ANALISIS ARUS BOCOR PADA BAHAN ISOLATOR RESIN EPOKSI CAMPURAN SILICONE RUBBER DAN SILIKA ABU SEKAM PADI DENGAN VARIASI TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE PENGUKURAN INCLINED-PLANE TRACKING Dzulfikar Ali*), Abdul Syakur, and Hermawan Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *)
E-mail :
[email protected]
Abstrak Di era globalisasi dan zaman yang semakin berkembang, penggunaan material isolator didalam jaringan transmisi atau distribusi sangat dibutuhkan. Isolator tegangan tinggi seperti porselen, keramik dan kaca sudah sering digunakan. Oleh karena itu penggunaan pengganti material isolator polimer sedang dikembangkan. Salah satu isolator pengganti polimer yang digunakan adalah resin epoksi. Resin epoksi adalah golongan polimer thermoset dimana campuran dua komponen yang akhirnya berbentuk seperti kaca pada temperatur ruang yang mempunyai sifat isolasi listrik yang layak dan juga mempunyai kekedapan air yang tinggi. Resin epoksi memiliki kekuatan dielektrik yang sangat baik dibandingkan porselen, keramik dan kaca. Penggunaan pasir silika dari abu sekam padi dikarenakan komposisi kimia abu sekam padi yang memiliki kandungan silika yang sangat besar hingga 90%. Metode yang digunakan adalah Inclined-Plane Tracking dengan standar IEC 587:1984. Dari penelitian tugas akhir ini diperoleh waktu penjejakan bahan isolator semakin lama mencapai batas, nilai sudut kontak yang dihasilkan juga semakin besar antara 71 - 79°, dan arus bocor rata – rata yang dihasilkan semakin kecil hingga 2 mA. Penggunaan bahan pengisi ini dapat dijadikan isolator, karena arus efektif maksimum kurang dari 50 mA. Komposisi 40% merupakan komposisi yang terbaik. Kata Kunci : Isolator, Tegangan tinggi, Abu sekam padi, Resin Epoksi Silicone rubber, Arus bocor, Sudut kontak
Abstract In the era of globalization and the growing age, the use of insulating materials in transmission or distribution line are needed. Polymer high voltage such as porcelain, ceramic and glass is often used. Therefore the use of surrogate polymer insulator material being developed. One replacement insulator polymer used is an epoxy resin. The epoxy resin is a thermoset polymer group in which a mixture of two components that ultimately shaped glass at room temperature which has a decent electrical insulating properties and also has a high watertightness. Epoxy resin has excellent dielectric strength than porcelain, ceramic and glass. Filler material silica sand from rice husk ash due to the chemical composition of rice husk ash which has a very large silica content of up to 90%. The method used is Inclined-plane Tracking with standard IEC 587: 1984. From this research obtained time tracking the longer the insulator material reaches the limit, the resulting contact angle values are also getting bigger between 71o – 79°, and the average current flow getting smaller up to 2 mA. This filler material can be used as an insulator because maximum effective current flow under 50 mA. The composition 40% is the best. Keywords : Isolator, High voltage, Rice husk ash, Epoxy Resin Silicone rubber, Leakage current, Contact angle
1.
