Butir Kegiatan Analisis Ketahanan Pangan Bidang Ketersediaan Pangan
Disampaikan pada Bimtek dan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Analis Ketahahanan Pangan
Bogor, 03 Oktober 2016 Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI 2016
Kegiatan Analisis Bidang Ketersediaan Pangan 1
NERACA BAHAN MAKANAN
2
ANALISIS ARAM - ATAP
3
ANALISIS POLA PANEN BULANAN
4
ANALISIS AKG DAN PPH KETERSEDIAAN
5
POTENSI SUMBER DAYA PANGAN
6
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN / FSVA
I. NERACA BAHAN MAKANAN
DEFINISI NBM NERACA BAHAN MAKANAN (NBM): Tabel yang memberikan gambaran menyeluruh ttg penyediaan / pengadaan dan penggunaan/pemanfaatan pangan di suatu wilayah (negara/provinsi/kabupaten/kota) dlm kurun waktu tertentu. NBM menyajikan jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita dalam kg/thn atau gr/hr serta dalam bentuk zat gizi tertentu yaitu kalori(kkal/hr), protein (gram/hr), lemak (gram/hr)
OUTPUT NBM WNPG VIII Thn 2004 AKG Tk. Ketersediaan Energi : 2.200 kkal/kap/hr Protein : 57 gr/kap/hr AKG Tk. Konsumsi Energi :2000 kkal/kap/hr Protein: 52 gr/kap/hr
Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) Ketersediaan Protein (gr/kap/hr) Ketersediaan Lemak (gr/kap/hr)
Keterangan: •AKG Tk. Konsumsi sudah dipublikasikan dalam Permenkes No.75 Tahun 2013
WNPG X Thn 2012* AKG Tk. Ketersediaan Energi : 2.400 kkal/kap/hr Protein : 63 gr/kap/hr AKG Tk. Konsumsi Energi : 2.150 kkal/kap/hr Protein: 57 gr/kap/hr 5
MANFAAT NBM 1 Mengetahui jumlah penyediaan, penggunaan dan ketersediaan pangan per kapita untuk konsumsi penduduk.
2 Mengevaluasi pengadaan dan penggunaan pangan.
3 Mengevaluasi tingkat ketersediaan pangan berdasarkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan komposisinya berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH).
4 Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan. Bahan perumusan kebijakan pangan dan gizi.
METODE PERHITUNGAN NBM
PENGGUNAAN (UTILIZATION)
PENYEDIAAN (SUPPLY) TS = O - ∆St + M – X Dimana: TS = Total penyediaan dlm negeri (total supply) O = Produksi ∆St = Stok akhir – Stok awal M = Impor X = Ekspor
TU Dimana: TU = utilization) F = S = I = W = Fd =
Prinsip Neraca: ∑ TS = ∑ TU
= F+S+I+W+Fd Total Penggunaan (Total
Pakan Bibit Industri Tercecer Ketersediaan Bahan Makanan
7
Ketersediaan Pangan (untuk dikonsumsi)
Fd = O – (∆St) + M – X – (F+S+I+W) Dimana: Fd 0 ∆St M X F S I W
= ketersediaan pangan utk dikonsumsi penduduk = Produksi (input/output) = Perubahan stok = Impor = Ekspor = Pakan = Bibit = Industri (makanan dan bukan makanan) = Tercecer
Ketersediaan Pangan Per Kapita= Fd: ∑ Penduduk Tengah Tahun 8
FORMAT TABEL NBM Produksi Production
Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availaNegeri Manufactured for Makanan Kg/Th Input Output in hari Calories Proteins Fats ble for domestic Domestic Bukan Makanan Commodity Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Makanan Waste Food Kg/Year day kcal/day Grams/day Grams/day exports Food Non food (15) (16) (17) (18) (19) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
9
KOMPONEN NBM Tabel NBM terdiri atas 19 kolom :
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7 Kolom 8 Kolom 9 Kolom 10 Kolom 11 Kolom 12 Kolom 13 Kolom14 Kolom 15 Kolom 16 Kolom 17 Kolom 18 Kolom 19
