SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68
CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG 1)Anandya 1),2)
Ikhwan Muttaqin 2) Endang Supraptiningsih
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, JL. Tamansari No 1 Bandung 40116 1) anandya.ikhwan89@gmail 2)
[email protected]
Abstrak NPCI (National Paralympic Comitee Indonesia) Bandung adalah wadah keolahragaan Penyandang cacat indonesia dikota Bandung. Salah satu kegiatan olahraga yang dibina oleh NPCI Kota Bandung adalah kegiatan olahraga penyandang Tuna daksa. Terdapat 10 orang atlet yang sampai saat ini aktif berlatih dan mengikuti berbagai macam pertandingan di NPCI Kota Bandung. Dalam proses latihan dan pertandingan para atlet biasanya mendapatkan tuntutan-tuntutan serta resiko-resiko tertentu yang harus mereka hadapi. Walaupun demikian mereka tetap bertahan dan selalu berusaha untuk mengatasi kendala yang ada serta tetap berlatih dan bertanding semaksimal mungkin agar mampu memperoleh prestasi yang baik. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya kekuatan karakter (Character Strength). Seligman (2004) menyatakan bahwa Character Strength merupakan karakter positif yang membawa perasaan positif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan Profil Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Atlet Penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung.Hasil Penelitian menunjukkan Atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung memiliki lima Kekuatan Karakter (Character Strength). Kelima Kekuatan Karakter tersebut adalah Bravery, Spirituality, Persistence, Self Regulation,dan Gratitude. Keyword : Kekuatan Karakter, Atlet Tuna daksa
Abstract NPCI (National Paralympic Comitee Indonesia) Bandung is container Disabled sports in Bandung Indonesia. One of the sports activities that fostered by NPCI Bandung is physically disabled sports activities. There are 10 athletes who until recently practiced and actively participate in various kinds of games in Bandung NPCI. In the process of training and competition athletes usually get the demands and specific risks that they face. Nevertheless, they persisted and always try to overcome existing obstacles and keep practicing and playing as much as possible to be able to obtain good performance. The condition indicates a strength of character (Character Strength). Seligman (2004) stated that the Character Strength is a positive character who brings positive feelings. The purpose of this study was to describe the profile Strength of Character (Character Strength) on the physically disabled athletes in NPCI Bandung. The Result of City Tuna Research shows athletes physically disabled persons in Bandung NPCI has five Strength of Character (Character Strength). Fifth Character Strength is Bravery Persistence Spirituality, Self Regulation, and Gratitude. Keyword : Character Strength, tuna daksa atlet
58
Character Strenght pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung
Pendahuluan Ketidaksempurnaan fisik tentunya seringkali menjadi sebuah hambatan bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. Salah satu bentuk dari ketidak sempurnaan fisik adalah gangguan atau kerusakan pada tulang dan otot yang lebih sering disebut dengan istilah Tuna daksa. ( Sutjihati Somantri, 2006). Tingginya jumlah penyandang Tuna daksa dikota Bandung menimbulkan berbagai masalah tersendiri. Berbagai macam masalah timbul dengan banyaknya penyandang Tuna daksa ini, permasalahan tersebut adalah masalah ekonomi, Menurut data Dinas Sosial (Depsos) Kota Bandung sebagian besar penyandang Tuna daksa di Kota Bandung berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga akibatnya banyak para penyandang Tuna daksa yang menjadi gelandangan dan pengemis. Melihat berbagai macam permasalahan para penyandang Tuna Daksa yang banyak terjadi di Masyarakat. membuat pemerintah melakukan berbagai macam kegiatan pembinaan dan pelatihan kepada para penyandang cacat di indonesia. Salah satu diantara sekian banyak program pembinaannya adalah pembinaan dibidang olahraga khususnya olahraga penyandang cacat. Untuk mewadahi kegiatan olahraga para penyandang cacat maka dibentuklah