ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
CARING SEBAGAI DASAR PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN PASIEN
Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 18 Januari 2014
Oleh NURSALAM
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Buku ini khusus dicetak dan diperbanyak untuk acara Pengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga Tanggal 18 Januari 2014
Dicetak: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP) Isi di luar tanggung jawab Pencetak
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh, Yang saya hormati, Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga, Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga, Rektor dan Wakil Rektor Universitas Airlangga, Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Guru Besar Tamu, Para Dekan dan Wakil Dekan Universitas Airlangga, Para Ketua dan Sekretaris Lembaga di Lingkungan Universitas Airlangga, Ketua PPNI Propinsi dan Kabupaten/Kota se Jawa Timur Ketua AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia) dan Pimpinan Institusi Pendidikan Keperawatan di Indonesia Para teman sejawat, civitas Academica Universitas Airlangga Keluarga dan teman yang saya cintai, dan Para undangan dan hadirin yang saya muliakan serta para mahasiswa yang saya sayangi. Para Undangan dan Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan yang terhormat dan berbahagia ini, perkenankanlah saya dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita semua dapat hadir dalam keadaan sehat wal’afiat di ruangan ini dalam rangka pengukuhan Guru Besar. Kedua, saya menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua yang hadir di ruangan ini. Semoga kita semua menjadi orang yang selalu mendapatkan barokah dan petunjuk serta bimbingan dari Allah swt. Amin. Hadirin yang saya hormati, Mengawali orasi ilmiah pada hari ini, perkenankan saya untuk mengungkapkan rasa yang mendalam dan menjawab pertanyaan
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
“Apa Kontribusi Universitas Airlangga dan Sumbangsih Saya terhadap Almamater?” Jabatan Guru Besar di bidang Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang saya terima ini adalah yang pertama kali di Universitas Airlangga. Keberhasilan memperoleh jabatan ini bukan hanya keberhasilan dan kebanggaan saya dan keluarga, tetapi keberhasilan semua pihak khususnya dunia Keperawatan Indonesia dan terutama Universitas Airlangga tercinta, yang dengan gigih dan pantang menyerah dalam memperjuangkan keberadaan keperawatan di Universitas Airlangga. Kontribusi Universitas Airlangga yang sangat luar biasa ini, saya tidak akan mampu untuk membalasnya, hanya dengan tekad untuk melakukan yang terbaik, sesuai semboyan Excellence with Morality, be yourself (otonomi), do your excellent and just do it (jalani dengan bekerja keras dan jangan banyak mengeluh), maka itulah sebagai pembuktian pengabdian saya kepada Universitas Airlangga. Awal perjuangan keperawatan di Universitas Airlangga diawali dengan diijinkannya pendidikan sarjana keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dengan nama PSIK FK Unair (Program Studi Ilmu Keperawatan) pada tahun 1999. Kemudian pada tahun 2008, atas dukungan yang luar biasa dari Bapak Rektor (Prof. Dr. Fasich, Apt) dan Ketua Senat Akademik, menjadi Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga. Di sinilah awal perjuangan yang sesungguhnya, dengan segala keterbatasan yang ada terutama sumber daya (ketenagaan dan sarana prasarana), maka kami diberikan fasilitas berkat dukungan Bapak Rektor dengan memberikan kami untuk mempergunakan gedung LPPM waktu itu sebagai gedung FKp., kami berusaha untuk memulai menata Fakultas Keperawatan ini hingga sampai saat ini. Sekali lagi saya sampaikan penghargaan dan penghormatan yang setulusnya kepada Bapak Rektor beserta jajarannya atas “Caring” nya selama ini. Saya menyadari, kami tidak pernah ada tanpa itu semuanya, “we are
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
nothing without others, so we need other”. Dengan semangat “You don’t have to be great to get started, but you have to start it to be great”. Sebagai Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga saya bertekad untuk memberikan sumbangsih yang terbaik yang saya miliki. Sumbangsih yang dapat saya berikan saat ini adalah melalui tulisan-tulisan saya yang bisa dibaca dan diaplikasikan dalam pendidikan keperawatan dan asuhan keperawatan di pelayanan keperawatan bagi seluruh perawat di Indonesia. Ke depan kami akan membangun suatu model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang kami uji cobakan di Rumah Sakit Universitas Airlangga tercinta, dengan berdasarkan excellent with morality dan semboyan API (menunjukkan Aktualisasi diri, Produktivitas melalui karya-karya ilmiah, dan Inovatif). Bapak Ibu semua yang hadir di sini, atas dukungan dari pimpinan Universitas Airlangga, Direktur RSUA dan jajarannya, serta semua pihak, saya bertekat untuk membangun excellence nursing service with morality di RSUA. Dengan excellence nursing service with morality, kami berharap bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan di tanah air. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan topik orasi ilmiah dengan judul:
CARING SEBAGAI DASAR PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN PASIEN Isu sentral yang berkembang saat ini bagi perawat Indonesia yaitu era globalisasi/kesejagatan dan bagaimana berkompetisi di dalamnya terutama peningkatan peran Caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan patient safety.
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Sebagai profesi yang masih dalam proses menuju “perwujudan diri”, profesi keperawatan dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan pembenahan internal difokuskan pada empat dimensi domain yaitu ilmu keperawatan, pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan, praktik keperawatan serta jenjang karir perawat di pelayanan. Tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi yaitu tentang undang-undang praktik keperawatan, tuntutan kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan lainnya pada supra sistem dan pranata lain yang terkait. Saya bangga dan bersyukur sebagai ners, di satu sisi saya sedih manakala melihat fakta yang ada di masyarakat, bahwa lulusan ners masih belum diakui sebagai sosok profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan patient safety. Orang masih ragu dan memandang sebelah mata keberadaan perawat. Perawat masih identik dengan penjaga orang sakit dan pembantu profesi dokter serta menempatkan diri sebagai second class citizen in the health care system in Indonesia. Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang ners adalah profesional dengan segala atribut yang menyertainya. Satu kunci yang harus kita tanamkan kepada masyarakat adalah memperbaiki stigma masyarakat bahwa perawat masih dianggap sebagai petugas yang judes, suka membentak-bentak pasien, sering terlambat dan lain-lain. Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat, dengan menunjukkan jati diri perawat profesional, sebagai care provider, educator, community leader, manager, dan researcher. Hadirin yang saya hormati, Menghadapi era kesejagatan saat ini isu sentral yang berkembang adalah persaingan di berbagai jasa layanan kepada klien, sehingga
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
membawa dampak terhadap semakin meningkatnya tuntutan kualitas sumber daya manusia kesehatan, peningkatan jasa layanan, dan tersedianya berbagai alternatif pelayanan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Era kesejagatan hendaknya oleh keperawatan dipersiapkan secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau peristiwa yang terjadi atau sedang dan akan berlangsung dalam era tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir dan menghadapi masa depan, khususnya memasuki Milenium, perkembangan IPTEK terjadi dengan sangat cepat. Proses penyebaran IPTEK, serta penyebaran berbagai macam barang dan jasa menjadi bertambah cepat, bahkan terjadi dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan perkembangan pesat dari teknologi transportasi dan telekomunikasi serta eksploitasi dari beberapa aspek perdagangan pasar bebas. Perubahan berbagai aspek di pelayanan kesehatan membawa konsekuensi terhadap keperawatan, khususnya tuntutan masyarakat terhadap peran perawat yang lebih profesional. Masyarakat terusmenerus berkembang atau mengalami perubahan, demikian pula dengan profesi keperawatan. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, maka akan terjadi perubahan atau pergeseran dalam keperawatan, ba ik per uba ha n da la m pelaya na n /asuha n keperawata n, perkembangan IPTEKKEP, maupun perubahan dalam masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai masyarakat profesional. Ners harus berperan sebagai change agent dengan prinsip ners must make a history, not just story. Pernyataan tersebut dituntut keberanian untuk berbuat dan berubah yang lebih baik. Keberanian bukanlah ketidaktakutan terhadap semua hal, tetapi kemenangan dalam mengatasi ketakutan pada diri sendiri. If there is a need, there is away. People don’t change when you tell them there is a better option, but they change when they conclude they have no other option.
