PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT AKUNTANSI KELAS XI DI SMK NEGERI 1 BOJONEGORO Risa Ria Rosida Setiyo Budiadi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
ABSTRAK NHT (Numbered Heads Together) sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Dalam pendekatan struktural tipe NHT (Numbered Head Together) menghendaki siswa saling bekerjasama dan berinteraksi dalam kelompok kecil yang lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada pengharaan individu. Pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa. Keyword: Tipe Nubered Heads Together, Hasil Belajar
ABSTRACT NHT (Numbered Heads Together) is very effective in improving student learning outcomes as NHT is a type of cooperative learning that is designed to influence the patterns of student interaction and as an alternative to the traditional classroom structure. In this type of structural approach NHT (Numbered Head Together) requires the student to work and interact with each other in small groups are more characterized by the award of cooperative rather than individual pengharaan. In this model the student occupies a dominant position in the learning process and the cooperation in the group with its main characteristic the numbering so that all students strive to understand each of the material being taught and are responsible for the number of their members. With the selection of this model of learning that occurs can be more meaningful and give a strong impression to the students. Keyword: Type Nubered Heads Together, Learning Outcomes
Menjadi bangsa yang maju
pembaruan antara lain membuat
tentu merupakan cita-cita setiap
kebijakan
negara di dunia. Sudah menjadi
perkembangan
rahasia umum bahwa maju atau
sekaligus pelatihan peningkatan
tidaknya suatu negara salah
kompetensi
satunya di pengaruhi oleh faktor
pelatihan dan sertifikasi. Semua
pendidikan. Begitu pentingnya
itu
pendidikan,
suatu
meningkatkan kompetensi guru
bangsa dapat diukur apakah
dan akhirnya diharapkan bisa
bangsa itu maju atau tidak.
meningkatkan mutu pendidikan
Karena seperti yang kita ketahui
sesuai dengan cita-cita untuk
bahwa
mencerdaskan bangsa
sehingga
suatu
Pendidikan
sesuai yang
ada
guru
adalah
tentunya akan mencetak sumber
dengan
melalui
upaya
untuk
Akuntansi
dalam
daya manusia yang berkualitas
kegiatan
baik
diperlukan lebih banyak praktik
dari
segi
intelegensi
dan
spritual, skill
dan
atau
belajar
latihan
memang
daripada
teori,
pendidikan merupakan proses
apalagi dengan alokasi waktu
mencetak
yang
generasi
penerus
panjang
menurut
bangsa. Apabila output dari
wawancara dengan siswa, ketika
proses
pembelajaran
pendidikan
maka
sulit
bagaimana
ini
gagal
dibayangkan
dapat
mencapai
kemajuan.
pendidikan dilakukan
sering kali mereka merasa bosan dan
akhirnya
kurang
Pemecahan akan masalah sudah oleh
banyak pemerintah
(Kemdikbud)
dengan
mengeluarkan
berbagai
berlangsung
menyebabkan
antusias.
Kemudian
didapati juga bahwa menurut mereka
guru
dalam
menyampaikan informasi terlalu cepat
dan
terkadang
hanya
mencatatkan tanpa memberikan
Dalam
penjelasan secara detail.
tipe NHT
Berdasarkan uraian kondisi
pendekatan
struktural
(Numbered
Head
Together) menghendaki siswa
di atas tergambar dengan jelas
saling
bahwa bosan yang ada pada diri
berinteraksi
siswa menunjukkan menurunnya
kecil yang lebih dicirikan oleh
motivasi belajar siswa yang
penghargaan kooperatif daripada
nantinya menyebabkan kurang
pengharaan
aktifnya siswa dalam kegiatan
model
belajar mengajar.
posisi sangat dominan dalam
dapat
Selain
menyebabkan
maksimalnya
itu
kurang
dalam
kelompok
individu.
ini
proses
dan
Pada
siswa menempati
pembelajaran
dan
dalam
terjadinya kerja sama dalam
menyerap materi yang diajarkan
kelompok dengan ciri utamanya
dan pada akhirnya menyebabkan
adanya
hasil belajar siswa menurun.
semua siswa berusaha untuk
Dari semua hal di atas dapat
memahami setiap materi yang
dilihat bahwa pemilihan metode
diajarkan
yang tepat dengan kondisi dan
jawab atas nomor anggotanya
keadaan
masing-masing.
karena
siswa
bekerjasama
sangatlah jika
penting.
tidak,
menimbulkan permasalahan
yang
atau
berpikir
bersama
Dengan
berbagai
pembelajaran yang terjadi dapat
nantinya
lebih bermakna dan memberi
bagi siswa maupun guru.
