DIREKTORAT KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
PENDAHULUAN Peraturan Mendiknas No. 15/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa Direktorat Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pembinaan, pengembangan, pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang kelembagaan perguruan tinggi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 Peraturan Mendiknas tersebut, Direktorat Kelembagaan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang kelembagaan pendidikan tinggi; b. penyiapan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur di bidang kelembagaan perguruan tinggi; c. pelaksanaan pembinaan kelembagaan, kegiatan kemahasiswaan, fasilitasi perbantuan kepada perguruan tinggi, kerjasama dan pemberdayaan perguruan tinggi; d. pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang kelembagaan perguruan tinggi; e. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, dan memperhatikan kondisi kelembagaan perguruan tinggi di Indonesia saat ini yang berjumlah lebih dari 2700 buah dengan kapasitas dan kemampuan pengelolaan yang sangat beragam, Direktorat Kelembagaan menetapkan visi dan misi serta tujuan/objektif sebagai berikut: Visi: Terwujudnya Kelembagaan Perguruan Tinggi yang otonom, sehat dan berdaya saing global Misi: Mewujudkan kelembagaan pendidikan tinggi yang otonom dan sehat yang mampu menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dan berdaya saing global, serta mampu memperbesar pemerataan dan akses pendidikan tinggi bagi masyarakat Tujuan/Obyektif: 1. Memperbesar Pemerataan dan akses • Memperbesar akses ke pendidikan tinggi bagi masyarakat kurang mampu
1
• •
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan pengelolaan PT dalam rangka memperluas akses Meningkatan peran serta masyarakat
2. Meningkatkan Mutu, Relevansi & Daya Saing • Meningkatkan jumlah PT yang memenuhi standar internasional pendidikan • Meningkatkan jumlah PT unggulan • Meningkatkan jumlah kegiatan kemahasiswaan yang dapat berkompetisi secara regional & internasional • Meningkatkan kompetensi mahasiswa melalui kegiatan non akademik • Meningkatkan jumlah dan kualitas staf pengajar/pendamping kemahasiswaan 3. Memperbaiki Governance, Akuntabilitas & Pencitraan Publik • Meningkatkan tata kelola Direktorat Kelembagaan • Meningkatkan kualitas pelayanan Direktorat Kelembagaan • Meningkatkan jumlah PT yang berbadan hukum • Meningkatkan kapasitas dan kemampuan pengelolaan PT Strategi Pencapaian: 1. Memperbesar Pemerataan dan akses • Meningkatkan bantuan beasiswa kepada mahasiswa kurang mampu • Menjalin kerjasama dengan pihak industri, pemerintah daerah dan instansi lain • Mendorong PT yang sudah siap untuk memperbesar jumlah mahasiswa asing 2. Meningkatkan Mutu, Relevansi & Daya Saing • Mendorong PT untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan pegelolaannya dengan memberikan bimbingan dan block grant • Mensosialisasikan model dan metode peningkatkan softskill mahasiswa • Memperbesar jumlah mahasiswa penerima beasiswa berprestasi • Mendorong PT untuk meningkatkan kerjasama antar PT dan dengan instansi lain • Meningkatkan populasi mahasiswa asing pada 20 PT terbaik 3. Memperbaiki Governance, Akuntabilitas & Pencitraan Publik • Menyiapkan diri untuk dapat meraih ISO 9001 • Memberikan insentif dan asistensi untuk PT yang akan menjadi BHP • Menyiapkan perguruan tinggi sesuai standar pengelolaan pendidikan tinggi • Menyiapkan peraturan perundang-undangan kelembagaan pendidikan tinggi
2
Hasil yang ingin dicapai: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dalam Rencana Strategisnya telah menetapkan sasaran yang harus dicapai, yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Direktorat Kelembagaan, sebagai berikut: KOMPONEN Bantuan bagi mahasiswa miskin (% mhs) Mahasiswa asing pada PT terbaik (%) Jurusan PT masuk 100 besar Asia/ Dunia Jumlah PTN menjadi BHPT (%) Memperoleh ISO 9001
2006 8,5 2 1 -
2007 12,5 3 2 10 -
Tahun 2008 15 4 3 20 ISO 9001
2009 20 5 4 40
Untuk mencapai target tersebut, sejak tahun 2006 telah disusun Program Utama yang berkelanjutan yaitu: A. Penataan Kelembagaan Perguruan Tinggi B. Pengembangan Kegiatan Kemahasiswaan C. Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Dan Perintisan Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional Kegiatan-kegiatan yang mendukung Program Utama tersebut di atas diuraikan secara rinci berikut ini.
