BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PLTA PAMONA 2
Aspek Teknis Lokasi
PT Poso Energi berencana membangun PLTA Pamona-2 dengan kapasitas terpasang sebesar 3 x 65 MW di Pamona, Kabupaten Poso. Lokasi PLTA Pamona-2 terletak di desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis, lokasi PLTA Pamona-2 terletak pada posisi 0q10c-3q40c Lintang Selatan, dan 120q10c-123q23c Bujur Timur. Berikut ini ilustrasi lokasi PLTA Pamona-2: Gambar 4.1 Lokasi PLTA Pamona-2
120q10c-
Sumber : PT. Poso Energy
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 (empat) dari Kota Palu, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan ke Kota Poso dengan jarak 225 km selama
25 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
r6 jam perjalanan dan dari Kota Poso ke Desa Sulewana dapat ditempuh r 1 jam dengan jarak tempuh r52 km. Selanjutnya dari Desa Sulewana ke lokasi bangunan utama (weir site) dapat dicapai melalui akses jalan yang telah dibangun dengan lebar + 8 m. Sedangkan untuk lokasi di bagian hilir dapat ditempuh dari Kota Poso ke Desa Tempemadoro, Kecamatan Lage dengan kendaraan roda 4 di atas jalan beraspal dengan jarak r30 km dalam waktu tempuh 0,5 jam. Kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki lewat jalan setapak sejauh r5 km dengan waktu tempuh r2 jam perjalanan.
Gambaran Umum Lokasi
PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan danau r362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah tangkapan hujan (Catchment area) r 1.340 km2 dengan sungai-sungai kecil yang mengelilingi danau.
Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan. Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1.340 km2 yang terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau. Elevasi muka air yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat Pembangkit Listrik.
Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut. Lebar sungai mula-mula lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat. Antara lokasi bendung PLTA Pamona-2 dengan Power House, dasar sungai menjadi datar sampai di laut.
Kondisi Seismologi
Berdasarkan SNI 1726-2002 mengenai standar design resistensi/ketahanan bangunan terhadap gempa yang memuat peta pergerakan tanah, diketahui bahwa lokasi
26 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
PLTA Pamona berada pada zona 5 gempa bumi. Berikut ini adalah peta seismic di Indonesia
Gambar 4.2 Peta Seismik Indonesia
Sumber : PT.Poso Energy
Pada zona ini pergerakan tanahnya adalah 0,25 g (g = 9,8 m/s2) dalam siklus 500 tahun. Dengan mengambil durasi daya tahan bangunan adalah selama 50 tahun dan kemungkinan terjadinya gempa bumi dengan pergerakan tanah sebagaimana tersebut diatas atau lebih adalah 9,5% maka berdasarkan SNI 176-2002, parameter design untuk ketahanan bangunn atas kekuatan gempa direkomendasikan untuk menambah factor keselamatan, minimum 1,4 kali. Sehingga koefisien sismik yang diterapkan adalah 0,35g.
Aspek Ketersediaan Air
PLTA Pamona-2 memanfaatkan aliran air sungai Poso. Dalam aspek ini akan dibahas mengenai kondisi sungai poso serta ketersediaan debit air sungai Poso yang sangat menentukan operasional PLTA Pamona-2 nantinya. Analisis terhadap debit air
27 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
danau Poso beserta analisis hidrologi lainnya bersumber pada laporan Studi Kelayakan teknis PLTA Pamona-2.
Kondisi Topografi
PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan danau r362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah tangkapan hujan (Catchment area) r 1.340 km2 .
Secara umum kondisi topografi di bagian hulu (Selatan) adalah perbukitan terjal dan bagian hilir melebar ke arah Barat-Utara berupa dataran rendah hingga pantai. Kemiringan rata-rata Sungai Sadang adalah r0,010 (sepuluh permil) yang diperoleh dari perbedaan elevasi muka air normal (NWL) keluaran Danau Poso r511,21m terhadap muara sungai di pantai Poso dengan jarak r50km.
Dilihat dari bentuknya, kondisi topografi di sepanjang aliran sungai, dari keluaran Danau Poso adalah daerah lembah dengan bentuk relatif datar sampai pada jarak r12 km ke arah hilir (Poso-1), selanjutnya berubah menjadi cekungan curam yang membentuk celah terjal (bentuk huruf V) hingga di muara. Volume efektif danau diperkirakan lebih besar dari 700 x 106 m3 pada elevasi muka air normal (r511, 21 m) di atas permukaan laut disertai dengan bentuk topografi yang relatif curam hingga dataran pantai (r50 km). Kondisi ini sangat potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air.
Berdasarkan hasil survai topografi, elevasi dasar sungai pada lokasi bendung yang direncanakan (alternatif Poso-3) adalah r264,17 m dan elevasi keluaran pada pembuang akhir (tailrace) r20,90 m, dan lokasi keluaran alternatif yang lain +26m, sehingga tinggi jatuh (head) diperkirakan r250 m.
28 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan. Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1271 km2 yang terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau. Elevasi muka air yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat Pembangkit Listrik.
Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut. Lebar sungai mula-mula lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat. Gambar 4.3 Kondisi Aliran Sungai di Lokasi PLTA Pamona-2
Desa Sulewana
Sumber : PT.Poso Energy
29 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Kondisi Geologi
Kondisi geologi regional daerah studi, diperoleh berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso, skala 1 : 250.000 yang disusun oleh T.O. Simanjuntak et al, Departemen Pertambangan dan Energi-Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral-P3G, Bandung 1991.
1. Fisiografi Secara morfologi, daerah yang tercakup pada Peta Lembar Poso dapat dibagi ke dalam 5 satuan morfologi : dataran rendah, perbukitan, dataran tinggi, pegunungan dan perbukitan karst.
x
Dataran Rendah menempati daerah sekitar sungai-sungai yang ada yaitu Sungai Puna, Sungai Poso, Sungai Sumara, Sungai Morowadi, Sula di Utara Teluk Tomori, daerah sekitar Taripa dan sekitar Tomata. Satuan ini mempunyai ketinggian antara nol sampai puluhan meter di atas muka air laut. Satuan ini merupakan daerah pemukiman dan pertanian.
x
Perbukitan terdapat di bagian Utara dan Tengah-Selatan lembar peta. Bagian Utara membentang dari Taripa ke Timur sampai Peura. Satuan ini mempunyai ketinggian antara
x
200 m sampai dengan
600 m di atas elevasi muka air laut.
Dataran Tinggi yang terpisah-pisah terdapat di bagian Barat, Tengah dan Timur Lembar Poso. Bagian Barat antara lain di Gintu, Doda, Wuasa, Sadoa, Palopo, Rulani, Toro, Labua, Hulu Sungai Sopa dan sekitar Danau Lindu. Bagian tengah merupakan daerah pada jalur tepi Barat dan Utara Danau Poso, Timur di daerah Bau. Satuan ini mempunyai ketinggian lebih dari +600 m di atas elevasi muka air laut. Umumnya merupakan daerah pertanian dan pemukiman.