Together)
bertanggung
pemilihan model ini, diharapkan
kesan yang kuat kepada siswa.
suatu proses pembelajaran baik
(Numbered
dan
sehingga
akan
dapat menghambat keberhasilan
NHT
penomoran
Dari uraian latar belakang di
Heads
penomoran adalah
atas,
maka
penulis
mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
merupakan jenis pembelajaran
Numbered
kooperatif yang dirancang untuk
(NHT)
mempengaruhi
Heads
Together
Sebagai
Upaya
pola
interaksi
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
siswa dan sebagai
alternatif
Pada Mata Diklat Akuntansi
kelas
Kelas XI di SMK Negeri 1
terhadap
struktur
tradisional ( Trianto, 2010).
Bojonegoro”.
Berdasarkan belakang
di
uraian atas,
latar
pembelajaran
kooperatif
tipe
dapat
NHT sebagai upaya peningkatan
pokok
hasil belajar siswa pada mata
permasalahan sebagai berikut: 1)
diklat akuntansi di SMK Negeri
Bagaimana aktifitas guru dalam
1 Bojonegoro. 2) Agar dapat
penerapan model pembelajaran
mengetahui
kooperatif tipe NHT sebagai
dengan
upaya peningkatan hasil belajar
pembelajaran
siswa pada mata diklat akuntansi
NHT sebagai upaya peningkatan
di SMK Negeri 1 Bojonegoro? 2)
hasil belajar siswa pada mata
Bagaimana aktifitas siswa dalam
diklat akuntansi di SMK Negeri
penerapan model pembelajaran
1 Bojonegoro. 3) Agar dapat
kooperatif tipe NHT sebagai
mengetahui
upaya peningkatan hasil belajar
belajar siswa setelah diterapkan
siswa pada mata diklat akuntansi
model pembelajaran kooperatif
di SMK Negeri 1 Bojonegoro? 3)
tipe
Bagaimana hasil belajar siswa
peningkatan hasil belajar siswa
dengan
model
pada mata diklat akuntansi di
tipe
SMK Negeri 1 Bojonegoro. 4)
NHT sebagai upaya peningkatan
Agar dapat mengetahui respon
hasil belajar siswa pada mata
siswa
diklat akuntansi di SMK Negeri
pembelajaran
1 Bojonegoro? 4) Bagaimana
NHT sebagai upaya peningkatan
respon
terhadap
hasil belajar siswa pada mata
Penerapan model pembelajaran
diklat akuntansi di SMK Negeri
kooperatif tipe NHT sebagai
1 Bojonegoro.
dirumuskan
menggunakan
pembelajaran
kooperatif
siswa
aktifitas
siswa
menggunakan
model
kooperatif
bagaimana
NHT
tipe
hasil
sebagai
upaya
tentang
model
kooperatif
tipe
upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat akuntansi di SMK Negeri 1 Bojonegoro? Sedangkan
Proses belajar yang dialami
dari
oleh peserta didik mempunyai
penelitian ini, antara lain untuk
pengaruh yang sangat penting
mengetahui : 1) Agar dapat
terhadap
mengetahui dengan
tujuan
Belajar
pencapaian
tujuan
aktifitas
guru
pendidikan.
Kegiatan
belajar
menggunakan
model
merupakan
kegiatan
paling
pokok
dalam
kegiatan
pendidikan di sekolah. Menurut
laku, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan untuk menuju
Slameto
(2010),
kearah yang lebih baik dari apa
“belajar adalah suatu proses
yang telah dipelajari sebelumnya
usaha yang dilakukan seseorang
ataupun dari pengalaman yang
untuk
dialami
memperoleh
suatu
agar
dapat
lebih
perubahan tingkah laku yang
bermanfaat baik bagi dirinya
baru secara keseluruhan, sebagai
maupun lingkungan sekitar.
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya”. Menurut
Adapun
perubahan tingkah laku menurut Slameto
(2010)
dalam
(2010),
pengertian belajar yaitu: (1)
proses
perubahan terjadi secara sadar,
perubahan perilaku tetap dari
dimana seseorang yang belajar
belum tahu menjadi tahu, dari
akan
tidak paham menjadi paham,
perubahan itu atau setidaknya ia
dari kurang terampil menjadi
merasakan telah terjadi adanya
lebih
dari
suatu perubahan dalam dirinya,
menjadi
(2) perubahan dalam belajar
kebiasaan baru, serta bermanfaat
bersifat kontinu, yakni sebagai
bagi
hasil belajar perubahan yang
“belajar
Trianto
ciri-ciri
adalah
terampil,
kebiasaan
dan
lama
lingkungan
maupun
individu”.