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Hadirin yang saya hormati, Permasalahan yang mendasar pada profesi keperawatan Indonesia saat ini adalah perawat masih belum melaksanakan peran Caring secara profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Hal ini dapat dilihat dari persepsi pengguna jasa layanan (masyarakat/pasien), Institusi Pelayanan Kesehatan, dan para perawat sendiri. Keadaan tersebut berdasarkan kajian Nursalam (2005), belum dilaksanakannya peran profesional Perawat dipengaruhi oleh 4 faktor utama sekaligus hal ini menjadikan suatu tantangan bagi profesi keperawatan, yaitu: (1) Kualitas Sumber Daya Ners masih rendah (SDN); (2) Batang tubuh ilmu pengetahuan dan kewenangan perawat yang belum jelas; dan (3) Model praktik keperawatan yang tidak tertata dengan baik dan belum adanya UU yang mengatur praktik keperawatan. (4) Fokus tujuan pendidikan Keperawatan hanya berorientasi menyediakan lulusan untuk bekerja memberikan layanan, kurang menciptakan soft skill/membangun karakter yang diperlukan stakeholder Pada kesempatan ini perkenankan saya mengupas 4 masalah di atas dan bagaimana mengelolanya dalam upaya pembenahan peran Caring sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan pasien. Dengan harapan pada hari esok, sudah tidak ada lagi khabar di media terjadinya negligence dan malpractice, misalnya “pasien mati di tangan jarum suntik perawat, perawat teledor bayi mati dirubung semut, suster tidur nyawa ibu melahirkan dan bayi melayang, dan seterusnya.” Hadirin yang saya hormati, Masalah Utama yang dihadapi perawat Indonesia adalah kualitas Sumber Daya Ners (SDN) masih rendahnya. Di Institusi pelayanan kesehatan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sangat
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ditentukan oleh pelayanan keperawatan. Tuntutan kuantitas dan kualitas sebagai indikator perbaikan SDN. Pada akhir tahun 2010, telah banyak dihasilkan SDN dengan pendidikan DIII maupun S1. Namun sejauh ini kontribusi ners dalam sistem pelayanan kesehatan masih dipertanyakan dan menjadi bahan perdebatan sesama dan antar profesi kesehatan. Ners sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit sebab perawat berada selama 24 jam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung jawab yang demikian berat belum ditunjang dengan sumber daya yang memadai, sehingga peran dan kinerja perawat sering menjadi sorotan negatif dari profesi lain atau masyarakat. Fenomena yang berkembang saat ini, banyak perawat yang tidak melaksanakan perannya sesuai dengan lingkup tanggung jawab. Perawat dalam melaksanakan peran sering hanya berdasarkan mother instinct, berdasarkan rutinitas, dan prosedur tanpa adanya kejelasan paradigma ilmu yang diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Terlebih lagi lingkup dan tanggung jawab perawat sering tumpang tindih dengan profesi kedokteran Belum nampak tugas independen. Kinerja Caring yang kurang baik dari perawat disebabkan banyak faktor, salah satu adalah perawat kurang mendapat penghargaan yang layak dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hasil kajian penulis, penghargaan yang diberikan kepada para perawat memang dipandang masih kurang layak dibandingkan standar pemberian gaji ataupun insentif para perawat dari luar negeri. Di masa depan perlu diperjuangkan dan ditata tentang sistem pemberian penghargaan, khususnya berupa jasa pelayanan. Faktor pemicu lain adalah kurangnya rasa percaya diri bagi perawat. Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien. Perasaan rendah diri/kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang memadai serta sistem
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pelayanan kesehatan Indonesia yang menempatkan perawat sebagai “second class citizen”; perawat dipandang belum cukup memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011). Kita semua menyadari, awal pengangkatan jenjang kepangkatan para perawat juga masih belum memadai. Hal ini karena perawat mempunyai dasar pendidikan yang bervariasi: lulusan SPK dengan II/a, Lulusan DIII/Akper dengan II/b. Kondisi ini tentunya kurang menguntungkan bagi para perawat dalam suatu jabatan yang mempersyaratkan jenjang golongan/kepangkatan. Hadirin yang saya hormati, BAGAIMANA KITA BERSIKAP DALAM MENGHADAPI PERAN CARING DI MASA DEPAN? Pertama, Peningkatan Jenjang Pendidikan (Perawat) Solusi untuk menjawab masalah di atas adalah dengan berbenah diri. Memperbaiki kualitas lulusan perawat melalui jenjang pendidikan Perawat (S1 Keperawatan), bukan hanya menambah jumlah Perawat tetapi memperbaiki kualitas Perawat melalui perbaikan institusi pendidikan penyelenggara program Perawat. Institusi harus memperhatikan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagai tindak lanjut berlakunya SISDIKNAS th. 2003. Dengan memperhatikan 5M, M1: Man – kualitas tenaga pengajar; M2: Material – kecukupan sarana prasaran pembelajaran, M3 – Method – Kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tekad KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi); M4– Money–Anggaran untuk proses belajar mengajar dan penyediaan resources; dan M5–Mutu/Marketing–kualitas dan upaya institusi untuk menangkap peluang pasar. Tanggung jawab moral institusi untuk lebih mengedepankan profesionalisme, bukan untuk orientasi keuntungan semata. Bukan hanya untuk menghantarkan lulusan
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
perawat sampai ke pintu gerbang, tetapi mengantarkan sampai ke gerbang memasuki dunia kerja. Kedua, Menata Pendidikan Perawat Secara Profesional Langkah awal yang perlu ditempuh oleh Perawat profesional adalah mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, semua pendidikan perawat yang bekerja di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (ners). Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional memang sedang dilakukan dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 Keperawatan (Perawat). Namun prinsip asal konversi, asal cepat, asal dapat ijazah perawat, dan asalasalan menjadi kelabunya masa depan keperawatan. Hal ini menjadi kendala dalam upaya mempercepat profesionalisme keperawatan. Di sana sini masih ditemukan berbagai penyimpangan dalam penerapan kurikulum, proses pembelajaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung. Perlu juga diadakan penataan yang mendasar dari Program Pendidikan Keperawatan dengan lebih menekankan pada upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan. Melihat fakta di atas maka dituntut peran dosen/staf pengajar untuk lebih memahami relevansi ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan dalam mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien. Sejak mahasiswa mendapatkan ilmu Dasar isi kurikulum sudah diorientasikan dan dikaitkan dengan peran Caring perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, yaitu dalam membantu, mencegah, meningkatkan, dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat sakit yang dialami klien sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Penekanan dan pembekalan kompetensi perawat dengan AKSI: Attitude, Knowledge, Skill dan Insight.
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Ketiga, Kajian Batang Tubuh Ilmu Keperawatan dan Standar Kompetensi Perawat Ketidakjelasan batang tubuh Ilmu Keperawatan menjadi dasar penilaian masyarakat tentang Keperawatan (Asrul Azwar, 1999). Pertanyaan yang sering timbul adalah apakah keperawatan sebagai ilmu? Meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh Chitty (1997) bahwa “nursing is as a science and art, separated from medicine science” Ilmu keperawatan adalah sebagai ilmu (yang terdiri atas ilmu keperawatan dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa, dan komunitas). Aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia. Tetapi menyimak fakta yang ada di lapangan di Indonesia, pernyataan tersebut menarik untuk direnungkan. Banyak perawat yang tidak tahu dan tidak jelas tentang ilmu keperawatan yang dimaksudkan. Dari pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi kurikulum pada program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan belum mampu mengenalkan kejelasan ilmu keperawatan kepada peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar hampir sama seperti yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan masyarakat). Hal ini berakibat terhadap ketidakjelasan peran Caring perawat dalam memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Kondisi yang lebih parah adalah sampai dengan saat ini, manakala profesi lain sudah tinggal landas, perawat masih tertinggal di landasan. Perawat masih berkutat terhadap belum jelasnya lingkup atau batang tubuh ilmu keperawatan. Asrul Azwar (1999) mengatakan bahwa “body of knowledge” ilmu keperawatan belum diakui dan belum tersosialisasikan dengan baik. Perawat belum bisa menunjukkan jati dirinya sebagai suatu profesi yang mempunyai batang tubuh ilmu tersendiri. Sebagian perawat masih 10
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
belum melaksanakan riset yang disebabkan; keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran dan “policy” yang tidak menguntungkan profesi perawat. Hal tersebut menjadikan suatu kontribusi terhadap mendungnya pengembangan kajian ilmu keperawatan saat ini. Berlandaskan falsafah dan paradigma keperawatan maka nilai/makna yang dapat dikembangkan dari keperawatan dalam pengembangan keilmuan meyakini bahwa keperawatan mempunyai 3 nilai utama yang berhubungan satu dengan yang lainnya, meliputi: (1) seni (art), (2) Ilmu (science) dan (3) profesi (profession). A. Keperawatan sebagai suatu seni (art) Seni (art) merupakan refleksi dari perasaan dan persepsi, sebab inti dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal. Seni sebagai bagian dari keperawatan yang dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain; sensitivitas dan responsif/ tanggap perasaan perawat kepada klien, kemampuan perawat (art) untuk memahami bahasa nonverbal (perilaku) klien dalam mengungkapkan rasa cemas atau nyeri. Walaupun sebenarnya perilaku ini dapat dipelajari secara ilmiah (scientifically), perawat juga dapat belajar melalui penemuan dan praktik intuisi sebagai suatu seni. Keperawatan bukan hanya suatu teknik tetapi proses yang berhubungan dengan berbagai elemen antara lain; jiwa, pikiran dan imajinasi. Keseluruhan elemen tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kreativitas imajinasi, sensitivitas jiwa, dan pemahaman/kemampuan berpikir yang merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan (care) yang efektif (Potter & Perry, 1997). Selanjutnya dinyatakan bahwa “kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan (Caring) dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengekspresikan diri, ekspresi merupakan bagian/elemen dari pada seni (art)”. Seni atau kemampuan ekspresi diri merupakan hal yang penting untuk mengembangkan kemampuan seseorang sebagai sesuatu yang unik. Intuisi keperawatan harus diidentifikasi dan didukung sebagai seni 11
