Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja Tahun 2014
i
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan
produksi
tanaman
pangan
mencakup seluruh areal
pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI. Indikator kinerja utama kegiatan perlindungan tanaman pangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 adalah jumlah maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI sebesar 5% dari luas areal tanam. 2. Target capaian pengamanan areal pertanaman dari serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 adalah sebesar 95% dari luas tanam. Realisasi capaian pengamanan areal pertanaman Tahun 2014 dinilai berhasil dengan kisaran capaian sebesar 97,51% sampai dengan 104,77%. Hal tersebut terlihat dari capaian padi dengan kategori berhasil dan komoditas lainnya (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) dengan kategori sangat berhasil. 3. Areal tanam padi yang dapat diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2014 sebesar 92,63% dari target 95% (capaian kinerja sebesar 97,51% dengan kategori berhasil). Sedangkan untuk capaian kinerja pengamanan pada tanaman jagung sebesar 103,77% (sangat berhasil), kedelai sebesar 102,17% (sangat berhasil), kacang tanah sebesar 104,47% (sangat berhasil), kacang hijau sebesar 104,77% (sangat berhasil), ubi kayu sebesar 104,69% (sangat berhasil) dan ubi jalar sebesar 102,74% (sangat berhasil). 4. Upaya pengendalian serangan OPT utama dan penanganan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan Tahun 2014 dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari luas pengendalian Tahun 2014 pada komoditas padi seluas 1.315.308 ha, jagung seluas
Laporan Kinerja Tahun 2014
i
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 30.659 ha, kedelai seluas 15.375 ha, kacang tanah seluas 2.981 ha, kacang hijau seluas 1.516 ha, ubi kayu seluas 3.162 ha, dan ubi jalar seluas 1.071 ha. 5. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp. 117.864.716.000,- (seratus tujuh belas milyar
delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran mencapai Rp. 113.000.750.669,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran. 6. Dalam
pencapaian
permasalahan
masih
sasaran menjadi
yang
telah
kendala
ditetapkan,
antara
lain:
i)
berbagai Tindakan
pengendalian dini pada umumnya terlambat dilaksanakan karena belum optimalnya koordinasi tripartit yaitu antara Mantri Tani, POPT-PHP dan Penyuluh Lapangan. Disamping itu, kelembagaan perlindungan tanaman yang
berwenang
dalam
melaksanakan
pengendalian
belum
satu
komando, serta belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman. Untuk itu, perlu advokasi kepada Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota
sebagai
pemegang
komando
dalam
pelaksanaan
pengendalian OPT. ii) Terbatasnya sarana pengendalian OPT dan DPI menghambat kelancaran pelaksanaan tugas POPT-PHP sehingga peran daerah harus lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana tersebut. iii) Terbatasnya jumlah POPT-PHP mengakibatkan kegiatan pengamatan dan pengendalian/penanggulangan OPT belum optimal, sehingga perlu penambahan petugas lapangan baik dari APBN maupun APBD. iv) perubahan iklim berdampak pada luas banjir dan kekeringan serta perkembangan OPT.
Laporan Kinerja Tahun 2014
ii
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR Kinerja pemerintah harus dilaporkan setiap tahunnya sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut,
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan telah menyusun Laporan Kinerja Tahun 2014 yang didasarkan atas tugas pokok dan fungsi serta kewenangan sesuai dengan program dan rencana kinerja Tahun 2014. Laporan Kinerja ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran perlindungan tanaman pangan sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2014. Sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu mengamankan produksi tanaman pangan
dari
serangan OPT dan terkena DPI. Hasil evaluasi kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih menyempurnakan program dan kegiatan pengamanan produksi tanaman pangan di masa mendatang.
Jakarta, Januari 2015 Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP 196005081986031026
Laporan Kinerja Tahun 2014
iii
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv DAFTAR TABEL .................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6.
Latar Belakang........................................................................... 1 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ............................... 1 Susunan Organisasi dan Tata Kerja ............................................ 2 Sumber Daya Manusia................................................................ 6 Dukungan Anggaran .................................................................. 6 Permasalahan ............................................................................ 7
II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................... 9 2.1. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 ........................................... 9 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 ............................. 11 2.3. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014........................................... 12 III. AKUNTABILITAS KINERJA .........................................................14 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Kinerja......................... 14 3.2. Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014 ..................................... 15 3.3. Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia .......................... 16 3.4. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 ...................... 17 3.5. Pengukuran Kinerja Keuangan ................................................... 55 IV. PENUTUP .....................................................................................58 LAMPIRAN ........................................................................................... 59
Laporan Kinerja Tahun 2014
iv
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
DAFTAR TABEL Hal. 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan .............................. 7 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 ................................................................................................. 12 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014........................................ 15 4. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan 2014 ........................................................ 18 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan 2014........................................................................ 19 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014............................................................... 21 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan 2014........................................................................ 23 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014 ............................................... 25 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan 2014........................................................................ 27 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014 ............................................... 28 11. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan 2014........................................................................ 30 12. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014 ..................................... 32 Laporan Kinerja Tahun 2014
v
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
13. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan 2014 ................................................... 34 14. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014....................................... 36 15. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan 2014 ............................................................... 38 16. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014................................................... 39 17. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan 2014 ................................................................ 41 18. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014 ................................................... 42 19. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 .......................................................................... 44 20. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014 ................................................................................................. 56 21. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 ...................................................................................... 57
Laporan Kinerja Tahun 2014
vi
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
DAFTAR GRAFIK Hal. 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014 ..................................... 21 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014................................. 25 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014 ................................ 29 4. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacanag Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014 .................... 33 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014 ........................ 37 6. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014 .............................. 40 7. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014 .............................. 43
Laporan Kinerja Tahun 2014
vii
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
DAFTAR LAMPIRAN Hal. 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ............. 60 2. Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 ...................................................................................... 61 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 ...................................... 63 4. Pengukuran Kinerja Tahun 2014......................................................... 64 5. Pengukuran Pencapaian Sasaran ........................................................ 65 6. Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2014 .......................................... 66 7. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2014 ............................................... 67 8. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2007-2011, Rerata 5 Tahun, Tahun 2014, & Tahun 2014 ..................... 68 9. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 69 10. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 70 11. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 71 12. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang tanah di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ............................................................................ 72 13. Luas serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ............................................................................ 73 14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 74
Laporan Kinerja Tahun 2014
viii
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 15. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 75 16. Luas Banjir pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2010 - 2014..... 76 17. Luas Kekeringan Pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 77 18. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010 - 2014 .............................................................................................. 78 19. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 79 20. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 80 21. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ............................................................................ 81 22. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ............................................................................ 82 23. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 83 24. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010 - 2014 ...................................................................................... 84 25. Luas Pengendalian pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2013 & Tahun 2014 ...................................................................................... 85
Laporan Kinerja Tahun 2014
ix
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
I. P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian bertekad mewujudkan swasembada beras dan jagung berkelanjutan serta swasembada kedelai Tahun 2014, oleh karena itu peningkatan produksi pangan perlu terus diupayakan. Strategi peningkatan produksi pangan telah ditetapkan melalui upaya peningkatan produksi,
produktivitas,
pemberdayaan
perluasan
areal
kelembagaan
tanam,
pertanian
pengamanan
dan
dukungan
pembiayaan usahatani. Sasaran produksi tanaman pangan ditargetkan meningkat setiap tahun, sehingga tugas dan fungsi pengamanan produksi tanaman pangan ke depan akan semakin berat. Pengamanan produksi yang direfleksikan melalui program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dan saling terkait antar subsistem hulu sampai hilir. Peran penting yang diemban Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi tanaman pangan dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menerapkan
Pengendalian
Hama
Terpadu
(PHT),
sedangkan
penanganan DPI diupayakan melalui antisipasi dan mitigasi terhadap terjadinya banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia, inovasi dan diseminasi teknologi,
penguatan
kelembagaan,
serta
pembinaannya
perlu
ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus. 1.2. Kedudukan, Tugas , Fungsi, dan Kewenangan Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
61/Permentan/
OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Laporan Kinerja Tahun 2014
1
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pertanian,
Direktorat
Perlindungan
Tanaman
Pangan,
Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
61/Permentan/
OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri atas 4 (empat) Subdirektorat, yaitu: 1) Subdirektorat
Pengelolaan
Data
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan. 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim. Laporan Kinerja Tahun 2014
2
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu. Dalam
melaksanakan
Direktorat
Perlindungan
kegiatan
perlindungan
Tanaman
Pangan
tanaman
juga
pangan,
didukung
oleh
Subbagian Tata Usaha, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; c.
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan.
Laporan Kinerja Tahun 2014
3
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim Subdirektorat
Dampak
Perubahan
Iklim
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma,
standar,
prosedur,
dan
kriteria,
serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; c.
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. 3) Subdirektorat
Teknologi
Pengendalian
Organisme
Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan; Laporan Kinerja Tahun 2014
4
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi
pengendalian
organisme
pengganggu
tumbuhan; c.
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian
bimbingan
teknis
dan
evaluasi
di
bidang
pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; c.
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Laporan Kinerja Tahun 2014
5
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 5) Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat
serta
kearsipan
Direktorat
Perlindungan
Tanaman
Pangan. 6) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok
Jabatan
Fungsional
mempunyai
tugas
melakukan
kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT dan pengembangannya serta memperoleh rujukan di bidang perlindungan tanaman, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sementara itu, pelaksanaan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh UPTD-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) atau Sub Dinas Pertanian yang menangani Direktorat
perlindungan Perlindungan
tanaman
pangan.
Tanaman
Pangan
Struktur dapat
Organisasi
dilihat
pada
Lampiran1. 1.4. Sumber Daya Manusia Pada Tahun 2014, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 68 orang pegawai dan 10 orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Laporan Kinerja Tahun 2014
6
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. No.
Golongan
Unit
IV
III
II
I
THL
Jml
1
Direktur
1
-
-
-
-
1
2
Sub Bagian Tata Usaha
-
10
8
-
10
28
1
9
2
-
-
12
3
Subdit. Pengelolaan Data OPT
4
Subdit. DPI
4
9
-
-
-
13
5
Subdit. Pengelolaan PHT
1
10
1
-
-
12
1
10
1
-
-
12
8
48
12
-
10
78
6
Subdit. Teknologi Pengendalian OPT Jumlah
1.5. Dukungan Anggaran Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 sebesar Rp 192.288.141.000,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua
ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan
dilakukan
penghematan
sehingga
anggaran
menjadi
Rp
117.864.716.000 (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh
empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp 11.534.911.000,-
2)
Balai
Pengujian
Mutu
Produk
sebesar
Rp
3.765.860.000,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp 102.563.945.000,-. 1.6. Permasalahan Dalam rangka mencapai tujuan mengamankan produksi, beberapa kendala yang dihadapi antara lain: 1. Perubahan iklim yang bersifat ekstrim. 2. Kurangnya Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Laporan Kinerja Tahun 2014
7
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3. Belum memadainya sarana kerja petugas POPT-PHP. 4. Penggunaan pestisida belum bijaksana. 5. Belum optimalnya kelembagaan perlindungan tanaman.
Laporan Kinerja Tahun 2014
8
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
II. PERENCANAAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Renstra Direktorat
Perlindungan
Tanaman
Pangan
merupakan
dokumen
perencanaan yang berdasarkan pada visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan perlindungan tanaman pangan selama periode Tahun 2010–2014. Renstra tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan bagi unit kerja lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam membuat perencanaan
kegiatan
perlindungan
tanaman
pangan
secara
menyeluruh, terintegrasi dan sinergis antar sektor dan subsektor. Berdasarkan dokumen renstra tersebut maka disusunlah Rencana Kerja Tahunan
(RKT),
Penetapan
Kinerja
(PK)
Tahunan
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan dengan menentukan indikator kinerja sehingga akuntabilitas pelaksanaan kegiatan dapat dievaluasi. 2.1.1. Visi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai visi terwujudnya sistem pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI melalui penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu dan penanganan Dampak Perubahan Iklim. 2.1.2. Misi Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ditetapkan sebagai berikut: a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI. Laporan Kinerja Tahun 2014
9
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI. c.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman.
d. Meningkatkan
peran
dan
fungsi
kelembagaan
perlindungan
tanaman. e. Meningkatkan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan sesuai prinsip PHT. f.
Meningkatkan mutu dan daya saing produk tanaman pangan
2.1.3. Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, maka
tujuan
yang
akan
dicapai
yaitu
meningkatkan
kinerja
perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi tanaman pangan. 2.1.4. Sasaran Guna mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ditetapkan adalah: a. Meningkatnya
fungsi
sistem
pengamatan,
peramalan,
dan
pengendalian OPT serta penanganan DPI; b. Meningkatnya
peran
dan
fungsi
kelembagaan
perlindungan
tanaman pangan; c.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman dalam pemahaman dan penerapan sistem perlindungan tanaman pangan;
d. Tersedianya informasi teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang efektif dan efisien; e. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI secara terpadu dalam skala luas;
Laporan Kinerja Tahun 2014
10
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan f.