:Jenis Bahan Makanan :Produksi (Masukan) :Produksi (Keluaran) :Perubahan Stok Penyediaan :Impor :Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor :Ekspor :Penyediaan Dalam Negeri :Pakan :Bibit/Benih :Diolah untuk Makanan Penggunaan :Diolah untuk Bukan Makanan :Tercecer :Bahan Makanan :Ketersediaan pangan per kapita (kg/tahun) :Ketersediaan pangan per kapita (gram/hari) :Ketersediaan pangan per kapita dlm bentuk energi (kkal/hari) :Ketersediaan pangan per kapita dlm bentuk protein (gram/hari) :Ketersediaan pangan per kapita dlm bentuk lemak (gram/hari) 10
PENYUSUNAN NBM
SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN NBM 1. Jenis Data
• Produksi • Pakan • Bibit • Tercecer • Perubahan stok (stok awal & akhir tahun) • Impor – Ekspor • Penggunaan untuk industri makanan dan non makanan • Jumlah penduduk • Konsumsi Pangan (bila diperlukan untuk pendekatan/ proksi) • Input-Output (bila diperlukan untuk pendekatan/ proksi)
2. Persyaratan Data • Jenis bahan makanan : Bahan makanan yang lazim dikonsumsi masyarakat dan data produksinya tersedia secara kontinyu dan resmi • Data penduduk : Data penduduk tengah tahun 3. Besaran dan angka konversi : • Ditetapkan oleh Tim NBM nasional • Jika di daerah tersedia dan memenuhi syarat (misal: hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan), maka dapat digunakan konversi daerah dengan menyebut sumbernya • Jika di daerah tidak tersedia, maka digunakan konversi nasional 4. Faktor konversi: • Komposisi gizi bahan makanan : Besarnya nilai kandungan gizi bahan makanan yang dapat dimakan dalam bentuk kalori, protein dan lemak • Produksi input ke produksi output • Pakan • Bibit 12 • Tercecer
PENYUSUNAN NBM
5. Penyajian angka : • Satuan: Nasional: 000 Ton Regional: Ton
• Penyajian angka: Jika data tidak tersedia : ditulis (-) Jika data : < 500 ton : ditulis 0 (Nasional) < 500 kg : ditulis 0 (Regional) Kolom 2-14 dan 17 : bilangan bulat Kolom 15, 16, 18, 19 : bilangan pecahan (dua desimal) • Pembulatan: Bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari setengahnya dibulatkan ke bawah Bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengahnya dibulatkan ke atas
13
PENYUSUNAN NBM
Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 Perkiraan Ketersediaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Bahan Makanan Padi-padian Makanan Berpati Gula Buah Biji Berminyak Buah-buahan Sayur-sayuran Daging Telur Susu Ikan Minyak dan Lemak Total
Energi kal/kap/hr 2.344 266 235 232 70 37 62 23 24 175 333 3.800
% 61,68 7,00 6,18 6,11 1,84 0,97 1,63 0,61 0,63 4,61 8,76 100,00
Protein gr/kap/hr % 56,71 60,22 1,33 1,41 0,1 0,11 15,15 16,09 0,75 0,80 1,88 2,00 4,12 4,38 1,72 1,83 1,25 1,33 11,14 11,83 0,03 0,03 94,17 100,00 14
II. ANALISIS ARAM - ATAP
Bahan perumusan kebijakan ketersediaan pangan dapat didasarkan pada analisis produksi dan ketersediaan pangan.
Kebijakan Pangan
DATA.
INFORMASI
Rincian Kegiatan
Mengolah dan menganalisis data produksi dan data ketersediaan; Menghitung kebutuhan pangan rumah tangga & Non rumah tangga; Menghitung neraca pangan surplus & defisit; Menyusun laporan analisis ketersediaan dan angka prognosa ketersediaan berdasarkan data ARAM, ASEM, dan ATAP.