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
dalam keperawatan. Di masa yang akan datang keperawatan adalah seni (art) menggabungkan antara perkembangan ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan (IPTEK Keperawatan) dengan kreativitas seni keperawatan. B. Keperawatan sebagai suatu ilmu (science) Body of Knowledge adalah unsur utama dalam mengembangkan pendidikan keperawatan. Diawali pernyataan oleh F. Nightingale (1859) dalam Tomey & Alligood (2010) sebagai orang pertama yang mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dengan ilmu medis (kedokteran). Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka beberapa pakar teori keperawatan berupaya untuk mendefinisikan keperawatan ke dalam suatu konsep. Dari konsep-konsep keperawatan tersebut akan diketahui dan ditentukan bidang ilmu dan rumpun ilmu keperawatan. Konsep keperawatan dikembangkan berdasar pada filosofi dan paradigma keperawatan. Pada filosofi keperawatan ada 3 (tiga) unsur utama yang menjadi keyakinan dan proses berpikir kritis dalam mengembangkan ilmu keperawatan yaitu; humanism, holism and care. Dari ketiga unsur utama diyakini bahwa manusia “person” merupakan pusat/sentral asuhan keperawatan dan “care” sebagai dasar/landasan dalam praktik/asuhan keperawatan. Berdasarkan filosofi keperawatan, maka dikembangkan empat konsep utama paradigma keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai individu yang bersifat holistic dan humanistic yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status kesehatannya, asuhan/pelayanan keperawatan merupakan praktik/tindakan keperawatan mandiri yang diberikan karena adanya ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Lingkungan adalah the important people as receivers of the nursing care in an agreement and harmonic environment. Kesehatan as balance, artinya as what can be assessed, 12
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
whereas well being is the human experience of health or wholeness. Well being and being ill are understood as distinct ways of being in the world. Keperawatan as a need is described as a Caring relationship, an “enabling condition of connection and concern.” (Benner). “Caring is primary because Caring sets up the possibility of giving and receiving help.” Nursing is viewed as a Caring practice whose science is guided by the moral art and ethics of care and responsibility. Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu kesehatan tentang asuhan/pelayanan keperawatan (The health science of Caring) (Potter & Perry, 1997). Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokat pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Keperawatan sebagai ilmu kesehatan tentang asuhan/pelayanan keperawatan adalah “asuhan/pelayanan keperawatan sebagai pendukung/bagian dalam ilmu kesehatan”, sama halnya dengan seni sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu keperawatan. Beberapa konsep keperawatan yang digunakan untuk mendukung pernyataan bahwa Keperawatan adalah ilmu kesehatan tentang asuhan/pelayanan keperawatan (Nursing is the health science of Caring) adalah sebagai berikut: C. Keperawatan sebagai suatu profesi (profession) Keperawatan sebagai suatu profesi harus mengacu pada kriteria profesi antara lain: tubuh pengetahuan (Body of Knowledge) yang berbatas jelas, pendidikan khusus berbasis “ keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan pada masyarakat dan praktik sesuai bidang profesi, memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian, memberlakukan kode etik keprofesian dan motivasi bersifat “altruistik”. Sampai saat ini profesi keperawatan dalam program penataan dan pemantapan keseluruhan dari kriteria profesi sehingga akuntabilitas dan otonomi sebagai suatu profesi dapat 13
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
dilaksanakan secara optimal. Salah satunya dengan memantapkan tubuh pengetahuan ilmu keperawatan sesuai dengan filosofi dan paradigma keperawatan, di samping itu juga menata jenjang studi/ pendidikan keperawatan di pendidikan tinggi. Hadirin yang saya hormati, BAGAIMANA CARING BERPERAN SEBAGAI DASAR PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN PASIEN? Caring adalah perilaku dalam memberikan bantuan kepada individu dilakukan secara holistik. Perilaku Caring seharusnya diajarkan kepada manusia sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa dewasa sampai dengan meninggal. Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan mendominasi, mempersatukan serta menjiwai tindakan keperawatan Caring sebagai core (inti) dari ilmu keperawatan yang dikenal sebagai “human science and human care” (Watson, 2008). Menurut Watson (2008), caring dibangun atas 10 carative factors yaitu: pembentukan sistem nilai humanistik-altruistik (Humanisticaltruistic values), memberikan kepercayaan dan harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan (Instilling/enabling faith and hope), menumbuhkan sensitivitas terhadap diri sendiri dan kepada orang lain (sensitivity to oneself and other), membangun hubungan saling percaya (Developing a helping-trusting, human Caring relationship), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative klien (Promoting and accepting expression of positive and negative feelings), systematic use of scientific (creative) problem-solving Caring process, peningkatan belajar mengajar trans personal (Promoting trans personal teachinglearning), menyediakan dukungan, perlindungan dan/atau perbaikan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual (Providing for a 14
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
supportive, protective, and/or corrective mental, social, spiritual environment), membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Assisting with gratification of human needs), dan allowing for existential- phenomenological dimensions. Caring membentuk body of knowledge ilmu keperawatan (human science and human care), yang menjadi inti dari praktik keperawatan yang bersifat etis dan filosofis/hakiki. Caring diartikan juga sebagai sikap peduli yang memudahkan untuk memperoleh status kesehatan dan pemulihan. Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegah terjadinya status yang memburuk, memberi perhatian dan konsen, dan menghormati orang lain. Implikasi pelayanan keperawatan di masa mendatang dapat dijawab dengan memahami dan melaksanakan karakteristik perawat profesional. Peran Caring perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat profesional, peran yang diemban adalah C-A-R-E (Nursalam, 2011). C = Communication Ciri khas perawat profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan di masa depan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya, setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur tersebut dan dengan didukung fakta yang memadai. Prinsip membangun komunikasi adalah dengan menerapkan PTM (permisi/selalu mengucapkan salam, Terima kasih, dan maaf setiap melaksanakan kesalahan). Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas pada abad ke-21 ini. 15
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
A = Activity Aktivitas/pemberian asuhan keperawatan adalah harus dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara profesional dan dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas tersebut harus ditunjang dengan kompetensi yang memadai, menunjukkan kesungguhan, empati dan sikap bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. R = Review & Responsive Prinsip utama dalam melaksanakan peran perawat adalah moral dan etika keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus selalu berpedoman pada nilai etika keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Hal ini penting, guna menghindarkan kesalahan yang dapat berakibat fatal terhadap pasien dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri. Dalam melaksanakan peran profesionalnya, perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etis (J-A-B-V-C-F) yang meliputi: keadilan (justice), asas menghormati otonomi (autonomy), asas manfaat (beneficience) dan tidak merugikan (non-maleficiency), asas kejujuran (veracity), serta asas kerahasiaan (confidentiality) serta komitmen (Fidelity). Upaya untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, maka perlu diterapkan tindakan keperawatan dengan prinsip CWIPAT–Check the order, Wash your hands, Identify the clients, Provide safety and privacy, Assess the problem; and Teach or Tell the clients–(Nursalam, 2008). E = Education/Enhancement Dalam upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara terus-menerus menambah ilmu melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu. 16
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Perawat perlu terus mengembangkan diri secara terus-menerus seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan berubah setiap saat. Perawat dituntut untuk menunjukkan otonomi dalam memberikan asuhan dan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini bisa ditempuh dengan mempersiapkan dan membekali diri secara baik mulai dari sekarang melalui peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perawat harus menunjukkan API (akutalisasi, Produktif: hindari NATO – no action talk only, dan Inovatif). Hadirin yang saya hormati, Swanson (1999) dalam Tomey & Alligood (2010), menjelaskan Caring berdasarkan dimensi pasien dan perawat. Komponen utama dalam Swanson’s Caring theory terdiri atas: Maintaining belief (mempertahankan keyakinan pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmah), Knowing (berusaha keras untuk memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being with (menunjukkan perasaan kepada orang lain), Doing for (bekerja/ melakukan sesuatu untuk orang lain seperti untuk diri sendiri), Enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi/peralihan dan tidak familier). Hadirin yang saya hormati, Konsep Caring terus mengalami perkembangan ditandai dengan dikembangkannya carative factors ke arah clinical caritas dan “caritas processes”, oleh Watson karena dianggap lebih sesuai dengan ide dan arah perkembangan teorinya. Original carative factors kemudian dikembangkan oleh Watson menjadi clinical caritas processes yang menawarkan pandangan yang lebih terbuka (Tomey & Alligood, 2010), yaitu menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap Caring. 17