menyadari
terjadinya
terjadi dalam diri seseorang
Menurut
Gagne
dalam
berlangsung
secara
Slameto (2010), “Belajar adalah
berkesinambungan,
suatu proses untuk memperoleh
perubahan dalam belajar bersifat
motivasi
positif dan aktif, yakni dalam
dalam
keterampilan,
pengetahuan,
kebiasaan
dan
dengan lingkungannya”. Dari tersebut bahwa
uraian
dapat belajar
(3)
perbuatan
belajar
perubahan-
perubahan
itu
senantiasan
pendapat
bertambah dan tertuju untuk
disimpulkan
memperoleh sesuatu yang lebih
adalah
suatu
baik
dari
sebelumnya,
(4)
proses yang nantinya diharapkan
perubahan dalam belajar bukan
akan terjadi perubahan dalam
bersifat sementara, yakni bahwa
diri peserta didik baik tingkah
tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap, (5)
guru bertindak sebagai fasilitator
perubahan
untuk memberikan pengetahuan
dalam
belajar
bertujuan atau terarah, yakni
kepada
perubahan
itu
diharapkan dapat menghasilkan
terjadi karena ada tujuan yang
kegiatan belajar yang bermakna
akan dicapai, (6) perubahan
bagi peserta didik.
tingkah
laku
peserta
didik
yang
mencakup seluruh aspek tingkah Model Pembelajaran
laku. Suatu perubahan yang terjadi
akan
menyebabkan
Menurut Trianto
Joyce (2010)
dalam model
perubahan berikutnya dan akan
pembelajaran
adalah
berguna bagi kehidupan ataupun
perencanaan atau suatu pola
proses belajar berikutnya.
yang
digunakan
suatu
sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran
Mengajar Menurut Slameto
Alvin
(2010),
dalam mengajar
dikelas
atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menetukan
perangkat-
adalah aktivitas untuk mencoba
perangkat
menolong,
membimbing
termasuk didalamnya buku-buku,
seseorang untuk mendapatkan,
film, komputer, kurikulum dan
mengubah
lain-lain.
atau
pembelajaran
mengembangkan skill, atitude,
Dari pengertian di atas
ideal (cita-cita), appreciations
dapat disimpulkan bahwa model
(penghargaan) dan knowladge.
pembelajaran
Menurut Waini Rasyidin
kerangka
adalah yang
digunakan
dalam Slameto (2010), mengajar
sebagai
adalah adanya partisipasi guru
mengorganisasikan pengalaman
dan siswa satu sama lain.
belajar untuk mencapai tujuan
Dari
definisi
di
atas
maka dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan antara guru dan peserta
didik
dan
terjadi
komunikasi dua arah, dimana
pedoman
suatu
belajar tertentu.
dalam
Model Pembelajaran
sama lain untuk mencapai
Kooperatif
suatu penghargaan bersama. Langkah-langkah Model
Menurut Isjoni (2010)
Pembelajaran Kooperatif
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang saat ini Fase
Tingkah Laku Guru
mewujudkan kegiatan belajar
Fase-1
Guru menyampaikan
mengajar yang berpusat pada
Menyampaikan tujuan
semua tujuan pelajaran
dan memotivasi siswa
yang ingin dicapai pada
banyak
digunakan
siswa
untuk
(student
oriented),
untuk
mengatasi
terutama
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
permasalahan yang ditemukan
Fase-2
Guru menyajikan
oleh guru dalam mengaktifkan
Menyajikan Informasi
informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
siswa, yang tidak dapat bekerja
atau lewat bahan bacaan
sama dengan orang lain. Menurut Slavin dalam Isjoni
cooperative
(2010),
learning adalah suatu model pembelajaran
dimana
siswa
belajar
bekerja
dalam
dan
kelompok-kelompok
kecil
secara
yang
kolaboratif
Fase 3
Guru menjelaskan
Mengorganisasikan
kepada siswa bagaimana
siswa ke dalam
caranya membentuk
Kelompok kooperatif
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Guru membimbing
anggotanya 4-6 orang dengan
Membimbing
kelompok-kelompok
struktur kelompok heterogen.
Kelompok Bekerja
belajar pada saat mereka
Dan Belajar
mengerjakan tugas
Dari uraian pendapat tersebut
di
atas
disimpulkan
bahwa
pembelajaran adalah
dapat
Fase 5
Guru mengevaluasi hasil
Evaluasi
belajar tentang materi
kooperatif
suatu
pembelajaran
mereka
dimana
yang telah dipelajari atau masing-masing
model
kelompok
siswa
mempresentasikan hasil
bekerja sama dalam kelompok
kerjanya
kecil antara 4-6 orang yang
Fase 6
guru mencari cara-cara
heterogen
untuk
Memberikan
untuk menghargai baik
menyelesaikan tugas bersama
Penghargaan
upaya maupun hasil
dan saling membantu satu
belajar individu dan kelompok
orang dan kepada setiap Pembelajaran Kooperatif Tipe
anggota kelompok
Numbered Heads Together
diberi nomor antara 1
Numbered Head Together sampai 5
(NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis
Fase 2
Guru mengajukan
pembelajaran kooperatif yang
Mengajukan
sebuah pertanyaan
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
pertanyaan
kepada siswa.
alternatif terhadap struktur kelas
Pertanyaan dapat
tradisional
bervariasi. Pertanyaan
Dalam
(Trianto,
2010).
