DAFTAR PUSTAKA Buku: Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name. New York: Free Press. Aulia, Muhammad. 2010. Belajar Teknologi dengan Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka. Boyd, Danah. 2008. Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. California: University of California. Dewi, Janita Ike. 2005. Perspektif Baru dalam Strategi Branding. Jakarta: Amara Books. Dominick, Joseph R. 2009. The Dynamics of Mass Communication. USA: Mc Graw Hill. Kasali, Rhenald. 2008. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Kotler, Philip and Armstrong, Gary. 1997. Marketing An Introduction Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall International. Kotler, Philip and Keller, Kevin. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi Keduabelas. Jakarta: Indeks. Kotler, Philip. 2002. Marketing Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson Custom Publishing. McNally, David & Speak, Karl D. 2004. Be Your Own Brand. California: BerrettKoehler Publisher, Inc. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Montoya, Peter. 2005. The Brand Called You: The Ultimate Brand-Building and Business Development Handbook to Transform Anyone into an Indispensable Personal Brand. California: Peter Montoya Pub. Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative Research and Evaluation Methods. USA: Sage Publication Inc. Poerwandari, E. Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok:LPSP3. Rampersad, Hubert K. 2008. Authentic Personal Branding. Jakarta: PPM. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. Safko, Lon. 2010. The Social Media Bible: Tactics, Tools & Strategies for Business Success. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Severin, Werner J. and Tankard, James W. 2001. Communication Theories: Origins, Methods and Uses in the Mass Media 5th Edition. Boston: Addison Wesley Longman, Inc. Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Straubhar, J., Larose, R., & Davenport, L. 2012. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Boston: Wadsworth, Cengage Learning. Sugiyono. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, A.B dan Wijanarko, Himawan. 2004. Power Branding: Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: Quantum Bisnis & Manajemen (PT Mizan Publika). Temporal, Paul and Lee, KC. 2002. Hi-Tech Hi-Touch Branding: Creating Brand Power in the Age of Technology (Terjemahan Anastasia). Jakarta: Salemba Empat. Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers.
Lainnya: Anggriyani, Geotina. 2012. Strategi Personal Branding Melalui Blog (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Personal Branding Margareta Astaman Melalui Blg “Have a Sip of Margarita”). Depok: Universitas Indonesia. Collins, Tim. 2009. The Little Book of Twitter: Get Tweetwise!. London: Michael O’Mara Books Limited. Danaher, Peter J and Davis, Robert. 2003. A Comparison of Online and Offline Consumer Brand Loyalty. Marketing Science, 22, 4 (Fall). Grant, August E. and Meadows, Jennifer H. 2004. Communication Technology Update. Michigan: Focal. Maulana, Amalia E. 2010. Brand, Branding dan Peranannya Bagi Perusahaan. Dimuat di Koran Sindo, Selasa 27 April 2010. Maulina, Widyanti. 2012. Pencitraan Diri Selebtwit. Bandung: Universitas Padjajaran. Mayfield, Anthony. 2008. What is Social Media? An E-Book from Anthony Mayfield. New York: iCrossing. Trisnadewi, Julie. 2012. Personal Branding Melalui Media Televisi (Studi Kasus Empat Tokoh Intelektual Sebagai Narasumber di Metro TV). Solo: Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Ariev Rahman Hari/Tanggal : Selasa/8 Juli 2014 1. Bisa jelaskan ga gimana sih lo awalnya bisa masuk ke dunia Twitter ini? Sebenernya awalnya gw masuk Twitter tahun 2009 kalo ga salah. Awalnya cuma iseng lagi bengong di kantor ga ada kerjaan terus disuruh ajarin temen gw yang main Twitter. Trus gw bikin aja di kantor karena kebetulan waktu itu internet kantor masih belum diblokir kan. Makanya gw bikin. Masih belum tau, terus yaudah abis itu main sama temen-temen sendiri terus berkembang sampai akhirnya kenalan sama anak-anak yang main Twitter juga. Oh ternyata ada toh komunitas di Twitter just like komunitas semacam @fiksimini atau komunitas @anjinggombal, dulu tuh ada sekitar tahun 2010-an. Kemudian berkembang disitu. Gw ikut dua-duanya. Terus gw sering submit tulisantulisan pendek tapi bercerita. Gw sering submit terus mulai dikenal karena gw sering di-retweet. Terus gw juga sering di @anjinggombal juga, sering diretweet. Mulai berkembang terus sampai banyak aja yang ngikutin atau follow gw. Udah dari situ mulai sering main Twitter, hampir setiap hari ya, sedangkan yang ngajarin gw main Twitter udah tutup akun sekarang. 2. Lalu sebelum aktif di Twitter sebenarnya lo udah aktif di blog kan? Jadi sebenernya gw bikin Twitter dulu. Setelah Twitter baru dari @fiksimini itu gw bikin blog di Tumblr. Gw kadang-kadang ngerangkum twit yang sama terus masukin di Tumblr. Atau kadang-kadang gw masukin cerpen apa terus gw masukin ke Tumblr. Jadi kayak belajar nulisnya di Tumblr. Jadi Twitter dulu setahun or setengah tahun lalu abis itu gw bikin Tumblr. 3. Tapi kan kebanyakan selebtwit, katakanlah Raditya Dika. Dia kan mulai dari blog dulu, gimana pendapat lo? Ya, ada orang yang emang udah terkenal di blog baru main Twitter. Tapiada juga yang mulai dari Twitter, kayak gw misalnya, dari Twitter dulu, punya beberapa massa, baru gw beralih ke yang lebih gede lagi. Karena kan Twitter microblog, cuma yang pendek-pendek gitu aja kan terus gw pindah ke blog yang lebih bisa nulis panjang. Jadi awalnya dari Tumblr sih. 4. Apa sih tujuan lo main Twitter? Twitter? Tujuan gw tuh awalnya karena gw pengen punya hidup di luar kerjaan sebenarnya. Jadi gw awalnya emang ngomongin kerjaan disitu, tapi
kok lama-lama ga enak ya. Jadi yaudah deh gw pengen jadi orang yang ga dikenal sebagai pekerjaan gw sekarang, jadi gw bikin Twitter. Pengen lari dari rutinitas aja sih, jadi ketika gw nyemplung di Twitter gw punya dunia lain yang ga ada sangkut pautnya sama kerjaan gw. Jadi gw bisa bebas lah disitu. 5. Jadi lo ga ngebahas kerjaan di Twitter? Awalnya sih ngebahas tapi mungkin sedikit, 5% paling. 6. Bagaimana ceritanya sampai sekarang lo bisa disebut selebtwit? Ya mungkin itu tadi, berkembang karena nulis. Karena main komunitas itu kan jadi orang-orang banyak follow nih. Nah, followernya kan jadi ribuan. Katakanlah karena itu orang-orang jadi tau oh ini si Ariev yaa. Ketika followernya udah sekitar 2000 atau 3000an tiba-tiba ada brand yang nawarin “kamu mau ga iklanin produk?” pas tahun 2011 atau tahun 2010-an lah. Dari situ lah datang satu jenis penghasilan baru dari online. Jadi gw semacam kayak punya e-commerce sendiri dari Twitter. 7. Ok, lo sendiri kan udah gabung di Twitter sekitar 4-5 tahunan. Benefit apa aja sih yang udah lo dapet dari Twitter? Gw belajar nulis di Twitter, yang jelas. Dari nulis itu yang ada beberapa benefit sih, seperti gw ada beberapa buku dan gw dapet kerjaan. Karena gw punya banyak followers jadi ada brand masuk buat jadiin channel iklan. Jadi Twitter itu seperti televisi dan gw salah satu channel TVnya, so si brand itu ngiklan di gw. Selain itu juga dapet temen. Jadi gw dapat karya, dapat teman, dapat duit dan mungkin ya itu sih, popularitas. 8. Pernah kepikiran ga sih itu akan jadi main job lo? Gw ga berani mikirin sih karena gw sebenernya ga tau sih akan ada sampai kapan Twitter itu, kalau besok collapse pun ga ada yang tau. Jadi gw ga berani mikirin sih. 9. Sebelum lo nulis di Twitter, apakah lo tau kalau lo punya bakat nulis? Ngga, jadi awalnya dari iseng-iseng aja. Gw percaya itu lebih seperti konsistensi dan menghasilkan progress sih, karena kalau gw baca tulisan gw 2 tahun lalu, gw tuh malu sendiri “koq bisa gw nulis seperti ini”. Malu banget, tapi ya mau gimana kan udah di post dan orang udah pada baca, ga mungkin diedit lagi, kan males ya. Ya jadi lebih seperti progress sih gw rasa. Awalnya gw coba-coba, dari yang pendek-pendek dulu sekitar 150 karakter hingga jadi 1 cerpen.