Pendahuluan
Pada beberapa tahun terakhir ini kebutuhan masyarakat Indonesia akan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Energi listrik merupakan kebutuhan yang vital bagi kegiatan sehari-hari, hampir semua peralatan membutuhkan energi listrik, dari pengguna rumah tangga
hingga skala industri. Oleh karena itu diperlukan sistem transimi yang baik untuk dapat menyalurkan energi listrik sampai ke beban. Proses penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai ke beban melewati saluran yang sangat panjang sehingga hasil pengiriman daya listrik tidak akan efisien, karena timbulnya berbagai masalah dalam proses penyaluran tersebut, salah satu masalah tersebut yang tidak dapat di tinggalkan adalah masalah yang timbul
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 210
pada penggunaan isolator. Isolator dalam pemakaianya mengalami penuaan yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan sekitar, seperti adanya perubahan suhu, iklim, radiasi sinar matahari dan lain sebagainya. [1] Isolator penghantar tegangan tinggi mutlak diperlukan, terutama untuk memisahkan bagian yang bertegangan (penghantar) dengan bagian lain, mencakup pengetahuan tentang desain, keamanan dan keandalan dari isolator, serta pengetahuan tentang sifat fisik maupun susunan kimia dari bahan isolator yang akan sangat menentukan sifat dielektrik dari bahan isolator. Dengan perencanaan, analisis dan pengembangan bahan isolator akan memperbaiki keandalan sistem tenaga listrik secara kesuluruhan beserta dengan nilai ekonomisnya. [2] Pemilihan jenis isolator yang akan dipergunakan dalam suatu jaringan transmisi maupun distribusi perlu mempertimbangkan karakteristik mekanis maupun elektriknya. Secara mekanis isolator harus kuat menahan beban yang dibebankan pada isolator tersebut, sedangkan secara elektrik harus mampu memisahkan dua bagian yang bertegangan sehingga tidak terjadi kebocoran arus dan hubung singkat atau dalam skala yang lebih tinggi tidak terjadi flashover (lewat denyar). [3]
2.
Metode
2.1.
Langkah Penelitian
Pada tugas akhir ini terdapat beberapa metode yang di terapkan sebagai dasar metodologi penelitian tugas akhir. Tahapan penelitian dapat di lihat pada gambar 1.
2.2.
Pembuatan Sampel Uji
Pembuatan sampel uji terdiri dari bahan DGEBA (Diglycidyl Ether of Bisphenol-A) dan MPDA (Metaphenylenediamine), silicon rubber (silane) dan silika dari abu sekam padi. Komposisi bahan pengisi dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Komposisi bahan penyusun uji sampel Bahan Pengisi (%) 20 30 40
DGEBA (%) 40 35 30
Komposisi Sampel MPDA Silicone Rubber (%) (%) 40 10 35 15 30 20
Silika (%) 10 15 20
Contoh sampel yang dibuat ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Sampel uji isolator
2.3.
Pengukuran Kontaminan
Bahan kontaminan yang digunakan larutan NH4Cl, Pembuatan kontaminan terdiri dari cairan aquades dan serbuk NH4Cl. Kontaminan yang digunakan bernilai konduktifitas sebesar 2500 μs/cm.
Gambar 3. Pengukuran kontaminan
2.4.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Pengukuran Sudut Kontak
Pengukuran sudut kontak ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat permukaan bahan uji. Sifat yang dimaksud adalah sifat hidrofobik. Jika sudut yang didapat
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 211
semakin besar, artinya besar kemungkinan bahan tersebut memiliki sifat hidrofobik. Semakin hidrofobik suatu permukaan bahan, maka semakin banyak pula kekuatan bahan untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam bahan. Rangkaian pengukuran sudut kontak dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 6. Rangkaian pembagi tegangan
Berdasarkan rangkain pada Gambar 6. maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya arus I 1 dengan nilai tegangan input osiloskop, VCF melalui persamaan berikut: I1 = 0,025679 VCF (2.1) I1 merupakan nilai arus bocor yang mengalir pada isolator uji dan VCF menunjukkan tegangan efektif (Vrms) yang terbaca pada osiloskop.
Gambar 4. Rangkaian pengukuran sudut kontak
2.5.
Pengukuran Arus Bocor
Untuk mendapatkan data – data arus bocor pada masing – masing sampel, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode pengukuran sesuai standar IEC 587:1984[4] yang ditunjukan pada Gambar 5.
2.6.
