Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
PERAN RUANG PUBLIK TERHADAP PEMBENTUKAN KORIDOR JALAN PATIMURA KOTA JEPARA Ariyanto UNISNU Jepara,
[email protected]
ABSTRACT Public space at Pattimura Street in Jepara is not good enough yet to follow the rule to be used as an activity in informal sector, and it is also not good enough in time management. The activities of public space at Pattimura Street start to show festivity at noon up to night time with activity dominated culinary. River existence in the along side of Pattimura street can increase a lot of visitor to enjoy culinary at public space Pattimura. But on the other side, informal sector development at this corridor was not looking undercontrolled, and it tended to annoying vehicles which passed the road. Pattimura Street was a public space that has a potential enough as a cooperative ownership of public space wherein many visitors do many kinds of activities, either formal or informal based on schedule. The research method used is descriptive qualitative through qualitative and quantitative approach, data evaluation, data finding and observation at Pattimura Street. This study can be concluded that public space at Patimura Street definitely can be functioned and impressed visitors to use the public space for activity. Finally, this place can be an alternative place for people of Jepara to spend their time not only for holiday but also for business. Keyword: public space, Pattimura Street, public space at Pattimura Street ABSTRAK Ruang Publik di jalan Patimura Jepara belum cukup baik secara fungsional digunakan untuk aktivitas di sektor informal dan manajemen waktu. Aktivitas ruang public di jalam Patimura sudah mulai menunjukkan adanya perayaan baik di siang hari maupun malam hari dengan didominasi kuliner. Keberadaan sungai sepanjang jalan Patimura dapat meningkatkan banyak pengunjung untuk menikmati kuliner di ruang publik jalan Patimura. Akan tetapi, di sisi lain, perkembangan sektor informal pada koridor tersebut tidak terkendali, dan cenderung mengganggu pengendara yang melintasi jalan tersebut. Jalan Patimura merupakan ruang public yang cukup potensial bagi kebersamaan secara kepemilikan untuk ruang publik dimana banyak pengunjung melakukan aktivitas baik formal maupun informal sesuai jadwalnya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan kualitatif kuantitatif, evaluasi data, penemuan data dan pengamatan di jalan Patimura. Studi ini dapat disimpulkan bahwa ruang public di jalan Patimura sebenarnya dapat difungsikan dan memberikan kesan para pengunjung untuk menggunakan ruang public sebagai suatu aktivitas mereka. Pada akhirnya tempat tersebut dapat menjadi alternative bagi masyarakat Jepara untuk meluangkan waktu tidak hanya di saat liburan tetapi juga untuk bisnis.
PENDAHULUAN Latar Belakang Stepen Carr, 1972 menyatakan bahwa ruang publik yang berkualitas harus memenuhi minimal 3 kriteria dasar, yaitu Responsive artinya tanggap terhadap kebutuhan pengguna; Democratic artinya menghargai hak semua orang untuk menggunakan ruang publik dalam suasana kebebasan dan persamaan derajat; Meaningful artinya memeberikan makna tertentu secara pribadi, maupun kelompok. Seringkali kehadiran ruang publik kota diikuti oleh sektor informal, sehingga fungsi dan kualitas ruang publik yang sesungguhnya tidak terpenuhi. Aktivitas sektor informal tidak
86
terlepas dari tumbuhnya kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kota, semakin dekat dengan ruang kota akan semakin tinggi intensitas dan keberagaman kegiatannya. Bentuk dari aktivitas biasanya berupa kegiatan umum yang ada di kota, antara lain dapat berupa ruang terbuka atau bangunanbangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum. Ruang terbuka ini bentuk fisiknya dapat berupa taman kota, taman budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian dan lain sebagainya. Kondisi di atas terjadi di Kota Jepara, khususnya di Jl. Pattimura. Jalan Pattimura merupakan salah satu jalan di Kota Jepara yang berada di BWK I yang menghubungkan 2
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
(dua) aktivitas perdagangan yaitu Pasar Umum Kota Jepara dan Shopping Centre Jepara (SCJ). Keberadaan ruang publik di Jalan Pattimura tidak terlepas dari kegiatan sektor informal baik itu diatur menurut manajemen waktu maupun tidak. Aktivitas pada ruang publik di Jalan Pattimura mulai menunjukkan keramaian pada sore hingga malam hari dengan dominasi kegiatan kuliner. Keberadaan sungai di sepanjang Jalan Pattimura menambah keunikan tersendiri bagi pengunjung yang menikmati kuliner di ruang publik Jalan Pattimura. Ruang publik seharusnya dapat diakses oleh semua golongan masyarakat, namun terkadang ada gap yang memisahkan antara pengguna ruang publik yaitu antara golongan menengah ke atas dan menengah ke bawah. Hal demikian tidak terjadi di ruang publik Jalan Pattimura Jepara, dimana antara golongan menengah ke atas dan menengah ke bawah berbaur menjadi satu walaupun prosentasenya lebih besar masyarakat golongan menengah ke bawah. Kehadiran PKL dengan lokasi yang sudah disediakan dan dengan desain yang cukup menarik (los-los dengan payung seragam) menjadi daya tarik masyarakat Kota Jepara untuk menikmati berbagai jenis makanan khususnya hasil laut. Selain itu, muncul pedagang kaki lima di jalur pejalan kaki dengan jenis dagangan berbagai jenis pakaian dan sepatu/sandal di sepanjang jalur pejalan kaki Jalan Pattimura yang mulai beraktivitas pada jam 18.00 hingga larut malam. Sehingga pada malam hari suasana di Jalan Pattimura Jepara terlihat seperti pasar malam yang tertata dengan berbagai jenis kegiatan baik untuk anak-anak, orang dewasa maupun keluarga. Dari pemahaman di atas, tampak terlihat bahwa kondisi Jalan Pattimura cukup potensial sebagai ruang publik milik bersama yang menarik untuk dikunjungi berbagai lapisan masyarakat tanpa membeda-beda. Aktivitas yang terjadi di Jalan Pattimura juga mampu berdiri berdampingan antara kegiatan formal maupun informal dengan adanya manajemen waktu. Melihat potensi yang ada tersebut perlu
dilakukan studi yang melibatkan masyarakat dalam memahami peran ruang publik kota agar fungsi dan kualitasnya dapat terpenuhi dan terjaga dengan baik tanpa mengabaikan salah satu pihak. Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi pada kawasan studi, yaitu: 1. Jenis aktivitas yang menggunakan ruang publik Koridor Jalan Pattimura Kota Jepara ? 2. Bagaimana kualitas dan fungsi ruang publik Koridor Jalan Pattimura Kota Jepara ? 3. Bagaimana pendapat masyarakat pengguna Koridor Jalan Pattimura terhadap peran ruang publik ? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah mengetahui peran ruang publik terhadap pembentukan koridor Jalan Patimura Jepara berdasarkan pendapat masyarakat pengguna, sehingga ruang publik kota dapat memenuhi fungsi dan kualitasnya. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam studi ini secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial atau materi yang akan dikaji pada studi ini dibatasi pada pembahasan mengenai kajian yang berkaitan dengan ruang publik kota dengan jenis aktivitas yang tumbuh dan berkembang di atasnya, serta masyarakat pengguna ruang publik tersebut untuk mengetahui peran ruang publik terhadap pembentukan koridor Jalan Patimura Jepara. Ruang Lingkup Spasial Ruang lingkup dalam studi ini adalah taman rekreasi (pusat jajanan rakyat) yang mudah dikenali dan dipahami masyarakat di Kota Jepara, yaitu: koridor Jalan Pattimura. Dimana koridor ini menghubungkan 2 (dua) node yaitu pasar umum Kota Jepara dan Shopping Centre Jepara (SCJ).