Pembelajaran
mengutamakan
ini dapat sangat spesifik
adanya
kerjasama antar siswa dalam
dan dalam bentuk
kelompok
kalimat tanya.
untuk
mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi
ke dalam
kelompok-
Fase 3
Siswa menyatukan
kelompok kecil dan diarahkan
Berpikir
pendapatnya terhadap
untuk
bersama
jawaban pertanyaan itu
mempelajari
materi
pelajaran yang telah ditentukan. dan meyakinkan tiap
Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
anggota dalam timnya
pada siswa, yakni mempelajari
mengetahui jawaban
materi pelajaran serta berdiskusi tim.
untuk memecahkan masalah. Fase 4 Sintaks
Numbered
Heads
Together Fase Fase 1 Penomoran
Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
Tingkah Laku Guru
sesuai mengacungkan
Guru membagi siswa
tangannya dan mencoba
kedalam kelompok 3-5
menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
siswa
mengalami
Hasil Belajar Belajar
seorang
dan
mengajar
setelah
ia
pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2008)
merupakan konsep yang tidak bisa
dipisahkan.
Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
METODOLOGI PENELITIAN Tempat
dalam
belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya
ini
adalah di kelas XI Ak 2 di SMKN
subyek
penelitian
1
penelitian
Bojonegoro ini
dan
dilaksanakan
pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 sekitar bulan Mei 2012.
dilakukan
seorang
guru Jenis
penelitian
yang
dilakukan
adalah
jenis
penelitian
Tindakan
Kelas
sebagai pengajar. Dua konsep belajar
mengajar
yang
dilakukan oleh siswa dan guru (PTK) yang terdiri dari dua terpadu dalam satu kegiatan. siklus, dimana setiap putaran Diantara keduanya itu terjadi terdiri dari empat tahap yaitu: interaksi dengan guru. Dan perencanaan,
tindakan
atau
sudah semestinya dalam suatu pengamatan, refleksi dan revisi. kegiatan
belajar
diharapkan
mengajar
seseorang
dapat
memperoleh suatu hasil dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah
kemampuan
kemampuanyang
dimiliki
Perencanaan Tindakan
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan Pengamatan pengumpulan data 1
Refleksi 1
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan Pengamatan pengumpulan data 2
Refleksi 2 Apabila masalah belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus selanjutnya
Kerangka Berpikir Guru kurang berhasil dalam kegiatan belajar mengajar dikarenakan pemilihan metode yang kurang tepat dengan materi pembelajaran
Fakta 1. 2. 3.
4.
Harapan
Guru dalam penyampaian informasi terlalu cepat Siswa malas untuk mengajukan pertanyaan Terkadang guru hanya memberikan penugasan tanpa mengontrol tugas siswa. Alokasi waktu belajar yang lama membutuhkan model pembelajaran yang tepat agar siswa tidak bosan dan
antusias
agar siswa
1. 2. 3. 4.
Informai dapat disampaikan dengan bak oleh guru Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan Guru selalu mengontrol penugasan yang diberikan kepada siswa Siswa tidak mengalami kebosanan walaupun dengan alokasi waktu belajar yang lama
Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran serta kompetensi dasar dalam mata
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Peningkatan hasil belajar siswa
Penelitian Terdahulu JUDUL
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dalam mencapai ketuntasan belajar siswa kelas X Ak-6 pada kompetensi dasar menyelesaikan kertas kerja di SMK Ketintang 1 Surabaya
NAMA Mudah Yuliana
TAHUN 2011
Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan aktivitas belajar akuntansi pada siswa kelas X Ak 2 SMK YPKK 2 Sleman Th pelajaran 2011/2012
Istiningrum & Sukanti
2012
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk mencapai ketuntasan belajar pada mata diklat akuntansi materi menyusun neraca lajur perusahaan dagang bagi siswa kelas X akuntansi SMK Darma Siswa 2 Sidoarjo.
