CID-3 Kenangan Yang Tak Terlupakan Atas kerja sama dengan Bapak Tim Hoevenagel dari Garuda Orient Holidays dan dukungan dari Bapak Yayan Ganda Mulyana, Konjen KJRI-Sydney, Diaspora Indonesia di Australia kembali lagi dapat berpartisipasi dalam acara kongres Diaspora Indonesia yang ketiga dengan tema "Diaspora Bakti Bangsa". Suatu kebanggaan dan kenang-kenangan yang terulang kembali pada setiap dua tahun. Bila pada kongres yang ke dua, dengan tema "Pulang Kampung", pada tahun 2013 yang juga diadakan di Jakarta, Diaspora Indonesia di Australia hanya dapat bersemangat dan memberi wacana mengenai bagaimana Diaspora Indonesia, yang merupakan aset bangsa, dapat berpartisipasi bersama rakyat Indonesia untuk membangun masa depan Indonesia, maka pada kongres Diaspora Indonesia yang ke tiga, Diaspora Indonesia di seluruh penjuru dunia, termasuk Diaspora Indonesia di Australia melaporkan hasil nyata dari apa yang telah mereka perbuat bagi Ibu Pertiwi sejak 2013. Semangat berbuat untuk membangun bangsa kita ini selalu membara didalam jiwa raga Diaspora indonesia dimanapun mereka berada dan tidak pernah padam walaupun berada jauh dari pangkuan Ibu Pertiwi. Seperti yang di ekspresikan oleh Ismail Marzuki secara tepat dalam lagu Indonesia Pusaka: "Di sana tempat lahir beta. Dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua. Tempat akhir menutup mata". Semangat membara Diaspora Indonesia ini akhirnya dapat disatukan pada kongres pertama pada tahun 2012 di Los Angeles yang di dibuka oleh Bapak SBY, mantan Presiden RI yang ke 6, di prakarsai oleh Bapak Dino Patti Djalal, mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat yang merupakan ajang bertujuan untuk menginspirasi masyarakat diaspora Indonesia untuk menghubungkan dan menyatukan diri menjadi satu komunitas besar dan menciptakan kekuatan yang nyata dalam rangka mencapai Indonesia yang lebih baik. Acara ini juga bertujuan untuk mendorong dan mengimplementasikan inisiatif nyata untuk memperdayakan masyarakat Indonesia di seluruh dunia. Semangat Diaspora Indonesia yang dituangkan dalam konferensi Diaspora Indonesia yang ke dua (CID-2) pada tahun 2013, ternyata disambut dengan penuh kecurigaan oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh seringnya masyarakat Indoensia kecewa dengan inisiatif-inisiatif baru yang jarang menjadi kenyataan, baik dari kalangan pemerintah maupun dari kalangan swasta, apa lagi dengan inisiatif yang datang dari luar negeri dan belum pernah terjadi di Indonesia.
Page 1 of 15
Tetapi tidak demikian halnya pada konferensi Diaspora Indonesia yang ke tiga (CID-3) kali ini. Sejak tiba di bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, walaupun kali ini tidak ada jalur imigrasi khusus bagi Diaspora Indonesia, tetapi pelayanan dan sambutan yang ramah dan hangat kepada diaspora Indoneisa tidak saja oleh petugas-petugas imigrasi tetapi juga dari masyarakat Indonesia pada umumnya selama kami berada di Indonesia, sehingga memberi kehangatan yang sangat mendalam kepada Diaspora Indonesia yang datang dari manca negara. Sambutan ramah tamah dan kehangatan yang diperlihatkan oleh masyarakat Indonesia, tidak saja disebabkan oleh kesadaran masyarakat di Indonesia, bahwa Diaspora adalah aset bangsa, seperti halnya dengan Diaspora-Diaspora dari China, India, Philiphina dan sebagainya untuk negara mereka masing-masing, tetapi juga karena kontribusi-kontribusi nyata yang telah di tunjukan oleh para Diaspora Indonesia diseluruh penjuru dunia, misalnya Liveable City yang di prakarsai oleh Task Force (Gugus Tugas) Diaspora Indonesia di Belanda, penelitian bersama (Joint Research) antar universitas Flinders di Australia dengan universitas UNAS, UNPAD, UI dan UIN di Indonesia dan Memajukan Maritim & Perikanan Sektor di Indonesia ( Making Indonesia's Maritime & Fisheries Sector Thrive) yang di prakarsai oleh Task Force Diaspora Indonesia di Australia.