87
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
Kehadiran Ruang
Aktivitas formal
Kelas Sosial Masyarakat
Perubahan fungsi
Pandangan yg berbeda
blik
LATAR BELAKANG
thd
blik k t
PENGUMPULAN DATA
Idenfikasi keberadaan ruang publik kota (koridor Jl. Pattimura) Identifikasi karakteristik masyarakat pengguna Identifikasi pendapat masyarakat mengenai makna Hipotesis: perbedaan pendapat masyarakat terhadap peran ruang publik yang dipengaruhi oleh latar belakang
Analisis pendapat masyarakat terhadap fungsi dan kualitas ruang publik kota (koridor Jl. Pattimura Jepara)
ANALISA Analisis kualitas ruang publik kota:
Analisis fungsi ruang publik: fungsi estetika dan fungsi
R
if D
k
Ada perbedaan pendapat masyarakat mengenai peran ruang publik terhadap pembentukan koridor Jl. Patimura yg disebabkan
Rangkuman Analisa
PENUTUP
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar Kerangka Pikir Studi Sumber: Penyusun, 2010
88
ik M
i
f l
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
KAJIAN TEORI RUANG PUBLIK Stepen Carr, 1972 menyatakan bahwa ruang publik yang berkualitas minimal memenuhi 3 kriteria dasar, yaitu: a) Ruang yang Responsif (Responsif Space) Ruang publik yang didesain dan diatur untuk merespon kebutuhan pemakainya. Kebutuhan utama masyarakat akan kepuasan dalam menggunakan ruang publik meliputi kenyamanan, relaksasi, pertemuan aktif dan pasif serta menemukan hal-hal baru jika berada pada ruang publik tersebut. Kenyamanan bisa diperoleh, misalnya dari jumlah tempat duduk yang cukup dan “enak” diduduki atau bisa juga dari keberadaan pepohonan rindang yang memberikan keteduhan, selain itu bisa juga dari lampu penerangan yang cukup terang. Relaksasi dilakukan untuk menghilangkan tekanan (stress terhadap kehidupan seharihari). Dengan relaksasi atau bersantai, akan memberikan kesegaran kembali. Hubungan secara fisik dan visual dengan tumbuhan dan alam penting juga bagi kesehatan dan dapat pula menyegarkan masyarakat. Adapun pertemuan aktif dan pasif diperlukan untuk menjalin hubungan bermasyarakat. Mereka bisa sekedar duduk-duduk sambil melihat orang lain melakukan aktivitas, atau sekedar membaca, atau bercakap-cakap dengan orang lain, bahkan bermain atau berolahraga bersama. Pada dasarnya, orang mempunyai kesenangan untuk melihat orang lain begitu juga sebaliknya, dilihat oleh orang lain. Ruang publik juga dapat menjadi suatu ruang tempat menekan hal-hal baru akan dirinya sendiri atau orang lain (tempat untuk merenung). Pada ruang publik, masyarakat dapat menemukan ide-ide baru, sehingga sebagai tempat mencari inspirasi. b)
Ruang yang Demokratik (Democratic Space) Ruang publik yang dapat melindungi hakhak kelompok pemakainya. Ruang publik dapat dipakai oleh semua kelompok dan memerikan kebebasan bertindak bagi pemakainya, sehingga untuk sementara mereka dapat menuntut dan memiliki ruang
c)
publik tersebut. Ruang publik dapat pula merupakan suatu ruang untuk bertindak lebih bebas daripada ketika mereka berada di rumah atau di tempat kerja. Pada keadaan yang paling sering terjadi, seseorang untuk sementara harus dapat berbagi dengan orang lain dalama pemakaian ruang publik. Ruang publik dapat dirubah oleh aktivitas publik, karena itu dimiliki oleh orang banyak. Ruang tersebut dapat menawarkan keterbatasan kekuasaan dan pengaturan hanya dikarenakan adanya hak-hak orang lain. Pada ruang publik, masyarakat dapat belajar untuk hidup bersama. Ruang yang Mempunyai Arti (Meaningful Space) Ruang publik harus dapat membiarkan pemakainya berhubungan kuat dengan ruang publik itu sendiri, kehidupan pribadinya dan dunia yang lebih luas. Mereka menghubungkan keadaan sosial dan fisik mereka. Hubungan ini mungkin untuk sejarah orang itu sendiri atau untuk masa depannya, untuk suatu nilai kelompok, untuk kebudayaan seseorang atau sejarah yang berhubungan, untuk kenyataan secara biologi dan psikologi, atau kejadian di dunia lain. Ruang publik yang memberikan arti ini akan membuat masyarakat ingin selalu berkunjung ke sana, yang berarti merupakan ruang publik yang menumbuhkan rasa rindu untuk mengunjunginya.
KORIDOR Salah satu bentuk dari street adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan yang melingkupinya dan aktivitas yang ada pada koridor tersebut (Krier, 1979). Selain itu, pembangunan yang terkontrol dengan koridor jalan untuk kendaraan mempunyai kontribusi yang besar bagi pergerakan dan bentuk traffic dalam suatu perkotaan (Bishop, 1989). Dalam buku desaining urban koridor (Bishop, 1989) terdapat dua macam urban koridor, yaitu : • Commercial koridor, urban komersial koridor termasuk di dalamnya beberapa dari jalan untuk kendaraan utama yang melewati kota. Biasanya dimulai dari area – area komersial yang ada di mana – mana menuju pusat sub-urban yang baru di mana padat dengan kompleks perkantoran dan pusat – pusat pelayanan.