30 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
x
Satuan Pegunungan menempati daerah terbesar dari Lembar Poso, terdapat pada Pegunungan Tokolekaju, Timeba dan Tokodoro. Satuan ini rata-rata mempunyai ketinggian antara +700 m sampai dengan +2.835 m di atas elevasi muka air laut.
x
Satuan Perbukitan Karst ini menempati bagian tengah dan timur Lembar Poso. Bagian tengah memanjang dari Poso sampai Kota dana dan dari dekat Malino ke Selatan sampai Beteleme. Di bagian Timur Satuan Karst berkembang setempatsetempat seperti di Gunung Tamisari, Betawa, Tongku, serta di Hulu Sungai Tongku. Daerah Karst ini dicirikan oleh permukaan yang kasar, lereng tajam dengan dolina lubang.
2.
Stratigrafi Kondisi stratigrafi regional daerah penelitian dan sekitarnya atau di sepanjang
Sungai Sadang secara umum dapat dipisahkan menjadi 6 satuan. Berdasarkan gambar Peta Geologi Lembar Poso oleh T.O. Simanjuntak dkk, 1991, P3G Direktorat Geologi Bandung. Berikut ini susunan stratigrafi regional berurutan dari yang berumur tua :
x
Satuan Komplek Pompangeo Satuan ini tersusun atas sekis granit, filit, sabak, genis, serpentinit dan kwarsit, batu gamping malih dan breksi setempat. Batuan ini banyak dijumpai dan tersingkap di sekitar daerah Perbukitan Bagian Barat dan Timur Danau Poso. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Kapur Pliosen.
x
Satuan Batugamping Malih Satuan ini tersusun atas pualam, batugamping terdaunkan/foliated limestone. Satuan batuan ini saling menjemari dengan Satuan Komplek Pompangeo, tersingkap di sekitar daerah Perbukitan Bagian Barat dan Timur keluaran Danau Poso serta di sekitar daerah Batononcu. Satuan ini diperkirakan berumur Kapur – Pliosen.
x
Satuan Formasi Poso
31 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Satuan ini tersusun atas batugamping terumbu, konglomerat batupasir dengan sisipan napal. Sebagian satuan batuan ini umumnya terdapat di Sepanjang Aliran Sungai Sadang dan menumpang secara tidak selaras di atas Batugamping Malih dan Komplek Pompangeo. Batuan ini berumur Pliosen sampai Pleitosen.
x
Satuan Formasi Puna Satuan ini tersusun atas batupasir, konglomerat, batulanau dengan sisipan lempung. Satuan batuan ini saling menjemari dengan batuan Formasi Poso dan terdapat di Sepanjang Aliran Sungai Sadang sampai ke sebelah Barat Teluk Tomini. Satuan ini diperkirakan berumur Pliosen.
x
Satuan Endapan Danau Satuan ini tersusun atas lempung, pasir dan kerikil. Satuan ini umumnya terdapat di sekitar Danau Poso terutama di sekitar keluaran Danau Poso yaitu pada Tentena.
x
Aluvial Satuan ini tersusun atas Lumpur, lempur pasir, kerikil dan kerakal. Batuan ini umumnya terdapat di sepanjang sungai.
3.
Struktur dan Tektonik Analisis terakhir tentang tektonik di Sulawesi disetujui dengan menggunakan
teori Tektonik Lempeng (Sukamto, 1975, Sukamto dan Simanjuntak 1982, Simanjuntak 1980, 1986) yang menyatakan bahwa Geologi Lembar Poso memperlihatkan tempat pertumbukan 3 (tiga) Mandala Geologi.
Batuan ultramafik dan mafik dianggap berasal dari Lempeng Kerak Samudera. Batuan ini bersama-sama Sedimen Pelagas Mesozoikum dikelompokkan menjadi Lajur Ofiolit Sulawesi Timur. Lajur ini bersama Lajur Metamorfik Sulawesi Tengah membentuk Mandala Geologi Sulawesi Timur, Manala Gelogi Sulawesi Barat yang terdisi dari Pinggiran Benva dan Busur Gunung api Sundaland yang diwakili Formasi
32 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Latimojong (Akhir Kapur) dan Batuan Alas serta Batuan Gunungapi dan Plutonik Tersier. Besar Banggai Sula diwakili oleh Sedimen Pinggiran Benva berumur Tersier hingga Pliosen.
Jenis sesar yang dapat dikenali ialah sesar sungkup, sesar turun (Normal Fault) dan sesar jurus (Horizontal Fault) mendatar. Sistem Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah Barat Laut-Tenggara dan menunjukkan gerakan mendatar-mengiri, diduga sesar ini masih hidup sampai sekarang (Tja, 1973, Ahmar, 1975). Sesar ini bersatu dengan Sesar Matano di Lembar Malili (Simanjuntak, dr, 1982). Sesar Poso dan Sesar Wakuli merupakan sesar naik dan berarah ke Utara-Selatan.
Kondisi Meteohidrologi
PLTA Pamona terletak di Sungai Sadang yang memanfaatkan keluaran debit air Danau Poso. Sungai Sadang mengalir dari arah Selatan berawal di Keluaran Danau Poso ke arah Utara menuju Teluk Tomini. Secara umum daerah ini mempunyai iklim tropis yang dicirikan dengan curah hujan cukup berkisar antara 2.500 mm – 3.800 mm per tahun, dengan musim hujan 8 bulan dalam setahun. Suhu udara relatif konstan dari waktu ke waktu berkisar antara 21,9q sampai 32,7qC. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 71% -87%. Kecepatan angin rata-rata di sekitar daerah proyek berkisar antara 1 sampai 4 knot, dan kecepatan angin rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan tingkat kecepatan 4 knot. Sedangkan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knot dengan arah angin terbanyak bertiup dari arah Timur Laut sekitar 45q dan hanya pada bulan Agustus arah angin bertiup dari sekitar 180q.
Luas daerah aliran sungai di lokasi proyek termasuk besar, mengingat lokasi rencana PLTA Pamona-2 yang terletak di hilir Danau Poso. Luas permukaan genangan Danau Poso r 362 km2 dengan daerah tangkapan hingga lokasi keluaran danau di Tentena r1.340 km2. Sedangkan luas daerah aliran hingga lokasi rencana pengambilan PLTA Pamona-2
r1.612 km2 . 33 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Kondisi Danau Poso
Danau Poso merupakan danau terbesar kedua di pulau Sulawesi, yang mempunyai daerah tangkapan air seluas 1.755 km2, dengan luas genangan rata-rata 366 km2 . Danau ini merupakan danau alam. Tampungan air danau dapat diatur untuk pengembangan PLTA di sepanjang sungai Poso.
Dengan topografi yang ada, daerah di sekitar danau bagian hulu terdapat daerah yang cukup landai, dan sebagian lagi merupakan daerah yang cukup terjal. Dari hasil pengukuran bathymetri dan topografi disekitar danau yang dilaksanakan selama studi berlangsung telah dapat dibuat grafik hubungan antara elevasi terhadap luas daerah genangan dan volume danau (Storage Area Curve) seperti dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.4 Kurva luas-tampungan Danau Poso
34 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
2
Area (km ) 400
395
390
385
380
375
370
365
360
355
350
345
340
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
3400
3600
515
Elevation (m)
514
513
512
511
510
509 1200
3
Capacity (million m )
sumber: Studi Kelayakan Teknis PLTA Pamona-2 PT.Poso Energy
Garis menggambarkan Kapasitas Danau Poso dengan luas dari danau itu sendiri berbanding dengan tingkat elevasi dari danau poso.