National Paralympic Comitee Indonesia (NPCI), NPCI berada dibawah naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. NPCI Indonesia adalah satu-satunya wadah keolahragaan Penyandang Cacat Indonesia yang berwenang mengkoordinasikan dan membina setiap dan seluruh kegiatan olahraga prestasi Penyandang Cacat diseluruh wilayah hukum Republik Indonesia yang termasuk didalamnya adalah pembinaan pembangunan prestasi olahraga Penyandang Cacat dikota Bandung yang dilakukan Oleh NPCI Kota Bandung. NPCI Kota Bandung memiliki kewajiban mengatur dan memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pelatihan olahraga penyandang cacat di wilayah Kota Bandung. Salah satu program pembinaan olahraga yang dilakukan oleh NPCI Kota Bandung adalah program pembinaan Olahraga khusus untuk para penyandang Tuna daksa. Berbagai macam cabang olahraga bagi penyandang Tuna daksa yang dibina dan dikembangkan oleh NPCI Kota Bandung antara lain Atletik, Bulutangkis, Renang, Goal Ball, dan Sepak Bola. Saat ini tercatat ada 35 orang Atlet penyandang Tuna daksa yang terdaftar di NPCI Kota Bandung. Dari jumlah keseluruhan tersebut tidak semuanya aktif berlatih, menurut data yang dimiliki oleh pihak NPCI Kota Bandung hanya sekitar 10 orang Alet penyandang Tuna daksa yang rutin berlatih. Salah satu yang menjadi kendala utama yang membuat minimnya jumlah atlet yang rutin berlatih adalah masalah akomodasi yang kurang memadai dan masalah jarak dari tempat tinggal mereka yang jauh, dengan keterbatasan fisik mereka sehingga untuk pergi ketempat latihan mereka harus berjuang dengan keras apalagi bagi para penyandang Tuna daksa yang bertempat tinggal jauh dari lokasi latihan. Walaupun demikian 10 atlet tersebut mampu bertahan dan menunjukkan prestasi baik di event nasional maupun di event
SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 59
Anandya Ikhwan Muttaqin, et. al.
tingkat daerah. Indikator prestasi atlet itu sendiri dapat dilihat berdasarkan peringkat yang diperoleh dalam suatu pertandingan atau perlombaan. Dalam proses latihan dan pertandingan para atlet biasanya mendapatkan tuntutan-tuntuan yang dibebankan kepada mereka, baik itu tuntutan dari pelatih, pengurus, dan pemerintah, seperti misalnya pada Porcanas yang diselenggarakan di provinsi Riau pada tahun 2012 ini Jawa Barat ditargetkan dapat menduduki peringkat ke 2 klasemen umum. Dalam menghadapi tuntutan tersebut para Atlet merasakan bahwa tuntutan tersebut merupakan sebuah tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Para atlet tidak memikirkan tuntutan yang diberikan kepada mereka sebagai sebuah rintangan yang menghambat mereka untuk tetap bertahan, tetapi mereka lebih memikirkan tuntutan tersebut sebagai sebuah tantangan yang harus mereka selesaikan sehingga dengan tuntutan yang diberikan tersebut mendorong mereka untuk lebih berusaha berlatih secara keras dan berusaha mempertajam skill serta kemampuan yang mereka miliki. Walaupun para atlet banyak menghadapi berbagai macam tuntutan, resiko dan kendala tidak serta merta membuat mereka mundur menjadi untuk menjadi seorang Atlet, mereka tetap bertahan dan selalu berusaha untuk mengatasi kendala yang ada, dan mereka menganggap hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus mereka hadapi. Mereka tetap berlatih dan bertanding semaksimal mungkin agar mampu memperoleh prestasi yang baik karena mereka yakin apa yang mereka usahakan dan mereka lakukan pada saat ini akan memperoleh berkah tersendiri. Sebagian atlet memiliki pandangan bahwa keterbatasan fisik yang mereka miliki sebenarnya adalah sebuah karunia yang diberikan oleh Tuhan, oleh sebab itulah mereka tidak menjadikan keterbatasan fisik mereka sebagai hambatan mereka dalam mencapai cita-cita yang mereka inginkan walaupun pada awalnya mereka sering diliputi rasa malu dan minder. Dalam penelitian tim Litbang Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI yang diteliti oleh Prof. Dr. Sudibyo Setyobroto (1993) mengemukakan bahwa “sifatsifat kepribadian, faktor pembawaan dan pengaruh sekitar merupakan variabel yang memungkinkan seseorang mencapai prestasi tinggi dalam satu cabang olahraga. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa untuk dapat menjadi seorang atlet yang berprestasi, hendaknya seorang atlet memiliki kekuatan dan karakteristik positif tertentu didalam dirinya”. Konsep Kekuatan Karakter (Character Strength) pertama kali dikemukakan oleh Peterson dan Seligman (2004). Kekuatan Karakter (Character Strength) merupakan karakter baik yang mengarahkan individu pada pencapaian kebajikan (Virtue), atau Trait positif yang terefleksi dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku (Park, peterson & Seligman 2004). Karakter yang baik adalah kualitas dari individu yang membuat individu tersebut dipandang baik secara moral (Park & Peterson, 2009). Kekuatan-kekuatan tersebut membentuk satu konsep kebajikan (Virtue) yang sama, namun memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Wisdom and Knowledge, ini merupakan Sifat-sifat Positif (Positive Traits), Kebajikan ini berkaitan dengan Fungsi Kognisi, yaitu bagaimana individu
60 Volume 3, No.1, Mei 2017
Character Strenght pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dan wawasan demi kebaikanYang didalamnya terdapat Creativity (Kreatifitas), Curiosity(Keingintahuan), Open – Mindedness (Keterbukaan Pikiran), Love Of Learning (Kecintaan untuk belajar), dan Perspective (Perspektif). Courage, adalah Kebajikan (Virtue) yang memerlukan dorongan untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan walaupun banyak menghadapi banyak perlawanan baik dari dalam diri ataupun dari luar diri. Sekalipun banyak terdapat perlawanan yang dihadapi dengan kekuatan emosinya individu tetap termotivasi untuk berjuang untuk menuntaskan/mencapai tujuan yang diinginkan.. Yang didalamnya terdapat Bravery (Berani), Persistence (Ketekunan), Integrity (Integrits), dan Vitality (Vitalitas). Humanity, Kekuatan Interpersonal yang melibatkan keterdekatan dan pertemanan dengan orang lain. Kemanusiaan termasuk wujud spositif dari hubungan interpersonal yang berhubungan dengan sifat peduli dan memperhatikan orang lain. Kebajikan (Virtue) ini mirip dengan kebajikan keadilan (Justice) dengan perbedaan bahwa Kemanusiaan memiliki pola hubungan (One - to – One Relationships), sedangkan Keadilan (Justice) lebih relevan dalam pola (One – to – Many Relatinship). Yang didalamnya terdapat Love (Cinta), Kindness (Kebaikan Hati), dan Social Intelligence (Kecerdasan Sosial). Justice, Kekuatan sosial yang mendasari kehidupan bermasyarakat secara positif. Kebajikan ini mencangkup hubungan interpersonal yang luas, yang berkaitan dengan interaksi yang optimal antara individu dan kelompok masyarakat. Kebajikan ini muncul pada aktifitas bermasyarakat yang mencangkup hubungan interpersonal antara individu dengan individu lain sampai dengan cara individu berhubungan dengan kelompok yang lebih besar. Keadilan merupakan kekuatan sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat secara positif. Yang didalamnya terdapat Citizenship (Kewarganegaraan), Fariness (Kesetaraan dan keadilan), Leadership (Kepemimpinan). Temperance,. Kebajikan ini melindungi individu dari hal-hal yang berlebihan. Kebajikan ini mengarahkan individu untuk menahan diri sebelum melakukan sesuatu hal tanpa berpikir terlebih dahulu, sehingga dapat menghindari individu dari akibat buruk yang mungkin terjadi dikemudian hari. Individu yang sederhana tidak menekan keinginannya, tetapi menunggu kesempatan yang tepat untuk memenuhinya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Yang didalamnya terdapat Forgiveness and Mercy (Memaafkan dan Murah Hati), Humility and Modesty (Rendah hati dan Sederhana), Prudence (Kebijaksanaan), dan Self Regulation (Regulasi diri). Transcendence, Kebajikan ini dikenal juga dengan kekuatan “Spiriualitas”, kebajikan ini mengacu pada keyakinan dan komitmen terhadap aspek kehidupan yang transenden (nonmaterial) yang universal, suci. Ideal, dan berketuhanan. Kebajikan ini berkaitan dengan hubungan antara individu dan alam semesta yang lebih besar, serta bagaimana individu memberi makna pada kehidupannya. Kebajikan ini terdiri dari lima kekuatan karakter sebagai berikut ; Appreciation of beauty an Excellence
SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 61
Anandya Ikhwan Muttaqin, et. al.