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Hasil studi tentang Peran Caring Islami perawat di IRNA Bedah RSI Sultan Agung Semarang adalah sebagian besar pasien menilai perilaku Caring Islami perawat tinggi pada dimensi professional yaitu 74% (23 pasien), dan pasien yang menilai perilaku Caring Islami perawat rendah paling banyak adalah pada dimensi sabar dan ikhlas yaitu 13% (4 pasien) (Abdurouf, Nursalam, & Purwaningsih, 2013). Hadirin yang saya hormati, PENERAPAN CARING PADA PASIEN DENGAN HIV & AIDS Prinsip Asuhan keperawatan HIV dalam mengubah perilaku dalam perawatan dan meningkatkan respons Imunitas pasien dengan HIV melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual perawat dalam menurunkan stressor. MODEL ASUHAN KEPER AWATAN ADAPTASI PADA PASIEN TERINFEKSI HIV/AIDS Pasien yang didiagnosis dengan HIV mengalami stres persepsi (kognisi: penerimaan diri, sosial, dan spiritual) dan respons biologis selama menjalani perawatan di rumah sakit dan di rumah (home care). Peran Caring perawat dalam perawatan pasien terinfeksi HIV adalah melaksanakan pendekatan Asuhan Keperawatan agar pasien dapat beradaptasi dengan cepat. Peran tersebut meliputi: (1) Memfasilitasi strategi koping, yaitu dengan Memfasilitasi sumber penggunaan potensi diri agar terjadi respons penerimaan sesuai tahapan dari Kubler-Ross, Teknik Kognitif, penyelesaian masalah; harapan yang realistis; dan pandai mengambil hikmah, Teknik Perilaku, mengajarkan perilaku yang mendukung kesembuhan: kontrol & minum obat teratur; konsumsi nutrisi seimbang; istirahat dan aktivitas teratur; dan menghindari konsumsi atau tindakan yang menambah parah sakitnya, dan (2) Dukungan sosial, yaitu 18
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
meliputi: dukungan emosional, pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai; dan diperhatikan, dukungan informasi, meningkatnya pengetahuan dan penerimaan pasien terhadap sakitnya, dan dukungan material, bantuan/kemudahan akses dalam pelayanan kesehatan pasien. Melalui sistem Limbik dan korteks serebri diharapkan pasien akan mempunyai respons adaptif yang positif. Dari respons penerimaan
ASKEP - CARING Biologis
Psikologis
Sosial-spiritual
RESPONS KOGNISI (PERSEPSI)
Respons Sosial
Harapan Tabah Hikmah
Emosi Cemas Interaksi
Respons Penerimaan diri Denial Anger Bargaining Depression Acceptance
KOPING
Respons Spiritual
HOST (Inang)
ADAPTASI
RESPONS BIOLOGIS (IMUNITAS) HPA-AXIS Kortex Adrenal (Cortisol )
––
Th-1 (CD4 )
NK-cell
Cytokin
Th-2 (CD4 )
CPL
Sel plasma
IgA, IgE
Gambar 1. Model Asuhan Keperawatan Adaptasi (Nursalam, 2005 & Nursalam, 2007). 19
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
diri, setelah pasien mendapatkan pembelajaran maka persepsi pasien menjadi positif, koping positif, dan akhirnya perilaku pasien dalam perawatan menjadi positif. Dari respons sosial, diharapkan pasien mempunyai koping yang konstruktif sehingga kecemasan berkurang. Penurunan kecemasan tersebut, akan berdampak terhadap interaksi sosial yang positif, baik dengan keluarga, teman, dan tetangga serta masyarakat. Respons kognisi yang positif tersebut, melalui jalur HPA-Axis (Hipotalamus, Pituitary, Adrenal), khususnya pada jalur hipotalamus akan menurunkan sekresi CRF pada basofil yang akan memacu kerja Pituitari akan menurunkan ACTH. Penurunan ACTH akan menstimulasi penurunan produksi cortisol pada jalur Adrenal cortex. Penurunan cortisol akan memodulasi respons imun pasien HIV, khususnya pada T-helper, yaitu meningkatnya kadar CD4, aktivasi IL-2; IFN-γ untuk menghasilkan sel plasma dan akhirnya akan meningkatkan Antibodi-HIV untuk melawan kuman HIV. IFN-γ juga berperan dalam aktivasi NK-cell dan CTL serta resistensi sel yang belum terinfeksi. Hadirin yang saya hormati, Caring pada Aspek Biologis Caring pada aspek biologis pada PHIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi: (a) universal precautions; (b) Pengobatan Infeksi Sekunder (IO) dan Pemberian ARV; (d) Pemberian Nutrisi; dan (e) aktivitas dan istirahat. Hadirin yang saya hormati, Caring pada Aspek Psikologis Coping strategy pada aspek psikologis merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Terbentuknya mekanisme 20
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
koping bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila individu mempunyai mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi stressor, maka stressor tidak akan menimbulkan stres yang berakibat kesakitan (disease), tetapi stressor justru menjadi stimulan yang mendatangkan wellness dan prestasi. Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah). Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung keterampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Ada 3 koping yang positif (Teknik Koping); Pertama, Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri), Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakteristik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting. Kedua, Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri), Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Ketiga, mengontrol diri sendiri. Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining). Rasionalisasi (Teknik Kognitif ). Upaya memahami dan menginterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stress full). Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian 21
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi. Teknik Perilaku. Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-obat yang memperparah keadaan sakitnya. Hasil penelitian Efek strategi koping terhadap respons psikologis (penerimaan) yang dikembangkan dari Kubler-Rose meliputi denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance menunjukkan hasil korelasi yang positif dengan aspek biologis yaitu CD4 dan kortisol. Hadirin yang saya hormati, Caring pada Aspek Sosial Caring pada Aspek Sosial tercermin dalam bentuk dukungan sosial (Social Support) Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986), yaitu: Emotional support, meliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan), Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat, Materials support, meliputi bantuan/pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah, 22
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Mekanisme bagaimana dukungan sosial berpengaruh terhadap kesehatan meliputi 3 mekanisme Social support secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (Pearlin & Aneshensel, 1986: 418), yaitu: (1) Mediator perilaku, mengajak individu untuk mengubah perilaku yang jelek dan meniru perilaku yang baik (misalnya, berhenti merokok), (2) Psikologis, meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu interaksi yang bermakna, (3) Fisiologis, membantu relaksasi terhadap sesuatu yang mengancam dalam upaya meningkatkan sistem imun seseorang. Hasil penelitian Efek strategi koping terhadap respons sosial – emosional menunjukkan korelasi yang positif terhadap respons biologis terhadap pasien HIV. Indikator respons social yang digunakan meliputi emotion, anxiety, dan interaction. Hadirin yang saya hormati, ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS SPIRITUAL Asuhan Keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga PHIV akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah. Asuhan Keperawatan yang dapat diberikan adalah: Pertama, menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan. Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat. Kedua, pandai mengambil hikmah. Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berpikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan 23
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus-menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit. Ketiga, Ketabahan hati. Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Hasil penelitian efek dukungan spiritual pada Pasien dengan HIV menunjukkan korelasi terhadap respons biologis. Indikator dukungan spiritual meliputi harapan, tabah, dan pandai mengambil hikmah. Hadirin yang saya hormati, BAGAIMANA PERAN CARING DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KESELAMATAN PASIEN? Caring sebagai kekuatan dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah sistem dalam mengupayakan asuhan pelayanan secara aman. Sistem tersebut meliputi assessment (pengkajian) risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Suatu cedera atau insiden yang terjadi pada pasien disebabkan oleh negligence (commission dan ommission) yaitu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
24
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Hadirin yang saya hormati, Mutu pelayanan keperawatan Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan dan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami Pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan Pasien atau tidak. Kepuasan merupakan perbandingan kualitas jasa pelayanan yang didapat atau dirasakan dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2001:54). Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pasien akan mengeluh bila perilaku caring yang diberikan, dirasa tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya. Rumah Sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah barang tentu kualitas yang dihasilkan akan sangat bergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada Pasien. Melihat fenomena diatas, pelayanan di bidang keperawatan yang keberadaannya sangat besar dalam memberikan kontribusi atas ”citra sebuah rumah sakit” dipandang perlu untuk melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan. Strategi untuk kegiatan jaminan mutu antara lain dengan benchmarking dan manajemen kualitas total (total quality management) (Marquis & Huston, 1998). Benchmarking atau meneliti praktik terbaik (“best practice research”) adalah kegiatan mengkaji kelemahan tertentu institusi dan kemudian mengidentifikasi institusi lain yang memiliki keunggulan dalam aspek yang sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi, menetapkan kesepakatan kerja sama untuk 25
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
