BAHASA DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Oleh Kastam Syamsi FBS Universitas Negeri Yogyakarta A. Pendahuluan Tulisan ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan atau jalan pemikiran untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Agar komunikasi ilmiah yang terdapat pada tulisan ilmiah berlangsung dengan baik, bahasa yang dipergunakan harus terbebas dari unsur-unsur emotif (Suriasumantri, 2000: 181-182). Selain itu, bahasa dalam tulisan ilmiah diatur oleh kaidah-kaidah logis, serta definisi yang bermakna tunggal (Peursen, 1985: 16). Oleh karena itu, tepatlah bahwa tulisan ilmiah memang harus menggunakan ragam bahasa ilmiah, yang tidak lain berupa ragam bahasa baku. Dalam mengedit artikel hasil penelitian, penulis perlu melihat kembali aspek kebahasaan dan tata tulis. Editing dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan tata cara penyajian, penulisan, penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya selingkung (Waseso & Saukah, 2007). Aspek kebahasaan meliputi penerapan ejaan dan penulisan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan bab demi bab. Ingatlah kembali bahwa penggunaan bahasa dalam artikel hasil penelitian itu termasuk penggunaan ragam bahasa baku. Sementara itu, dalam penyuntingan terhadap aspek tata tulis artikel, harus diperhatikan gaya selingkung jurnal yang akan dipilih penulis sebagai sarana publikasinya. Kadang-kadang suatu jurnal ilmiah memiliki gaya selingkung yang berbeda dengan jurnal yang lain. Dalam melakukan penyuntingan artikel ilmiah tersebut, harus diperhatikan aspek kebahasaan. Dua aspek kebahasaan yang penting akan diuraikan berikut ini, yakni penggunaan kalimat efektif dan pengembangan paragraf. B. Kalimat Efektif Setiap gagasan, pikiran, konsep, perasaan seseorang pada dasarnya akan disampaikan kepada orang lain dalam bentuk kalimat-kalimat. Demikian pula pikiran dan konsep dalam artikel ilmiah yang akan disampaikan kepada pembaca. Segala sesuatu yang disampaikan oleh penulis akan dapat dipahami oleh pembacanya dengan mudah, lengkap, dan jelas atau tepat jika dituangkan di dalam kalimat-kalimat yang benar, baik, dan tepat. Kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal (ketatabahasaan), yaitu harus disusun berdasarkan kaidah yang berlaku. Kalimat yang baik adalah kalimat yang sesuai dengan konteks dan situasi yang berlaku, sedangkan kalimat yang tepat adalah kalimat yang dibangun dari pilihan kata yang tepat, disusun menurut kaidah yang benar, dan digunakan di dalam situasi yang tepat pula. Kalimat yang benar dan jelas yang dapat dengan mudah dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulis adalah kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulisnya. Berarti, kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis kepada pembacanya. Agar kalimat-kalimat dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulisnya, dalam penyusunannya penulis perlu memperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri kalimat efektif. Di samping kalimat harus benar, baik, dan tepat, kalimat efektif harus memiliki ciri: (1) kesepadanan, (2) kesejajaran, (3) penekanan, (4) kehematan, dan kevariasian.
1
1. Kesepadanan Syarat kesepadanan menyangkut keseimbangan antara pikiran atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Struktur kalimat yang baik, minimal harus memiliki unsur Subjek dan Predikat; boleh ditambah dengan unsur objek, keterangan, atau unsur pelengkap. Ciri kesepadanan akan ditunjukkan oleh kemampuan struktur kalimat dalam mendukung gagasan yang ingin disampaikan. Jadi, suatu konsep atau gagasan yang lengkap harus disampaikan dengan kalimat yang berstruktur lengkap pula. 1.1 Subjek-Predikat Sekurang-kurangnya sebuah kalimat harus memiliki subjek dan predikat. Subjek adalah inti kalimat, sedangkan predikat adalah penjelasannya. Perhatikan contoh-contoh kalimat yang salah berikut ini. (1) Kendala yang dialami oleh perusahaan swasta adalah antara lain adalah sistem birokrasi pemerintah yang berbelit-belit, misalnya dalam memperoleh ijin usaha, ijin produksi barang, dan lain-lain. (2) Yaitu adanya penyelewengan dana dengan jumlah yang tidak sedikit. (3) Baik SDM dari pucuk pimpinan sampai struktur yang paling rendah. (4) Setelah dapat pengalaman kerja, pindah ke RS lain yang dianggapnya lebih menjanjikan masa depan atau lebih prestise. (5) Dalam hal ini Staf Biro keuangan dan Perlengkapan, yang telah disepakati sebagai focus point NHA Indonesia, diharapkan tahun-tahun mendatang mampu untuk terus mengerjakan kegiatan NHA ini sehingga tetap berkelanjutan. (6) Untuk unit pelayanan operatif, terjadi penurunan yang sangat signifikan pada jumlah operasi yang dilakukan. 