(Apresiasi keindahan dan kesempurnaan), Gratittude (Syukur), Hope (Harapan), Humor (Humor), dan Spirituality (Spiritualitas). Dari dua puluh empat Kekuatan Karakter tersebut akan muncul Kekuatan Karakter yang khas atau Signature Strength pada Atlet Penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung. Signature Strength merupakan lima kekuatan karakter (Character Strength) yang teratas. Dalam penelitian ini Signature Strength mengacu pada karakteristik khas atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung. Seligman (2000), individu dapat mencapai keberhasilan dan kepuasan emosional yang terdalam dengan menggunakan dan mengembangkan kekuatan khas dalam kehidupan sehari-hari, daripada berusaha keras untuk memperbaiki kelemahan. Dengan demikian Signature Strength yang dimiliki oleh para Atlet penyandang Tuna daksa membuat mereka mengambil keputusan untuk menjadi seorang atlet dan bertahan menghadapai berbagai macam kendala dan tuntuan yang ada serta berusaha sekuat tenaga memperoleh prestasi yang maksimal. Metode Penelitian mengenai profil kekuatan Karakter (Character Strength) pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung adalah penelitian yang akan dibahas secara deskriptif. Penelitian ini merupakan studi populasi, yakni Atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung yang aktif berlatih dan telah memiliki pengalaman mengikuti berbagai event pertandingan yang berjumlah 10 orang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner Values in Action Inventory Scale (VIA – IS) yang telah diadaptasikan secara bahasa. Kuisioner Values in Action Inventory Scale (VIA – IS) bersifat Universal dan telah digunakan dalam pengukuran Kekuatan Karakter diberbagai negara seperti di Amerika Serikat (Seligman, 2005) dan Jepang (Shimai, 2006). Dalam kuisioner ini, terdapat 24 kekuatan karakter yang masing-masing terdiri atas 10 item. Hasil Pembahasan Berikut ini adalah Profil Kekuatan Karakter dari 10 orang Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung :
62 Volume 3, No.1, Mei 2017
Character Strenght pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung
Diagram 1 Profil Kekuatan Karakter Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung
Pada diagram batang berwarna merah diatas menunjukkan 5 Kekuatan Karakter tertinggi pada Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung. Tabel 2 Lima Kekuatan Karakter Tertinggi pada Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung.