Pengolahan Data Pengukuran
Data tegangan berupa csv diubah menjadi data arus bocor isolator dengan Persamaan 2.1 Kemudian dilakukan plotting data arus bocor hasil perhitungan sehingga diperoleh bentuk gelombang arus bocor. Berikut contoh hasil plotting gelombang arus bocor pada tegangan 3,25 kV komposisi 20% sampel 1 terlihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Rangkaian pengukuran arus bocor [5] Tabel 2. Nilai resistansi resistor seri Tegangan Uji (kV) 1.0 - 1.75 2.0 - 2.75 3.0 - 3.75 4.0 - 4.75 5.0 - 6.0
Tegangan yang dianjurkan untuk metode 1 (kV) 2.5 3.5 4.5 -
Kecepatan aliran kontaminan (ml/min) 0.075 0.15 0.30 0.60 0.90
Gambar 7. Hasil plotting gelombang arus bocor Resistansi resistor seri (kΩ) 1 10 22 33 33
3.
Hasil dan Analisa
3.1.
Hasil Pengukuran Sudut Kontak
Hasil sudut kontak isolator resin epoksi silicone rubber silika abu sekam padi dengan tetesan polutan NH4Cl ditunjukkan pada Gambar 8.
Menerapkan tegangan AC 3,25 kV, 3,50 kV dan 3,75 kV yang didapatkan dari pembangkit tegangan tinggi melalui elektroda atas sedangkan elekteroda bawah dihubungkan dengan peralatan ukur. Karena tegangan yang diterapkan 3,0 - 3,75 kV maka resistansi resistor yang digunakan 22 kΩ. Mengukur arus bocor menggunakan osiloskop. Untuk mengatasi tegangan besar masuk kedalam osiloskop, maka digunakan rangkain pembagi tegangan seperti pada Gambar 7. Gambar 8. Pengukuran sudut kontak
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 212
Tabel 3. Nilai sudut kontak permukaan isolator polimer resin epoksi silicone rubber abu sekam padi dengan polutan NH4Cl Komposisi Bahan Pengisi
Komposisi Bahan Pengisi
Sudut Kontak (°)
20% 30% 40%
Kiri
Kanan
68,44 76,26 69,26 75,69 76,90 70,06 87,12 80,55 77,66
68,61 76,47 67,51 77,57 76,06 68,28 84,29 78,62 78,24
Rata - rata
Derajat (°)
68,525 76,365 68,385 76,63 76,48 69,17 77,7 79,585 77.95
t awal (sekon) 6.954 190.498 74.5638 90.672 3.273 2.8145 74.5638 26.884 70.707 81.3116 142.183 88.067
20% Rata - rata
71,091
30% 74,09
Rata - rata 40%
78.41
Rata - rata
Dari Tabel 3 dapat dibuat garik hubungan antara sudut kontak terhadap variasi bahan pengisi
I LC (mA) 7.06636 5.8829 11.5261 8.7045 6.5547 4.4339 7.629 6.2059 2.1684 2.5679 2.2448 2.3227
t tracking (sekon) 612 2237 2068 1639 1796 2384 2114 2098 1660 2543 2404 2202
Dari Tabel 4 dapat dibuat garik hubungan antara arus bocor terhadap variasi tegangan
78.41
80
120
74.09
75
71.091
90.672
100
70
t awal (s)
Sudut Kontak (0)
Tabel 4. Hasil pengukuran arus bocor dengan tegangan 3,25 kV
65 60
88.067
80 60 26.884
40 20
55
0 0
50 0
10
20
30
40
10
20
30
40
50
Bahan Pengisi (%)
50
Bahan Pengisi (%)
Gambar 10. Grafik hubungan t awal dengan bahan pengisi
Dari Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin banyak persentase sampel pengisi, maka sudut kontak yang diperoleh akan semakin besar. Karakteritik resin epoksi memiliki sifat hidrofilik atau menyerap air, yang dapat menyebabkan meningkatnya arus bocor pada permukaan isolator. Sedangkan bahan pengisi silicone rubber pada permukaan isolator memiliki sifat hidrofobik sehingga meminimalkan arus bocor pada permukaan isolator. Sifat hidrofobik berbanding lurus dengan nilai sudut kontak suatu bahan uji, Semakin besar nilai sudut kontak maka semakin baik sifat hidrofobik pada bahan uji isolator. 3.2. Hasil Pengujian Arus Bocor 3.2.1. Pengujian Arus Bocor dengan Tegangan 3,25kV Pengujian arus bocor dengan komposisi bahan uji 20%, 30% dan 40%. Pengukuran dilakukan perbandingan antara t awal, arus bocor rata – rata, dan waktu tracking
Dari Gambar 1. dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama lucutan muatanya terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi
Arus Bocor Rata- Rata (mA)
Gambar 9. Grafik hubungan sudut kontak dengan sampel pengisi
8.7045
10 8
6.2059
6 4
2.3227
2 0 0
10
20
30
40
50
Bahan Pengisi (%)
Gambar 11.
