomsumsi narkotika dan zat berbahaya lainnya seperti ganja, heroin, asis, sabusabu, pil koplo, dan lain sebagainya telah menjadi warna dalam kehidupannya sehari-hari. Kehidupan remaja di era modernnisasi yang telah terlanjur hidup dalam suasana kebebasan sesungguhnya sangat membahayakan lingkungan maupun dirinya sendiri karena pergaulan bebas pada akhirnya akan menyesatkan mereka sendiri. Fenomena seperti ini sangat menarik bagi pencipta untuk diungkapkan kedalam karya lukis sebagi suatu bentuk kritik dan sekaligus merupakan penyadaran terhadap kenakalan remaja sehingga apa di anggapnya kurang baik atau tindakan-tindakan yang negatif dapat di minimalisir, sehingga akhirnya mereka sadar dan dapat menatap kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Kenakalan remaja di era modernisasi yang di ekspresikan kedalam berbagai tindakan negatif, pencipta akan ungkapkan dalam bentuk manusia yang di distorsi atau di gemukan sehingga keliatan seperti manusia yang menderita obesitas. Dipilihnya bentuk-bentuk di distorsi yang di ungkapkan kedalam manusia obesitas merupakan cermin dari kehidupan remaja masa kini yang serba instan yang diakibatkan oleh modernisasi. Selain itu kenakalan remaja yang di ungkapkan kedalam bentuk obesitas sebagai salah satu peringatan bagi remaja modernisasi yang hidupnya serba instan akan berdampak kurang baik, terutama bagi kesehatan dan sistem pergaulan yang ada di masyarakat.
Aspek yang di kritisi dalam kehidupan remaja masa modern adalah kenakalannya yang berdampak pada kehidupan di masyarakat dan dirinya sendiri. Kenakalan remaja di era modernisasi diuangkapkan melalui karya lukis dalam bentuk di rubah sesuai dengan keinginan pencipta. Distorsi dalam karya pencipta mengarah pada obyek manusia yang di ungkapkan dalam bentuk manusia yang di gemuk-gemukan dan cendrung tidak sesuai dengan aslinya sehingga kelihatannya agak lucu. Hal ini pencipta lakukan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan karakter remaja modernisasi yang dalam kehidupannya sebagai manusia yang konsumtif dan hidup serba instan. Selain itu, juga sebagai upaya untuk mencari karakter atau identitas diri dalam seni lukis sehingga kelak pencipta memiliki stail atau gaya tersendiri yang sekaligus merupakan ciri has karya dari karya pencipta sendiri. Dalam proses penciptaan, pencipta selalu merenungkan berbagai aktifitas remaja masa kini dengan berbagai permasalahannya sehingga hal-hal yang menarik bagi pencipta dapat ungkapkan secara total namun tetap mempertimbangkan berbagai unsur rupa untuk tujuan keindahan. Proses penciptaan di awali dengan pemahaman tentang objek kemudian diolah berdasarkan pengalaman batin sehingga akhirnya dapat terwujud karya lukis sebagai kritik dan sekaligus pendorong kehidupan remaja masa kini agar terhindar dari kenakalan remaja yang melanda generasi muda saat ini.
Ide Penciptaan Ide adalah gagasan, pikiran-pikiran (Yasyis, 1999 : 215). Sedangkan penciptaan berasal dari kata cipta yang artinya kesanggupan pikiran untuk mengadakan suatu yang baru atau angan-angan yang kreatif (Tim Penyususn Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa , 1988 : 169) sedangkan menurut Djelantik dalam bukunya estetika Suatu Pengantar mengatakam penciptaan adalah peristiwa yang merupakan proses bertahap di awali dengan timbulnya sesuatu dorongan yang di alami oleh seorang seniman (1999 : 63). Jadi ide penciptaan adalah gagasan atau dasar pemikiran dari seorang pencipta sebagai acuan untuk menciptakan atau membuat suatu karya seni yang kreatif . Untuk mewujudkan ide atau gagasan karya seni lukis pencipta mengabil sumber ide dari kenakalan remaja masa kini akibat arus modern.Karakteristik akan fenomena-fenomena tersebut memberikan rangsangan pada pencipta untuk mewujudkan kedalam karya lukis yang kemudian di visualisasikan dengan memadukan unsur-unsur seni rupa seperti warna, garis, objek, keseimbangan, kesatuan, proporsi, irama, komposisi dan lain sebagainya.
Namun proses kreatifitas tidak pencipta tuangkan secara mentah-mentah atau meniru objek apa adanya akan tetapi, pencipta selalu mengolah baik bahan dan teknik yang digunakan sehingga terwujud karya lukis yang memiliki ciri khas tersendiri atau karakter berupa karya seni lukis dalam bentuk manusia gemuk atau manusia yang obesitas akibat modernisasi dengan hidup yang bebas dan serba instan sebagai identitas pencipta.