III. ANALISIS POLA PANEN BULANAN PADI, JAGUNG, KEDELAI
Data luas panen & produksi Aram, Asem, Atap Dikeluarkan BPS berupa Data subround (4 bulanan) tahun berjalan
Untuk mengetahui perkiraan Distribusi luas panen & produksi bulanan tahun berjalan
Dibutuhkan Data series luas panen & produksi (rata-rata minimal 5 tahun)
Neraca ketersediaan dan kebutuhan pangan setiap bulan
19
TUJUAN 1. Sebagai acuan untuk mengetahui waktu bulan yang mengalami surplus atau defisit 2. Sebagai acuan untuk menentukan manajemen cadangan pangan 3. Sebagai acuan untuk menentukan kapan stabilitas harga diperlukan
20
Analisis Surplus Defisit Beras Nasional ARAM II 2014 No
Uraian
Konversi
ARAM II 2014 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
ARAM II 2014
Satuan
1 Produksi Gabah Kering Giling 2.836.750 2 Penggunaan GKG
7.028.914 12.169.941
9.512.786
5.035.944 5.231.414 6.077.576 6.397.872 6.002.848
4.264.395
3.039.835
3.008.955
70.607.231
Ton
(a)+(b)+(c) + (d)
207.083
513.111
888.406
694.433
367.624
381.893
443.663
467.045
438.208
311.301
221.908
219.654
5.154.328
Ton
0,9 (%)
25.531
63.260
109.529
85.615
45.323
47.083
54.698
57.581
54.026
38.380
27.359
27.081
635.465
Ton
0,44 (%)
12.482
30.927
53.548
41.856
22.158
23.018
26.741
28.151
26.413
18.763
13.375
13.239
310.672
Ton
0,56 (%)
15.886
39.362
68.152
53.272
28.201
29.296
34.034
35.828
33.616
23.881
17.023
16.850
395.400
Ton
5,4 (%)
153.185
379.561
657.177
513.690
271.941
282.496
328.189
345.485
324.154
230.277
164.151
162.484
3.812.790
Ton
(1) - (2)
2.629.667
6.515.803 11.281.535
8.818.353
4.668.320 4.849.521 5.633.913 5.930.828 5.564.640
3.953.094
2.817.927
2.789.301
65.452.903
Ton
62,74 (%)
1.649.853
4.088.015
7.078.035
5.532.634
2.928.904 3.042.590 3.534.717 3.721.001 3.491.255
2.480.171
1.767.967
1.750.008
41.065.151
Ton
(a)+(b)+(c)
54.940
136.131
235.699
184.237
97.533
101.318
117.706
123.909
116.259
82.590
58.873
58.275
1.367.470
0,17 (%)
2.805
6.950
12.033
9.405
4.979
5.172
6.009
6.326
5.935
4.216
3.006
2.975
69.811
Ton
0,66 (%)
10.889
26.981
46.715
36.515
19.331
20.081
23.329
24.559
23.042
16.369
11.669
11.550
271.030
Ton
2,5 (%)
41.246
102.200
176.951
138.316
73.223
76.065
88.368
93.025
87.281
62.004
44.199
43.750
1.026.629
Ton
6 Ketersediaan beras utk konsumsi penduduk (4) - (5) (Produksi - Penggunaan Beras)
1.594.913
3.951.884
6.842.337
5.348.398
2.831.372 2.941.271 3.417.011 3.597.092 3.374.997
2.397.582
1.709.094
1.691.732
39.697.682
Ton
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
10,41
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
252.165
2.624.405
2.624.405
2.624.405
2.624.405
2.624.405 2.624.405 2.624.405 2.624.405 2.624.405
2.624.405
2.624.405
2.624.405
31.492.862
Ton
(1.029.492)
1.327.479
4.217.931
2.723.993
(226.824)
(915.311)
(932.673)
8.204.820
Ton
a. Bibit / benih (0,9 %) x (1) b. Pakan ternak (0,44 %) x (1) c. Bahan baku industri non makanan (0,56 %) x (1) d. Susut / tercecer(5,4 %) x (1) 3 GKG yang diolah menjadi beras (Produksi - Penggunaan GKG) 4 Produksi beras (konversi GKG ke beras) (62,74 %) x (3) 5 Penggunaan beras untuk non pangan a. Pakan ternak (0,17 %) x (4) b. Industri non makanan (0,66 %) x (4) c. Tercecer / susut (2,5 %) x (4)