No
Character Strength
Frekuensi
1
Bravery (Berani)
9
2
Spirituality (Spiritualitas)
7
3
Persistence (Ketekunan)
6
4
Self Regulation (Regulasi Diri)
5
5
Gratitude (Syukur)
4
SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 63
Anandya Ikhwan Muttaqin, et. al.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Kekuatan Karakter Khas (Signature Strength) pada Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung adalah Bravery (Berani) dengan frekuensi 9, Spirituality (Spiritualitas) dengan frekuensi 7, Persistence (Ketekunan) dengan frekuensi 6, Self Regulation (Regulasi Diri) dengan Frekuensi 5, dan yang terakhir adalah Gratitude (Syukur) dengan frekuensi 4. Berdasarkan pada tabel 1 dapat diketahui Kekuatan Karakter (Character Strength) paling tinggi / dominan pada para Atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung. Kelima Kekuatan Karakter tersebut merupakan profil Kekuatan Karakter (Character Strength) yang dimiliki oleh para Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung yang membuat para atlet mampu bertahan dan menghadapi tuntutan serta permasalahan yang ada. Kekuatan Karakter yang pertama adalah Bravery (Berani) kekuatan ini membuat para Atlet berani menghadapi segala tuntutan dan tantangan yang ada. Para Atlet banyak menghadapi berbagai macam tuntutan baik tuntutan dari pelatih, seperti kedisplinan, ketatnya berbagai macam peraturan yang ada, dan target-target tertentu yang harus mereka capai walaupun demikian dengan Kekuatan Karakter ini tidak serta merta membuat para atlet untuk menyerah begitu saja, para atlet memandang bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus mereka jalani sebagai seorang Atlet yang profesional. Para atlet paham dengan kondisi yang mereka akan hadapi namun mereka tetap akan menghadapinya dan siap menerima segala konsekuensi yang ada. Atlet penyandang Tuna daksa merupakan individu yang memiliki kondisi fisik yang tidak lengkap seperti individu normal, sebagian dari mereka ada yang tidak memiliki tangan dan sebagaian lagi ada yang tidak memiliki kaki yang lengkap, dengan kondisi fisik yang sedemikian rupa memiliki resiko yang besar ketika berlatih ataupun bertanding seperti terjatuh dan terpelanting yang dapat mengakibatkan luka dan cedera pada fisik, para Atlet harus sadar dan mengerti berbagai resiko tersebut yang mungkin bisa terjadi sewaktu-waktu, namun dengan keberanian yang mereka miliki para Atlet tetap mampu berlatih dan bertanding secara lepas tanpa dibayangi rasa takut, akan tetapi mereka harus tetap berhati-hati dan memperhitungkan secara matang resiko-resiko tersebut. Selain itu ketika bertanding mereka biasanya akan berhadapan dengan berbagai lawan tanding dengan berbagai macam karakter bertanding yang berbeda, tidak jarang para atlet akan berhadapan dengan lawan tanding yang lebih senior dan berpengalaman, dengan kemampuan yang mereka miliki membuat para atlet tidak gentar dan yakin bahwa siapapun yang akan mereka hadapi mereka-lah yang akang menang. Kekuatan ini membuat para Atlet Tuna daksa memiliki kebaranian dalam menghadapi berbagai macam tantangan, dan situasi yang ada, serta siap menerima resiko yang mungkin dapat terjadi. Munculnya kekuatan Bravery tidak lepas dari kondisi dan tuntutan lingkungan di NPCI Kota Bandung yang penuh dengan persaingan dan tantangan-tantangan sehingga membuat para atlet terpacu untuk mengembangkan keberaniannya yang mereka butuhkan untuk dapat bersaing dengan para Atlet lainnya.