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dan latar belakang di atas ada tiga permasalahan pokok dalam penciptaan ini:
-
Bagaimana caranya mewujudkan kenakalan remaja di era modernisasi dengan figur yang di distorsi kedalam seni lukis ?
-
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk memvisualisasikan kenakalan remaja di Era modernisasi kedalam seni lukis ?
-
Material dan tehnik apa yang tepat digunakan untuk mewujudkan simbulsimbul kenakalan remaja dalam karya lukis ?
Tujuan Penciptaan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan karya seni lukis, tugas akhir dengan tema “Pergaulan bebas Remaja di Era Modernisasi Sebagai Ide Penciptaan Seni Lukis” ini adalah sebagai berikut : -
Untuk dapat mewujudkan kenakalan remaja di era modernisasi dengan bentuk figur yang di distorsi kedalam seni lukis.
- Untuk memvisualisasikan kenakalan remaja di Era modernisasi kedalam seni lukis. -
Untuk mengetahui material dan tehnik apa yang tepat digunakan untuk mewujudkan simbul-simbul kenakalan remaja dalam karya lukis.
Manfaat Penciptaan -
Hasil penciptaan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mampu memberikan motivasi untuk menindak lanjuti penciptaan tentang kenakalan remaja di era modernisasi dari berbagai dimensi.
-
Menambah pengetahuan tentang seni lukis yang bertemakan kenakalan remaja dengan bentuk objak yang di gemukan ata distorsi dalam seni lukis sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penciptaan berikutnya selanjutnya.
-
Memberikan manfaat akademis dalam rangka pengembangan cakrawala pandangan penciptaan seni lukis melalui unsur-unsur seni rupa dalam olah seni.
-
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pergaulan bebas remaja di era modernisasi lebih banyak bersifat negatif serta dapat merusak moral dan kehidupannya.
Pengertian Seni Diantara sumber tertulis yang dikaji dalam penciptaan karya seni lukis, yaitu pendapat tentang pengertian seni dalam buku ilmu sosial dan budaya dasar dikatakan :Seni adalah produk social, (2006 : 160) sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kekhususannya, keindahannya, dan sebagainya) seperti: tari, lukis, patung, ukir dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Liang Gei dalam bukunya Filsafat estetika seni adalah segenap kegiatan budi pikiran seseorang (seniman) yang secara mahir menciptakan sesuatu karya sebagai pengungkapan perasaan manusia (1996:18). Jadi seni merupakan suatu penggungkapan pikiran seniman yang di curahkan kedalam suatu karya di mana karya yang tercipta menjadi hasil dari kegiatan budi pikiran yang dinikmati. Menurut pendapat Akhdiat K. Miharja seni adalah rohani manusia yang merefleksikan realited (kenyataan) dalam suatu karya yang berkait bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya (Soedarso,1999:4). Dalam definisi ini dengan tegas menyatakan bahwa seni merupakan bagian dari kegiatan rohani dan bukan semata-mata kegiatan jasmani, dalam memvisualkan kedalam bentuk karya seni lukis tidak hanya memindahkan apa yang dilihat, melainkan di sertai pula dengan bagaimana sikap atau perasaan terhadap keadaan di dalam hati yang tersentuh melalui keadaan yang dimaksud, hingga orang lain akan merasakan suatu persoalan yang sama. Dari beberapa pendapat atau pandangan para tokoh tentang pengertian seni di atas dapat disimpulkan bahwa seni adalah hasil ciptaan manusia melalui suatu kreaktivitas, ekspresi dari pengalaman estetis lewat dorongan perasaan batin yang dituangkan dalam bentuk karya seni sesuai dengan cipta rasa pembuatnya. Kelahiran seni tidak didorong
oleh faktor hasrat semata untuk memenuhi kebutuhan manusia yang pokok, melainkan untuk menciptakan suatu kepuasan batin penciptanya dan penikmatnya.