7 Konsumsi RT & Non RT 8 Jumlah penduduk 9 Kebutuhan beras total (Konsumsi x Jml Pnddk)
(7) x (8)
10 Surplus/Defisit (Ketersediaan - Kebutuhan Total)
(6) - (9)
206.966
316.866
792.606
972.687
750.591
124,89 Kg/Kap/Th 252.165 000 Jiwa
21
Grafik Produksi, Ketersediaan, Kebutuhan dan Konsumsi Beras Tahun 2014 (ARAM II) Nasional 14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0 JAN
Produksi Padi Ketersediaan Beras Kebutuhan (Kons RT & Non RT) - Konsumsi RT
Surplus/Defisit
FEB
MAR
APRL
MEI
JUN
JUL
AGS
SEPT
Kebutuhan (Kons RT & Non RT)
OKT
NOV
DES
Produksi Padi
Ketersediaan Beras
- Konsumsi RT
JAN
FEB
MAR
APRL
MEI
JUN
JUL
AGS
SEPT
OKT
NOV
DES
JAN-DES
2.837
7.029
12.170
9.513
5.036
5.231
6.078
6.398
6.003
4.264
3.040
3.009
70.607
1.595
3.952
6.842
5.348
2.831
2.941
3.417
3.597
3.375
2.398
1.709
1.692
39.698
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
2.624
31.493
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
2.024
24.289
(1.029)
1.327
4.218
2.724
207
317
793
973
751
(227)
(915)
(933)
8.205
22
Langkah-langkah Menghitung Pola Panen Bulanan Data yang dibutuhkan: 1. Data luas panen/produksi bulanan tahun sebelumnya atau rata-rata luas panen/produksi bulanan beberapa tahun sebelumnya (semakin banyak data series semakin baik) sebagai data dasar 2. Data subround tahun berjalan untuk menghitung data setiap bulan pada tahun tersebut Langkah perhitungan: 1. Menghitung proporsi luas panen/produksi setiap bulan terhadap total luas panen/produksi selama satu tahun 2. Proporsi setiap bulan (dari butir 1) dijumlahkan berdasarkan sub round (4 bln) (SR I: Jan-Apr, SR II: Mei-Agst, SR III: Sep-Des) 23
Lanjutan langkah-langkah…
3. Menghitung proporsi setiap bulan (dari butir 1) terhadap jumlah proporsi dari setiap sub round (dari butir 2), contoh: Proporsi bulan Januari terhadap jumlah proporsi SR I Proporsi bulan Februari terhadap jumlah proporsi SR I Proporsi bulan Maret terhadap jumlah proporsi SR I Proporsi bulan April terhadap jumlah proporsi SR I Proporsi bulan Mei terhadap jumlah proporsi SR II dst… 4. Hasil butir 3 didapatkan proporsi bulanan 5. Mengalikan proporsi bulanan yang diperoleh dari butir 4 dengan data masing-masing sub round tahun berjalan (data sudah tersedia) 6. Diperoleh angka luas panen/produksi setiap bulan tahun berjalan
24
IV. ANALISIS AKG DAN PPH KETERSEDIAAN I. ANGKA KECUKUPAN GIZI Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (DRA) (Kemenkes, 2005): kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Penetapan AKG di Indonesia dilakukan setiap 5 thn sekali melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
WNPG VIII Thn 2004 AKG Tk. Ketersediaan Energi : 2.200 kkal/kap/hr Protein : 57 gr/kap/hr
WNPG X Thn 2012* AKG Tk. Ketersediaan Energi : 2.400 kkal/kap/hr Protein : 63 gr/kap/hr
AKG Tk. Konsumsi Energi :2000 kkal/kap/hr Protein: 52 gr/kap/hr
AKG Tk. Konsumsi Energi : 2.150 kkal/kap/hr Protein: 57 gr/kap/hr
NBM
Susenas & Survei RT
II. POLA PANGAN HARAPAN Pola Pangan Harapan (PPH) : komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya FAO-RAPA 1989, Susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.