Dari kondisi alam yang ada, dasar outlet danau di daerah Tentena mempunyai elevasi
508,5 m dpl, dengan muka air danau berdasarkan hasil perhitungan bervariasi
antara 509,7 sampai 512,7 m dari permukaan laut. Di outlet danau terletak kota Tentena yang berpenduduk cukup padat, yang pada saat banjir periode ulang lima tahunan sebagian jalan di kota tersebut (evelasi 512,25 m dpl) selalu tergenang oleh air danau. Dengan kondisi alam tersebut terlihat, walaupun terdapat ruang gerak drawdown secara alami sebesar 3 m, namun dimungkinkan hanya dipergunakan sebesar 2-3 m saja agar daerah di sekitar danau khususnya kota Tentena aman terhadap bahaya banjir. Berikut ini adalah peta DAS Sungai Poso:
35 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Gambar 4.5 Daerah Aliran Sungai Poso
Sumber : PT.Poso Energy
Initial Outlay (Biaya Investasi Awal) Nilai investasi awal yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek ini adalah sebesar Rp1.693.679.370. Investasi terdiri dari Pre-construction, Civil Works,
36 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Mechanical & dan Electrical Works. Disamping itu, pembelian kendaraan operasional, sparepart, serta fasilitas perusahan lainnya akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional maupun produksi perusahaan. Investasi terbesar dalam proyek ini adalah pada electrical works, khususnya pembelian turbin. Investasi tersebut dilakukan untuk mencapai kapasitas produksi sebesar 1.439.240.400 kwh per tahun. Biaya investasi, perencanaan investasi dan kegiatan pendanaan investasi adalah seperti tabel 4.1 Biaya investasi awal, yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Investasi Awal No
Item
1
2
A
Investmen Power Plant
I
Pre-Construction
1
License & Permit
2
Engineering
3
Land Acquisition
Unit 3
Cost USD 000
IDR ( 000 )
4
5
377.777,78 50.592.000,00 4.781.596,30
Sub Total I
55.751.374,07
II
Civil Works
1
Clearing (medium vegetation)
Attachment
1.066.566,64
2
Access roads, L = 3,89 km
Attachment
13.726.679,41
3
Cofferdam
Attachment
1.878.791,04
4
Barrage/Weir
Attachment
116.753.297,84
5
Intake & offtake Structure & Sand Trap
Attachment
34.923.260,28
6
Waterway Open Channel
Attachment
24.071.170,18
7
Head Pond
Attachment
12.557.086,82
8
Terminal Valve House
Attachment
4.339.723,41
9
Power House
Attachment
21.698.617,03
10
Tail Race Structure
Attachment
29.188.324,46
11
General Construction Facilities
Attachment
Sub Total II
944.444,44 261.147.961,55
III
Mechanical & Electrical Works
1
Radial gate
Attachment
2
Stoplog at Radial Gate
Attachment
1.397.400,00
3
Intake Gate
Attachment
23.517.375,00
4
Stoplog at intake gate
Attachment
424.291,67
5
Trashrack at intake gate
Attachment
3.794.400,00
6
off take gate
Attachment
23.517.375,00
7
Stoplog at off take gate
Attachment
424.291,67
65.875.000,00
37 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
8
Flushing gate
Attachment
7.839.125,00
9
Stoplog at flushing gate
Attachment
424.291,67
10
Trashrack at penstock
Attachment
3.794.400,00
11
Penstock valve
Attachment
5.270.000,00
12
Penstock steel pipe
Attachment
232.194.420,46
13
Turbin & generators
Attachment
632.400.000,00
14
Overhead travelling crane
Attachment
6.324.000,00
15
Miscellaneous metal
Attachment
236.111,11
16
Electrical Works
Attachment
2.833.333,33
IV
Sub Total III
1.010.265.814,90
TOTAL POWER PLANT
1.327.165.150,53
VAT
10%
GRAND TOTAL POWER PLANT Interest During Construction
233.756.013,79
Total Investment Cost B
132.716.515,05 1.459.881.665,58
1.693.637.679,37
Working Capital
0
TOTAL INVESTMENT COST
1.693.637.679,37
Sumber : PT.Poso Energy
Investasi Pra-Konstruksi
Rincian biaya investasi awal untuk kegiatan pra konstruksi dapat dilihat pada Table 4.1 Total kegiatan investasi ini membutuhkan total biaya sebesar Rp. 55.751.374.070. Seluruh biaya ini dialokasikan dari modal sendiri.Biaya ini antara lain digunakan untuk mendapatkan perizinan pembangunan proyek PLTA sebesar Rp. 377.777.780 dan untuk pembelian design dan mesin sebesar Rp. 50.592.000.000. Perusahaan juga membutuhkan investasi sebesar Rp. 4.781.596.296 yang digunakan untuk mendapatkan kepemilikan atas lahan. Proyek ini membutuhkan lahan seluas 10.000m2
di desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah yang akan digunakan untuk pembangunan bangunan turbin, bangunan kantor, gudang, rumah karyawan, rumah sakit, sekolah, dan berbagai fasilitas lainnya.
Investasi Civil Work
Pelaksanaan proyek pada daerah yang terpencil, mengharuskan perusahaan mandiri dan mempunyai fasilitas infrastruktur yang lengkap. Pembukaan lahan baru untuk pembangunan infrastruktur juga merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan. 38 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Perusahaan membutuhkan suatu lapangan penerbangan pribadi yang dapat digunakan untuk pengiriman logistik dan mesin, maupun untuk kegiatan transportasi perusahaan. Berikut ini merupakan biaya investasi yang dialokasikan untuk civil work, yang merupakan diantaranya untuk keperluan : 1. Clearing (medium vegetation), pembersihan lahan dari tanaman untuk persiapan konstruksi 2. Access Road sepanjang 3,89 km, jalan akses dari jalan umum menuju lokasi proyek 3. Cofferdam,
bangunan yang dapat berupa urugan tanah, urugan batu,
tumpukan karung pasir, tiang pancang, yang digunakan untuk menutup daerah konstruksi dari genangan air 4. Barrage/Weir, bangunan yang dapat terbuat dari beton, pasangan batu atau bronjong
yang
dibangun
melintang
suatu
sungai
digunakan
untuk
membelokkan air sungai menuju intake (bangunan pengambilan) 5. Intake & offtake Structure & Sand Trap, intake: bangunan yang digunakan untuk mengambil air dari sungai; offtake: bangunan yang digunakan untuk membuang air kembali ke sungai; sand trap: bangunan yang berupa sebuah kolam yang digunakan untuk mengendapkan pasir yang terbawa masuk ke intake supaya tidak masuk kedalam waterway 6. Waterway Open Channel, bangunan yang berupa saluran terbuka yang digunakan untuk mengalirkan air dari intake/sand trap menuju head pond 7. Head Pond, bangunan yang berupa kolam dengan kedalaman cukup, digunakan untuk pengambilan air menuju ke pipa pesat (penstock); penstock: pipa yang digunakan untuk mengalirkan air bertekanan dan kecepatan tinggi dari headpond menuju ke turbin 8. Terminal Valve House, bangunan yang didalamnya terdapat katup utama 9. Power House, bangunan yang didalamnya terdapat peralatan-peralatan pembangkit 10. Tail Race Structure, bangunan yang dapat berupa saluran terbuka atau tertutup, digunakan untuk menyalurkan air buangan dari turbin menuju ke sungai
39 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
11. General Construction Facilities, fasilitas konstruksi umum, seperti jalan, jembatan, drainase, kantor proyek, perumahan proyek, gudang, peralatan konstruksi, tempat penyimpanan material.
