CITRACINTA DALAM PANDANGAN KAUM FEMINISME KEKINIAN
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Citra dan Peran Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Data yang dimaksud dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, dan paragraf yang mengandung citra dan peran perempuan dalam novel Bercinta dalam Tahajjudku Karya Anshela. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya; (2) Citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita; (3) Citra sosialPerempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Kata kunci:sastra, novel, citra dan peran.
Abstract The purpose of this study is to find out the image and the role of women in the novel of love in Tahajudku Anshela's work. The method in this research is descriptive qualitative. The data referred to in this study are words, sentences, and paragraphs that contain the image and role of women in the novel Bercinta in Tahajjudku Karya Anshela. The results of the study show that (1) the Physical Images of Women can be represented by the physical description of the Women who have relationship to the development of their behavior; (2) This psychic image can be illustrated by the emotional power that Women have in a story; (3) Women's social image is a manifestation of the image of women in their families and their image in society.
Keywords: literature, novel, image and role.
168
menempatkan laki-laki dan perempuan dalam kotak-kotak yang kadang-kadang sulit untuk ditembus, pembagian seperti contoh di atas menyebabkan kurangnya penghargaan pada apa yang telah dikerjakan oleh perempuan. Perempuan ditempatkan sebagai sistem pelengkap saja dari dunia laki-laki. Laki-laki diberi label ”pencari nafkah”, sehingga apapun yang dikerjakan perempuan dianggap sebagai “sambilan atau tambahan”, malahan kadang tidak dianggap. Pada umumnya hasil tulisan laki-laki menampilkan stereotipe wanita sebagai istri dan ibu yang setia dan berbakti, wanita manja, pelacur dan wanita dominan. Citra-citra wanita seperti itu ditentukan oleh aliranaliran sastra dan pendekatan-pendekatan tradisional yang tidak cocok dengan keadaan karena penilaian demikian tentang wanita tidak adil dan tidak teliti, padahal wanita memiliki perasaan-perasaan yang sangat pribadi seperti penderitaan, kekerasan atau rasa tidak aman yang hanya bisa diungkapkan secara tepat oleh wanita itu sendiri (Kolodny dalam Sugihastuti, 2002:141). Wanita atau perempuan, yang terpenting dan sama sekali tidak boleh dilupakan adalah kodrat perempuan. Salah satu yang membedakan laki-laki dan perempuan hanyalah pada kodrat, perempuan mempunyai kodrat alami yang tidak mungkin bisa diganggu gugat yang sekaligus juga merupakan keterbatasan yang harus diterimanya, misalnya perempuan mengalami hal-hal yang khas bagi perempuan yang tidak akan pernah dialami oleh laki-laki seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Setiap pengarang selalu memiliki gaya sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran pengarang masing-masing. Meskipun mereka mempunyai gagasan yang sama, bentuk penyampaiannya senantiasa berbeda. Hal ini merupakan kekhasan seorang pengarang dalam penciptaan sebuah karya sastra.Perempuan dapat melakukan segala sesuatu yang sepatutnya dilakukan oleh laki laki, karena perempuan dapat hidup mandiri walaupun tanpa kehadiran lakilaki dalam hidupnya. Dalam karya sastra sering dijumpai gambaran tentang kehidupan sosial manusia, dan melalui karyanya seorang pengarang menyampaikan respon dan penafsiran terhadap situasi dan lingkungan tertentu dalam suatu masyarakat.Novel Bercinta dalam Tahajjudku sebagai
1. Pendahuluan