Pengertian Seni Lukis Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur. Sebagai bagian dari karya seni murni seni lukis merupakan bahasa ungkapan pengalaman artistik dan idiologis. Wujud tiga dimensional dalam seni lukis, awalnya adalah gambaran semu yang di peroleh melalui teknik persepektif atau perbedaan kecerahan antara satu warna dengan warna lainnya. secara umum seni lukis dikenal melalui sapuan kuas dengan cat berbasis minyak yang disapukan pada permukaan kain kanvas. Sedangkan medium lainnya adalah cat berbasis air yang di buat pada permukaan kertas. Dalam perkembangan selanjutnya medium karya seni lukis tidak lagi terbatas pada cat minyak dan cat air saja, tetapi dengan berbagai bahan pewarna dan elemen-elemen lainnya sesuai dengan ide dan gagasan penciptanya, sehingga batasan seni lukis yang bersifat dua dimensional menjadi kabur karena pemanfaatan teknik kolase dan campuran (mix media) menghadirkan bentuk tiga dimensional secara nyata, tampa ilusi ruang. Berbicara tentang seni lukis ada beberapa definisi yang dapat diambil sebagai rujukan seperti berikut ini yaitu : pada dasarnya seni lukis merupakan bahasa ungkapan dari pengalaman estetik maupun ideologis yang menggunakan warna dan garis guna menggungkap perasaan, mengeskpresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang (Susanto, 2002:71).. Dari pernyataan diatas mengenai definisi seni lukis, maka pandangan pencipta tentang seni lukis yaitu, wujud seni rupa dwi mantra yang mengungkapkan pengalaman estetik dengan menggunakan unsur-unsur seni rupa (garis, bentuk, bidang, dan tekstur).
Unsur-unsur Visual Seni Rupa Dalam kajian berikut ini merupakan beberapa kajian unsur-unsur visual seni rupa, diantranya:
-
Garis Garis merupakan perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Ia
memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain. Garis dapat pula membentuk berbagai
karakter pembuatnya. Dalam seni lukis, garis dapat pula dibentuk dari perpaduan warna, sedangkan dalam seni tiga dimensi garis dapat di bentuk karena belokan, sudut yang memanjang maupun perpaduan teknik dan bahan-bahan lainya (Susanto, 2002:45). Dari pernyataan tersebut di atas, pencipta dapat menarik kesimpulan bahwa garis tidak semata-mata batas limit melainkan elemen rupa yang membangun aneka kesan, fisiologis sebagaimana wujud garis itu ditampilkan. Fungsi garis dalam seni lukis yang pencipta ungkapkan pada dasarnya sebagai kontur dan untuk mempertegas bentuk-bentuk yang diungkapkan sehingga bantuk-bentuk yang di buat menjadi jelas dan tegas baik anatominya maupun batas dari masing-masing objek yang di lukiskan.
-
Bentuk Bentuk adalah rupa, wujud. Dalam karya seni rupa biasanya di kaitkan dengan
matra yang ada seperti dwi mantra, atau tri mantra (Susanto. 2002:22).Bentuk yang paling sederhana adalah titik. Titik sendiri tidak mempunyai ukuran atau dimensi. Kalau titiktitik berkumpul dekat sekali dalam suatu lintasan titik itu akan membentuk garis (Djelantik, 1999:18). Dalam seni lukis ada pengertian bentuk besar dan bentuk kecil. Bentuk besar menyangkut penyusunan suatu karya seni sebagai keseluruhan, sedangkan bentuk kecil mengenai susunan organisasi dari masing-masing bagiannya. Bentuk besar di namakan struktur dan bentuk kecil di sebut tekstur (Gie, 1996:99). Dalam karya pencipta bentuk yang di sajikan merupakan wujud yang di gambarkan secara sederhana dan lucu karena bentuk manusia sebagai objek dalam lukisan di tampilkan dalam bentuk yang aneh dan gemuk atau bentuk-bentuk obesitas.
-
Warna Warna merupakan kesan yang di peroleh mata dari cahaya yang dipantulkan
denda-benda yang dikenainya: corak rupa seprti merah, biru, hijau dan lain-lain. Peranan warna sangat dominan pada karya seni lukis. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tagangan (tension), diskripsi alam (naturalisme), ruang, bentuk ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beraneka ragam karena itu, betapa penting kedudukan warna dalam seni lukis atau seni rupa (susanto, 2002:113). Warna dalam karya pencipta berfungsi sebagai uangkapan perasaan tentang kenakalan remaja serta dalam ungkapa seni warna untuk warna, artinya warna-warna
yang diungkapkan tidak mempunyai tendensi atau prerensi apa-apa terkecuali sebagai perwana obyek lukisan semata.
-
Ruang Ruang kumpulan dari beberapa bidang akan membentuk ruang. Ruang mempunyai
tiga dimensi yaitu, panjang, lebar dan tinggi. Ruang pada aslinya adalah sesuatu yang kosong tidak berisi. Ruang yang seluruhnya terisi dengan benda-benda disebut massa dan bila benda itu kental massanya menjadi besar. Selain dari tiga dimensi massa mempunyai berat badan. Seolah-olah ada dimensi yang keempat (Djelantik, 1999:21). Ruang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwi mantra dan tri mantra. Dalam seni rupa sering dikaitkan dengan bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang juga dapat di artikan secara fisik adalah rongga yang terbatas maupun tang tidak terbatas oleh bidang (Susanto, 2002:99). Dalam karya pencipta ruang ditampilkan supaya tercipta suatu persepektif dan dapat menghasilkan komposisi yang menarik sehingga tercipta suatu karya yang harmonis.