Terkendalinya luas serangan OPT dan gangguan DPI pada tanaman pangan;
g. Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman pangan 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan Tahun 2014 dalam rangka mewujudkan sasaran strategis tanaman pangan Tahun 20102014 adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan. Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan terutama lebih dititikberatkan pada peningkatan produksi komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) dalam rangka mewujudkan swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai pada Tahun 2014. Sementara itu, peningkatan produksi komoditas tanaman pangan lainnya yaitu kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar dalam rangka
mendukung
diversifikasi
pangan
dan
mendorong
berkembangnya usaha agribisnis di pedesaan, serta peningkatan manajemen pembangunan dan peran serta instansi, stakeholder terkait dan masyarakat. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI merupakan sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Upaya pengamanan produksi adalah salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta sumber daya manusia perlindungan tanaman pangan baik di pusat maupun daerah. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan pengendalian dini (SPOT-STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. Laporan Kinerja Tahun 2014
11
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Agar pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan suatu Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014. Dengan adanya RKT, diharapkan kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat berjalan terarah dan tepat sasaran, dengan menyelaraskan kegiatan pusat dan daerah, sehingga tujuan pengamanan produksi dapat tercapai. Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun
2010-2014,
Direktorat
Perlindungan
Tanaman
Pangan
menetapkan sasaran kinerja minimal 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI. 2.3. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014 Pada Tahun 2014, upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan terkena DPI dilaksanakan dengan menetapkan target
indikator
guna
mencapai
sasaran
strategis
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut: Tabel 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Mengamankan produksi
Luas areal tanaman pangan aman
tanaman pangan dari
dari gangguan OPT dan DPI,
serangan OPT dan terkena
meliputi komoditas:
DPI
-
Padi
95%
-
Jagung
95%
-
Kedelai
95%
-
Kacang Tanah
95%
-
Kacang Hijau
95%
-
Ubi Jalar
95%
-
Ubi Kayu
95%
Laporan Kinerja Tahun 2014
12
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Upaya pencapaian pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, banjir dan kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan baik di daerah maupun di pusat yaitu: I. Kegiatan Dekonsentrasi: 1. Pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT 2. Operasional Brigade Proteksi Tanaman 3. Bahan dan sarana pengendalian OPT dan DPI 4. Gerakan pengandalian OPT 5. Pemberdayaan Pos Pengembangan Agens Hayati 6. Surveilans 7. Bantuan transport petani pengamat 8. Sekolah Lapangan PHT 9. Sekolah Lapangan Iklim 10. Koordinasi penganggulangan OPT/DPI 11. BOP dan honor THL POPT 12. Operasional LPHP 13. Gerakan pengendalian bersama TNI 14. Pengadaan musuh alami (burung hantu) II. Kegiatan Pusat a. Rancangan pengembangan perlindungan tanaman pangan. b. Pedoman perlindungan tanaman pangan. c. Dokumen perlindungan tanaman pangan. d. Database perlindungan tanaman pangan. e. Bahan informasi perlindungan tanaman pangan. f. Visualisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan. g. Rumusan paket teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT. h. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok tani berprestasi. i. Rapat koordinasi perlindungan tanaman pangan. j. Perangkat pengolah data dan komunikasi. k. Peralatan dan fasilitas kantor. l. Operasional Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. Laporan Kinerja Tahun 2014
13
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Keberhasilan pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah diukur dengan penilaian capaian sasaran melalui metode scoring yang dibagi dalam kategori: 1. sangat berhasil
= capaian realisasi >100%
2. berhasil
= capaian realisasi 80 – 100%
3. cukup berhasil
= capaian realisasi 60 – 79%
4. kurang berhasil
= capaian realisasi <60%
Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan diperoleh dari realisasi luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman pangan dibandingkan dengan luas areal tanaman pangan. Target sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 yaitu 95% areal tanaman pangan aman dari serangan OPT dan terkena DPI atau maksimal 5% dari luas areal tanaman pangan terserang OPT dan terkena DPI. Data luas serangan OPT dan DPI diperoleh dari hasil pengamatan Petugas POPT tingkat kecamatan dan dilaporkan ke Koordinator POPT di tingkat kabupaten/kota setiap dua minggu sekali. Setelah direkap kemudian Koordinator melaporkan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) selanjutnya disampaikan ke Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di tingkat provinsi. Rekap data serangan OPT, banjir dan kekeringan per kabupaten dilaporkan oleh BPTPH ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Sistem Informasi Manajemen OPT, fax, email dan pos.
Laporan Kinerja Tahun 2014
14
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Evaluasi
kinerja
pelaksanaan
kegiatan
dan
pencapaian
sasaran
perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 dilaksanakan melalui Pengukuran Kinerja dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dengan menetapkan indikator kinerja, rencana tingkat capaian, realisasi, dan persentase pencapaian indikator kinerja masing-masing kegiatan dan sasaran, seperti tersaji pada Lampiran 4 dan 5.
3.2 Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014 Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian indikator kinerja utama sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1
2
3
4
% Kategori Capaian Capaian 5
Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman tanaman pangan dari serangan dari gangguan OPT dan DPI, OPT dan terkena DPI meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Kayu - Ubi Jalar
Laporan Kinerja Tahun 2014
95 95 95 95 95 95 95
% % % % % % %
92,63 98,58 97,06 99,25 99,53 99,45 97,60
% % % % % % %
97,51 berhasil 103,77 sangat berhasil 102,17 sangat berhasil 104,47 sangat berhasil 104,77 sangat berhasil 104,68 sangat berhasil 102,74 sangat berhasil
15
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3.3 Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia Sebagian
besar
wilayah
Indonesia
rentan
terhadap
perubahan
iklim/cuaca. Kondisi iklim di Indonesia di pengaruhi oleh kondisi di equator pasifik tengah (fenomena El-Nino/La-Nina), kondisi wilayah barat Indonesia (Dipole Mode), dan fenomena regional serta kondisi suhu permukaan laut. Kondisi iklim terutama curah hujan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya tanaman pangan seperti penentuan waktu tanam, pola tanam, penggunaan teknologi yang tepat serta produksi tanaman pangan. Fenomena El - Nino dan La - Nina dapat mempengaruhi kondisi curah hujan. Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia akan berada di bawah normal apabila dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan sebaliknya curah hujan akan berada di atas normal apabila di pengaruhi oleh fenomena La-Nina. Kondisi iklim Indonesia terutama curah hujan pada Tahun 2010 hingga 2014 intensitas CH bervariasi. Pada awal Tahun 2010, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino Moderat hingga lemah, pada akhir Tahun 2010 hingga awal Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La-Nina lemah hingga Moderat, sedangkan pada akhir Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia mengalami fenomena El-Nino lemah hingga normal. Pada Tahun 2013, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena Normal hingga La-Nina lemah, sedangkan pada Tahun 2014 sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kondisi Normal hingga
El-Nino Moderat. Peningkatan dan penurunan intensitas curah hujan di beberapa wilayah pada Tahun 2010 s.d. 2014 menyebabkan atau diikuti adanya Laporan Kinerja Tahun 2014
16
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan peningkatan dan penurunan luas kerusakan akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan serangan OPT di wilayah tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dari luas kerusakan tanaman akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan intensitas serangan OPT.
3.4 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pencapaian produksi tanaman pangan masih difokuskan pada komoditas utama yaitu padi, jagung,
dan
kedelai.
Sementara
pencapaian
komoditas
lainnya
merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di Indonesia. Indikator kinerja utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 yaitu mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan. Capaian kinerja Tahun 2014 yaitu 97,51 – 104,77% dengan kategori capaian berhasil - sangat berhasil. Secara rinci, data luas serangan OPT utama, banjir dan kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4.
Laporan Kinerja Tahun 2014
17
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 4. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan 2014 Tahun 2013 (Ha)
No Komoditas Keterangan
1 Padi
Terkena Puso Luas Tanam
2 Jagung
Terkena Puso Luas Tanam
3 Kedelai
Terkena Puso Luas Tanam
4 Kc. Tanah Terkena Puso Luas Tanam 5 Kc. Hijau
Terkena Puso Luas Tanam
6 Ubi Kayu
Terkena Puso Luas Tanam
7 Ubi Jalar
Terkena Puso Luas Tanam
Total
Terkena Puso
Tahun 2014 (Ha)
Tingkat Selisih Areal yang % Selisih capaian % OPT & % OPT & 2014 thd thd 2013 diamankan kinerja OPT & DPI DPI thd OPT & DPI (%) DPI thd LT 2013 (%) LT 969.393
6,97
999.724
7,37
30.331
3,13
92,63
97,51
96.754
0,70
178.892
1,32
82.138
84,89
98,68
103,88
13.907.248
13.569.481
56.130
1,42
56.245
1,42
114
0,20
98,58
103,77
8.627
0,22
5.648
0,14
(2.979)
(34,54)
99,86
105,11
3.939.471
3.960.885
13.570
2,31
17.937
2,94
4.367
32,18
97,06
102,17
1.801
0,31
2.454
0,40
654
36,29
99,60
104,84
587.485
610.359
4.323
0,85
3.698
0,75
(625)
(14,47)
99,25
104,47
134
0,03
58
0,01
(77)
(57,01)
99,99
105,25
509.406
492.938
1.796
0,98
996
0,47
(799)
(44,51)
99,53
104,77
233
0,13
33
0,02
(200)
(85,82)
99,98
105,25
183.378
211.768
3.638
0,34
5.307
0,55
1.668
45,85
99,45
104,69
267
0,03
136
0,01
(131)
(48,90)
99,99
105,25
1.067.321
968.856
548
0,35
800
2,40
252
45,99
97,60
102,74
0
0,00
1
0,00
1
6.400,00
100,00
105,26
158.662
33.337
1.049.399
5,69
1.084.707
5,98
35.308
3,36
94,02
98,97
107.816
0,58
187.222
1,03
79.406
73,65
98,97
104,18
(293.479)
(1,59)
Total Luas Tanam 18.434.204
18.140.725
Ket: LT=luas tanam; Luas Tanam 2014 berdasarkan data Pusdatin
Laporan Kinerja Tahun 2014
18
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3.4.1 Padi a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Padi dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman padi Tahun 2014 seluas 999.724 ha atau 7,37% dari luas tanam (13.569.481 ha) dan 178.892 ha diantaranya puso atau 1,32% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman padi yang dapat diamankan dari terkena serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Tahun 2014 seluas 92,63% dari luas tanam. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 97,51% dari target 95% dengan kategori berhasil. Tabel 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
PUSO
TERKENA
PUSO
OPT (ha)
445.001
2.424
510.090
4.422
BANJIR (ha)
338.378
141.045
408.961
88.265
KEKERINGAN (ha)
216.345
35.423
50.342
4.067
Jumlah OPT & DPI (ha)
999.724
178.892
969.393
96.754
Luas Tanam (ha)
13.569.481
13.907.248
% OPT thd Luas Tanam (%)
3,28
0,02
3,67
0,03
% Banjir thd Luas Tanam (%)
2,49
1,04
2,94
0,63
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
1,59
0,26
0,36
0,03
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
7,37
1,32
6,97
0,70
Areal Aman (%)
92,63
93,03
Capaian (%)
97,51
97,93
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, areal tanaman yang terkena serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih tinggi 30.331 ha (3,13%) dan luas puso lebih tinggi 82.138 ha (84,89 %). Luas serangan
OPT dan
banjir
turun
sedangkan
luas
kekeringan
meningkat.
Laporan Kinerja Tahun 2014
19
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah 65.090 ha (12,76%) dan puso lebih rendah 1.997 ha (45,17 ha). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (117.645 ha, puso: 1.014 ha), Jawa Barat (111.679 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (57.838 ha, puso: 132 ha), Sulawesi Selatan (21.915 ha, puso: 46 ha) dan Lampung (15.963 ha, puso: 37 ha). Luas terkena banjir lebih rendah 70.583 ha (17,26%) tetapi luas puso lebih tinggi 52.779 ha (59,80%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Jawa Barat (96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (60.514 ha, puso: 33.792 ha), Aceh (52.460 ha, puso: 23.210 ha), Sumatera Selatan (27.229 ha, puso: 4.558 ha) dan Banten (16.572 ha, puso: 5.789 ha). Luas terkena kekeringan meningkat 166.003 ha (329,75%) dan puso lebih tinggi 31.356 ha (770,97%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi Aceh (65.934 ha, puso: 6.389 ha), Kalimantan Barat (19.975 ha, puso: 9.161 ha), Sulawesi Tenggara (18.769 ha, puso: 2.910 ha), Jawa Tengah (13.507 ha, puso: 3.455 ha) dan Jawa Barat (12.995 ha, puso: 1.770 ha). Namun demikian, luas puso Tahun 2014 tertinggi disebabkan oleh banjir seluas 141.045 ha. Puso akibat banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (51.647 ha), Jawa Tengah (33.792 ha), Aceh (23.210 ha), Banten (5.789 ha) dan Jawa Timur (5.263 ha).
b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Padi Tahun 2010-2014 Upaya pengamanan produksi dari serangan OPT, banjir dan kekeringan terus dilaksanakan untuk menekan potensi kehilangan hasil. Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Kinerja Tahun 2014
20
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010 TERKENA
2011 PUSO
TERKENA
2012 PUSO
TERKENA
2013 PUSO
TERKENA
2014 PUSO
TERKENA
PUSO
1 LUAS SERANGAN OPT
682.683
10.166
712.642
40.526
461.821
2.225
510.090
4.422
445.001
2.424
2 LUAS BANJIR
307.810
93.929
169.464
29.383
177.861
40.866
408.961
88.265
338.378
141.045
96.721
20.856
250.836
53.127
282.795
47.573
50.342
4.067
216.345
35.423
124.951 1.132.942
123.036
922.477
90.665
969.393
96.754
999.724
178.892
3 LUAS KEKERINGAN TOTAL OPT & DPI
1.087.214
LUAS TANAM
14.161.992
13.243.302
13.602.690
13.907.248
13.569.481
% OPT THD LUAS TANAM
4,82
0,07
5,38
0,31
3,40
0,02
3,67
0,03
3,28
0,02
% BANJIR THD LUAS TANAM
2,17
0,66
1,28
0,22
1,31
0,30
2,94
0,63
2,49
1,04
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
0,68
0,15
1,89
0,40
2,08
0,35
0,36
0,03
1,59
0,26
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
7,68
0,88
8,55
0,93
6,78
0,67
6,97
0,70
7,37
1,32
Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, luas terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2012 (922.477 ha) dan tertinggi tejadi pada Tahun 2011 (1.132.942 ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso terendah terjadi pada Tahun 2012 (90.665 ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun 2014 (178.892 ha). 800.000 700.000 600.000 (Ha)
500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
2010
2011
2012
2013
2014
OPT (TERKENA)
682.683
712.642
461.821
510.090
445.001
OPT (PUSO)
10.166
40.526
2.225
4.422
2.424
BANJIR (TERKENA)
307.810
169.464
177.861
408.961
338.378
BANJIR (PUSO)
93.929
29.383
40.866
88.265
141.045
KEKERINGAN (TERKENA)
96.721
250.836
282.795
50.342
216.345
KEKERINGAN (PUSO)
20.856
53.127
47.573
4.067
35.423
Grafik 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014 Laporan Kinerja Tahun 2014
21
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (712.642 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2014 (445.001 ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada Tahun 2013 (408.961 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2011 (169.464 ha). Sedangkan luas kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2012 (282.795 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2013 (50.342 ha). Tingginya luas serangan OPT pada Tahun 2011 secara tidak langsung dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim ekstrim yang terjadi pada Tahun 2010. Pada akhir Tahun 2010, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La-
Nina (lemah-moderat). Fenomena ini mengakibatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal, sehingga terjadi peningkatan luas banjir pada Tahun 2010. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani kerusakan tanaman akibat banjir yaitu dengan melakukan penanaman kembali (replanting). Namun hal tersebut mengakibatkan mundurnya waktu tanam dengan dampak sumber makanan bagi OPT tersedia secara terus menerus sehingga serangannya meningkat. Selain waktu tanam yang mundur, dampak perubahan iklim juga menyebabkan petani menanam padi sepanjang tahun karena air masih tersedia. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pergantian jenis tanaman sehingga siklus hidup OPT tidak dapat diputus.