TUJUAN: Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance) berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affordability) 26
•
Evaluasi ketersediaan pangan Dasar: NBM
11 kelompok pangan NBM menjadi 9 kelompok PPH
• Evaluasi konsumsi pangan Dasar: Susenas
9 kelompok pangan Susenas sama dengan 9 kelompok PPH
Output • •
Skor PPH ketersediaan Skor PPH konsumsi
27
PENGELOMPOKAN PANGAN PPH No
Kelompok Pangan
Jenis Komoditas (Kelompok PPH)
1
Padi-padian
Beras & olahannya, jagung & olahannya, gandum & olahannya
2
Umbi-umbian
Ubi kayu & olahannya, ubi jalar, kentang, talas, sagu (termasuk makanan berpati)
3
Pangan hewani
Daging & olahannya, ikan & olahannya, telur, susu & olahannya
4
Minyak & lemak
Minyak kelapa, minyak sawit, margarin, lemak hewani
5
Buah/biji berminyak
Kelapa, kemiri, kenari, cokelat
6
Kacang-kacangan
Kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap
7
Gula
Gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng
8
Sayur & buah
Sayur segar & olahannya, buah segar & olahannya, termasuk emping
9
Lain-lain
Aneka bumbu & bahan minuman spt terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu masak, teh, kopi
Pola Pangan Harapan (PPH), Deptan 2001 PERSENTASE PER KELOMPOK PANGAN (IDEAL) 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Pangan Hewani 4. Minyak & Lemak 5. Buah/Biji berminyak 6. Kacang-kacangan 7. Gula 8. Sayur dan Buah 9. Lain-lain (bumbu)
50 % 6% 12 % 10 % 3% 5% 5% 6% 3%
Metode Perhitungan Bobot dalam PPH Serealia…………….. 50 % Umbi-umbian ……… 6 % Minyak & lemak…….10 % Biji dan buah Berminyak.…………. 3 % 5. Gula ………………… 5 % 33.3 : 74 = 0.5
33.3
Sumber Zat Pembangun (Protein)
1. Pangan hewani…... 12 % 2. Kacang-kacangan.. 5 % 33.3 : 17 = 2
33.3
Sumber Zat Pengatur (Vitamin & Mineral)
1. Sayur dan Buah….. 6% 33.3 : 6 = 5
33.3
Lain-lain
1. Minuman & Bumbu...3%
Sumber Tenaga (KH, lemak) Tiga Guna Makanan
1. 2. 3. 4.
SUSUNAN PPH IDEAL (TINGKAT NASIONAL) BERDASARKAN SISI KETERSEDIAAN PANGAN No.
Kelompok Pangan
1
Padi-padian
2
Energi (kkal/kap/hr)
% AKG
Bobot
Skor PPH Maksimal
1.200
50,0
0,5
25,0
Umbi-umbian
144
6,0
0,5
2,5
3
Pangan hewani
288
12,0
2,0
24,0
4
Minyak & lemak
240
10,0
0,5
5,0
5
Buah/biji berminyak
72
3,0
0,5
1,0
6
Kacang-kacangan
120
5,0
2,0
10,0
7
Gula
120
5,0
0,5
2,5
8
Sayur & buah
144
6,0
5,0
30,0
9
Lain-lain
72
3,0
0,0
0,0
2.400
100,0
Jumlah
100,0
31
Langkah-langkah perhitungan dalam menilai/mengevaluasi mutu ketersediaan pangan adalah sebagai berikut : 1. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari 11 kelompok pangan NBM ke 9 kelompok pangan PPH 2. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk energi (kkal/kap/hr) pada setiap kelompok pangan pada tabel PPH 3. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan (persentase AKE) terhadap kecukupan energi ketersediaan (AKE sebesar 2.400 kkal/kap/hr) 4. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap kelompok pangan ke dalam tabel PPH 5. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara persentase AKE dengan bobot setiap kelompok pangan. 6. Menghitung skor PPH riil setiap kelompok pangan: • Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih besar daripada skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor maksimumnya. • Jika skor PPH hasil perhitungan setiap kelompok pangan lebih kecil daripada skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor hasil perhitungan. 7 Menjumlahkan skor PPH riil dari seluruh kelompok pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH maksimal adalah 100. 32
NBM (11 kelompok pangan)
PPH (9 kelompok pangan)
1. Padi-padian
1. Padi-padian
2. Umbi-umbian
2. Umbi-umbian (plus kentang)
3. Gula
3. Gula
4. Buah/biji berminyak
4. Buah/biji berminyak (hanya
(kc tanah, kedelai, kc hijau, kelapa)
kelapa) 5. Kacang-kacangan (kc tanah, kedelai, kc hijau, kc merah)
5. Buah-buahan 6. Sayur-sayuran
6. Sayur & buah (minus kentang & kc merah)
7. Daging, termasuk jeroan
7. Pangan hewani (minus jeroan)
8. Telur
8. Minyak & lemak (plus jeroan)
9. Susu
9. Lain-lain
10. Ikan
11. Minyak & lemak 33
Perencanaan Ketersediaan Pangan Memperhitungkan
1. 2. 3. 4.