Mechanical And Electricity
1. Radial gate, pintu air yang permukaannya berupa busur lingkaran dan memiliki as pada pusat lingkaran 2. Stoplog at Radial Gate, batang-batang yang terbuat dari baja atau beton, digunakan untuk membendung air di sebelah hulu radial gate pada saat perbaikan 3. Intake Gate, pintu air yang berada di intake, digunakan untuk menghentikan pengambilan air dari sungai pada saat pemeliharaan 4. Stoplog at intake gate, batang-batang yang terbuat dari baja atau beton, digunakan untuk membendung air di sebelah hulu intake gate pada saat perbaikan 5. Trashrack at intake gate: kisi-kisi yang terbuat dari baja, diletakkan di sebalah hulu intake gate, digunakan untuk menahan sampah agar tidak masuk kedalam saluran 6. Off takegate: pintu air yang terletak di sebelah hilir turbin, digunakan untuk menutup air supaya masuk kedalam turbin pada saat pemeliharaan 7. Stoplog at off take gate, batang-batang yang terbuat dari baja atau beton, digunakan untuk membendung air di sebelah hilir offtake gate pada saat perbaikan 8. Flushing gate, pintu air yang digunakan untuk menguras pasir yang mengendap didalam sand trap 9. Stoplog at flushing gate, batang-batang yang terbuat dari baja atau beton, digunakan untuk membendung air di sebelah hulu flushing gate pada saat perbaikan
40 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
10. Trashrack at penstock, kisi-kisi yang terbuat dari baja, diletakkan di sebalah hulu penstock, digunakan untuk menahan sampah agar tidak masuk kedalam penstock 11. Penstock valve, katup yang berada pada penstock, digunakan untuk menutup aliran didalam penstock pada saat pemeliharaan 12. Penstock steel pipe, pipa yang terbuat dari baja, digunakan untuk mengalirkan air bertekanan dan kecepatan tinggi dari headpond menuju ke turbin 13. Turbin & generators, turbine: suatu peralatan yang apabila dialiri air dapat berputar; generator: sebuah peralatan yang digunakan untuk mengubah energi gerak turbin menjadi energi listrik 14. Overhead travelling crane, peralatan pengangkat yang berada di bagian atas powerhouse, dapat berjalan di sepanjang powerhouse, digunakan untuk mengangkat peralatan-peralatan yang berada didalam powerhouse selama perawatan 15. Miscellaneous meta, bermacam-macam pekerjaan baja atau bahan logam lainnya 16. Electrical Works, pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan listrik
Aspek Pemasaran Kondisi Kelistrikan di Indonesia
Salah satu sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kepentingan dan kegiatan sehari-hari diantaranya adalah kebutuhan akan listrik. Penyediaan dan pendistribusian listrik saat ini di Indonesia merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah yang pelaksanaannya didelegasikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Instansi ini juga bertindak sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang menangani penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan rumah tangga, industri, usaha komersial dan kegiatan sosial di Indonesia.
41 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun belum didukung oleh adanya peningkatan daya listrik yang sesuai. Kondisi ini tentunya sangat menghawatirkan dikarenakan kekurangan suplai listrik akan terus terjadi. Pemadaman listrik secara bergilir telah dilakukan di beberapa wilayah seperti wilayah Sumatera, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia lainnya. Suplai listrik di wilayah Jawa-Bali sementara ini masih dalam kondisi yang cukup aman namun diprediksikan dapat terjadi kelangkaan listrik apabila pembangunan pembangkit baru tidak dapat terealisasi sesuai dengan kebutuhannya.
Hingga saat ini penyediaan tenaga listrik di Indonesia masih belum mampu memenuhi kekurangan suplai listrik secara nasional. Berdasarkan data PT PLN, daerah kritis ketenagalistrikan di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.6 Daerah Kritis Listrik Di Indonesia
Sumber : Perusahaan Listrik Negara
42 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Dari gambar diatas terlihat bahwa di wilayah Sumatera sebagian besar masih termasuk dalam daerah kritis karena kurangnya cadangan daya listrik, terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik saat peak load. Berdasarkan Standard PT. PLN (Project Assesment of System Adequacy) bahwa cadangan operasi (Reserve Margin) yang normal adalah di atas 30% (> 30%)
Kondisi Kelistrikan di Sulawesi
Sistem kelistrikan yang ada di kepulauan Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi dengan jaringan transmisi. Saat ini yang telah terintegrasi hanya sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali dengan jaringan transmisi 500 KV. Sedangkan sistem kelistrikan di luar pulau Jawa-Madura-Bali dan Sumatera merupakan sistem kelistrikan yang relatif belum berkembang, dimana satu sama lain belum sepenuhnya terinterkoneksi. Sistem masih terdiri dari sub-sistem dan sub-sistem kecil yang masingmasing terpisah satu sama lain dan masih terdapat daerah-daerah terpencil yang berdiri sendiri dan terisolasi.
Secara umum, pertumbuhan pembangkit listrik di berbagai wilayah di Indonesia dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan listrik nasional karena dengan pertumbuhan tersebut menyebabkan adanya interkoneksi jaringan pada beberapa daerah yang dengan jaringan listrik nasional.
Dalam era otonomi daerah, pembangunan ekonomi di daerah diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibanding dengan Jawa. Pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan energi termasuk tenaga listrik. Masalah utama yang perlu diperhatikan untuk wilayah di luar Jawa adalah antar wilayah belum dihubungkan dengan jaringan transmisi dan beban yang tidak berimbang antara siang hari (off-peak) dan malam hari (peak). Kondisi ini menyebabkan umumnya pembangkit yang dioperasikan adalah pembangkit yang mempunyai waktu awal operasi (start-up) cepat dan fleksibel, antara lain PLTD, PLTA dan PLTG.