89
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 •
kegiatan atau aktivitas-aktivitas kejiwaan. Mengenai kekuatan atau kemampuan jiwa manusia telah dibedakan adanya dua golongan yang besar, yaitu: a) Kemampuan manusia menerima stimulus dari luas. Kemampuan ini berhubungan dengan pengenalan (kognisi); b) Kemampuan manusia untuk melahirkan apa yang tejadi dalam jiwanya. Kemampuan ini berhubungan dengan motif, kemauan (konasi). Sedangkan kemampuan jiwa dibedakan atas 3 golongan yang besar, antara lain: a) Kognisi, yang berhubungan dengan pengenalan; b) Emosi, yang berhubungan dengan perasaan; c) Konasi, yang berhubungan dengan motif. Walaupun kemampuan jiwa itu golonggolongkan, namun haruslah selalu diingat bahwa jiwa manusia itu merupakan suatu kesatuan, suatu kebulatan atau suatu totalitas. Ini berarti bahwa bagian satu tidak terlepas sama sekali dari bagianyang lain, tetapi selalu berhubung-hubungan. Seperti telah dipaparkan di depan bahwa manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya. Manusia akan selalu menerima rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Namun ini tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar diri individu itu, sebab stimulus juga dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Adapun yang dimaksud denga stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor, dan menyebabkan organisme itu aktiif (Chaplin, 1972; Woodworth & Marquis, 1957). Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenal oleh satu stimulus saja, tetapi individu dieknai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Preferensi Menurut Surayin dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan preferensi adalah hal lebih menyukai, kesukaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan, kesukaan/keinginan. Istilah dari kata preferensi menurut Prof. Wojowasito dalam kamus lengkap bahasa Indonesia-Inggris, preferensi merupakan istilah bahasa Indonesia yang
Scenic koridor, memang kurang umum jika dibandingkan dengan komersial koridor, tetapi scenic koridor memberikan pemandangan yang unik dan terkenal atau pengalaman rekreasi bagi pengendara kendaraan saat mereka melewati jalan tersebut. Walaupun scenic koridor kebanyakan terdapat di area pedesaan, beberapa komunitas masyarakat mengenali keunikan urban koridor tersebut karena memberikan kesempatan pemandangan bagi mereka dalam perjalanan dengan kendaraan. Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk elemen kota tidak akan lepas dari faktor – faktor yang ada dalam koridor tersebut, yaitu : - Fasade - Figure Ground - Pedestrian ways Bentuk koridor menurut Rob Krier adalah ruang terbuka dengan bentuk memanjang yang memiliki batas – batas di sisinya. Menurut Edmun Bacon, koridor berbentuk deretan massa yang menciptakan Iinkage visual antara dua tempat. Roger Trancik (1986) menyebutkan bahwa pola massa dalam sebuah koridor adalah suatu figure ground ini dapat membantu untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola tata ruang, selain itu juga masalah pembentukan dinding koridor. PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT Persepsi Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Surayin, persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Persepsi berasal dari kata Inggris “Perception” yang berarti hal, tindakan, hasil, proses, pengamatan, atau proses seseorang mengetahi beberapa hal melalui pancainderanya. Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, dan kehidupan kejiwaan itu diregelsikan dalam perilaku, aktivitas manusia. Para ahli pikir seperti Plato, Aristoteles sejak dulu telah membicarakan mengenai soal jiwa manusia. Dikatakan bahwa manusia mengadakan introspeksi kepada diri masingmasing, memang dapat dimengerti bahwa dalam dirinya, manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berpikir kalau menghadapi sesuai masalah, ingin membeli sesuatu kalau membutuhkan sesuatu barang, semua ini memberikan gambaran bahwa dalam dalam diri manusia berlangsung kegiatan-
90
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 berasal dari bahasa Inggris preference yang dapat diartikan sebagai lebih memilih/suka. Latar belakang pandangan seseorang, selain ditentukan oleh tingkat pendidikan, status dan perannya dalam masyarakat, dapat juga ditentukan oleh pengalaman seseorang dalam memenuhi tingkat kebutuhannya. Tingkat kebutuhan fisiologis, umumnya menjadi motif utama masyarakat kelas bawah cenderung dapat menyetujui, menghargai, atau menganggap layak kehadiran aktivitas ekonomi yang menyediakan pemenuhan fisiologis di sekitar taman kota, seperti PKL. Sebaliknya, masyarakat kelas atas telah melewati tingkat kebutuhan fisiologis, sehingga mereka cenderung kurang menyetujui atau kurang menganggap layak kehadiran aktivitas yang menyediakan kebutuhan fisiologis, seperti yang dilakukan oleh PKL di sekitar taman kota (Hariyono, 2007).
d. Barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya. 2. Masyarakat kelas menengah a. Kecenderungan membeli barangbarang yang menunjukkan kekayaannya; b. Berkeinginan membeli barang-barang yangmahal dengan sistem kredit, misalnya: kendaraan, rumah mewah, dan perabot rumah tangga. 3. Masyarakat kelas bawah a. Kecenderungan membeli barang dengan mementingkan kuantitas daripada kualitas; b. Pada umumnya membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari; c. Memanfaatkan penjualan barnagbarang yang diobral dan penjualan dengan harga promosi. Dalam studi ini, pengertian masyarakat kelas atas dan menengah akan digabung menjadi kelas atas karena memiliki ciri-ciri kelas yang mirip. Dengan demikian, penelitian ini akan mengambil lapisan masyarakat kelas atas dan bawah.
KARAKTERISTIK PELAPISAN MASYARAKAT Masyarakat memiliki kelompokkelompok orang yang berbeda-beda yang disebabkan ciri-ciri tertentu, seperti tingkat kepandaian (pendidikan), tingkat usia, tingkat keeratan hubungan kekerabatan, harta, dan sebagainya (Soekanto, 1981 : 135). Kebiasaankebiasaan yang terjadi dalam masyarakat dapat menimbulkan pelapisan atau kelas dalam masyarakat yang menunjukkan kesadaran kendudukan seseorang. Kedudukan dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial, sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) seseorang. Lebih lanjut, Soekanto (1981 : 136) mengatakan kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta memerlukan kemampuan dan latihan yang maksimal. Tidak banyak individu yang dapat memenuhi persyaratan maksimal tersebut. Hanya sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kemampuan tersebut. Kelompok masyarakat ini biasanya menduduki kelas atas. Sedangkan persyaratan kemampuan yang minimal menghasilkan kelas bawah. Mangkunegara dalam Hariyono (2007) mengidentifikasi karakteristik kelas masyarakat sebagai berikut : 1. Masyarakat kelas atas a. Kecenderungan membeli barangbarang yang mahal; b. Membeli pada toko-toko yang berkualitas lengkap, seperti supermarket, department store, dan pusat perbelanjaan; c. Konservatif dalam berkonsumsi;
METODE PENELITIAN Metode Pendekatan Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman menyeluruh tentang fenomena yang diteliti sebagai pendekatan yang menyeluruh, sehingga cakupan dan kedalaman dalam penelitian kualitatif sangat diutamakan karena menyangkut fenomena perilaku masyarakat (Lexy Moleong, 2000). Menurut Muhadjir, 1996 bahwa konstruksi teori dibangun dari konseptualisasi teoritik sebagai hasil pemaknaan empirik dalam arti sensual, logik maupun etik. Kebermaknaan teoritik perlu diikuti dengan kebermaknaan empirik. Upaya untuk menjangkau kebermaknaan empirik dapat dikerjakan dengan mengembangkan konseptualisasi tentang populasi dan sampel secara tetap. Pada landasan empirik penelitian kualitatif dimana sampel dipilih secara purposive dan digunakan untuk mencari pengungkapan makna dan esensinya. Disain Penelitian Dalam penelitian mengenai peran ruang publik terhadap pembentukan koridor Jalan Pattimura Kota Jepara ini, diperlukan suatu prosedur kerja penelitian yang mengatur tata cara meneliti di lapangan, yaitu:
91
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 Ciri-ciri Populasi Alasan digunakannya masyarakat pengguna koridor Jalan Pattimura sebagai sampel karena keberadaan mereka yang lebih dekat dan paham/mengenal benar lokasi penelitian, sehingga data dan informasi yang didapat diharapkan akan lebih akurat. Ruang publik yang akan diteliti dibatasi pada koridor jalan lengkap dengan aktivitas kuliner dan rekreasi yang lebih dikenal/populer di Kota Jepara, yaitu koridor Jalan Pattimura dengan SCJ-nya. Ciri-ciri atau sifat populasi ruang publik yang berbentuk koridor jalan yang telah ada antara lain: a) dapat digunakan oleh publik; b) untuk mencari kesenangan dalam pengertian dapat untuk melepaskan kepenatan psikis orang yang mengunjungi; c) memiliki batas fisik yang relatif jelas.
Unit analisis yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: a) Karakteristik masyarakat pengguna ruang publik (koridor jalan), yaitu orang-orang baik secara individu maupun berkelompok yang menggunakan koridor jalan untuk berbagai aktivitas. Pada unit analisis ini hal-hal yang harus digali antara lain: jenis kegiatan, jenis pekerjaan, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, dan alamat tinggal. Unit analisis karakteristik masyarakat ini digunakan untuk mengetahui karakteristik masyarakat seperti apa yang menggunakan ruang publik di koridor Jl. Pattimura ini. b) Karakteristik ruang publik yang berbentuk koridor jalan. Unit analisis ini digunakan untuk mengetahui fungsi dan kualitas ruang publik, sehingga diketahui fungsi utama ruang publik kota dan apakah kualitas dasar ruang publik dapat terpenuhi.