Prinsip-prinsip Penyusunan Unsur-unsur Seni Rupa Terwujudnya karya seni tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang terbentuk dari penyusunan komposisi, proporsi, pusat perhatian, keseimbangan, dan irama. -
Komposisi Komposisi merupakan pengaturan unsur-unsur seni rupa baik berupa garis, bidang, warna, dan sebagainya, dengan pertimbangan suatu keseimbangan yang dapat menghasilkan karya yang harmonis (Poerwadarminta, 1976:518). Didalam karya seni lukis, komposisi nonsimetris biasanya terlihat lebih menarik, karena tidak terkesan kaku dan bersifat dinamis. Dalam karya pencipta komposisi yang digunakan kebanyakan menggunakan komposisi yang simetris dan penuh, namun juga terkadang menggunakan komposisi non simetris tergantung dari ide dan objek yang di tampilkan pencipta guna menghasilkan karya yang harmonis.
-
Proporsi
Proporsi adalah hubungan ukuran antara bagian dan bagian, sertabagian dan kesatuan atau keseluruhan. Proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), ritme (irama), harmoni dan unity atau kesatuan (Susanto, 2002:92). Konteks seni rupa menunjukkan apakah ukuran dibaca sebagai keluasan, ketebalan, ketinggian atau kedalaman. Sejak semula tidak ada suatu peraturan sah dan berlaku sepanjang waktu yang menetapkan adanya proporsi yang “benar” atau selaras sesungguhnyalah dalam seni rupa, ungkapan proporsional dapat dipakai, tetapi maksudnya adalah proporsi itu tidak sesuai dengan model sekarang. Proporsi pada karya pencipta adalah figur-figur manusia gemuk yang proporsinya tidak mendekati figur manusia gemuk pada umumnya sehingga terlihat lucu. -
Pusat Perhatian Disebut juga klimaks atau dominan adalah focus dari suatu suasana suatu pusat perhatian disekitar mana elemen-elemen yang lain bertebaran dan tunduk membatunya sehingga yang kita fokuskan mononjol. Hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja, ia akan membawa kearah yang paling penting dari suatu suasana (Sidik, 49-50). Dalam seni lukis pusat perhatian merupakan titik dimana penonton atau penikmat mengutamakan perhatianya pada suatu karya seni, dalam hal ini pusat perhatian dapat lebih mudah dilakukan dengan :
1) Menggunakan kekuatan warna 2) Dengan ukuran ataupu bentuk 3) Melalui komposisi 4) Dengan menggunakan gelap dan terang 5) Membuat perbedaan atau pengecualian Pada karya pencipta penekanan memberikan suatu focus pandangan utama dari suatu komposisi (biasanya berupa warna, garis, maupun bentuk) aspek
yang lainya menjadi pendukung, misalnya divisualkan dengan figur yang lebih besar dan warna yang lebih cerah dan kotras dengan penggunaan garis yang lebih kuat. -
Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah penyesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberikan tekanan pada stabilitas pada suatu komposisi dalam karya seni (Santoso, 2002:20). Keseimbangan terdiri dari keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau simetris. Didalam seni lukis keseimbangan informal atau asimetris biasanya lebih menarik karena kompak (keliatan lebih halus, rumit) dapat memberikan kemungkinan variasi yang lebih kaya dalam penyusunannya, sehingga dapat memberikan kesan bergerak atau dimensi, sementara keseimbangan formal atau simetris, memberikan kesan agung, tenang dan kepersisan karena bentuk maupun warna yang ada persis antar bagian yang kiri dan bagian yang kanan, sehingga menimbulkan kesan tidak bergerak, bersifat statis dan kaku serta kadang menimbulkan kesejukan.
-
Irama Irama adalah urutan atau pengulangan yang teratur dari suatu bentuk atau unsur-unsur
lainnya.