43 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Rencana Pembangunan PLTA Pamona-2
Mengacu kepada Gambar 3.5 mengenai daerah kritis listrik di Indonesia, untuk pulau Sulawesi khususnya Sulawesi selatan mempunyai kapasitas sebesar 362 MW dengan kebutuhan sebesar 453 MW dan mengalami kekurangan sebesar – 91 MW. Ini juga dikarenakan pembangkit yang ada di Sulawesi Selatan digunakan untuk menghantarkan listrik untuk daerah–daerah di sekitarnya yakni Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, sehingga dibutuhkan pasokan listrik yang lebih besar di kawasan ini sehingga bisa mencukupi dan tidak menghambat kegiatan perekonomian di Sulawesi. Pembangunan kelistrikan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, mengingat kapasitas listrik yang ada saat ini di Sulawesi Tengah belum mampu melayani permintaan untuk kegiatan industri skala besar. Sulawesi Tengah memiliki potensi untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) baik yang berkapasitas rendah, sedang dan besar, antara lain potensi air Danau Lindu di Kabupaten Donggala dan Sungai Poso di Kabupaten Poso, yang mampu mensuplai kebutuhan listrik di Propinsi Sulawesi Tengah dan propinsi lainnya di Sulawesi. Potensi ini sangat prospektif untuk jangka menengah dan jangka panjang guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik Sulawesi Tengah dan Pulau Sulawesi pada umumnya. PT Poso Energy berencana membangun PLTA Pamona-2 dengan kapasitas terpasang # 3 x 65 MW, yang berlokasi di Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah dan termasuk wilayah pengusahaan PT PLN (Persero) Wilayah VII. Pembangunan pembangkit listrik ini merupakan salah satu upaya untuk menambah daya listrik sekaligus mengurangi krisis listrik di wilayah Sulawesi yang terjadi selama ini. Pembangunann PLTA di daerah Poso ini selain untuk melayani kebutuhan daerah sekitar proyek (Sulawesi Tengah), juga diharapkan dapat mendukung pelayanan kebutuhan tenaga listrik di seluruh Sulawesi, khususnya industri tambang yang tersebar di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pembangunan PLTA Pamona-2 yang terletak di Sungai Poso dengan sumber airnya berasal dari Danau Poso, Sulawesi Tengah, merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka untuk mendukung kebutuhan tenaga listrik tersebut.
44 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Penetapan Harga Jual (Tarif) Listrik
Berdasarkan draf Power Purchasing Agreement (PPA) antara PT PLN (buyer) dengan PT Poso Energy (seller), harga jual listrik PLTA Pamona-2 kepada PT PLN terdiri dari 5 komponen tariff yaitu : Tahun 1 – 6
7 – 30
(USD Cent/kWh)
(USD Cent/kWh)
x
Component A
3,08
3,08
x
Component B
0,15
0,15
x
Component C
0,11
0,11
x
Component D
0,04
0,04
x
Component E
1
0,70
4,38
4.08
Total Analisis Dampak Lingkungan
Pelaksanaan Proyek PLTA Pamona-2 berpotensi menimbulkan berbagai dampak atau pengaruh terhadap lingkungan, baik pada tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi. Berikut ini akan duraikan komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak oleh adanya kegiatan pembangunan Proyek PLTA Pamona-2.
Berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/2000 tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan /atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, maka proyek pembangunan PLTA Pamona-2 dengan kapasitas 195 MW, perlu dilakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) karena kapasitas total pembangkit di atas 50 MW.
Saat ini rencana pembangunan PLTA Pamona-2 oleh PT Poso Energy telah dilengkapi dengan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL, dan RPL , dan juga telah disetujui oleh Bupati Poso No. 670.21/162/Bapedal, tanggal 3 Agustus 2005.
45 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Dampak Pada Tahap Pra-produksi
Komponen kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap lingkungan adalah kegiatan sosialisasi, publikasi, dan pembebasan lahan untuk proyek PLTA Pamona-2. Secara umum dampak yang diperkirakan terjadi adalah timbulnya persepsi masyarakat. Dampak ini dapat dieliminasi bila
dilakukan
pendekatan
kepada
masyarakat
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Dampak Pada Tahap Konstruksi
Komponen kegiatan pada tahap konstruksi yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap lingkungan adalah kegiatan landclearing dan pengurugan pada tapak proyek, pengangkutan material, pembangunan bangunan utama, penyerapan tenaga kerja dalam rangka pelaksanaan pembangunan proyek PLTA Pamona-2. Secara umum dampak yang diperkirakan terjadi adalah sebagai berikut: x
Penurunan kualitas udara dan peningkatan intensitas kebisingan
x
Perubahan Aliran Permukaan
x
Material tanah yang tercecer
x
Perubahan biota (biota darat dan biota air)
x
Mata Pencaharaian dan pendapatan
Dampak Pada Tahap Operasi
Dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi pada tahap operasi bersumber dari pengoperasian PLTA dan penyerapan tenaga kerja. Secara umum dampak yang diperkirakan terjadi adalah sebagai berikut: x
Penurunan kualitas dan kuantitas air
x
Estetika lingkungan
x
Pemanfaatan ruang (perubahan struktur ruang) 46 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
x
Perubahan citra kawasan
x
Peningkatan volume lalu lintas
x
Ketenagakerjaan
x
Mata pencaharian dan pendapatan
x
Kenyamanan
x
Persepsi masyarakat
Berikut ini akan diuraikan ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang telah disiapkan sebagai antisipasi dalam rangka pembangungan PLTA Pamona-2 Aspek Keuangan Perencanaan Sumber Pendanaan
Biaya investasi awal yang dibutuhkan proyek ini akan berasal dari kombinasi pinjaman bank dan penyertaan modal PT. Poso Energy. Perbandingan biaya investasi tersebut sebesar 60,34 dan 39,66%, seperti yang digambarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Biaya Investasi Pinjaman Bank
Uraian
IDR. 1000 Investasi
Ekuitas (%)
IDR. 1000
1.021.884.213,30
Total (%)
437.997.452,28
IDC
1.459.881.665,58
233.756.013,00
Working Capital
1.021.884.213,30
60,34
671.753.466,67
IDR 1000
233.756.013,00 39,66
1.693.637.679,37
Sumber : PT.Poso Energy
Jadwal Penarikan Pinjaman Pokok Bank
Penarikan pinjaman pokok bank akan dilaksanakan dalam jangka waktu periode pembangunan (3 tahun) dengan perincian seperti pada Tabel 4.3
47 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Tabel 4.3 Rencana Penarikan Pinjaman Bank Jadwal Penarikan Pinjaman
Jumlah Penarikan per tahun (IDR 1000)
Tahun 1
306.565.263
Tahun 2
306.565.263
Tahun 3
408.753.685
Total
1.021884.213
Pembayaran Pinjaman dan IDC Pembayaran cicilan pokok dan beban bunga akan dilaksanakan mulai dari kuartal pertama tahun keempat, dan diharapkan akan selesai pada kuartal keempat tahun ke-8. Rinciannya
adalah
seperti
pada
Tabel
4.4.