Unit-unit Analisis yang akan diteliti Tabel Variabel, Indikator, Dan Parameter Penelitian Indikator Parameter Aktivitas formal Fungsi Ruang Publik Aktivitas informal Penghijauan Peran Ruang Publik Ruang yang responsif Kualitas Ruang Publik Ruang yang demokratif Ruang yang mempunyai arti Jenis kelamin Jenis kelamin presponden Umur Umur responden Peran Pendidikan Masyarakat Pekerjaan Kelas sosial masyarakat Pendapatan Tempat tinggal Sumber: Analisis Penyusun, 2009 Variabel
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel untuk responden pada penelitian adalah purposive random sampling, hal ini dimaksudkan untuk memilih sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau Kebutuhan Data dan Informasi sifat-sifat tertentu dan dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau Konsep kebutuhan data dan informasi sifat-sifat populasi yang sudah diketahui berdasarkan tujuan studi untuk melakukan sebelumnya. Respondennya meliputi tahap analisis dapat dilihat pada tabel berikut masyarakat pengguna ruang publik (koridor ini. jalan) Jalan Pattimura yang terdiri dari: pedagang, pengunjung, dan pengelola. Tabel Kebutuhan Data Dan Informasi Lingkup Data Sumber Data & Macam Data & Informasi Manfaat untuk Analisis & Informasi Informasi Karakteristik Mengetahui karakteristik • Jenis aktivitas yang • Observasi masyarakat masyarakat pengguna dilakukan • Interview ruang publik (taman kota) • Jenis pekerjaan sehingga dapat diketahui • Pendidikan terakhir lapisan masyarakat yg • Jumlah pendapatan
92
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
Lingkup Data & Informasi
Sumber Data & Informasi
Macam Data & Informasi • Alamat tinggal
• Kondisi fisik koridor jalan (hard material dan soft material) • Fungsi yg bisa terakomodasi Sumber: Penyusun, 2009 Peran publik
Teknik Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi diperoleh melalui dua cara yaitu melalui survey primer berupa observasi ke lokasi studi untuk melihat fenomena yang terjadi di lapangan, dan cara yang kedua melalui survey sekunder berupa produk kebijakan dan data yang dibutuhkan oleh peneliti, dimana produk kebijakan ini diperoleh dari instansi terkait seperti BAPPEDA Kabupaten Jepara, BPS Jepara, dan sebagainya. Teknik Pengolahan data dan informasi. Data dan informasi yang diperoleh akan diolah melalui tahapan editing, koding, pengelompokan dan pentabulasian sehingga data akan mudah dimanfaatkan untuk analisis. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif, penilaian data, rangkuman analisis dan visualisasi di lapangan digunakan untuk mengkaji peran ruang publik terhadap pembentuk koridor Jalan Pattimura. Teknik Penyajian Data dan Informasi
NO 1.
2.
• Observasi
ruang
Manfaat untuk Analisis menggunakan koridor jalan Pattimura Mengetahui karakteristik koridor jalan Pattimura dan aktivitas yang tumbuh dan berkembang
a. Secara diskriptif untuk data-data yang berkaitan karakteristik masyarakat pengguna ruang publik kota, karakteristik koridor jalan, dan pendapat masyarakat; b. Tabulasi untuk data angka dan rangkuman potensi maupun masalah yang spesifik; c. Peta secara tematik dan skalatis untuk mendukung data diskriptif; d. Foto dan sketsa gambar, secara perspektif maupun isometris sesuai dengan kebutuhan analisis visual. DISKRIPSI KAWASAN STUDI Jalan Patimura sebagai jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antara Jalan Pelabuhan dengan Jalan Kartini dan Jalan Brigjen Katamso Kabupaten Jepara, memiliki lebar 6 meter dan panjang 600 meter. PENGGUNAAN RUANG DI LOKASI STUDI Fungsi bangunan yang ada di Jalan Patimura adalah perkantoran (BAPPEDA), pendidikan (SMP N I), perdagangan (SCJ dan pasar Jepara), perumahan dan peribatan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Fungsi dan Intensitas Penggunaan Bangunan Kawasan Studi INTENSITAS FUNGSI NAMA BANGUNAN PENGGUNA AKTIVITAS BANGUNAN BANGUNAN Mall SCJ Perdagangan dan Senin-Minggu Perdagangan jasa dan jasa
08.0022.00
Mushola
24 jam
Tempat Ibadah umat Islam
93
Setiap hari
Kegiatan beribadah
WAKTU
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
NO
NAMA BANGUNAN
INTENSITAS PENGGUNA BANGUNAN
FUNGSI BANGUNAN
AKTIVITAS
WAKTU
3.
Bengkel
Memperbaiki kendaraan
Setiap hari
Kegiatan service Kendaraan bermotor
09.0017.00
4.
Rumah
Tempat bermukim
Senin-Minggu
Tempat bermukiman (tempat tinggal)
24 jam
5.
Rumah
Tempat bermukim
Senin-Minggu
Tempat bermukiman (tempat tinggal)
24 jam
6.
Kantor BAPPEDA Kab. Jepara
Kantor BAPPEDA
Senin-sabtu
Kegiatan kantor
08.0016.00
7.
SMP N I Jepara
Sekolahan
Senin-sabtu
Kegiatan Pendidikan
07.0014.00
94
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
8.
Ruko
Perdagangan
INTENSITAS PENGGUNA BANGUNAN Setiap hari
9.
Ruko
Perdagangan
Setiap hari
Perdagangan
08.0016.00
10.
Pasar Jepara
Perdagangan
Setiap hari
Perdagangan
08.0016.00
NO
NAMA BANGUNAN
FUNGSI BANGUNAN
AKTIVITAS
WAKTU
Perdagangan
08.0016.00
Sumber: Hasil Observasi, 2010 AKSESIBILITAS, SIRKULASI DAN PARKIR Aksesibilitas Kawasan Sirkulasi dan ruang parkir disepanjang Jl. Pattimura pada hari kerja dan hari sekolah cukup padat, pada beberapa titik di penggal Jl. Pattimura yaitu di depan kantor BAPPEDA dan SMP N I, walaupun sudah menyediakan areal parkir di dalam tetap ada juga yang menggunakan badan jalan untuk parkir. Arus sirkulasi di Jalan Patimura dibedakan menjadi dua yaitu jenis sirkulasi pagi dan sirkulasi sore. Dengan adanya sirkulasi yang berbeda di Jalan Patimura ini mempuyai keunikan tersendiri dari segi sirkulasi. Arus sirkulasi pada pagi hari menggunakan satu arah yaitu sirkulasi diarahkan dari pasar Jepara ke area SCJ, kondisi ini disebabkan karena pada pagi dan siang hari Jalan Patimura mempuyai aktivitas yang cukup padat. Kepadatan ini terlihat mulai pukul 06.30 – 08.30 WIB dan pukul 13.30 – 15.00 WIB karena adanya aktivitas pegawai/karyawan BAPPEDA dan anak-anak sekolah SMP I Jepara. Untuk sirkulasi pada sore hari berbeda dengan
sirkulasi pagi hari, sirkulasi sore hari menggunakan jalur dua arah mulai pukul 18.00 WIB. Sirkulasi ini untuk mempermudah pengunjung yang akan datang ke area SCJ. Pada sore hari baik dari jalan Yos Sudarso maupun Jalan W. Monginsidi diperbolehkan untuk melewati Jalan Patimura tepatnya depan BAPPEDA menuju pasar Jepara. Moda Transportasi Moda transportasi yang lewat di Jalan Patimura dapat dibedakan menjadi dua yaitu: moda transportasi pribadi dan moda transportasi umum. Moda transportasi pribadi yang melewati Jalan Patimura adalah mobil, motor dan sepeda sedangkan moda transportasi umum adalah angkutan umum kota, dokar dan becak. Angkutan umum yang melewati Jalan Patimura mempuyai rute Jepara-Kecapai-Lebak, Jepara-Semat dan Jepara-Mantingan-Ngabul. Kantong-kantong Parkir Tempat parkir di Jalan Patimura dibedakan menjadi dua jenis yaitu parkir tepi jalan (on street parking), jenis parkir ini terdapat di depan pasar Jepara yang menempati
95
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 sepanjang tepi badan jalan. Parkir ini menguntungkan masyarakat yang akan belanja di Pasar Jepara karena kedekatan dengan pasar sebagai tujuan. Sedangkan jenis yang kedua adalah parkir di luar jalan (off street parking) yaitu kegiatan parkir pada lokasi khusus yang disediakan. Jenis parkir ini berada di arae SCJ, tempat parkir ini ramai ketika sore dan malam hari ketika banyak pengunjung yang datang ke area SCJ.
