Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Maraknya pembangunan di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya nilai konstruksi yang diselesaikan dari tahun ke tahun memberikan isyarat bahwa telah terjadi pengambilan material di quarry di seluruh Indonesia dan berpotensi menimbulkan waste akibat proses konstruksi yang belum tentu ramah terhadap lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya tatanan baru baik berupa regulasi maupun tata kelola di tingkat proyek konstruksi. Salah satu untuk pendekatan yang diyakini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya adalah pendekatan green construction. Green construction adalah sebuah pendekatan baru dalam mengelola proyek konstruksi telah menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan lingkungan sebagai tempat untuk hidup. Pendekatan ini merupakan salah satu tahap dari serangkaian tahap dalam daur hidup proyek konstruksi. Sampai dengan saat ini belum ada informasi terkait dengan aktivitas kontraktor dalam menjalankan proses konstruksinya, apakah telah mengakomodasi hal-hal yang tidak merusak lingkungan dan hal-hal yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan bagi pekerja maupun masyarakat yang tinggal disekitar lokasi proyek. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang telah dicapai oleh kontraktor dalam menjalankan aktivitas proses konstruksinya khususnya dalam proyek bangunan gedung menggunakan model assessment green construction untuk proyek bangunan gedung yang dikembangkan oleh Ervianto. Proses assessment terhadap proyek konstruksi dilakukan melalui diskusi secara langsung maupun menggunakan e-mail dengan cara mengirimkan model assessment berupa software untuk diisi oleh pimpinan proyek (self evaluation). Hasil yang diperoleh adalah sebagian besar kontraktor telah melakukan konservasi energi; konservasi air; memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja; dan manajemen lingkungan bangunan. Namun demikian terdapat perbedaan yang siginifikan antara kontraktor milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kontraktor milik swasta nasional. Untuk itu perlu dirancang mekanisme transfer of knowledge bagi kontraktor swasta nasional agar terbentuk perilaku dalam aktivitas proses konstruksi yang ramah lingkungan.
Kata kunci: Green construction, Model assessment, Proyek konstruksi bangunan gedung. 1. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur sebagai bukti bahwa roda ekonomi terus berjalan demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Salah satu bentuk nyata terjadinya perkembangan ekonomi dalam sebuah bangsa ditandai dengan meningkatnya jumlah dan jenis infrastruktur yang tersedia bagi masyarakatnya. Di tingkat nasional, pembangunan infrastruktur dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dalam enam tahun terakhir, data statistik memperlihatkan bahwa pembangunan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat gambar 1). Data ini didasarkan nilai konstruksi yang telah diselesaikan yang dipilah menjadi tiga jenis konstruksi, yaitu: (a) konstruksi bangunan gedung, (b) konstruksi bangunan sipil, dan (c) konstruksi khusus. Secara umum, ketiga jenis konstruksi tersebut diatas mempunyai kesamaan yaitu menggunakan sumberdaya alam yang bersumber dari dalam bumi dan menghasilkan limbah sebagai hasil sampingan proses konstruksi. Banyak sedikitnya limbah yang dihasilkan oleh pembangunan bergantung pada efisien tidaknya selama proses konstruksi. Sebuah proses konstruksi dapat dipandang sebagai sebuah sistem, dimana selalu ada komponen input-proseskomponen output. Komponen input dalam sebuah proses konstruksi berupa sumberdaya alam (terbarukan dan tak terbarukan). Sedangkan komponen output berupa fisik bangunan dan sejumlah limbah. Kedua hal tersebut merupakan prinsip dalam green construction, yaitu menggunakan sumberdaya alam sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan limbah sesedikit mungkin.
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 453
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
2013
2012
2011
2010
2009
Konstruksi Bangunan Gedung
2007
Konstruksi Bangunan Sipil
2006
2005
15,592,733
38,449,426
34,354,289
22,527,941
49,478,129
39,851,901
26,526,202
62,274,910
49,713,178
40,618,748
68,590,928
60,883,454
86,517,919
2008
52,988,853
70,591,453
141,112,869 47,108,970
72,886,927
54,876,925
95,397,270
169,975,358
202,325,448 65,029,137
108,768,763
74,782,311
128,551,604
84,535,490
148,334,444
237,019,258
271,713,059
Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan (Dalam Juta Rupiah)
2004
Konstruksi Khusus
Catatan: data tahun 2013 bersifat sementara Sumber : BPS 2014. Gambar 1. Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekerjaan
2. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan fakta yang terjadi di Indonesia, yaitu adanya peningkatan prasarana fisik dari tahun ke tahun, namun sampai dengan saat ini tidak tergambarkan dengan jelas mengenai banyak sedikitnya limbah yang dihasilkan akibat pembangunan tersebut. Demikian juga mengenai aktivitas yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pemeran utama pembangunan, sejauh mana telah mengadopsi dan menerapkan prinsip-prinsip green construction agar tercapai pembangunan keberlanjutan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan pemetaan terhadap aktivitas kontraktor dalam melaksanakan proses konstruksi khususnya untuk bangunan gedung di Indonesia.
3. MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Dalam dokumen Conseil International Du Batiment, (1994) dituliskan bahwa tujuan sustainable construction adalah menciptakan bangunan berdasarkan perencanaan yang memperhatikan ekologi, menggunakan sumberdaya alam secara efisien dan ramah lingkungan selama operasional bangunan. Salah satu bagian dari sustainable construction adalah green construction yang merupakan proses holistik yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara lingkungan alami dan buatan sebagaimana ditulisan oleh Plessis, D., Chrisna, Edit, (2002). Sedangkan definisi green construction yang dinyatakan oleh Ervianto, W.I., (2012) adalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Selanjutnya prinsip-prinsip green ini disusun dalam sebuah model yang merepresentasikan aktivitas proses konstruksi berupa penyederhanaan atau idealisasi. Model assessment green construction disusun secara hirarki,yaitu: green construction; aspek green construction (A.1 s/d A.7); faktor green construction (F.1s/d F.16); dan indikator green construction (I.1 s/d I.142) (lihat gambar 2). Dalam setiap hirarki, diberikan bobot yang diperoleh melalui proses olah data menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Model assessment green construction ini dikembangkan untuk kepentingan evaluasi sendiri terhadap proses konstruksi yang sedang dilaksanakan oleh kontraktor dalam proyek konstruksi.
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 454
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
Green Construction
F.11
F.12
I-5
I-4
F.16
F.10 I-10
I-20
F.9 I-12
F.15
F.8 I-4
I-10
F.7 I-15
F.14
F.6 I-8
I-12
F.5 I-5
A.7
F.13
F.4 I-5
A.6
I-6
F.3 I-6
A.5
F.2
A.4
I-17
A.3
F.1
A.2
I-3
A.1
Gambar 2. Hirarki Model Assessment Green Construction Dalam model assessment green construction, disetiap hirarki dapat dihitung nilai capaian proses konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor, yaitu: (a) nilai indikator green construction (NIGC); (b) nilai faktor green construction (NFGC); (c) nilai aspek green construction (NAGC); dan ( d) nilai green construction (NGC).
Nilai indikator green construction Nilai indikator green construction (NIGC) dapat dihitung berdasarkan notasi matematis sebagai berikut:
……….………..…….………(1) Keterangan: I adalah jawaban responden (i bernilai 1 jika sudah diimplementasikan dan 0 jika belum diimplementasikan). BP adalah Bobot Prioritas, k bernilai 0,56 untuk prioritas I dan 0,44 untuk prioritas II. ∑
……….……………..….…………..(2)
Keterangan: Total NIGC adalah Nilai Indikator Green Construction di setiap faktor i adalah banyaknya Nilai Indikator Green Construction
Nilai faktor green construction Nilai Faktor Green Construction (NFGC) dihitung berdasarkan notasi matematis 3. ∑
…………….……………..…(3)
Keterangan: i adalah banyaknya faktor green construction Total NIGC adalah Nilai Indikator Green Construction di setiap faktor BFGC adalah Bobot Faktor Green Construction ∑
……………….…...……..……….(4)
Keterangan: Total NFGC adalah Nilai Faktor Green Construction di setiap aspek i adalah banyaknya faktor green construction
Nilai aspek green construction Nilai Aspek Green Construction (NAGC) setiap aspek dihitung berdasarkan notasi matematis 5. Sedangkan perhitungan total NAGC menggunakan notasi matematis 6. ∑ Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 455
………………………..………..(5) ∑
………………...………….…………(6)
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
Keterangan: Total NFGC adalah Nilai Faktor Green Construction di setiap aspek BAGC adalah Bobot Aspek Green Construction i adalah banyaknya aspek green construction
Nilai green construction Nilai akhir dari green construction selanjutnya disebut dengan Nilai Green Construction (NGC) adalah penjumlahan dari seluruh nilai aspek green construction yang dituliskan dalam notasi matematis 7. ∑
……………………….……………..(7)
Keterangan: NGC adalah Nilai Green Construction. i adalah banyaknya nilai aspek dalam sebuah aspek green construction. NAGC adalah nilai Aspek Green Construction.