1.2 Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat Pemakaian kata penghubung secara tepat, baik secara intrakalimat maupun antarkalimat, dapat membentuk kalimat menjadi efektif. Sebaliknya, ketidaktepatan pemilihan kata penghubung ini justru akan merusak hubungan antara satu unsur dan unsur yang lain. Perhatikan penggunaan kata penghubung yang masih salah pada kalimat-kalimat berikut ini. (7) Jika negosiasi tersebut berhasil, maka keadaan ekonomi Indonesia akan pulih secara tepat. (8) Sehingga diharapkan pemerintah yang berjalan saat ini mampu mewujudkan masyarakat adil dan makmur, dengan perbaikan sistem ekonomi. (9) Meskipun banyak upaya telah membawa hasil, namun masih ada beberapa hambatan. (10) Meskipun prestasi warga belajar Kejar Paket A dalam hal menyelesaikan buku Paket A dinilai cukup baik, tetapi prestasi tersebut perlu ditingkatkan. (11) Oleh karena sasaran strategik ditentukan ukuran pencapaiannya, maka sasaran-sasaran strategik yang dihasilkan dapat dibuat seimbang, sehingga pencapaian sasaran keuangan dapat bersifat jangka panjang. 1.3 Gagasan Pokok Setiap kalimat harus mengandung gagasan pokok. Biasanya gagasan pokok ini diletakkan pada bagian awal kalimat. Jika seorang penulis ingin menggabungkan dua kalimat, gagasan pokok ini harus diletakkan pada kalimat induknya. Perhatikan kalimatkalimat berikut ini.
2
(12) Model pembangunan yang kita anggap paling tepat adalah pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. (13) Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila adalah model pembangunan yang kita anggap paling tepat. 2. Kesejajaran dalam Kalimat Kesejajaran dalam kalimat, atau penggunaan bentuk-bentuk yang sama, untuk menyatakan gagasan-gagasan yang sederajat yang terdapat dalam satu kalimat akan mendukung keefektifan kalimat. Jika sebuah gagasan dinyatakan dalam bentuk kata, atau kelompok kata, gagasan lain yang sederajat juga harus disampaikan dalam bentuk kata, atau kelompok kata. Jika sebuah gagasan dinyatakan dengan kelas nomina (benda), gagasan lain yang sederajat dengan itu juga harus dinyatakan dengan kelas nomina (benda). Demikian pula bentuk atau kategori yang lain. Perhatikan contoh kalimat-kalimat yang tidak mengandung kesejajaran yang tepat berikut ini. (14) Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, dan waktunya cukup. (15) Tiga hal atau faktor yang paling populer dalam mendorong mahasiswa melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi berturut-turut adalah: a. ingin mendapatkan kualifikasi prefesional yang spesifik; b. kesempatan kerja yang baik baik bagi lulusan perguruan tinggi; dan c. mempersiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. 3. Penekanan dalam Kalimat Penekanan dalam kalimat digunakan oleh seseorang agar bagian yang mendapat penekanan itu mendapat perhatian yang cukup besar oleh pembacanya. Dalam bahasa lisan, biasanya penekanan itu menggunakan ucapan yang diperlambat, suara yang keras, atau intonasi yang tinggi. Dalam bahasa tulis, penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini. 3.1 Posisi di dalam Kalimat Bagian-bagian yang ingin ditekankan dapat diberikan pada posisi depan sebuah kalimat. Pengedepanan bagian yang ingin ditonjolkan ini bisa mengenai subjek, predikat, obyek, atau unsur lain sebuah kalimat. Hal ini telah disinggung dengan beberapa contoh pada pembicaraan mengenai gagasan pokok di muka. 3.2 Urutan Logis Jika kalimat yang dibuat berupa penggambaran tentang peristiwa atau kejadian, peristiwa atau kejadian itu hendaknya diurutkan secara logis. Hal ini akan sangat membantu pemahaman pembaca. Demikian pula urutan mengenai tingkat kepentingan maupun proses. (16) Formulir itu diisi, ditempeli pas photo, dimasukkan ke dalam amplop berwarna hijai, lalu diserahkan kepada penasihat Akademik. 3.3 Pengulangan Kata Bagian-bagian ujaran yang dianggap penting sering diulang agar mendapat perhatian dari pembaca. Di samping itu dengan pengulangan diharapkan maksud kalimat
3
menjadi lebih jelas. Namun perlu diingat, jika pengulangan ini berlebihan justru kalimat menjadi tidak efektif karena menjadi sangat boros kata. 3.4 Penggunaan Partikel Penekan Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel. Partikel memiliki fungsi untuk memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat tertentu. Misalnya penggunaan partikel -lah, -kah, dan -pun pada kalimat-kalimat berikut ini. (17) Saudaralah yang harus bertangung jawab dalam soal itu. (18) Iapun berusaha mendekatkan kedua belah pihak dalam perundingan. (19) Rakyatkah yang harus menanggung akibatnya.