10. Cerita-cerita itu tentang apa ya? Dulu awalnya nulis fiksi sebenernya, cinta-cintaan gitu sih biasanya. Sekarang gw nulis report kan, jadi agak-agak beda. Yang mau gw tampilkan sebenarnya gw nulis report tapi dengan gaya nulis fiksi atau narasi karena memang gw awalnya dari nulis fiksi kan. 11. Jika kita lihat sekarang, terlihat jelas perbedaan antara Ariev yang dulu dengan yang sekarang karena lo jelas menulis dalam bio lo sebagai travel blogger. Bisa diceritakan bagaimana proses/sejarahnya? Ok, gw sendiri mulai ngeblog travel sekitar tahun 2012 awal, tapi kalau untuk jalan-jalan katakanlah mulai tahun 2011 lah udah mulai suka jalan-jalan. Terus dari dulu kepikiran kalau mau bikin blog sebenarnya pengen blog travel. Selain itu gw juga mikir kalau hanya Twitter aja sebenarnya ga bisa terus lo pegang, that’s why gw mulai nge-branding diri sebagai penulis perjalanan dan gw rasa blog itu lebih abadi kan daripada Twitter karena Twitter kan bisa aja orang mulai bosen, tapi orang yang nyari cerita tentang perjalanan pasti ada, buktinya buku-buku tentang travel pasti laku koq. Dari situ gw nge-branding diri untuk nulis perjalanan sebenarnya. 12. Berarti memang lo milih untuk membranding diri lo seperti itu? Antara milih atau given ya, tiba-tiba aja gw sering jalan, gw punya blog travel, dan sekarang gw konsisten di blog, nulis di situ terus. Jadinya lama-lama orang akan tau oh itu si Ariev yang traveler itu atau si Ariev yang nulis cerita travel. Gw sekarang udah ga nulis fiksi lagi, walaupun ada pun sedikit dan gak sering, 1:10 lah sama nulis travel. Jadi mulai beralih nih dari fiksi ke traveling, entah kenapa ya tapi gw ngerasa nyaman aja. 13. Ada alasan khusus kenapa sebagai traveler? Dulu gw pernah bikin buku kumpulan komedi-komedi gitu tapi lama-lama gw sadar kalau ini ga umur gw, bukan umur gw banget nulis seperti ini. Jadi kadang-kadang gw malu juga kan. Seiring dengan pertambahan umur gw juga pengen kelihatan lebih dewasa kan, jadi kalo nulis cinta-cintaan kayaknya kurang gimana gitu, kurang laki aja. Kalau ditanya kenapa bukan romance, karena gw sekarang lebih nyaman aja sih. Dulu sih nulis romance, tapi setelah nulis travel kita kan harus milih mau nekunin yang mana sebenarnya. Nah kalo cinta gw mikirnya ya gitu-gitu aja sih, paling jatuh cinta, putus, selingkuh, yaudah gitu aja, paling lo ganti alurnya. Beda sama travel kan, ketika lo traveling lo akan punya cerita baru. Sedangkan kalau untuk romance gw masih belum kepikiran untuk gmn caranya nemuin cerita baru setiap let’s
say seminggu satu cerita. Kalo travel kan bisa aja satu kali ngetrip, misalnya 3 hari gw bisa dapet 5 cerita. 14. So, do you travel for writing or do you write for traveling? Dua-duanya, karena itu sebenarnya siklus sih. Intinya kalo lo dah mau konsisten di bidang travel writing, lo bakalan travel for writing. Endingnya kalo lo dibayar kan jadinya lo akan writing for travel. Sebenarnya itu seperti cycle sih. Tapi awalnya gw mulai aktif tuh di tahun 2011, waktu itu ke Thailand 10 hari. Tahun 2010 itu gw travel cuma satu kali. Tahun 2011 lumayan banyak, sekitar 5 kali. Tahun 2012 gw 8 kali. Gw malah pernah sebulan 3x ke luar negeri karena ada yang menang kuis dan memang dulu masih murah. Terus lama-lama setelah gw nulis, hampir setahun, ada yang nawarin buat jalan-jalan gratis tapi gw harus nulis. Kadang-kadang gw masukin tulisan ke blog competition juga. Gw menang jalan-jalan gratis, handphone gratis, dll. 15. Jadi mulai kapan ya lo mulai ngebrand diri lo sebagai travel blogger? Kalau mulai sejak 2012 awal, gw mulai 2013 akhir sih. Jadi gw dah mulai settle dan mulai nemu gaya nulis yang enak, udah tau pasarnya, trus gw mulai beli logo, domain, template buat blog, kartu nama. Jadi emang gw niatin mulai 2013 harus serius dan gw ga bisa main-main lagi disini karena gw ngerasa penghasilan gw ga sebanyak itu, apalagi untuk hidup di Jakarta tuh penghasilan gw masih kurang banget. Jadi paling tidak gw harus ada kerjaan lain dan gw juga mikir kenapa ga gw seriusin yang ini. Ya gitu sih. Dulu gw sebelum nulis gw sering minus sih kondisi keuangan, ya sebelum kenal Twitter lah. Kalau sekarang udah lumayan, ya Alhamdulillah ada aja sih. 16. Followers bagi lo itu apa sih? Sebenarnya gw ga liat followers sih ya, kadang-kadang gw liat followers gw segini, tapi gw anggapnya ya teman-teman aja sih, orang yang ikut aja. Sebenarnya gw nganggepnya kayak yang supporting aja sih karena tanpa mereka gw bukan siapa-siapa, hanya orang biasa aja yang hanya pekerja kantoran dan ga ada yang tau kalau gw punya yang lain. 17. Bagaimana cara lo menjaga hubungan dengan followers? Ya sebisa mungkin gw bales semua sih. Cuma kadang kalo nge-reply itu kan ada yang nanya, ada juga yang biasa aja nanggepin, atau yang nyindir-nyindir. Nah yang kayak gitu biasanya ga gw bales sih. Tapi kalau dia bertanya dan serius nanya pasti gw bales.
18. Tadi lo dah jelasin hal-hal positif yang lo dapat, nah sekarang kalo halhal negatifnya gmn? Negatifnya adalah waktu gw abis di situ. Let’s say porsi waktu untuk kerjaan jadi sedikit berkurang tapi ga banyak sih karena Twitter kan tidak mengharuskan lo untuk terikat setiap jam, kecuali lo admin. Gw sendiri menyadari kalau itu menyita waktu di kantor walaupun ga banyak. Terus waktu untuk pacar atau keluarga, sering dicomplaint main hp terus sih. Kalau haters, Twitter kan corong jadi kalau lo salah ngomong aja lo bisa dibully. Gw pernah sih dikata-katain gitu. Kadang ga gw tanggapin, tapi kadang gw block. Pernah juga hilang teman gara-gara Twitter. Lebih tepatnya teman yang dari komunitas sih. Itulah kenapa sebabnya gw ga mau ikut komunitas lagi sih, komunitas tuh terlalu banyak drama. Jadi kalo lo terlalu attached sama seseorang dan nantinya lo ga bisa pleased semuanya itu bakal jadi beban buat lo dan lo bisa dikeroyok. Gw juga dulu sempat jadi public enemy gitu lah karena ada yang bertikai. Makanya sekarang gw sendiri aja deh, ga usah pake komunitas-komunitas. Gw sebenernya lebih takut sama terikatnya aja sih, gw sadar kalau waktu gw ga banyak sekarang, jadi kalau untuk ngurusin komunitas jd ga punya banyak waktu. 19. Bisa dijelasin ga komunitas itu secara detail seperti apa? Komunitas itu awalnya dari hobby yang sama, terus lo harus ikutin rulesnya, pokoknya ribet deh, apalagi kalau orangnya udah banyak banget. Gw mendingan ga ikut komunitas tapi punya lebih banyak temen aja, ga ada yang ngikat. 20. Terus kenapa lo ga mau disebut selebtwit? Beban sih. Gw ngerasa kalau gw ga capable buat itu. 21. Bagaimana definisi selebtwit menurut lo? Selebtwit itu kan stands for selebriti Twitter kan, jadi menurut gw adalah orang yang dikenal di Twitter sih. Kalo ga ada Twitter lo ga akan tau orang itu. Misalnya lo ketemu orang di jalan, katakanlah dia itu selebtwit, lo ga bakal tau orang itu selebtwit kalo lo ga punya Twitter. Jadi menurut gw adalah orang yang dikenal gara-gara Twitter. 22. Apa ada kriteria khusus? Ga ada kriteria khusus sih, menurut gw sepanjang lo kenal orang itu gara-gara Twitter dan orang itu mempunyai orang-orang yang sama kaya lo atau istilahnya orang yang ikut/follow atau orang yang punya ketertarikan yang sama kaya orang itu, ya orang itu selebtwit. Ada sesuatu dari orang itu yang
membuat orang lain jadi ikutin/follow, tapi dari Twitter ya, ya itu gw anggap sebagai selebtwit, menurut gw. Kalau gw sendiri lebih suka dianggap penulis travel sih, karena menurut gw kalo penulis travel itu setara dengan orang lain. Ketika lo ngomong lo adalah seleb berarti kan lo udah diatasnya. 23. Lo sendiri mengganggap diri lo sebagai travel blogger atau writer. Bagaimana sih prosesnya sampai lo bisa menciptakan karakter tersebut? Jadi mulai 2012 gw mulai bikin blog, terus yaudah gw isi aja seminggu sekali. Lama-lama kan lo udah punya beberapa postingan, lo dah punya blog, dan nulis tentang jalan kan itu pasti travel blog kan. Terus gw mulai nulis dan masukin cerita ke buku-buku travel. Itu sekitar 2013 kan masuk ke Destinasean. 24. Kalau untuk award gitu? Ada Skyscanner di tahun 2014, jadi ada award dari Skyscanner semacam Wego. Jadi website untuk meng-compare harga pesawat, kayak Expedia. Dari puluhan blog terus dipilih 10 dan dipilih lagi oleh juri. Alhamdulillah sih kemarin itu dapat juara 1. Tapi gw ga tau sih itu apakah sudah mencakup semua blog atau yang daftar aja. 25. Bagaimana cara lo untuk memaintain sebutan sebagai travel blogger itu? Untuk memaintain yang penting konsistensi aja sih, nulis seminggu minimal sekali tentang travel walaupun gw ga traveling tapi kan gw masih punya banyak stok cerita, jadi harus pinter-pinter aja. Ada temen gw yang ketika dia ga jalan, dia bingung mau nulis apa. Makanya gw selalu nyaranin kalo lo nulis travel jangan perhari, jangan juga ketika lo abis travel kemana gitu terus jadi post panjang gitu, mendingan per-scene. Biar pembaca ga bosen. Soalnya ada kan yang ketika dia ke Korea 5 hari maka 5 postingan berikutnya adalah tentang Korea. Abis itu kan udah, dia ga travel terus dia bingung lagi. Kalo gw sih selang-seling aja sih. 26. Apakah lo menjadi diri sendiri ketika lo main Twitter? Apa yang pengen gw tulis ya gw tulis, ga ada pencitraan, tapi yang jelas lebih bebas aja sih, karena bahasa tulisan sama bahasa lisan kan beda. Kalo orang tau gw pasti akan bilang kalo gw sama kaya aslinya. Beberapa followers gw tau siapa gw, kerja dimana, karena gw sering cerita.
Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Ariev Rahman Hari/Tanggal : Sabtu/12 Juli 2014 1. Menurut lo personal branding itu apa? Menurut gw personal branding adalah how to sell yourself. Kalau di Twitter mungkin bisa dibilang bagaimana cara orang lain menilai lo dan sebagai apa sih. 2. Lalu branding yang seperti apa yang lo coba bentuk sekarang ini? Sejalan sama blog, yaitu sebagai orang yang suka jalan-jalan dan suka nulis, mungkin juga dianggap agak lucu atau garing. Ya mungkin ada orang yang menilai gw sayang nyokap sih. Tapi intinya gw menggambarkan kalau ada orang nanya “Ariev yang mana?” “Ariev yang traveler” itu berarti gw. 3. Apakah lo merasa kalau lo udah berhasil membentuk personal brand yang lo mau itu? Kalau sekarang sih masih on my way kesana tapi gw rasa sedikit-sedikit orang udah tau. 4. Apa lo selalu nulis tentang traveling di Twitter? Kalau di Twitter sendiri sih nggak, biasanya malah nulis tentang daily life atau current issues, tapi ga semua hal gw tweet. Ketika gw lagi traveling, gw akan nulis tentang travel sih dan juga upload foto di Instagram dan sebagainya. 5. Jadi bisa dibilang kalau media pembentukan personal brand lo itu ga hanya Twitter ya, bisa disebutin yang lain? Saat ini gw nulis di Twitter, itu pasti. Lalu di blog juga. Mungkin Twitter lebih kepada sarana promosi tulisan gw yang ada di blog, jadi gw promo di Twitter. Terus untuk sharing gw pakai Instagram buat foto, ada juga G+ tapi belum terlalu aktif. Youtube juga ada walaupun ga bikin channel, jadi lebih ke ngeshoot gambar-gambar pas travel aja sih, belum diseriusin banget. Ada Facebook Page juga buat blog yang baru mulai 3-4 bulan belakangan ini, likenya juga baru sekitar 300-400an sih. 6. Di Twitter sendiri, kalau harus compare, bisa lo hitung ga seberapa banyak tweet tentang traveling dibandingkan tweet lainnya seperti tentang daily life or current issues? Kalau persentase sih ga tau pastinya ya, tapi hampir tiap hari gw ngetweet tentang travel dan kebanyakan orang nanya tentang travel sih. Kalau lagi jalan
sih 80% gw nulis tentang travel, tp sebaliknya kalau gw lagi ga jalan justru 80% gw nulis tentang yang lain dan 20% travel tapi hanya sekedar naikin postingan atau nanggepin orang yang sedang jalan-jalan atau nanya tentang jalan-jalan. 7. Jadi apakah lo udah merasa berhasil membentuk personal brand lo? Ya kalo gw sih merasa udah berhasil ya membentuk personal brand yang gw mau karena orang-orang udah pada tau gw siapa seperti yang gw inginkan sih. 8. Kalau untuk followers sendiri, apakah mereka memang follow lo as a traveler? Kurang lebih sih gitu karena gw liat di bio nya kebanyakan memang yang suka travel. Kalo dulu mungkin orang follow karena gw suka ngetweet jokes gitu atau mungkin tweet yang cinta-cintaan. Kalau sekarang mungkin orang lebih follow karena gw travel aja sih. 9. Sebagai seorang endorser, bisa disebutin ga produk-produk apa aja yang sering lo endorse? Yang sering itu operator telepon, terus kalau elektronik biasanya handphone. Kalau dikasih barang gw pernah dikasih handphone, kamera, laptop, sampe solar lantern juga pernah. Tapi kalau yang dibayar buat promote sih mulai dari kaos, tas, elektronik semacam handphone dan TV. 10. Kira-kira kenapa mereka endorse lo? Karena followers lo yang banyak atau karena personal brand lo as a traveler? Sebenarnya both sih, klien itu biasanya nyari yang memang followersnya banyak. Buat apa dia endorse kalau jualannya ga ada yang dengerin. Jadi biasanya kalau di Twitter tuh lihat followernya dulu baru konten. Kadang ada juga yang nyuruh promote travel related sih karena personalnya gw sebagai traveler. Di luar itu sih biasanya karena follower. 11. Bisa tolong jelasin ga tentang yang travel related itu? Kalo travel related itu bisa ngajak jalan, walaupun belum banyak juga yang ngajak jalan. Akhir-akhir ini sih kebanyakan yang bikin kuis dan hadiahnya traveling. Nah mereka minta tolong gw untuk promote kuisnya itu. Kalau produk traveling paling kamera. Jadi gw disuruh ngeblog dan ngetweet tentang kamera. Selain itu paling handphone buat travel.
Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Ariev Rahman (1) dan Chyntia (2) Hari/Tanggal : Sabtu/12 Juli 2014 1. Sebagai seorang follower dari @arievrahman, bagaimana lo melihat dia? Apakah lo udah melihat seorang @arievrahman sebagai seorang travel writer or blogger? First impression gw pas gw lihat pertama itu kesannya tuh koplak. Jadi malah gw tuh ga liat dia dari sisi yang travelnya itu. Tapi ketika dia lagi ngeblog travel kan biasanya dia link ke Twitter kan, nah itu emang mencoba mempromosikan blognya dia dari twit itu. Di samping itu dia tuh orangnya juga up to date, jadi tergantung beritanya tuh lagi berita apa, terus dia masuk ke situ. Jadi gw lebih ngeliat dia lebih ke humoris sih. 2. Jadi lo sendiri menilai personal brandnya belum terlalu kuat? Kalo melihat dia sebagai travel, gw lebih liat dia di blognya. Kecuali kalau dia lagi jadi buzzer ya, ya keliatan. Tapi biasanya gw lebih liat dia ke kocaknya sih. 3. Udah berapa lama sih lo follow dia? Lupa, sepertinya belum lama deh. 4. Apa aja sih yang lo tau tentang Ariev dan apa yang menarik dari diri dia sampe lo mau follow? Gw akan coba jelasin dia dari sisi blognya dia yaa. Kalau dari blognya kan alirannya travel tuh. Kalau dari cara penulisan dia dan cara dia berkomunikasi dengan orang-orang, gw bilang dia konsisten dengan gaya tulisan dia yang suka menyisipkan rumor-rumor di tulisannya. Itu yang bikin tulisannya hidup sih menurut gw. Selain humor itu, dia juga orangnya cukup up to date, dia suka menyisipkan hal-hal yang kadang-kadang tuh kita ga kepikiran, seperti misalnya nih dia lagi travel ke mana gitu terus tiba-tiba masuklah tuh si Marshanda yang lagi berkasus sama Ben gara-gara mau cerai itu kan. Ariev tuh rada bokep, tapi normal sih. Kalau secara personalnya dia sih emang dia itu baik dan ga enakan. Jadi siapapun yang mau curhat ma dia gw rasa akan ditampung sama dia walau harus sabar karena kan dia eksis yah, megang handphone mulu. 5. Tadi yang lo sebutin itu kan lebih ke blognya ya, kalau di Twitter sendiri gimana?
Aduh, sebenarnya gw juga jarang banget ya ngikutin atau baca timeline di Twitter tapi biasanya gw suka stalking-in dia. Kalau misalnya gw lagi stalking dia, kesan pertamanya ya dia orangnya up-to-date sih. Maksud gw ya ngikutin perkembangan aja, lagi berita apa dan dia berita apa, cuma dia emang selalu menyisipkan humorisnya dia. Kalau dari ngetwit travel gw malah jarang baca. Karena biasanya gw baca twitnya dia tentang travel itu ngelink sama blognya, jadi bacanya ke blog. Dia orangnya cukup sabar untuk menjawab pertanyaanpertanyaan orang yang nanya tentang travel dan itu juga biasanya sama di link ke blog. Misalnya ada orang nanya “eh gw mau ke Jepang, gimana ya cara ngurus visanya?” Nah dia mau bales dengan ngasih link pengalaman dia waktu mau ke Jepang ngurus visanya gimana. Itu sih menurut gw. 6. Untuk Ariev sendiri, harapan lo ke depan gimana dari Twitter? Harapannya, sebenarnya gw ga berharap banyak sih, yang penting 5 tahun ini masih ada Twitter gw Inshaa Allah masih hidup sih, buat cicilan apartment. Gw kayanya butuh setahun lagi sih buat ngebangun blog gw. Gw pengennya kalau orang Indonesia nanya blog travel ke gw. Pengennya gitu sih. Karena kalau dibandingkan dengan blog lain gw lebih jual cerita sih, walaupun kadang-kadang panjang dan membosankan. Jadi kalau orang nanya apa yang gw jual di blog ya gw jual cerita. Dari namanya sendiri kan udah jelas cerita, jadi ya gw jual cerita. Menurut gw gitu. 7. Jadi yang gw tangkap gini ya, lo itu lebih membentuk personal brand lo sebagai travel blogger, ga di Twitter? Ya di Twitter iya. Tapi gini loh. Gw sendiri kan baru serius di blogging kan akhir tahun lalu kan sebenarnya. Nah disitu sih gw baru mau membangun citra sih sebenarnya, mau jadi apa sih. Karena yang tadi gw bilang, Twitter mungkin ga lama umurnya, kalau blog itu kan lebih abadi, lebih lama umurnya. Makanya gw mau ngebangun citra di blog itu sebagai apa tapi perlahan ngebangunnya di Twitter. Saling berkesinambungan aja. 8. Kalau misalnya kita ngomongin Jerry Aurum, mostly isi tweetnya dia tentang fotografi, makanya kita bisa mengandalkan account Twitternya kalau lagi ngomongin fotografi. Kalau lo sendiri belum semua tentang travel kan? Bagaimana pendapat lo tentang ini? Ya kalau tentang travel aja sih lebih ke blog sih, kalau Twitter lebih ke daily life, current issues. Jadi sebenarnya gw lebih ingin dikenal sebagai orang yang tau apa isu-isu terkini sih, tidak hanya stick di satu jenis yaitu travel aja walaupun emang jualan utamanya sih travel tapi diselingin sama yang lain. Karena balik lagi ke bisnis ya, kalau gw mau dapet brand di Twitter, paling ga
gw harus ngetwit yang banyak karena ga mungkin dong kalau gw tiba2 ngetwit iklan. Kan untuk dapat banyak twit ga mungkin gw ngetwit tentang travel aja. Kalau cuma tentang travel aja mungkin gw udah kehabisan konten dari kapan tau.
Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Marischka Prudence Hari/Tanggal : Jumat/18 Juli 2014 1. Bisa dijelasin ga gimana awal karir lo sampai sekarang aktif di blog, di Twitter, dan jadi travel blogger? Jadi start awal sebenarnya gw selalu bilang kalau semua itu ga direncanakan karena gw dulu kuliah seni rupa itu karena seneng gambar terus pas abis lulus ada teman ngajakin casting karena Metro bikin opening di beberapa kota termasuk di Bandung. Jadi yang banci kamera ikut semua. Rame-rame ikut daftar tanpa background jurnalis sama sekali, terus waktu itu yang dapat gw untuk posisi reporter. Mungkin gw lebih tipe orangnya yaudahlah cobain aja, kayaknya seru, akhirnya yaudah masuk situ cobain. Abis itu sempat di news lama, sekitar 3 tahun, tapi selama di news itu gw sempat beberapa kali dipinjam untuk program travel, sampai akhirnya bisa full di travel tuh di tahun ke-4, jadi reporter dan hostnya juga, dan terakhir jadi producernya juga, ikut di produksi. Ketika nyemplung di travel itu mulai senang nulis, dan kalau traveling itu pasti menikmati sih yah, apalagi tadinya dari news pastinya gw seneng banget bisa jalan-jalan, ketemu orang dan segala macam. Selain itu ternyata sharing berbaginya juga menyenangkan ya. Jadi gw main Twitter itu udah dari jaman gw di news, jadi kalau gw hubungin ke branding diri gitu gw udah loncat beberapa kali. Dari reporter yang biasanya ngomongin berita dan dulu pun konten twit gw kebanyakan tentang itu pastinya karena liputan di DPR, di KPK, dll jadi obrolan sehari-hari juga, jadinya suka ngetwit tentang itu. Akhirnya pindah ke program travel kan, tapi masih di TV juga. Nah itu masih transisi, tadinya news terus kan pelan-pelan jadi travel. Dan gw ngeliat sih waktu itu, gw ga tau kenapa tapi buat gw cenderung mudah ya, walaupun bagi orang yang tau gw di news masih ada sebagian yang menganggap Pru tuh news atau reporter, tapi kalau gw lihat sih tahapnya ngga susah. Kan kadang ada orang yang karakternya sudah jadi A di film apa dan dia akan susah melepaskan itu kan, kalau gw sih ngerasanya mungkin dibantu dengan Twitter juga ya jadi perpindahan dari satu ke yang lain sampai akhirnya di program travel, host travel, sampai pindah ke blog dan full di travel bisa dilakukan dengan dibantu social media juga. Sampai akhirnya sekarang gw berani nulis travel blogger sebagai yang utama dan kalau dibilang branding ya itu memang brand no 1 yang ingin gw tonjolkan dari diri gw. Kalau ada orang yang nanya gw apa, gw akan selalu jawab travel blogger karena gw ingin dilihat dari apa yang gw jalanin sekarang. Untungnya sih sebagian besar menerima itu, walaupun sebagian lagi masih menanyakan apa sih travel
blogger itu. Blogger itu sendiri sebenarnya bukan pekerjaan yang fix tapi sudah lebih diterima dan sudah mulai melekat juga. 2. Bagaimana ceritanya sampai akhirnya lo suka travel? Emang udah suka atau gara-gara jadi host? Sebenarnya karena pekerjaan sih. Dulu itu gw bukan orang yang suka traveling, mungkin karena keluarga biasanya juga jalan family lah, seperti ke Taman Safari or Anyer. Jadi si papa mama memang dulu pas muda suka jalanjalan, kalau gw liat dari fotonya banyak jalan-jalan. Tapi memang pada saat mereka punya keluarga, ya mungkin kan budgetnya juga beda ya, jadi kita jalan pun cenderung jalan ke Dufan dan Taman Safari itu tadi bukan jalan yang jauh. Jadi benar-benar gw traveling itu setelah kerjaan. Kalau gw bilang traveling, sebagai reporter juga traveling sih karena kan pergi dari satu tempat ke tempat lain tapi lebih ngurusin berita. Misalnya kalau pergi ke Padang mau ngeliput apa, itu yang akan kita liput dan didalami, sedangkan pada saat di program travel dan pergi ke Padang terus lebih ke cari tahu dan mengunjungi di Padang ada apa aja, tempat OK, makanan. Jadi si experiencenya pasti akan mencari berbagai titik dan gw melihatnya jadi yang kayak gw pas jadi reporter hard news ternyata gw sadar kalau gw orang yang fine-fine aja pergi kemana-mana, tidur dimana aja, ngelapak dimana aja ternyata ga masalah. Dan itu gw baru tahu setelah gw jadi reporter. Dan itu adalah salah satu yang mendukung banget untuk jadi traveler karena kadang-kadang orang punya preferensi masing-masing. Kadang ada orang yang kalau tempatnya ga nyaman maka akan susah tidur. Nah gw kebetulan orangnya bisa dimana aja, makan juga ga ribet. Dan gw menyadari kalau gw suka traveling ya setelah di program itu. Jadi kalau tiap kali gw pergi tuh berasa kayak gw dikasih narkoba yang dosisnya terus-terusan dan gw udah sampai titik dimana gw ga mau stop. Kalau kerja kantoran mungkin dosisnya satu tahun cuma 2x, sementara gw kaya yang diinjeksi terus sampai di titik yang benar-benar nagih. Apalagi kalau gw ada di daerah yang antah berantah, misalnya di pedalaman hutan di Kalimantan, yang gw rasakan adalah sangat senang. Atau mungkin yang kemarin kita di Misool, itu kaya yang “Oh My God, gw bisa ada disini, gila keren banget”. Feeling yang seperti itu benar-benar boosting terus dan gw ngerasa tiap kali gw pergi gw pengen lagi dan lagi dan sampai akhirnya gw merasa bahwa ini adalah pekerjaan yang ingin gw lakukan terus selama gw masih bisa. Dan waktu itu juga udah mulai sharing, mulai bikin blog juga tapi masih belum bisa diisi rutin karena kerjaan. Akhirnya gw berpikir kalau ini ga bisa dua hati gini, harus salah satu dilepas, dan gw ingin di travel dan punya blog yang bagus. Waktu itu referensi gw adalah blog-blog luar milik orang asing, tapi bukan blog travel, malah fashion blog yang jadi referensi gw.
Orang-orang tersebut punya blog tapi blognya itu diperlakukan dengan sangat professional. Kalau blogger luar kan biasanya gitu ya, foto-fotonya sangat bagus, kontennya bener-bener rutin diisi seakan-akan, bukan seakan-akan sih, tapi itu emang kerjaan dia dan dia survive dari itu. Terus gw pengen nyoba itu. Karena pada saat itu gw udah punya tabungan jadi gw berani memutuskan untuk keluar dan mencoba untuk kerja sendiri. Pas udah keluar mungkin orang bilang kalau itu udah jalan lo maka semuanya akan lancar. Ketika gw keluar gw pun merasakan ada banyak pekerjaan berat di belakangnya, selain bersenang-senang dengan traveling. Tapi gw rasa kalau dari segi peluang itu sangat mulus sampai akhirnya berada pada titik blogging itu. 3. Kalau kita ngomongin personal brand, apa sih personal brand menurut lo itu? Personal brand sama aja kaya brand. Walaupun kita bukan artis atau orang popular, tapi semua orang di jaman sosial media gini pasti membrandkan dirinya sendiri secara sadar dan ga sadar, even sebelum social media kalau gw liat sih seperti itu juga ya, kaya misalnya ada anak yang pinter dan dia merasa itu potensi dia maka dia akan tunjukin itu, entah ke guru, teman, atau orang tua. Nah sekarang juga. Gw ngerasa sekarang ini jaman seperti pintu yang terbuka, jadi tadinya tuh kita ada di kotak yang cuma satu kelas yang isinya 20 orang, tiba-tiba tuh sekarang jadi kaca yang semua orang bisa ngeliat kita. Jadi gw rasa itu gimana kita menunjukan diri kita ke orang-orang, ya branding, kita membuat kemasan kita seperti apa. Makanya kadang orang bisa beda banget ya, berarti itu orang udah punya persepsi dan berarti dia udah sukses punya personal brand walaupun mungkin dalamnya dia ga seperti itu. Jadi ya gimana kita mau ngebungkus diri kita kemasannya dilihat orang seperti apa sih. 4. Bagaimana peranan Twitter dalam membentuk personal brand lo? Sangat berperan sih ya gw rasa, entah dari perpindahan brand gw sebagai reporter ke host travel sampai sekarang ke blogger, nah itu sangat membantu. Orang jadi bisa tau day by day yang kita lakukan terus gw juga bisa sharing blog gw apa, kalau ada orang nanya gw bisa langsung jawab, jadi itu ngebantu banget. Bayangkan kalau kita harus email sekian ribu orang. Kalau ini kan dengan satu posting bisa banyak orang yang liat, walaupun kalau followernya ada 100rb belum tentu yang ngeliat juga 100rb kan, tapi itu juga cara yang seakan-akan kita punya Toa setiap saat dimana ada orang lalu lalang dan orang bisa lewat terus tapi sambil dengerin. Jadi gw rasa sih Twitter sampai sekarang sih ngebantu banget, ga cuma buat gw tapi kayanya buat semua orang apalagi kalau pekerjaannya di semua sisi yang butuh publikasi, nah
Twittter ini membantu banget. Intinya kan gw seperti media juga ya, tapi pribadi, jadi ya butuh publikasi. Twitter itu sangat membantu nge-blast publikasinya. Tidak hanya di Twitter tapi juga di media lain, walaupun sampai sekarang yang paling efektif disini sih Twitter ya. 5. Kalau kita ngomongin follower, butuh berapa lama sih untuk dapat follower sebanyak itu dan di titik yang mana akhirnya lo dapat follower sebanyak itu? Apakah dulu pas jadi reporter ternyata ga sebanyak itu atau mungkin memang udah banyak dari awalnya? Gw termasuk orang yang awal-awal bikin Twitter, jaman Twitter tuh masih sepi. Gw inget waktu itu pertama kali bikin Twitter gara-gara orang kantor. Jadi ada teman gw nyuruh bikin Twitter karena katanya seru. Terus akhirnya bikin dan itu ketika gw masih jadi reporter di hard news. Yang punya Twitter di kantor even ga sampai 10 orang, bayangin! Jadi itu kaya tempat kita ngegosip. Walaupun kita ngegosip tentang orang kantor kita bisa nulis nama disitu saking sepinya. Dari situ sebenernya gw ga bisa ngetrack sih sampai kapan terus akhirnya gw mulai ketemu yang lucu dan follow-followan. Kalau gw perhatiin, orang-orang yang memang banyak followernya sekarang itu, seperti Alex, ya mereka memang dari awal. Jadi memang dulu itu ada beberapa orang yang sangat seru dengan caranya masing-masing. Si Alex tuh karena emang dia penulis kan dia cerita apa aja jadinya seru. Terus si … itu sangat keras tentang politik. Jadi ada beberapa orang tertentu yang memang udah punya karakter masing-masing pada saat itu, walaupun followernya juga masih dikit yaa, 1000 itu rasanya udah banyak banget. Kayanya mulai ningkatnya bareng-bareng deh, mulai banyak dan banyak. Dari situ tuh orang mulai mainan hash tag, nah biasanya kan orang mulai nyari yaa hash tag itu, terus retweet. Nah karena reporter juga kali ya, kita banyak nunggu, kena macet dijalan, jadi akhirnya suka ngetweet lucu-lucuan. Dulu gw sangat spontan dalam ngetwit sih dan twitnya tuh gila. Kalau sekarang kan udah lebih landai, udah lebih jarang ngetwit juga. Terus dulu kan ada Follow Friday, tiba-tiba ga berasa udah 3rb. Itu tuh udah banyak banget. Gw inget dulu jamannya Joko Anwar pernah bikin nazar kalo followernya lebih dari sekian orang dia mau lari telanjang keliling Circle-K. Terus bener-bener signifikan itu, gw ga tau kenapa tiba-tiba follower gw makin banyak banget, dan ternyata gw dikasih tau orang kalau gw ada di suggestion account Twitter. Jadi masuk dan dibarengin sama artis-artis gitu dan presenter juga, kaya Najwa Shihab, dll. Gw pikir dari situ makanya follower gw jadi nambah secara signifikan.