3.4.2 Jagung a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Jagung dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman jagung Tahun 2014 sebesar 56.245 ha atau 1,42% dari luas tanam (3.960.885 ha) dan 5.648 ha diantaranya puso atau 0,14% dari luas
Laporan Kinerja Tahun 2014
22
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman jagung yang dapat diamankan dari serangan OPT utama dan DPI pada Tahun 2014 seluas 98,58% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 103,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
PUSO
TERKENA
PUSO
OPT (ha)
24.971
42
26.302
127
BANJIR (ha)
10.693
3.300
18.097
8.135
KEKERINGAN (ha)
20.581
2.306
11.731
365
Jumlah OPT & DPI (ha)
56.245
5.648
56.130
8.627
Luas Tanam (ha)
3.960.885
3.939.471
% OPT thd Luas Tanam (%)
0,63
0,001
0,67
0,003
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,27
0,08
0,46
0,21
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,52
0,06
0,30
0,01
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
1,42
0,14
1,42
0,22
Areal Aman (%)
98,58
98,58
103,77
103,76
Capaian (%)
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi 115 ha (0,20%), tetapi luas pusonya lebih rendah 2.979 ha (34,54%). Luas serangan OPT dan banjir pada tanaman jagung Tahun 2014 turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Serangan OPT pada Tahun 2014 seluas 24.971 ha (42 ha diantaranya puso), lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (26.302 ha, puso: 127 ha). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (4.303 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (3.379 ha, puso: 13 ha), Sulawesi Barat (2.084 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (1.981 ha, puso: 28 ha) dan Gorontalo (1.842 ha, tidak ada puso).
Laporan Kinerja Tahun 2014
23
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas terkena banjir Tahun 2014 (10.693 ha, puso: 3.300 ha) lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (18.097 ha, puso: 8.135 ha). Luas banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (4.735 ha, puso: 1.692 ha), Aceh (2.019 ha, puso: 518 ha), Nusa Tenggara Barat (1.160 ha, puso: 6 ha), Jawa tengah (1.057 ha, puso: 335 ha) dan Jawa Timur (530 ha, puso: 444 ha). Luas terkena kekeringan pada tanaman jagung Tahun 2014 (20.581 ha, puso: 2.306 ha) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 (11.731 ha, puso: 365 ha). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Gorontalo (5.602 ha, puso: 1.539 ha), Nusa Tenggara Timur (5.213 ha, puso: 45 ha), Sumatera Utara (2.762 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (1.987 ha, puso: 4) dan Aceh (1.232 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2010-2014 Serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya pencapaian produksi tanaman pangan. Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, perkembangan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan setiap tahunnya berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Kinerja Tahun 2014
24
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010 TERKENA
2011 PUSO
TERKENA
2012 PUSO
TERKENA
2013 PUSO
TERKENA
2014 PUSO
TERKENA
PUSO
1 LUAS SERANGAN OPT
16.315
42
38.852
236
26.195
52
26.302
127
24.971
42
2 LUAS BANJIR
40.463
17.778
16.462
8.045
11.661
2.828
18.097
8.136
10.693
3.300
3 LUAS KEKERINGAN
82.875
20.724
22.644
1.441
21.686
1.508
11.731
365
20.581
2.306
139.652
38.544
77.958
9.722
59.542
4.388
56.130
8.628
56.245
5.648
4 TOTAL OPT & DPI
4.189.048
LUAS TANAM
4.253.714
3.994.370
3.939.471
3.960.885
% OPT THD LUAS TANAM
0,39
0,00
0,91
0,01
0,66
0,00
0,67
0,00
0,63
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
0,97
0,42
0,39
0,19
0,29
0,07
0,46
0,21
0,27
0,08
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
1,98
0,49
0,53
0,03
0,54
0,04
0,30
0,01
0,52
0,06
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
3,33
0,92
1,83
0,23
1,49
0,11
1,42
0,22
1,42
0,14
Capaian areal yang berhasil diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2010-2014 berkisar 98,68% - 96,67%. Serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2013 seluas 56.130 ha, sedangkan luas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas 139.652 ha. Luas puso tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas 38.544 ha, sedangkan puso terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas 4.388 ha.
(Ha)
90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 OPT (TERKENA) OPT (PUSO)
2010
2011
2012
2013
2014
16.315
38.852
26.195
26.302
24.971
42
236
52
127
42
BANJIR (TERKENA)
40.463
16.462
11.661
18.097
10.693
BANJIR (PUSO)
17.778
8.045
2.828
8.136
3.300
KEKERINGAN (TERKENA)
82.875
22.644
21.686
11.731
20.581
KEKERINGAN (PUSO)
20.724
1.441
1.508
365
2.306
Grafik 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014 Laporan Kinerja Tahun 2014
25
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas
banjir
dan
kekeringan
pada
Tahun
2010
lebih tinggi
dibandingkan dengan luas serangan OPT. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang dipengaruhi oleh fenomena El-Nino di awal tahun dan La-Nina di akhir tahun. Fenomena El-Nino di awal Tahun 2010 menyebabkan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kondisi curah hujan di bawah normal sehingga terjadi kekeringan yang cukup tinggi. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (36.279 ha (puso: 5.803 ha), Nusa Tenggara Barat (27.513 ha, puso: 9.710 ha) Sumatera Utara (10.681 ha, puso: 2.160 ha), Gorontalo (5.651 ha, puso: 2.521 ha) dan Sulawesi Selatan (1.476 ha, puso: 218 ha). Sedangkan di akhir Tahun 2010 dipengaruhi fenomena La-Nina yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan di atas normal sehingga luas banjir tinggi. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (9.513 ha, puso: 2.025 ha), Jawa Timur (8.919 ha, puso: 4.823 ha), Jawa Tengah (7.546 ha, puso: 2.665 ha), Jambi (4.868 ha, puso: 3.787 ha) dan Sulawesi Selatan (4.112 ha, puso: 2.251 ha).
3.4.3 Kedelai a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kedelai dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kedelai Tahun 2014 seluas 17.937 ha dan 2.454 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (610.359 ha) maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT dan DPI sebesar 2,94% dan puso sebesar 0,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kedelai yang dapat diamankan sebesar 97,06% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,17% dengan kategori sangat berhasil. Laporan Kinerja Tahun 2014
26
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
PUSO
TERKENA
PUSO
OPT (ha)
9.444
29
8.336
1
BANJIR (ha)
3.523
2.031
5.112
1.790
KEKERINGAN (ha)
4.969
395
123
10
2.454
13.570
Jumlah OPT & DPI (ha)
17.937
Luas Tanam (ha)
610.359
1.801 587.485
% OPT thd Luas Tanam (%)
1,55
0,00
1,42
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,58
0,33
0,87
0,30
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,81
0,06
0,02
0,002
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
2,94
0,40
2,31
0,31
Areal Aman (%)
97,06
97,69
102,17
102,83
Capaian (%)
0,0002
Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Peningkatan terutama disebabkan oleh serangan OPT utama dan kekeringan, sedangkan luas banjir turun. Luas serangan OPT utama pada tanaman kedelai Tahun 2014 lebih tinggi 1.108 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan terutama terjadi di Provinsi Aceh (3.534 ha, puso: 10 ha), Nusa Tenggara Barat (1.277 ha, puso: 10 ha), Jawa Tengah (961 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (935 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (846 ha). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah 1.589 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (2.259 ha, puso: 1.164 ha), Jawa Tengah (406 ha, puso: 319 ha), Sumatera Utara (194 ha, puso: 140 ha), Sulawesi Selatan (179 ha, puso: 156 ha) dan Jambi (172 ha, puso: 89 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi 4.846 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (2.354 ha, puso: 29 ha), Aceh (832 ha, Laporan Kinerja Tahun 2014
27
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan puso: 55 ha), Jawa Tengah (432 ha, puso: 9 ha), Sulawesi Tenggara (306 ha, puso: 125 ha) dan Sumatera Selatan (270 ha, puso: 15 ha). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2010-2014 Salah satu faktor penghambat produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010
2011
2012
2013
2014
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 2 LUAS BANJIR
1.383
0
2.886
0
1.529
0
1.657
0
2.743
0
17.012
11.782
7.674
3.751
2.396
1.344
5.112
1.790
3.523
2.031
5.014
643
2.229
154
1.546
130
123
10
4.969
395
23.409
12.425
12.789
3.905
5.471
1.474
6.891
1.800
11.235
2.426
3 LUAS KEKERINGAN 4 TOTAL OPT & DPI
719.564
LUAS TANAM
645.173
613.825
587.485
610.359
% OPT THD LUAS TANAM
0,19
0,00
0,45
0,00
0,25
0,00
0,28
0,00
0,45
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
2,36
1,64
1,19
0,58
0,39
0,22
0,87
0,30
0,58
0,33
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
0,70
0,09
0,35
0,02
0,25
0,02
0,02
0,00
0,81
0,06
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
3,25
1,73
1,98
0,61
0,89
0,24
1,17
0,31
1,84
0,40
Target pengamanan produksi tanaman kedelai dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun 2010-2014 yaitu 96,75% - 99,11% dengan tingkat capaian 101,84% - 104,33% (sangat berhasil). Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan 2010 dan 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2012 dan 2013. Laporan Kinerja Tahun 2014
28
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
(Ha)
18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
2010
2011
2012
2013
2014
1.383
2.886
1.529
1.657
2.743
0
0
0
0
0
BANJIR (TERKENA)
17.012
7.674
2.396
5.112
3.523
BANJIR (PUSO)
11.782
3.751
1.344
1.790
2.031
KEKERINGAN (TERKENA)
5.014
2.229
1.546
123
4.969
643
154
130
10
395
OPT (TERKENA) OPT (PUSO)
KEKERINGAN (PUSO)
Grafik 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014
Luas terkena OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2010 terutama karena luas banjir yang tinggi yaitu 17.012 ha (11.782 ha diantaranya puso). Banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat. Sedangkan luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas 5.471 ha dan 1.474 ha diantaranya puso. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Tahun 2010 merupakan tahun dengan luas serangan OPT dan terkena DPI yang paling tinggi. Pada tanaman kedelai, luas serangan OPT dari tahun ke tahun cukup rendah apabila dibandingkan dengan luas banjir dan kekeringan. Hal ini disebabkan perubahan iklim ekstrim sehingga luas pertanaman yang mengalami kerusakan pun lebih tinggi.
Laporan Kinerja Tahun 2014
29
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3.4.4 Kacang Tanah a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Tanah dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman kacang tanah Tahun 2014 seluas 3.698 ha dan 58 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (492.938 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,75% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan sebesar 99,25% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,47% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 11. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
OPT (ha)
PUSO
TERKENA
PUSO
3.101
3
3.728
2
BANJIR (ha)
243
37
445
133
KEKERINGAN (ha)
353
18
151
0
58
4.323
Jumlah OPT & DPI (ha)
3.698
Luas Tanam (ha)
492.938
134 509.406
% OPT thd Luas Tanam (%)
0,63
0,001
0,73
0,0003
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,05
0,01
0,09
0,03
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,07
0,004
0,03
0,00
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
0,75
0,01
0,85
0,03
Areal Aman (%)
99,25
99,15
104,47
104,37
Capaian (%)
Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Pada Tahun 2014, luas serangan OPT dan banjir pada tanaman kacang tanah turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,75%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,85%).
Laporan Kinerja Tahun 2014
30
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT Tahun 2014 (3.101 ha, puso: 3 ha) lebih rendah 627 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.728 ha, puso: 2 ha), namun luas pusonya lebih tinggi 1 ha. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (715 ha, puso: 3 ha), Jawa Barat (577 ha, tidak ada puso), D.I. Yogyakarta (279 ha, tidak ada puso), Aceh (275 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (275 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (243 ha, puso: 37 ha) lebih rendah 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (445 ha, puso: 133 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (66 ha, puso: 3 ha), Sumatera Utara (54 ha, puso: 12 ha), Jawa Tengah (43 ha, puso: 1 ha), Jambi (34 ha, puso: 13 ha) dan Jawa Timur (32 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (353 ha, puso: 18 ha) lebih tinggi 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (151 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta (182 ha, puso: 11 ha), Bali (64 ha, puso: 5 ha), Jawa Timur (53 ha, tidak ada puso), Sumatera Utara (27 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (19 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2010-2014 Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perbandingan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Kinerja Tahun 2014
31
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 12. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010
2011
2012
2013
2014
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 2 LUAS BANJIR
4.210
0
7.567
13
5.187
7
3.728
2
3.101
3
929
284
963
146
84
29
445
133
243
37
3 LUAS KEKERINGAN
2.703
1.164
222
29
161
-
151
-
353
18
4 TOTAL OPT & DPI
7.842
1.448
8.752
187
5.432
36
4.323
134
3.698
58
LUAS TANAM
593.241
553.048
548.024
509.406
492.938
% OPT THD LUAS TANAM
0,71
0,00
1,37
0,00
0,95
0,00
0,73
0,00
0,63
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
0,16
0,05
0,17
0,03
0,02
0,01
0,09
0,03
0,05
0,01
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
0,46
0,20
0,04
0,01
0,03
0,00
0,03
0,00
0,07
0,00
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
1,32
0,24
1,58
0,03
0,99
0,01
0,85
0,03
0,75
0,01
Target pengamanan produksi tanaman kacang tanah dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan Tahun 2010-2014 yaitu 98,42%-99,25% dengan tingkat capaian 103,60%-104,47% (sangat berhasil). Selama periode 2010-2014, luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2014. Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (3.101 ha, puso: 3 ha). Namun luas serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas serangan OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (8.752 ha, puso: 187 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (7.567 ha, puso: 13 ha) dan banjir (963 ha, puso: 146 ha).