PROGRAM-PROGRAM TAHUN 2008 A. PENATAAN KELEMBAGAAN PERGURUAN TINGGI Dewasa ini jumlah perguran tinggi di Indonesia sudah mencapai lebih dari 2700 buah baik berupa universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, maupun akademi yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. Jumlah tersebut menggambarkan cukup besarnya upaya pembinaan dan pengembangannya. Kedepan perguruan tinggi dihadapkan kepada tantangan yang besar: bagaimana upaya meningkatkan dirinya dalam bidang manajerial, menata dirinya menjadi perguruan tinggi yang sehat dan memiliki daya saing tinggi. Dalam rangka penataan perguruan tinggi secara menyeluruh, pemerintah telah memberikan kebijakan otonomi dan sudah 7 perguruan tinggi berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Bahkan, pemerintah besama DPR sedang merampungkan Undang-Undang BHP. Artinya, diharapkan seluruh perguruan tinggi pada saatnya nanti akan berubah status menjadi BHP. Pada kenyataannya perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat relatif lebih banyak menghadapi berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal. Konflik yayasan pengelola cukup dominan dan persaingan kualitas justru membuka peluang untuk terjadinya pelanggaran norma penyelenggaraan pendidikan tinggi disebabkan oleh semakin tingginya kesadaran masyarakat 3
pendidikan khususnya bagi calon mahasiswa untuk menentukan pilihan perguruan tinggi. Sementara itu, pemerintah dalam hal ini Ditjen Pendidikan Tinggi untuk sementara tidak membuka perguruan tinggi baru terkecuali politeknik. Dalam upaya pembinaan dan regulasi peningkatan kualitas sistem dan hasil pendidikan tinggi disusunlah program-program dengan tujuan: 1. Menyiapkan bahan kebijakan teknis, Pembinaan dan penataan Kelembagaan Pendidikan Tinggi; 2. Melaksanakan pengendalian kelembagaan perguruan tinggi khususnya dalam hal kuantitas; 3. Mengentaskan berbagai permasalahan penyelenggaraan pendidikan tinggi; 4. Mewujudkan ketersediaan data dan informasi kelembagaan perguruan tinggi Kegiatan ini diarahkan pada seluruh perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional, yang meliputi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Masyarakat, yang berbentuk Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik dan Akademi. A.1. Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk sementara waktu tidak membuka pendirian perguruan tinggi baru. Dengan demikian perguruan tinggi yang diselenggarakan masyarakat lebih diarahkan pada upaya-upaya: penggabungan (merger), alih kelola yayasan, alih binaan dari departemen lain ke Depdiknas, pindah lokasi dari kota besar (Provinsi) ke daerah (kabupaten) dan perubahan nama atau bentuk perguruan tinggi. Sedangkan bagi perguruan tinggi pemerintah, upaya pengembangan akademik berupa pembukaan program studi/jurusan/fakultas diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing dengan konsekuensi pembiayaan secara mandiri. Dinamika perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen dan organisasi, kebutuhan pasar kerja; cukup berpengaruh kepada eksistensi perguruan tinggi Indoensia. Dalam hubungan ini, organisasi dan tata kerja dan Statuta perguruan tinggi juga mengalami perubahan AD/ART perguruan tinggi secara besar-besaran. A.2. Pengentasan Masalah Kelembagaan Perguruan Tinggi Dalam rangka pengendalian kualitas pendidikan tinggi Ditjen Dikti khususnya dalam hal penyelenggaraan pendidikan, sudah hampir 15 tahun melakukan edaran larangan penyelenggaraan perkuliahan dengan model ”kelas Jauh”, Sabtu-Minggu, Eksekutif, Kelas Khusus” secara terus menerus. Pada kenyataannya masih banyak perguruan tinggi yang menyelenggarakannya. Konflik ditubuh yayasan maupun konflik di perguruan tingi masih sering terjadi. Bahkan penanganannya sampai ke pengadilan. Dengan demikian Ditjen
4
Pendidikan Tinggi terlibat dalam posisinya sebagai saksi ahli akan tetapi juga sebagai tergugat. A.2. Pendataan Kelembagaan Perguruan Tinggi Semua proses penataan kelembagaan dikelola dan didata untuk dijadikan bahan pengembangan selanjutnya. Untuk melaksanakan ketiga rencana program di atas dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut. a. Koordinasi dengan instansi terkait seperti Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas, Inspektorat Jendral Depdiknas, Kopertis, perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya. b. Kajian dan telaah masalah mengacu kepada peraturan perundang-undangan, c. Melakukan penelitian lapangan berupa supervisi dan klarifikasi langsung, d. Menjadi saksi ahli baik dalam proses BAP Kepolisian dan persidangan e. Proses administratif penataan kelembagaan perguruan tinggi f. Pencatatan dan pengolahan data kelembagaan perguruan tinggi. g. Pedoman pendampingan untuk penerapan organisasi Badan Hukum Pendidikan di lingkungan perguruan tinggi. Waktu pelaksanaan serangkaian rencana program di atas dilaksanakan sepanjang tahun.
B. PENGEMBANGAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN B.1. Pengembangan Kegiatan Kemahasiswaan Melalui Unit Kegiatan Kepramukaan, Unit Bela Negara (Resimen Mahasiswa), Unit Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), Unit KSR-PMI Mahasiswa. Kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan oleh UKM Kepramukaan, Menwa, Mapala, dan KSR-PMI pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu membentuk karakter dan jati diri seseorang, khususnya mahasiswa. Namun dalam pelaksanaan kegiatan setiap UKM mempunyai ciri khas masing-masing. 1. Kegiatan “Jambore Pramuka Mahasiswa Tingkat Nasional”. Kegiatan kepramukaan mempunyai ciri khas, yaitu melakukan kegiatan dengan mengadakan kemah di alam terbuka. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam proses pembentukan watak dan kepribadian, pemantapan mental/moral spiritual, fisik, intelektual, emosional dan sosial manusia (mahasiswa). Hidup dalam perkemahan di alam terbuka yang jauh dari kota (tempat tinggal) yang penuh dengan kemudahan, kemewahan, ketergantungan, mendorong peserta/kaum muda untuk menyadari (introspeksi) tentang apa yang perlu dan nyata dalam kehidupan ini. Oleh karena itu kegiatan kepramukaan melalui kemah merupakan bentuk aktifitas yang rekreatif tetapi bersifat edukatif yang dijadikan bagian kegiatan kepramukaan yang esensial dalam proses pendidikan. Kegiatan ini merupakan kegiatan dua tahunan dan pada tahun 2007 kegiatan tersebut
5
telah dilaksanakan di Universitas Negeri Gorontalo, dan tahun 2009 akan dilaksanakan di Universitas Lampung. 2. Kegiatan “Temu Wicara dan Kenal Medan, Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) Tingkat Nasional” Kegiatan Mapala mempunyai ciri khas dengan mendekatkan aktifitasnya di lingkungan alam semesta, seperti mendaki gunung, arung jeram, dan kegiatan sejenis lainnya. Hal ini merupakan bentuk kegiatan yang diharapkan dapat menyatukan antara energi manusia dengan alam. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi bencana alam yang cukup membuat derita masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa alam sudah tidak bersahabat lagi dengan kehidupan manusia, dan dimungkinkan karena tidak mampunya manusia memelihara alam ini dengan baik. Selain itu dengan aktifitas di alam pedalaman, mahasiswa akan lebih mudah untuk introspeksi diri, yang dapat membentuk sifat manusia untuk saling menghormati diantara sesama, walaupun berbeda agama, suku, ras, maupun Negara. Pada tahun 2007 kegiatan tersebut telah dilaksanakan di Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, dan tahun 2009 akan dilaksanakan di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. 3. UKM Bela Negara atau Menwa (Resimen Mahasiswa) mempunyai salah satu kegiatan, yaitu “Napak Tilas Jejak Pejuang”. Kegiatan ini dilakukan dengan berjalan kaki menelusuri jejak pejuang jaman dulu dengan menempuh jarak berkilo-kilo meter yang seolah-olah para mahasiswa seperti melakukan gerilya untuk memerangi penjajah. Selain itu di setiap daerah terpencil dilakukan dialog dengan tokoh masyarakat pedesaan untuk berdiskusi tentang nilai-nilai persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa agar menghargai semangat pejuang dalam membela bangsa demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu kegiatan ini perlu didukung dan dikembangkan, karena kegiatan ini dapat membentuk mahasiswa mempunyai nasionalisme yang tinggi. Pada tahun 2007 kegiatan tersebut telah dilaksanakan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan Perguruan Tinggi pelaksana pada tahun 2008 akan ditentukan pada Rakornas Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan yang akan datang 4. KSR-PMI mempunyai kegiatan “Temu Bhakti KSR-PMI Perguruan Tinggi Tingkat Nasional”. PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai suatu organisasi sosial kemanusiaan dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sangat tergantung kepada peran serta sukarelawan. Kelompok pemuda, khususnya mahasiswa yang menjadi sukarelawan PMI disebut KSR-PMI (Korp Sukarela Palang Merah Indonesia). Para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan mampu sebagai pelopor kaum muda untuk menjadi sukarelawan dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap tugas-tugas kemanusiaan. Karena dengan aktifitas tersebut dapat membentuk sikap mental para mahasiswa, dalam
6
rangka membangun karakter dan jati diri bangsa. Pembinaan dan pengembangan KSR-PMI di kalangan mahasiswa dimaksudkan untuk mewadai dan membina rasa kesetiakawanan sosial dan jiwa kemanusian antara mahasiswa maupun generasi muda pada umumnya. Oleh karena itu para mahasiswa diharapkan tidak hanya giat menuntut ilmu dan mengasah otak di bidang ilmu yang ditekuni, tetapi juga perlu mempunyai kepedulian sosial terhadap lingkungannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan dua tahunan, pada tahun 2007 kegiatan tersebut telah dilaksanakan di Universitas Abulyatama, Nangroe Aceh Darussalam, dan tahun 2009 akan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jambi.