4. Variasi Variasi adalah satu upaya yang bertolak belakang dengan pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan secara berlebihan akan menimbulkan kebosanan bagi pembaca. Untuk menghindari hal itu, perlu digunakan bentuk lain yang merupakan variasinya. Cara yang biasa digunakan di antaranya adalah berikut ini. 4.1 Variasi Sinonim Kata Penggunaan variasi sinonim kata ialah penggunaan kata-kata lain yang memiliki arti yang sama, mirip, atau dekat. Hal ini diupayakan agar penulis tidak memakai kata-kata yang berulang-ulang sama sehingga membuat pembaca bosan. 4.2 Variasi Panjang Pendek Kalimat Suatu cara lain yang juga sering digunakan untuk membuat kalimat efektif ialah variasi panjang-pendek kalimat. Sebuah karangan yang menggunakan kalimat pendekpendek akan membuat pembaca kesal. Demikian juga, jika karangan itu menggunakan kalimat yang panjang-panjang, pembaca akan mengalami kesulitan untuk memahaminya. Sama halnya kalimat-kalimat yang digunakan dalam surat. Oleh karena itu, penulis perlu menampilkan kalimat yang bervariasi. 4.3 Variasi Cara Memulai Kalimat Variasi cara memulai kalimat ini sama dengan cara penekanan bagian kalimat dengan pengedepanan bagian yang ditekankan yang telah dibicarakan di muka. Kalimat bisa dimulai dengan subjek, predikat, keterangan, atau yang lain. 4.4 Variasi Jenis Kalimat Kalimat yang digunakan untuk menulis tidak harus selalu kalimat berita. Jenis kalimat lain juga bisa dan perlu digunakan. Misalnya kalimat tanya, aktif, pasif, susun biasa, susun balik, lansung, tak langsung, dan sebagainya. 5. Kehematan Unsur penting lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalimat efektif ialah kehematan. Kehematan berkenaan dengan pemakaian kata, frase, atau unsur-unsur kalimat yang lain yang sekiranya tidak diperlukan atau dipandang berlebihan. Misalnya, di dalam pemakaian kalimat yang berturut-turut yang memiliki subjek yang sama, pengulangan subjek pada kalimat berikutnya dipandang tidak perlu, kecuali jika dengan tidak disebutkannya subjek itu kalimat menjadi kurang informatif. Demikian juga pengulangan penyebutan kata-kata, atau frase tertentu.
4
C. Pengembangan Paragraf 1. Pengertian Paragraf Secara visual, sebuah paragraf (alinea) ditandai oleh dua hal, yaitu (1) baris pertama sebuah paragraf pada umumnya ditulis/diketik agak menjorok ke dalam (lima ketukan dari margin kiri), dan (2) yaitu selalu dimulai dengan baris baru. Namun demikian, ada pula paragraf yang tidak dibuat dengan sistem menjorok, melainkan menggunakan sistem lurus, yaitu baris pertama tidak menjorok ke dalam, tetapi antara paragraf diberi batas berupa spasi ganda. Selain itu, kadang-kadang ada paragraf yang dibuat dengan sistem campuran antara dua sistem tersebut, baris pertama dimulai dengan menjorok ke dalam dan di antara dua paragraf diberikan jarak spasi ganda. Di antara ketiga sistem itu, sistem pertamalah yang paling banyak digunakan. Sebuah paragraf yang lengkap umumnya terdiri dari beberapa kalimat. Kalimatkalimat tersebut saling-berkait yang membentuk satu kesatuan pikiran/ide. Setiap satu kesatuan pikiran memiliki ide pokok atau pikiran pokok. Ide pokok inilah yang dijadikan sebagai dasar atau titik tolak pengembangan paragraf. Dilihat dari segi makna, paragraf merupakan satuan informasi yang memiliki ide pokok sebagai dasarnya. Dalam sebuah karangan yang utuh, satuan-satuan informasi yang ada di dalamnya saling-berkait dan mendukung sebuah karangan tersebut. Oleh sebab itu, paragraf merupakan bagian dari keseluruhan karangan secara utuh. Atas dasar hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa paragraf adalah bagian-bagian karangan yang berpotensi terdiri dari beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu dan membentuk satu kesatuan pikiran. 