mendukung dan meningkatkan kelemahan tersebut (Marquis & Huston, 1998). Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu (“quality control”). Kegiatannya dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan cara mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit, akan diawali dengan penetapan kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria, menetapkan cara mengumpulkan informasi/data, mengumpulkan dan menganalisis informasi/data, membandingkan informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas, memperbaiki situasi sesuai hasil yang diperoleh, dan menetapkan kembali cara mengumpulkan informasi (Marquis & Huston, 2000). Ada 6 indikator utama kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit yaitu: (1) patient safety, yang meliputi: a) angka infeksi nosokomial, perlukaan karena tindakan, b) angka kejadian klien jatuh/kecelakaan, c) decubitus, d) kesalahan dalam pemberian obat tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan, (2) pengelolaan nyeri dan kenyamanan, (3) tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan, (4) perawatan diri, (5) kecemasan pasien dan (6) perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien. Hadirin yang saya hormati, Patient safety Keselamatan pasien RS adalah suatu sistem di mana RS membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar 26
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil: Patient safety was defined by the IOM as “the prevention of harm to patients.” Emphasis is placed on the system of care delivery that (1) prevents errors; (2) learns from the errors that do occur; and (3) is built on a culture of safety that involves health care professionals, organizations, and patients. The glossary at the AHRQ Patient Safety Network Web site expands upon the definition of prevention of harm: “freedom from accidental or preventable injuries produced by medical care (Hughes, 2008). Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera dan kejadian potensial cedera (Kemenkes RI, 2011). Beberapa istilah yang digunakan dalam patient safety antara lain: (1) Kejadian tidak diharapkan (adverse event) selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Adapun istilah adverse event yang sering dipergunakan oleh Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations (JCAHCO) diterjemahkan sebagai suatu peristiwa yang berakibat negative terhadap pasien yang sedang dirawat di rumah sakit (Guwandi, 2005): An “event” is defined as any type of error, mistake, incident, accident, or deviation, regardless of whether or not it results in patient harm. (2) Kejadian nyaris cedera (near miss), selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien, (3) Kejadian tidak cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera, (4) Kondisi potensial cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden, 27
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
(5) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Hadirin yang saya hormati, Standar Caring dalam Patient Safety Standar keselamatan pasien ditekankan pada indikator pada Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dituangkan dalam standar akreditasi rumah sakit Kemenkes RI (2011). SKP tersebut sebagai peran Caring utama seorang ners dalam keselamatan pasien: Ketepatan identifikasi pasien (SKP 1); Komunikasi yang efektif (SKP 2); Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (SKP 3); (4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi (SKP 4); Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (SKP 5); dan Pengurangan risiko pasien jatuh (SKP 6). Ketepatan identifikasi pasien atau Sasaran Keselamatan Pasien (SKP I) Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Maksud dan Tujuan SKP I: Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien 28
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi. Komunikasi efektif atau Sasaran Keselamatan Pasien (SKP II) Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan. Maksud dan Tujuan Sasaran SKP II: Komunikasi efektif dengan pendekatan SBAR (situation, background, assessment, recommendation), yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap 29
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU. Keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert) atau SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (highalert). Maksud dan Tujuan SKP III: Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian 30
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi (SKP IV) Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Maksud dan Tujuan SKP IV: Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible hand writing) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu 31
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang). Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant yang dibutuhkan. Sebelum induksi (sign in), “sebelum insisi” (time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Sebelum pasien meninggalkan ruang pembedahan (sign out) dilakukan di tempat, di mana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (SKP V) Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Maksud dan Tujuan SKP V: Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan 32
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit. Pengurangan risiko pasien jatuh (SKP VI) Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Maksud dan Tujuan SKP VI: Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit. Hadirin yang saya hormati, Bagaimana Pengelolaan Patient Safety di RS? Prinsip pengelolaan keselamatan pasien adalah dengan gerakan keselamatan pasien rumah sakit menuju safety culture (budaya keselamatan). Pengembangan budaya patient safety dalam setiap layanan RS sudah menjadi salah satu standar utama pelayanan rumah sakit di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
33
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Pencapaian standar dan sasaran keselamatan pasien yang telah diuraikan di atas, dilakukan tujuh langkah menuju keselamatan pasien: (1) Limiting Blame, yaitu minimalisir hukuman/ mempermalukan (No Blame and Shame Game), (2) Awareness, yaitu kesadaran akan besarnya potensi timbulnya medical error di RS, (3) Transparency and Learning, berbagi informasi secara terbuka dan bebas dan berlaku adil saat terjadi kesalahan (being open and fair), (4) Systems Thinking Approach, yaitu pendekatan berpikir kesisteman, (5) Accountability for Delivering (6) Effective, dan (7) Safe Care. Hadirin yang saya hormati, Keempat, Penataan Praktik Keperawatan Sejalan dengan akan diundangkannya praktik keperawatan, maka diperlukan standar kompetensi profesi, salah satunya standar kompetensi perawat (SKP) yang memiliki pengakuan secara nasional. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional (ICN, 2003) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja dengan klien sebagai individu, keluarga dan komunitas dalam tatanan asuhan kesehatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul kompetensi utama, yaitu: (1) praktik keperawatan profesional, etik, legal dan bertanggung jawab; (2) pemberian asuhan dan manajemen keperawatan; dan (3) pengembangan profesional. Pada kesempatan ini, saya mengajak kepada sejawat ners untuk selalu bertindak dengan didasari kompetensi yang telah dimiliki, agar apa yang kita lakukan bisa dipertanggungjawabkan dan masyarakat juga terlindungi dari tindak malpraktik. S eja k d i a k u i nya kep er awat a n s eba g a i pr ofe s i d a n ditumbuhkannya Pendidikan Tingg i Keperawatan (DIII 34
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Keperawatan, PSIK) dan berlakunya Undang-undang No. 36 tahun 2009, dan PERMENKES No. 148/2010; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada, yaitu model praktik di rumah sakit, di rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Kita juga harus berhati-hati dengan berlakunya UU Praktik Kedokteran, mau tidak mau, suka tidak suka undang-undang tersebut membawa konsekuensi terhadap praktik keperawatan. Peran Caring perawat tidak akan bisa dicapai, kalau model praktik keperawatan di pelayanan belum ditata secara profesional, minimal pada penerapan model Tim atau primer. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia model pelayanan keperawatan yang diterapkan adalah “fungsional” di mana perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara terfragmentasi misalnya perawat pada hari tugasnya hanya melaksanakan peran merawat luka kepada semua pasien saja, sedangkan kebutuhan pasien yang lain dilaksanakan oleh perawat lainnya. Model seperti ini bertentangan dengan f ilosof i keperawatan, sebagaimana disampaikan Chity (1997) yaitu “humanism, holism, and care.” Saat ini sudah waktunya untuk mulai menerapkan MAKP: TIM dan Primer, Moduler, dan Kasus. Prinsip harus dimulai: mulai dari diri sendiri, mulai hal-hal yang kecil, dan mulai sekarang. Model praktik keperawatan profesional yang dilaksanakan perawat di tatanan pelayanan keperawatan, masih menjadi suatu abstraksi. Pemerintah selalu menekankan bahwa model praktik keperawatan harus ditata dengan baik, tetapi kenyataan yang ada di lapangan masih merupakan suatu angan-angan. Dari pandangan saya, keadaan tersebut tidak terlepas dari sistem yang diterapkan, budaya kerja yang sudah mendarah daging di mana terjadi resistensi serta enggan untuk menerapkan suatu perubahan. 35
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PE R LU PE NATA A N J E NJA NG K A R I E R SE SUA I KOMPETENSI YANG DIPERSYARATKAN Jenjang karir profesional berbasis kompetensi dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan berkelanjutan. Prinsip pengembangan karir meliputi kualifikasi, penjenjangan, fungsi utama, kesempatan, standar profesi dan komitmen pimpinan. Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas kewenangan. Penjenjangan karir profesional perawat secara umum meliputi: Perawat Klinik (PK), Perawat Manager (PM), Perawat Pendidik (PP), dan Perawat Peneliti/Riset (PR). Sistem promosi karir berdasarkan kualifikasi (credentialing) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Pendidikan dasar keperawatan minimal DIII (diploma III), Pengalaman kerja di area klinik, Program PBP/Sertifikasi, Kompetensi Nasional, dan Penataan ”job value/reward system”. Hadirin yang saya hormati, Pada akhir orasi ilmiah ini, saya ingin mengajak kita semua yang hadir di sini untuk bersama-sama menjaga dan mengawal peran Caring ners dalam memberikan asuhan keperawatan. Kepada sejawat ners, mari kita bulatkan tekad dan songsong hari esok yang lebih cerah dan lebih baik untuk berkembang dan maju. Selalu instrospeksi diri, belajar dari kelebihan orang lain yang lebih baik, dan tentunya selalu Ikthiar, Ikhlas – Tawakkal – Sabar). The show must go on. Let’s us go to be the great. Journey of thousand mile can be begun with single step. Kunci untuk bisa menerapkan Caring dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah: 1. Mampu mengelola perubahan (mengubah mindset).