B.2. Pengembangan Soft Skills Bagi Mahasiswa Dampak Globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat telah membawa konsekuensi terhadap pembangunan manusia di seluruh dunia. Segala upaya telah dipersiapkan oleh manusia dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan, diantaranya manusia senantiasa berupaya meningkatkan potensi dirinya agar menjadi manusia bersumber daya yang berkualitas. Kualitas SDM Indonesia bukan saja berada dalam taraf yang rendah, namun juga mengalami penurunan, Hal ini dapat disimak dari laporan World Competitiveness Yearbook (2004) tentang tingkatan daya saing. Di lingkungan regional, daya saing SDM Indonesia berada pada urutan paling rendah dibandingkan dengan Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 16), Thailand (peringkat 29) dan Philipina (peringkat 52). Bila kondisi demikian dipertahankan, maka dalam jangka panjang dapat diduga bahwa cita-cita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat akan menjadi sekedar impian belaka. Persaingan dalam dunia kerja juga semakin ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (Stakeholders) menginginkan pekerjanya selain memiliki kemampuan kognitif (IPK yang tinggi) juga memilikii soft skills yang dibutuhkan, seperti motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, kompetensi interpersonal, dan orientasi nilai yang menunjukkan kinerja yang efektif. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian NACE (National Association of Colleges and Employers) pada tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pada umumnya pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skills dan 18% hard skills. Perguruan Tinggi yang berperan sebagai sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia diharapkan memainkan peran sentral dalam peningkatan daya saing bangsa. Oleh karena itu sistem pembinanan kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diharapkan menjadi wahana untuk mengubah pola pikir, pola sikap mahasiswa untuk menuju terwujudnya lulusan yang handal. Dalam mempersiapkan lulusan yang berkualitas, setiap Perguruan Tinggi perlu melakukan Program Pengembangan Kemahasiswaan melalui program-program berikut: (1) Penalaran dan Keilmuan; (2) Bakat, Minat, dan Kemampuan; (3) Kesejahteraan; (4) Kepedulian Sosial; (5) Kegiatan Penunjang. Semua program kemahasiswaan di atas diharapkan dapat meningkatkan kesiapan bersaing 7
mahasiswa, melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan, serta meningkatnya soft skills mahasiswa. Realisasi peningkatan kualitas lulusan yang memiliki kompetensi pada bidangnya, berkepribadian dengan penguasaan soft skills, serta siap pakai dapat diupayakan melalui pembelajaran yang optimal dan mengarah kepada pengembangan soft skills. Melalui program ini para lulusan Perguruan Tinggi diharapkan menguasai keterampilan meraih sukses (akademik dan non akademik) yang meliputi keterampilan belajar, berpikir, dan keterampilan mengelola hidup. Untuk itu diperlukan kerja keras bersama, bukan hanya dari pihak manajemen Perguruan Tinggi saja, namun juga seluruh civitas akademika agar seluruh atmosfir yang akan tercipta merupakan potret visi bersama dalam lingkungan pendidikan yang berpihak pada intelektual, moral, sikap kritis, persistensi tinggi dan memiliki karakter kesiapan daya saing. Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut di atas, Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah menyusun Buku Panduan Penyusunan Proposal Program Pengembangan Soft Skills bagi Mahasiswa yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak Manajemen Perguruan Tinggi dalam mengajukan proposal untuk mendapatkan dana yang diperlukan dari Pemerintah. Program ini dirintis mulai tahun 2007 dengan mengalokasikan dana untuk 15 proposal, masing-masing proposal maksimal Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah), namun berdasarkan proposal yang masuk ternyata di luar dugaan, yaitu sebanyak 194 proposal. Oleh karena itu Direktorat Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi mengupayakan agar alokasi yang telah direncanakan dapat ditambah, dan akhirnya menjadi 20 proposal yang dibiayai kegiatannya. Mengacu pada pengalaman tahun 2007, maka pada tahun 2008, Direktorat Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi menambah alokasi untuk 50 proposal yang akan dibiayai kegiatannya dan masing-masing proposal maksimal Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
B.3. Penyertaan Mahasiswa Indonesia Mengikuti Event Olahraga Di Luar Negeri (Asean, Asia, Dan Dunia). Kompetisi antar mahasiswa melalui olahraga pada tingkat internasional merupakan bentuk aktifitas yang cukup strategis untuk meningkatkan daya saing bangsa, sekaligus untuk mempererat persahabatan sesama mahasiswa dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Mengingat prestasi olahraga di Indonesia belum menggembirakan, maka Direktorat Kelembagaan Ditjen Dikti telah mengalokasikan dana untuk mengikutsertakan mahasiswa mengikuti event olahraga di luar negeri dengan memprioritaskan cabang olahraga yang diproyeksikan dapat bersaing dengan atlet/mahasiswa dari Negara peserta lainnya. Proyeksi tersebut berdasarkan hasil seleksi POMNas (Pekan Olahraga Mahasiswa tingkat Nasional) dan Kejurnas (Kejuaraan olahraga tingkat Nasional) Antar Perguruan Tinggi, dan pertimbangan Induk Cabang Olahraga yang bersangkutan berdasarkan data-data prestasi atlet/mahasiswa. Sebagai contoh
8
prioritas cabang olahraga yang diikutsertakan pada event olahraga di luar negeri, antara lain; Badminton, Tennis, Catur, dan Bridge. Olahraga antar mahasiswa pada tingkat internasional telah dikelola oleh organisasi yang bernama FISU (Federation Internationale du Sport Universitaire). Oleh karena itu penyertaan mahasiswa Indonesia dalam mengikuti event internasional harus melalui organisasi Bapomi (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia) yang dibentuk oleh Direktorat Kelembagaan Ditjen Pendidikan Tinggi. Sebagai contoh event olahraga internasional yang pernah diikuti Bapomi, antara lain (1) Pada tahun 2006, Bapomi mengikuti ASEAN University Games XIII di Vietnam, dan Indonesia dapat meraih urutan ke tiga setelah Vietnam (tuan rumah) dan Thailand, (2) Pada tahun 2007 mengikuti olahraga tingkat dunia, yaitu Universiade XXIV di Bangkok, dan Indonesia mendapatkan 3 medali perunggu, yaitu 1 medali perunggu dari cabang olahraga Badminton beregu putra, 1 medali perunggu dari cabang olahraga Tennis tunggal putri, dan 1 medali perunggu dari cabang olahraga Tennis beregu putra. Pada tahun 2008 Indonesia akan mengikuti ASEAN University XIV di Kuala Lumpur - Malaysia, pada tanggal 11 s.d. 21 Desember 2008.
B.4.