6. Bagaimana manfaat Twitter bagi lo? Banyak banget. Mungkin gw adalah salah satu orang yang dapat banyak banget berkah dari Twitter ya. Mulai dari nge-buzz, terus personal branding, terus promosiin blog juga. Tapi yang gw seneng adalah sebagian pembaca blog gw tidak tau Twitter gw. Jadi itu lumayan agak lebih menyenangkan pada saat orang ngebaca blog lo tapi mereka ga tau lo siapa. Ada kesenangan dan kebanggaan tersendirilah ya kalau gitu. Tapi Twitter sendiri juga sangat ngebantu. Kalau gw punya konten baru yang menarik, gw bisa share dulu foto-fotonya di Twitter, kasih teaser, terus bilang kalau mau liat info lengkapnya ya tinggal ke blog, jadi dragging orang ke sana. Itu sangat membantu banget ya. Waktu dulu gw di news tuh biasanya kejadian apa yang baru atau untuk nyari narasumber yang sulit dihubungi, terus dia ngetweet, yaudah langsung tanya aja di Twitternya. Terus kadang-kandang juga kita ga punya no telpnya atau kontak lainnya, tapi ternyata di Twitter ada, yaudah bisa tanya disitu. Atau misalnya kita bisa tahu pandangan tertentu tokoh-tokoh politik dari tweetnya, walaupun kita ga bisa ngambil langsung dari situ karena kita TV berita tapi kita bisa tahu pandangannya dan bisa ambil untuk statement dari situ. Bisa jadi statement resmi juga kan kaya Malaysia Airlines itu kan kemarin dipake. Terus buat gw banyak banget sih manfaatnya, dapet info dan segala macem. Kalau sampai ada kejadian apa tuh gw cek ah di Twitter, misalnya gw lagi di tengah macet nih, ada apaan sih nih, gw akan cek dan biasanya keluar infonya. Gw sih sebagai salah satu anak yang lumayan apa ya, jadi gw bangun liatnya handphone, tidur juga liat handphone dulu, jadi Twitter tuh salah satu yang penting banget. Tapi sekarang intensitas ngetwit gw udah berkurang. Kalo dulu sering bangeeeet, kalo sekarang tuh kadangkadang bisa seharian gw ga ngetwit apa-apa. 7. Kalau di Twitter sendiri sekarang ini sejak lo ngebentuk personal brand sebagai traveler, konten apa yang paling sering lo tulis? Apakah secara keseluruhan tentang traveling atau tetap yang suka-suka gw? Gw tetap lumayan suka-suka gw juga sih, tapi pastinya ada kebebasan yang dulu jaman Twitter masih sedikit gitu ya, misalnya pas follower gw masih 3ribu gitu ya rasanya enak banget kalo lagi marah atau lagi apa. Dan biasanya karena followernya dikit mereka udah tau karakter kita lah pada intinya. Kalau kita maki-maki kan kadang kita emang ga tujuan kaya gitu, kita cuma marah dan kita ingin melampiaskan. Kalau sekarang tuh rada sulit karena kita ngomong apa aja bisa jadi salah dan urusannya jadi panjang. Jadi sekarang jokesnya lebih nyantai aja ga kaya dulu yang curhat, kesel, dan segala macem. Sekarang mungkin gw lebih jaga itu. Bukan karena mau menutupi sih tapi kayanya gw rasa hal negative udah ga perlu dispill disitu deh karena mungkin
efeknya akan ke banyak orang. Tapi kadang kalo kesel sedikit OK lah, tapi jangan terlalu berlarut-larut. Kadang kan ada orang yang bilang kalau lagi kesel bgt jangan ngetwit. Ada juga orang yang pernah dipecat gara-gara ngetwit. Itu yang gw lakukan juga. Hanya kalau untuk konten lain sih biasa, mungkin karena sekarang banyaknya traveling jadi banyaknya konten travel. Kalau kita kemana kan pasti pengen sharing, gw akan sharing foto-fotonya ataupun ceritanya. Lain-lainnya sih masih biasa, banyak juga hal-hal ga penting yang gw twit juga. Tiba-tiba suka kepikiran apa yang lucu terus gw twit atau kadang-kadang tiba-tiba di otak muncul apa terus ngetwit, random thought aja. 8. Selain Twitter, media lain apa lagi yang lo pakai untuk membentuk personal brand itu? Yang sekarang gw sangat aktif sih Twitter sama Instagram, mungkin karena travel, Instagram kan foto aja ya. Jadi lebih bisa masuk kesitu juga. Tapi gw juga masih memanage sosial media yang lain sih seperti Facebook, walaupun cuma bener-bener upload doang, ga liat message atau lainnya, bener-bener posting aja. Terus ada juga Google+ yang ternyata aktif juga loh, orangorangnya tuh banyak. Sampe gw kaget karena gw dulu pernah bikin tapi ga gw apa-apain terus tiba-tiba koq banyak. Gw posting apa terus banyak yang komen. Jadi gw baru menyadari kalo ternyata Google+ itu crowdnya banyak walaupun mungkin memang crowdnya berbeda sama di Instagram dan Twitter, tapi disitu juga banyak dan gw jadi rajin. Biasanya dipisahin sih, kalo yang di Twitter kan lebih yang sehari-hari, tapi kalau yang untuk posting di Facebook dan Google+ biasanya gw nyisihin waktu disitu, biasanya sih foto. Dan ternyata Google+ tuh gw juga kaget sendiri, komennya bisa sampai 40 gitu, dan ternyata account gw verified di Google+. Walaupun crowdnya berbeda tapi disitu rame juga. Itu aja sih yang digunakan sekarang. 9. Kalau selebtwit sendiri gimana menurut lo? Bisa jelasin ga pendapat lo tentang selebtwit dan apa sih pengertian selebtwit yang lo tau? Sebenarnya kan kalau disini selebtwit tuh konotasinya jadi negatif yaa, orang biasanya ga mau banget disebut selebtwit karena lo populer cuma dari Twitter. Itu kan intinya. Kalau temen gw sih ada yang punya istilah micro celebrity jadi selebriti yang mikro tapi sekarang sudah ga bisa dibilang mikro lagi karena orang sudah banyak yang kenal dari situ. Kalau menurut gw sih kalau kita artikan secara kasar sih memang orang yang dikenal dari Twitter dan kalau gw disebut salah satu sih ga masalah yaa, toh kita juga dapat keuntungan dari itu. Gw rasa ga hanya selebtwit aja, tapi orang-orang professional yang di bidangnya dan yang butuh publikasi akan diuntungkan dengan media
sosialnya masing-masing. Disini tuh dianggap negatif mungkin karena dipikirnya jadi sok seleb atau sok ngartis dan sok eksklusif, makanya konotasinya jadi negatif. Kalau gw sih keuntungannya mungkin gw ada masa yang dikenal dari TV, sebelum di Twitter, jadi ya orang ada yang kenal gw dari TV tapi ada juga yang kenal gw dari Twitter. Jadi itu sih, kenapa selebtwit konotasinya negatif, padahal kalau aja disebutnya popular account mungkin akan beda meskipun intinya sama aja. Cuma masalah bahasa aja sih gw rasa. 10. Kalau kita ngomongin selebtwit, pasti erat banget kaitannya sama endorser. Menurut lo sendiri gimana? Emang kebanyakan gitu sih ya, makanya dibedain kan, ada yang beneran seleb di Twitter atau selebriti yang emang punya akun Twitter dan si selebtwit itu yaitu orang yang popular di Twitter. Dan memang yang lebih banyak dipake oleh brand itu adalah selebtwit-selebtwit itu karena memang mereka sangat aktif di Twitter dan punya engagement yang sangat tinggi dengan followernya dan itu bisa jadi mempengaruhi keputusan lebih banyak dibanding dengan si orang beken atau artis A yang followernya jutaan, dia nulis apa terus followernya cuma ngeretweet tapi ga beli. Tapi kalau si selebtwit yang nulis “Ini bagus banget deh” or apalah itu, orang jadi tertarik dan pengen. Jadi kalau endorse atau brand, brand itu nantinya akan otomatis follow, apa yah, kaya sistem yang nantinya akan membantu promote. Dan sekarang kan udah jaman sosial media, apalagi di kota besar dan targetnya adalah orang-orang menengah ke atas. Gw sih merasa kalau sekarang tuh orang-orang, khususnya menengah ke atas, udah makin jarang nonton TV ya. TV paling kabel ya, kalau ada berita seru ya paling kita nonton berita. Sinetron-sinetron kya gitu kan udah ga terjamah lagi sama yang menengah keatas. Jadi ya yang kita lihat lagi tiap hari kan handphone, jadi itu emang tools buat jualan. Jadi menurut gw ya wajarlah, kalau gw megang brand juga hal pertama yang gw akan pikirkan untuk publikasi ya Twitter, kalau misalnya target marketnya adalah orang-orang yang ber-smartphone itu ya. Dan enaknya nempel ke selebtwit, untuk brand ya, pasti akan bisa sangat spesifik karena kan misalnya si A adalah ibu rumah tangga, kalau produknya tentang alat2 rumah tangga berarti kan bisa pake selebtwit A itu. Atau ada juga yang seneng banget gadget, yaudah brand-brand itu bisa masuk ke dia. Jadi bisa sangat spesifik tergantung karakter orangnya. Pada saat dijual maka orang akan lebih percaya, ga cuma sekedar kaya Agnes Monica jualan sepeda motor. Sebenarnya itu kan agak ga nyambung ya. Tapi kalau di Twitter mungkin kalau mau jualan motor maka akan dicari orang-orang pengguna motor, bukan si artisnya. Ya kalau Agnes Monica kan ga mungkin juga gw rasa naik motor di jalanan. Walaupun