Nilai maksimum model assessment green construction Nilai maksimum model assessment green construction akan dicapai apabila seluruh indikator green construction dipenuhi di proyek besarnya adalah 21,92 selanjutnya disebut dengan Nilai Green Construction Ideal (NGC Ideal) di Indonesia. Selain NGC Ideal, terdapat Nilai maksimum Model Assessment Green Construction yang dihasilkan berdasarkan terpenuhinya seluruh indikator green construction yang telah berhasil diimplementasikan di tingkat proyek oleh kontraktor di Indonesia yang disebut dengan Nilai Green Construction Terbaik (NGC Terbaik) di Indonesia sebesar 15,47. Kedua nilai ini dapat dimanfaatkan sebagai baseline untuk mengetahui seberapa besar capaian kontraktor dalam memenuhi indikator green construction dalam sebuah proyek.
4. DATA DAN ANALISIS DATA Model assessment green construction tersebut diatas selanjutnya digunakan untuk nenilai proses konstruksi di beberapa proyek konstruksi di Indonesia. Mekanisme yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengirimkan model assessment green construction dalam file spreadsheet kepada pengelola proyek yang akan diukur. Responden yang melakukan assessment adalah project manager atau pihak yang ditunjuk oleh project manager dengan mempertimbangkan kompetensinya. Jumlah proyek yang digunakan dalam penelitian sebanyak 13 proyek yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia dan sebuah proyek di kota Dili, Republic Democratic of Timor Leste. Pada awalnya diharapkan dapat diperoleh data proyek dari setiap kota besar di Indonesia agar dapat tergambarkan aktivitas proses konstruksi oleh kontraktor secara komprehensif. Akan tetapi hal ini tidak dapat terpenuhi dan tidak menyebabkan penelitian terhenti. Berdasarkan kepemilikannya, 13 data tersebut diatas diperlihatkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Fungsi dan kepemilikan proyek No. 1 2 3 4 5 6 7
Fungsi Bangunan
Kepemilikan
No.
Fungsi Bangunan
Kepemilikan
BUMN BUMN BUMN BUMN BUMN Swasta BUMN
8 9 10 11 12 13
Hotel Hotel Hotel Rumah Sakit Apartemen Hotel
Swasta Swasta BUMN BUMN BUMN Swasta
Bandara Kantor Condotel Kantor Kantor Kantor Kantor
Adapun persentase data proyek yang diperoleh berdasarkan lokasi dan jenis proyek diperlihatkan dalam gambar 3 dan gambar 4.
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 456
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
Lokasi dan Jumlah Proyek (%)
Bali
38.5
Surabaya
7.7
Balik Papan
7.7
Makassar
7.7
Jakarta Dili
Jenis Proyek (%)
15.4 7.7
Bandung
7.7
Medan
7.7
Kantor 7.7
Rumah sakit
7.7
Hotel
Gambar 3. Lokasi dan Persentase Jumlah Proyek
38.5
Bandara
46.2
Gambar 4. Persentase Jenis Proyek
Ketigabelas proyek tersebut diatas dilaksanakan oleh 4 kontraktor swasta nasional (30,77%) dan 9 kontraktor BUMN (69,23%). Data yang diperoleh berupa indikator green construction yang telah dan belum diimplementasikan di proyek sekaligus informasi besarnya nilai green construction, nilai di tingkat aspek, dan faktor green construction. Di tingkat aspek green construction, nilai rata-rata ke-13 proyek tersebut dibedakan antara kontraktor BUMN dan swasta, dengan tujuan untuk mengetahui variasi aktivitas kontraktor dalam mengakomodasi indikator green construction yang dibandingkan terhadap NAGC Terbaik dan NAGC Ideal yang dinyatakan dalam persentase (lihat gambar 5 dan gambar 6.