Angka kecukupan gizi (Angka Kecukupan Energi/AKE) Keseimbangan gizi (mengacu pada PPH) Pola konsumsi pangan setempat (Susenas terakhir) Potensi produksi dan penyediaan pangan setempat
34
Menyusun Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan AKG-PPH
PPH
Kalori Gram protein
Menterjemahkan dari bahasa kesehatan ke bahasa pertanian
Gr/kap/hari atau
Kg/kap/thn
atau
Ton
(utk suatu wilayah)
35
Data-data yang diperlukan dalam perencanaan ketersediaan pangan adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
Pola konsumsi pangan setempat, sumber Buku Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan, BKP atau hasil survei dari masing-masing wilayah. Jumlah penduduk menggunakan angka proyeksi yang sudah disepakati, sumber BPS. Kandungan zat gizi dan bagian yang dapat dimakan (BDD), sumbernya Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dapat mengacu kepada DKBM yang diterbitkan Depkes maupun yang diolah BKP melalui NBM
36
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perencanaan ketersediaan pangan adalah sebagai berikut : 1.
2.
3. 4.
5. 6.
Lihat persentase sumbangan energi ideal dari masing-masing kelompok pangan berdasarkan PPH (Deptan, 2001) Hitung jumlah kalori ideal dari setiap kelompok pangan: - Pada tingkat konsumsi yaitu persentase sumbangan energi ideal dikalikan dengan AKG tingkat konsumsi (2.200 kkal) - Pada tingkat ketersediaan yaitu persentase sumbangan energi ideal dikalikan dengan AKG tingkat ketersediaan (2.400 kkal). Lihat jenis pangan yang ada pada setiap kelompok pangan. Masukkan data konsumsi energi setiap jenis pangan yang diperoleh dari data Susenas terakhir/hasil survei konsumsi rumahtangga wilayah. Hitung persentase konsumsi energi setiap jenis pangan terhadap total konsumsi energi pada kelompok pangan yang bersangkutan. Kalikan persentase konsumsi energi setiap jenis pangan dengan sumbangan kalori ideal pada kelompok pangan bersangkutan di tingkat konsumsi, begitu juga pada tingkat ketersediaan. 37
7. Konversikan kebutuhan energi dalam bentuk kalori
setiap jenis pangan di tingkat konsumsi maupun tingkat ketersediaan dalam bentuk volume pangan.
Untuk mengetahui kebutuhan gram per kapita per hari, energi dikalikan dengan 100 gram/kandungan zat gizi bahan pangan dari setiap jenis pangan, lalu dikalikan dengan 100/BDD. Untuk mengetahui kebutuhan kilogram/perkapita per tahun, kalikan dengan 365 hari, kemudian dibagi 1000 (gr menjadi kg). Untuk mengetahui total kebutuhan jenis pangan (ton) di suatu wilayah, kalikan dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan, kemudian dibagi 1.000 (kg menjadi ton). 38
V. POTENSI SUMBER DAYA PANGAN
Indonesia merupakan salah satu negara megadiversitas, sebagai salah satu negara dengan sumber daya pangan yang beragam dan dalam jumlah besar.
Hasil studi menunjukkan, Indonesia memiliki 100 spesies tanaman biji-bijian, umbi-umbian, sagu penghasil tepung dan gula (sumber karbohidrat); 100 spesies tanaman kacangkacangan sumber protein dan lemak; 389 spesies buah-buahan; 250 spesies sayur-sayuran; 70 spesies bumbu dan rempahrempah; 40 spesies tanaman bahan minuman dan 940 spesies tanaman obat tradisional.
Dengan potensi SDP yang ada, Indonesia memiliki kesempatan untuk memanfaatkan dan mengelolanya sebagai bahan pangan guna memasok kebutuhannya sendiri maupun dunia.