64 Volume 3, No.1, Mei 2017
Character Strenght pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung
Kekuatan Karakter berikutnya adalah Spirituality (Spiritualitas). Kekuatan ini mengarahkan kepada para Atlet untuk selalu taat dalam beribadah kepada Tuhan yang maha kuasa, Para Atlet yang sebagian besar beragama islam ketika akan bertanding tidak lupa untuk selalu berdoa kepada Tuhan agar mereka diberikan kemudahan dalam pertandingan. . Pada masa persiapan Porcanas tahun 2012 kemarin, sebagian kegiatan pelatihan dilakukan pada saat bulan Ramadhan, namun walaupun demikian dengan kondisi pelatihan yang ketat ditambah dengan kondisi cuaca yang panas pada saat itu para atlet tetap menjalankan ibadah puasa seperti biasa, hal ini menunjukkan adanya kekuatan Spiritualitas dalam diri para Atlet Tuna daksa. Kekuatan spiritual yang ada dalam diri mereka ini lah yang menuntun mereka untuk terus beribadah dan mengingat Tuhan disetiap situasi. Para Atlet yang memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna beranggapan bahwa kondisi yang ada pada diri mereka adalah sebuah karunia yang diberikan Oleh Tuhan kepada mereka yang kemudian mereka gunakan secara maksimal sebagai Atlet agar dapat berprestasi, hal tersebut merupakan suatu bentuk rasa syukur mereka atas karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka, dan rasa syukur itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Tuhan. Para atlet ketika berlatih maupun bertanding selalu dituntut untuk mencapai target-target yang yang harus mereka capai, baik itu target perindividu ataupun target perkelompok, agar dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan tersebut para Atlet harus selalu berada dalam performa yang maksimal, untuk selalu dapat bertanding dengan performa yang maksimal maka mereka harus selalu rajin dan gigih ketika berlatih, sekalipun banyak dari mereka yang memiliki tempat tinggal yang jauh dari tempat latihan. Dengan kondisi fisik mereka yang terbatas terutama untuk para Atlet Tuna daksa yang memiliki cacat pada bagian kaki berjalan dari rumah tempat mereka tinggal merupakan sesuatu yang membutuhkan perjuangan yang besar apabila hal tersebut harus mereka lakukan secara rutin seminggu tiga kali. Selain itu dalam menghadapai berbagai macam tuntutan dan target yang dibebankan kepada mereka seperti Target yang ditetapkan pemerintah dalam PORCANAS 2012 pada saat itu para atlet terlihat tidak menjadikan target besar yang mereka harus capai sebagai halangan yang besar, untuk mencapai target tersebut para Atlet lebih memilih untuk berlatih secara secara gigih dan tekun sekalipun kondisi fasilitas olahraga penunjang mereka sebenarnya sangat terbatas, seringkali ketika berlatih mereka gagal mencapai target yang diberikan kepada mereka seperti target Lap Time untuk para Pelari Atletik namun mereka tetap terus mencoba hingga target tersebut dapat mereka capai. Kegigihan yang ditunjukkan para Atlet Tuna daksa Tuna daksa akhirnya membuahkan hasil yang baik mereka berhasil memenuhi target medali dalam PORCANAS 2012 dan menjadi juara ke 3 dalam klasemen secara menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut kegigihan, ketekunan, dan semangat pantang menyerah yang mereka tunjukkan ketika berlatih dan bertanding menunjukkan bahwa Kekuatan Karakter Persistence (Ketekunan) merupakan salah satu kekuatan yang mereka gunakan dalam menghadapi tuntutan yang ada. Selain menjadi seorang Atlet para Atlet Tuna daksa ada yang memiliki pekerjaan dibidang lain seperti menjadi guru, ahli service komputer dan ada pula
SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 65
Anandya Ikhwan Muttaqin, et. al.