Tabel 4.4 Rencana Pembayaran Cicilan Pinjaman Bank dan IDC Installment Year
Period
Principal
1
QI
76.641.316,00
QII
153.282.632,00
QIII
229.923.947,99
QIV
306.565.263,99
QI
383.206.579,99
QII
459.847.895,99
QIII
536.489.211,98
QIV
613.130.527,98
QI
715.318.949,31
QII
817.507.370,64
QIII
919.695.791,97
QIV
1.021.884.213,30
QI QII
2
3
4
5
Installment per quarter
Balance
Installment per year
interest per quarter
1.021.884.213,30
51.094.211
970.790.002,64
38.320.658
970.790.002,64
51.094.211
919.695.791,97
36.404.625
QIII
919.695.791,97
51.094.211
868.601.581,31
QIV
868.601.581,31
51.094.211
817.507.370,64
QI
817.507.370,64
51.094.211
766.413.159,98
30.656.526
QII
766.413.159,98
51.094.211
715.318.949,31
28.740.493
QIII
715.318.949,31
51.094.211
664.224.738,65
QIV
664.224.738,65
51.094.211
613.130.527,98
Interest per year
per year
141.786.435
346.163.277
111.129.908
315.506.751
34.488.592 204.376.843
32.572.559
26.824.461 204.376.843
24.908.428
48 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
6
7
8
QI
613.130.527,98
51.094.211
562.036.317,32
22.992.395
QII
562.036.317,32
51.094.211
510.942.106,65
21.076.362
QIII
510.942.106,65
51.094.211
459.847.895,99
QIV
459.847.895,99
51.094.211
408.753.685,32
QI
408.753.685,32
51.094.211
357.659.474,66
15.328.263
QII
357.659.474,66
51.094.211
306.565.263,99
13.412.230
QIII
306.565.263,99
51.094.211
255.471.053,33
QIV
255.471.053,33
51.094.211
204.376.842,66
QI
204.376.842,66
51.094.211
153.282.632,00
7.664.132
QII
153.282.632,00
51.094.211
102.188.421,33
5.748.099
QIII
102.188.421,33
51.094.211
51.094.210,67
QIV
51.094.210,67
51.094.211
0
19.160.329 204.376.843
17.244.296
80.473.382
284.850.224
49.816.855
254.193.698
19.160.329
223.537.172
11.496.197 204.376.843
9.580.164
3.832.066 204.376.843
1.916.033
Sumber: PT. Poso Energy
Pinjaman IDC akan dibayarkan pada tahun keempat mulai dari kuartal pertama hingga ke-4, yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.1 Tabel 4.5 Pinjaman IDC Year
Period
Principal
Installment
Balance
4
Installment per year
QI
233.756.013,79
58.439.003
175.317.010
8.765.851
QII
175.317.010,34
58.439.003
116.878.007
6.574.388
QIII
116.878.006,90
58.439.003
58.439.003
4.382.925
QIV
58.439.003,45
58.439.003
0
233.756.014
interest per quarter
2.191.463
Interest per year
Installment per year
21.914.626
255.670.640
Sumber: PT. Poso Energy
Asumsi-asumsi
Dalam menganalisis kelayakan investasi pada proyek Hydro Power Poso-3 ini digunakan asumsi-asumsi seperti pada Tabel 4.5
49 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Tabel 4.6 Asumsi-Asumsi No I 1 2 3 II 1 2 3 4 5 6 7 III 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 IV 1 2 3 4 5 6 V 1
Description Macro USD / IDR appreciation Inflation rate Investment Power Plant Transmission Line VAT IDC Total Investment Project life time Construction Period Banking Debt to Equity financing Working Capital Interest rate Bank Loan Grace Period IDC Tenor Loan Drawdown Year I Year II Year III Year Iv Installment per year Working Capital Loan Tenor Revenue Hydropower installed capacity Hydropower installed capacity Available for sale Sales Price Increase of sales price Commercial production to commence on 4th year Costing Operation, Maintenance, Repair
Krisis
Normal 11.000 0% 0
1,327,165,150
Unit 9,500 IDR 0% % 0% %
132,716,515 233,756,013 1,693,637,679 30 12
1,327,165,150 IDR 1.000 IDR 1.000 132,716,515 IDR 1.000 233,756,013 IDR 1.000 1,693,637,679 IDR 1.000 30 Years 12 Quarters
60 : 40 0 15 1,021,884,213 3 3 8
60 : 40 0 15 1,021,884,213 3 3 8
% % % IDR 1.000 Years Years Years
30 30 40 0 204,376,843 0 0
30 30 40 0 204,376,843 0 0
% % % % IDR 1.000 IDR 1.000 %
340 2,992,000,000 65(80) 0.04 0
340 2,992,000,000 65(80) 0.04 0
MW Kwh/year % USD/IDR %
4 13%
50 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
13% Of
Revenue 2 3 4 5 6 VI 1 2 VII 1 2 3
Overhaul Period Overhaul Per every 10 year Deperciation Amortiztion Tangible Asset Amortization Intangible Asset Balance Sheet Trade Cycle Debt Equity Ratio Performance Ratio NPV IRR BCR
0
0 10 30 3 1
10 30 3 1 30 125
% Years Years Years Year
30 days 125 % 6,015,007,088 IDR 1.000 42.89 % 7.51 %
Sumber : PT.Poso Energy
Pengaruh Krisis Global Terhadap Asumsi Studi Kelayakan PLTA Pamona-2
Perubahan asumsi akibat krisis ekonomi global yang terjadi pada proyek PLTA Pamona 2 seperti pada Tabel 4.5 khususnya nilai tukar yang mengalami kenaikan dari Rp9500/USD menjadi Rp11.000/USD akan menyebabkan nilai investasi menjadi besar, sehingga dikhawatirkan proyek ini menjadi tidak layak. Untuk mempertahankan kelayakan proyek ini, maka harga jual kepada PLN harus dinaikkan.
Harga yang
disepakati saat ini adalah 0.04 USD/KWH. Krisis ekonomi global ini dikhawatirkan juga akan menaikkan biaya operasional proyek, sehingga akan memperburuk kondisi usaha. Proyek PLTA Pamona 2 sampai saat ini masih dalam tahap konstruksi dan menyisakan waktu satu tahun lagi sebelum beroperasi secara penuh. Dengan adanya perubahan mendasar pada asumsi–asumsi seperti nilai tukar dan biaya operasional penulis ingin melihat seberapa besar pengaruh perubahan asumsi tersebut terhadap kelayakan proyek ini.
51 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Proyeksi laporan keuangan Proyeksi Laba Rugi
Proyeksi laba rugi digunakan untuk melihat kinerja operasional perusahaan selama periode proyeksi. Laba rugi merupakan bentuk laporan keuangan yang menyajikan semua bentuk pendapatan dan biaya dalam satu tabel. Proyeksi laba-rugi PT. Poso Energy dapat dilihat pada Lampiran rugi laba PT. Poso Energy baru mendapatkan revenue setelah tahun ketiga karena sebelumnya merupakan tahap konstruksi.
4.7.2 Proyeksi Pendapatan
Pendapatan perusahaan adalah perkalian komponen dari harga dan volume daya listrik yang dijual. Volume penjualan didapat dengan mengasumsikan utilisasi kapasitas pembangkit listrik selama periode proyeksi (2007-2037. Sedangkan harga jual sesuai dengan kontrak jangka panjang dengan PLN, yaitu sebesar 0.04/KWH (lihat Lampiran new sales & Omr) dengan tingkat kapasitas per tahunnya sebanyak 2.992.000.000 KWH. Menurut Direktur Operasional PT.Poso Energy, pembangkit listrik ini akan beroperasi pada tingkat kapasitas produksi sebesar 65% dari maksimal kapasitas produksi yakni 80% karena dengan tingkat utilisasi mesin tersebut bisa menjaga keadaan fisik dari mesin yang dioperasikan.
4.7.3
Proyeksi HPP
Dampak dari krisis global yang juga berimbas pada naiknya komponen – komponen pembentukan harga/unit karena data yang ada pada PT.Poso Energy terbatas maka penulis hanya memberi gambaran terhadap harga pokok PT.Poso Energy sudah menetapkan dari awal bahwa harga pokok penjualan listrik adalah sebesar 13 % dari pendapatan. Jadi pendapatan lah yang menentukan besar dari HPP
4.7.4
Proyeksi Biaya Operasional
52 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Beban usaha memiliki tiga komponen utama yaitu Beban Administrasi, Overhead, dan Beban Lain-lain (Miscellanius) tetapi proporsi biaya operasional tidak lah begitu signifikan jadi tidak dicantumkan dalam studi ini.