Diaspora Executive Council Pada tanggal 11 Agustus 2015, sehari sebelum dimulainya konferensi Diaspora Indonesia yang di buka secara resmi oleh Bapak Jusuf Kala, Wakil Presiden RI di hotel J.S. Luwansa, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, seluruh Diaspora eksekutif mengadakan dewan pertemuan di gedung Kemelu, Jalan Pejambon, Jakarta. Pada pertemuan Diaspora Executive Council, para pemimpin Diaspora Indonesia dari seluruh penjuru dunia berkumpul untuk melaporkan apa yang sudah di dilakukan dan dicapai oleh masing-masing wilayah (region), demikian juga rencana masingmasing wilayah untuk 2015-2017, dimana wilayah adalah istilah yang dipakai untuk mengkoordinasikan aktifitas Diaspora. Struktur yang sudah ditetapkan adalah setiap wilayah dibagi lanjut dalam cabang (chapter). Pada saat ini Diaspora Indonesia terbagi dalam tujuh (7) wilayah (Global, Amerika, Timur Tengah & Afrika, Asia Timur, Eropa, Australia, Oceania). Masingmasing wilayah diwakili oleh seorang Wakil Presiden dan dipimpin oleh Presiden Global yang berkedudukan di Jakarta Indonesia. Untuk IDN Australia, pembagian cabang berdasarkan state dan territory yang berlaku di Australia (IDN-NSW, IDN-QLD, IDN-WA, etc). Yang hadir dari Australia dan Oceania pada pertemuan Diaspora Executive Council Meeting adalah Bapak Rudolf Wirawan, Presiden IDN dari cabang NSW, Bapak Page 2 of 15
Noel Pranoto, Presiden IDN dari cabang Queensland, Ibu Sophie Soejitno, IDN Presiden dari cabang New Caledonia dan Bapak Frans Simarmata, Wakil Presiden untuk wilayah Australia dan Oceania (2013-2015). Hasil pertemuan Diaspora Executive Council meeting, antara lain adalah pergantian Presiden Global dari Bapak Mohamad Al-Arief kepada Bapak Ebed Litaay dari Belanda untuk masa kerja 2015-2017. Sebelum menerima jabatan baru tersebut, Bapak Ebed adalah Wakil Presiden wilayah untuk Eropa. Juga pada kesempatan tersebut, Bapak Rudolf ditetapkan sebagai Wakil Presiden wilayah untuk Australia (2015-2017). dan Ibu Sophie sebagai Wakil Presiden wilayah untuk Oceania (2015-2017), menggantikan Bapak Frans yang sebelumnya bertanggung jawab atas wilayah Australia dan wilayah Oceania.
Making Indonesia's Maritime & Fisheries Sector Thrive Pada hari pertama, tanggal 12 Agustus di ruang Bima, Bidakara Convention Centre, bersama dengan Bapak Martono Yuwono, Ketua Umum Yayasan Pusaka Nusantara Raya (YPNR) dan Bapak Rudolf Wirawan, Presiden IDN di NSW mengingatkan kembali bahwa konon dahulu kita pernah menjadi bangsa bahari dari kerajaan maritim yang besar. Kerajaan Pajajaran, Sriwijaya, Majapahit, Samudra Pasai, Gowa Talau, Ternate dan lain-lain. Hal ini mengingatkan kita pada kejayaan dan kebesaran kerajaan maritim di Nusantara di masa lalu, yaitu pada era pra kolonial. Bagaimana bangsa itu kini setelah lebih dari 350 tahun masa penjajahan? Ternyata, penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu sangat lama, telah sanggup memporakporandakan sikap mental dan budaya bangsa maritim Nusantara, yang menjadikan laut sebagai kekuatan dan sumber kehidupan, yang berpaling dari jati diri asli, menjadi bangsa non maritim, yang mengandalkan sumber kehidupan bangsa di daratan, dari sejak penjajahan hingga kini. Sudah 70 tahun kita merdeka, namun kita masih lamban membangun kembali semangat maritim bangsa, padahal Deklarasi Djuanda tahun 1957 telah menyatakan Indonesia Negara Kepulauan terbesar di dunia, dengan 2/3 bagiannya adalah lautan yang mempersatukan kawasan NKRI. Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan bangsa non maritim dan membangun kembali Indonesia sebagai negara Maritim, yang akan menjadi kekuatan kita menghadapi tantangan masa depan. Tekad Joko Widodo – Jusuf Kalla, kini Presiden dan Wakil Presiden, tanggal 22 Juli 2014, yang mencanangkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia di atas Kapal Pinisi Bugis Tradisional di Sunda Kelapa, merupakan refleksi tekad Indonesia membangun Indonesia Negara Maritim tahun 2025.