Grafik hubungan arus bocor rata - rata dengan bahan pengisi
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 213
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin kecil arus bocor rata – rata yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung kecil. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi, semakin banyak nilai hidrofobiknya mempengaruhi nilai resistivitas dari bahan uji, Karena nilai resistivitas dari bahan penguji ini mempengaruhi arus yang mengalir di permukaan, arus akan mengalir pada nilai resistansi yang lebih kecil, sehingga arus bocor yang mengalir di permukaan semakin kecil berhubung dengan penambahan bahan pengisi. 2500
2098
Komposisi Bahan Pengisi
t awal (sekon) 0.652 14.027 26.933 13.870 74.257 30.826 3.0659 36.049 11.776 10.534 9.8261 10.712
20% Rata - rata 30% Rata - rata 40% Rata - rata
2202
I LC (mA) 4.2437 4.814 6.424 5.1605 5.579 3.930 4.163 4.557 3.598 2.509 2.441 2.850
t tracking (sekon) 804 442 437 561 792 707 819 772.667 1172 1401 1614 1395.667
Dari Tabel 5. dapat dibuat garik hubungan antara arus bocor terhadap variasi bahan pengisi
1639
1500 36.049
40
1000 500 0 10
20
30
40
50
Bahan Pengisi (%)
t awal (s)
t tracking (s)
2000
Tabel 5. Hasil pengukuran arus bocor dengan tegangan 3,50 kV
30 13.87
20
0 0
10
Pengujian arus bocor dengan komposisi bahan uji 20%, 30% dan 40%. Pengukuran dilakukan perbandingan antara t awal, arus bocor rata – rata, dan waktu tracking
30
40
50
Gambar 13. Grafik hubungan t awal dengan bahan pengisi
Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama lucutan muatanya terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi.
Arus Bocor Rata - rata (mA)
3.2.2. Pengujian Arus Bocor dengan Tegangan 3,5kV
20
Bahan Pengisi (%)
Gambar 12. Grafik hubungan ttracking dengan bahan pengisi
Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama waktu penjejakan yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik, waktu penjejakan terjadi saat penjejakan sudah melewati atau melebihi batas 25 mm dari batas elektroda bawah. Berdasarkan dari Tabel 4. nilai arus bocor yang ditunjukkan semakin kecil sehingga menyebabkan proses terjadinya penjejakan lebih lama untuk mencapai batas. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi.
10.712
10
5.1605
6 5 4 3 2 1 0
4.557 2.855
0
10
20
30
40
50
Bahan Pengisi (%)
Gambar 14. Grafik hubungan arus bocor rata - rata dengan bahan pengisi
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 214
113.302
120 100 80 43.903
60 40
6.91
20 0 0
10
500 0 0
10
20
30
30
40
50
Gambar 16. Grafik hubungan t awal dengan bahan pengisi
772.667 561
40
50
Bahan Pengisi (%) Gambar 15. Grafik hubungan ttracking dengan bahan pengisi
Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama waktu penjejakan yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik, waktu penjejakan terjadi saat penjejakan sudah melewati atau melebihi batas 25 mm dari batas elektroda bawah. Berdasarkan dari Tabel 5. nilai arus bocor yang ditunjukkan semakin kecil sehingga menyebabkan proses terjadinya penjejakan lebih lama untuk mencapai batas. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi.
Dari Gambar 16 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama lucutan muatanya terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi.