banyak juga selebtwit yang ngebuzz tentang suatu produk tapi ga make produk tersebut juga. 11. Kalau lo sendiri gimana? As a traveler, apakah brand yang endorse lo itu mostly related sama travel? Mostly sih relate yaa, karena mereka juga pasti nyari yang relate. Contohnya ada kamera dan smartphone, dan itu kan nyambung. Banyak brand juga yang ngadain kompetisi dan hadiahnya liburan. Nah itu biasanya gw suka dapet yang gitu tuh buat campaignnya. Kadang-kadang juga ada produk kecantikan, karena gw cewe ya. Mostly sih yang mendekati sih yang memang berhubungan. Kalau yang ga berhubungan biasanya sih ga akan gw terima. Atau ada juga produk yang netral kaya produk lifestyle, baju, dll. 12. Kalau lo sendiri membatasi ga sih? Gw lumayan rada ribet tentang itu. Misalnya kalau di blog, gw selalu ngotot kalo konten harus selalu gw yang nulis. Gw ga mau awalnya tuh produk dulu yang masuk terus fotonya juga dari mereka. Itu kan jatuhnya jadi seperti iklan banget. Gw pernah menolak brand karena si brand itu minta gw nulis seakanakan gw menggunakan produk itu, padahal gw ga pake. Akhirnya pada saat itu gw tolak. Sama di Instagram gw juga lumayan strict. Jadi di Instagram emang gw ga pernah menjanjikan kecuali kalau emang produknya gw pake selama traveling. Cuma kalo fotonya dari mereka sih gw enggak. Even misalnya sama XL aja, gw ada yang ga mau gw posting. Jadi selama ini kalau di instagram gw maunya ya bisa sih dimasukin ke tulisan tapi gw maunya konten foto tetap dari gw yang berkaitan dengan travel. Jadi gw masih ngotot kalau Instagram lebih baik ga dipake jualan daripada gw ngotor-ngotorin doang. 13. Keuntungan dan manfaat apa aja yang udah lo dapat dari personal brand yang lo bentuk ini? Manfaat sih kalo mau jujur no. 1 pasti financial, dari personal brand itu kan pastinya si yang punya brand itu jadi punya nilai jual dari brand lain yang datang atau mungkin kita jualan, itu kita dapat keuntungan dari situ. Nah terus juga buat dapatin koneksi juga jadi mudah. Misalnya kita mau bikin project tentang travel, kalo yang datang mengajukan adalah seseorang yang tidak dikenal di dunia travel pastikan akan sulit, nah karena gw udah punya branding itu jadinya lebih mudah. Jadi lebih ke pekerjaan sih manfaatnya. Kalau teman ya banyak dapat teman-teman juga, tapi dengan personal brand tersebut dapat temen-temennya juga di bidang yang sama. Dan biasanya mereka akan saling follow ya nantinya bisa dapat kerjaan lagi. Kalau dari
Twitter sendiri keuntungannya macam-macam sih, kadang-kadang kalau lagi jenuh ya liatin Twitter, mau cari info apa juga dari Twitter. 14. Bagaimana dengan interaksi sama follower? Kalau interaksi dengan follower gw berusaha bales-balesin sih walaupun kadang ada yang ke bales. Kadang juga ada yang memang ga perlu dibales dan ada yang ga sempat juga sih. Untungnya gw floodingnya belum parah. Dan gw juga intensitas ngetwitnya ga sering. Biasanya juga interaksinya yang lucu-lucuan aja sih, ada yang ngajak becanda ya becandain balik. Kalau orang yang udah tau gw dari lama sih udah tau gw becandanya kya gimana, jadi lebih enak interaksinya. Jadi lebih kya gitu sih interaksinya, ga terlalu signifikan gimana-gimananya. 15. Menurut lo, apakah lo udah berhasil dalam membentuk personal brand yang lo inginkan? Mungkin kalau sampai bikin orang tau dan mengenal gw sebagai travel blogger iya, tapi kalo yang sampai berhasil sih belum, gw masih ngerasa itu masih proses terus. Tapi gw belajar gimana cara nanggepin respon yang negatif atau yang ngajak ribut. Selama ini sih untungnya responnya asik-asik aja. Jadi bukan dibilang berhasil kali ya, lebih ke udah tau gimana cara ngebentuk personal brandnya itu, tahapnya seperti apa. Makanya di Twitter atau sosmed lain gw berusaha untuk tetap rutin ngasih konten travel yang memang gw provide waktu untuk posting biar bisa cerita tentang satu destinasi. Jadi memang ada momen yang gw alokasikan dan itu sangat membantu proses pembentukan personal brand gw karena nantinya kan orang entah akan ngeretweet atau apa. Orang lainnya juga kan nantinya akan nanya ini orang siapa sih, koq postingnya foto travel terus. Akhirnya orang akan kepo liat bio dan siapa tau biasa mampir ke blog juga. 16. Jadi memang lo udah konsisten ya, dan Twitter lo juga udah menjadi panutan untuk travel? It’s all about branding sih kyanya sekarang. Kaya yang nulis twit-twit galau itu, mereka harus konsisten dong meskipun mereka udah punya pacar dan ga galau lagi. Mungkin awalnya mereka memang berawal dari galau beneran terus ketika mereka dah punya pacar dan tetap harus nulis tentang galau kan itu susah ya. Harus konsisten dan menurut gw itu adalah profesionalitas karena harus tetap galau disaat udah punya pacar karena itulah brand mereka. 17. Dari twit lo sendiri, yang paling banyak di retweet itu tentang apa sih?
Ehmmm, mostly sih selain travel ya, kebanyakan sih twit becandaan gitu yang paling sering tapi travel apalagi foto ya itu yang paling banyak diretweet karena travel kan udah jadi kebutuhan setelah makan dan pacaran. Apalagi orang-orang di Jakarta yang tingkat stressnya tinggi, mereka cenderung akan pilih traveling. 18. Dalam sehari, berapa banyak waktu yang lo habiskan untuk Twitter? Kalau ngeliat timeline sih sering, mostly tuh pas bangun pagi sama sebelum tidur. Cuma sekarang gw kalau lagi interaksi sama orang tuh cenderung lupa sama handphone. Mungkin karena traveling juga kali ya, karena kan kita lebih banyak interaksi dan ga ada sinyal juga seringnya kalau ke pedalaman. Jadi sekarang tuh bisa lebih lama jauh dari gadget dibandingin dulu. 19. Bagaimana sampai akhirnya lo memutuskan ini jadi main job lo? Sebenarnya kan orang yang professional adalah orang yang udah mendapatkan uang dari apa yang dia kerjakan, jadi pelukis jalanan juga pada saat dia melukis, dapat uang, dan bisa hidup layak gw bilang itu professional. Begitu juga dengan blogger, ketika blog itu bisa menghasilkan dan menghidupi diri gw, maka pada saat itu gw ngerasa kalau ini udah jadi main job gw dan profesi gw disini. Jadi sebenarnya gw memutuskannya setelah gw keluar kerja terus gw jalanin aja. Pas jalanin itu adalah masa dimana gw cobacoba. Waktu itu gw coba 1 tahun dan gw lihat ini working out atau ngga. Ternyata so far sih ini working out, cukup baik, dan day by day gw ngerasa ada peningkatan dan gw juga udah ada di tahap dimana gw ngerasa ini adalah pekerjaan yang bisa jadi profesi gw. Buat gw sangat menjanjikan dan gw rasa kita harus konsisten. Jadi kalo gw travel ya harus travel travel travel. Kalau gw masukin yang lain kan orang akan bingung. Misalnya banyak konten politik yang gw masukin, pasti orang akan bingung. Jadi konsistennya sih harus konsisten posting gitu sih. 20. Jadi menurut lo apa aja sih kunci dari personal branding selain konsistensi tadi itu? Kalau buat gw sih konsistensi. Kalau lo A dan tiba-tiba B, itu akan sulit untuk membentuk personal branding kalau lo menclok-menclok terus. Orang malah akan jadi bingung sama lo. Tapi keuntungan gw adalah gw udah tau apa yang gw mau jadi gw bisa konsisten disitu. Karena ini yang gw mau dan ini yang gw suka maka gw melakukannya tanpa beban. Gw bisa posting terus, gw bisa share terus tentang travel, buat gw itu ga jadi beban tapi gw ngerasa ini adalah hal yang harus gw lakukan tapi gw senang melakukannya, dan ini supporting
pekerjaan gw dan personal branding yang ingin gw bentuk yang nantinya untuk pekerjaan juga. 21. Bagaimana dengan authenticity? Itu juga banget sih, kalau as social media person yang hidup dari social media itu sangat penting. Walaupun itu anonym tapi kan dia tetap harus punya karakter kan makanya dia dikenal. Jadi gw rasa otentiknya kita seperti apa nah, orang kan kadang mau ngebentuk personal brandingnya seperti apa, nah berarti kan dia harus mencari sisi otentiknya dia apa. Nah itu yang dia kemas. Makanya kalau misalnya di blog, gw akan masukan ada sisi gw nya, ada foto gw nya juga, biar orang kalau baca juga tau kalau yang pergi itu gw. Misalnya random person yang ga tau gw masuk ke blog gw, jadi dia bisa tau kalau gw orangnya, dan biasanya gw selalu nulis nama gw di bagian bawah, jadi orang tau. Itu juga yang jadi sisi atau hal yang pengen gw angkat. Kan traveler ga hanya semata traveler aja. Misalnya Ariev di backpacker, nah kalau gw mungkin bisa lebih cair ya, bisa ke backpacker, bisa juga yang lux. Tapi gw lebih banyak ke alam dan suka foto. Jadi gw rasa itu akan kebentuk dengan sendirinya, si karakternya itu. Dan itu yang penting karena disaat lo ada di social media hal itu ga boleh lo tutup. Ketika lo tutup maka lo ga otentik dan akan jadi hambar pada saat orang lain ngeliatnya. 22. Pernah pakai admin atau kepikiran untuk pakai admin? Sampai sekarang sih ngga. Kalau dulu sih Facebook Page pernah tapi ga efektif dan sekarang ga gw manage. Cukup di Facebooknya aja. Sisanya semua gw manage sendiri, termasuk blog, karena susah kalo pake admin. Kita kan jualnya karakter ya, kecuali lo brand. Ga bisa pada saat lo pakai admin karena akan berbeda. Kecuali akun yang emang dari awal beberapa orang yang megang. Kaya @liputan9 itu kan yang megang beberapa orang, makanya bisa pake admin. Tapi kalau udah karakter susah, ga bisa pake admin. 23. Bagaimana dengan komunitas? Kalau gw sih ngga. Mungkin gw kenal dengan beberapa orang dari komunitas ini dan itu tapi gw sendiri ga masuk di dalam salah satu komunitas tersebut, even di komunitas travel blogger Indonesia. Gw lebih seneng free, ga masuk sini atau sana. Tapi kalo temenan sih temenan aja. 24. The last question, apa sih harapan ke depan lo? Pengennya sih tetap di bidang travel. Ya bisa punya bisnis travel, I mean bukan travelnya ya tapi di bidang travel. Sempat kepikiran pengen punya dive center atau penginapan gitu. Sepertinya sangat menyenangkan. Pada intinya
sih pengen punya bisnis di bidang travel dan masih bisa seperti sekarang, travel yang menghasilkan, bisa return untuk traveling lagi. 25. Jadi lo udah menentukan pilihan untuk stay di traveling ya? Betul sekali. Mudah-mudahan. Tapi ga ada yang tau kan nantinya gimana.
Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Wandy Ghani Hari/Tanggal : Rabu/ 9 Juli 2014 1. Bisa tolong diceritain ga gimana awal mulanya terjun di dunia Twitter? Jadi dulu kan di kampus lagi rame, anak-anak pindah dari Friendster ke Facebook, padahal tuh Facebook udah rame-rame gitu. Ya maklumlah soalnya waktu itu kan lagi di Medan dan orang Medan kan rada ketinggalan dari Jakarta. Yaudah ketika orang lagi rame di Facebook, aku pindah, cari-cari apalah gitu, eh ternyata ketemu Twitter. Akhirnya bikin Twitter terus ga dipakai karena lupa password-nya. Terus bikin lagi, yaudah gitu ceritanya. 2. Itu tahun berapa? Udah lima tahun deh pokoknya, tahun berapa ya? Sekitar 2009. 3. Lalu tujuan awalnya bikin Twitter tuh apa sih? Awalnya sih buat gaul aja gitu, soalnya itu kan social media terbaru yang waktu itu penggunanya kan belum banyak. 4. Kalau gw lihat kan sampai sekarang followers lo sudah sampai 400 ribuan, bisa diceritain ga awal mulanya bisa dapat segitu banyak followers? Apa sih yang lo lakuin? Sebenarnya ga ada sih, aku cuma suka ngetwit quote atau twit garing-garing yang ga jelas gitu and surprisingly orang-orang pada suka, pada RT dan mulai follow. Awalnya ga begitu banyak, tapi makan lama makin banyak dan banyak. Yaudah gitu, ga ada gimana gimananya. 5. Tapi emang dari awal bikin udah sering ngetwit gitu ya? Ya dulu tuh masa-masanya galau, putus sama pacar, terus pada bikin puisipuisian gitu kan. Yaudah banyak yang suka ternyata. 6. Pernah ikut komunitas-komunitas gitu ga awalnya? Ga pernah gabung secara official gabung gitu sih ngga ya cuma suka main aja sama teman-teman, dulu tuh di @fiksimini dan beberapa lainnya tapi aku lupa. Ya ikut-ikut aja. Nongkrong-nongkrong, banyakin teman. 7. Selain Twitter, media sosial apalagi sih yang lo pake untuk menyalurkan galau-galau lo itu? Kalau dulu sih Facebook, sebelum ada Twitter yah. Terus pas ada Twitter ya Twitter aja. Kalau Facebook lebih ke pribadi, bukan sebagai Popokman tapi
sebagai Wandy Ghani. Blog juga sih, cuma ga keurus. Udah beli domain tapi ga keurus. Karena males aja sih sebenarnya, bukan karena apa-apa. 8. Kalau lo sendiri duluan ngetwit atau ngeblog? Duluan ngeblog. Aku ngeblog dari 2006 tapi sempat dihapus blognya karena isinya galau-galauan semua. 9. Bagaimana pengaruh blog terhadap banyaknya followers yang lo punya? Apakah lo punya banyak followers ini karena blog? Lebih karena Twitter sih. Blog ga terlalu banyak. Malah sekarang orang-orang yang banyak baca blog itu ya dari Twitter, di-promote di Twitter. Jadi bikin blog terus ditaruh di Twitter. 10. Bagaimana definisi selebtwit menurut lo? Selebtwit itu apa ya.. Aku ga suka dengan sebutan selebtwit sebenarnya walaupun orang bilang itu denial. Padahal kan yang ngebedain itu hanya jumlah follower doang. Konten, dll ya tergantung masing-masing orangnya, tergantung orang yang baca dan tergantung orang yang bikin. Bahkan akunakun yang ngga jelas aja ada yang followernya 1jt-an. Jadi apa ya. Mungkin lebih ke gini, jumlah follower lebih mempengaruhi ke endorsement, terus opini mereka itu lebih didengar aja. Kayak gini sih, ada satu orang yang temannya dikit tapi deket banget, tapi ada satu orang yang temannya banyak cuma ya ga saling kenal. Aku sendiri sih ga pernah bilang “hai follower” tapi lebih ke “hai teman-teman yang follow aku”. Aku nge-treat mereka jadi teman, bukan follower kayak partai punya massa gitu. Jadi kesimpulannya selebtwit ga penting juga sebutan itu. 11. Jadi intinya lo ga mau disebut selebtwit? Ya terserah orang mau bilang apa, tapi gw ga suka aja. Pengennya disebut pengguna Twitter aja yang kebetulan punya banyak follower. 12. Lalu gimana ceritanya sampai bisa come up dengan nama akun Popokman itu? Popokman itu adalah nama salah satu tokoh rekaan di buku pertama aku. Jadi waktu itu kan ceritanya aku bikin Twitter terus lupa passwordnya jadinya bikin lagi. Awalnya pakai nama Si Popok, tapi koq ngerasa jelek ya, akhirnya yaudah pake nama Popokman. Dan akhirnya bergeser dari yang pribadi, intinya si Wandy itu berbeda dengan Popokman.
13. Kalau lo sendiri kan punya akun pribadi, apa sih yang membedakan akun asli lo itu sama akun Popokman itu? Kalau akun Popokman itu ga mungkin marah-marah ga jelas, ga mungkin juga ngomongin kehidupan pribadi yang ga semua orang harus tau 14. Terus, apa sih yang membedakan Popokman dengan selebtwit lainnya? Di mataku sih ga ada perbedaannya ya, sama-sama personal yang ngendaliin. Kecuali Popokman sama detikcom, iya itu beda, karena itu kan korporat. Selain itu sih sama aja. 15. How do you define ‘personal brand’? Aku percaya kalau apa yang orang-orang tunjukan di social media itu adalah dia yang sebenarnya karena ketika kamu mau ngetwit, kamu hanya berhadapan dengan layar handphone atau layar laptop, jadi kamu bisa lebih bebas aja berekspresi. Dan kalau personal branding, ada secara natural udah begitu, untuk orang-orang yang udah jujur tapi ada yang secara sengaja dibentuk. Tergantung tujuannya apa sih. Kalau brand kan personal brandnya udah sesuai dengan kategori brand itu sendiri. Ada sih orang yang mungkin ngebranding dirinya sendiri cuma saru sama orang yang memang apa adanya. 16. Ketika lo berada di akun Popokman itu, personal brand apa yang lo coba tunjukan ke orang-orang? Ga ada personal brand. Itu kan berawal dari yang aku dapat sendiri. Kedepannya aku ngerasa ada hal-hal yang orang ga perlu tau tentang diriku yang harus di-twit di Popokman itu. Bukan berarti akun pribadi aku itu aku sebenarnya dan Popokman itu adalah personal brand aku. Itu aku juga, tapi ada hal-hal yang ga seharusnya orang banyak tau, misalnya aku lagi sakit terus aku ngetwit lagi sakit, itu ga mungkin disitu, caper banget. Paling kalau itu aku tulis di akun yang satu lagi. 17. Kalau Ariev kan menyatakan dirinya sebagai travel blogger, kalau Wandy Ghani apa? Wandy Ghani apa ya? Kalau Popokman mungkin sotoy, kalau lagi galau juga sok tau. Aku ga pernah ngetwit tentang itu itu aja. Ngetwit politik kadangkadang, ngetwit puisi kadang-kadang, garing juga kadang-kadang. 18. Benefit apa aja sih yang udah didapat dari akun Popokman ini? Yang paling aku rasa sih ketika aku sadar ketika aku bicara ada orang lain yang dengerin dan yang ngedengerin lumayan banyak. Jadi memiliki sedikit pengaruh itu kadang seru. Jadi ketika gw ngajak berbuat baik, yaudah.
19. Sejak punya banyak follower kan jadi banyak brand yang masuk, apakah itu jadi sebuah benefit juga? Ya emang lumayan banget sih kalau dari brand-brand itu. Malah mungkin kadang lebih banyak duitnya dari kerja kantoran. 20. Tadi lo bilang kalau salah satu benefit yang lo dapat dari account Popokman ini adalah banyak brand yang masuk, seberapa efektifnya sih atau seberapa besar influence lo terhadap brand tersebut? Gini sih sebenarnya, hal terpenting dalam sebuah campaign adalah penentuan buzzer, karena itu ujungnya, tapi yang paling penting adalah strateginya. Kadang ada satu brand, dia nawarin, aku dah oke, terus mereka cerita strateginya apa aja dan buzzernya siapa aja. Kadang aku ngerasa campaign ini ga akan jalan dan kalau udah gini biasanya aku bilang kayaknya ga bisa deh atau koq buzzernya hanya segini. Kalau objective mereka hanya mau buangbuang duit ya silakan. Banyak banget campaign yang cuma numpang lewat di timeline doang. Ya kalau pengaruh aku sih, aku lebih ke strateginya aja, karena siapapun buzzernya kalau strateginya jelek yaudah. Pemilihan buzzer ya termasuk dalam itu sebenarnya. Kadang pernah ada yang hype-nya gede banget, kadang ada yang hanya numpang lewat doang di timeline, ga jadi apaapa. 21. Tapi menurut lo sendiri, lo punya pengaruh yang baik ga sih untuk brand tersebut? Dan efektif ga sih? Baik dong. Kalau efektif atau nggaknya tergantung di campaignnya sendiri. 22. Target follower lo sendiri untuk usia berapa sih? Lebih banyak sih ABG, yang galau-galau gitu, mungkin SMA, kuliah sampai umur 25-an. 23. Kalau untuk twit, pernah ga lo survey atau amati twit jenis apa sih yang paling disuka atau paling sering di retweet sama orang-orang? Twit sotoy gitu, quote sotoy, jadi kayak cinta blablablabla atau hidup ini blablablabla.. 24. Kenapa sih lo pilih ngetwit tentang topik tersebut? Ga ada alasan spesifik sih, emang suka aja nulis-nulis gini. Emang gw nya sendiri juga suka sotoy orangnya, jadi akun Popokman ini mengakomodir kesotoyan gw.
25. Apakah itu konsisten dari awal sampai sekarang? Ya dari awal emang gitu sih, kalau dulu kan lebih ke puisi-puisian yang ga jelas gitu, kalau sekarang lebih ke sotoy sih. 26. Apakah lo sengaja membentuk pemikiran orang kalau lo itu sosok cowo romantis? Banyak sih yang berpikiran seperti itu, dan mereka tertipu sepertinya. Mereka sering bilang “Aduh, enak banget nih jadi Popokwoman”. Ya mereka kan bisa nilai karena mereka ga pernah ketemu aja. 27. Apakah itu yang lo coba naikin di akun Popokman? Ga ada. Akun Twitter ini cuma buang sampah dari kepala aja. Ga punya tujuan untuk nyari duit disini. Ga ada yang tau kalau Twitter itu bisa untuk cari duit. Aku ingin dikenal seperti.. Mungkin satu sih, aku penulis, jadi Twitter itu akan aku pakai untuk mengenalkan tulisan aku. 28. Kalau untuk buku, itu sesudah atau sebelum di Twitter? Sebelum di Twitter. Sebelum punya Twitter udah punya buku, sekitar 2007 atau 2008. 29. Dari followers lo itu banyak yang udah baca buku itu? Kadang suka ada yang mention dan bilang nemu bukunya, aduh aku malah ga pernah promote karena harusnya udah ga ada lagi dan udah ga dicetak lagi. Tapi kadang masih ada aja 1-2 buku gitu. Yaudah aku bilang aja “Selamat baca ya”, padahal “Aduh kok ketemu sih”. 30. Untuk memanage account ini, lo sendiri atau pakai admin? Ga ada sih, orang cuma akun kayak gini doang. Jadi semua sendiri. 31. Bagaimana cara menjaga hubungan dengan followers? Gw sih menganggap followers sebagai teman, kalau mereka nanya gw jawab. Tapi kadang ada yang nanya ga penting jadi dibiarin aja. Aku malah dulu sempat bikin email dan taruh di bio waktu itu, ternyata banyak ABG yang curhat. Dan itu aku balas satu-satu. Satu hari bisa sampai puluhan email gitu, pada curhat “Kak, aku gini..” atau “Aku harus gimana?”. Tapi sekarang udah nggak lagi sih, udah di take out emailnya dari bio.