Page 3 of 15
Pada sesi tersebut, Bapak Rudolf juga memaparkan kejayaan bangsa Indonesia di masa silam melalui kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit dan lain-lain. Dalam uraiannya, Bapak Rudolf menyatakan bahwa banyak orang, sudah tidak lagi menyadari ataupun mengetahui bahwa Indonesia adalah bangsa dan negara besar yang tidak kalah dengan negara Tiongkok yang dikenal melalui dinastidinasti seperti Tang, Ming, Qin dan sebagainya. Indonesia juga memiliki kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram dan lainlainnya yang tidak kalah besarnya dengan dinasti-dinasti di Tiongkok, tetapi mengapa, bila hal tersebut ditanyakan kepada saudara saudara kita di Indonesia, kebanyakan dari mereka hanya tertawa dan menganggap kenyataan sejarah tersebut sebagai dongeng belaka. Selain itu banyak orang asing mengetahui keberadaan dinasti-dinasti di Tiongkok, tetapi jarang sekali mereka mengetahui adanya kerajaan Sriwijaya ataupun Majapahit di Indonesia yang membentang dari bagian India Selatan, Ceylon, bagian Indocina, bagian Filipina, Malaysia hingga bagian Australia utara. Banyak orang juga tidak tahu, bila bendera-bendera Malaysia, Inggris dan Amerika adalah terinspirasi dari bendera Sriwijaya dan Majapahit, seperti yang tertera pada gambar diatas. Tidak hanya itu, seperti yang terlihat pada gambar diatas, kapal Bugis Phinisi terbukti telah sanggup mengarungi samurdra luas melalui jalur-jalur yang disebut jalur rempah (Spice route). Spice Routes, adalah nama yang diberikan ke pada jaringan rute laut yang menghubungkan Timur dengan Barat. Jalur ini membentang dari pantai barat Jepang, melalui pulau-pulau Indonesia, sekitar India ke tanah Timur Tengah - dan dari sana, melalui Mediterania ke Eropa. Ini adalah jarak lebih dari 15.000 kilometer dan, bahkan hari ini, bukanlah merupakan perjalanan yang mudah. Juga terlihat pada gambar diatas jalur sutera (Silk Route) yang berwarna biru tidaklah sepanjang jalur rempah yang berwarna merah. Ini membuktikan bahwa nenek moyang kita sejak berabad-abad yang silam telah sanggup menjelajahi dunia dan mengarungi samudra dengan hanya menggunakan petunjuk-petunjuk langit, arus laut, arah angin dan sebagainya. Dalam uraian lanjut, Bapak Rudolf mengatakan bahwa bila ada orang menghubungkan beliau sebagai keturunan Tiongkok, walaupun beliau sendiri, selain bermata sipit, tidak merasa ada kaitan tersebut. Tetapi hal itu membuat beliau merasa bangga dan memberi keyakinan, bahwa beliau itu adalah turunan bangsa besar. Itulah yang mungkin secara tidak sadar mendorong beliau untuk selalu bergerak satu langkah lebih jauh daripada yang lain. Menghadapi kenyataan ini, beliau bertanyatanya, mengapa kita sebagai bangsa Indonesia tidak dapat merasakan kebesaran bangsa kita seperti apa yang dirasakan oleh keturunan Tiongkok. Setelah beliau tinggal cukup lama di negara Kanguru Page 4 of 15
dan juga telah menjadi warga negara Australia, beliau baru menyadari bahwa kebanggaan bangsa kita ini memang sengaja dihilangkan dan ditutupi oleh penjajah Belanda dengan tujuan agar bangsa kita selalu merasa lebih rendah dibandingkan dengan bangsa kulit putih. Hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Australia terhadap suku Aborigin dengan diberlakukan hukum ‘tidak tertulis’ dimana keluarga orang-orang putih dengan paksa dapat mengambil anak-anak suku Aborigin dari orang tuanya dengan cara mengadopsinya sebagai anak mereka sendiri yang kemudian dikenal dengan nama “stolen generation” atau “pencurian kelangsungan hidup suatu generasi”. Dengan tujuan yang sama seperti apa yang dilakukan oleh penjajah Belanda untuk melenyapkan jejak-jejak kejayaan dan kebesaran bangsa Indonesia, kultur Aborigin dihapus secara paksa, agar pada generasi berikutnya orang orang Aborigin selalu merasa berhutang budi dan berterima kasih, bahwa mereka sudah di "selamatkan" dari kehidupan yang primitif. Kehidupan suku Aborigin yang dianggap primitif ini, ternyata jauh lebih tinggi atau cerdas (creative, parallel thinking, right brain, creative, intuition) dari pada pemikiran Barat (logic, sequential, analytical, reasoning, Left brain), karena orang Barat tidak memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi (higher level of consciousness), sehingga mereka mempunyai potensi untuk menghancurkan dunia dalam sekejap mata. Sedangkan suku Aborigin melalui Dreamtime (keadaan dalam meditasi), mereka mempunyai kesadaran yang sangat tinggi bahwa seluruh alam semesta terbuat dari getaran. Oleh karena itu mereka selalu menjaga keseimbangan getaran alam tersebut. Dibawah ini adalah beberapa filsafat suku Aborigin yang diperoleh dari Dreamtime:
We don't own the land, the land owns us We don't have boundaries like fences, as farmers do We have spiritual connections Menurut Arnold Mindell dalam bukunya yang berjudul Quantum Mind: "The Edge Between Physics and Psychology", dinyatakan bahwa untuk menangkap pengertian Quantum Mechanics, diperlukan pandangan dan pemikiran dari suku Aborigin. Sebab mereka selalu mempunyai pandangan bahwa setiap benda dialam semesta selalu hidup (bergetar). Ini terbukti dengan diketemukannya String Theory, yang mengatakanbahwa setiap benda disemesta alam berrupa getaran yang berosilasi. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus sadar bahwa kita adalah bangsa besar dan tidak kalah dengan bangsa Tiongkok ataupun bangsa manapun juga didunia. Negara kepulauan kita disebut Nusantara -istilah yang diambil dari sumpah Palapa oleh Gajah Mada perdana menteri Kerajaan Majapahit, pada 1336, untuk menyatukan Nusantara. Istilah Nusantara ditulis pada naskah Jawa kuno, yaitu Pararaton dan Negarakertagama. Nusantara dalam bahasa Sansekerta berarti “pulau” untuk menggambarkan Asia Tenggara. Juga jangan lupa dengan penemuan Pithecanthropus erectus (Java Man) dan Sinanthropus pekinensis (Peking Man), membuktikan bahwa orang Jawa mendahului manusia Peking dan diperkirakan telah menempati Jawa sejak sekitar 1.000.000 sampai 500.000 tahun yang lalu. Ini Page 5 of 15
membuktikan, peradaban di Nusantara dan Tiongkok jauh lebih maju dan tinggi daripada peradaban dinegara-negara lain.