Arus Bocor Rata- rata (mA)
1000
20
Bahan Pengisi (%)
1395.667
1500
t tracking (s)
Dari Tabel 6. dapat dibuat garik hubungan antara arus bocor terhadap variasi bahan pengisi
t awal (s)
Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin kecil arus bocor rata – rata yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung kecil. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi, semakin banyak nilai hidrofobiknya mempengaruhi nilai resistivitas dari bahan uji, karena nilai resistivitas dari bahan penguji ini mempengaruhi arus yang mengalir di permukaan, arus akan mengalir pada nilai resistansi yang lebih kecil, sehingga arus bocor yang mengalir di permukaan semakin kecil berhubung dengan penambahan bahan pengisi.
3.488
4 3
2.58
2.38
20
30
2 1 0 0
10
40
50
Bahan Pengisi (%)
Gambar 17. Grafik hubungan arus bocor rata - rata dengan bahan pengisi
3.2.3. Pengujian Arus Bocor dengan Tegangan 3,75kV Pengujian arus bocor dengan komposisi bahan uji 20%, 30% dan 40%. Pengukuran dilakukan perbandingan antara t awal, arus bocor rata – rata, dan waktu tracking Tabel 6. Hasil pengukuran arus bocor dengan tegangan 3,75kV Komposisi Bahan Pengisi 20% Rata - rata 30% Rata - rata 40% Rata - rata
t awal (sekon) 52.684 58.331 20.694 43.903 5.5637 31.63 302.712 113.302 12.59 4.0156 4.127 6.9108
I LC (mA) 1.118 2.600 4.025 2.581 3.169 2.395 1.582 2.382 3.430 4.127 2.906 3.488
t tracking (sekon) 340 377 452 389.667 342 520 680 514 1070 459 812 780.33
Dari Gambar 17. dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin kecil arus bocor rata – rata yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung kecil. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi, semakin banyak nilai hidrofobiknya mempengaruhi nilai resistivitas dari bahan uji, Karena nilai resistivitas dari bahan penguji ini mempengaruhi arus yang mengalir di permukaan, arus akan mengalir pada nilai resistansi yang lebih kecil, sehingga arus bocor yang mengalir di permukaan semakin kecil berhubung dengan penambahan bahan pengisi.
t tracking (s)
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 215
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
didapatkan waktu akhirnya 389 detik. Hal ini membuktikan kenaikan tegangan yang diterapkan dapat berpengaruh waktu terjadinya kegagalan isolasi. Dari Gambar 20 membuktikan bahwa perbandingan antara kenaikan tegangan dengan waktu tracking atau waktu penjejakan berbanding terbalik, bahwa semakin banyak kenaikan tegangan maka semakin cepat waktu akhirnya.
780 514 389.667
10
20
30
40
50
Bahan Pengisi (%)
Gambar 18. Grafik hubungan ttracking dengan bahan pengisi
Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi bahan pengisi maka semakin lama waktu penjejakan yang terjadi, ditandai dengan grafik yang cenderung naik, waktu penjejakan terjadi saat penjejakan sudah melewati atau melebihi batas 25 mm dari batas elektroda bawah. Berdasarkan dari Tabel 6. nilai arus bocor yang ditunjukkan semakin kecil sehingga menyebabkan proses terjadinya penjejakan lebih lama untuk mencapai batas. Hal ini menunjukan bahwa permukaan bahan uji semakin hidrofobik seiring dengan bertambahnya persentase bahan pengisi. 3.3.
Analisis Perbandingan Pengukuran dengan Tegangan 3,25 kV, 3,50 kV, dan 3,75 kV
Hubungan antara tegangan terhadap waktu penjejakan adalah semakin banyak tegangan maka semakin lama pula waktu tracking (ttracking)
Gambar 20. Variasi dalam waktu penjejakan bahan HDPE memiliki besaran tegangan yang berbeda. [6]
Beradasarkan Gambar 19 dan 20 dapat disimpulkan bahwa 3.4.