36
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2. Mampu bekerja sama dengan stakeholder yang lain dalam meningkatkan kemampuan bersaing (sebagai TEAM: Together Everyone Accept More). 3. Selalu introspeksi dan berbenah. 4. Meningkatkan nilai diri dan mempunyai karakter diri yang baik.
UCAPAN TERIMA KASIH Hadirin yang saya hormati, Pada akhir pidato ini perkenankan saya menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tulus kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Prof. Muh. Nuh, DEA, yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Kepada yang terhormat Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof. Dr. Fendy Suhardiadi, MT, Psi dan para anggota Senat Akademik, saya sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya atas kepercayaannya kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar ini. Prof. Sam Soeharto, dr., Sp.MK Ketua Senat dan Prof. Dr. Noor Cholies Zaini, Apt sekretaris Senat Akademik sebelumnya, yang telah mendorong dan memberikan inspirasi kepada saya untuk jabatan Guru Besar. Saya sampaikan terima kasih yang mendalam. Terima kasih dan penghargaan yang tulus, saya ucapkan kepada yang terhormat Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Fasich Apt, dan para Wakil Rektor atas dukungan dan kepercayaannya kepada saya untuk menerima saya sebagai Guru Besar di lingkungan Universitas Airlangga. Yang saya hormati Prof. Soedarto, dr., DTM & H., Ph.D., Sp.ParK dan Prof. Dr. Med. Puruhito, dr, Sp.B, Sp.BTKV sebagai rektor sebelumnya yang telah mendukung Program studi ilmu keperawatan di Universitas Airlangga. 37
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah mengasuh saya dan memfasilitasi saya selama ini. Kepada Yth. Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, M.Sc, Sp.PD-KEMD, FINASIM, sebagai dekan saat ini, Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, Prof. Dr. H. Manshur Shidiq Wijadi, dr., Sp.THT-KL (K), Prof. Dr. dr. Muhammad Amin, Sp.P(K), Dekan Fakultas Kedokteran sebelumnya beserta jajarannya. Kepada yang terhormat Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan sekaligus sebagai teman se-angkatan di Akper Sutomo, Ibu Purwaningsih, S.Kp, M.Kes dan para Wakil Dekan terima kasih atas segala dukungan dan upayanya dalam mengukir karier saya selama ini. Terima kasih juga kepada yang terhormat Ketua Departemen Keperawatan Dasar, Medikal Bedah, dan Kritis, Ibu Harmayetty, S.Kp, M.Kes., sekaligus yang menyetujui untuk pengusulan guru besar saya, Ketua Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas serta Ketua Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas serta teman dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, saya haturkan terima kasih yang tak terhingga atas segala dukungan dan upayanya, hingga terbitnya SK Guru Besar saya serta kepada tenaga Kependidikan Fakultas Keperawatan yang selalu mendukung saya selama ini. Secara khusus saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada Promotor dan Ko Promotor saya, pada saat menempuh Pendidikan Doktor Ilmu Kedokteran Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Prof. Eddy Soewandojo, dr, Sp.PD KTI, Prof. Suhartono Taat Putra, dr, MS, Ibu Siti Pariani, dr, MS, M.Sc, Ph.D dan dr. Hariyono, AF yang telah memberikan pengalaman berharga. Kepada yang terhormat Porf. Dr. Edi Widjajanto, dr., MS. Sp.PK (K) Universitas Brawijaya dan Prof. Dr. Suroto, dr, Sp.S (K) Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai Reviewer, terima kasih
38
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
atas berkenannya menjadi reviewer dan memberikan dukungan kepada saya. Kepada semua Bapak dan Ibu Guru sejak saya mengikuti pendidikan di TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi, atas jasa-jasanya yang luar biasa dan tidak terlupakan. Tanpa keberadaan beliau semua, saya tidak akan bisa berdiri di mimbar yang terhormat ini. Untuk itu semua, saya sampaikan salam hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga jasa beliau menjadi amal jariyah. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini pula perkenankan saya mengucapkan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang tua saya Almarhum Bapak M. Wiryosoedarmo dan Almarhumah Ibu Sukarti yang telah melahirkan, mengasuh, menyayangi dan memberikan segalanya selama ini kepada saya. Saudara sekandung saya Siti Kholifah dan Wantini yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Mbak Sunarti, Mas Narko, Mas Larso, Mbakyu Darmi (almarhum), Mbakyu Par, Mbakyu Tatik, Mas Tato, Mas Nano, dan mas Darso, terima kasih atas semuanya, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat. Amin. Bapak H. Dimoen Abdul Azis, BA dan ibu Hj. Marsini mertua saya, Wiwin dan Muhamimin, Wahyu Wibowo dan dr. Lilik Herawati, saudara saya yang telah memberikan semangat dan dorongan selama ini. Terima kasih atas dukungannya selama ini. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini saya sampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada istriku tercinta, Rekawati Susilaningrum, M.Kes yang telah mendampingi saya dengan sabar dan memberikan kesempatan kepada saya untuk mengembangkan karier selama ini.
39
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Kepada putra dan putriku tercinta, Arif Nur Perdana, Austana Nur Hafizh, Endanova Nur Hamda, dan si bungsu Asyifa Nur Cesarika, terima kasih atas dukungan dan doa-doanya yang diberikan kepada saya selama ini. Kepada seluruh kerabat, kolega dan sahabat, teman sekolah dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih atas semua kebaikannya. Kepada ketua Panitia pengukuhan Guru Besar Fakultas Keperawatan ibu Yuni S. Arief, S.Kp., M.Kes dan anggota panitia semuanya, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga atas semuanya, waktu, perhatian dan keikhlasan dalam menyukseskan acara pada hari ini, sehingga bisa berlangsung dengan tertib dan khidmat. Hadirin yang saya hormati, Terima kasih kepada semua hadirin yang telah dengan sabar dan ikhlas, dalam mendengarkan orasi saya. InsyaAllah, Allah akan membalas dengan pahala yang berlipat atas kesabaran dan keikhlasannya. Dengan segala kerendahan hati mohon maaf manakala ada tutur kata saya yang kurang berkenan di hati. Semoga Bapak/Ibu mendapatkan balasan dari Allah swt. Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
40
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA Abdurrouf, Nursalam. Purwaningsih. 2013. Pengaruh Caring Islami terhadap Kepuasan Pasien. Jurnal Ners. Vol. 8 no. 1. Azwar, A. 1997. “Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia”. Makalah Seminar UI. Jakarta. Bartels JE. 2005. Educating Nurses for the 21st Century. Nursing and Health Sciences, 7, 221–225. Buchan, J. & Calman, L. 2007. Summary of The Global Shortage of Registered Nurses: An Overview of Issues and Action. International Council of Nurses. Dalam www.icn.ch (Tanggal akses 30 Juni 2007 pukul 18.00). BPPSDMK. 2007. Analisis Pasar Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia di Berbagai Negara. Dalam www.bppsdmk.or.id (Tanggal akses 30 Juni 2007 pukul 18. 00). Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company. Kemenkes R.I. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Jakarta: Depkes. Depdikbud R.I. 1999. Kurikulum Pendidikan Perawat Indonesia. Jakarta: Depdikbud R.I. Dwiprahasto, I 2003, September. Clinical Governance. Naskah dipresentasikan dalam Mukta ma r I & Semina r Ilmia h PDMMI, Jakarta. Guwandi, J. 2005. Hospital Law (Emerging Doctrines & Jurisprudence) Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Guwandi, J. 2005. Medical Error dan Hukum Medis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, Hughes, RG. 2008. Patient Safety and Quality: An EvidenceBased Handbook for Nurses, Agency for Healthcare Research and Quality U.S. Department of Health and Human Services. 41
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Jacobson, D.E, 1986. Types and timing of social support. Journal of Health and Social Behavior. 27: 250–264. Mag nusdottir H. 2005. Overcoming Strangeness and Communication Barriers: A Phenomenological Study of Becoming A Foreign Nurse. International Nursing Review, 52, pp. 263–269. Nursalam. 2005. The Effect of nursing care approach model (NCAM= PAKAR) on the increase of CD4 cell count for patient with HIV Infection Jurnal Folia Medica Indonesiana. vol. 41, no. 3, pp. 186–257. Accredited No. 39/DIKTI/Kep/2004. Nursalam, 2006. The Role of Indonesan Nurse in the Future. Folia Medica Indonesiana. Nursalam, 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, Medika. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Jakarta: Salemba Medika, hal. 13–26. Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan. Konsep & Praktik. Jakarta: Salemba. Nursalam & Effendi, F, 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2011. Model Asuhan Keperawatan terhadap Peningkatan Adaptasi Kognisi & Biologis Pada Pasien Terinveksi HIV. Jurnal Ners. Vol. 6 No. 2. Oktober 2011. ISSN 1858–3598. Terakreditasi B No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Pearlin, L & Schooler, C, 1978. The structure of coping. Journal of Health and Social Behavior. 19: 2–21. Pearlin, L & Aneshensel, 1986. Coping and social support. Their functions and applications. Pp. 417–437. Pikiran Rakyat, 2006. Keperawatan di Indonesia: Antara Prospek dan Keterbatasan. Dalam www.pikiranrakyat.co.id (Tanggal akses 30 Juni 2007 pukul 18.00).