Open Governance Joint Research in Policy and Decision Making Pada hari kedua, tanggal 13 Agustus di ruang Nakula, Bidakara Convention Centre, bersama dengan Dr ida Widianingsih dari Universitas Padjajaran, Ibu Novieta Hardeani Sari dari Universitas Nasional dan Bapak Rudolf Wirawan memberi laporan mengenai hasil dari joint research antara universitas di Australia dan di Indonesia. Join Research ini diawali dengan kedatangan dua Diaspora Indonesia dari Australia, Ibu Dina Sari dan Bapak Olfriady Letunggamu (Osco) ke Universitas Nasional (UNAS) di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 yang di sambut oleh tim dari UNAS yang diketuai oleh Dr TB Massa Djafar, kepala program Ilmu Politik di Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta. Atas inisiatif Bapak Massa untuk dapat mengadakan Joint Research dengan universitas di Australia dalam bidang Open Governance, IDN-NSW mengirimkan TOR (Term of Reference) kepada seluruh Diaspora Indonesia di Australia. Oleh Ibu Firda Firdaus (IDN-SA), Senior Lecture, Department of Languages and Applied Linguistics dari universitas Flinders, kami diperkenalkan dengan Prof Janet McIntyre Mills Assoc Prof, juga dari Flinders University yang sangat tertarik dengan ide dari TOR tersebut. Hasil dari beberapa pertemuan melalui Skype meeting, pada tanggal 22-24 April 2015, Prof Janet mengunjungi UNAS di Jakarta. pada kunjungan tersebut terbentuk joint research konsortium yang terdiri atas 5 universitas (Flinders, UNAS, UIN, UI dan UNPAD). Melalui joint research antara universitas di Australia dengan universitas di Indonesia, diharapkan dapat terjadi pertukaran mahasiswa (Student Exchange), sehingga rasa percaya diri mahasiswa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menyadari bahwa sebetulnya tidak ada perbedaan yang berlebihan diantara universitas baik di dalam maupun diluar negeri. Walaupun banyak pengetahuan yang dapat ditimba dari luar negeri, di dalam negeripun tidak kurang banyaknya yang dapat dipelajari oleh mahasiswa asing dari luar negeri. Kedatangan mahasiswa-mahasiswa asing dari luar negeri tidak saja akan membuat kita bertambah percaya diri tetapi juga akan lebih sadar dan bangga dengan apa yang telah kita miliki. Misalnya bila orang asing fasih berbahasa Indonesia, menyadari hal tersebut saja akan membuat kita lebih menghargai bahasa kita sendiri. Demikian juga halnya dengan kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia.