Bentuk-bentuk
pokok
irama
adalah
berulang-ulang
(reventitive), berganti-ganti (alternative), berselang-selang (progresif) dan mengalir (flowing) (Arsana dan Supono, 1983 : 70). Irama dalam seni lukis diperlukan untuk membantu menimbulkan pusat perhatian maupun mencegah suatu kebosanan atau kejenuhan. Irama bisa muncul dari pengulangan bentuk, warna, garis dan sebagainya. Uraian selanjutnya mengulas tentang sifat-sifat yang harus dimiliki suatu karya seni untuk berpotensi seni yakni supaya mengandung kemungkinan bahwa karya itu mempunyai nilai estetik. Bersley menyebutkan tiga macam estetik pokok yang menentukan kesenian yaitu : Unity (kebutuhan, kesatuan, tidak ada cacatnya), Complexsity (kerumitan, keanekaragaman), Intensity (intensitas, kekuatan, kesungguhan) (Djelantik, 1999:166). Ketiga pembentuk nilai estetik seperti di atas menjadi perwujudan karya sehingga diharapkan mampu memenuhi suatu keindahan yang tersusun secara baik, atau sempurna bentuknya, tidak sederhana sekali, melainkan hanya
akan isi atau makna serta kwalitas-kwalitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar suatu yang kosong, semuanya dilakukan secara intensitas atau sungguhsungguh. Irama dalam karya pencipta mucul dari pembuatan dalam pengaturan komposisi, misalnya perwujudan figur yang sama besarnya tiba-tiba muncul figur yang ukuranya lebih kecil dari pada figur yang lainnya, sehinga menghasilkan ruang dan komposisi yang dinamis.
-
Kontras Kontras adalah perbedaan antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada pada komposisi atau desain. Kontras dapat di munculkan dengan menggunakan warna, bentuk, tekstur, ukuran dan ketajaman. Kontras digunakan untuk memberi ketegasandan mengandung oposisi-oposisi seperti gelap terang, cerah buram, besar kecil dan lain-lain (Susanto, 2002:66). Kontras pada karya pencipta selain untuk membuat pusat perhatian, kontras juga di gunakan dalam mambentuk kesan ruang.
Proses penciptaan Dalam bab ini menjelaskan tentang proses pengolahan unsur-unsur seni rupa yang dipadukan untuk mencapai keselarasan pada karya. Proses penciptaan memerlukan rentangan waktu yang lama karena melewati beberapa proses, serta persiapan dan pemikiran yang cukup matang sehingga sebuah karya seni dapat diwujudkan. Secara garis besar proses penciptaan karya seni terdiri dari beberapa tahapan yaitu : tahap improvisasi, tahap penjelajahan (eksplorasi), dan tahap pembentukan (forming) sebagaimana yang diuraikan oleh Hawkins terjemahan Sumandiyo Hadi (2003 : 22) yang menerjemahkan metode tersebut meliputi: improvisasi, eksplorasi, dan forming. Eksplorasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai langkah awal suatu penciptaan karya seni. Tahap ini termasuk berfikir, berimajinasi, merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan. Tahap improvisasi, tahap ini memberikan kesempatan yang lebih besar bagi imajinasi, seleksi dan mencipta dari pada tahap eksplorasi. Karena dalam tahap improvisasi terdapat kebebasan yang baik, sehingga jumlah keterlibatan diri dapat ditingkatkan. Dalam tahap ini memungkinkan untuk melakukan berbagai macam
percobaan-percobaan dengan berbagai seleksi material dan penemuan bentuk-bentuk artistik untuk mencapai integritas dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Tahap forming adalah suatu proses perwujudan dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. Kebutuhan membuat komposisi tumbuh dari hasrat manusia untuk memberi bentuk terhadap sesuatu yang telah ditemukan. Tahap ini merupakan proses penyusunan dengan menggabungkan simbol-simbol yang dihasilkan dari berbagai percobaan yang berdasarkan pada pertimbangan harmoni, kerumitan, intensitas, dan lain sebagainya. Berikut ini dijelaskan secara rinci tentang metode yang digunakan dalam proses berkarya : Tahap Penjelajahan (Eksplorasi) Proses awal dalam penciptaan karya lukis pencipta merupakan proses penjajagan yang nantinya menemukan ide serta inspirasi. Proses penjajagan pencipta melakukan pergaulan dengan remaja yang ada di lingkungan pencipta. Pergaulan tersebut seperti menyelami dunia-dunia malam seperti:
pergi ke kafe, tempat prostitusi, hura-hura,