TUJUAN DAN MANFAAT
Untuk mengetahui potensi lahan dan sumberdaya tanaman di Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai potensi keragaman sumber bahan pangan lokal untuk selanjutnya dapat dibangun dan diciptakan ketahanan pangan yang tangguh.
Memberikan gambaran potensi sumberdaya pangan yang ada di Indonesia serta langkahlangkah ke depan yang diperlukan guna pengembangan potensi pangan lokal guna mewujudkan ketahanan pangan nasional.
VI. PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (F S V A)
Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Merupakan peta “Tematik” yang menggambarkan Visualisasi geografis dari hasil analisa data indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan: Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan (lokasi)? Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan (penyebab)?
menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran serta intervensi kerawanan pangan dan gizi
FSVA DISUSUN BERDASARKAN 3 (TIGA) ASPEK KETAHANAN PANGAN 1. Ketersediaan Pangan: Kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan pangan, termasuk didalamnya bantuan pangan, apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan 2. Aksesibiltas Pangan: Kemampuan untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun kombinasi diantara keenamnya.
3. Pemanfaatan/Konsumsi Pangan: Penggunaan pangan untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi, meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan pemberian makan.
Indikator FSVA Nasional 2015 No.
Indikator
Definisi
Sumber Data
Aspek Ketersediaan Pangan 1
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia
Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi bersih serealia (padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar)
Provinsi dalam Angka 2011-2013, BPS
Aspek Keterjangkauan Pangan 2
Persentase penduduk hidup Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk di bawah garis kemiskinan memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak
3
Persentase desa yang tidak Persentase desa yang tidak memiliki akses PODES 2014, BPS memiliki akses penghubung penghubung yang dapat dilalui kendaraan roda 4/lebih yang memadai atau sarana transportasi air
4
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator
SUSENAS 2013, BPS
SUSENAS 2013 , BPS
Indikator FSVA Nasional 2015 (Lanjutan) No.
Indikator
Definisi Aspek Ketersediaan Pangan Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya
Sumber Data
5
Angka harapan hidup pada saat lahir
SUSENAS 2013, BPS
6
Persentase balita tinggi kurang (stunting)
Anak di bawah lima tahun yang tinggi badannya RISKESDAS 2013, kurang dari -2 Standar Deviasi (-2 SD) dengan Kemenkes indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
7
Persentase perempuan buta huruf
Persentase perempuan di atas 15 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis huruf latin
8
Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga yang tidak memiliki SUSENAS 2013, BPS tanpa akses ke air bersih akses ke air minum yang berasal dari leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan air hujan dengan memperhatikan jarak ke jamban minimal 10 m
9
Persentase desa dengan Persentase desa dengan jarak lebih dari 5 km jarak lebih dari 5 Km dari dari fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan
SUSENAS 2013, BPS
PODES 2014, BPS
>> INDIKATOR FSVA PROVINSI 2015 No. 1
2
Indikator
Definisi
Sumber Data
Keterangan
Aspek Ketersediaan Pangan Rasio konsumsi normatif per kapita Rasio konsumsi Kabupaten dalam Untuk menyesuaikan terhadap produksi bersih serealia (padi, normatif per kapita Angka 2012-2014, dengan data di Pusat, jagung, ubi kayu dan ubi jalar) terhadap BPS maka dibuat proporsi ketersediaan serealia untuk data produksi per kecamatan Aspek Keterjangkauan Pangan Persentase penduduk Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap SUSENAS 2014 hidup di bawah garis bulan untuk memenuhi stdanar minimum dan Sensus kemiskinan kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan Penduduk 2010 dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
3
Persentase desa yang Persentase desa yang tidak memiliki akses PODES 2014, BPS PODES 2014 diolah tidak memiliki akses penghubung yang dapat dilalui kendaraan penghubung yang roda 4/lebih atau sarana transportasi air memadai
4
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator
SUSENAS 2014 dan Sensus Penduduk 2010
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
INDIKATOR FSVA PROVINSI 2015 (lanjutan) No.