Capaian green construction terhadap kondisi terbaik Aktivitas kontraktor dalam memenuhi indikator green construction yang diukur di tingkat aspek terjadi variasi antara kontraktor BUMN dan swasta. Rata-rata kontraktor BUMN mampu mencapai 90,97% dari capaian terbaik di Indonesia. Secara berurutan capaian kontraktor BUMN adalah: (a) tepat guna lahan, (b) sumber dan siklus material, (c) manajemen lingkungan bangunan, (d) konservasi energi, (e) kualitas udara, dan (f) kesehatan dan keselamatan kerja, (g) konservasi air. Rata-rata kontraktor swasta dalam memenuhi indikator green construction mampu mencapai 53,06% dari capaian terbaik di Indonesia. Secara berturutan capaian kontraktor swasta adalah: (a) sumber dan siklus material, (b) manajemen lingkungan bangunan, (c) kesehatan dan keselamatan kerja, (d) konservasi energi, (e) tepat guna lahan, (f) konservasi air, (g) kualitas udara. (lihat gambar 5). Perbedaan capaian antara kontraktor swasta dengan BUMN adalah 37,91%. Perbedaan capaian antara kedua kelompok tersebut diatas dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: (a) Jumlah responden yang tidak berimbang, (b) Perbedaan kesempatan untuk melaksanakan proyek green dimana keempat proyek yang dikelola oleh kontraktor swasta bukan merupakan proyek green. Hal ini berdampak pada terbatasnya ruang untuk belajar terkait dengan prinsip-prinsip green, (c) Sejak awal masuknya pengetahuan tentang green construction di Indonesia pada tahun 2007 diinisiasi oleh salah satu kontraktor BUMN. Adanya peluang tersebut diatas dimanfaatkan sebagai ruang untuk belajar dan mengembangkan green construction di Indonesia, (d) Belum terjadi kolaborasi eksternal antar kontraktor BUMN dan Swasta yang dimungkinkan terjadinya transfer of knowledge. Namun, kolaborasi internal antara kontraktor BUMN terhadap kontraktor swasta (spesialis) telah banyak dilakukan. Mekanisme ini diyakini sebagai ruang belajar yang efektif bagi kontraktor spesialis.
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 457
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
Kesehatan dan Kualitas udara keselamatan kerja
40,00
Manajemen Sumber dan Tepat guna lingkungan siklus material lahan bangunan
Kontraktor Swasta
91,43 54,29
79,26
97,13
39,55
53,67
60,38
66,13
91,53
86,40
84,70 57,78
106,37
Rata-rata NAGC Kontraktor Swasta dan BUMN Terhadap NAGC Terbaik di Indonesia (dalam %)
Konservasi air
Konservasi energi
Kontraktor BUMN
Gambar 5. Capaian Aspek Green Construction Kontraktor BUMN dan Swasta Terhadap Nilai Aspek Green Construction Terbaik di Indonesia
Capaian green construction terhadap kondisi ideal Capaian green construction sejumlah proyek tersebut diatas jika dibandingkan terhadap kondisi ideal di Indonesia adalah 65,47% untuk kontraktor BUMN dan 39,04% untuk kontraktor swasta. Berdasarkan kondisi ini maka masih perlu untuk ditingkatkan aktivitas konstruksi di proyek, baik untuk kontraktor BUMN maupun swasta.
Kesehatan dan Kualitas udara Manajemen Sumber dan Tepat guna keselamatan lingkungan siklus material lahan kerja bangunan
Kontraktor Swasta
Konservasi air
64,00 38,00
25,00
49,54
61,37 30,96
53,95
49,83
25,00
50,51
54,61
74,04
75,52
79,24
Rata-rata NAGC Kontraktor Swasta dan BUMN Terhadap NAGC Ideal di Indonesia (dalam %)
Konservasi energi
Kontraktor BUMN
Gambar 6. Capaian Aspek Green Construction Kontraktor BUMN dan Swasta Terhadap Nilai Aspek Green Construction Ideal di Indonesia
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 458
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
Kajian tingkat aspek green construction Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aspek green construction mencakup tujuah aspek sebagai berikut: Aspek kesehatan dan keselamatan kerja, tujuan dalam aspek ini adalah: (a) mengurangi dampak asap rokok terhadap udara; (b) mengurangi polusi zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia; (c) menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan proyek. Aspek kualitas udara, tujuan dalam aspek ini adalah untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara yang ditimbulkan oleh bahan bangunan dan peralatan yang digunakan selama proses konstruksi. Aspek manajemen lingkungan bangunan, tujuan dalam aspek ini adalah untuk mengurangi terjadinya limbah sehingga beban di tempat pembuangan akhir berkurang. Mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana agar mempermudah proses daur ulang. Aspek