2. Unsur Paragraf Paragraf juga terdiri dari unsur bentuk dan makna. Makna paragraf berupa ide, gagasan, pikiran, atau amanat, sedangkan bentuk bahasa berupa kata, frasa, atau kalimat. Apabila sebuah paragraf itu bukan paragraf deskriptif atau naratif, dilihat dari bentuknya unsur paragraf itu berupa: (1) kalimat topik atau kalimat utama; (2) kalimat pengembang atau kalimat penjelas; (3) kalimat penegas; dan (4) kalimat, frasa, atau kata transisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dipahami bahwa tidak semua paragraf selalu terdiri dari keempat unsur tersebut sekaligus, tetapi sebuah paragraf (nondeskriptif dan nonnaratif) minimal terdiri dari unsur (1) dan unsur (2). Sebaliknya, paragraf deskriptif dan naratif tidak memiliki kalimat utama. Kalimat-kalimat yang terdapat di dalamnya merupakan kalimat pengembang atau kalimat penjelas yang berkaitan maknanya dan semuanya mendukung satu ide pokok. Jadi, dalam paragraf deskriptif dan naratif, ide pokok tercantum dalam keseluruhan kalimat yang membangunnya. Cermatilah kedua paragraf contoh berikut ini. (1) Kosakata memegang peranan penting dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya karang-mengarang. Jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuam orang tersebut. Selain itu, jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi indikator bahwa orang itu memiliki beberapa konsep. Semakin banyak kosakata yang dikuasai, semakin luas pula pengetahuannya. Dengan demikian, seorang penulis akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat atau cocok untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya. 5
(2) Keributan ayam berkokok bersahut-sahutan mulai mengendor. Kian lama kian berkurang, akhirnya tinggal satu-satu saja terdengar kokok yang nyaring. Ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran. Dengung dan raung lalu-lintas di jalan raya mulai menggila seperti hari kemarin. Raung klakson mobil dan desis kereta api bergena-gema menerobos ke relung-relung rumah di sepanjang jalan. Sayup-sayup terdengar suara adzan dan lonceng gereja menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal hari kemarin. Contoh paragraf (1) merupakan paragraf eksposisi yang terdiri dari lima kalimat. Kalimat pertama sebagai kalimat utama berisi ide pokok, yakni kosakata berperanan penting dalam kemampuan berbahasa, khususnya karang-mengarang. Kalimat kedua dan seterusnya merupakan kalimat pengembang. Kalimat-kalimat tersebut saling-berkait dan mendukung ide pokok. Kaitan itu ditunjukkan dengan penggunaan kata atau frasa transisi. Jadi, contoh paragraf (1) tersebut terdiri atas unsur paragraf (1), (2), dan (4). Berbeda halnya dengan contoh paragraf (2) yang merupakan paragraf deskriptif. Kalimat-kalimat yang terdapat di dalamnya merupakan kalimat pengembang yang saling berkait untuk mendukung pikiran pokok, yakni suasana di pagi hari. Ide pokok tersebut tercermin pada keseluruhan kalimat yang membangunnya. 3. Struktur Paragraf Selain paragraf deskriptif dan naratif, struktur paragraf dapat disusun secara bervariasi. Apabila unsur(1) sebagai topik/utama, (2) sebagai kalimat pengembang atau penjelas, (3) sebagai kalimat penegas, dan (4) sebagai kalimat frasa, atau kata transisi, struktur paragraf memiliki berbagai kemungkinan, antara lain: a. struktur(1), (2), (4), dan (3); b. struktur(1), (2), (3); c. struktur(1), (2); d. struktur(2), (1); e. struktur(2), (4), (1); f. struktur(1), (4), (2), (3); dan g. struktur(2), (3), (4), (1). Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan kedua contoh paragraf berikut ini. (3) Peningkatan pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup akan dapat mengubah sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasangagasan yang dilontarkan para perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf kehidupan petani dirasakan sangat mendesak. (4) Trem penuh sesak dengan orang, keranjang, tong kosong dan berisi kambing dan ayam. Hari terlalu panas, orang dan binatang keringatan. Trem bau keringat dan terasi. Ambang jendela penuh dengan air ludah dan air sirih yang kemerahmerahan seperti buah tomat.
6
Contoh paragraf nomor (3) di atas terdiri dari lima kalimat. Kalimat pertama sebagai kalimat utama, kalimat kedua, kalimat ketiga dan keempat sebagai kalimat pengembang atau penjelas, dan kalimat kelima sebagai kalimat penegas. Dengan demikian, atas dasar strukturnya, paragraf tersebut memiliki struktur b, yaitu(1)-(2)-(3). Lain halnya dengan contoh paragraf nomor (4). Paragraf ini terdiri dari empat kalimat yang saling berkait dan semuanya mendukung ide pokoknya, yaitu keadaan yang pengap dan kotor. Kalimat-kalimat pada paragraf nomor lima tersebut adalah kalimat pengembang. Ide pokok paragraf tersebut tercermin pada keseluruhan kalimat yang membangunnya.