Ririn Suryani
2010
HASIL -kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan - aktifitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan -ketuntasan siswa dari putaran 1 dan 2 mengalami peningkatan dengan skor ratarata 2,91 menjado 3,82 -respon siswa sangat positif. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dibuktikan dengan peningkatan skor rata-rata Aktivitas Siswa sebesar 24,60% dari sebelum implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sebesar 32,74% meningkat menjadi 57,34% pada siklus 1. Selanjutnya dari siklus 1 ke siklus 2 juga terjadi peningkatan sebesar 36,49% atau diperoleh skor rata-rata Aktivitas Siswa pada siklus 2 sebesar 93,83% -aktifitas guru pada setiap siklus mengalami peningkatan - aktifitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan -ketuntasan siswa dari putaran 1 dan 2 mengalami peningkatan -respon siswa sangat positif.
dilanjutkan dengan tahap perencanaan Tahap
Perencanaan,
yang meliputi beberapa kegiatan.
Dalam perencanaan ini dilakukan
Kegiatan
yang
dilakukan
menentukan
jadwal
studi pendahuluan untuk mengetahui
adalah
pelaksanaan pembelajaran akuntansi
pelaksanaan tindakan sesuai dengan
siswa kelas XI AK 2 Bojonegoro.
alokasi
Setelah studi pendahuluan selesai,
penyusunan RPP, mengukur validitas
waktu
yang
tersedia,
keseluruhan instrumen dengan lembar
tindakan agar dapat dievaluasi dan
validitas serta penyusunan lembar-
dijadikan landasan dalam melakukan
lembar
refleksi.
instrumen
yang
berupa
pedoman observasi dan tes-tes hasil belajar.
Tahap refleksi, Sedangkan pada tahap refleksi dilakukan untuk menyempurnakan
Tahap
Pelaksanaan,
pada
tahap
pelaksanaan tindakan ini merupakan realisasi dari tahap perencanaan yakni: 1)
memberikan
pre
test
untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, 2) melakukan
pembelajaran
sesuai
dengan pembelajaran dalam RPP, 3)
siklus
tindakan
berikutnya
pada
dan
untuk
mengetahui tindakan apa saja yang dianggap masih kurang yang nantinya akan
dilakukan
perencanaan
perbaikan
pada
nantinya
akan
yang
dilakukan perbaikan pada perencanaan untuk siklus berikutnya.
memberikan soal diskusi yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diberikan pada siswa, 4) memberikan
Instrumen Penelitian Silabus,
post tes untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami atau mengalami
rencana
peningkatan setelah proses belajar
dan/atau
mengajar dengan menggunakan model
pelajaran/tema
pembelajaran
mencakup
kooperatif
tipe
Silabus
pembelajaran
pada
kelompok
suatu mata
tertentu standar
adalah
yang
kompetensi,
Numbered Heads Together (NHT) ,
kompetensi
dan 5) mengamati aktivita siswa untuk
pokok/pembelajaran,
mengetahui partisipasi siswa dalam
pembelajaran, indikator, penialaian,
kelas yang akan dilakukan dengan
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
menggunakan pengamatan.
belajar. Silabus merupakan penjabaran
Tahap
pengamatan,
Pada
bagian ini, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan
kegiatan.
Tujuan
dilakukannya
pengamatan
adalah
untuk
mengumpulkan
bukti
hasil
dasar,
materi kegiatan
standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke
dalam
materi
pokok
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Rencana Pembelajaran pelaksanaan
Pelaksanaan (RPP),
Soal
Tes,
Soal
tes
ini
Rencana
digunakan untuk mengetahui seberapa
adalah
jauh pemahaman siswa mengenai
pembelajaran
rencana atau program yang disusun
materi
guru untuk satu atau dua pertemuan,
diujikan kepada kelas penelitian, soal
untuk
atau
tes tersebut diuji cobakan terlebih
kompetensi dasar. RPP diturunkan
dahulu kepada siswa kelas XII SMK
dari silabus yang telah disusun dan
Negeri 1 Bojonegoro.
mencapai
target
bersifat aplikatif di kelas RPP berisi gambaran tentang kompetensi dasar
yang
dipelajari.
Sebelum
Validitas Soal Analisis
yang akan dicapai indikator, materi
validitas
soal
pokok, tujuan pembelajaran, metode
menggunakan rumus korelasi product
pembelajaran, dan langkah-langkah
moment, sebagai berikut:
kegiatan pembelajaran. Lembar Lembar
Aktivitas
observasi
Guru,
pengelolaan
N. ∑ XY - (∑X) (∑Y)
rxy =
aktivitas guru selama kegiatan belajar
√ {N . ∑X2 - (∑X)2} {N . ∑Y2 - (∑Y)2}
mengajar berlangsung dengan model pembelajaran
kooperatif
tipe Keterangan:
Numbered Heads Together. Lembar
Aktivitas
Lembar
observasi
aktivitas
selama
kegiatan
proses
Siswa Siswa,
rxy
= Koefisien Korelasi
siswa
X
= Nilai satu butir soal tiap
mengajar berlangsung dengan model pembelajaran
kooperatif
Angket Angket,
memperoleh
data
Lembar
tentang
pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together
= Nilai seluruh butir soal tiap siswa
N
angket pendapat siswa digunakan untuk
Y
tipe
Numbered Hads Together. Lembar
siswa
belajar
= Jumlah siswa
Uji Reabilitas Soal Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil pengukuran data. Untuk mengetahui reabilitas
soal
digunakan
rumus
Spearman Brown (Sugiono, 2011)
Daya Beda Soal
sebagai berikut:
Daya beda suatu item adalah 2rb
kemampuan
ri =
item
tersebut
untuk
siswa
yang
1+rb
membedakan Keterangan:
antar
berkemampuan tinggi dengan siswa yang
ri
= Reliabilitas internal seluruh soal
rb
= Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
berkemampuan
rendah.