Karya sastra memuat beragam gambaran kehidupan manusia di masyarakat, tidak jarang karya yang dihasilkan banyak menampilkan citra atau gambaran perempuan di dalamnya.Hal ini memberikan pengetahuan pada kita bahwa sosok perempuan mewarnai khasanah kesusastraan Indonesia khususnya novel.Salah satu masalah yang sering muncul dalam karya sastra adalah subordinasi perempuan, perempuan dikondisikan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki.Kondisi ini membuat perempuan berada dalam posisi tertindas, inferior, tidak memiliki kebebasan atas diri dan hidupnya. Dalam hal ini berkaitan dengan masalah gender yang mempertanyakan tentang pembagian peran serta tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dikondisikan sebagai makhluk yang lemah sedangkan laki-laki dikondisikan sebagai makhluk yang kuat.Akibatnya peran perempuan sering diabaikan dalam kehidupan publik karena perempuan hanya cocok dalam peran keluarga saja. Anggapan negatif terhadap perempuan atau pendefinisian perempuan dengan menggunakan kualitas yang dimiliki laki-laki sangat berhubungan dengan konsep gender.Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk yaitu marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden) serta sosialisasi nilai peran gender (Fakih, 1999:12). Citra baku telah menempatkan laki-laki sebagai yang kuat dan tegar, sedangkan perempuan ditempatkan sebagai yang lemah dan lembut. Perempuan dibakukan ke dalam sektor yang dianggap cocok dengannya yaitu sektor domestik sedangkan laki-laki dibakukan ke dalam sektor yang dianggap cocok dengannya yaitu sektor publik.Alasannya sektor domestik lebih mudah, lebih halus, dan lebih ringan daripada sektor publik yang lebih sulit, keras dan kasar.Sehingga sektor domestik lebih cocok untuk perempuan yang lembut dan lemah. Pembagian seperti ini dalam struktur sosial
169
salah satu karya naratif yang sarat dengan unsurunsur ceritanya, merupakan novel yang mengangkat permasalahan tentang kehidupan perempuan. Novel Bercinta dalam Tahajjudku adalah sebuah novel Islami yang mengisahkan perempuan muda manja yang bernama Kisi Carissa dari kalangan berada tiba-tiba dibenturkan dengan peristiwa dahsyat ditinggal sang ayah tercinta untuk selamanya dengan cara tragis. Dalam novel tersebut banyak yang mengandung citra dan peran perempuan dari segi kata, kalimat maupun paragraf yang menjadi fokus dalam penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitian ini adalah Citra dan Peran Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Citra dan Peran Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela.
Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah penelitian, suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Teknik baca yaitu teknik yang digunakan peneliti dengan membaca novel yang dijadikan objek kajiannya dari awal sampai akhir. 2. Teknik catat yaitu teknik yang digunakan peneliti untuk mencatat data-data yang ditemukan dalam bacaan sesuai dengan permasalahan yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Teeuw (2004:135), Pendekatan struktural mencoba menguraikanketerkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuanstruktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatanstructural membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsik di dalam novel) danmenghubungkan relevansinya antara unsurunsur di dalamnya.
2. Metode Penelitian Metode dan Jenis Penelitian
Teknik Analisis Data
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Endaswara (2003:45) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angkaangka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep yang sedang dikaji secara impiris. Yang paling cocok untuk fenomena sastra adalah penelitian kualitatif. Adapun jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kepustakaan. Peneliti akan mendeskripsikan secara jelas kajian sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Bercinta dalam Tahajjudku Karya Anshela, yang di peroleh dalam kepustakaan yang tersedia.