Laporan Kinerja Tahun 2014
32
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 8.000 7.000 6.000 (Ha)
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA) BANJIR (PUSO)
2010
2011
2012
2013
2014
4.210
7.567
5.187
3.728
3.101
0
13
7
2
3
929
963
84
445
243
284
146
29
133
37
KEKERINGAN (TERKENA)
2.703
222
161
151
353
KEKERINGAN (PUSO)
1.164
29
0
0
18
Grafik 4. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014
Luas serangan OPT setiap tahunnya relatif lebih tinggi apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT pada tanaman kacang tanah lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011, hal ini antara lain disebabkan oleh perubahan iklim pada akhir Tahun 2010 yang dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan berada di atas normal. Perubahan iklim ekstrim mengakibatkan perubahan iklim mikro (suhu, kelembaban) di sekitar tanaman. Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi perkembangan OPT.
Laporan Kinerja Tahun 2014
33
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3.4.5 Kacang Hijau a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang hijau Tahun 2014 seluas 996 ha dan 33 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (211.768 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,47% dan puso sebesar 0,02%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang hijau yang dapat diamankan sebesar 99,53% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 13. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
OPT (ha)
PUSO
TERKENA
PUSO
955
0
997
0
BANJIR (ha)
36
33
791
233
KEKERINGAN (ha)
6
0
8
0
33
1.796
Jumlah OPT & DPI (ha)
996
Luas Tanam (ha)
211.768
233 183.378
% OPT thd Luas Tanam (%)
0,45
0,00
0,54
0,00
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,02
0,02
0,43
0,13
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,003
0,00
0,00
0,00
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
0,47
0,02
0,98
0,13
Areal Aman (%)
99,53
99,02
104,77
104,23
Capaian (%)
Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman kacang hijau Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,47%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,98%) dan areal yang berhasil diamankan pada Tahun 2014 (104,77%) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 (104,23%).
Laporan Kinerja Tahun 2014
34
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT Tahun 2014 (955 ha, tidak ada puso) lebih rendah 42 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (997 ha, tidak ada puso). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (384 ha, tidak ada puso), Sulawesi Selatan (123 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (106 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (101 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Timur (83 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (36 ha, puso: 33 ha) lebih rendah 755 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (791 ha, puso: 233 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (32 ha, tidak ada puso), Riau (2 ha, tidak ada puso), Aceh (1 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (1 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (6 ha, tidak ada puso) lebih rendah 2 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (8 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (5 ha, tidak ada puso) dan D.I. Yogyakarta (1 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2010-2014 Salah satu faktor pembatas produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI tahun 2010-2014 berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Kinerja Tahun 2014
35
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 14. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010
2011
2012
2013
2014
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT
555
-
2.312
2
1.077
-
997
-
955
-
19.908
11.335
1.636
1.037
121
39
791
233
36
33
3 LUAS KEKERINGAN
2.747
1.380
2.458
419
131
93
8
-
6
-
4 TOTAL OPT & DPI
23.210
12.715
6.406
1.458
1.329
132
1.796
233
996
33
2 LUAS BANJIR
272.194
LUAS TANAM
315.414
244.004
183.378
211.768
% OPT THD LUAS TANAM
0,20
0,00
0,73
0,00
0,44
0,00
0,54
0,00
0,45
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
7,31
4,16
0,52
0,33
0,05
0,02
0,43
0,13
0,02
0,02
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
1,01
0,51
0,78
0,13
0,05
0,04
0,00
0,00
0,00
0,00
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
8,53
4,67
2,03
0,46
0,54
0,05
0,98
0,13
0,47
0,02
Target pengamanan produksi tanaman kacang hijau dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun 2010-2014 yaitu 91,47%- 99,53% dengan tingkat capaian 96,28% - 104,77% (berhasil-sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila
dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya.
Luas
tertinggi terjadi pada Tahun 2010 sedangkan luas terendah terjadi pada Tahun 2014. Tingginya luas serangan OPT dan DPI pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh banjir (19.908 ha, puso: 11.335 ha) dan kekeringan (2.747 ha, puso: 1.380 ha puso).
Laporan Kinerja Tahun 2014
36
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 25.000 20.000
(Ha)
15.000 10.000 5.000 0 OPT (TERKENA) OPT (PUSO)
2010
2011
2012
2013
2014
555
2.312
1.077
997
955
0
2
0
0
0
BANJIR (TERKENA)
19.908
1.636
121
791
36
BANJIR (PUSO)
11.335
1.037
39
233
33
KEKERINGAN (TERKENA)
2.747
2.458
131
8
6
KEKERINGAN (PUSO)
1.380
419
93
0
0
Grafik 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014
Luas kekeringan dan banjir yang terjadi pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh kejadian perubahan iklim ekstrim. Pada awal tahun sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena ElNino dimana curah hujan berada di bawah normal sehingga luas kekeringan cukup tinggi. Sedangkan pada akhir tahun dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal sehingga luas banjirnya tinggi.
3.4.6 Ubi Kayu a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman ubi kayu Tahun 2014 seluas 5.307 ha dan 136 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (968.856 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,55% dan Laporan Kinerja Tahun 2014
37
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi kayu yang dapat diamankan sebesar 99,45% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,69% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 15. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
OPT (ha)
PUSO
TERKENA
PUSO
4.613
14
3.242
8
BANJIR (ha)
259
123
395
259
KEKERINGAN (ha)
434
0
1
0
136
3.638
Jumlah OPT & DPI (ha)
5.307
Luas Tanam (ha)
968.856
267 1.067.321
% OPT thd Luas Tanam (%)
0,48
0,001
0,30
0,001
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,03
0,01
0,04
0,02
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,04
0,00
0,00
0,00
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
0,55
0,01
0,34
0,03
Areal Aman (%)
99,45
99,66
104,69
104,90
Capaian (%)
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan kekeringan pada tanaman ubi kayu Tahun 2014 meningkat, sedangkan luas banjir turun. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,55%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,34%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi 1.371 ha dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (976 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (751 ha, tidak ada puso), Sulawesi Tenggara (642 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (481 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (299 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah 136 ha dibandingkan Tahun 2013. Banjir terutama terjadi di Provinsi Lampung (117 ha, puso: 40 Laporan Kinerja Tahun 2014
38
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ha), Riau (91 ha, puso: 62 ha), Sumatera Utara (18 ha, puso: 14 ha) dan Aceh (16 ha, puso: 2 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi 433 ha dibandingkan Tahun 2013. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (395 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (37 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2010-2014 Serangan OPT utama dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpotensi
menyebabkan kehilangan hasil produksi. Perkembangan serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 16. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010
2011
2012
2013
2014
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT
1.967
2
4.958
12
2.740
16
3.242
8
4.613
14
2 LUAS BANJIR
303
43
175
90
204
13
395
259
259
123
3 LUAS KEKERINGAN
803
204
1.365
-
5
4
1
-
434
-
4 TOTAL OPT & DPI
3.072
248
6.498
102
2.948
33
3.638
267
5.307
136
LUAS TANAM
1.272.669
1.116.312
1.092.830
1.067.321
968.856
% OPT THD LUAS TANAM
0,15
0,00
0,44
0,00
0,25
0,00
0,30
0,00
0,48
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
0,02
0,00
0,02
0,01
0,02
0,00
0,04
0,02
0,03
0,01
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
0,06
0,02
0,12
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,04
0,00
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
0,24
0,02
0,58
0,01
0,27
0,00
0,34
0,03
0,55
0,01
Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun 2010-2014 berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014
Laporan Kinerja Tahun 2014
39
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan berkisar antara 99,42% - 99,76% dengan tingkat capaian 104,65%105,01% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2010, 2012, dan 2013. Total serangan OPT dan terkena DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (6.498 ha, puso: 102 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (4.958 ha, puso: 12 ha) dan kekeringan (1.365 ha, tidak ada puso). Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (2.948 ha, puso: 33 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (2.740 ha, puso: 16 ha). 6.000 5.000
(Ha)
4.000 3.000 2.000 1.000 0 OPT (TERKENA) OPT (PUSO) BANJIR (TERKENA)
2010
2011
2012
2013
2014
1.967
4.958
2.740
3.242
4.613
2
12
16
8
14
303
175
204
395
259
BANJIR (PUSO)
43
90
13
259
123
KEKERINGAN (TERKENA)
803
1.365
5
1
434
KEKERINGAN (PUSO)
204
0
4
0
0
Grafik 6. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014
Secara keseluruhan, luas serangan OPT utama pada ubi kayu lebih tinggi dari banjir dan kekeringan namun luas pusonya lebih rendah. Oleh karena itu, potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Laporan Kinerja Tahun 2014
40
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3.4.7 Ubi Jalar a. Capaian
Pengamanan
Areal
Tanaman
Ubi
Jalar
dari
Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi jalar Tahun 2014 seluas 800 ha dan 1 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan
dengan
luas
tanam
(33.337
ha),
maka
areal
pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 2,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi jalar yang dapat diamankan sebesar 97,60% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,74% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 17. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan 2014 TAHUN 2014
TAHUN 2013
OPT & DPI TERKENA
PUSO
TERKENA
PUSO
OPT (ha)
585
0
536
0
BANJIR (ha)
115
1
11
0
KEKERINGAN (ha)
101
0
2
0
Jumlah OPT & DPI (ha)
800
1
548
0
Luas Tanam (ha)
33.337
158.662
% OPT thd Luas Tanam (%)
1,76
0,0000
0,34
0,00
% Banjir thd Luas Tanam (%)
0,34
0,0019
0,01
0,00
% Kekeringan thd Luas Tanam (%)
0,30
0,0000
0,00
0,00
% OPT & DPI thd Luas Tanam (%)
2,40
0,0019
0,35
0,00
Areal Aman (%) Capaian (%)
97,60
99,65
102,74
104,90
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman ubi jalar Tahun 2014 meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (2,40%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,35%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi 49 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (115 ha, tidak ada puso), Sulawesi Laporan Kinerja Tahun 2014
41
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tenggara (108 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (83 ha, tidak ada puso), Sulawesi Utara (63 ha, tidak ada puso) dan Jawa Barat (50 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2010-2014 Serangan OPT utama, banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor
pembatas
pencapaian
produksi
tanaman
pangan.
Perkembangan sernang OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 18. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO
OPT/DPI
2010
2011
2012
2013
2014
TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT
528
0
729
5
2 LUAS BANJIR
164
11
9
4
-
-
1
-
692
11
739
9
543
3 LUAS KEKERINGAN 4 TOTAL OPT & DPI
LUAS TANAM
184.607
176.372
538
0
536
0
585
-
4
2
11
-
115
1
1
-
2
-
101
-
2
548
0
800
1
184.210
158.662
33.337
% OPT THD LUAS TANAM
0,29
0,00
0,41
0,00
0,29
0,00
0,34
0,00
1,76
0,00
% BANJIR THD LUAS TANAM
0,09
0,01
0,01
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,34
0,00
% KEKERINGAN THD LUAS TANAM
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,30
0,00
% OPT & DPI THD LUAS TANAM
0,38
0,01
0,42
0,01
0,29
0,00
0,35
0,00
2,40
0,00
Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman ubi jalar Tahun 2010-2014 berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014 berkisar antara 97,60%-99,71% dengan tingkat capaian 102,74% - 104,96% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas tersebut terutama diakibatkan oleh serangan OPT (585 ha, tidak ada puso).
Laporan Kinerja Tahun 2014
42
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (543 ha, puso: 2 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (538 ha, tidak ada puso). 800 700 600 (Ha)
500 400 300 200 100 0 OPT (TERKENA) OPT (PUSO)
2010
2011
2012
2013
2014
528
729
538
536
585
0
5
0
0
0
BANJIR (TERKENA)
164
9
4
11
115
BANJIR (PUSO)
11
4
2
0
1
KEKERINGAN (TERKENA)
0
1
1
2
101
KEKERINGAN (PUSO)
0
0
0
0
0
Grafik 7. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014
Luas serangan OPT pada tanaman ubi jalar setiap tahunnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya
lebih
rendah.
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
serangan OPT antara lain varietas tanaman dan perubahan iklim. 3.5 Kegiatan
Pendukung
Penguatan
Perlindungan
Tanaman
Pangan Tahun 2014 Secara keseluruhan, capaian kinerja pengamanan produksi tanaman pangan dari potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan dengan capaian 97,51 – 104,77% (berhasilsangat berhasil). Upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2014
43
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 19. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 No. 1764
Kegiatan/S ub Kegiatan/Uraian/I ndikator Output PENGUATAN PERLI NDUNGAN TANAMAN PANGAN
Fisik Kegiatan Target Realisasi Volume S atuan Volume % 73.712 73.433 99,62
DARI GANGGUAN OPT DAN DPI 73.431
99,62
1
Dana Dekonsentrasi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT)
32
Balai
32
100,00
2
Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
78
unit
78
99,74
3
Bahan dan Sarana Pengendalian OPT
75
paket
62
82,67
4
Gerakan Pengendalian OPT dan DPI
106
kali
106
100,00
5
Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH)
243
unit
6
Surveilans OPT (Pengamatan OPT)
7 8
9
73.710
-
217
89,30
89
paket
73
82,02
Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan)
29.490
orang
29.335
99,48
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
954
910
95,39
- Persiapan+monev
951
949
99,79
- Padi
848
Unit
806
95,05
- Jagung
57
Unit
56
98,25
- Kedelai
49
Unit
48
97,96
107
Unit
103
96,26
11
91,67
Sekolah Lapangan Iklim (SLI)
12
Unit
10
Koordinasi penanggulangan OPT/DPI
paket
11
BOP dan THL POPT
42.412
OB
42.392
99,95
- PNS (2.556 orangx 12 bulan)
30.672
OB
30.660
99,96
- THL (1.174 orang x 10 bulan)
11.740
OB
11.732
99,93
98
unit
98
100,00
12
Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH)
13
Gerakan TNI
8
paket
8
100,00
14
Musuh Alami
6
paket
6
100,00
Pusat
2
2
100,00
1
Kegiatan Ditlind Pusat
1
paket
1
100,00
2
BPMPT
1
paket
1
100,00
-
Kegiatan pengamanan produksi dilaksanakan melalui dana Dekonsentrasi dan Pusat. Secara keseluruhan, realisasi fisik pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI sebesar 73.433 unit/paket/OB dari target 73.712 unit/paket/OB (99,62%). Dukungan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 berhasil dilaksanakan
dengan
tingkat
capaian
82,02%-100%.