4.7.5
Proyeksi Pendapatan (Beban) Lain-lain
Nilai proyeksi pendapatan (beban) lain-lain terdiri dari beban bunga dan keuntungan (kerugian) kurs. Variabel beban bunga didapatkan dari pembayaran bunga pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka pendek. Perubahan kurs dari waktu ke waktu menyebabkan nilai utang dalam mata uang asing dikonversi kedalam rupiah akan berubah-ubah, naik atau turun. Bila kurs rupiah terhadap dolar melemah maka utang akan membesar atau mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya bila kurs rupiah menguat terhadap dolar maka utang mengecil. Keuntungan dan kerugian kurs terjadi karena perusahaan menggunakan pinjaman dalam mata uang USD. Dalam proyeksi ini diasumsikan kurs tetap pada Rp9.500/USD sehingga tidak terjadi keuntungan dan kerugian kurs.
4.7.6
Proyeksi Cash Flow
Proyeksi cash flow terdiri dari dua bagian yaitu penerimaan kas dan pembayaran kas. Penerimaan kas terdiri dari penerimaan penjualan, tagihan piutang usaha, piutang lain-lain, dan uang muka dan biaya dibayar di muka (sebagai pengurang). Pengeluaran kas terdiri dari pembayaran utang usaha, pembayaran utang bunga, biaya yang masih harus dibayar, utang lain-lain, uang muka, gaji dan upah, beban administrasi dan umum, dividen , cicilan utang bank, pajak, dan pengeluaran investasi fixed asset. Pada proyeksi cash flow selama 30 tahun tidak ada tambahan pendanaan baru karena tidak ada tambahan investasi mesin baru dan juga tidak terjadi cash shortage. Cash flow PT.Poso Energy mengalami minus pada awal periode ketika diberlakukan
proses konstruksi. Sehingga pada tahun pertama, ending balance akan menjadi (509.681.115) Dan menjadi positif ditahun ke 6 menjadi Rp623.619.583 seperti dilihat 53 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
pada Lampiran – Cashflow dan Cash inflow dari PT.Poso Energy didominasi oleh operating profit yang masih minus. Baru tahun ke 4 lah maka operating profit bisa positif karena mulai ada Pinjaman Bank yang lebih besar dibanding 2 tahun sebelumnya .dan pada tahun ke 4 sudah mulai ada penerimaan dari operating profit sehingga cash inflow menjadi positif.
4.7.7 Proyeksi Neraca
Neraca menyajikan posisi aset, utang, dan modal pada tanggal tertentu. Proyeksi neraca merupakan alat control terhadap kebenaran angka-angka proyeksi, dimana neraca tersebut harus balance. Pada neraca PT.Poso Energy (Lampiran Neraca) pada tahun 1-3 Total Aset PT.Poso Energy dalam keadaan minus, ini dikarenakan komponen dari total asset PT.Poso Energy seperti Cash and bank mengalami minus sampai dengan tahun ke 5. pada tahun ke 6 akan positif sebesar Rp645.976.007 Sedangkan disisi hutang, dari tahun 1 – 6 ada hutang dalam neraca PT.Poso Energy dan pada tahun ke 7 sudah tidak ada lagi hutang yang terjadi. Ini menunjukkan PT Poso Energy sudah lepas dari Hutang dan bisa beoperasi dengan tambah baik. Dan dari sisi equitynya maka kita bisa melihat equity positif ditahun ke 4 sebesar Rp508.171.726
total hutang dan modal juga sama yakni di tahun ke-4 baru akan
menyentuh level positif. Dengan begitu PT Poso Energy bisa bekerja dengan lebih baik lagi pada tahun ke 4 perjalanannya yang sekarang baru memasuki tahun ke 3 yakni penyelsaian konstruksi.
4.7.8 Analisis Profitabilitas
Pada tiga tahun pertama merupakan periode konstruksi, sehingga belum ada pendapatan pada periode tersebut. Pada tahun keempat PT Poso Energy akan memulai berproduksi. Pada periode konstruksi total kerugian tercatat sebesar (Rp106.114.856) Cash shortage sebesar Rp106.114.856 akan ditutupi dengan pinjaman dan modal sendiri masing-masing Rp636.668.914 dan Rp42.445.943 Setelah itu penerimaan akan diterima secara rutin tiap tahunnya oleh PT Poso Energy dimulai dari tahun ke 4 – 30 dan hutang akan dilunasi pada tahun ke 5.
54 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
4.7.9
Analisis Rasio Keuangan
Analisis ini sebagai penambah informasi dengan melakukan pengolahan data pada neraca dan laporan laba rugi. Rasio Keuangan PT.Poso Energy bisa dilihat di Lampiran Rasio Keuangan PT.Poso Energy.
4.7.9.1 Liquidity Ratio
Perusahaan memiliki cukup kemampuan untuk memenuhi kewajiban lancar dengan tepat waktu yang ditandai dengan nilai current ratio di atas 1. Begitu pula dengan quick ratio dengan nilai yang juga lebih dari 1 menandakan bahwa kas dan setara kas
perusahaan memungkinkan untuk membayar kewajiban lancar. Namun dengan adanya penurunan nilai current ratio dan quick ratio dari tahun ke tahun harus diwaspadai oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadi penundaan pelunasan kewajiban jangka pendek.
4.7.9.2 Activity Ratio
Secara keseluruhan efektifitas perusahaan penggunaan sumber daya yang dimiliki dalam semakin membaik dari tahun ke tahun. Nilai current asset turnover dan fixed asset turnover perusahaan relatif stabil menandakan kemampuan perusahaan untuk memutar
aset menjadi penjualan cukup stabil yakni sebesar 0.46 dan 0.32 pada awal tahun 1 dan terus bergerak stabil dikisaran itu.
4.7.9.3 Leverage Ratio
Perusahaan dibiayai oleh sedikitnya 60% menggunakan utang. dan 40 % equity ini menunjukkan kemampuan leveragenya adalah sebesar 1.16 pada awal tahun dan debt rationya pada awal tahun yang mencapai 0.54 dan akan terus disekitar itu dan tidak melebihi 0.6.
55 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
4.8
Profitability Ratio
Laba bersih PT Poso Energy dari tahun ke tahun diperkirakan dapat memberikan tingkat pengembalian yang positif bagi pemilik. Rata-rata tingkat pengembalian (PM, ROI, atau ROE) mencapai 33% kepada pemegang saham (ekuitas) setiap tahunnya.