Page 6 of 15
Diaspora Executive Council Planning Meeting Pada hari kedua, tanggal 13 Agustus 2015, diadakan pertemuan Diaspora Executive Council Planning meeting yang kedua dan dihadiri oleh pemimpin-pemimpin region yang baru saja terpilih untuk bertanggung jawab pada masing-masing region. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Bapak Dino dan bapak Arief yang memberi pengarahan-pengarahan yang harus diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin baru. Selain membicarakan rencana-rencana Diaspora untuk tahun 2015-2017, Bapak Dino juga mengingatkan kembali, bahwa sebagai aset bangsa, Diaspora bukan suatu organisasi, melainkan suatu gerakan, yang bersifat netral dan non politis. Gerakan Diaspora tidak dimiliki oleh parpol manapun, tetapi di dukung oleh parpol. Selain itu Bapak Arief juga menegaskan bahwa untuk mencapai tujuannya, Diaspora Indonesia perlu didukung oleh ormas mayoritas, terutama dalam mengupayakan dwi kewarganegaraan Indonesia yang perjalanannya dianggap masih panjang. Dwi kewarganegaraan yang diusung oleh Diaspora adalah untuk mempertahankan keindonesiaan seseorang, bukan untuk mengindonesiakan orang asing. Pada kesempatan tersebut, IDN Australia juga menawarkan pembuatan Portal terintegrasi. Dengan hanya cukup mengetahui nama situs IDN-Global (www.diasporaindonesia.org) peguna portal sudah dapat mengakses portal Diaspora Indonesia diseluruh dunia, baik secara region maupun secara chapter. Seperti yang terlihat pada gambar di samping, strukture portal sangat sederhana. Melalui dropdown menu di situs IDNGlobal, dapat di telusuri lima (5) region. Demikian juga halnya dengan situs-situs region. Melalui dropdown menu di situs region dapat ditelusuri semua chapter yang di naungi oleh region tersebut. Karena semua portal terintegrasi dengan baik, maka semua informasi dengan klasifikasi tertentu dapat mengalir dari Global hingga Chapter (top-down flow). Sebaliknya informasi dari Chapter juga dapat mengalir ke Global (bottom-up flow). Page 7 of 15
Diaspora Gala Dinner Atas kerjasama dengan Kementerian Parawisata Republik Indonesia, pada hari penutupan, tanggal 13 Agustus 2015, kami semua dijamu untuk menikmati kuliner Indonesia dan persembahan taritarian dari Jember Fashion Carnival (JFC) dengan gerakan-gerakan dan kostume yang sangat menakjubkan. Pada kesempatan tersebut, Bapak Dynand Fariz, Presiden Jember Fashion Carnaval mengatakan bahwa JFC adalah salah satu kebanggaan bangsa Indonesia, sebab prestasinya telah mendunia dan menduduki peringkat keempat terbaik didunia, dibawah Amerika Serikat, Brazil dan Jerman. Pada Gala dinner tersebut, diperagakan kurang lebih 20 model dengan kostum-kostum yang megah, desain-desain yang unik dan spektakular serta aksi koreografi yang memukau digabung dengan tata panggung, suara, dan cahaya membuat para Diaspora Indonesia yang pada umumnya datang dari luar negeri merasa kagum pada setiap sesi penampilannya. Tentunya pada kesempatan ini, Diaspora Indonesia dari negara Kanguru, juga tidak mau kalah. Tidak saja penampilan tari budaya yang ditampilkan oleh Ibu Christy dan Ibu Tia dari IDN Queensland dalam tarian Nandak Betawi untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam sesi Kuliner & Budaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia melalui budaya dan kuliner sebagai "Soft Diplomacy", tetapi juga dipentaskan pada malam penutupan. Pada sesi Kuliner & Budaya, Ibu Astrid Vasile dari IDN-WA juga memaparkan bagaimana Diaspora Indonesia , sebagai aset bangsa dapat digunakan sebagai "Soft Diplomacy" untuk menjembatani Indonesia dengan dunia luar.
Page 8 of 15
Sebagai bukti nyata dari "Soft Diplomacy", semua penonton diajak kedepan untuk ikut menari tarian Nandak Betawi yang sangat anggun dan mudah diikuti. Malam yang menggembirakan ini diakhiri dengan photo bersama. Sungguh suatu kenangan yang tidak mudah dilupakan.
Diaspora Award - Honouring Leadership Excellence, Achievement, Innovation and Dedication Sejak 1981, Bapak Rasyid bersama Ibu Lailawaty, yang namanya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia di NSW, karena beliau berdua tidak pernah lelah dalam berbagi waktu untuk komunitas masyarakat di NSW. Misalnya mereka aktif sebagai Komite Eksekutif Muslim Council of NSW Inc, aktif sebagai Komite Eksekutif Jaringan Indonesia Diaspora di NSW (IDN-NSW), 24 jam layanan relawan bagi kesejahteraan masyarakat swasta senior Indonesia di Sydney, dan sebagainya. "Kami memutuskan untuk memberi penghargaan ini, karena kami menyadari dibalik keberhasilan seseorang tidak akan jauh dari pendampingnya. Hal ini sudah lama kami sadari dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Diaspora Indonesia, kami memberi penghargaan kepada sepasang suami-istri, karena mereka berdua sebagai Diaspora Indonesia membuktikan sekali lagi, bahwa gerakan Diaspora bukanlah gerakan individual, tetapi merupakan gerakan yang meliputi tidak saja keluarga tetapi bangsa", tutur Arief. Penghargaan ini disampaikan dalam Kongres Diaspora yang digelar di Hotel Bidakara pada tanggal 12-14 Agustus 2015. Diaspora Indonesia di Australia telah berdiri sejak tanggal 6 July 2013 dengan dukungan dari Perwakilan RI di Australia. Karena definisi sederhana Diaspora itu adalah PERANTAU, maka yang dimaksud dengan Diaspora Indonesia adalah semua perantau yang dilahirkan di Indonesia, turunan Indonesia ataupun yang berdarah Indonesia melalui kawin campur, dimana kecintaan mereka terhadap Ibu Pertiwi masih membara didalam lubuk hatinya. Untuk itu, kami menghimbau agar semua Diaspora Indonesia di seluruh negara bagian dan territories di Australia yang masih peduli dengan Ibu Pertiwi untuk bersatu dan aktif menyebarkan semangat Diaspora. Seperti yang selalu ditegaskan oleh pendiri Diaspora Indonesia, Bapak Dino Patti Djalal, Diaspora bukan suatu organisasi, melainkan suatu gerakan, yang bersifat netral, non politis dan Diaspora Indonesia merupakan wadah bagi para perantau tersebut. Seperti halnya Page 9 of 15
dengan Sumpah Pemuda, dimana berawal hanya dari gerakan pemuda yang bertujuan untuk menyatukan Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasa, dan sebagainya, untuk melawan penjajah, akhirnya terlahir Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami juga ingin menghimbau kepada semua perantau Indonesia, bahwa didalam suatu gerakan, dengan hanya mencantumkan nama, tanpa disertai dengan kontribusi nyata, maka gerakan ini tidak akan berjalan dengan baik ataupun mencapai hasil yang diharapkan.