Hasil Transkrip Wawancara Narasumber : Wandy Ghani Hari/Tanggal : Senin/ 21 Juli 2014 1. Kenapa sih lo lebih memilih sebagai Popokman dibandingkan ngangkat diri lo sendiri? Kenapa jadi anonim sebenarnya semua ga sengaja aja, awalnya kan aku pakai nama sendiri terus ilang. Lalu pakai anonim dan udah banyak yang follow yaudah keterusan sih sebenarnya. Dan kalau anonim lebih bebas aja sih, bisa ngomong apa aja tanpa harus ada tanggung jawab yang lebih besar terhadap diri sendiri, tapi bukan berarti bisa ngomong sembarangan. Yaa, ada enaknya, ada nggaknya. Sejauh ini aku cukup enjoy. 2. Apakah banyak orang yang tau kalau Popokman itu ternyata Wandy Ghani? Ga banyak, dikit yang tau sih, aku jarang pakai foto asli, jarang upload foto juga, paling yang tau temen-temen doang yang mereka juga tau kalau aku punya akun lain. 3. Apakah sekarang Twitter ini jadi main job? Dibilang main job juga nggak, tapi memang duitnya lebih banyak dari Twitter. Kalau aku sekarang freelance, ga jauh-jauh dari social media juga sih sebenarnya, jadi media buyer dan jadi strategic planner. Cuma kalau dihitunghitung duitnya lebih banyak dari akun Popokman emang. 4. Kalau menurut lo sendiri, siapa sih personal brandnya kuat di Twitter? Kalau personal branding kan artinya kepribadian yang di-set up sedemikian rupa sehingga orang percaya kalau itu aslinya begitu. Aku ga tau ya ini personal branding atau buka, tapi yang aku suka itu adalah.. Kalau kayak Pocong, itu kan personal branding, cuma cara dia kasih tau siapa dia sesungguhnya jadi ga ok lagi. Terus selain itu, siapa lagi ya? Sebenarnya sama-sama aja sih. Ah, ga ada sih. 5. Bagaimana harapan kedepannya? Harapannya sebenarnya udah dari 2-3 tahun lalu pengen nyelesaiin buku lalu aku promosi di akun itu. Pokoknya tahun ini harus bisa deh.
6. Buku yang dulu itu kan sebelum Popokman, setelah itu belum ada buku lagi? Ada, cuma buku rame-rame, bertiga or berempat gitu, ada yang berdelapan juga. Tapi belum ada yang sendirian. Aku pengen yang sendirian dan benerbener yang keinginan dari awal bikin buku yang sesuai apa yang aku pengenin. 7. Sesuai dengan karakternya Popokman? Nope, someday sih pengen bikin tentang Popokman, tapi yang ini sih tentang fiksi dan cerita yang absurd gitu. 8. Jadi kalau gw tangkap tadi lo ga bermaksud membentuk personal branding, kalau pencitraan? Pencitraan itu bagian dari personal branding ya, dan ga ada pencitraan apaapa sih. Banyak sih yang melakukan pencitraan di Twitter tapi kalau aku ga melakukan hal-hal seperti itu. 9. Sekali lagi, Popokman itu ingin dilihat seperti apa sih sama followersnya? Aku pengen dilihat sebagai ya biasa aja sih, orang yang kebetulan punya follower banyak, udah. Anggap aja teman, kalau salah dikasih tau, kalau benar ya diikutin dan diapresiasi sepantasnya. Kan di Twitter itu sama, ga ada selebtwit atau apalah, seharusnya. Dan orang ga usah sok-sok jadi selebtwit karena followernya banyak. Ga penting sebenarnya sih. 10. Bagaimana pendapat lo mengenai beli followers? Menyedihkan. Beli followers tuh menyedihkan. Buat apa beli follower? Percuma dibeli tapi lo tuh ga tau mereka siapa, atau mereka ga tau lo tuh siapa. Kalau cuma untuk gaya-gayaan doang orang pasti tau sih ini siapa tibatiba banyak followernya. Konotasinya kan jelek. Lagian kalo lo dari awal udah nyari follower pelan-pelan terus akhirnya dapat banyak, itu lebih asik aja. 11. Pernah beli follower atau kepikiran untuk beli follower? Aku malah kepikiran buat ngurangin follower, jadi tiap tahun tuh akun aku dan beberapa akun yang lainnya tuh dipromosiin sama Twitter, dan itu sehari bisa 1000 follower baru. Aku bingung sendiri gimana cara menghentikannya. Aku takut disangka beli follower atau apa gitu, padahal jelas-jelas dipromosiin sama Twitter di web mereka gitu. Aku bingung jadi aku block-in satu satu dan ternyata capek banget, akhirnya reda sendiri.
12. Bagaimana tentang pencapaian tertinggi yang lo dapet di Twitter? Ga ada pencapaian tertinggi sih, paling ketemu banyak orang aja dan pendapat diapresiasi. Itu aja sih. Kalau materi mah biasa aja, maksudnya orang banyak yang punya duit lebih banyak, dibayar lebih banyak, dan diajak kesini kesana lebih banyak. Ya penerimaan orang aja ketika aku ngomong sesuatu dan orang setuju dan orang dukung, yaudah, aku senang aja. 13. Gimana kalau diretweet orang banyak? Apa itu menjadi satu hal yang menyenangkan? Bukan sekedar retweet, tapi orang setuju dengan ide aku ataupun hal-hal yang aku sampaikan. 14. Bagaimana dengan award-award itu? Let’s say Gembrit Award Kalau itu main-mainan doang sih, lucu sih, tapi ga penting juga, mainan doang. Aku ga ngerti mau jawab apa kalau yang ini. Pernah masuk nominasi tapi kayaknya ga pernah menang deh. Sekali doang, itupun lupa. 15. Bagaimana pendapat lo tentang Popokman sebagai endorser? Produk apa sih yang banyak endorse lo? Mostly telco sih, mungkin karena dari sisi internetnya sih, kan mereka juga paling banyak bikin campaign. Jadi mereka lebih jor-joran gitu di social media. Sisanya paling produk-produk buat anak muda, campaign-campaign minuman dan makanan, ada juga pendidikan. 16. Kalau kita ngomongin tentang haters, banyak ga sih haters lo di Twitter? Haters sih ga ada ya kayaknya, cuma ada aja sih orang-orang yang nyolot gitu. Kalau haters sih ga ada, biasa aja. Dan Alhamdulillah ga pernah digosipin macam-macam. Syukurlah, berarti banyak yang suka atau memang dianggap ga ada. 17. Waktu itu kan lo bilang kalau lo ga sengaja ngebentuk personal brand seperti itu, tapi kan banyak orang yang kalau mau twit galau ataupun romantis ingetnya ke lo, berarti kan orang membranding lo seperti itu. Bagaimana pendapat lo? Orang pasti bisa berpendapat apa aja, tapi aku ga masalah sih dibilang si Popok suka galau-galau atau puisi-puisi atau garing-garing atau quoteqoutenya, tapi selama itu baik-baik aja, ga ngeganggu yaa go ahead, mikir apa aja ya terserah. Even mereka mikir jelekpun selama jatuhnya ga fitnah dan aku pribadi ga keganggu yaudah.
18. Jadi setuju ga sih dengan pendapat orang-orang kalau akun lo itu disambungkan ke twit galau dan romantis gitu? Mungkin sih, soalnya lumayan banyak ngetwit galau-galau, lebih banyak garing sih sebenarnya. Tapi orang lebih banyak retweet yang galau-galauan. Karena ketika lihat timeline dan lihat twit lucu orang biasanya ketawa doang tapi ketika orang baca twit tentang putus cinta lalu ada orang putus cinta yang baca, pesan putus cintanya tuh seperti ingin disampaikan ke orang, biasanya orang kalau lagi galau kan suka caper ya, jadi kayak “ih, gw banget nih, gw pengen orang itu baca” dan mereka cenderung pengen buat orang lain tau kalo mereka ngerasa kayak gini, jadi ya retweet deh. Kalau lucu mah selewatnya aja. 19. Tapi orang yang seperti itu kan banyak ya, I mean orang yang coba buat ngetwit galau atau quote gitu, bagaimana positioning si Popokman sendiri? Apa yang bikin beda dari akun lain, let’s say Raditya Dika? Mungkin gini ya, kalo seperti Radit, dia memposisikan objeknya adalah orang lain tapi kalau aku tuh lebih ke aku sendiri. Ketika aku ngetwit galau galau yaudah itu dari aku, tapi kalau Radit kan lebih suka menjadikan followernya sebagai objek. Kalau yang selama ini aku baca sih gitu. Mungkin kalau aku lebih personal aja. Lebih ke based on the true story, apa yang aku rasain saat itu. Tapi bukan berarti kalau aku ngetwit sedih terus aku lagi sedih juga. Ngga juga. Kadang lagi ketawa-ketawa tapi lagi kepikiran ini bagus kalau di twit. 20. Jadi memang apa yang lo twit itu ga semuanya apa yang lo rasain pada saat itu ya? Ngga. Malah kadang twit-twit galau itu muncul ketika aku bingung mau ngetwit apa. Ah ngetwit gini aja deh. Sedih-sedih. Yang kira-kira orang banyak baca.
BIODATA PENELITI Data Pribadi Nama
: Anindita
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta/ 06 Januari 1989 Status
: Belum Menikah
Alamat Lengkap
: Komp. Sekretariat Negara Blok D9/1 Panunggangan Utara Pinang – Tangerang 15143
No. Telp
: 0812-86952027
Alamat Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 2012 – Sekarang
Universitas Mercu Buana – Magister Ilmu Komunikasi
2006 – 2010
Universitas Negeri Jakarta – Pendidikan Bahasa Inggris
2003 – 2006
SMU Negeri 2 Tangerang
2000 – 2003
SLTP Yuppentek 2 Tangerang
1994 – 2000
SD Strada St Fransiskus Tangerang
1992 – 1994
TK Yasporbi III Pasar Minggu Jakarta
Pengalaman Kerja 2014 – Sekarang
Nadswrite Copywriting & Design – Senior Copywriter
2011 – Sekarang
Universitas Mercu Buana – Dosen Tidak Tetap Bahasa Inggris
2012 – 2014
Sekolah Highscope Indonesia – Guru
2010 – 2012
LBBP LIA Mercu Buana – Guru