4. Syarat Paragraf yang Baik Sebuah paragraf yang lengkap pada umumnya terdiri dari beberapa kalimat. Agar kalimat-kalimat itu membentuk suatu paragraf yang baik dan efektif ada tiga syarat pokok yang harus diperhatikan, yaitu kesatuan (kohesi), keselarasan (koherensi), dan kelengkapan (pengembangan). a. Kesatuan (Kohesi) Tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran pokok. Fungsi paragraf adalah mengembangkan pikiran pokok tersebut. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat pengembangnya harus mendukung pikiran-pikiran pokok tersebut dan tidak boleh menyimpang dari pikiran pokok yang ada. Penyimpangan dari pikiran pokok dapat merusak kesatuan pikiran dalam paragraf, bahkan dapat mempersulit pemahaman pembaca. Cermati dan bandingkan kedua contoh paragraf berikut ini. (5) Paragraf yang memenuhi syarat kesatuan Kecelakaan lalu lintas sering menjadi bahan pembicaraan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota-kota lain di Indonesia, kecelakaan lalulintas memang sering terjadi. Kecelakaan lalulintas merupakan peristiwa yang tidak terduga. Peristiwa itu dapat terjadi lapanpun dan dimana saja. Selain tidak mengenal tempat dan waktu, kecelakaan dapat menimpa siapa saja dan dari golongan mana pun. (6) Paragraf yang tidak memenuhi syarat kesatuan Keindahan adalah salah satu dari kehidupan rakyat Indonesia. Tahun ini pemerintah menetapkan sebagai tahun lingkungan hidup. Disarankan agar setiap warga memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Di sini nyata sekali bahwa tanaman memegang peranan penting. Kita sebagai pemuda, generasi penerus bangsa, wajib memelihara lingkungan. Dengan demikian, suasana sejuk, aman, dan tenteram dapat terwujud. b. Keselarasan (Koherensi) Suatu paragraf bukanlah kumpulan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau lepas, melainkan bangunan beberapa kalimat yang memiliki hubungan timbal balik dan mendukung satu pokok pikiran tertentu. Urutan pokok pikiran yang teratur akan
7
memperlihatkan adanya keselarasan. Jadi, keselarasan suatu paragraf ditentukan oleh hubungan yang serasi antara kalimat pembentuknya. Kepaduan suatu paragraf dapat dibangun dengan memperhatikan dua unsur pokok, yaitu (1) unsur kebahasaan yang mununjukan pertalian antarkalimat seperti repetisi atau pengulangan, kata ganti yang berupa deiksis, dan kata transisi yang berupa ungkapan penghubung, (2) pemerincian dan urutan isi paragraf. Perhatikan kedua contoh paragraf berikut ini. (7) Paragraf yang memenuhi syarat keselarasan Perkuliahan bahasa Indonesia sering kali sangat membosankan sehingga kurang mendapat perhatian dari mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh bahan yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang telah diketahui mahasiswa atau masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu, mahasiswa yang telah mempelajari bahasa Indonesia sejak duduk di bangku SD atau sekurang-kurangnya mereka telah mempelajari bahasa Indonesia selama sepuluh tahun, mereka merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diajikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan sendiri bagi pengajar bahasa Indonesia. (8) Paragraf yang tidak memenuhi syarat keselarasan Secara sederhana karya ilmiah lebih dikenal dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Biasanya merupakan hasil penelitian uang prosedural dan melalui tahapan yang panjang. Karya ilmiah populer lebih dikenal umum dengan istilah artikel. Biasanya dijumpai di berbagai media koran. Kata populer dikarenakan tulisan ini menyangkut hal-hal yang aktual di masyarakat. Kata atau frasa yang dicetak miring pada contoh paragraf nomor (7) tersebut menunjukkan pertalian atau hubungan timbak balik antarkalimat sehingga paragraf tersebut menjadi padu. Berbeda halnya dengan contoh paragraf pada nomor (8), setiap kalimat tampak berdiri sendiri/lepas sehingga hubungan antarkalimat yang membentuknya tidak jelas. Bahkan, dalam contoh nomor (10) tersebut terkandung dua pikiran pokok, yaitu masalah karya ilmiah dan karya ilmiah populer. Dengan demikian, contoh nomor (10) tersebut tidak mencerminkan kesatuan sebuah paragraf. c. Kelengkapan (Pengembangan) Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat pengembang/penjelas secara lengkap untuk menunjang pikiran pokoknya. Sebaliknya, suatu paragraf dinyatakan tidak lengkap jika pikiran pokoknya belum dikembangkan ke dalam kalimat-kalimat penjelas atau pikiran pokoknya baru diperluas dengan pengulanganpengulangan kata. Cermati dan bandingkan antara contoh dua paragraf berikut ini. (9) Paragraf yang tidak lengkap (belum dikembangkan) Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bertengkar. Dalam GBHN secara jelas disebutkan bahwa bantuan luar negeri atau hutang luar negeri bersifat pelengkap dalam pembiayaan pembangunan nasional.