Sumber dan Siklus Material, tujuan dalam aspek ini adalah untuk menahan eksploitasi sumberdaya alam tidak terbarukan untuk memperpanjang daur hidup material. Aspek tepat guna lahan, tujuan dalam aspek ini adalah memelihara kehijauan lingkungan, mengurangi emisi CO2 serta polutan. Selain itu, telah dilakukan berbagai usaha untuk mengurangi beban drainase kota yang disebabkan oleh limpasan air hujan baik volume maupun kualitas air akibat proses konstruksi. Aspek konservasi air, tujuan dalam aspek ini adalah melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian air, penghematan konsumsi air, dan melakukan reuse pemakaian air yang bersumber dari dewatering, tampungan air hujan, menggunakan limpasan air hujan selama proses konstruksi. Aspek konservasi energi, tujuan dalam aspek ini adalah melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian energi, penghematan konsumsi energi, dan pengendalian penggunaan sumber energi yang berdampak terhadap lingkungan selama proses konstruksi. Capaian kontraktor dalam setiap aspek green construction perlu diinterpretasikan lebih komprehensif untuk mengetahui posisi secara kelompok. Adapun pendekatan yang digunakan adalah menggunakan control chart yang terdiri dari dua hal, yaitu upper control limit dan lower control limit. Upper Control Limit (UCL) atau batas atas untuk sejumlah data dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut: ̅………………………………………(8)
Lower Control Limit (LCL) atau batas bawah dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:
̅………….…..……………….……….(9)
Catatan: ̅
A2 = Factor Control Limit ̅
Tabel 2 .Capaian NAGC di proyek berdasarkan kepemilikan kontraktor di Indonesia
Aspek Green Construction Kesehatan dan keselamatan kerja Kualitas udara Manajemen lingkungan bangunan Sumber dan siklus material Tepat guna lahan Konservasi air Konservasi energi
NAGC < LCL NAGC < NAGCterbaik 7 BUMN dan 4 swasta 4 BUMN dan 4 swasta 5 BUMN dan 4 swasta 3 BUMN dan 4 swasta 3 BUMN dan 3 swasta 5 BUMN dan 4 swasta 6 BUMN dan 4 swasta
LCL < NAGC < UCL NAGCTerbaik < NAGCIdeal 2 BUMN 5 BUMN 4 BUMN 5 BUMN 6 BUMN dan 1 swasta 4 BUMN 3BUMN
NAGC > UCL NAGC > NAGCIdeal 1 BUMN -
Merujuk tabel 2, telah tergambarkan capaian kontraktor di Indonesia dalam mengakomodasi aspek green construction. Sebagian besar praktik di lapangan yang dilakukan oleh kontraktor relatif masih sedikit yang ditunjukan oleh konsentrasi capaian NAGC < NAGC terbaik. Sedangkan capaian NAGC diantara NAGCTerbaik < NAGCIdeal untuk tujuh aspek didominasi oleh kontraktor milik BUMN. Khusus untuk aspek sumber dan siklus
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 459
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9 (KoNTekS 9) Komda VI BMPTTSSI - Makassar, 7-8 Oktober 2015
material, kontraktor BUMN mampu mencapai lebih dari NAGC ideal. Berdasarkan fenomena tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa kontraktor milik BUMN mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai green construction.
5. KESIMPULAN Berdasarkan ilustrasi sebagaimana tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa capaian kontraktor dalam setiap aspek green construction adalah sebagai berikut: (a) Aspek kesehatan dan keselamatan kerja 76,92%; (b) Aspek kualitas udara 84,62%; (c) Aspek manajemen lingkungan bangunan 69,23%; (d) Sumber dan siklus material 81,82%; (e) Tepat guna lahan 53,85%; (f) Konservasi air 81,82%; (g) Konservasi energi 81,82%. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction lebih banyak jika dibandingkan kontraktor milik swasta. Oleh karenanya untuk meningkatkan kemampuan kontraktor swasta dalam memenuhi indikator green construction perlu adanya proses edukasi dari kontraktor BUMN kepada kontraktor milik swasta melalui mekanisme eksternal kolaborasi maupun internal kolaborasi.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2014. Conseil International Du Batiment (1994). Ervianto, W.I. (2012), Laporan Penelitian “Identifikasi Faktor Green Construction Pada Bangunan Gedung di Indonesia”, ITB-JICA. Ervianto, W.I., dkk., (2011), Pengembangan Model Assessment Green Construction Pada Proses Konstruksi Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia, Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, 20 Desember 2011. Plessis, D., Chrisna, Edit (2002): Agenda 21 for Sustainable Construction in Developing Countries’ Pretoria: Capture Press.
Paper ID : MK07 Manajemen Konstruksi 460