Keberhasilan
pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan melalui kegiatan: 1. Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) Operasional pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT serta penanganan DPI dilaksanakan di daerah oleh Balai Proteksi Tanaman
Laporan Kinerja Tahun 2014
44
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pangan. Kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk memantau perkembangan luas serangan OPT dan DPI yang dilaksanakan oleh Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Data luas serangan OPT/DPI serta pengendalian OPT hasil pantauan selanjutnya dilaporkan ke UPTD-BPTPH dan diteruskan ke pusat berupa laporan 2 (dua) mingguan. Selama Tahun 2014, laporan yang diterima sebanyak 717 (93,36%) dari 768 laporan. Sedangkan pada Tahun 2013, jumlah pelaporan OPT dan DPI sebanyak
768 laporan (100%) dari
target 768 laporan. Data OPT dan DPI yang dikirim oleh daerah selanjutnya
digunakan
sebagai
dasar
analisis
dan
rekomendasi
penanganan OPT dan DPI sehingga luas serangan OPT dan terkena DPI dapat ditekan seminimal mungkin. 2. Bahan dan Sarana pengendalian OPT Pengamanan
produksi
dari
gangguan
OPT
dilaksanakan
dengan
menggunakan sistem PHT yaitu memprioritaskan teknologi ramah lingkungan, sedangkan penggunaan pestisida merupakan langkah terakhir dan digunakan secara bijaksana. Oleh karena itu, upaya mendukung pengendalian OPT dilakukan dengan menyiapkan bahan dan sarana pengendalian seperti alat handsprayer, mistblower, sarung tangan, dan agens hayati. Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan pengadaan bahan dan sarana pengendalian sebanyak 90 paket. Selain itu, dalam rangka penerapan pengendalian OPT dengan sistem PHT, pada Tahun 2014 juga dilaksanakan kegiatan pemanfaatan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba) di 5 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). 3. Surveilans OPT (Pengamatan OPT) Surveilans
merupakan
suatu
proses
pengamatan
dalam
rangka
mengumpulkan dan mencatat data tentang dinamika populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor- faktor yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Secara umum, metode pengamatan di lapangan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Pengamatan Keliling Laporan Kinerja Tahun 2014
45
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
(patroli)
Pengamatan
dan
Tetap.
Pengamatan
keliling
(patroli)
merupakan kegiatan pengamatan bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam, serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpanan bahan pengendali OPT. Data dan informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan menitikberatkan pengamatan. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan, sedangkan Pengamatan Tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada petak contoh tetap atau peralatan tertentu (perangkap lampu, penakar curah hujan, dan SMPK). Pelaksanaan kegiatan surveilans dilakukan di BPTPH dan LPHP/LAH sebanyak 2 kali per musim. Kemudian hasil pelaksanaan surveilans dilaporkan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pengendalian. Surveilans dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme pengganggu Tumbuhan - Pengamat Hama dan penyakit (POPT-PHP) di wilayah kerjanya (kecamatan), petugas teknis Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) di kabupaten yang dicakup dalam wilayah kerjanya (kabupaten) dan fungsional POPT tingkat provinsi, serta petugas lain yang terkait di bidang perlindungan tanaman. Agar kegiatan surveilans dapat dilaksanakan secara efektif, daerah produksi tanaman pangan dibagi menjadi wilayah-wilayah pengamatan hama dan penyakit yang berimpit dengan wilayah administrasi kecamatan atau kelipatannya. 4. Gerakan pengendalian OPT Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan, tindakan pengendalian
OPT
harus
dilaksanakan
apabila
populasi/intensitas
serangan OPT di atas ambang kendali. Gerakan pengendalian OPT terdiri dari gerakan pengendalian reguler dan gerakan pengendalian bersama TNI. Pada Tahun 2014, gerakan pengendalian OPT telah dilaksanakan Laporan Kinerja Tahun 2014
46
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 100 kali (94,34% dari rencana 106 kali) dan 8 kali gerakan pengendalian OPT bersama TNI di 8 provinsi. Gerakan pengendalian pada suatu areal tanaman pangan dapat dilakukan lebih dari satu kali. Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan Tahun 2014 pada tanaman padi seluas 1.315.308 ha, jagung seluas 30.659 ha, kedelai seluas 15.375 ha, kacang tanah seluas 2.981 ha, kacang hijau seluas 1.516 ha, ubi kayu seluas 3.162 ha dan ubi jalar seluas 1.071 ha. Data luas pengendalian OPT secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 25. 5. Penguatan kelembagaan a) Brigade Proteksi Tanaman Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan eksplosi serangan OPT yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani
setempat. Pada awal
terbentuknya, kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi, seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi telah diserahkan kepada UPTD BPTPH dan sampai saat ini telah terdapat 78 unit BPT yang tersebar di 32 provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. b) Pos Pengembangan Agens Hayati Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah salah satu wadah/kelembagaan perlindungan tanaman pangan bagi petani alumni SLPHT dan atau petani non alumni SLPHT yang mampu menyiapkan, memperbanyak, menerapkan dan menyebarluaskan agens hayati serta sarana produksi ramah lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT. PPAH memiliki peranan yang
besar dalam pemasyarakatan penerapan Pengelolaan Hama
Terpadu (PHT) antara lain : pemasyarakatan sarana produksi ramah lingkungan; melakukan studi sain petani; memelihara keseimbangan agroekosistem; Laporan Kinerja Tahun 2014
serta
mendekatkan
sarana
produksi
ramah 47
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT kepada masyarakat petani lainnya. Keberadaan PPAH dari tahun ke tahun bergerak dinamis ke arah pertumbuhan. Berdasarkan data 5 tahun terakhir yaitu jumlah PPAH Tahun 2010 sebanyak 704 unit, Tahun 2011 sebanyak 855 unit, Tahun 2012 sebanyak 1.005 unit, Tahun 2013 sebanyak 1009 unit, Tahun 2014 sebanyak 1.350 unit tersebar di 32 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Kep. Riau dan Kalimantan Utara karena baru terbentuk. Jenis AH dan Pestisida nabati yang telah dikembangkan oleh PPAH antara lain Beauvaria
bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Corynebacterium sp (=Paenibacillus Polymyxa), Trichoderma sp, Trichogramma sp, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. c) Laboratorium
Pengamatan
Hama
Penyakit/Laboratorium
Agens
Pengamatan
Hama
Penyakit/Laboratorium
Agens
Hayati Laboratorium
Hayati (LPHP/LAH) sebagai institusi terdepan perlindungan tanaman pangan mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan kegiatan pengamanan produksi. Sebagai pusat pengembangan teknologi meliputi
perlindungan kegiatan
tanaman,
utama
yaitu
kegiatan
yang
pengamatan,
dilaksanakan
peramalan,
dan
pengendalian OPT/penanganan DPI serta kegiatan pendukung yang lebih menekankan pada permasalahan spesifik lokasi. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit juga merupakan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman pangan ramah lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip PHT.
Kegiatan
LPHP
dalam
pengembangan
teknologi
ramah
lingkungan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens Laporan Kinerja Tahun 2014
48
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu : Beauveria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Paenibacillus polymyxa, Trichoderma sp, Trichogramma sp,
Nomuraea, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. Keberadaan LPHP/LAH mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir yaitu pada Tahun 2010 s.d. 2012 sebanyak 95 unit, pada Tahun 2013 sebanyak 94 unit, dan pada Tahun 2014 sebanyak 98 unit. Pertumbuhan LPHP terbanyak di Provinsi Sulawesi Utara yaitu bertambah 3 unit yang merupakan pengadaan Tahun 2013, berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). d) Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) merupakan sumber daya manusia perlindungan tanaman yang diberi tugas dan tanggung jawab serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengelolaan OPT dan Dampak Perubahan Iklim di wilayah pengamatannya yaitu kecamatan. Ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang POPTPHP adalah melaporkan hasil pengamatan perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), memberikan rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada
lingkup
wilayah
pengamatannya,
membina
kelompok
tani/petani pengembang teknologi perlindungan tanaman pangan ramah
lingkungan
melakukan
yang
pengawasan
mendukung peredaran
prinsip-prinsip dan
PHT
penggunaan
dan
bahan
pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT – PHP pada Tahun 2010 sebanyak 3.183 orang selama lima tahun terakhir berkurang sebanyak 795 orang dibandingkan Laporan Kinerja Tahun 2014
49
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dengan Tahun 2014 sebanyak 2.388 orang. Berkurangnya jumlah POPT-PHP tersebut antara lain karena purna tugas, alih tugas, dan meninggal dunia. Jumlah kecamatan sebagai wilayah kerja POPT-PHP saat ini di seluruh Indonesia sebanyak 6.793. Dengan jumlah POPT-PHP saat ini, banyak POPT-PHP yang merangkap 2 – 3 kecamatan. Jumlah wilayah kerja yang ideal bagi POPT-PHP adalah 1 (satu) kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat berdampak pada kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan di lapangan, sehingga penanganan OPT dalam rangka pengamanan produksi kurang optimal. Salah satu upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut yaitu, sejak Tahun 2007 telah direkrut Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu TumbuhanPengamat Hama Penyakit (THL-TBPOPT-PHP) yang bertujuan untuk membantu POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT.
Pada
Tahun 2007 telah dikontrak sebanyak 1.288 THL-TB-POPT-PHP yang tersebar di 32 provinsi, data terakhir Tahun 2014 sebanyak 1.164, terjadi pengurangan sebanyak 146 orang. Penyebab berkurangnya jumlah THL-TB POPT-PHP antara lain mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah), namun UPTD BPTPH belum mengganti dengan menseleksi tenaga baru e) Petani Pengamat Petani Pengamat adalah petani alumni SLPHT yang ditetapkan dengan ketetapan Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan bertugas membantu POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP melakukan pengamatan agroekosistem (OPT, Musuh alami, DPI, dan faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan OPT/DPI) di wilayah pengamatan terdekat dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang Laporan Kinerja Tahun 2014
50
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan disepakati dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang disepakati dengan POPT-PHP terdekat. Jumlah petani pengamat tahun 2012 sebanyak 3.036 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 2.949 orang. Pengurangan jumlah petani pengamat disesuaikan dengan prioritas kebijakan masing-masing daerah. Namun demikian Petani Pengamat swadaya (di luar kriteria di atas) diharapkan dapat diupayakan. 6. Pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengelola pertanamannya menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diantaranya dilaksanakan melalui kegiatan SLPHT. Pelaksanaan SLPHT diharapkan mampu mewujudkan kemandirian petani dalam mengambil keputusan di lahan usahataninya. SLPHT harus mempunyai dampak yang luas yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Saat ini, SLPHT telah cukup banyak dilaksanakan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan SLPHT yang dilaksanakan masih belum merata, dalam skala kecil, dan belum melibatkan kelompok-kelompok dalam satu hamparan. Oleh karena itu, pada Tahun 2014, dilaksanakan SLPHT Skala Luas yang merupakan suatu pendekatan SLPHT dalam skala yang lebih luas (satu hamparan) dengan melibatkan beberapa kelompok tani hamparan sehingga terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan OPT di lapangan. SLPHT Skala Luas ini dilaksanakan khusus untuk komoditas padi. Target SLPHT Skala Luas padi pada Tahun 2014 sebanyak 848 unit yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi sebanyak 806 unit atau 95,05% (berhasil) dengan peserta 20.150 orang petani dari target 21.200 orang petani.
Laporan Kinerja Tahun 2014
51
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Dampak dari pelaksanaan SLPHT antara lain meningkatnya kemampuan dan kemandirian 20.150 orang petani dalam penanganan OPT sesuai dengan prinsip PHT. Para petani alumni SLPHT tersebut diharapkan dapat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan PHT di lahan usahataninya,
serta
menyebarluaskan
kepada
petani
sekitarnya,
sehingga PHT akan semakin memasyarakat dan melembaga di tingkat petani. Beberapa unit SLPHT Skala Luas tidak dapat dilaksanakan di beberapa provinsi disebabkan hal-hal sebagai berikut:
Riau, sebanyak 2 unit tidak dapat dilaksanakan karena penghematan anggaran di Tahun 2014 menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLPHT di
calon lokasi SLPHT yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, calon lokasi tersebut mengalami kejadian dampak perubahan iklim (kekeringan).
Sulawesi Selatan, dari alokasi 46 unit, terealisasi 7 unit, sedangkan 39 unit tidak dapat dilaksanakan sampai selesai karena penghematan anggaran.
Papua, dari alokasi 13 unit, realisasi 10 unit, sedangkan 3 unit tidak dapat dilaksanakan karena waktunya sudah tidak memungkinkan yang sebelumnya dicadangkan untuk penghematan.