8
(10) Paragraf yang lengkap (telah dikembangkan) Dalam GBHN secara sangat jelas disebutkan bahwa bantuan luar negeri atau hutang luar negeri lebih bersifat pelengkap dalam pembiataan pembangunan nasional. Hal tersebut berarti bahwa sumber dana utama untuk belanja pembangunan adalah potensi masyarakat Indonesia. Sumber dalam negeri ini jika dilihat dari anggaran pembangunan pemerintah, tampak pada pos tabungan pemerintah, yakni selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin RAPBN setiap tahun. Contoh paragraf nomor (9) baru berupa kalimat utama yang berisi ide pokok atau pikiran pokok. Ide pokok dalam paragraf tersebut belum dikembangkan sehingga paragraf tersebut merupakan paragraf yang tidak lengkap. Lain halnya dengan contoh paragraf nomor (10). Kalimat pertama dalam paragraf ini sebagai kalimat utama yang berisi pikiran pokok. Pikiran pokok tersebut telah dikembangkan ke dalam kalimat-kalimat penjelas, yaitu kalimat kedua dan seterusnya. Dengan demikian, contoh nomor (10) tersebut merupakan paragraf yang lengkap. 5. Pengembangan Paragraf Pikiran pokok/utama sebuah paragraf akan jelas apabila telah dikembang-kan atau dirinci ke dalam pikiran-pikiran penjelas. Setiap pikiran penjelas dapat dituangkan ke dalam satu atau beberapa kalimat. Oleh sebab itu, dalam satu paragraf yang lengkap terdapat satu pikiran pokok dan beberapa pikiran penjelas. Untuk mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf yang baik, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut. a. Berdasarkan Tekniknya 1) Cara Alamiah Pengembangan paragraf dengan cara alamiah ini dapat ditempuh dengan dua cara pula, yaitu dengan urutan ruang( spasial) dan urutan waktu (kronologis). Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini akan menghasilkan bentuk paragraf deskriptif atau naratif. Perhatikan contoh berikut ini. (11) Ukuran Ruang ( Spasial) Jika seseorang memasuki pekarangan bangunan kuno itu, setelah seseorang melalui pintu gerbang kayu penuh ukiran, ia akan berada pada jalan yang berlantai tanah liat yang membelah lapangan rumput yang dihiasi bunga-bunga dan pohon peneduh. Di kiri dan kanan jalan terdapat lumbung padi. Terus kedalam seseorang akan sampai pada bangunan rumah yang berdiri diatas tiang yang sangat kuat dan terlindung oleh pohon palem. Selanjutnya, seseorang dapat menaiki tangga untuk memasuki ruangan besar yang banyak dihiasi oleh lukisan kuno. (12) Urutan Waktu Ia dilahirkan di Bukittinggi 25 Juni 1937, tetapi dibesarkan di Pekalongan. Ia adalah tamatan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia. Beberapa lama ia mengajar di fakultas itu, tetapi kemudian berhenti karena ia merupakan salah satu orang yang ikut menandatangani berdirinya Manifes Kebudayaan. Tahun 1996 9
ia menjadi redaktur majalah Horison. Tahun 1968 ia menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta dan pada tahun1973 terpilih sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Pada tahun 2002, beliau menfapatkan Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Pada contoh paragraf (11) hubungan makna antarkalimat ditunjukkan oleh kata atau frasa yang dicetak miring. Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut menunjukkan makna “ruang” yang ditata secara urut sehingga membentuk kesatuan dan kepaduan paragraf yang bersangkutan. Demikian pula pada contoh paragraf nomor (12) kata atau frasa yang dicetak miring menunjukkan hubungan makna “waktu” antara kalimat. Hal tersebut juga menunjuikkan hubungan waktu yang ditata secara urut sehingga membentuk kesatuan dan kepaduan paragraf yang bersangkutan. 