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman, (2003:17). Analisis data ini terdiri dari tiga kegiatan sebagai berikut. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Milles dan Huberman, 2003:16). 2. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Bentuk penyajian yang baik sangat penting untuk menghasilkan
Data dan Sumber Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, dan paragraf yang mengandung citra dan peran perempuan dalam novel Bercinta dalam Tahajjudku Karya Anshela.Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis yaitu novel Bercinta dalam Tahajjudku, karya Anshela, penerbit Diva Press, Cetakan sebelas (XI) November 2012
Teknik Pengumpulan Data 170
analisis kualitatif yang valid (Milles dan Huberman, 2003:17). 3. Penarikan Simpulan / Verifikasi Setelah data-data terkumpul, diklasifikasikan kemudian dianalisis sebagai langkah terakhir dalam penelitian ini, diambil satu simpulan dari bahanbahan tentang objek permasalahannya. Simpulan yang ditarik merupakan simpulan yang esensial dalam proses penelitian. Penarikan simpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara induktif yaitu pola penarikan simpulan dengan cara berpikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus untuk menemukan simpulan yang bersifat umum. Ketiga kegiatan di atas terjadi secara bersamaan merupakan proses siklus dan interaktif (Milles dan Huberman, 2003:19). Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah: (1) Membaca secara keseluruhan dan berulang-ulang novel yang dijadikan sebagai objek penelitian; (2) Mengidentifikasi bagianbagian cerita dalam novel yang dijadikan sebagai objek penelitian; (3) Mengidentifikasikan setiap data pada kelompok data yang sesuai dengan tujuan penelitian; (4) Mendeskripsikan (menggambarkan) data-data yang telah diklasifikasi; dan (5) Menyeleksi data sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebagai hasil penelitian.
Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela. Citra dan Peran Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela sudah terlihat sejak awal sampai akhir cerita. Hampir seluruh bagian cerita memberikan gambar kedekatan sosialogi sastra. Citra Perempuan tersebut meliputi: Aspek Fisis, Aspek Psikis, dan peran perempuan meliputi Aspek Sosial. Untuk lebih jelasnya maka unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Aspek Fisis dalam Citra Perempuan Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya. Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik dalam novel, maka sering terjadi adanya diskriminasi atau perbedaan baik dalam lingkungan sosial atau keluarga. Adapun aspek fisis dalam citra dan peran perempuan dalam novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela terdapat 12 kutipan sebagai berikut: “Ia, ia, Kisi bakal menjaga mama. Eh, pah, masa tadi di sekolah Kisi ditabrak sama orang. Jauh deh!” (Hal: 19). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi bakal menjaga mama, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya karena tokoh utama (Kisi) ingin menjaga keluarganya. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Ya mana lagi kalau bukan perpustakaan sekolah. Kenapa? Selain meminjam buku, di sana juga bercokol cowok manis dengan lesung pipinya yang menawan. Siapa lagi kalau bukan Mauricio, cowok incerannya yang sekaligus adik kelasnya” (Hal: 23)
3. Pembahasan Penyajian Hasil Analisis Data
Penelitian ini penulis menjadikan Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela sebagai objek material.Adapun objek formalnya adalah Citra dan Peran Perempuan dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela.Kajian dilakukan dengan pendekatan struktural mencakup unsur tokoh perempuan sebagai pendekatan penunjang.Selain itu, sebagai pendekatan utama penulis gunakan peran antagonis dan protagonis untuk menganalisis persoalan tokoh yang terdapat dalam Novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela.Melihat karya sastra sebagai sarana penyampaian suatu pesan yang mendidik, melalui pendekatan pragmatik peneliti berusaha mencari nilai-nilai yang terkandung dalam novel.Untuk mencapai salah satu tujuan di atas, peneliti disini mencari Citra dan Peran
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ya mana lagi kalau bukan perpustakaan sekolah. Kenapa? Selain meminjam buku, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik
171
Perempuan tersebut yang memiliki inginan unuk meminjam buku dan tokoh utama (Kisi) menuruti perkataan sahabatnya. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik. “Penyakit cinta?” bu Tika menyebutkan judul buku yang dipinjam Kisi, “kamu mau pinjam ini, Kis?” lanjut ketus (Hal: 24)