Secara rinci realisasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada Lampiran 6. 7. Pelaksanaan SLI Padi Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). SLI dimulai pada MT 2002/2003 di Kabupaten Indramayu sebagai Pilot
Project melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Laporan Kinerja Tahun 2014
52
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kabupaten Indramayu, IPB dan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC). Secara nasional, SLI diselenggarakan sejak Tahun 2007 dengan pendanaan dari APBN yang tersebar di provinsi rawan banjir dan kekeringan. Kegiatan SLI Tahun 2014 awalnya dialokasikan sebanyak 120 unit di 30 provinsi (kecuali Provinsi Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau dan DKI Jakarta). Terdapat 13 unit SLI yang mengalami penghematan yaitu di Provinsi Sumatera Selatan (2 unit), Bengkulu (2 unit), Nusa Tenggara Barat (2 unit), Sulawesi Selatan (6 unit) dan Sulawesi Tenggara (1 unit) sehingga SLI tahun 2014 menjadi 107 unit. Realisasi hingga Desember tahun 2014 sebanyak 103 unit (4 unit tidak dilaksanakan). Unit SLI yang tidak dilaksanakan yaitu :
Papua (1 unit) dan Kalimantan Selatan (2 unit) tidak dapat dilaksanakan
karena
penghematan
anggaran
di
Tahun
2014
menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLI di calon lokasi SLI yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, sudah tidak tersedia lahan pertanaman
Kalimantan Selatan (1 unit) tidak dapat dilaksanakan karena calon lokasi mengalami kekeringan
Secara rinci realisasi pelaksanaan SLI dapat dilihat pada Lampiran 7.
Disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dalam rangka pengamanan produksi, juga dilakukan berbagai upaya, sebagai berikut: 1) Mengirim surat kewaspadaan terhadap peningkatan serangan OPT dan langkah operasional penanganannya oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan kepada Gubernur dan Kepala Dinas Pertanian seluruh Provinsi. 2) Melakukan konsolidasi petugas lapang (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, Seksi Perlintan Kabupaten) dan petugas LPHP.
Laporan Kinerja Tahun 2014
53
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3) Membentuk POSKO pengendalian OPT di tiap kabupaten, kecamatan, dan desa. 4) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan pengendalian ke lapangan. 5) Koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait antara pusat – provinsi – kabupaten – kecamatan – desa. Sedangkan untuk penanganan DPI, disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dilakukan juga berbagai upaya sebagai berikut: 1) Menyebarluaskan informasi prakiraan awal Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta upaya antisipasi terhadap banjir, kekeringan dan OPT. 2) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan penanganan DPI ke lapangan. 3) Mengkoordinasikan dengan instansi terkait dalam upaya penanganan banjir dan kekeringan serta pemberian bantuan sarana produksi berupa benih dan pupuk kepada petani yang pertanamannya mengalami puso untuk melakukan penanaman kembali. Penurunan luas serangan OPT utama tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai) berhasil diwujudkan, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut : 1) Koordinasi penanganan daerah sumber serangan OPT di beberapa provinsi belum berjalan dengan baik karena belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam gerakan pengendalian OPT, jaringan kelembagaan belum optimal, prasarana pengendalian di daerah yang masih terbatas, dan belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman dalam penanganan eksplosi serangan OPT. Untuk itu, perlu adanya upaya advokasi kepada Gubernur, lembaga legislatif, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam pelaksanaan pengendalian OPT. 2) Terbatasnya sarana kerja operasional petugas POPT-PHP sehingga menghambat kelancaran pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu, Laporan Kinerja Tahun 2014
54
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan kemandirian daerah perlu lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana kerja lapangan petugas. 3) Terbatasnya jumlah petugas lapangan (POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP) sehingga kegiatan pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan DPI belum optimal. 4) Pelaksanaan pengendalian OPT ramah lingkungan masih terbatas dan penggunaan pestisida belum menganut prinsip 6 tepat. 5) Adanya peralihan satker ke Dinas Pertanian menyebabkan prosedur menjadi lebih panjang sehingga pencairan dana untuk pelaksanaan kegiatan jadi terlambat.
3.6 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN Pada Tahun 2014, pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Perlindungan
Tanaman
Pangan
didukung
dengan
anggaran
pembangunan, yang tertuang dalam program Ketahanan Pangan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan di daerah didukung
dengan
anggaran
yang
tertuang
dalam
DIPA
Dana
Dekonsentrasi melalui Satker BPTPH. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp. 117.864.716.000,- (seratus tujuh belas milyar
delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran berhasil mencapai Rp. 113.000.750.669,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran.
Laporan Kinerja Tahun 2014
55
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Realisasi anggaran yang tertuang dalam DIPA dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh Satker Dinas Pertanian Tahun 2014 sebesar Rp 99.720.040.021,- ( sembilan puluh sembilan milyar tujuh ratus dua
puluh juta empat empat puluh ribu dua puluh satu rupiah) atau 97,23% dari total anggaran Rp 102.563.945.000,- (seratus dua milyar lima ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah). Sedangkan realisasi anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 sebesar 9.932.912.788 ,- (sembilan milyar sembilan
ratus tiga puluh dua juta sembilan ratus dua belas ribu tujuh ratus delapan puluh delapan rupiah) atau 86,11% dari total anggaran 11.534.911.000 ,- (sebelas milyar lima ratus tiga puluh empat juta sembilan ratus sebelas ribu rupiah) dan BPMPT sebesar Rp. 3.347.799.000,- (tiga milyar tiga ratus empat puluh tujuh juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) atau 88,90% dari target Rp. 3.765.860.000,- (tiga milyar tujuh ratus enam puluh lima juta delapan ratus enam puluh ribu rupiah). Tabel 20. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
Target
2
3
Realisasi 4
% Capaian 5
Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman tanaman pangan dari serangan dari gangguan OPT dan DPI, OPT dan terkena DPI meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Kayu - Ubi Jalar
Laporan Kinerja Tahun 2014
95 95 95 95 95 95 95
% % % % % % %
92,63 98,58 97,06 99,25 99,53 99,45 97,60
% % % % % % %
Anggaran (Rp.)
Program Pagu 6 Penguatan Sistem Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI
7
Realisasi
8 117.864.716.000 113.000.750.669
% 9 95,87
97,51 103,77 102,17 104,47 104,77 104,68 102,74
56
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan tabel di atas, akuntabilitas keuangan dinilai berhasil dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi keuangan sebesar 95,87% dengan capaian indikator kinerja sasaran 97,51% sampai dengan 104,77%. Tabel 21. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Fisik Kegiatan
Pagu Awal
Pagu Revisi
Realisasi Anggaran
(Rp. 000,-) (3)
(Rp. 000,-) (4)
(Rp. 000,-) Volume Satuan Volume % (5) (6)=(5):(4) (7) (8) (9) (10)=(9):(7)
107.279.770
102.563.945
99.720.040
21.389.488
20.049.225
18.740.838
93,47
2.367.384
2.225.097
2.090.712
3 Bahan dan Sarana Pengendalian OPT
796.000
636.267
4 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI
1.743.440
5 Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) 6 Surveilans OPT (Pengamatan OPT)
No.
Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output
(1)
(2)
I Dana Dekonsentrasi
%
Target
73.431
99,62
32 Balai
32
100,00
93,96
78 unit
78
99,74
614.553
96,59
75 paket
62
82,67
1.640.510
1.586.881
96,73
106 kali
106
100,00
2.029.620
1.609.373
1.545.478
96,03
243 unit
217
89,30
2.245.883
1.956.927
1.787.574
91,35
89 paket
73
82,02
7 Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan)
8.847.000
8.847.000
8.800.635
99,48
29.490 orang
29.335
99,48
8 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
22.328.067
20.724.907
20.464.439
98,74
954 Unit
910
95,39
1.466.487
1.442.332
1.418.221
98,33
951
949
99,79
18.474.920
17.165.015
16.936.358
98,67
848 Unit
806
95,05
- Jagung
1.310.260
1.144.660
1.140.660
99,65
57 Unit
56
98,25
- Kedelai
1.076.400
972.900
969.200
99,62
49 Unit
48
97,96
2.744.984
2.473.665
2.372.241
95,90
107 Unit
103
96,26
1 Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) 2 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
- Persiapan+monev - Padi
9 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 10 Koordinasi penanggulangan OPT/DPI
73.710
Realisasi
-
1.069.976
1.003.825
832.811
82,96
11
91,67
35.425.500
35.410.500
35.365.971
99,87
42.412 OB
42.392
99,95
- PNS (2.556 orangx 12 bulan)
15.336.000
15.321.000
15.290.121
99,80
30.672 OB
30.660
99,96
- THL (1.174 orang x 10 bulan)
20.089.500
20.089.500
20.075.850
99,93
11.740 OB
11.732
99,93
12 Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH)
4.092.428
4.000.450
3.632.641
90,81
98 unit
98
100,00
13 Gerakan TNI
1.000.000
990.000
921.000
93,03
8 paket
8
100,00
14 Musuh Alami
1.200.000
996.200
964.267
96,79
6 paket
6
100,00
II Pusat
85.008.371
15.300.771
13.280.711
86,80
2 paket
2
100,00
1 Kegiatan Ditlind Pusat
81.242.511
11.534.911
9.932.912
86,11
1 paket
1
100,00
3.765.860
3.765.860
3.347.799
88,90
1 paket
1
100,00
73.433
99,62
11 BOP dan THL POPT
2 BPMPT TOTAL
Laporan Kinerja Tahun 2014
192.288.141
117.864.716 113.000.750
95,87
12 paket
73.712
pkt/unit/OB /kali/balai
57
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
III. P E N U T U P Pencapaian sasaran mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan serangan OPT dan terkena DPI sehingga maksimal 5% dari luas tanam pada Tahun 2014 dinilai berhasil. Hal ini terlihat dari luas serangan OPT utama dan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan dengan capaian berhasil untuk komoditas padi dan sangat berhasil untuk komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Disamping pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, upaya pengamanan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014, juga dilakukan melalui berbagai kegiatan. Upaya tersebut meliputi penyebarluasan informasi prakiraan iklim dan serangan OPT ke daerah, konsolidasi petugas lapangan (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, dan petugas LPHP), dan pembentukan POSKO pengendalian OPT di berbagai tingkatan. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi kendala antara lain belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam penanganan OPT di daerah sumber serangan dan penanganan DPI di daerah rawan banjir dan kekeringan, terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM perlindungan tanaman pangan, belum optimalnya fungsi kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, belum optimalnya peran PPAH dalam pemanfaatan agens hayati, dan terbatasnya sarana kerja lapangan petugas POPT-PHP. Sehubungan dengan
hal
koordinasi,
tersebut, advokasi,
perlu dan
dilakukan
berbagai
pendampingan
serta
upaya
peningkatan,
pengawalan
secara
berkelanjutan.
Laporan Kinerja Tahun 2014
58
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
LAMPIRAN
Laporan Kinerja Tahun 2014
59
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010
DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
SUB BAGIAN TATA USAHA
SUBDIT PENGELOLAAN DATA OPT
SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT
SUBDIT PENGELOLAAN PHT
SEKSI MONITORING DAN ANALISIS DATA
SEKSI ADAPTASI
SEKSI IDENTIFIKASI
SEKSI PEMASYARAKATAN
SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN
SEKSI MITIGASI
SEKSI VERIFIKASI
SEKSI KELEMBAGAAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Laporan Kinerja Tahun 2014
60
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 2. PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014
Laporan Kinerja Tahun 2014
61
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja Tahun 2014
62
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 3. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 Unit Eselon II
: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun
: 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
1
2
3
Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI
Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Kayu - Ubi Jalar
Laporan Kinerja Tahun 2014
95 95 95 95 95 95 95
% % % % % % %
63
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 4. PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 Unit Eselon II
: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun
: 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
Target Realisasi 3
4
% Capaian 5
Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman tanaman pangan dari serangan dari gangguan OPT dan DPI, OPT dan terkena DPI meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Kayu - Ubi Jalar
Laporan Kinerja Tahun 2014
95 95 95 95 95 95 95
% % % % % % %
92,63 98,58 97,06 99,25 99,53 99,45 97,60
% % % % % % %
Anggaran (Rp.)
Program Pagu
Realisasi
%
7 6 8 9 Penguatan Sistem 117.864.716.000 113.000.750.669 95,87 Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI
97,51 103,77 102,17 104,47 104,77 104,68 102,74
64
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 5. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN Unit Eselon II
: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun
: 2014 Persentase Pencapaian Rencana Tingkat Capaian 5
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Realisasi
3
4
- Padi
≥ 95 %
92,63 %
- Jagung
≥ 95 %
98,58 %
- Kedelai
≥ 95 %
97,06 %
- Kacang Tanah
≥ 95 %
99,25 %
- Kacang Hijau
≥ 95 %
99,53 %
- Ubi Kayu
≥ 95 %
99,45 %
104,47 % sangat berhasil 104,77 % sangat berhasil 104,68 % sangat berhasil
- Ubi Jalar
≥ 95 %
97,60 %
102,74 % sangat berhasil
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1 Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman dari tanaman pangan dari serangan gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: OPT dan terkena DPI
Laporan Kinerja Tahun 2014
Keterangan 6
97,51 % berhasil 103,77 % sangat berhasil 102,17 % sangat berhasil
65
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 6. RENCANA DAN REALISASI SLPHT TAHUN 2014 Jumlah (Unit) No.
Propinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan ** Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Padi * Rencana Realisasi
Jumlah (Unit)
Jagung %
Rencana Realisasi
Kedelai %
41 45 28 17 20 47 11 29 12 1 2 62 63 18 62 34 23 26 25 33 16 30 23 24 30 44 12 12 26 8 3 13 8
41 45 28 15 20 47 11 29 12 1 2 62 63 18 62 34 23 26 25 33 16 30 23 24 30 7 12 12 26 8 3 10 8
100,00 100,00 100,00 88,24 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 15,91 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 76,92 100,00
3 2 3 2 2 5 3 10 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 3 4 2 2 -
3 2 3 2 2 5 3 10 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 3 4 2 2 -
100,00 100,00 100,00
848
806
95,05
57
56
Rencana Realisasi
Total
%
Rencana Realisasi
%
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
6 4 1 5 5 3 13 1 1 2 3 1 1 2 1 -
6 4 1 5 5 3 13 1 1 2 3 1 2 1 -
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
50 51 31 17 20 49 11 32 12 1 2 72 71 21 85 37 25 30 27 34 17 35 25 26 31 46 17 16 29 10 3 13 8
50 51 31 15 20 49 11 32 12 1 2 72 71 21 85 37 25 30 27 34 17 35 25 26 31 7 17 16 29 10 3 10 8
100,0 100,0 100,0 88,2 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 15,2 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 76,9 100,0
98,25
49
48
97,96
954
910
95,39
100,00
Ket: *) SLPHT Padi skala luas kecuali Provinsi Riau **) Realisasi Provinsi Suawesi Selatan terkena penghematan anggaran
Laporan Kinerja Tahun 2014
66
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 7. RENCANA & REALISASI SLI TAHUN 2014 NO
Propinsi
Rencana Tahun 2014 (unit)
Realisasi (unit)
% Capaian
1
ACEH
5
5
100,0
2
SUMATERA UTARA
5
5
100,0
3
SUMATERA BARAT
5
5
100,0
4
RIAU
3
3
100,0
5
JAMBI
3
3
100,0
6
SUMSEL
1
1
100,0
7
BENGKULU
1
1
100,0
8
LAMPUNG
3
3
100,0
9
BANGKA BELITUNG
0
0
0,0
KEPULAUAN RIAU
0
0
0,0
1
DKI JAKARTA
0
0
0,0
2
JAWA BARAT
11
11
100,0
3
JAWA TENGAH
11
11
100,0
4
DI. YOGYAKARTA
4
4
100,0
5
JAWA TIMUR
5
5
100,0
6
BANTEN
7
7
100,0
1
BALI
2
2
100,0
2
NTB
3
3
100,0
3
NTT
4
4
100,0
1
KALIMANTAN BARAT
4
4
100,0
2
KALIMANTAN TENGAH
4
4
100,0
3
KALIMANTAN TIMUR
2
2
100,0
4
KALIMANTAN SELATAN
5
2
40,0
1
SULAWESI UTARA
2
2
100,0
2
SULAWESI TENGAH
3
3
100,0
3
SULAWESI SELATAN
3
3
100,0
4
SULAWESI TENGGARA
2
2
100,0
5
GORONTALO
4
4
100,0
6
SULAWESI BARAT
1
1
100,0
1
MALUKU
1
1
100,0
2
MALUKU UTARA
1
1
100,0
3
PAPUA
1
0
0,0
4
PAPUA BARAT
1
1
100,0
107
103
96,3
10
INDONESIA
Laporan Kinerja Tahun 2014
67
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 8. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No
Padi
Tahun
Jagung
T
P
T
Kedelai P
T
P
Komoditas Kacang Tanah
Kacang Hijau
T
T
P
Ubi Kayu
P
T
Ubi Jalar P
T
P
1
2008
428.590
2.771
23.050
839
11.266
80
5.742
4
630
0
900
0
435
0
2
2009
448.206
3.143
14.623
13
4.903
11
3.435
2
555
0
1.053
4
356
0
3
2010
682.683
10.166
16.315
42
5.247
8
4.210
0
555
0
1.967
2
528
0
4
2011
712.642
40.526
38.852
236
9.956
0
7.567
13
2.312
2
4.958
12
729
5
5
2012
461.821
2.225
26.195
52
6.183
15
5.187
7
1.077
0
2.740
16
538
0
Rerata
546.788
11.766
23.807
236
7.511
23
5.228
5
1.026
0
2.324
7
517
1
6
2013
510.090
4.422
26.302
127
8.336
1
3.728
2
997
0
3.242
8
536
0
7
2014
445.001
2.424
24.971
42
9.444
29
3.101
3
955
0
4.613
14
585
0
Ket : T : Terkena, P : Puso
Laporan Kinerja Tahun 2014
68
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 9. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No
Provinsi
2010 Terkena
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2011 Puso
Terkena
2012 Puso
Terkena
2013 Puso
Terkena
2014 Puso
Terkena
Puso
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
28.228 5.734 3.293 1.987 1.449 6.124 1.554 24.523 1.030 196.055 138.979 7.312 94.121 24.855 6.970 9.803 11.914 4.671 3.509 1.090 3.957 2.442 8.303 59.105 18.207 1.575 10.923 2.266 781 817 1.106
10 75 134 20 83 51 122 15 1.569 2.562 1 1.088 357 10 5 31 73 8 2 44 139 3.262 388 91 17 10
37.994 5.043 2.078 2.234 899 9.100 1.960 19.768 19 233 137.742 131.969 15.535 203.258 24.048 9.545 9.801 8.022 4.913 3.304 891 2.474 2.324 8.677 40.872 16.943 1.365 6.322 1.743 844 1.156 1.569
198 87 154 2 14 19 88 35 7 3.604 2.570 31.543 871 152 1 18 119 85 7 10 87 461 121 1 5 32 3 233
22.693 7.808 2.621 2.097 863 8.735 2.188 12.759 719 329 105.967 100.469 9.815 65.551 11.902 4.519 6.976 10.739 2.856 3.583 1.103 884 3.148 8.427 22.335 22.731 2.538 13.534 992 962 1.008 972
1 44 178 34 8 90 1 14 7 704 62 253 158 20 35 4 15 9 5 72 480 30 2
14.416 5.589 2.490 2.333 905 19.854 2.986 14.071 5.439 408 102.286 91.728 12.589 93.867 17.854 5.042 11.691 11.673 4.485 2.589 1.021 3.733 3.075 15.756 25.651 20.008 2.083 13.147 901 629 468 1.323
14 4 35 5 44 8 5 1 881 3.052 72 8 12 61 0 1 16 38 10 131 5 3 15
3.124 5.917 2.682 1.426 612 14.346 3.166 15.963 1.419 45 111.679 117.645 5.344 57.838 12.717 3.285 7.161 4.974 2.370 1.713 3.708 5.670 2.322 5.901 21.915 19.062 2.041 7.116 460 1.016 1.088 1.278
15 107 4 22 362 37 10 1.014 9 132 284 1 70 4 1 89 46 120 5 16 78
Jumlah
682.683
10.166
712.642
40.526
461.821
2.225
510.090
4.422
445.001
2.424
Ket : OPT Utama=penggerek batang, WBC, tikus, blas, BLB/kresek, tungro
Laporan Kinerja Tahun 2014
69
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 10. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
2010 Terkena
Jumlah
2011 Puso
Terkena
2012 Puso
Terkena
2013 Puso
Terkena
2014 Puso
Terkena
Puso
812 712 71 118 49 205 76 1.405 1 2.869 908 560 1.018 11 584 1.094 368 116 27 9 820 520 1.392 729 754 311 337 113 130 197
0 0 3 5 17 12 5 -
939 366 75 261 89 187 60 3.312 0 3.305 3.541 668 5.831 2 6 965 942 587 132 4 212 1.361 800 9.558 1.351 2.171 1.383 70 216 44 412
3 2 0 24 7 179 1 1 9 10 -
608 585 54 174 54 174 67 1.729 3.589 3.743 299 2.917 2 570 667 241 49 34 121 1.404 446 2.915 775 3.401 1.094 76 9 21 376
0 7 19 27 -
701 850 108 186 58 244 135 1.447 42 1.322 3.815 241 3.140 10 776 1.322 465 5 5 414 1.261 788 2.577 1.040 1.930 2.730 84 61 15 532
0 2 0 2 116 6 1 0 -
1.037 1.022 45 236 52 277 18 1.762 17 10 1.462 4.303 204 3.379 1 816 1.981 148 224 972 378 1.146 870 1.824 2.084 114 140 24 426
13 28 1 0 -
16.315
42
38.852
236
26.195
52
26.302
127
24.971
42
Ket : OPT Utama=penggerek batang, penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, bulai, tikus
Laporan Kinerja Tahun 2014
70
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 11. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
2010 Terkena 1.774 151 20 28 53 64 46 150 889 388 148 118 158 757 100 2 4 29 60 58 74 17 3 10 49 31 68
Jumlah Ket :
5.247
2011 Puso 8 -
Terkena 1.758 87 2 110 52 73 66 1.276 1.179 631 2.297 93 831 8 26 7 1 9 13 213 670 221 3 12 0 107 100 113
8
9.956
2012 Puso -
Terkena 1.408 301 2 36 15 10 92 705 1.296 213 462 57 762 2 4 4 4 130 104 128 14 101 85 128 121
-
6.183
2013 Puso 15 -
Terkena 911 39 5 14 46 1 2 69 274 623 110 647 7 1.845 146 103 11 2 2.510 113 637 1 10 0 46 1 165
15
8.336
2014 Puso 1 -
Terkena 3.534 104 0 3 42 158 1 118 935 961 121 846 14 1.277 79 201 3 18 144 307 340 7 42 9 78 103
Puso 10 9 10 -
1
9.444
29
OPT Utama: ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, penggerek polong, ulat jengkal, tikus
Laporan Kinerja Tahun 2014
71
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 12. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
2010
2011
2012
2013
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena 403 0 735 0 335 0 497 77 70 80 97 24 39 46 32 54 100 64 66 50 0 26 0 19 0 28 63 72 34 12 5 10 4 20 38 8 1 5 964 940 1.405 424 332 433 12 306 7 108 490 476 426 254 889 2.867 1.427 1.176 94 78 4 76 37 37 208 487 373 209 20 85 87 140 59 5 6 3 10 3 2 3 3 36 40 8 162 243 0 109 39 99 105 18 121 10 202 0 57 13 57 250 202 227 35 4 14 98 8 64 56 76 55 11 12 4 14 41 2 4 1 53 36 20 30
Jumlah
4.210
0
7.567
13
5.187
7
3.728
2014 Puso 1 0 1 -
Terkena 275 133 20 65 5 44 28 6 2 577 223 279 715 1 8 275 15 27 68 22 154 81 22 11 18 2 25
2
3.101
Puso 0 3 3
Ket : OPT Utama: ulat grayak , pelipat daun, bercak daun coklat, babi hutan, tikus, karat daun
Laporan Kinerja Tahun 2014
72
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 13. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No
Provinsi
2010 Terkena
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2011 Puso
Terkena
2012 Puso
Terkena
2013 Puso
Terkena
2014 Puso
Terkena
Puso
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
0 3 0 9 2 2 94 170 3 4 173 88 8 -
0 -
0 1 2 19 13 5 461 543 167 1 29 11 1 26 935 41 56 1 -
0 2 -
0 14 2 11 3 4 115 742 2 40 32 16 14 19 24 2 38 -
0 -
1 5 0 0 210 238 56 4 4 12 1 388 59 18 2 -
-
0 3 0 17 0 101 384 1 106 64 83 4 11 123 19 39 1 1 -
-
Jumlah
555
-
2.312
2
1.077
-
997
-
955
-
Ket : OPT Utama=penggerek polong, lalat kacang, ulat grayak, tikus
Laporan Kinerja Tahun 2014
73
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 14. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI KAYU DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
2010
2011
Terkena
Puso
Terkena
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
200
0
54 1 148 84 67 3 474 173 264 29 127 154 25 33 80 51 1
0 0 0 1 -
201 52,8 7 393 52 85 649 1.307 83 86 272 3 86 27 96 292 105 53 732 2 128 171 63 11 0
Jumlah
1.967
2
4.958
2012 Puso
Terkena
2 0 1 2 1 6 -
165 92,25 13 182 45 14 406 33 46 53 210 5 77 196 13 18 701 2 351 116 1 -
12
2.740
2013 Puso
Terkena
14
2014 Puso
Terkena
Puso
0 0 0 1 -
158 69 5 182 71 151 7 481 75 30 180 49 281 227 33 603 585 48 8 -
6 2 -
130 204 0 289 37 293 1 976 481 6 299 751 2 230 202 3 642 223 50 0
1 1 11 2 -
16
3.242
8
4.819
14
Ket :OPT Utama=babi hutan, tungau merah, bercak daun coklat, tikus
Laporan Kinerja Tahun 2014
74
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 15. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2014 TAHUN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Jumlah
2010 Terkena 32 71 1 9 3 4 41 2 111 2 189 16 2 3 32 8 3 0 528
2011 Puso Terkena 13 50 1 26 18 0 101 2 3 111 9 7 113 30 10 144 0 30 47 1 11 4 0
729
2012 Puso Terkena 57 11 0 8 54 10 4 24 1 18 73 3 189 2 34 49 7 5
538
2013 Puso Terkena 9 37 18 0 44 4 42 4 23 22 92 179 34 17 6 6 0
536
2013 Puso Terkena 18 115 16 0 17 26 50 83 16 33 15 63 108 24 2 22 0 0
607
Puso -
Ket : OPT Utama=babi hutan , bercak daun coklat, hama boleng, tikus
Laporan Kinerja Tahun 2014
75
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 16. LUAS BANJIR PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No
Padi
Tahun
Jagung
Kedelai
Banjir Kacang Tanah
Kacang Hijau T
T
P
T
P
T
P
T
P
Ubi Kayu
P
T
Ubi Jalar P
T
P
1
2008
333.246
95.691
44.442
13.983
7.429
2.520
1.106
327
1.040
382
450
318
22
8
2
2009
222.481
67.821
12.331
3.201
12.946
6.572
185
67
782
492
594
242
11
11
3
2010
307.810
93.929
40.463
17.778
17.012
11.782
929
284
19.908
11.335
303
43
164
11
4
2011
169.464
29.383
16.462
8.045
7.674
3.751
963
146
1.636
1.037
175
90
9
4
5
2012
177.861
40.866
11.661