2) Cara Klimaks atau Antiklimaks Pengguanaan paragraf dengan cara ini terlebih dahulu dilakukan dengan pemerincian pikiran pokok. Kemudian, gagasan pokok tersebut disusun secara urut dari gagasan yang paling bawah/rendah/sederhana menuju gagasan yang paling atas/dominan/ kompleks atau dengan urutan sebaliknya. Jika gagasan itu disusun dari urutan yang paling sederhana menuju yang paling kompleks, pengembangan paragraf tersebut menggunakan cara klimaks. Sebaliknya, jika gagasan tersebut disusun dari gagasan yang paling kompleks/paling penting menuju gagasan yang paling sederhana/paling kurang penting, pengembangan paragraf tersebut menggunakan cara antiklimaks. Perhatikan contoh paragraf berikut ini. (13) Bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman sesuai dengan kemajuan teknologi yang dicapai manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dikajalankan dengan mesin uap. Modelnya seperti mesin giling yang digerakkan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun dibuat dengan model tank. Traktor model tank tersebut sampai saat ini masih digunankan orang, yaitu traktor yang mengguanakan roda rantai baja. Traktor semacam ini merupakan hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, perusahaan Ford pun tak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainya. Jepang pun tidak kalah saing dalam bidang ini. Produksi Jepang yang sangat terkenal di Indonesia adalah Padi Traktor yang bentuknya telah mengalami perubahan dari modelmodel sebelumnya. Pada contoh paragraf nomor (13) tersebut, gagasan pokoknya adalah “perkembangan bentuk/model traktor”. Gagasan pokok tersebut dirinci dan kemudian diurutkan dari model yang pertama hingga model yang terakhir. Dengan demikian, pengembangan paragraf tersebut mengguankan cara klimaks. Apabila gagasan itu disusun dari gagasan model traktor yang terakhir menuju model traktor yang pertama muncul, berarti penyusunan paragrafnya menggunakan antiklimaks. 3) Cara Umum-Khusus atau Khusus-Umum Pengembangan paragraf ini dimulai dari pengungkapan konsep/pandangan yang bersifat umum menuju pikiran-pikiran penjelas yang bersifa khusus/ spesifik/operasional atau sebaliknya. Apabila suatu paragraf dikembangkan dengan urutan pikiran dari umum ke khusus, hasilnya berupa paragraf deduktif. Sebaliknya, jika suatu paragraf
10
dikembangkan dengan urutan dari pikiran khusus ke umum, hasilnya berbentuk paragraf induktif. Contoh paragraf nonomr (16) berikut ini dikembangkan dengan cara umum-kusus, sedangkan contoh paragraf nomor (17) dikembangkan dengan cara khusus-umum. (14) Kesejahteraan hidup sangat didambakan oleh setiap anggota masyarakat. Bahkan kesejahteraan dijadikan tujuan hidup. Kesejahteraan yang dimaksud di sini adalah kesejahteraan jasmani dan rohani. Apabila rohani sejahtera tetapi jasmani tidak, rohani itu pun akan terganggu. Demikian pula sebaliknya, apabila jasmani terpenuhi, sedangkan rohani tidak sehat, akan hilanglaj rasa kemanusiaan kita. Oleh sebab itu, kesejahteraan jasmani dan rohani harus seimbang. (15) Dokumen, keputusan, dan surat-surat yang dikeluarkan pemerintah dan badanbadan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa, pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian pula bahasa Indonesaia dipergunakan masyarakat dalam upacara dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antaranegara dengan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa Indoneisa baik tertulis maupun lisan. b. Berdasarkan Isinya Atas dasar isinya, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini. 1) Cara Perbandingan dan Pertentangan Pengembangan paragraf dengan cara ini biasanya dilakukan dengan cara mengkomparasikan dua hal yang memiliki persamaan sekaligus perbedaan. Dua hal tersebut diramu dalam sebuah paragraf yang isinya mencerminkan perbandingan dan pertentangan. Contoh paragraf nomor (16) berikut merupakan pengembangan paragraf dengan cara ini. (16) Ratu Elizabet tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di depan umum sesuai dengan keinginan rakyatnya. Kalau keluar, paling senang ia mengguanakan pakaian yang praktis. Ia menyukai topi dan kraf. Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya rambutnya. Ia membeli pakaian dua kali dalam setahun dan belanjanya cenderung ditempat yang agak murah. Ia hanya mau memakai topi jika mau ke pesta pernikahan, ke pemakaman, dan upacara resmi pembukaan parlemen. 2) Cara Analogi Pengembangan paragraf dengan cara ini biasanya dipergunakan apabila penulis ingin menjelaskan sesuatu yang kurang dikenal oleh umum. Caranya, penulis menganalogikan sesuatu yang kurang dikenal oleh umum dengan segala sesuatu yang telah dikenal oleh umum. Contoh paragraf nomor (17) berikut ini mencerminkan pengembangan paragraf dengan cara analogi.