Nama akan mudah lenyap dihembus angin, Perbuatan nyata akan terukir dilubuk hati Ibu Pertiwi. Side Events (DIASPORA GOES TO BANDUNG) Pada tanggal 16 Agustus 2015, dalam rangka CID-3 Side Events, diadakan peresmian Diaspora Wayfinder di Taman Vanda, Bandung, sebagai bagian dari side event Liveable Cities CID3 'Diaspora Goes To Bandung'. Walikota Bandung Ridwan Kamil, arsitek & mantan Diaspora diprakarsai banyak perbaikan dalam upaya untuk membuat Bandung sebagai pilot Smart City untuk Indonesia. Tempat yang dikunjungi termasuk: Bandung Command Center, transformasi ruang publik Alun-Alun, Taman Jomblo, Taman Film dan Microlibraries. Mengenai Bandung Command Center yang juga di prakarsai oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dijelaskan bahwa fungsi utama dari Command Center ini adalah untuk mengawasi kerja pegawai negeri sipil dalam melayani publik. Setiba di Taman Bima Bandung, kami disambut hangat oleh kepala desa setempat, dimana Microlibrary didirikan. Microlibrary adalah perpustakaan micro yang unik berbentuk kubus, didesign oleh Ibu Daliana Suryawinata dan Bapak Florian Heinzelman. Mereka berdua adalah Diaspora Indonesia dari Belanda. Perpustakaan unik berbentuk kubus yang
Page 10 of 15
didesign dengan memakai barang bekas yang bisa di daur ulang sehinga menimbulkan daya tarik yang unik. Pada kesempatan ini, Bapak Ebed Litaay presiden baru IDN Global menyarankan dalam kata sambutannya kepada Bapak Walikota, agar CID-4 dapat diselenggarakan di Bandung! Saran yang diberikan oleh Bapak Ebed, ternyata disambut dengan sangat bersemangat oleh Bapak Walikota. Beliau membalas sambutan Bapak Ebed dengan menyatakan bahwa, bila Bandung dapat menjadi tuan rumah pada konferensi Asia Afrika dengan baik, mengapa tidak Bandung juga menjadi tuan rumah konferensi Diaspora Indonesia yang ke empat (CID-4).
Dengan Bangga Diaspora Indonesia Hadir bersama Bangsa Indonesia di Upacara 70th Indonesia di Istana Indonesia Diaspora Network (IDN) sebagai suatu gerakan nonpolitik yang bertujuan memperluas koneksi, menggandakan peluang, dan meningkatkan kesejahteraan diaspora dan rakyat Indonesia di tanah air, pada tanggal 17 Agustus 2015 diundang untuk menghadiri upacara Hari kemerdekaan Indonesia ke-70 di Istana Merdeka, bersama dengan Presiden Republik Indonesia dan jajaran Kabinetnya. Suatu pengalaman yang membanggakan dan memotivasi kami untuk bekerja lebih baik bagi anakanak bangsa yang membutuhkan kesempatan dan peluang yang lebih baik. MERDEKA, SEKALI INDONESIA TETAP INDONESIA!!!