42
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Polit, D.F. & Beck, C.T., 2012. Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Edition. Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins. Ronaldson, S, 2000. Spirituality. The Heart of Nursing. Melbourne: Ausmed Publications. Pp. 5–23. Potter, P.A and Perry, A.G. 1997. Fundamental of nursing concept; process and Practice. 2nd St. Louis: Mosby. Tomey, A.M & Alligood, R.M., 2010. Nursing Theorists and Their Work. 7th ed. Missouri, USA: Mosby Elsevier. Watson, J, 2008. Nursing: The Philosophy and Science of Caring, University of Colorado–Denver, Anschutz Medical Center.
43
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama : Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) NIP : 196612251989031004 Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 25 Desember 1966 Agama : Islam Jenis Kelamin : Pria Status Perkawinan : Kawin Nama Istri : Rekawati Susilaningrum, M.Kes Nama Anak : 1. Arif Nur Perdana 2. Austana Nur Haizh 3. Endanova Nur Hamda 4. Asyifa Nur Cesarika Pekerjaan : Dosen Golongan / Pangkat : Pembina TK. I / IV/b Jabatan Akademik : Profesor dalam bidang Ilmu Keperawatan Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga Alamat : Fakultas Keperawatan, Kampus C UNAIR, Jl. Mulyorejo Surabaya 60115 Telp./Faks. : 031. 5913752, Faks: 031. 5913257 Alamat Rumah : Keputih Tegal Timur no. 62 Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111 Telp./Hp : 081 3396 50000 E-mail :
[email protected] Nama Orang Tua Nama Ayah Nama Ibu Nama Ayah Mertua Nama Ibu Mertua
: M. Wirjosoedarmo (almarhum) : Sukarti (almarhum) : H. Dimoen Abdul Aziz, BA : Hj. Marsini
45
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Dasar dan Menengah 1979 : Lulus SDN Pojok, Kec. Wates, Kab. Kediri 1982 : Lulus SMPN I Wates, Kab. Kediri 1985 : Lulus SMAN Kandat, Kab. Kediri Pendidikan Tinggi 1988 : Lulus Akademi Keperawatan Soetomo Depkes Surabaya 1991 : Lulus Medical Surgical Nursing, Lambton College, Sarnia Ontario, Canada 1997 : Lulus Master of Nursing (Coursework), University of Wollongong, NSW, Australia 1998 : Lulus Honours Master of Nursing (Research) University of Wollongong, NSW, Australia 2005 : Lulus Doktor, Ilmu Kedokteran, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga (UA) RIWAYAT JABATAN FUNGSIONAL 20–9–1994 4–9–1998 9–2–1999 18–4–2001 14–5–2004 1–8–2006 1–10–2013
: : : : : : :
Asisten Madya Asisten Asisten Ahli Madya Asisten Ahli Lektor Lektor Kepala Profesor
RIWAYAT PANGKAT DAN GOLONGAN 24–06–1989 : CPNS 15–3–1990 : PNS II/b 1–7–1993 : II/c 20–9–1994 : II/d 26–10–1998 : III/a 46
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
18–4–2001 14–5–2004 15–6–2006 9–12–2008
: : : :
III/b III/c III/d IV/a
13–09–2011 : IV/b RIWAYAT PEKERJAAN 1989–1998 : Dosen pada Akper Anestesi Depkes Surabaya 1999–sekarang : Dosen pada PSIK FK / FKp UA 2000–2008 : Wakil Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK UA 2008–2010 : Dekan Fakultas Keperawatan (FKp) UA 2010–2015 : Manajer Keperawatan Rumah Sakit UA RIWAYAT ORGANISASI : Ketua IKM Akper Soetomo Depkes Surabaya : Ketua POKJA (Kelompok Kerja) Keperawatan Jawa Timur 2000–2010 : Wakil Ketua organisasi (Diklat) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur 2005–sekarang : K e t u a D e w a n R e d a k s i J u r n a l N e r s (terakreditasi) 2010–2015 : Ketua Majelis Kode Etik Keperawatan PPNI Jawa Timur dan Penasihat PPNI Kota Surabaya 2013–2018 : Ketua Bid. Pengembangan dan Penelitian Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia 1985–1987 2000–2005
KARYA ILMIAH Judul Disertasi: Efek Model Pendekatan Asuhan Keperawatan (PAKAR) terhadap Responses Kognisi dan Biologis pada Pasien Terinfeksi HIV dan AIDS 47
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
A. BUKU 1. Nursalam & Siti Pariani. 2000. Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Penerbit Sagung Seto. 2. Nursalam. 2000 & 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis, Edisi 1, 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, ISBN: 979-3027-00-2. 3. Nursalam. 2002, 2007, 2011. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 1, 2, 3, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, ISBN: 979-3027-09-4. 4. Nursalam. 2003, 2008, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 1, 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, ISBN: 979-3027-29-0. 5. Nursalam. 2005 & 2013. Asuhan Keperawatan pada Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 6. Nursalam & Kurniawatin N.D. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV. Jakarta: Salemba Medika. 7. Nursalam & Efendi, F. 2008: Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 8. Nursalam & Fransiska. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Perkemihan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 9. Nursalam. 2010. English in Nursing–Midwifery Sciences & Technology for Indonesian Nurse & Midwife. Jakarta: Salemba Empat. 10. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian. Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika. B. PRESENTASI INTERNASIONAL 1. Nursalam. 2009. The immune responses modulation on CD4 & cytokine (IFN) nursing care approach model
48
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
3.
4.
5.
6.
7.
on patient with HIV/ AIDS. 4th National Nursing Research Conference, Malaysia (19–20 March 2009). Ferry Efendie, Nursalam, Retno I. 2009. Nursing Informatics Development to Create Indonesia Nurses with Global Standard 5th International Conference on Information & Communication Technology System (August 4th, 2009). ITS Surabaya. Nursalam, Ferry Effendie, Yuni S Arief. 2009. Nursing Education in Indonesia: Todays and Future Role. Shanghai International Conference. 17–20 November 2009. Fery Efendie, Lan Thi Ngoc Dang, Nursalam, Eka MH. 2010. Enhance Nursing Student Exchange through Virtual Mobility (the 2010 International Nursing conference. 7–9 April 2010. Nursalam. 2012. Development Model of Quality in Nursing Care. International Nursing Conference. May. FKp Unair. Surabaya. May 2012. Nursalam. 2013. Excellence services provides quality and cost effective. International Conference. Samarinda. May 18th. 2013. Nursalam. 2013. Model of Nursing Research. 3 rd . International Nursing Conference. Faculty of Nursing. Airlangga University. May. 12nd. 2013.