Beasiswa PPE (Peningkatan Prestasi Ekstra Kurikuler)
Ada 3 (tiga) macam beasiswa yang diberikan Ditjen Dikti kepada mahasiswa: 1. Beasiswa PPA (Peningkatan Pretasi Akademik), yaitu beasiswa untuk mahasiswa yang mempunyai prestasi di bidang akademik. 2. Beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa), yaitu beasiswa untuk mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secera ekonomi. 3. Beasiswa PPE (Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler), yaitu beasiswa untuk mahasiswa yang mempunyai prestasi di bidang ekstra kurikuler. Beasiswa PPA dan BBM, pengelolaanya diserahkan kepada Perguruan Tinggi Negeri dan Kopertis. Beasiswa PPE dirintis oleh Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mulai tahun 2007. Beasiswa PPE tercetus dengan adanya berbagai pendapat para pakar, dan pihak-pihak yang kompeten bahwa prestasi akademik mahasiswa belum cukup untuk berkompetisi setelah mereka lulus untuk memasuki dunia kerja, baik sebagai pencari kerja di pemerintah, dunia usaha maupun menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu masih diperlukan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa di bidang ekstrakurikuler, untuk menjadi lulusan yang mempunyai nilai tambah. Mengingat mahasiswa yang mempunyai prestasi akademik diberikan insentif dalam bentuk beasiswa untuk meningkatkan prestasinya, maka alangkah adilnya apabila mahasiswa yang mempunyai prestasi di bidang ekstrakurikuler juga diberikan beasiswa. Selain itu beasiswa PPE juga diharapkan dapat menimbulkan semangat baru bagi mahasiswa yang belum terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, menjadi aktif mengikutinya. Mahasiswa calon penerima Beasiswa PPE, dikelompokan menjadi 4 (empat), yaitu:
9
1) Kegiatan ekstrakurikuler yang dipertandingkan, sebagai contoh kegiatan olahraga, lomba seni, musabaqoh, paduan suara gerejawi, dan kegiatan sejenis lainnya. 2) Kegiatan pelatihan, sebagai contoh LKMM (Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa), Latihan Penerbitan Pers Kampus, Pelatihan Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba dan HIV/AIDS, dan kegiatan sejenis lainnya. 3) Kegiatan kepedulian sosial, sebagai contoh; Membantu masyarakat yang terkena bencana alam (musibah banjir, gempa bumi, tanah longsor), dengan mempertimbangkan lamanya waktu pengabdian. 4) Kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa pada bidang keorganisasian, sebagai contoh; Pengurus organisasi yang diprioritaskan untuk Ketua atau Sekretaris (BEM, UKM, Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis, Himpunan Mahasiswa), dan organisasi sejenis lainnya. Alokasi beasiswa PPE ini untuk tahun 2007 sebanyak 35232 mahasiswa_bulan dan untuk tahun 2008 direncanakan sebanyak 57960 mahasiswa_bulan dengan beasiswa perbulan Rp. 250.000,-
B.5.
Pelayaran Kebangsaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam sumber daya alam dan manusia dalam konteks Negara Bangsa. Persatuan dan kesatuan merupakan modal utama untuk membangun sebuah bangsa yang mampu bersaing di dunia Internasional. Nasionalisme disesuaikan sebagai kesadaran jati diri setiap masyarakat yang merefleksikan loyalitas di tingkat lokal/primordial ke tingkat Nasional/Negara. Nasionalisme merupakan State of Mind yang memandang setiap warga negara loyal kepada Bangsa dan Negara. Pemantapan wawasan kebangsaan dalam perspektif Nasionalisme tidak hanya membangun rasa cinta kepada tanah air tetapi juga memberi makna yang hidup bagi semboyan Bhineka Tunggal Ika, disertai keinginan untuk membela dan menjaga kelangsungan Negara Bangsa. Oleh sebab itu, Semangat kebangsaan sekaligus spiritualisme watak kebangsaan harus senantiasa diperkokoh dan menjadi perekat kehidupan kebangsaan yang harmonis. Dalam sejarah peradaban bangsa bangsa di dunia pada kenyataannya tidak terlepas dari ancaman munculnya konflik sosial, konflik agama, konflik suku bahkan sampai perpecahan sebuah negara. Fenomena konflik yang disebabkan perbedaan pandangan baik sisi kepentingan politik, kerusuhan, maupun SARA apabila tidak diwaspadai, akan senantiasa merupakan ancaman disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu perlu dikaji akar permasalahannya dengan pendekatan kultural, keagamaan serta akademis. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan metode dialog nasional didalam satu kegiatan Pelayaran Kebangsaan yang sangat strategis. Forum ini akan menjadi wahana pembelajaran yang efektif, serta berfungsi sebagai clearing house untuk mencari solusi dan membedah akar masalah, apabila muncul konflik yang bersifat laten maupun
10
sporadis. Secara fungsional Pelayaran Kebangsaan sekaligus menjadi forum dialog untuk memperkuat spirit kebangsaan. Pelayaran Kebangsaan ini dilaksanakan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan TNI Angkatan Laut. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2001. Pelayaran Kebangsaan VIII yang diadakan tanggal 14 – 23 Juli 2008 akan mengambil tema: “MENINGKATKAN KESADARAN BAHARI, MEMBANGUN BUDAYA DAN PERADABAN BANGSA DEMI KOKOHNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)” dengan rute Jakarta – Tarakan – Nunukan – Jakarta.