Diaspora Visiting Saung Angklung Udjo Sebagai bagian dari Hari Harmony Australia, kami dari Indonesia Diaspora Network di NSW bersama Saung Angklung Udjo yang di dukung oleh KJRI Sydney merencanakan untuk memfasilitasi serangkaian pertunjukan Angklung interaktif yang terkoordinasi dan terbuka untuk umum. Acara pertama akan digelar di Sydney, kemudian diikuti dengan pertunjukan serupa di kota-kota besar lainnya. Angklung adalah instrumen sederhana, alat tradisional Indonesia yang dapat mempromosikan kerja sama dan Page 11 of 15
harmoni sosial, sebab setiap instrumen hanya dapat memainkan satu nada atau chord, sehingga membutuhkan kerjasama dari sekelompok orang untuk menghasilkan melodi yang serasi. Pada tanggal 17 Agustus 2015 siang, Bapak Rudolf Wirawan. Presiden IDN-NSW Australia bersama Kang Sam Udjo bersama kawan kawan dari Bandung membicarakan rencana tersebut di dalam rumah unik khas Sunda yang terbuat dari bambu.
Buku Diaspora Indonesia Buku Diaspora Indonesia, Bakti untuk negeriku adalah rekaman jejak sejarah dan dokumentasi perjuangan membangun koneksi warga Indonesia di perantauan guna memberikan sumbangsih terbaik bagi negeri kelahiran yang selalu dicintai dalam jiwa dan raga: Indonesia.
Buku ini juga berisi tuturan pengalaman para diaspora Indonesia di mana pun mereka berada. Kita sering mendengar kehebatan para Diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia, namun kita kurang mengenal siapa mereka. Buku Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku mengisahkan sebagian kecil saja kisah mereka dan bagaimana mereka mulai menyatukan diri dalam sebuah gerakan dan berpikir untuk memberi sumbangsih bagi negeri tercinta Indonesia. Kongres Diaspora ke-I di Los Angeles, AS tahun 2012, membuat mereka terbuka untuk membina hubungan antar mereka maupun dengan pemangku kepentingan di Indonesia. Kini mereka datang ke Jakarta dengan misi "Berbakti untuk Negeri Tercinta". Bila Anda ingin mengetahui lebih dalam mengenai perjuangan Diaspora Indonesia dan siapa tahu ada yang tertarik untuk ikut mengambil bagian dalam perjuangan ini, dapat membacanya dalam Buku Diaspora Indonesia, untuk itu silahkan hubungi Ibu Nuning: HP +62 812 93470409 email
[email protected]
Page 12 of 15
Vision and Mission IDN-NSW Vision: Indonesia Diaspora Network (IDN) adalah organisasi nonpolitik yang bertujuan memperluas koneksi, menggandakan peluang, dan meningkatkan kesejahteraan diaspora dan rakyat Indonesia di tanah air. Pernyataan diatas dapat disimpulkan dalam selogan sbb:
Connecting the Dots, Expanding Opportunities Mission Agar bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa besar yang dihormati, maka ada lima kriteria yang harus dipenuhi. Indonesia hanya akan dapat maju dan dapat bersaing di global, bila sebagian besar dari rakyat Indonesia mempunyai keahlian dan pengetahuan yang tinggi (Knowledge). Bila keahlian dan pengetahuan yang tinggi sudah berhasil dicapai, tetapi keberhasilan tersebut tidak diiringi dengan kesehatan (Health), maka apa yang telah dicapai tidak akan banyak gunanya. Jadi selain pengetahuan, bangsa kita juga harus sehat. Kedua kriteria diataspun masih belum lengkap. sebab tanpa adanya kepercayaan diri (Confidence), sekali lagi apa yang telah di capai oleh bangsa ini tetap tidak akan banyak gunanya. Bila bangsa kita sudah pandai, sehat dan percaya dirinya kuat, seperti yang sering terjadi, karena gangguan dari luar, mereka akan saling bertarung dengan seribu satu alasan (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan). Untuk itu diperlukan suatu kesadaran tinggi agar bangsa kita ini dapat bersatu (Unity).
Wahai Rakyat Indonesia... Jikalau ada orang bertanya kepadamu, berapa jumlahmu? Jawab... KAMI HANYA SATU!!! Bila ke-empat kriteria diatas tercapai dengan seksama, maka barulah bangsa Indonesia siap untuk mendunia (Global) Sesuai dengan Visi yang telah dicetuskan oleh Indonesian Diaspora Network (IDN), maka sejak 2013, Indonesia Diaspora Network di NSW (IDN-NSW) telah menjalankan misi nyata sebagai berikut:
1. Knowledge (Distance Learning, Knowledge Management, eLibrary, Joint Research) Page 13 of 15
2. 3. 4. 5.