Penjejakan
Penjejakan permukaan merupakan fenomena khas sampel polimer yang mengandung atom karbon dalam struktur molekulnya, terjadi di permukaan karena peluahan listrik yang dihasilkan dari kontaminasi permukaan. Setelah penjejakan terjadi, sifat isolasi listrik pernukaan hilang dan tidak pernah dapat diperbaiki lagi.
t tracking (s)
3000 2500
2202
2000
2098 1639
1500
Hasil penjejakan
1395.667
1000
20% 30%
772.667
500
561
0 3
3.25
3.5
780 514 389.667 3.75
40% Gambar 21. Hasil setelah penjejakan 4
Tegangan (kV)
Gambar 19. Pengaruh kenaikan tegangan pada ttracking dengan bahan pengisi
pada komposisi yang sama semakin banyak tegangan yang diterapkan maka semakin cepat waktunya. Saat sampel pengisi 20%, pada tegangan 3,25 kV didapatkan waktu akhirnya 1639 detik, pada tegangan 3,50 kV didapatkan waktu akhirnya 561 detik, dan pada tegangan 3,75 kV
4. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan semakin banyak bahan pengisi maka semakin bagus pula sudut kontaknya, sudut kontak mempengaruhi tingkat hidropobik dari suatu bahan, nilai sudut kontaknya antara 71 – 79 °. Karakteristik waktu lucutan awal muatan diperngaruhi oleh nilai resistansi dari permukaan bahan uji, seharusnya seiring besarnya nilai hidrofobiknya maka waktu lucutan awal muatanya semakin lama karena tingkat hidrofobik suatu bahan dapat meningkatnya nilai resistansi, Namun pada
TRANSIENT, VOL. 6, NO. 2, JUNI 2017, ISSN: 2302-9927, 216
saat pengujian salah satu dari masing – masing komposisi disetiap pengujian waktu lucutan awal muatanya terjadi lebih cepat. Nilai arus bocor rata – rata yang dihasilkan semakin kecil seiring dengan penambahan bahan pengisi, Pada pengujian 3,25 kV dengan komposisi 20%, 30% dan 40% berturut – turut dihasilkan nilai arus bocor sebagai berikut: 8,7045 mA, 6,2059 mA, dan 2,3227 mA. Pada pengujian 3,50 kV dengan komposisi 20%, 30% dan 40% berturut – turut dihasilkan nilai arus bocor sebagai berikut: 5,1605 mA, 4,557 mA, dan 2,850 mA. Pada pengujian 3,75 kV dengan komposisi 20%, 30% dan 40% berturut – turut dihasilkan nilai arus bocor sebagai berikut: 2,581 mA, 2,381 mA, dan 3,488 mA. Penggunaan bahan pengisi silicone rubber dan abu sekam padi dapat digunakan sebagai isolator karena arus maksimal tertinggi yang dihasilkan adalah 26,4074 mA pada saat pengujian 3,50 kV pada komposisi 30%, sedangkan batas minimum standar isolator yang digunakan adalah 50 mA saat kondisi basah.
Referensi [1]. [2].
[3]. [4].
[5].
[6].
Tobing, Bonggas, L, 2003, “Peralatan Tegangan Tinggi”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suharno, Jefri Piradipta, “Degradasi Permukaan Bahan Resin Epoksi Silane Silika Akibat Paparan UV Dan Arus Bocor”, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010. Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001 IEC 587, 1984, “Methods of Evaluating Resistance to Tracking And Erosion of Electrical Insulating Materials Used Under Severe Ambient Conditions”, British Standards Institution, British standard (BS). Abdul Syakur, Hamzah Berahim, Tumiran Rochmadi, “Hydrophobic Contact Angle And Surface Degradation Of Resin Epoxy Resin Compound With Silicon Rubber And Silica”, University Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012 R Sarathi, S Chandrasekar, V Sabari Giri, C Venkataseshaiah, R Velmurugan, 2004, “Analysis Of Surface Degradation Of High Density Polyethylene (HDPE) Insulator Material Due To Tracking”, Indian Institute of Technology Madras, India.