Keterhubungan Ruang sebagai Linkage Kawasan Linkage yang terbentuk antara Jalan Patimura dengan node di sekitarnya sangat strategis dan saling mendukung yaitu antara alun-alun Jepara dengan SCJ dan Pasar Jepara. Linkage ini sangat menarik karena masing-masing pusat kegiatan memiliki fungsi ruang dan waktu berbeda antara pusat kegiatan satu dengan lainnya
PASAR JEPARA PLASA SCJ
ALUN-ALUN
96
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 JENIS DAN FUNGSI RUANG TERBUKA PUBLIK Fungsi ruang terbuka publik dibedakan menjadi dua yaitu: ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif, dimana Jalan Patimura memiliki dua jenis ruang publik ini. Ruang Terbuka Aktif Ruang terbuka aktif merupakan ruang umum yang difungsikan secara bersama-sama oleh masyarakat. Sehingga ruang publik harus bisa dimanfaatkan oleh semua orang secara seimbang dan berdampingan. Ruang terbuka aktif yang ada di Jalan Patimura sangat beragam dari jaringan jalan raya, trotoar, ruang parkir, taman, area pujasera, plasa depan SCJ dan mall SCJ. Ruang terbuka tersebut diperuntukan dan berfungsi sebagai ruang publik . Mall SCJ sebagai ruang publik Ruang publik mall SCJ diharapkan mampu mewadahi kebutuhan masyarakat Jepara akan ruang publik yang berkualitas. Aktivitas di dalam SCJ cukup beragam antara lain: perbelanjaan, pameran produk dan jasa, dan kuliner. Masyarakat yang datang ke SCJ ini dari berbagai kalangan, biasanya masyarakat yang datang bukan sekedar untuk belanja namun ada yang memanfaatkan SCJ sebagai tempat refresing ataupun sebagai tempat untuk nongkrong dan jalan-jalan. Area Pujasera Lokasi pujasera merupakan lokasi resmi dari relokasi PKL yang dulunya ada di Alun-alun Jepara, relokasi yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Jepara ini bertujuan untuk mengurangi kesemerawutan di alun-alun. Pada area pujasera ini terdapat vegetasi dan tendatenda dengan kondisi cukup baik dan terawat, selain vegetasi juga ada lampu sebagai penerangan pada malam hari. Jenis dan model tenda seragam, sehingga terlihat lebih rapi dan indah. Plasa depan SCJ Plasa depan SCJ yang seharusnya digunakan untuk sirkulasi juga dimanfaatkan oleh pedagang untuk berjualan dan aktivitas parkir pada malam hari. Pedagang yang memanfaatkan plasa ini tentu saja mengganggu sirkulasi dan membuat kesemrawutan di sekitar plasa. Jalan raya Patimura Jalan merupakan elemen yang berfungsi sebagai fasilitas umum, yaitu sebagai tempat lalu lintas kendaraan dan lalu lintas pejalan kaki di trotoar. Jalan Patimura yang menghubungkan antara tiga kawasan yaitu Pasar Jepara, area SCJ dan alun–alun Jepara memiliki keunikan tersendiri. Jalan Patimura ini selain berfungsi sebagai sirkulasi juga berfungsi sebagai tempat berdagang yang didukung
dengan kondisi jalan yang baik. Perkerasan Jalan Patimura sebagian menggunakan aspal dan sebagian lagi menggunakan paving blok (di sekitar SCJ). Perkerasan aspal mulai dari depan pasar jepara sampai depan area tendatenda SCJ. Sedangkan jalan dengan paving blok terdapat di sekitar taman tugu Kagama sampai depan bangunan SCJ. Ruang Terbuka Pasif Jenis ruang terbuka pasif di Jalan Patimura ada dua, yaitu: taman yang ada di sebelah barat pujasera dan taman tugu Kagama yang terletak di depan area parkir SCJ. Selain itu, ruang terbuka private juga dimiliki oleh masing-masing bangunan yang tidak bisa diakses oleh masyarakat umum. Taman Disebelah Barat Pujasera Taman yang berada di sebelah barat area pujasera merupakan taman pasif, taman ini digunakan sebagai elemen pengindah dan sebagai paru-paru kota di Jalan Patimura. Untuk menjaga keindahan tanaman di dalam taman tersebut dipasang pagar pembatas dengan tinggi 60 cm da di sekeliling sisi luar taman. Pada taman ini terdapat vegetasi yang menghiasi keberadaan taman yang hijau dan dengan kondisi cukup baik dan terawat. Taman ini di kelilingi jalur pedestrian yang menggunakan paving blok, jalur pedestrian ini banyak digunakan oleh pejalan kaki karena kondisinya masih baik sehingga masyarakat yang menggunakan jalur ini merasa aman dan nyaman. Taman Tugu Kagama Taman Tugu Kagama merupakan ruang terbuka private yang diperuntukkan sebagai salah satu elemen estetis di kawasan studi. Namun kondisi sekarang menunjukkan bahwa taman tugu Kagama di ini juga digunakan atau difungsikan sebagai ruang terbuka publik oleh masyarakat dalam aktivitas pembayaran listrik. Pada dasarnya taman tugu Kagama sudah dibatasi oleh pagar keliling setinggi 60 cm, namun keberadaan pagar ini belum mampu menghalangi masyarakat untuk masuk ke area taman. Pada taman tugu Kagama ini terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai pengindah dengan tanaman perdu dan kondisi yang cukup baik dan terawat. Selain vegetasi di dalam taman ini juga terdapat tugu di tengah-tengah taman yang tingginya kurang lebih 7 m. JALUR PEJALAN KAKI Jalur pejalan kaki di Jalan Patimura tidak berfungsi dengan baik, hal ini disebabkan faktor manusia, yaitu budaya dan perilaku. Perkembangan jumlah pedagang kaki lima menjadi salah satu penyebab tidak berfungsinya jalur pejalan kaki di koridor Jalan
97
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 Patimura di sore hingga malam hari, dimana hampir setiap ruang pejalan kaki digunakan oleh PKL berjualan. Selain digunakan untuk PKL, jalur pedestrian juga digunakan untuk parkir kendaraan bermotor yang jelas menghalangi peran jalur pedestrian untuk pelaksanaan aktivitas publik yang semestinya, hal ini terjadi karena faktor masyarakat yang kurang disipilin. Lebar jalur pejalan kaki yang ada di Jalan Patimura sekitar 1,5 m dengan menggunakan material paving blok, kondisi paving blok ini masih cukup baik, namun karena aktivitas PKL menyebabkan paving blok berwarna hitam.