4.8.1 Perhitungan NPV, IRR, Payback Periode, B/C Ratio
Dengan adanya asumsi-asumsi baru yang berubah seperti nilai tukar, kapasitas produksi, harga jual, dan juga biaya-biaya yang digunakan untuk proses operasi
maka
perbandingan proyeksi NPV, IRR, Payback periode, dan B/C ratio antara studi kelayakan usaha semula (original) dengan perhitungan ulang yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 NPV, IRR, Payback Period, B/C Ratio Original
Setelah Krisis
NPV
6.014.970.336
5,849,240,709
IRR
42.89%
42.04%
Payback Periode
5
5
B/C Ratio
7.51
3.58
4.8.1.1 NPV
Pada studi kelayakan awal, proyek PLTA Pamona-2 mempunyai NPV sebesar Rp6.014.970.336. Sebelum krisis ekonomi global nilai tukar rupiah terhadap dolar yang
56 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
digunakan adalah Rp9.500/USD dan biaya-biaya biaya operasional diasumsikan seperti pada lampiran (new omr and sales) Dalam perhitungan studi kelayakan tersebut proyek PLTA Pamona-2 sangat layak untuk dilakukan. Tetapi dengan adanya krisis global yang menyebabkan naiknya nilai tukar yang sempat menyentuh level Rp11.000/USD mengubah NPV menjadi Rp5.849.240.709 Hal ini menunjukkan bahwa berubahnya asumsi pokok yang dipengaruhi oleh krisis ekonomi global, terutama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak berdampak langsung terhadap perubahan nilai NPV proyek PLTA tersebut, sehingga proyek masih layak untuk dijalankan. Dengan sedikit mempengaruhi NPV proyek. Studi ini hanya menekankan pada aspek komersial dari pembangunan PLTA tersebut dan tidak melihat pada benefit yang diciptakan oleh proyek tersebut terhadap perkembangan ekonomi daerah di sekitarnya (social appraisal). Jika proyek ini tidak layak secara komersial, tetapi dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan di daerah tersebut, maka selayaknya pemerintah daerah mengkaji ulang proyek PLTA ini dengan menggunakan pendekatan social appraisal. Jika benefit yang diberikan oleh proyek tersebut dinilai jauh lebih besar dari pada yang dihitung secara komersial, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan, misalnya penerapan tenaga kerja, munculnya usaha baru dalam kehidupan masyarakat di daerah sekitarnya yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan perekonomian secara umum dimana nilai tambah yang dihasilkan dapat melebihi NPV yang negatif dalam perhitungan komersialnya. Studi ini belum mempertimbangkan social appraisal tersebut.
4.8.1.2 Internal Rate of Return (IRR)
IRR Proyek PLTA Pamona 2 sebelum dan sesudah mempertimbangkan perubahan asumsi setelah krisis global adalah sebesar 42.89% pada saat sebelum krisis dan 42.04% setelah krisis. Perubahan IRR tersebut hanya disebabkan oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap USD dari Rp9.500/USD dan Rp11.000/USD. Ini menunjukkan kelayakan proyek dilihat dari pengembaliannya yang mencapai 42%
57 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
meskipun dunia sedang dilanda krisis ekonomi global. Dan tingkat pengembalian ini sangatlah besar disaat ekonomi sedang mengalami resesi.
4.8.1.3 Payback Period
Pada tabel 4.8 tampak bahwa perhitungan studi kelayakan proyek ini sebelumnya dapat mengembalikan investasi awalnya dalam waktu 4 tahun. Tetapi setelah adanya perubahan kurs payback period PLTA Pamona-2 menjadi 5 tahun. Ini dikarenakan hutang bank yang harus dibayarkan oleh PLTA Pamona 2 pada 3 tahun pertama dan akan lunas dalam jangka waktu 5 tahun. Berarti proyek PLTA Pamona 2 memiliki tinkat periode pengembalian yang baik ketika dunia sedang dilanda krisis ekonomi global.
4.8.1.4 B/C Ratio
Pada Tabel 4.8 tampak bahwa B/C ratio proyek PLTA Pamona 2 sebelum krisis sebesar 7.51% ini menunjukkan bahwa benefit yang bisa didapat dari PLTA Pamona 2 terhadap biayanya sangat besar. Rasio tersebut sangat bagus karena cash flow positif yang dihasilkan jauh lebih besar daripada negatifnya. Tetapi setelah krisis B/C Ratio menjadi 3.58 %, ini menunjukkan bahwa benefit yang diperoleh oleh proyek ini masih bagus karena hasil penghitungan B/C ratio nya yang positif.
4.9 Analisis Sensitivitas
Dalam melakukan analisis sensitivitas, suatu asumsi diubah sementara yang lain tetap. Analisis sensitivitas memiliki kelemahan yaitu apabila perubahan suatu asumsi berubah tidak akan mempengaruhi asumsi lain. Contoh apabila penulis melakukan perubahan terhadap harga jual listrik tidak akan menyebabkan turunnnya pelanggan atau
58 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
PLN tetap membelinya karena listrik merupakan kebutuhan yang utama bagi masyarakat indonesia. Jadi penulis akan melakukan perhitungan sensitivitas beberapa asumsi pokok yang akan dibandingkan dengan kelayakan proyek dilihat dari NPV. Setelah itu penulis berharap akan bisa melihat kekhawatiran dari masyarakat tentang pembangunan proyek ini ditengah krisis ekonomi global yang tengah terjadi.
Tabel 4.8 Analisis Sensitivitas terhadap NPV SensitivityAnalysis
Baru Standar minimum SalesPrice(US$/KwH) 380 380 107 ExchangesRate (USD/IDR) 9,500 9,500 63,941 Appreciation 5% 5% OMRProjection(% fromRevenue) 13% 13% 85% TaxRates 30% 30%
4.9.1
Change(%) Of Assumption 71.84% Ͳ573.06% 100.00% 100.00% 100.00%
NewNPV 6,014,970,336
Analisis Sensitivitas Harga Jual Listrik Terhadap NPV
Pada Tabel 4.11 tampak bahwa harga jual listrik dapat diturunkan sampai Rp.107/KWH dengan asumsi kurs tetap Rp9.500/USD, maka harga jual dapat diturunkan sampai dengan Rp107/KWH. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual tidak sensitif terhadap kelayakan proyek. Bahkan bila kurs menjadi Rp11.000/USD, maka harga jual dapat diturunkan sampai Rp114/KWH.Dengan demikian proyek tetap layak dibangun.
59 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009
Pada Tabel 4.1.1 juga dijelaskan bahwa sensitivitas dari kurs USD terhadap NPV PLTA Pamona 2, dimana dengan nilai tukar Rp11.000/USD1, maka NPV akan menjadi 5.849.240.170 dengan demikian proyek tetap layak untuk dilaksanakan dan tidak akan ditunda pembangunannya. Karena proyek tidak sensitif terhadap asumsi – asumsi ini. Dengan demikian proyek tidak sensitif terhadap harga jual listrik. Ini dibuktikan dengan ketahanan proyek untuk dapat menerima harga sampai serendah Rp 107/kwh. Disaat NPV menunjukkan angka 0. Begitu juga untuk OMR dari perusahaan yang awalnya given, yakni 13% dari revenue tidak sensitif terhadap kelayakan proyek. Ini ditunjukkan oleh ketahanan dari
NPV yang bisa menerima OMR perusahaan sampai 85% dari revenue. Ini menunjukkan proyek sangatlah layak untuk dijalankan. Dan biaya OMR tidak signifikan sehingga membuat proyek bisa tetap berjalan jika biaya OMR mencapai 85% dari total revenue Jadi kekhawatiran bahwa proyek akan terganggu oleh krisis ekonomi global tidak terbukti. Kekhawatiran dari proyek untuk tidak dilanjutkan lebih besar dipengaruhi oleh pembiayaan awal proyek. Jika pembiayaan awal tidak ada atau terganggu maka proyek terancam untuk dihentikan.
60 Analisis dampak krisis..., Abdullah Afifuddin, FE UI, 2009