Angka
yang
menunjukan daya beda disebut indeks diskriminasi (D). Daya beda soal dapat
Taraf Kesukaran Soal
dihitung dengan rumus:
Untuk mengetahui taraf kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut: D =
P =
BA
BB
JA
JB
B Js
Keterangan: Keterangan:
D
= Daya beda
P
= Indeks kesukaran butir tes
JA
= Banyak peserta kelompok atas
B
= Banyak siswa yang menjawab
JB
=Banyak peserta kelompok bawah
BA
= Banyak peserta kelompok atas
soal benar Js
= Jumlah seluruh peserta tes Ketentuan tingkat kesukaran soal
dapat ditunjukan dengan kriteria sebagai berikut: Indeks Kesukaran P < 0,30 0,30 ≤ P ≤ 0,70 P > 0,70
Penafsiran Butir Soal Soal sukar Soal sedang Soal mudah
yang menjawab benar BB
= Banyak peserta kelompok bawah
yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda: Indeks Diskriminasi D < 0,70 0,40 ≤ D ≤ 0,70 0,20 ≤ D ≤ 0,40 D > 0,20 D < 0,00
Penafsiran Daya Pembeda Soal Baik sekali Baik Cukup Jelek Semua tidak baik
HASIL PENELITIAN
pningkatan dari siklus sebelumnya yaitu
Siklus I
sebagai berikut :
Pelaksanaan proses belajar
1.guru lebih mengorganisasikan dalam
mengajar pada putaran pertama in masih
pembagian kelompok, sehingga waktunya
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu
bisa lebih efisien lagi dan agar siswa
perlu adanya revisi atau prbaikan dalam
terbiasa dengan metode yang diterapkan.
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.hal
2.Guru lebih mengoptimalkan fase-fase
yang masih perlu diperbaiki dalam putaran
NHT serta memotivasi siswa agar timbul
kedua adalah:
keantusiasan siswa terhadap pembelajaran
1.Guru kurang menguasai dalam
yang berlangsung
mengorganisasikan pembagian kelompok,
3.Guru memperbaiki kinerjannya dalam
sehingga siswa sangat ramai apalagi
membimbing siswa untuk mendapatkan
metode ini merupakan metode yang baru
ketrampilan.
bagi mereka.
4.Guru
2.Dalam proses belajar pada putaran I
mereka
siswa kurang antusias dalam mengikuti
kelompok dan berinteraksi lebih baik
proses belajar.
dengan kelompoknya.
lebih
mengawasi
benar-benar
siswa
belajar
agar
dengan
3.Guru dalam memeriksa pemahaman siswa kurang baik dan kurang teliti masih
ANALISIS DATA
ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan.
Aktivitas guru, berdasarkan hasil
4.Pada saat diskusi siswa masih cenderung
pengamatan selama dua putaran dapat
menonjolkan kemampuan diri sendiri.