langsung dipakai, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah laku tokoh Riris kepada Kisi untuk memberikan jilbab agar menutup auratnya. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Cinta itu indah ya Ris?” kata Kisi seusai ngaji dan shalat Isya. Mereka duduk-duduk di pelataran masjid. Angin malam berhembus lembut. Kisi melepas kerudungnya dan menyampirkan ibunda. Ia membenahi rambutnya yang agak berantakan. Mauris langsung pulang. Yang di dalam masjid tinggal pak haji dan Bangga” (Hal: 55). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi seusai ngaji dan shalat Isya. Mereka duduk-duduk di pelataran masjid, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki Islami untuk melaksanakan shalat dan membbaca Al-Qur’an. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Namanya shalat tahajjud. Bila melakukannya sekali saja bisa ketagihan. Cara yang ampuh untuk bisa mengenal Sang Khalik Yang Maha Agung, yang lebih dekat, indah dan menawan bila sudah mengenalnya dengan penuh rasa cinta. Sejuk jika sudah berkata-kata dengan-Nya. Damai jika sudah berkeluh kesah dengan-Nya. Cinta yang paling membahagiakan adalah bisa dekat denganNya”(Hal: 95).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat bu Tika menyebutkan judul buku yang dipinjam Kisi, “kamu mau pinjam ini, Kis?, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki inginan unuk meminjam buku dan tokoh utama (Kisi) menuruti perkataan bu tika sebagai suster. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik. “Kasihan mereka karena cuman niat setengahsetengah. Kayak kamu juga yang niatnya Cuma gara-gara disuruh Agus. Tapi, maaf ya karena aku udah ngomong kayak tadi. Habis, alasannya sama semua sih. Nih kuisionermu yang tadi. Ingat jaga hijab. Jaga hati. Semoga terhindar dari pandangan setan yang terkutuk” (Hal: 26). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ingat jaga hijab. Jaga hati. Semoga terhindar dari pandangan setan yang terkutuk, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya karena tokoh perempuan (Riri) memberikan nasehat kepada sahabatnya Kisi (tokoh utama). kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Maaf deh kalau gitu. Nih, pake kerudung.” Riris menyedorkan sebuah kerudung pada Kisi dan langsung dipakai. “kamu cantik. Coba kalau suatu saat nanti kamu berjilbab pasti lebih cantik,” puji Riris sambil tersenyum” (Hal: 27).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Namanya shalat tahajjud. Bila melakukannya sekali saja bisa ketagihan. Cara yang ampuh untuk bisa mengenal Sang Khalik Yang Maha Agung, yang lebih dekat, indah dan menawan bila sudah mengenalnya dengan penuh rasa cinta, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan yang memberikan arahan kepada sahabatnya dengan kalima yang baik. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Riris menyedorkan sebuah kerudung pada Kisi dan
172
fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Kisi mendekati mama dan bersimpuh di kaki mama. Menelungkupkan wajahnya ke atas pangkuan mama dan menangis. Ia ikut merasakan apa yang dirasakan mama, tapi tak bisa mengungkapkannya. Jadi, ia hanya bisa menangis menemani mama dalam kegalauan” (Hal: 99).
tingkah lakunya karena tokoh perempuan (Kisi) sedang mengalami musibah dan berdoa kepada Allah dengan sebuah rintihan. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Sekolah gempa. Ada kejadian seru di sekolah. Apa coba? Kisi berjilbab. Diakhir kelulusannya, ia memutuskan untuk berjilbab. Hijrahnya pada dunia jilbab jadi bahan pembicaraan. Ada yang bilang kalau Kisi pengen menggaet ustadz muda yang kini sedang mempersiapkan wawancara skripsi” (Hal: 182).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi mendekati mama dan bersimpuh di kaki mama. Menelungkupkan wajahnya ke atas pangkuan mama dan menangis, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunyadari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Kisi selesai mengaji. Ia pun juga ikut shalat isya berjamaah di masjid. Bermunajat kepada Allah. Setelah sekian lama, ia tidak pernah menjalankan shalat khusyuk seperti ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia menemukan makna shalat yang sesungguhnya.untuk ketenangan hati, supaya hati selau bisa mengingatnya” (Hal: 103).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi berjilbab. Diakhir kelulusannya, ia memutuskan untuk berjilbab, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya karena tokoh perempuan. kalimat tersebut menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Ya allah, apa benar yang aku lihat ini? Atau ini hanya sebuah ilusi? Ah, bukan! Ini pasti nyata. Buktinya bangga belum juga menghilang dari tempatnya. Tunggu! Kalau bangga ada disini dari tadi berarti, ia mendengar kata kataku? Bahkan, ketika kusebutkan namanya dengan suara agak lantang?” (Hal: 197).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi selesai mengaji. Ia pun juga ikut shalat isya berjamaah di masjid. Bermunajat kepada Allah, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunyadari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel. “Ditengah ayat At-Tangghabun yang di baca Bangga, terdengar rintihan Kisi. Bangga menyudahi bacaannya dan menutup Al-Qur’an. Di taruhnya di meja yang ada disamping ranjang Kisi lalu duduk” (Hal: 139).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat “Ya allah, apa benar yang aku lihat ini? Atau ini hanya sebuah ilusi? Ah, bukan! Ini pasti nyata, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya karena tokoh perempuan menjelaskan Citra fisis Perempuan Dari penggambaran hubungan fisik ini yang tidak lepas juga dari penggambaran fisik tokoh dalam novel.