Health (Preventive medicine: taiji, Qigong, Meditasi, etc) Confidence (Great Indonesian Maritime: Global Maritime Axis, Mental Revolution) Unity (Archipelago, Religion, Equator, The Ring of Fire, Diaspora) Global (Indonesian Diaspora Network)
Untuk meningkatkan pengetahuan (KNOWLEDGE) secara efisien dan efektif di Nusantara, IDN-NSW telah menyiapkan Nusantara Distance Learning server sejak awal 2014. Untuk pendidikan Distance Learning, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia yang peduli dengan tanah air untuk ikut berpartisipasi membagi ilmu dan pengetahuannya kepada saudara-saudara kita di seluruh Nusantara. Alat yang diperlukan hanya computer (PC atau Laptop) yang terhubung dengan webcam dan Internet. Informasi lanjut dapat dilihat pada situs Indonesia Pintar eLibrary (http://74.82.131.91/web/elibrary/home). Dalam meningkatkan kesehatan (HEALTH) bangsa Indonesia secara efisien, efektif dan optimal, kami berpendapat bahwa kesehatan harus dijaga sebelum sakit. Untuk itu kami menggunakan istilah Diaspora, yaitu ATM (Ambil, Tiru dan Modify). Untuk itu kami ATM cara yang telah dilakukan oleh negara China untuk menjaga kesehatan rakyatnya yang telah di capai sejak berabad-abad yang silam dengan menggunakan TaiJi, Qigong dan Meditasi. Informasi lanjut dapat dilihat pada situs IDN-AU (http://www.indonesiandiaspora.com.au/en_GB/taiji) Demikian pula untuk meningkatkan kepercayaan diri (CONVIDENCE) bangsa Indonesia, IDN-NSW bekerja sama dengan Bapak Martono Yuwono, Ketua Umum Yayasan Pusaka Nusantara Raya (YPNR) untuk menggali kembali sejarah kejayaan Nusantara di masa silam. Informasi lanjut dapat dilihat pada situs Great Indonesia Maritime (http://74.82.131.91/web/sundakelapa/home). Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam. Sejarah sangat penting dalam membangun kesatuan (UNITY) bangsa Indonesia. Karena sejarah bangsa Indonesia selalu ditutuptutupi oleh kekuatan asing sejak penjajahan Belanda tiga setengah abad yang lalu, maka dengan mudahnya kekuatan asing mengulang kembali politik devide et impera melalui aset bangsa (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan). Beberapa aktifitas telah dilakukan oleh IDN-NSW bersama masyarakat komunitas Indonesia di NSW. Antara lain dengan mengadakan Marathon BBQ yang dimulai di Sydney, Campbelltown, Wollongong, Newcastle dan berachir di Jakarta pada CID-3, agar dapat saling bertukar pikiran dan memperkuat persatuan bangsa. Sekali lagi, pada umumnya, setelah kita pintar, sehat dan percaya diri, kita kadang-kadang menjadi sombong dan berpikir bahwa cara kitalah yang terbaik, sehingga sangat mudah terjadi perselisihan dan perpecahan diantara kita yang biasanya sangat mudah dipicu oleh kekuatan asing yang ingin menguasai bangsa kita dengan cara memecah-belah Indonesia. Pemecah-belah yang sering dipicu oleh kekuatan asing antara lain adalah perbedaan suku (Diversity). Walaupun filsafat Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity), sudah dikenal berabad-abad di Indonesia, ternyata yang berhasil memadukan konsep ini adalah Australia dengan moto: " We are one but we are many" dan yang paling berhasil sejauh ini adalah negara Singapore. Bangsa yang hanya terdiri dari satu suku, tidak akan menyadari kekayaan yang dimiliki oleh bangsa yang memiliki beratus-ratus suku dalam suatu kesatuan seperti di Indonesia. Ini adalah aset bangsa yang harus kita pelihara dan jaga bersama. Sebagai contoh Australia dengan White Policy dimana Page 14 of 15
budak hitam sudah tidak mudah didapat untuk melayani penguasa putih, sehingga bangsa putih di Australia dengan berjalannya waktu mengarah kemusnahan. Menyadari hal itu, akhirnya Australia merubah white policy menjadi: " We are one but we are many". Itulah yang membuat Australia kembali berkembang dan menjadi jaya sampai hari ini. Cara memecah belah lain yang juga sering dipicu oleh kekuatan asing adalah perbedaan agama. Padahal agama adalah cara manusia untuk mengenal YME. Semakin banyak kita mengetahui cara untuk mengenal YME, semakin dekat kita dengan YME. Sekali lagi, perbedaan agama dalam suatu negara adalah aset bangsa yang harus kita pupuk dan jaga bersama.
Sering kita lupa bahwa YME itu TIDAK BERAGAMA!!! Setelah bangsa Indonesia dapat menyadari betapa pentingnya rasa kesatuan bangsa ini dan tidak mudah lagi di adu domba oleh siapapun dan dengan dalih apapun, terutama oleh bangsa kita sendiri, maka dengan menyadari bahwa Diaspora sebagai aset bangsa yang mendunia, seperti negara China, India, Filipina, dll, maka perkembangan Indonesia didunia bersama Diaspora nya akan jauh lebih cepat dan efektif (GLOBAL), sehingga Indonesia dapat kembali lagi membanggakan keemasannya seperti yang telah terbukti pada jaman Kerajaan Pajajaran, Sriwijaya, Majapahit, Samudra Pasai, Gowa Talau, Ternate dan lain-lain.
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
~Soekarno~
HIDUP DIASPORA INDONESIA Salam Diaspora!!!
Page 15 of 15