C. JURNAL Jurnal Nasional Terakreditasi dan Internasional 1. Nursalam. 2005. The Effect of nursing care approach model (NCAM= PAKAR) on the increase of CD4 cell count for patient with HIV Infection Jurnal Folia Medica Indonesiana. Vol. 41, No. 3, pp. 186–257. Accredited No. 39/DIKTI/Kep/2004. 2. Nursalam, Joni Haryanto, I Ketut Dira. 2004. The effect of kegel on management of urine elimination problems for 49
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
elderly. A Quasy-Experimental Study. Jurnal Folia Medica Indonesiana Vol. 42., No. 2, pp. 77–138. Accredited No. 39/ DIKTI/Kep/2004. Nursalam, Yety Elina, Erna Dwi Wahyuni. 2010. Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi. Jurnal Ners. Vol. 5 No. 2 pp. 155–164. ISSN 1858-3598. Terakreditasi B. No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Zahid Fikri, Nursalam, Eka Misbahatul H. 2010. Penurunan Kadar Kolesterol dengan Terapi Bekam, Jurnal Ners. Vol. 5 No. 2 pp. 196–201. ISSN 1858-3598. Terakreditasi B. No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Erlin Kurnia, Nyoman Anita Damayanti, Nursalam. 2010. Formula Penghitungan tenaga keperawatan modifikasi FTE dengan MAKP Tim. Jurnal Ners. Vol. 6 No. 1. April 2011. ISSN 1858-3598 Terakreditasi B No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Nursalam, Lilik Djuari, Ni Luh Ade. 2010. Kebutuhan riil tenaga perawat dengan metode workload indicators staff. KE. Jurnal Ners. Vol. 6 No. 1. April 2011. ISSN 1858–3598 Terakreditasi B No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Nursalam. 2011. Model Asuhan Keperawatan Terhadap Peningkatan Adaptasi Kognisi & Biologis Pada Pasien Terinveksi HIV. Jurnal Ners. Vol. 6 No. 2. Oktober 2011. ISSN 1858–3598. Terakreditasi B No. SK 64a/DIKTI/KEP/2010. Ave S S, Nursalam. 2012. Peningkatan Self Care Agency pasien dengan Stroke Iskemik setelah Penerapan Self Care Regulation Model. Jurnal Ners. Vol. 7. No. 1, hal. 13–24. Muhith A & Nursalam. 2012. Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis kinerja perawat dan kepuasan perawat dan pasien. Jurnal Ners. Vol 7, no. 1, hal. 49–58. Fitriah. Nursalam. 2012. Pengembangan Model Kinerja Komunikasi Perawat Upaya Meningkatkan Kepuasan Pasien. Jurnal Ners. Vol. 7. No. 2. hal.
50
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
11. Muhith A, Linda P, Nursalam. 2013. Voluntary counseling and testing pada tahanan. Jurnal Ners. Vol. 7. No. 2. hal. 120–124. 12. Tinok A., Nursalam, Eka MH. 2013. Kemandirian Perawatan Ibu Post Partum SC dengan Pendekatan Discharge Planning berdasarkan teori self-care Orem. Jurnal Ners. Vol. 7. No. 2. hal. 182–190. 13. Kasiati, Budi Santoso, Esty Yunitasari, Nursalam. 2013. Topikal ASI. Model Asuhan Keperawatan Tali Pusat pada Bayi. Jurnal Ners. Vol. 8, no. 1. Hal. 9–16. 14. Hammad, Nursalam, Ninuk Dian K, 2013. Pengembangan Model Loyalitas Mahasiswa Keperawatan pada Pendidikan Tinggi Keperawatan. Jurnal Ners. Vol. 8, no. 1. Hal. 81–87. 15. Dewa Kadek Adi Surya Antara, Nursalam, Ninuk Dian K. 2013. Rekomendasi Penurunan Burnout pada Perawat Kontrak. Jurnal Ners. Vol. 8, no. 1. Hal. 142–152. 16. Muh. Abdurrouf, Nursalam, Purwaningsih. 2013. Model Caring Islami terhadap Peningkatan Kepuasan Pasien. Jurnal Ners. Vol. 8. No. 1. Hal. 153–164. 17. Abdul Muhith, M. Himawan Saputra, Nursalam. 2013. Bauran pemasaran dengan Bed Occupancy Rate (BOR). Jurnal Ners. Vol. 8. No. 1. Hal. 135–141. 18. Nursalam, Ni Kadek Apriani, Eka Misbahatul Mar’ah Has, Ferry Efendy F. 2014. Sleep Hygiene Behavior Among Balinese Adolescent. Journal of Nursing Education and Practice. Vol. 4 No. 3 pp. 155–160. Jurnal Nasional tidak Terakreditasi 1. Nursalam. 2006. Efek strategi koping dalam asuhan keperawatan pada responses psikologis dan biologis pasien dengan HIV/AIDS Jurnal Ners. vol. 1, no. 1 (hal. 1–50). 2. Nursalam, Mira T, Kusnanto, Cristianto N, Purwaningsih. 2006. Analisis hubungan penerapan MAKP tim dengan kepuasan klien. Jurnal Ners vol. 1, no. 1 (hal. 1–50). 51
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
3. Nursalam, NK Armini, Ira Suarliah, Dwi Irmayana, Mira T. 2006. Pengaruh latihan senam aerobik terhadap peningkatan kebugaran pada menopause di Dusun Krajan RW III Desa Jajag Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ners Vol. 1 No. 2, hal. 51–100. 4. Nursalam, Sumiatun, Sri Soehartati, Purwaningsih, Kusnanto. 2007. Hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja perawat dalam asuhan keperawatan (penerapan teori Maslow) di Ruang Bedah F RSU Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Ners. Vol. 1 No. 2, hal. 51–100. 5. Nursalam, Kristiawati, Yuni S. Arief, Nuzul Q, Dyah S. 2007. Teknik relaksasi imagery terhadap responses penerimaan (psikologis dan biologis) dalam prosedur invasive pada anak usia sekolah (8–12 tahun). Jurnal Ners. Vol. 2 No. 1, hal. 1–50. 6. Nursalam, Arie Soenarno, Rahmatul Fitriyah. 2008. Hubungan shift kerja dengan stres kerja dan Circadian rhythm perawat. Jurnal Ners. Vol. 2 No. 2, hal. 50–100. 7. Nursalam, Joni H, Retno I, Erna Dwi W. 2008. Musik langgam jawa dalam upaya pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. Jurnal Ners. Vol. 2 No. 2, hal. 50–100 8. Nursalam, Misutarno, Yulia Dewi Puspitwati. 2008. Motivasi ekstrinsik terhadap Adversity Quotient penderita HIV/ AIDS. Jurnal Ners. Vol. 3, no. 1. hal. 01–98 9. Nursalam, Retanayu P, Ida Ayu. 2009. Relaksasi hypnobirthing meningkatkan toleransi nyeri dan menurunkan responses kecemasan pada ibu inpartu kala I fase aktif. Jurnal Ners. Vol. 3, no. 1. hal. 01–98 (2009). 10. Nursalam, Sumiatun, Amirul Musrini. 2009. Discharge planning meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien Jurnal Ners. Vol. 3, No. 2 hlm. 99–198. 11. Nursalam, Retno I, Michael Charaka. 2009. Berg Balance Test (BBT) dan Time Up and Go Test (TUGT) sebagai indicator prediksi jatuh pada Lansia. Jurnal Ners. Vol. 3, No. 2 hlm. 99–198. 52
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
12. Nursalam, Ferry Efendi, Ulfa Husnul F. 2009. Peer Group Support meningkatkan responses penerimaan psikologis pegawai menghadapi masa persiapan pension (MPP). Jurnal Ners. Vol. 3, No. 2 hlm. 99–198. 13. Nurslam, Laily Hidayati, Ni Putu Wulan PS. 2009. Faktor risiko asma dan perilaku pencegahan berhubungan dengan tingkat kontrol penyakit asma. Jurnal Ners. Vol. 4, No. 1 hlm. 99–198. 14. Nursalam, Ilya Krisnina, dan Nantiya Pupuh. 2009. Pathways Awareness’Brochure sebagai deteksi dini perkembangan anak. Jurnal Ners. Vol. 4, No. 1 hlm. 99–198. 15. Nursalam, Mahfudli, Indra Alamsyah. 2009. Manfaat asuhan keperawatan keluarga dalam meningkatkan pengetahuan dan pencegahan pasien kusta. Jurnal Ners. Vol. 4, No. 1 hlm. 99–198 16. Nursalam, Ferry Efendie, Ni Luh Putu P. 2009. Hubungan orgazitional role stressor dengan tingkat stres kerja perawat ICU. Jurnal Ners. Vol. 4, No. 1 hlm. 99–198. 17. Yugo Apriyanto, Nursalam, Arie Sunarno. 2010. Parameter Teknis Cardio-pulmonary Resuscitation (CPR) dengan Travelling Time 20, 40 dan 60 km/jam. Jurnal Ners. Vol. 5 No. 1 hal. 21–28 April 2010. ISSN 1858–3598 (2010).
53
CARING SEBAGAI DASAR... PIDATO GURU BESAR
NURSALAM