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ditengah ayat At-Tangghabun yang di baca Bangga, terdengar rintihan Kisi. Bangga menyudahi bacaannya dan menutup Al-Qur’an, merupakan kalimat Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan
2. Aspek Psikis dalam Citra Perempuan Aspek psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran,
173
aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Dari aspek psikis ini, citra perempuan juga tidak terlepas dari unsur feminitas. Adapun aspek psikis dalam citra dan peran perempuan dalam novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela terdapat 10 kutipan sebagai berikut: “Oh, orang yang seperti apa yang sudah tega membuatku begini sedih? Orang yang bagaimana yang tega memisahkan aku dari papa? Allah, ini gak adil buatku. Aku yatim? Aku sudah jadi yatim? Papa!!!. “Mama...,” panggil Kisi parau. Meski hatinya bersedih, namun ia enggan menangis. Mama berdiri dan mendekati Kisi lalu memeluknya erat” (Hal: 38-39).
psikologi Riris yang Iba kepada Kisi (tokoh utama) karena ayahnya baru saja meninggal. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. “Bangga juga menyadari tatapan Kisi padanya bukanlah tatapan orang yang fokus pada penjelasannya. Ia berani taruhan jika Kisi nggak mengerti apa yang dia jelaskan tadi. Kisi sedang meneliti dirinya hingga ia pun jadi salah tingkah. “ya Allah, selamatkanlah aku dari pandangan buruk setan.” Bangga mencoba beristighfar berkali-kali. Tapi, hasilnya nihil” (Hal: 47). Kutipan di atas ditandai pada kalimat “Ya Allah, selamatkanlah aku dari pandangan buruk setan.” Bangga mencoba beristighfar berkali-kali, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. “Memang benar Kisi mau mengaji, tapi nggak benar-benar mengaji.” Kisi hanya tersenyum melihat kebingungan mama. “maksudnya, tujuan Kisi sebenarnya mau wawancara Bangga. Dan, Bangga kasih syarat, Kisi mesti mau ngaji dulu jika ingin wawancara dia” (Hal: 84).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Orang yang bagaimana yang tega memisahkan aku dari papa, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan mahluk yang memiliki perasaan kasih dan sayang kepada sang ayah, sehingga kemitian ayah Kisi Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Kutipan ini sejalan dengan kutipan dibawah ini: “Kisi melepaskan pelukan mama lalu berjalan mendekati keranda papa sambil memungut bungkusan tempe penyet. Wajah papa begitu ganteng meski di kepalanya masih tersisa nodanoda darah” (Hal: 39). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Wajah papa begitu ganteng meski di kepalanya masih tersisa noda-noda darah, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan mahluk yang memiliki perasaan kasih dan sayang kepada sang ayah, sehingga kemitian ayah Kisi Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. “Sabar ya, Kis,” bujuk Riris yang saat itu juga datang. “yuk kita tahlilan,” lanjutnya. Mereka bertiga duduk berdampingan. Riris memakaikan kerudung ke kepala Kisi. Kisi hanya diam. Matanya kembali membuat linangan air mata” (Hal: 41).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Memang benar Kisi mau mengaji, tapi nggak benarbenar mengaji.” Kisi hanya tersenyum melihat kebingungan mama, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Jadi kata tersenyum merupakan aspek psikis. “Ma, Kisi pun bingung. Kisi juga nggak tahu apa yang sebaiknya Kisi lakukan. Kisi emang nggak berguna buat mama. Kisi durhaka pada mama. Kisi egois. Nggak pernah mendoakan papa yang sudah berbaur dengan tanah. Nggak bisa diharapkan. Tapi, Kisi masih mau berubah. Kisi akan jadi yang seperti mama harapkan. Jadi
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Riris memakaikan kerudung ke kepala Kisi, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu 174
kebanggan mama. Jadi kebamnggaan papa juga” (Hal: 99).