11
(17) Perkembangan teknologi dewasa ini sungguh sangat menakjubkan. Kehebatannya dapat menandingi kesaktian para kesatria dan para dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta dapat berjalan tanpa ditarik oleh kuda, sapi, atau kerbau. Jakarta-Yogyakarta dapat ditempuh dalam tempo satu malam, bahkan dapat kurang dari itu. Dunia rasanya tidak berjarak lagi karena telah dihilangkan dengan adanya jaringan telepon. Kekuatan tidak lagi dimonopoli oleh gajah dan badak, tetapi telah diganti oleh benda-benda kecil buatan manusia yeng memiliki kekuatan yang hebat dan luar biasa. 3) Cara Contoh-contoh Cara ini biasanya digunakan untuk mengembangkan paragraf dengan memberikan contoh-contoh. Artinya, pengembangan paragraf dengan pikiran-pikiran penjelas yang berupa contoh-contoh. Paragraf nomor (18) berikut ini merupakan contoh pengembangan paragraf dengan contoh. (18) Masih berkisar masalah kredit macet, seorang pengamat ekonomi memberikan contoh tentang Kredit Macet Mahasiswa Indonesia (KMI) yang diberikan oleh bank BNI di Indonesia. Kemacetan pembayaran kembali kredit tersebut cenderung disebabkan oleh faktor “ kurang adanya niat” mahasiswa yang bersangkutan untuk membayar kembali kreditnya setelah mereka lulus atau bekerja. Selain itu, ada kecenderungan pula setelah mahasiswa lulus dan bekerja, mereka tidak menginformasikan alamat tempat bekerjanya. Dengan demikian, bank menemui kesulitan untuk menghubungi mahasiswa yang mengambil KMI. Padahal, pemberian KMI itu bertujuan untuk membantu kelancaran studi mahasiwa. Apabila masalah ini benar. Lain kali pihak bank harus lebih selektif dalam pemberian kredir kepada mahasiswa. 4) Cara Sebab-Akibat Dalam pengembangan paragraf dengan cara ini, sebab dapat dipergunakan sebagai pikiran utama/pokok dan akibat sebagai pikiran penjelas atau sebaliknya. Perhatikan contoh paragraf nomor (19) berikut ini. (19) Jalan Kebon Kacang akhir-akhir ini sering macet dan semrawut. Lebih separuh jalan kendaraan tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar pembatas ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan. 5) Cara Definisi Luas Pengembangan paragraf dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengungkapkan definisi luas lebih dahulu kemudian dikembangkan dengan pikiran-pikiran penjelas yang mendukungnya. Namun, dapat pula dilakukan sebaliknya, yaitu penulis lebih dahulu mengungkapkan pikiran-pikiran penjelas kemudian diakhiri dengan definisi luas. (20) Kegiatan menulis sebagai kegiatan terpadu melibatkan berbagai kemampuan, baik yang berkaitan dengan kebahasaan maupun nonkebahasaan. Selain penulis harus dapat memilih topik dan merumuskannya ke dalam judul, ia harus dapat memilih kata, istilah, bentuk kata yang tepat, dan menyusunnya ke
12
dalam kalimat dan paragraf yang baik dan efektif. Bahkan, penulis juga harus menguasai permasalahannya dan konteks pembacanya. Jadi, menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang melibatkan sejumlah komponen kemampuan yang berlainan. 6) Cara Klasifikasi Pengembangan paragraf dengan cara ini biasanya dimulai dengan pengungkapan konsep umum atau pikiran utama dahulu kemudian hal tersebut dikembangkan ke dalam pikiran-pikiran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas tersebit berupa klasifikasi dari konsep umum atau pikiran utamanya. Contoh paragraf nomor (21) berikut ini mencerminkan pengembangan paragraf dengan cara klasifikasi. (21) Dalam tulis-menulis (mengarang) diperlukan berbagai kemampuan, baik yang berkaitan dengan kebahasaan maupun yang berkaitan dengan pengembangan ide/gagasan. Yang tergolong kemampuan kebahasaan, yakni kemampuan menerapkan ejaan, tata tulis, kosakata, istilah, dan penyusunan kalimat yang efektif. Yang tergolong kemampuan mengembangkan ide adalah kemampuan mengembangkan paragraf, kemampuan mengelompokan pokok bahasan dalam urutan yang sistematis dan logis. Semua pengembangan paragraf di atas bertitik tolak dari pikiran pokok atau ide pokok teertentu. Pikiran pokok sebuah paragraf dapat tercermin pada keseluruhan kalimat dalam paragraf, tetapi dapat pula tertuang pada kalimat utamanya. Pikiran pokok yang tercermin pada keseluruhan kalimat dalam paragraf biasanya berupa paragraf deskriptif atau paragraf naratif, sedangkan jika pikiran pokok tercermin pada kalimat utamanya, paragraf yang bersangkutan berupa paragraf deduktif, paragraf induktif, atau paragraf deduktif-induktif. Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Peursen, C. A. Van. 1985. Susunan Ilmu Pengetahuan: Suatu Pengantar Filsafat (Terjemahan). Jakarta: Gramedia. Rifai, M.A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soeparno, dkk. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta: Ekonisia.
Suriasumantri, Yuyun. 2000. Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer. Cetakan ke-13. Jakarta: Sinar Harapan. Waseso, Mulyadi Guntur, dan Saukah, Ali. 2007. Menerbitkan Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
13