C. PENGUATAN KELEMBAGAAN PERGURUAN TINGGI DAN PERINTISAN PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa pendidikan dilakukan dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai Departemen yang bertanggung jawab terhadap pendidikan nasional, maka guna merealisasikan amanah tersebut Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan tiga pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu: (1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan Penguatan tata kelola serta akuntabilitas telah pula dicermati oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebagai sebuah strategi yang penting bilamana perguruan tinggi akan berperan besar dalam mendorong daya saing bangsa. Oleh sebab itulah kesehatan organisasi menjadi salah satu strategi dari tiga strategi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan dipandang sebagai dasar bagi terlaksananya otonomi perguruan tinggi yang baik. Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 15 tahun 2005 Direktorat Kelembagaan yang memiliki tugas, antara lain, pembinaan, pengembangan dan pemberian bimbingan teknis bidang kelembagaan, Direktorat Kelembagaan mengembangkan program dengan sub-program sbb.: I. Perintisan Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional 1. Seminar Perguruan Tinggi bertaraf Internasional 2. Seleksi Perguruan Tinggi bertaraf Internasional 3. Diseminasi Perguruan Tinggi berpotensi taraf Internasional 4. Perintisan kerjasama perguruan tinggi 5. Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang II. Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi 1. Pengembangan Forum Komunikasi dan Konsultasi Perguruan Tinggi dengan pemangku kepentingannya 2. Program Belajar Bekerja Terpadu
11
C.I. Perintisan Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional C.I.1. Seminar Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional Diratifikasinya Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia oleh Indonesia pada tahun 1994 melalui Undang-undang nomor 7 mengikat Indonesia untuk turut berperan dalam pelaksanaan liberalisasi. Sebagai pelaku pendidikan, lembaga pendidikan tinggi mempunyai peran besar terhadap keberhasilan Indonesia untuk bersaing dalam pasar bebas barang dan jasa, melalui hasil penelitan yang berkualitas serta ahli-ahli yang memiliki kompetensi dalam bidangnya. Pelaksanaan liberalisasi ASEAN 2010, ASIA PASIFIK 2015 dan WTO 2025 mengharuskan perguruan tinggi Indonesia segera merubah cara kerja agar karya serta lulusannya dapat diakui di tingkat dunia. Melalui sentuhan langsung dengan lembaga pendidikan asing diharapkan perguruan tinggi Indonesia dapat cepat belajar untuk memperbaiki kualitas pengelolaan serta penyelenggaraan pendidikannya Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong pengelolaan perguruan tinggi Indonesia berpotensi menjadi perguruan tinggi yang berkualitas internasional. Pada tahun 2006, topik seminar adalah “Konsep dan Standar PT Bertaraf Internasional” yang melibatkan 34 PT. Tahun 2007 dengan topik “Mobilitas Mahasiswa Dalam Rangka Internasionalisasi Pendidikan” yang melibatkan 48 PT. Direncanakan pada tahun 2008 akan mengambil topik “Benchmarking Perguruan Tinggi Indonesia Melalui Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi Asing” yang diperkirakan akan melibatkan 70 PT.
C.I.2. Seleksi Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional Kebutuhan Indonesia untuk memiliki perguruan tinggi yang diakui memiliki kualitas internasional yang mampu menghasilkan lulusan yang dapat berkompetisi dengan lulusan lembaga pendidikan tinggi asing berkualitas serta menghasilkan karya yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat sudah sangat mendesak. Program terencana serta berkesinambungan yang dapat mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus memperbaiki kualitas pendidikannya diharapkan dapat mempercepat pengakuan internasional akan kualitas perguruan tinggi Indonesia. Dengan menggunakan kriteria yang sejenis dengan kriteria yang dilakukan oleh lembaga di luar negeri, Tim reviewer menyeleksi semua PT. Hasil seleksi ini diterbitkan dalam buku “Promising Universities in Indonesia”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong kompetisi antar perguruan tinggi Indonesia untuk terus menerus berupaya mempertahankan dan memperbaiki kinerja serta mempertahankan citranya di khalayak nasional maupun internasional. Secara langsung maupun tidak langsung kegiatan ini mempengaruhi jumlah mahasiswa asing yang belajar di Indonesia. Jumlah mahasiswa asing yang belajar di Indonesia meningkat dari 4731 mahasiswa pada tahun 2006 menjadi 5366 mahasiswa di tahun 2007.