yang masih berstatus sebagai pelajar. Kondisi lingkungan pekerjaan dan kegiatan mereka yang padat seperti ini sehingga agar keseluruhan aktivitas mereka berjalan dengan lancar, mereka harus mengatur sebaik mungkin kegiatan-legiatan mereka sehari-hari dengan Kekuatan Karakter Self Regulation (Pengendalian Diri) yang ada didalam diri para Atlet Tuna daksa. Para atlet selalu berusaha agar setiap pekerjaan yang mereka miliki dapat berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Dalam berlatih terutama pada saat pemusataan pelatihan para Atlet dihadapkan pada jadwal kegiatan yang padat belum lagi mereka harus melakukan beberapa kali uji tanding, untuk itu mereka wajib mengatur jadwal kegiatan mereka agar hal-hal yang berpotensi menggangu mereka dapat disingkirkan, mereka hanya akan melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap benar-benar penting, sehingga seringkali mereka tidak memiliki waktu untuk santai, seperti yang dialami oleh penulis sendiri yang sering mengalami kesulitan untuk bertemu dengan para atlet untuk melakukan wawancara dan pengambilan data yang dikarenakan sibuknya kegiatan para Atlet. Selain hal tersebut dalam menghadapi banyaknya aturan-aturan yang diterapkan oleh para Pelatih dan pihak kepengurusan di NPCI Kota Bandung para Atlet tidak pernah mengeluhkan aturan-aturan yang ada mereka selalu dapat mematuhinya dengan penuh kedisiplinan dan tanggungjawab. Menurut para Atlet justru dengan adanya berbagai macam aturan-aturan yang ada itulah membuat mereka lebih disiplin ketika berlatih dan bertanding. Mereka yakin dengan kedisiplinan tersebut akan menunjang mereka dalam berprestasi. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa para Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung memiliki Kekuatan Karakter Self Regulation (Pengendalian Diri) yang mereka gunakan dalam menghadapi berbagai macam kegiatan-kegiatan dan berbagai aturan-aturan yang ada. Kekuatan Karakter lain yang ada pada para Atlet Tuna daksa di NPCI Kota BANDUNG adalah Gratitude (Syukur). Para Atlet memandang kondisi fisik yang ada dalam diri mereka sebagai karunia bukan sebagai kekurangan, dengan kondisi fisik mereka seperti ini lah mereka dapat menjadi seorang Atlet. Selain itu para Atlet sebagian besar berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu dan hanya sebagian kecil dari mereka yang berasal dari keluarga yang mampu, kehidupan serba kekurangan sebenarnya sudah sering mereka rasakan, walaupun demikian mereka tidak pernah mengeluh, menurut mereka mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah justru hanya akan membebani pikiran mereka. Keterbatasan fisik yang mereka alami serta kondisi kesejahteraan mereka yang serba pas-pasan tidak menjadikan mereka lemah, mereka menyadari dan bersyukur atas segala apa yang ada dalam kehidupan mereka. Rasa syukur tersebut harus mereka wujudkan dengan tindakan nyata dengan berusaha secara maksimal dan berprestasi. Mereka yakin dengan usaha yang mereka lakukan pasti akan membuahkan hasil yang akan merubah kehidupan mereka kearah yang lebih baik. Selain itu dengan Kekuatan Karakter Gratitude ini menjadikan para atlet peduli dengan sesama Atlet yang lainnya seperti dengan membantu Atlet yang lain ketika mengalami kesulitan, sebagian besar Atlet yang beragama islam, dan didalam ajaran islam itu rasa syukur harus disertai dengan tindakan nyata seperti bersedekah
66 Volume 3, No.1, Mei 2017
Character Strenght pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung
dan membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa Kekuatan Karakter Gratitude (Syukur) merupakan salah satu kekuatan yang mereka gunakan untuk mendorong mereka menjadi atlet dan bertahan dalam menghadapi segala kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan. Berdasarkan hasil wawancara, para Atlet semenjak kecil selalu diajarkan oleh orang tua mereka untuk selalu mensyukuri segala macam kondisi yang ada, walaupun mereka cacat mereka selalu diajarkan untuk selalu berusaha agar mereka tidak tergantung pada orang lain dan dapat menjadi orang yang berguna, berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa lingkungan keluarga para atlet yang supportif dalam memberikan pendidikan moral sejak kecil turut mempengaruhi