Indikator
Sumber Data
Definisi
Keterangan
Aspek Pemanfaatan Pangan 5
Angka harapan hidup pada saat lahir
Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru SUSENAS 2014 dan lahir dengan asumsi tidak ada Sensus Penduduk 2010 perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
6
Persentase balita tinggi Anak di bawah lima tahun yang tinggi RISKESDAS 2013 dan kurang (stunting) badannya kurang dari -2 Standar Deviasi Sensus Penduduk 2010 (-2 SD) dengan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
7
Persentase perempuan Persentase perempuan di atas 15 tahun SUSENAS 2014 dan buta huruf yang tidak dapat membaca atau menulis Sensus Penduduk 2010 huruf latin
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
8
Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Diolah dengan metode SAE (Small Area Estimation)
9
Persentase keluarga Persentase keluarga yang tinggal di desa PODES 2014, BPS yang tinggal di desa dengan jarak lebih dari 5 km dari dengan jarak lebih dari fasilitas kesehatan 5 Km dari fasilitas kesehatan
Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan air hujan dengan memperhatikan jarak ke jamban minimal 10 m
SUSENAS 2014 dan Sensus Penduduk 2010
PODES 2014 diolah
>> Indikator FSVA Kabupaten 2016 No.
Indikator
Definisi
Sumber Data
Aspek Ketersediaan Pangan 1
Rasio warung terhadap rumah tangga
Usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya tidak dikenai pajak
-
2
Rasio toko terhadap rumah tangga
Tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran tanpa ada sistem pelayanan mandiri
-
PODES 2014, BPS Jumlah RT 2014 dari proyeksi sensus penduduk 2010 PODES 2014, BPS Jumlah RT 2014 dari proyeksi sensus penduduk 2010
Aspek Keterjangkauan Pangan 3
Rasio penduduk dengan status kesejahteraan terendah
Penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah di suatu wilayah pada Desil Satu
-
-
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Jumlah penduduk 2015 dari proyeksi sensus penduduk 2010 48
Indikator FSVA Kabupaten (lanjutan) No.
Indikator
Definisi
Sumber Data
Aspek Keterjangkauan Pangan 4
Rasio RT tanpa akses listrik
Jumlah rumahtangga tanpa akses ke listrik
-
-
5
Desa yang tidak memiliki Akses Penghubung Memadai
Desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 atau lebih, yaitu: - Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun; dan - Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Jumlah penduduk 2015 dari proyeksi sensus penduduk 2010
PODES 2014
Indikator FSVA Kabupaten (lanjutan) No.
Indikator
Aspek Pemanfaatan Pangan 6 Rasio anak tidak bersekolah
7
Definisi
Sumber Data
Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7 – 15 tahun pada semua Desil
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
Rasio rumah tangga tanpa Rumah tangga dengan sumber air tidak akses air bersih layak minum yaitu sumber air tidak terlindungi, terdiri atas (a) sumur tak terlindung; (b) mata air tak terlindung; (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan dan (e) lainnya pada semua desil
-
8
Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
- PODES 2014, BPS - Jumlah penduduk 2014 dari proyeksi sensus penduduk 2010
9
Rasio rumah tangga tanpa Rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas fasilitas BAB (Buang Air tempat BAB di semua Desil Besar)
-
Jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat
-
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Jumlah penduduk 2015 dari proyeksi sensus penduduk 2010
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Jumlah RT 2015 dari proyeksi sensus penduduk 2010
Clustering/Pengelompokan* Wilayah (FSVA Nasional 2015)
Kerentanan terhadap kerawanan pangan rendah: 1. Prioritas 6 2. Prioritas 5 Kerentanan terhadap kerawanan pangan sedang: 3. Prioritas 4 4. Prioritas 3 Kerentanan terhadap kerawanan pangan tinggi: 5. Prioritas 2 6. Prioritas 1
Kelompok prioritas menunjukkan situasi komparatif antar suatu wilayah kabupaten dibandingkan dengan semua kabupaten di seluruh Indonesia.
DISTRIBUSI KABUPATEN (FSVA NASIONAL) Kerentanan terhadap kerawanan pangan rendah 30% (119) kabupaten termasuk prioritas 6
21% (85) kabupaten termasuk prioritas 5 Kerentanan terhadap karawanan pangan sedang
21% (84) kabupaten termasuk prioritas 4 13% (52) kabupaten termasuk prioritas 3 Keretanan terhadap kerawanan pangan tinggi 11% (44) kabupaten termasuk prioritas 2 4% (14) kabupaten termasuk prioritas 1
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN NASIONAL 2015