perancangan kota dengan design yang mampu memperkuat karakter kawasan. Warna yang digunakan juga kontras antara latar berwarna hijau dan tulisan berwarna putih, ukuran/dimensi ketinggian 2 m dengan tulisan sederhana yang mudah dibaca oleh pengguna Jalan patimura. Papan informasi penunjuk fasilitas pendukung yang terbuat dari papan dibentangkan di atas pagar dan atap bangunan, papan informasi untuk penitipan sepeda motor dan sepeda ontel tergolong kurang baik dan hanya bisa dilihat dari satu arah saja dari segi penempatan papan informasi ini kurang sesuai dengan standar perancangan kota. Papan reklame di Jalan Patimura kondisinya cukup baik dan tidak monoton, dengan tampilan cukup menarik dengan bentuk portrait dan landscape dengan ketinggian papan reklame kurang lebih 3 meter dan arah pandang 20 meter. Rambu lalu lintas pada kawasan studi yang berupa pengaturan arah sirkulasi jalan ini sebagian besar telah sesuai dengan standar perancangan kota, baik dari segi ukuran, warna, maupun penempatannya. Yang perlu mendapat perhatian adalah rambu yang tertutup dengan tanaman, sehingga pandangan pengguna jalan yang akan melintasi Jalan Patimura terhalangi. Rambu lalu lintas berupa aturan penggunaan parkir telah sesuai dengan standar perancangan kota, baik dari segi ukuran, warna, maupun penempatannya, sehingga rambu parkir ini sudah berfungsi dengan baik. Fasilitas Pendukung Mushola sebagai salah satu fasilitas pendukung peribadatan yang ada di Jalan Patimura ini terletak di sebelah barat pujasera dengan kondisi yang terawat dan baik. Mushola yang berukuran 3 x 2 m ini biasanya digunakan oleh masyarakat yang sedang berkunjung di area SCJ untuk beribadan, khususnya sholat magrib. Biasanya pengunjung datang pada sore hari hingga malam, sehingga keberadaan musholla ini sangat penting sebagai pendukung aktivitas pengunjung di lokasi studi. Fasilitas pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah toilet, dimana pengunjung yang datang ke lokasi studi tidak hanya masyarakt sekitar tapi juga masyarakat yang jauh dari lokasi studi, sehingga sarana ini sangat dibutuhkan. Toilet ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan dan merupakan sarana dasar untuk suatu lokasi yang menyediakan wisata kuliner. Sarana toilet yang ada sudah terawat dengan baik dengan kondisi bersih karena sudah ada pengelolanya tersendiri.
STREET FURNITURE Lampu Penerangan Lampu penerangan di Jalan Patimura, baik itu lampu penerangan jalan, lampu penerangan pejalan kaki dan lampu pujasera kondisinya cukup baik dan terawat. Keberadaan lampu penerangan jalan dan lampu trotoar sudah teratur mengikuti pola sirkulasi jalan dan trotoar dengan jarak dan bentuk desain yang telah disesuaikan dengan standar perancangan kota dan karakter kawasan. Lampu yang ada di Jalan Patimura mempuyai desain yang berbeda-beda antara lampu jalan, lampu paejalan kaki dan lampu pujasera tetapi memiliki kesamaan dari segi warna tiang lampu. Halte Halte di kawasan studi hanya berjumlah 1 buah yang terletak di depan pasar Jepara, halte ini hanya difungsikan oleh angkutan kota karena bus umum tidak melewati jalur ini. Kondisi halte pada kawasan belum mampu menarik pengguna untuk menunggu angkutan kota pada lokasi ini. Hal ini disebabkan di depan halte digunakan untuk parkir angkutan umum yang sedang mencari penumpang dan halte tersebut biasanya digunakan oleh para sopir angkutan umum untuk istirahat dan nongkrong. Tempat Sampah Jalan Patimura yang mempuyai aktivitas perdagangan baik berupa pasar Jepara maupun area SCJ yang sangat memerlukan penanganan sampah, oleh karena itu perlu penyediaan bak sampah untuk memberikan kemudahan pengguna dalam membuang sampah dan tentu saja akan berdampak terhadap kebersihan kawasan studi. Bak sampah di Jalan Patimura sebagian besar sudah terlayani namun perlu penambahan di sekitar pujasera dan SCJ. Signage (Penandaan) Pada kawasan studi nama jalan telah ada dan lengkap sesuai dengan standar
98
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 KARAKTERISTIK PENGGUNA Responden Menurut Jenis Kelamin Dari 100 respoden, 70% diantaranya adalah laki-laki dan 30% adalah perempuan. Hal ini disebabkan bahwa laki-laki lebih berani dan tidak terlalu banyak pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Selain itu laki-laki juga lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya. Responden Menurut Umur Pengguna penggal Jalan Patimura yang dijadikan responden berumur antara 15 – 41 tahun. Namun yang paling mendominasi adalah umur 17 tahun dengan prosentase 10%, disusul kemudian oleh umur 15 tahun, 22 tahun dan 28 tahun masing-masing dengan prosentase 6%. Hal ini menunjukan bahwa responden termasuk dalam usia produktif yang memiliki banyak kegiatan dan keinginan, salah satunya adalah beraktivitas di penggal Jalan Patimura dengan beragam tujuan. Usia produktif inilah yang sudah mempunyai penghasilan sebagai karyawan pabrik/swasta, sehingga mereka bisa membelanjakan uangnya untuk berbagai macam aktivitas di penggal Jl. Patimura ini. Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dari hasil wawancara terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan SLTA yaitu 59%, sedangkan yang berada pada tingkat pendidikan SLTP sebanyak 24%, dan pada tingkat pendidikan SD sebesar 11%., serta paling kecil adalah akademi/perguruan tinggi sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa kelas sosial pengguna penggal Jalan Patimura sebagian besar adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan responden sebagian besar SLTA dan SLTP. Responden Menurut Jenis Pekerjaan Dari wawancara didapatkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang sebanyak 26% dan karyawan swasta 18%. Dilihat dari jenis pekerjaan responden ini memang pengguna penggal Jalan Patimura sebagian besar tergolong masyarakat menengah ke bawah. Responden Menurut Tingkat Pendapatan Dari wawancara terlihat bahwa tingkat pendapatan responden rata-rata masih di bawah Rp. 1.000.000,- yaitu sebesar 63% dan yang berpenghasilan Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- hanya sebesar 30%. Hal ini semakin memperkuat bahwa pengguna penggal Jalan Patimura adalah masyarakat menengah ke bawah. Responden Menurut Tempat Bermukim Hasil wawancara memperlihatkan bahwa sebagian besar pengguna penggal
Jalan Patimura adalah masyarakat yang berasal dari perkampungan/permukiman yang tidak direncanakan/permukiman yang berkembang secara organis, dimana masyarakat yang berada pada permukiman seperti ini termsuk dalam kelas sosial menengah ke bawah yaitu sebesar 80%. Sedangkan responden yang bermukim di kawasan perumahan/permukiman yang direncanakan dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang maka dianggap memiliki kelas sosial yang lebih tinggi yaitu hanya sebesar 20%. Kondisi ini semakin memperkuat analisa sebelumnya bahwa pengguna penggal Jalan Patimura termasuk dalam kelompok masyarakat menengah ke bawah.