munculnya kekuatan karakter Gratitude (bersyukur ini) dalam diri para Atlet. Berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa yang menjadi ciri khas Kekuatan Karakter Atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung adalah Bravery (Berani), para Atlet penyandang Tuna daksa memiliki keberanian yang lebih bila dibandingkan dengan Atlet normal. Dengan adanya berbagai macam resiko-resiko kecelakaan yang dapat mereka setiap saat maka dibutuhkan keberanian yang lebih untuk menghadapinya, Keberanian yang besar yang dimiliki oleh Atlet penyandang Tuna daksa inilah yang membedakan mereka dengan atlet-atlet lainnya terutama dengan para Atlet normal. Kekuatan Karakter yang dimiliki oleh para atlet tidak serta merta ada begitu saja tetapi Kekuatan Karakter tersebut ditumbuhkan, dilatih, dan dikembangkan oleh para Atlet. Terdapat kondisi-kondisi tertentu yang mendukung perkembangan Kekuatan Karakter seperti Pendidikan, pekerjaan, lingkungan keluarga yang supportif, lingkungan rumah yang, aman dam Role Model. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh didikan dan dukungan yang ada didalam keluarga para Atlet merupakan suatu hal yang turut mendukung munculnya Kekuatan Karakter yang ada didalam diri para Atlet, keluarga mendidik mereka untuk dapat hidup secara mandiri mereka dididik untuk bekerja agar hidup mereka tidak sangat tergantung pada orang lain. Selain itu didalam menjalani profesi mereka sebagai seorang Atlet yang profesional para Atlet mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga, karena pihak keluarga memandang bahwa kegiatan mereka sebagai Atlet merupakan kegiatan yang positif yang dapat membuat mereka dapat mandiri. Dengan adanya didikan serta dukungan yang diberikan oleh pihak keluarga para atlet merasakan bahwa lingkungan rumah mereka sebagai lingkungan yang membuat mereka merasa nyaman dan aman. Lingkungan perkerjaan para Atlet Tuna daksa di NPCI Kota Bandung juga turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan Kekuatan Karakter Atletnya. Lingkungan pekerjaan mereka yang penuh dengan persaingan dan kompetisi ,didikan pelatih dan pengurus yang disiplin, tuntutan-tuntutan, serta target-target yang ada membuat para Atlet terpacu untuk memunculkan segala potensi-potensi yang ada didalam dirinya, dengan adanya berbagai macam situsi dan kondisi dilingkungan pekerjaan mereka tersebut membuat para atlet terpacu untuk berani menghadapi segala macam hambatan dan rintangan yang ada.
SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 67
Anandya Ikhwan Muttaqin, et. al.
Simpulan dan Saran Atlet penyandang Tuna daksa di NPCI Kota Bandung memiliki lima Kekuatan Karakter (Character Strength) teratas yang dilihat berdasarkan Modus dari lima Kekuatan Khas (Signture Strength) pada 10 orang Atlet. Kelima Kekuatan Karakter tersebut adalah Bravery (Berani), Spirituality (Spiritualitas), Persistence (Ketekunan), Self Regulation (Regulasi Diri), Gratitude (Syukur). Perlu pengembangan kekuatan karakter baik di lingkungan keluarga, lingkungan kegiatan dan masyarakat pada penyandang tuna daksa. Daftar Pustaka Ancok, Djamaludin. (1992). Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada. Arikunto, Suharsimi (2002), Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Compton, W. C. (2005). An Introduction to Positive Psychology. USA: Thomson Wadsworth. Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Strengths of character and wellbeing. Journal of Social and Clinical Psychology, 23, 603–619. -------. (2006). Character strengths in fifty-four nations and the fifty US states. Journal of Positive Psychology, 1, 118–129. Peterson, C.& Seligman, M.E.P (2004). Character strengths and virtues; A handbook and classification. New York: Oxford University Press, Inc. Sujana (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suryabrata, Sumadi. (2002) Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. T. Sutjihati Somantri (2005), Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sumber Internet : www.authentichappiness.org, diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 www.psikometrika.com, diakses pada tanggal 25 Oktober 2012 www.rumahbelajarpsikologi, diakses pada tanggal 6 November 2012
68 Volume 3, No.1, Mei 2017