diambil
kesimpulan
peningkatan
. Siklus II Dari
hasil
pengamatan
yang
dilakukan oleh pengamat pada siklus II ini, maka tidak perlu dilakukan revisi karena hasil yang diperoleh pada siklus ini sudah dikatakan peningkatan aktivitas
baik
dapat pengolahan
siswa
yang
dilihat guru
dari dan
mengalami
bahwa
terjadi
guru
dalam
aktivitas
mengelolah
pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif
model
tipe
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
NHT
selama dilaksanakan model pembelajaran Aspek yang dinilai
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Kegiatan Inti
Skor Siklus Sik I lus II 3 3
Menyajikan informasi Membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5orang siswa dan tiap anggota diberi nomor 1-5 Mengajukan pertanyaan berupa soal Berkelngiling membimbing siswa dalam bekerja dan mengingatkan siswa agar menggunakan keterampilan kooperatif Memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak Mengumumkan dan memberikan penghargaan
3 2,5
2,5
3,5
Membimbing siswa membuat rangkuman
2
2,5
Ketepatan alokasi waktu yang dimiliki Rata-rata
2
3
2,5
3,0 5
3 2,5
2
3 3,5
3 3
kooperatif tipe NHT yaitu sebagai berikut: Aspek yang dinilai
Bergerak dengan cepat menuju tempat kelompoknya Memperhatikan penjelasan guru atau teman Mendisusikan pertanyaan guru pada lembar soal Siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari guru Memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban soal yang diberikan Menjawab pertanyaan
Skor Sikl Sikl us I usII 2 3 2,5
3
2,5
3
3
3
3
4
3
3,5
Merangkum materi pelajaran
2
3
Rata-rata
2,6
3,2
3
Skala penilaian 1 = Kurang baik 2 = Cukup baik
Skala penilaian
3 = Baik 4 = Sangat baik
Respon siswa, pendapat siswa
1 = Kurang baik
terhadap
2 = Cukup baik
kooperatif tipe NHT yang diterapkan
3 = Baik
dalam proses belajar mengajar secara
4 = Sangat baik
keseluruhan siswa setuju dengan model
Aktivitas Siswa, Berdasarkan hasil
pembelajaran
model
kooperatif
pembelajaran
tipe
NHT
pengamatan selama dua putaran bahwa
karena mereka juga setuju bahwa
terjadi peningkatan aktivitas siswa kelas
dengan model pembelajaran ini siswa
XI AK 2 SMK Negeri 1 Bojonegoro
memiliki kesempatan lebih
banyak
Hasil Belajar Siswa, hasil belajar
untuk memahami materi melalui belajar secara berkelompok dan bernomor dari
siswa
pada belajar secara mandiri. Sehingga
pembelajaran kooperatif tipe NHTbisa
siswa
dilihat pada tabel berikut ini:
akan
setuju
jika
model
dengan
penerapan
model
pembelajaran ini diterapkan pada mata diklat yang lain. N o
Uraian
1
Model pembelajaran yang diterapkan merupakan model pembelajaran yang baru bagi anda Anda merasa senang terhadap model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru Anda turut bekerja kelompok dalam rangka mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru Anda langsung bergerak maju kedepan jika nomor anda telah dipanggil oleh guru Anda berharap jika mata pelajaran lain diajarkan dengan model pembelajaran seperti yang telah anda ikuti. Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar, anda sudah dapat menggali informasi dari buku siswa dan penjelasan guru dengan baik serta belajar secara mandiri Anda sudah merasa puas terhadap penilaian yang diterapkan oleh guru
2
3
4
5
6
7
NO S T T S S - 1 0 %
-
S
SS
74 %
16 %
77 %
20 %
1 3 %
61 %
26 %
1 0 %
80 %
10 %
1 3 %
77 %
Siklus I
Siklus II
1
Jumlah Siswa
31
31
2
Jumlah
19
30
12
1
61%
96,7%
siswa
yang tuntas 3
3 %
Keterangan
Karakteristik
Jumlah
siswa
yang
tidak
tuntas 4
%
ketuntasan
klasikal -
PEMBAHASAN Aktivitas
10 %
peningkatan
Guru, aktivitas
mengelola
adanya
guru
pelaksanaan
dalam model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang 7 %
77 %
16 %
terjadi selama 2 putaran. Pada putaran I nilai
rata-rata
pengelolaan
model
pembelajaran sebesar 2,5; sedangkan pada putaran II sebesar 3,05. Angka tersebut menunjukkan aktivitas guru dalam mengelola pelaksanaan model 1 0 %
84 %
6 %
pembelajaran mengalami
kooperatif kenaikan
tipe dari
NHT cukup
menjadi baik. Hal ini disebabkan karena setiap putaran terdapat refleksi dan
revisi sebagai tindakan perbaikan dalam
Hasil Belajar Siswa, Dalam setiap
pembelajaran
akhir putaran guru mengadakan post
kooperatif tipe NHT pada putaran
test untuk mengukur daya serap siswa
selanjutnya.
dan pemahaman siswa dari materi yang
pengelolaan
model
telah Aktivitas Siswa, Berdasarkan hasil
disampaikan
menggunakan
dengan
model
pembelajaran
pengamatan selama dua putaran yaitu
kooperatif tipe NHT. Berdasarkan nilai
dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi
siswa dalam pelaksanaan post test
peningkatan aktivitas siswa kelas XI
selama
AK 2 SMK Negeri 1 Bojonegoro
peningkatan.
selama
dilaksanakan
dua
putaran
mengalami
model
peningkatan rata-rata nilai hasil
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal
belajar siswa kelas XI AK 2 SMK
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
Negeri
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,6
dilaksanakan
dengan kriteria kurang baik. Pada siklus
kooperatif tipe NHT, yaitu pada putaran
II sebesar 3,2 dengan kriteria baik.