12
C.I.3. Diseminasi Perguruan Tinggi Berpotensi Taraf Internasional Dalam rangka merealisasikan keinginan Departemen Pendidikan Nasional untuk menambah lebih banyak program studi berstandar internasional, ditetapkan jumlah mahasiswa asing di perguruan tinggi Indonesia berpotensi pada tahun 2010 sebanyak 10.000 orang. Masuknya mahasiswa asing di Indonesia dapat dalam bentuk kerjasama maupun individual. Promosi perguruan tinggi Indonesia melalui Perwakilan Negara RI di luar negeri dengan menggunakan buku “Promising Universities in Indonesia”, maupun keikutsertaan Indonesia dalam pameran dan konperensi internasional diharapkan dapat membuka mata perguruan tinggi asing maupun mahasiswa asing terhadap potensi maupun kualitas perguruan tinggi Indonesia. Pada tahun 2006 Dikti mengikuti 1 (satu) pameran yang diikuti oleh 27 PT. Tahun 2007 mengikuti 2 (dua) pameran yang melibatkan 50 PT. Tahun 2008 direncanakan sama dengan tahun 2007. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah kerjasama antara PT Indonesia dengan perguruan tinggi asing dan jumlah mahasiswa asing di Indonesia. Seperti halnya pada kegiatan sebelumnya, kegiatan ini mempengaruhi jumlah mahasiswa asing yang belajar di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah mahasiswa asing yang belajar di Indonesia sebanyak 4731 mahasiswa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 5366 mahasiswa.
C.I.4. Perintisan Kerjasama Perguruan Tinggi Tuntutan akan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sudah sangat mendesak dengan semakin dekatnya masa penyelenggaraan liberalisasi di tingkat Asean dan Asia Pasifik. Intervensi dalam bentuk transformasi budaya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas internasional melalui twinning program antara PT Indonesia yang berkualitas serta antara PT Indonesia dengan PT asing diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Pada tahun 2006 telah dirintis 10 kerjasama PT Indonesia dan PT asing. Pada tahun 2007 perintisan meningkat menjadi 18 kerjasama. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah lulusan perguruan tinggi Indonesia yang berperan dalam kancah pergaulan berbagai sektor di tingkat internasional
C.I.5. Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang Komitmen Indonesia untuk berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat dunia diuraikan dengan jelas dalam pembukaan UUD 45. Dalam rangka melaksanakan komitmen Indonesia untuk menjaga ketertiban dunia serta semangat persaudaraan, Indonesia memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing untuk belajar di perguruan tinggi berkualitas di Indonesia di berbagai bidang ilmu dalam jenjang studi S1 dan magister. Pemberian beasiswa bagi mahasiswa asing merupakan diplomasi budaya Indonesia, namun juga dapat mendorong PT Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikannya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan citra Indonesia di mata dunia serta membuka
13
wawasan masyarakat perguruan tinggi. Jumlah mahasiswa asing yang telah diberi beasiswa tahun 2006 dan 2007 masing-masing 64 dan 89 mahasiswa. Sedang pada tahun 2008 dialokasikan beasiswa sebanyak 110 mahasiswa.
C.II. Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi C.II.1. Pengembangan Forum Komunikasi dan Konsultasi Perguruan Tinggi dengan pemangku kepentingan Lamanya masa tunggu lulusan serta tidak dapat dimanfaatkannya hasil penelitian perguruan tinggi oleh dunia usaha menunjukkan adanya kesenjangan antara perguruan tinggi dengan kebutuhan nyata masyarakat. Komunikasi aktif antara perguruan tinggi diharapkan dapat menghilangkan kesenjangan tersebut serta dapat mensinergikan potensi masing-masing bagi percepatan pembangunan daerah dan peningkatan daya saing bangsa. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan mutu dan relevansi perguruan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Pada tahun 2006, PT yang terlibat sebanyak 3 PT, dan pada tahun 2007 sebanyak 6 PT. Pada tahun 2008 direncanakan akan melibatkan 9 PT.
C.II.2. Progran Belajar Bekerja Terpadu Sesuai pembukaan UUD 1945 pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kecerdasan bangsa. Adanya kesenjangan antara kebutuhan masyarakat akan kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan lulusan perguruan tinggi mengakibatkan pemborosan biaya akibat tidak dapat diserapnya lulusan PT oleh dunia kerja, serta harusnya dilakukan pendidikan tambahan oleh dunia usaha apabila lulusan perguruan tinggi akan dimanfaatkan sebagai tenaga kerja. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan dan produktivitas dunia usaha. Kegiatan tahun 2006 melibatkan 10 PT, 138 mahasiswa dan 107 UMKM. Tahun 2007 melibatkan 15 PT, 251 mahasiswa dan 177 UMKM. Sedangkan pada tahun 2008 direncanakan akan melibatkan 20 PT, 300 mahasiswa dan 200 UMKM.
14