AKTIVITAS YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG Salah satu objek yang cukup diminati oleh masyarakat Jepara adalah penggal Jalan Patimura, hal ini disebabkan penggal jalan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menarik pengunjung, baik yang hanya berkunjung/rekreasi, berbelanja/wisata kuliner maupun untuk berusaha (menghasilkan uang). Aktivitas yang ramai ini terjadi setiap hari yaitu pada sore hingga malam hari. Aktivitas yang tumbuh dan berkembang di koridor Jalan Patimura berawal dari adanya relokasi PKL yang ada di alun-alun Kota Jepara. PKL alunalun direlokasi di sepanjang koridor Jalan Patimura dengan menempati ruang publik yang cukup luas di depan SCJ dan dilengkapi dengan los-los yang sudah didesain sedemikian rupa untuk bisa menampung aktivitas PKL ini. Suasana yang terjadi pada malam hari cukup unik, menarik dan ramai, dimana sebagian warga Kota Jepara berdatangan dan sebagian besar dari mereka berkelompok baik dengan keluarga maupun teman. Aktivitas yang mendominasi di ruang terbuka depan SCJ adalah jual beli makanan (hasil laut yang direbus) dan minuman ringan. Sedangkan aktivitas yang mendominasi di sepanjang jalur pejalan kaki Jalan Patimura adalah jual beli pakaian. Selain itu juga ada jual beli sandal/sepatu, tanaman hias dan makanan. ANALISIS Studi yang dilakukan ini pada akhirnya menghasilkan beberapa rangkuman sebagai hasil dari analisis yang mampu menggambarkan secara singkat seluruh proses analisis yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Rangkuman tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
99
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
NO 1
2
ASPEK Karakteristik Pengguna Koridor Jalan Patimura Jepara Karakteristik Pengguna Menurut Jenis Kelamin
Tabel Rangkuman Analisis URAIAN
Karakteristik pengguna menurut jenis kelamin lebih didominasi laki-laki, hal ini disebabkan bahwa laki-laki lebih berani dan tidak terlalu banyak pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian ini. Selain itu, sebagian besar masyarakat yang datang ke Jl. Patimura lebih banyak lakilaki karena laki-laki lebih menyukai untuk “nongkrong” menikmati suasana malam di Kota Jepara.
Karakteristik Pengguna Menurut Umur
Karakteristik pengguna penggal Jalan Patimura yang dijadikan responden berumur antara 15 – 41 tahun. Namun yang paling mendominasi adalah umur 17 tahun dengan prosentase 10%, disusul kemudian oleh umur 15 tahun, 22 tahun dan 28 tahun masing-masing dengan prosentase 6%. Hal ini menunjukan bahwa responden termasuk dalam usia produktif yang memiliki banyak kegiatan dan keinginan.
Karakteristik Pengguna Menurut Tingkat Pendidikan
Sebagian besar pengunjung berada pada tingkat pendidikan SLTA yaitu 59%, sedangkan yang berada pada tingkat pendidikan SLTP sebanyak 24%, dan pada tingkat pendidikan SD sebesar 11%, serta paling kecil adalah akademi/perguruan tinggi sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa kelas sosial pengguna penggal Jalan Patimura sebagian besar adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan responden sebagian besar SLTA dan SLTP.
Karakteristik Pengguna Menurut Jenis Pekerjaan
Sebagian besar pengunjung bekerja sebagai pedagang sebanyak 26% dan karyawan swasta 18%. Dilihat dari jenis pekerjaan responden ini memang pengguna koridor Jalan Patimura sebagian besar tergolong masyarakat menengah ke bawah.
Karakteristik Pengguna Menurut Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan pengunjung rata-rata masih di bawah Rp. 1.000.000,- yaitu sebesar 63% dan yang berpenghasilan Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- hanya sebesar 30%. Hal ini semakin memperkuat bahwa pengguna koridor Jalan Patimura adalah masyarakat menengah ke bawah.
Karakteristik Pengguna Menurut Tempat Bermukim
Karakteristik pengguna penggal Jalan Patimura menurut tempat bermukim adalah masyarakat yang berasal dari perkampungan, dimana masyarakat yang berada pada permukiman seperti ini termasuk dalam kelas sosial menengah ke bawah yaitu sebesar 80%. Kondisi ini semakin memperkuat analisa sebelumnya bahwa pengguna koridor Jalan Patimura termasuk dalam kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Kualitas Dan Ruang Publik
Fungsi
Kualitas
Ruang a. Koridor Jalan Patimura telah memenuhi kriteria dasar
100
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
NO
ASPEK Publik
Fungsi Ruang Publik
Fasilitas Pendukung
3
Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Ruang Publik
Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Ruang Publik
Persepsi Masyarakat Terhadap Fasilitas pendukung Ruang Publik
URAIAN sebagai ruang yang responsif, dimana koridor ini menjadi salah satu tempat untuk bersosialisasi bagi masyarakat Kota Jepara. 89% responden merasa nyaman dan aman berada di koridor Jalan Patimura. b. Jalan Patimura juga telah memenuhi kriteria sebagai ruang yang demokratik, hal ini terlihat dari penggunanya yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat tanpa membedakan kelas sosial dan jenis kelamin serta umur. Sehingga di dalam kawasan studi muncul berbagai aktivitas yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang secara bersama. c. Penggal Jalan Patimura telah memenuhi kriteria sebagai ruang yang mempuyai arti, 23% responden datang ke kawasan studi kurang dari 2 kali dalam seminggu, dan 22% meyatakan datang ke kawasan studi antara 2-4 kali dalam seminggu serta yang datang ke kawasan studi lebih dari 4 kali seminggu sebesar 55% responden. Hal ini menunjukkan bahwa penggal Jalan Patimura setiap harinya selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat Jepara dan membuat masyarakat ”kecanduan” untuk selalu datang ke kawasan ini walaupun hanya dengan duduk-duduk sambil menikmati kerang rebus di pinggir sungai. Fungsi Jalan Patimura bagi masyarakat Jepara adalah sebagai tempat untuk refreshing dan wisata kuliner, hal ini sesuai dengan arahan Pemerintah Kabupaten Jepara bahwa kawasan studi ini difungsikan sebagai tempat berdagang para PKL melalui manajemen waktu yang jelas. Fasilitas pendukung yang ada di Jalan Patimura antara lain pasar Jepara, bank BRI Pengkol, Mushola dan toilet. Pasar Jepara yang terdiri dari dua lantai ini bangunannya bersifat permanen dengan kondisi baik dan terawat. Ruang Publik Sebagai Tempat Untuk Kegiatan Bersama Ruang Publik Sebagai Tempat Untuk Nongkrong Ruang Publik Sebagai Tempat Untuk Berjualan Ruang Publik Tempat Untuk Refresing Tempat Untuk Hiburan Ruang Publik Tempat Yang Ramai Tempat Untuk Olahraga Ruang publik di kawasan studi sangat merespon keinginan dan kebutuhan masyarakat penggunanya, dimana dalam ruang publik ini masyarakat bisa mengakses berbagai kegiatan. Ruang publik di kawasan studi memberikan kesempatan kepada seluruh golongan masyarakat untuk bisa mengakses berbagai kegiatan. Tidak membedakan jenis kelamin, umur, maupun kelas sosial. Hampir seluruh pengunjung di Jalan Patimura selalu ingin kembali lagi ke ruang publik ini, hal ini menunjukkan bahwa ruang publik di kawasan studi telah memberikan arti tersendiri bagi pengunjungnya atau dengan kata lain “kecanduan”. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung merasa puas dan nyaman dengan adanya
101
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014
NO
ASPEK
4
Preferensi Masyarakat Terhadap Fungsi Ruang Publik
5
URAIAN fasilitas pendukung di kawasan studi, seperti: mushola dan toilet. Area SCJ dan taman tugu kaguma di Jalan Patimura lebih banyak disukai atau difavoritkan oleh pengunjung. Masyarakat menyukai SCJ karena ada mall SCJ, terutama area tenda-tenda atau PKL memberikan atau menyuguhkan berbagai macam wisata kuliner.
Preferensi Masyarakat Terhadap Kualitas Ruang Publik
Masyarakat suka terhadap ruang publik yang ada di Jalan Patimura karena merasa nyaman dan aman. Nyaman disini karena masyarakat yang datang merasa tidak panas dan sejuk karena banyak tanaman.