minuman beralkohol dan sebagainya. Hal seperti itu yang membuat moral generasi muda sekarang yang dapat merugikan diri sendiri. Pengamatan terhadap suatu karya seni, dalam hal ini pencipta melakukan pengamatan dengan mengunjungi pameran, karena di dalam sebuah pameran pencipta mendapatkan perbandingan karya yang nantinya bias menginspirasi dalam pembuatan karya pencipta. Mengamati karya pelukis-pelukis senior seperti: pada karya nyoman masriadi, dimana pencipta belajar dari karya-karyanya tentang bagaimana cara mengolah bentuk yang menarik dan kematangan teknik kemudian dituangkan kedalam lukisan. Pengamatan terhadap foto-foto yang terdapat melalui buku-buku, majalah, katalog, untuk memperkaya imajinasi yang akan dituangkan dalam ide, yang akhirnya dituangkan kedalam karya seni. Tahap Percobaan (Eksperimen) Dalam tahap ini adalah kelanjutan pengolahan dari tahap eksplorasi yang diawali dengan sketsa-sketsa pada kertas yang kemudian diwujudkan pada kanvas. Melakukan sketsa dengan memperhitungkan komposisi pada bidang kanvas sehingga menjadi kelihatan menarik. Dilanjutkan dengan melakukan eksperimen warna melalui campuran
warna seperti yang diinginkan pencipta misalnya: pembuatan warna ungu, pencampuran warna merah (red karmin) dengan warna biru (cyan primare) sehingga menjadi warna ungu, namun pencipta menginginkan warna ungu yang agak kemerahan, yang kemudian pencipta menambahkan perbandingan warna merah lebih banyak sehingga menciptakan warna ungu yang agak kemerahan seperti di inginkan pencipta Eksperimen Berupa Sketsa
Sketsa : Dibalik Rokmu Ukuran : 20 cm x 30 cm Media : Bolpoin di kertas Tahun: 2012
Beberapa Pencapaian Efek Warna
Pencapaian warna ungu
Pencapaian warna di atas tekstur
Pencapaian gradasi warna
emasangan warna dengan kuas
Alat dan Bahan yang di gunakan Alat yang di gunakan adalah : 1) kuas merek eterna degan berbagai ukuran, 2) palet pencampur warna yang di beli dari toko karena mempunyai sekat-sekat yang membuat warna tidak tercampur dengan warna yang lainnya, 3) kain lap pengering kuas, 4) gun tacker sebagai alat perekat kain dengan span ram, 5) ember sebagai tempat air, 6) guntig sebagai alat pemotong kain, 7) cascade tant pliers adalah alat untuk menarik kain kanvas. Bahan yang digunakan adalah : 1) cat acrylic bermerek Amsterdam, Sistem3, Galeria, 2) pensil conte A paris 1710 3B, 3) kanvas yang di gunakan adalah kanvas bandung yang sudah dilapisi. Tahap pembentukan (Forming) Pada tahapan pembentukan merupakan proses penuangan semua hasil dari pengalaman-pengalaman estetika maupun ideologis. Namun semua hasil dari pengalaman-pengalaman tersebut tentu mengalami pengembangan-pengembangan pada proses ini agar pencipta tidak terlalu terpaku pada hasil tersebut. Dalam pembentukan karya lukis pencipta, diawali dengan pemilihan skeet yang dianggap baik dan menarik. Tahapan berikutnya pencipta memindahkan sket yang dipilih ke dalam kanvas yang telah disiapkan, dengan menggunakan cat yang trasparan dan ringan sesuai dengan obyek yang diwujudkan. Kemudian dilanjutkan dengan pengeblokan pertama dengan warna yang telah ditentukan. menggunakan cat yang agak cair guna menutup pori-pori kanvas yang digunakan. Selanjutnya mulai pemasangan
warna dengan sedikit pencairan maupun tanpa pencairan (teknik dry brush). Seteleh itu mulai penerapan teknik dusel yang digunakan oleh pencipta untuk mencari detail dan penekanan warna atau pengolahan warna dalam suatu objek yang ditentukan. Pewarnaan objek atau figur menggunakan warna yang kontras supaya muncul suatu pusat perhatian (Centre Poin) pada karya pencipta. Dalam berkarya pencipta selalu menggarap karya berawal dari latar belakang (background), kemudian ke objek-objek atau figur yang ada di depan background. Dengan demikian dapat mempermudah pencipta dalam pembuatan karya seni lukis. Dalam tahap berikutnya pencipta melakukan perenungan atau meninjauan kembali terhadap karya yang sudah dianggap selesai guna mendapatkan kekurangankekurangan yang dapat mengganggu nilai estetik karya. Perenungan berdasarkan nilai atas rasa dan kemampuan untuk menjadikan ide-ide sebagai tujuan visualnya. Segala unsur yang menyangkut subject matter, komposisi, pusat perhatian, kesatuan, serta bentuk-bentuk yang telah di capai dan diteliti kembali, kemudian dilanjutkan dengan pengkoturan objek menggunakan konte, ditambah dengan goresan-goresan liar sehingga hasil dari lukisan pencipta sesuai dengan harapan. Tahap Finising Setelah semunya dianggap selesai, pencipta tidak lupa membubuhi nama pada karya yang sudah selesai. Penempatan nama juga harus diperhitungkan agar tidak menganggu nilai-nilai keindahan pada karya dan yang terakhir adalah pemasangan bingkai dengan model yang minimalis guna memberi kesan yang rapi dan siap di pajang.