kata Kisi akan tekun membaca Al-Quran merupakan aspek psikis. “Ternyata Allah masih sayang sama Kisi. Allah, bimbinglah agar dia selalu di jalan-Mu,” doa Riris. Seutas senyum manis keluar dari bibirnya, mengarah pada Kisi yang duduk di hadapan pak haji (Hal:102). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ternyata Allah masih sayang sama Kisi. Allah, bimbinglah agar dia selalu di jalan-Mu,” doa Riris, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. “Kis, Mama tahu, kamu masi sakit hati pada Velly, tapi tolong, demi Mama. Berilah sedikit ruang dihatimu untuk bisa memaafkan Velly. Mereka sudah cukup bertanggung jawab dengan kesalahan anak mereka. Mama mohon untuk kali ini jangan jadi keras kepala!”(Hal: 159).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Kisi juga nggak tahu apa yang sebaiknya Kisi lakukan. Kisi emang nggak berguna buat mama. Kisi durhaka pada mama. Kisi egois. Nggak pernah mendoakan papa yang sudah berbaur dengan tanah. Nggak bisa diharapkan, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Jadi kata egois merupakan aspek psikis. “Waalaikum salam” jawab mama pelan. Seiring langkah kaki Kisi ke masjid terucap doa mama yang tulus. “semoga anakku benar-benar niat karena-Mu, ya Allah,” batin mama” (Hal: 101). Kutipan di atas ditandai pada kalimat semoga anakku benar-benar niat karena-Mu, ya Allah,” batin mama, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Jadi kata batin mama merupakan aspek psikis. “Langkah kaki Kisi ringan. Ia menuju masjid dengan hati yang selalu bernyanyi riang. Ya, mulai kini ia mencoba menata hatinya. Ia akan berniat karena Allah. Ia akan tekun membaca Al-Quran. Pokoknya ia tidak akan mengecewakan mama” (Hal:101).
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Berilah sedikit ruang dihatimu untuk bisa memaafkan Velly, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu mahluk yang memiliki perasaan saling memaafkan. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Jadi kata memaafkan merupakan aspek psikis. 3. Aspek Sosialdalam Peran Perempuan Citra sosialPerempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Citra sosial ini memiliki hubungan dengan norma-norma dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat dimana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. Adapun aspek citra sosial dan peran perempuan dalam novel Bercinta dalam Tahajudku Karya Anshela terdapat 4 kutipan sebagai berikut: “Eh... begini, Ris, bukannya aku gak mau ikut ekskul ini, tapi aku ikut gara-gara dapat tugas dari Agus buat bikin rubrik khusus. Jadi, untuk saat ini aku males, Ris. Nanti sore aku ke rumahmu saja ya buat nanya-nanya. Dan sekalian, please, tolong aku
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ia menuju masjid dengan hati yang selalu bernyanyi riang. Ya, mulai kini ia mencoba menata hatinya. Ia akan berniat karena Allah. Ia akan tekun membaca Al-Quran, merupakan kalimat Citra psikis Perempuan adalah termasuk mahluk yang psikologis yaitu Kisi sedang mencsucikan diri dan menenangkan perasaannya karena masalah yang dihadapinya. Dari citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita. Jadi 175
dimiliki tokoh perempuan tokoh utama (Kisi). Jadi jelas Citra sosial ini memiliki hubungan dengan norma-norma dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat dimana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. “Sekolah gempa. Ada kejadian seru di sekolah. Apa coba? Kisi berjilbab. Diakhir kelulusannya, ia memutuskan untuk berjilbab. Hijrahnya pada dunia jilbab jadi bahan pembicaraan. Ada yang bilang kalau Kisi membantu temannya dalam mempersiapkan wawancara skripsi, Kisi Baik juga ya?” (Hal:182).