Preferensi Masyarakat Terhadap Fasilitas pendukung Ruang Publik
Pengunjung menyukai Fasilitas pendukung yang ada di Jalan Patimura karena bersih, rapi, terawat dan merasa enak ketika memanfaatkan fasilitas tersebut. Selain itu masyarakat menyukai fasilitas tersebut karena jarak masing-masing fasilitas yang tidak terlalu jauh sehingga mudah untuk mencapainya. Peran secara formal adalah peran yang seharus terwadahi dalam fungsi yang sebenarnya. Dimana ruang publik berbentuk jalan dan trotoar di koridor Jl. Patimura telah memenuhi peran ini dengan manajemen waktu yang jelas yaitu pagi hingga sore hari. Sedangkan ruang publik yang berbentuk plasa dan taman kota pada dasarnya telah berperan dengan baik sesuai dengan fungsinya. Peran secara informal adalah peran yang mendukung atau mengisi ruang publik selain peran secara formal. Dimana ruang publik di koridor Jalan Patimura memang tidak hanya berperan secara formal namun juga berperan secara informal melalui manajemen waktu sehingga antara kedua peran ini dapat berjalan dengan baik dan beriringan. Namun untuk ke depan perlu pengaturan yang lebih jelas mengingat jumlah PKL yang terus bertambah sehingga perlu diantisipasi terkait penempatannya di lapangan.
Peran Ruang Publik sebagai Pembentuk Koridor Jl. Patimura
Sumber: Hasil Analisis, 2009
102
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 PENUTUP Simpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (masyarakat Kota Jepara) memaknai koridor Jl. Patimura sebagai ruang publik yang berkualitas, baik responsif, demokratik, dan meaningfull karena ketersediaan ruang publik ini mampu memenuhi kebutuhan responden dengan berbagai kegiatan yang akan dilakukan. Bahkan ruang publik kota ini mampu mempengaruhi persepsi pengunjung tentang keberadaannya yang mampu menjadi ”icon” yang selalu ”dikenang” dan ada keinginan untuk kembali mengunjunginya. Mengenai bagaimana persepsi dan preferensi masyarakat terhadap keberadaan ruang publik kota di koridor Jl. Patimura Jepara secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut ini: 1. Secara kualitas dan fungsi, ruang publik koridor Jl. Patimura telah mampu memenuhi kualitas dan fungsinya dengan baik. Hal ini terlihat dari persepsi masyarakat yang cukup positif ketika beraktivitas di ruang ini dan selalu ”kecanduan” untuk datang kembali setelah beraktivitas di ruang publik ini. Keragaman aktivitas, kenyamanan dan keamanan menjadi faktor yang mendorong tumbuhnya aktivitas yang saling mengisi di ruang ini. Semua fungsi mampu terakomodasi di ruang publik ini, baik fungsi formal maupun fungsi informal dengan pemberlakuan manajemen waktu yang jelas. Fasilitas pendukung yang cukup lengkap juga mempengaruhi tumbuhnya aktivitas hingga larut malam dan juga didukung oleh keamanan kawasan yang terjamin. 2. Sebanyak 99% responden menyatakan bahwa mereka ’tahu’ arti dan makna ruang publik sebagai tempat untuk kegiatan bersama, tempat untuk nongkrong, tempat untuk berjualan, tempat untuk refreshing, tempat untuk hiburan, tempat yang ramai dan tempat untuk berolahraga. 3. Penggal Jalan Patimura telah memenuhi kriteria dasar sebagai ruang yang responsif, dimana pada penggal Jalan Patimura menjadi salah satu tempat untuk bersosialisasi bagi masyarakat Kota Jepara. 4. Ruang publik di koridor Jl. Patimura sebagai ruang yang demokratik telah
5.
6.
7.
8.
9.
terpenuhi, hal ini terlihat dari penggunanya yang berasal dari berbagai kelompok masyarakat tanpa membedakan kelas sosial dan jenis kelamin serta umur. Sehingga di dalam kawasan studi muncul berbagai aktivitas yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang secara bersama. Sebagian besar responden selalu ingin kembali mengunjungi ruang publik di koridor Jl. Patimura, hal ini memperlihatkan bahwa ruang publik ini telah memberikan arti tersendiri bagi masyarakat pengunjung. Masyarakat merasa sangat puas setelah berkunjung ke ruang publik koridor Jl. Patimura dikarenakan fasilitas pendukung yang cukup lengkap dan tersedia dengan baik. Banyak fungsi yang bisa terakomodasi di ruang publik koridor Jl. Patimura, dan masing-masing fungsi tersebut mempunyai segmen pengunjung yang berbeda namun tetap ramai setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap fungsi di ruang publik ini bisa diakses oleh segala kelompok dengan baik. Pengunjung ’suka’ di ruang publik koridor Jl. Patimura karena nyaman (tidak panas), hal ini didukung oleh vegetasi yang mencukupi kebutuhan ruang publik kota. Ruang publik di kawasan studi berperan dalam membentuk koridor Jalan Patimura baik secara formal maupun informal melalui nodes yang telah terbentuk, sehingga koridor Jalan Patimura telah memberikan kesan tersendiri ”image” bagi pengunjungnya.
Rekomendasi Rekomendasi yang bisa diberikan dari penelitian ini sebagai salah satu alternatif bagi pengembangan kegiatan pada ruang publik di koridor Jl. Patimura Jepara, antara lain: a) Perlu dilakukan penataan terhadap aktivitas perdagangan dan jasa yang menempati badan Jl. Patimura melalui studi tentang Ruang Terbuka Hijau Kota; b) Perlu dilakukan penataan terhadap aktivitas PKL yang menempati sebagian besar jalur pejalan kaki, dimana sebagian besar jenis dagangannya adalah pakaian dan sandal dengan memberikan ruang tersendiri bagi mereka untuk melakukan aktivitas jual-beli;
103
Vol. 5, No. 1, Januari
Jurnal DISPROTEK 2014 c) Perlu optimalisasi fungsi ruang khusus PKL yang sudah disediakan dengan menarik para PKL yang berada di jalur pejalan kaki; d) Perlu penataan ruang parkir, mengingat banyaknya pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor (mobil dan motor), agar tidak menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan; e) Perlu pengelompokan jenis dagangan bagi para PKL agar lebih rapi dan tertib; f) Perlu aturan yang jelas mengenai larangan menginjak rumput dan tanaman hias yang sudah ditata, agar keindahan tetap terjaga; g) Perlu penambahan penerangan, baik jalan maupun ruang khusus PKL agar kenyamanan dan keamanan semakin terjaga
Kristi,
Poerwandari, 2001, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Laurie, Michael, 1994, Arsitektur Pertamanan, Intermedia, Bandung. M. Igbal Hasan, 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta. Muhadjir, Noeng, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Rake Sarasin, Yogyakarta. Moleong, J. Lexy, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Shirvani, Hamid, 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold company, Inc, New York. Simonds, John Ormsbee, 1961, Landscape Architecture, New York: The McGraw Hill Book Company, United States of America. Soekanto, Soerjono, 1969, Sosiologi Suatu Pengantar, UI Press, Jakarta. Tibbalds, Francis, 2001, Making People Friendly Towns: Improvng the Public Environment in Town and ities, Spon Press, London. Trancik, Roger, Finding Lost Space, 1986, Van Nostrand Reinhold company, Inc, New York, 1986. Widjaja, 1985, Manusia Indonesia, Individu, Keluarga, dan Masyarakat, Akademi Pressindo, Jakarta. Wojowasito, Kamus Lengkap IndonesiaInggris.
DAFTAR PUSTAKA Carr, Stepen, 1995, Public Space, Cambrige University Press. Cullen, Gordon, 1961, Townscape, The Architectural Press, London. Darmawan, Edy, 2005, Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Hakim Rustam dan Utomo, Hardi, 2003, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain, Bumi Aksara, Jakarta. Hariyono, Paulus, 2007, Sosiologi Kota Untuk Arsitek, Bumi Aksara, Jakarta. Krier, Rob, 1979, Urban Space, Rizzoli International Publication Inc, New York.
104