Poto Berkarya
Foto saat pencipta melakukan proses pembentukan karya lukis Wujud karya Wujud karya merupakan suatu penjelasan mengenai karya yang telah di ciptakan yang di kaji secara ilmiah. Wujud dari sebuah karya seni lukis adalah sesuatu yang kongkrit atau nyata untuk memahami antara visual dan ide yang dapat dipahami lewat karya yang di ciptakan. Pencipta seni lukis melakukan beberapa tahapan yang mendasar dan merupakan sebagian dari proses kreatif termasuk kendala-kendala yang dihadapi untuk pencarian jati diri maupun eksistensi kesenimannya. Bilamana seorang pencipta telah berasil dalam memvisualisasikan ide-ide dengan segala totalitasnya, pada saat itu pula ia mencurahkan luapan emosinya kedalam bahasa visual melalui media tertentu, kemudian diwujudkan Pada suatu wujud karya terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek ideoplastis dan fisioplastis. Adapun aspek tersebut akan diuraikan lebih rinci seperti dibawah ini:
Aspek Ideoplastis Suwarjono dalam (Sudarmaji,Dermawan,Wahono.1985:9) buku apresiasi seni menjelaskan bahwa aspek ideoplastis merupakan karya yang lahir atas dasar ide sang pencipta dalam melahirkan bentuk, menuntun kelahiran perwujudannya seni secara visual.
Aspek ideoplastis meliputi ide, pendapat, pengalaman, emosi serta fantasi dan makna filosofis. Selain itu juga menyangkut konsep penciptaan setiap lukisan yang tersaji. Aspek ideoplastis tidak boleh lepas dari judul untuk keseluruhan lukisan, dalam hal ini pada intinya ingin mengungkapkan Pergaulan Bebas Remaja di Era Modernisasi. . Aspek Fisioplastis Suwarjono dalam (Sudarmaji,Dermawan,Warhono.1985:9) buku Apresiasi Seni menjelaskan bahwa, aspek fisioplastis penghampiran bentuk seni melalui aspek teknis tanpa mementingkan ide terciptanya seni itu sendiri. Aspek fisikoplastis merupakan suatu gambaran riil dari ide sesuatu dengan tema yang diangkat. Aspek fisikoplastis menyangkut pesona fisik dan teknis serta elemen visual seperti garis, bentuk, warna, tekstur, bidang, dan ruang, dasar-dasar penciptaan (prinsip desain) seperti harmoni, kontras, irama, gradasi serta menyangkut diantaranya kesatuan (unity), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity), aksentuasi (emphasis) dan proporsi. Setiap lukisan memiliki pengolahan aspek fisioplastis yang berbeda dan masing-masing menghadirkan karakter visual yang memiliki keterkaitan dengan makna yang ingin disampaikan. Dalam aspek fisioplastis karya di jelaskan sesuai dengan wujud fisiknya, secara fisik wujud karya pencipta keseluruhan menampilkan figur-figur manusia gemuk. Warnawarna dalam karya pencipta sebagain besar menggunakan warna kontras guna menimbulkan pusat perhatian dan warna kulit pada figur manusia dipasang warna yang berbeda dengan warna kulit pada aslinya karena mengingat manusia yang beragam di dunia ini. Yang bertujuan untuk mewakili karakter atau sifat figur manusia yang di tampilkan. Pada karya pencipta menggunakan media kanvas dengan cat akrilik dan menggunakan teknik dusel dan teknik dry brush agar mencapai karakter figur gemuk yang diingikan pencipta.