I sebesar 61% dan putaran II sebesar
Peningkatan pengolalaan guru dan
1
Bojonegoro model
selama
pembelajaran
ketuntasan klasikal 96,7%.
siswa ini disebabkan karena pada setiap siklus terdapat refleksi sebagai tindakan perbaikan dalam pembelajaran dengan
SIMPULAN DAN SARAN 1.
Aktivitas
guru
dalam
model pembelajaran kooperatif tipe
penerapan model pembelajaran
NHT pada siklus selanjutnya, sehingga
kooperatif
kekurangan yang terjadi selama siklus
Heads Together (NHT) secara
awal dapat diperbaiki pada siklus
keseluruhan
selanjutnya. Dengan adanya perbaikan
rata – rata kemampuan guru
ini,
maka
semakin
pengelolaan
baik
dan
hal
Numbered
tipe
diperoleh
nilai
guru
akan
dalam
pengelolaan
ini
akan
pembelajaran kooperatif tipe
berpengaruh pada aktivitas siswa di
Numbered
Heads
Together
kelas.
(NHT) sebesar 3,05 dengan kualifikasi baik
Respon terhadap
Siswa,
Respon
pelaksanaan
siswa model
2. Aktivitas
siswa
dalam
penerapan model pembelajaran tipe
Numbered
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
kooperatif
Heads Together sangat positif.
Heads Together (NHT) secara
keseluruhan
diperoleh
nilai
1. Dengan
menerapkan
rata – rata kemampuan siswa
pembelajaran
dalam
tipe NHT (Numbered Heads
pengelolaan
pembelajaran kooperatif tipe
Together),
Numbered
diharapkan
(NHT)
Heads
sebesar
Together
3,2
dengan
kualifikasi baik. 3. Hasil
belajar
para
siswa lebih
bersemangat dalam belajar, karena
pembelajaran
ini
dalam
memungkinkan siswa untuk
penerapan model pembelajaran
lebih aktif sehingga akan
Numbered
tercipta umpan balik yang
kooperatif
siswa
kooperatif
tipe
Heads Together (NHT) secara
maksimal
keseluruhan
dapat meningkatkan hasil
diperoleh
nilai
rata – rata kemampuan siswa dalam
pengelolaan
yang
belajar. 2. Bagi
guru
yang
pembelajaran kooperatif tipe
menerapkan
Numbered
pembelajaran
Heads
Together
nantinya
ingin model
kooperatif
(NHT) sebesar 81,6 dengan
hendaknya
presentase ketuntasan klasikal
memperhatikan
96,7%
waktu. Selain itu juga harus
4. Respon
siswa
pelaksanaan
terhadap model
lebih
memperhatikan
semua
Numbered
menggunakan
Together
sangat positif.
materi
pembelajaran. karena tidak
pembelajaran kooperatif tipe Heads
alokasi
materi
pembelajaran Materi
model tipe
yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
tapi
membutuhkan untuk
diperoleh,
maka
peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut :
NHT. bersifat
prosedural, SARAN
cocok
analisis
pengerjaannya,
seperti materi persediaan bahan
baku
yang
membutuhkan analisa data agar tidak ada kesalahan dalam
perhitungan
selanjutnya. Dari ciri-ciri
tersebut pembelajaran
model kooperatif
tipe NHT dapat diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pelajaran 2011/2012. Jurnal Akuntansi Indonesia, (online), Vol.X, No,2. 2012.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri & aswan Zain.2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik Oemar.2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Sinar Baru Agensindo. http://kemdiknas.go.id/kemdiknas.go.id/medi a/390676/Buku%20Saku%20Reformasi%20Pel aksanaan%20Sistem%20Pendidikan%20Nasio na.pdf http://www.syafir.com/2011/03/25/tujuan-
Kunandar.2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta. PT.Raja grafindi persada. Mustafa, dkk. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Penguasaan Konsep Matematika. Online. Rosdiana&Lambertus. 2006. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di SMP Negeri 15 Kendari. Online. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
pembelajaran-kooperatif.
Somantri, Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan kelas. Jambi: Gaung Persada Press. Istiningrum Implementasi Kooperatif
&
Sukanti. Model
Tipe
2012.
Pembelajaran
Numbered
Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas X Ak 2 SMK YPKK 2 Sleman Th
Hendi.
2007.
Memahami
Akuntansi SMK Seri B. Bandung: Armico. Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sukidin, Basrowi dan Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia Suryani, Ririn. 2010. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk mencapai ketuntasan belajar pada mata diklat akuntansi materi menyusun neraca lajur perusahaan dagang bagi siswa kelas X akuntansi SMK Darma Siswa 2 Sidoarjo.
Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: universitas negeri surabaya Tim Penyusun UNESA .2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: UNESA Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.