buat menyebarkan kuisioner ini. Tolong ya...!” (Hal: 22). Kutipan di atas ditandai pada kalimat Dan sekalian, please, tolong aku buat menyebarkan kuisioner ini, merupakan kalimat peran sosialPerempuan merupakan perwujudan dari peran Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Dari peran ini dapat tergambar rasa sosial yang dimiliki tokoh perempuan dalam membantu dan memahami tugas sahabatnya. Jadi jelas peran sosial ini memiliki hubungan dengan normanorma dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat dimana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. “Maaf mungkin aku terlalu kasar. Dan, terima kasih telah mencintaiku. Pergilah, semoga Allah membuka pintu hatimu hingga kamu bisa memilih jalan yang benar.” Setelah berkata begitu, Riris meninggalkan Mauricio seorang diri” (Hal: 77).
4. Simpulan
Simpulan penelitian ini bahwa (1) Citra fisis Perempuanbisa direpresentasikan dengan gambaran fisik Perempuan tersebut yang memiliki hubungan terhadap pengembangan tingkah lakunya; (2) Citra psikis ini dapat tergambar kekuatan emosional yang dimiliki oleh Perempuan dalam sebuah cerita; (3) Citra sosialPerempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat.
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Maaf mungkin aku terlalu kasar, merupakan kalimat peran sosialPerempuan merupakan perwujudan dari citra Perempuan dalam keluarga serta citranya dalam masyarakat. Dari peran ini dapat tergambar rasa sosial yang dimiliki tokoh perempuan dalam memberikan kata maaf kepada seseorang ketika ia melakukan kesalahan. Jadi jelas peran sosial ini memiliki hubungan dengan norma-norma dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, tempat dimana perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. “Setibanya, Riris terkejut melihat kedatangan Kisi yang rapi. Ia mendatangi Kisi yang berdiri celingukan mencari sesuatu. Ya, ia mencari Bangga. Sang narasumber kok nggak kelihatan?” (Hal: 85).
Daftar Pustaka Anshela, 2012. Bercinta dalam Tahajjudku. Jogjakarta: PTDiva Press. Burhan, Nurgiantoro. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian sastra (Epitemologi, Model, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: PN. Pustaka Widyatama.
Kutipan di atas ditandai pada kalimat Ia mendatangi Kisi yang berdiri celingukan mencari sesuatu. Ya, ia mencari Bangga. Sang narasumber kok nggak kelihatan?, merupakan kalimat peran sosialPerempuan merupakan perwujudan dari peran Perempuan dalam melaksanakan acara wawancara dalam kajian Islam. Dari citra psikis ini dapat tergambar rasa sosial yang
Kinayati. 2009.Teori Sastra: Diktat Perkuliahan Kesastraan. Jakarta: FBS/PPS UNJ. Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
176
Milles, Matthew B dan Michael Huberman. 2003. Analisis Data Kualitatif. (Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Semi, Atar. 2003. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita: Perspektif Sajak-Sajak Toety Heraty. Bandung: Nuansa. Suharso. 2002. PembelajaranMenyimak Tingkat Mahasiswa. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan Suharianto. 2000. Pengantar Sastra. Jakarta: Divva Pres Suyitno. 2003. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan. Bandung: Nusa Indah. Wahyudi.2008. Kesantunan Berbahasa Masyarakat Indonesia.Jakarta; Pustaka Permata.
177