Judul Ukuran Bahan Tahun
: : : :
Dibalik rok mu 130 X 110 cm Akrilik,konte pada kanvas 2012
Hal ini merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang melakukan pelecehan terhadap teman perempuan di sekolah. Bentuk kenakalan remaja ini kerap terjadi dikalangan anak sekolah. Karya pencipta yang berjudul “dibalik rok mu” yang diartikan pencipta sebagai rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin mencoba serta hawa nafsu yang menguasai pikiranya. Dalam wujud karya ini digambarkan sekelompok anak remaja dengan memakai pakaian sekolah yang sedang menggodai teman perempuanya. Suasana yang ditampilkan adalah pada siang hari pas waktu pulang dari sekolah, dengan sekelompok temanya mereka mencegat teman perempuan yang menjadi sasaran mereka, seolah-olah terlihat sedang bercanda namun mereka berbuat senonoh di depan umum, ada yang menarik roknya keatas agar terlihat pakaian dalam yang dipakai teman mereka, ada juga yang memaksa memegang payudaranya. Apabila hal tersebut tercapai itu dapat memuaskan batin mereka walaupun hanya dapat melihat atau memegang saja. Warnawarna yang ditampilkan adalah warna yang terang guna mewakili suasana yang gembira dan ceria, warna figur perempuan yang merah muda dan menjolok bertujuan sebagai pusat perhatian serta sebagai karakter figur pemalu. Proporsi yang divisualkan gemuk diartikan bahwa anak remaja sekarang yang senang dengan hal-hal yang bersifat instan
dan menganut budaya kunsumtip, yang keluar dari noma-norma kemanusiaan yang ada pada budaya ketimuran. Menggunakan komposisi yang simetris bertujuan untuk menimbulkan kesan bergerak pada lukisan, dengan penampilan objek yang bergerak agar menemukan sutu irama pada karya pencipta, dan latar belakang dengan atap gedung sekolah yang sama kekuatan warnanya agar tercipta suatu keseimbangan, ditambah dengan perspetif taman dan jalan yang bermotip kotak-kotak bertujuan untuk menciptakan suatu ruang, sehingga tercipta karya yang sangat menarik. Dengan terciptanya karya ini pencipta mengharapkan kepada para remaja supaya bertingkah laku yang baik dan bertindak sopan di depan umum, sebab berperilaku yang baik akan mendapatkan perlakuan yang baik pula begitu juga sebaliknya, berperilaku yang buruk akan mendapat balasan yang buruk juga. Kesimpulan -
Pergaulan bebas remaja di era modernisasi yang mempunyai dampak negatif bagi kehidupan remaja merupakan ide yang menarik untuk di tuangkan menjadi karya seni karena dapat memberikan pesan agar dapat mengetahuinya dan tidak terjerumus kedalamnya.
-
Dalam menggambarkan dampak negatif pergaulan bebas remaja di era modernisasi menjadi karya seni lukis, di perlukan sebuah kemampuan teknik dan pengamatan terhadap permasalahan yang menjadi gagasan penciptaan karya seni, seperti tahap penjelajahan (ekplorasi, Tahap Percobaan (ekspirimentasi), dan tahap pembentukan (forming).
-
Bentuk figure yang di tampilkan adalah figur manusia yang mengalami perubahan bentuk yaitu mengalami penggemukan (distorsi) pada setiap figur yang ditampilkan. Warna kulit manusia pada umumnya beraneka ragam, supaya mampu mewakili karakter figur yang di inginkan pencipta dan tehnik yang diterapkan adalah teknik dry brush dan teknik dusel. Dengan teknik pewarnaan ini mampu menghasilkan warna-warna yang matang dan dapat mendekati bentuk-bentuk yang di inginkan pencipta.
Saran-saran Diharapkan bagi para remaja hendaknya bisa memilih sisi positif dari pergaulan bebas di era modernisasi dengan menghindari dampak negatifnya sehingga tidak terjerumus pada kehidupan yang kurang baik bagi diri sendiri, keluarga serta lingkungan disekitarnya. Bagi mahasiswa ISI Denpasar Supaya tetap berkreasi dan beraktifitas, sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih bermutu dari karya pencipta terdahulu dan dapat menjadi identitas pribadinya. Diharapkan bagi lembaga hendaknya terus meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan serta menambah prasarana pendukung perkuliahan sehingga mahasiswa dapat mempergunakan dengan sebaik-baiknya guna meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA Arsana, Nyoman dan
Supono. 1983.Dasar-Dasar Seni Lukis, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan : Denpasar. Djelantik, A.A.M, 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indinesia : Bandung. Gie, The Liang . 1999. Filsakat Seni, Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB) : Yogyakarta. Hadi,Sumandiyo. 2003. Mencipta Lewat Tari, Jurusan Seni Tari, FSP,Manthili : Yogyakarta Sidik, Fajar. 1981. Disain Elementer, Jurusan Seni Lukis, ASTSRI ASRI : Yogyakarta. Soekanto, Soerjono. 1982. Remaja Dan Masalah-Masalahnya, BPK Gunung Mulia : Jakarta pusat. Sp, Soedarso. 1990, Tinajauan Seni Rupa, Pengantar Untuk aspresiasi seni, Saku Dayar Sana : Yogyakarta. Subakti, EB. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda, PT Elex Media Kompotindo Kelompok Gramedia : Jakarta. Subati, EB. 2008. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja, PT Elex Media Kompotindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Susanto, mike. 2002. Diksi Rupa, kumpulan Istilah Seni Rupa, Kasinus : Yogyakarta. Sudarmaji, Dermawan. T, Wahono. 1985. Apresiasi Seni, Pasar Seni : Jakarta. Suprali. 1983. Tinjauan seni, Departemen Pendidikan Dan kebudayaan : Jakarta. Yasin Sulchan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah : Surabaya.