2.828
2.396
1.344
84
29
121
39
204
13
4
2
Rerata
242.172
65.538
25.072
9.167
9.491
5.194
653
171
4.697
2.657
345
141
42
7
6
2013
408.961
88.265
18.097
8.136
5.112
1.790
445
133
791
233
395
259
11
0
7
2014
338.378
141.045
10.693
3.300
3.523
2.031
243
37
36
33
259
123
115
1
Laporan Kinerja Tahun 2014
76
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Lampiran 17. LUAS KEKERINGAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No
Padi
Tahun T
Jagung P
Kedelai P
Banjir Kacang Tanah
Kacang Hijau
T
T
P
Ubi Kayu
P
T
Ubi Jalar
T
P
T
P
T
P
55.348
3.066
6.296
666
966
1
3.049
215
0
0
0
0
1
2008
319.522 103.762
2
2009
231.912
18.975 112.218
12.679
8.005
1.534
10.394
210
726
7
10
0
52
19
3
2010
96.721
20.856
82.875
20.724
5.014
643
2.703
1.164
2.747
1.380
803
204
0
0
4
2011
250.836
53.127
22.644
1.441
2.229
154
222
29
2.458
419
1.365
0
1
0
5
2012
282.795
47.573
21.686
1.508
1.546
130
161
0
131
93
5
4
1
0
Rerata
236.357
48.859
58.954
7.884
4.618
625
2.889
281
1.822
423
436
42
11
4
6
2013
50.342
4.067
11.731
365
123
10
151
0
8
0
1
0
2
0
7
2014
216.345
35.423
20.581
2.306
4.969
395
353
18
6
0
434
0
101
0
Laporan Kinerja Tahun 2014
77
14.774 5.478 2.952 3.338 7.990 21.829 273 27.857 27.828 42.625 159 58.806 3.898 4 1.017 146 3.302 6.248 20.842 2.931 857 47.239 1.074 5.109 563 671 -
307.810
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2010
Terkena
Provinsi
No
Lampiran 18
Laporan Kinerja Tahun 2014 93.929
2.018 1.117 771 150 4.576 11.463 12.985 7.807 9.684 20 9.654 203 79 37 57 4.031 4.892 671 122 18.930 191 3.775 105 592 -
Puso
2011
169.464
16.172 8.638 2.079 6.498 1.828 7.601 72 1.852 15.614 27.250 2.248 24.029 10.599 19 1.771 1.060 11.443 74 8.149 1.694 159 1.104 18.733 165 613 -
Terkena
29.383
5.343 618 568 1.454 404 1.013 28 284 1.217 7.505 139 5.832 409 16 761 480 813 62 907 277 14 33 815 49 342 -
Puso
177.861
24.364 10.396 1.365 2.262 5.942 5.033 61 5.274 15.890 12.791 1.219 18.726 18.273 107 10.075 634 2.293 6.893 6.554 1.205 877 23.912 2.063 393 658 602 -
Terkena
2012
40.866
6.756 1.330 471 89 687 785 30 2.752 662 1.527 138 5.128 2.628 19 2.137 9 1.154 2.715 1.558 388 314 8.258 756 198 294 84 -
Puso
BANJIR
408.962
39.574 18.581 3.276 6.532 10.036 13.312 382 17.507 121 39.529 43.789 911 54.962 30.411 44 4.547 1.026 15.056 4.011 17.629 2.123 127 123 66.410 15.939 2.284 535 37 1 149
Terkena
2013
88.265
9.933 3.879 457 1.181 2.667 1.740 117 5.289 77 4.996 13.310 72 12.017 8.454 7 1.912 676 317 613 2 502 27 16 19.029 914 12 33 18 -
Puso
338.378
52.460 9.987 2.314 4.497 4.321 27.229 46 8.625 290 263 96.004 60.514 178 16.179 16.572 4.207 37 202 1.719 10.049 1.750 384 4.871 15.066 336 244 20 16 -
Terkena
2014
141.045
23.210 1.165 351 1.384 905 4.558 4.709 140 51.647 33.792 24 5.263 5.789 350 24 98 15 1.722 659 29 215 4.925 74 -
Puso
-
4.800 6.382 835 1.103 85 3 178 1.067 1.956 3.540 409 1.071 362 52.644 5.496 903 71 65 3.002 271 6.717 5.650 111 -
Terkena
2010
-
331 5 10 71 3 1.646 10.155 4.590 32 16 168 66 1.243 2.520 -
Puso
2011
-
17.342 1.458 4.112 4.932 9.226 20.913 1.546 25.090 51.934 10.296 562 9.078 3.436 111 1.093 315 2.544 1.310 5.180 1.317 70.842 6.687 1.512 -
Terkena
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
-
1.890 122 735 1.579 1.234 1.673 28 8.469 14.855 811 73 1.372 722 212 289 12 212 305 365 16.036 1.501 632 -
Puso
-
27.044 6.631 361 1.046 8.026 6.852 266 20.926 76.263 45.777 2.593 16.803 40.831 664 5.062 54 129 80 5.018 1.332 573 13.951 1.701 3 746 64 -
Terkena
2012
-
6.100 395 7 659 1.290 463 15 6.639 3.642 11.595 153 1.551 12.353 160 404 36 162 166 79 897 536 269 4 -
Puso
KEKERINGAN 2013
953
5.114 4.550 373 702 138 2.783 8.997 3.145 390 8.727 188 182 5.242 799 1.830 1.028 5 58 9 199 4.214 712 3 1 -
Terkena
349
502 6 83 14 168 224 57 1.806 114 180 4 31 65 346 119 -
Puso
2014
-
65.934 12.878 6.210 4.633 5.161 701 10 2.667 61 12.995 13.507 1.077 8.082 941 1.720 12.711 5.840 19.975 5.941 2.403 505 106 4.615 18.769 5.716 1.114 99 1.339 549 91
Terkena
-
6.389 282 1.093 19 385 15 138 1.770 3.455 111 727 302 67 557 822 9.161 506 598 52 9 1.263 2.910 3.099 351 10 1.319 15 -
Puso
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
78
1.019 9.513 632 49 4.868 173 11 2.031 43 7.546 268 8.919 236 20 72 104 61 97 4.112 16 645 28 -
40.463
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2010
Terkena
Provinsi
No
Lampiran 19
Laporan Kinerja Tahun 2014
17.778
45 2.025 241 30 3.787 58 3 990 2.665 182 4.823 132 57 3 11 2.251 447 28 -
Puso
2011
16.462
998 2.173 2.421 234 286 3 50 38 1.066 6 1.359 735 63 3 41 5.719 1.262 5 -
Terkena
8.045
44 1.443 1.782 174 73 50 20 151 6 1.098 62 5 2.279 858 -
Puso
11.661
354 1.373 169 47 46 38 1.277 2 451 495 413 1.665 13 38 5.234 6 40 3 -
Terkena
2012
2.828
246 1.087 64 7 25 65 1 21 107 131 39 12 3 977 2 40 2 -
Puso
BANJIR
18.097
913 521 444 108 100 152 5 388 444 4.449 508 1.525 4 517 1 23 7.094 390 508 2 2
Terkena
2013
8.136
175 78 167 21 49 25 51 125 1.930 129 1.326 4 0 3 3.682 330 40 2 -
Puso
10.693
2.019 393 135 92 150 208 26 1.057 530 1.160 94 45 28 21 4.735 -
Terkena
2014
3.300
518 92 10 15 74 34 5 335 444 6 45 11 14 7 1.692 -
Puso
82.875
10.681 546 156 360 63 27.513 36.279 1 17 13 99 1.476 14 5.651 1 5 -
Terkena
2010
20.724
2.160 199 7 9.710 5.803 99 218 7 2.521 -
Puso
22.644
19 2.286 79 10 1 13 758 6.571 247 6.715 108 3.527 765 29 34 20 34 549 20 811 1 43 5 -
Terkena
2011
1.441
1 12 13 3 5 346 273 2 213 385 188 -
Puso
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
21.686
192 88 102 32 861 4.820 8 10.037 1.014 559 2.808 140 26 54 36 897 13 1 -
Terkena
2012
1.508
35 5 27 17 97 511 119 107 390 200 -
Puso
KEKERINGAN 2013
11.731
362 2.095 26 364 5.865 11 1.170 667 1.148 8 6 9 2 -
Terkena
365
212 23 130 -
Puso
2014
20.581
1.232 2.762 66 2 38 2 160 1.987 96 694 89 1.133 5.213 1 56 22 84 1.151 177 5.602 13 2 -
Terkena
2.306
16 6 4 369 32 1 45 15 252 28 1.539 -
Puso
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
79
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
No
Laporan Kinerja Tahun 2014
Jumlah
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Provinsi
Lampiran 20
2010
17.012
Terkena 230 87 35 330 15 359 8.738 649 4.715 1.341 26 12 172 221 5 66 11 -
2011
11.782
7.674
Puso Terkena 54 1.513 44 5.025 9 15 223 223 11 3 95 15 6.828 158 557 3.303 271 474 60 125 23 1 85 238 7 3 66 2 26 3.751
2.396
Puso Terkena 379 942 3.001 47 9 0 159 10 11 26 3 32 21 15 60 96 15 30 1 2 41 1.207 26 15 -
2012
2013
1.344
5.112
Puso Terkena 411 211 12 736 0 425 11 60 19 226 2 767 52 225 93 781 40 14 815 1.542 12 2 -
BANJIR
1.790
3.523
Puso Terkena 74 2.259 282 194 3 386 109 48 172 19 5 30 2 406 14 1 45 21 685 10 59 28 40 226 179 12 5 2 -
2014
2.031
Puso 1.164 140 0 27 89 5 319 38 8 46 35 156 5 5.014
Terkena 2 38 4.905 68 1 -
2010
643
574 68 1 -
Puso
2.229
Terkena 116 15 1.383 150 91 88 266 44 0 50 11 15 -
2011 5 3 10 11 28 60 30 7 154
Puso
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
1.546
Terkena 341 94 25 74 46 299 8 129 272 9 249 -
2012 40 2 88 130
Puso
KEKERINGAN 2013
123
Terkena 4 51 37 25 3 3 -
Puso
10
10 -
2014
4.969
Terkena 832 87 175 63 270 165 432 60 10 2.354 59 111 2 44 306 -
395
55 56 2 15 9 8 29 50 2 44 125 -
Puso
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
80
Laporan Kinerja Tahun 2014
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jumlah
Provinsi
No
Lampiran 21
2011
2012
2013
929
284
963
146
84
29
445
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena 54 0 85 35 0 0 158 9 1 27 2 2 12 5 81 65 4 4 59 5 1 17 1 4 1 14 5 1 29 8 5 3 2 22 20 22 21 5 5 5 5 524 91 590 8 5 1 79 54 38 3 3 2 182 86 35 17 7 7 7 3 21 1 1 3 28 133 10 32 50 5 25 20 4 -
2010
BANJIR 2014
133
243
Puso Terkena 29 66 2 54 4 4 13 6 1 34 1 13 43 2 32 5 10 5 50 4 37
3 12 2 3 13 1 1 3 -
Puso
2010
2.703
1 1.240 1.462 -
Terkena
1.164
104 1.060 -
Puso
2011
222
10 9 14 35 129 24 1 -
Terkena
Puso
29
28 1 161
Terkena 44 15 87 15 -
2012 Puso
KEKERINGAN
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
-
-
2013
151
Terkena 11 63 13 42 19 2 1 -
Puso
-
-
2014
353
27 1 1 182 53 64 19 1 3 2 -
Terkena
Puso
18
1 11 5 2 -
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
81
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
No
2010
Laporan Kinerja Tahun 2014
11.335
19.908
Jumlah
Puso
0 0 49 30 3 1 30 7 18.096 10.107 11 171 13 5 1.517 1.167 18 18 -
Terkena
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Provinsi
Lampiran 22
2011
1.636
0 189 5 7 1 55 1.379 -
Terkena
1.037
0 145 5 7 51 829 -
Puso
121
0 25 5 2 22 28 3 1 2 33 -
Terkena
2012
39
0 3 2 1 33 -
Puso
BANJIR
791
6 120 2 16 99 509 5 34 -
Terkena
2013
233
2 75 2 10 112 32 -
Puso
36
1 1 2 32 -
Terkena
2014
33
1 32 -
Puso
2.747
40 1.670 1.037 -
Terkena
2010
1.380
343 1.037 -
Puso
2.458
40 2 16 1.702 698 -
Terkena
2011
419
343 76 -
Puso
2012
131
12 114 5 -
Puso
KEKERINGAN
Terkena
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
93
2 86 5 -
2013
8
4 4 -
Terkena
Puso
-
-
2014
6
1 5 -
Terkena
Puso
-
-
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
82
0 6 129 70 32 25 41 -
303
Jumlah
0
Terkena
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2010
Provinsi
No
Lampiran 23
0
Laporan Kinerja Tahun 2014 43
0 2 11 14 14 2 -
Puso 25 21 46 75 2 6 175
0
Terkena
2011
0
90
2 20 44 18 2 4 -
Puso
204
18 2 12 5 159 8 -
0
Terkena
2012
0 0 1 6 1 5 13
Puso
BANJIR
395
10 30 2 24 39 2 3 275 10 -
Terkena
2013
259
14 2 11 3 219 10 -
Puso
259
16 18 1 91 3 2 117 1 6 5 -
Terkena
2014
123
2 14 1 62 1 2 40 1 1 -
Puso
803
253 543 7 -
Terkena
2010
204
204 -
Puso
1.365
1.107 253 5 -
Terkena
2011 Puso
-
-
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI KAYU DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
5
2 3 -
Terkena
2012 Puso
KEKERINGAN
4
2 2 1
1 -
Terkena
2013 Puso
-
-
434
37 395 2 -
Terkena
2014 Puso
-
-
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
83
Laporan Kinerja Tahun 2014
Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jumlah
Provinsi
No
Lampiran 24
2011
2012
2013
2013
528
0
729
5
538
0
536
0
607
-
Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 2 1 1 4 3 2 135 109 10 9 1 3 1 1 11 3 10 10 4 2 -
2010
BANJIR Terkena
-
-
2010 Puso
-
1
1 -
Terkena
2011 Puso
-
-
2012
1
1 -
Puso
KEKERINGAN Terkena
LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
-
-
2013
2
2 -
Terkena
Puso
-
-
2014
101
100 1 -
Terkena
Puso
-
-
Ha
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
84
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Lampiran 25. LUAS PENGENDALIAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2013 DAN 2014 (ha)
No.
KOMODITAS
1
Padi
2
2013
2014
1.046.359
1.315.308
Jagung
21.370
30.659
3
Kedelai
3.881
15.375
4
Kacang Tanah
1.291
2.981
5
Kacang Hijau
366
1.516
6
Ubi Kayu
1.044
3.162
7
Ubi Jalar
227
1.071
1.074.538
1.370.073
Indonesia
Laporan Kinerja Tahun 2014
85
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Kinerja Tahun 2014
1