BINGKISAN ISTIMEWA DALAM MENYAMBUT KEHADIRAN BUAH HATI YANG TERCINTA Allah q menganugerahkan anak kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah q berfirman;
ِ ِ اء ُ اء ِإ ََا ًثا َٔ َي َٓ ُة ن ًَ ٍْ َي َش ُ اء َي َٓ ُة ن ًَ ٍْ َي َش ُ َي ْش ُه ُق َيا َي َش اء ُّذ ُ أَ ْٔ ُي َؼ ِّٔ ُج ُٓ ْى ُط ْ َغ ًَا َٔ ِإ ََا ًثا َٔ َي ْج َؼ ُم َي ٍْ َي َش.ٕع َ ُ نظ .َػ ِ ًًا إ َّنَِ ُّ َػ ِه ى َ ِض ْيغ ْ ْ ٌم ٌم “Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”1 Anugerah anak merupakan kenikmatan yang besar. Karena diharapkan nantinya anak tersebut akan tetap mendoakan kepada kedua orang tuanya, meskipun kedua
1
QS. Asy-Syura : 49 - 50.
-1-
orang tuanya telah meninggal dunia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
اٌ ِ َْ َ َط َغ َػ ُْ ُّ َػ ًَ ُه ُّ إ َّنَِّل ِي ٍْ َث ََل َث ٍح إ َّنَِّل ُ اخ ْ ِْل َْ َـ َ ِإ َط َي ِي ٍْ َص َض َ ٍح َجاعِ َي ٍح أَ ْٔ ِػ ْه ٍى ُي ُْ َر َف ُغ ت ِِّ أَ ْٔ َٔ َن ٍض َص ِان ٍخ .ُّ َي ْض ُػ ْٕ َن “Jika seorang manusia meninggal dunia, (maka) terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, yaitu; Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan untuknya.”2 Dan kedua orang tua dapat diampuni dosanya serta diangkat derajatnya di Surga melalui doa dan permohonan ampun anaknya. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ِ ِ نّص ِان ِخ ِفي َّلل َػ َّنؼ َٔ َج َّنم َن َ ْغ َف ُغ َّن َ إ َّنٌِ َّن نض َع َج َح ن ْه َؼ ْثض َّن ِِ ِ َ ِ ِِاؿ ِر ْغ َفاع ْ ْن َج َّنُح َف َ ُ ْٕ ُل َيا َع ِّب أََّنٗ ن ْي َْظِ َف َ ُ ْٕ ُل ت . َ َٔ َن ِض َ َن
2
HR. Muslim Juz 3 : 1631.
-2-
“Sesungguhnya Allah r akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di Surga. Lalu hamba tersebut berkata, “Wahai Rabbku (apa yang menyebabkan)ku memperoleh (derajat seperti) ini?” Allah q berfirman, “Karena istighfar (permohonan ampun) anakmu untukmu.”3
Bagi seorang yang mendengar ada saudaranya yang dikaruniai anak, maka disunnahkan baginya untuk memberikan ucapan selamat (tahni‟ah) kepada saudaranya tersebut. Di antara bentuk ucapan selamatnya adalah;
، َٔ َش َكغ َخ ْن َٕ ِْ َة، َ َّلل َن َ ِفي ْن ًَ ْٕ ُْ ْٕ ِب َن ُ َّن ْ .ُِ َٔ ُعػِ ْ َد تِغ،ُِ أَ ُش َّنض َّن
َ اع َ َت َ َٔ َت َه
“Semoga Allah memberkahimu pada anak yang diberikan kepadamu. Engkau pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta engkau dikaruniai kebaikannya.”4 Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua ketika dikaruniai seorang anak, di antaranya adalah :
3
HR. Ahmad.Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 1617. 4 Al-Adzkar, 349. Dishahihkan oleh Syaikh Salim bin „Ied Al-Hilali 2 dalam Shahih Al-Adzkar 2/713.
-3-
TAHNIK Disunnahkan untuk mentahnik bayi yang baru lahir. Tahnik adalah mengunyahkan kurma, lalu mengoleskannya di langit-langit mulut bayi yang baru lahir. Sebagaimana diriwayatkan dari „Aisyah i;
ِ َ ٗاٌ ُي ْؤ َذ َ َ َّلل َػ َه ْ ِّ َٔ َؿ َّنه َى ُ أ َّنٌ َع ُؿ ْٕ َل َّنَّلل َص َّنهٗ َّن ِ ت ِ ِانّصث .اٌ َف ث ِغ ُ َػ َه ِٓ ى َٔ ُي َذ ِ ُّ ُك ُٓى َّ َ َ ْ ّ ْ ْ ْ “Bahwa didatangkan kepada Rasulullah a beberapa bayi, lalu beliau mendoakan keberkahan untuk mereka dan beliau mentahniknya.”5 Berkata Imam An-Nawawi 5; “Seluruh ulama‟ telah bersepakat atas disunnahkannya tahnik dengan kurma setelah (bayi) dilahirkan. Jika tidak ada kurma, maka boleh dengan makanan lain asalkan rasanya manis. Orang yang menyuapi mengunyah kurma tersebut sampai lembut dan mudah untuk ditelan, lalu meletakkannya di dalam mulit bayi supaya dapat masuk ke dalam perutnya. Jika orang yang akan menyuapi ini sedang tidak berada di tempat, (maka) bayi tersebut dibawa menghadapnya.”6
5 6
HR. Muslim Juz 3 : 2147. Syarah Shahih Muslim, 5/302.
-4-
Catatan : Tidak disyari‟atkan untuk membisikkan adzan dan iqamah di telinga bayi. Karena hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah hadits palsu. Hadits tersebut adalah;
ِِ ِ َ ِ او َ َ ََي ٍْ ُٔن َض َن ُّ َي ْٕنُ ْٕ ٌمص َفأ َّنط ٌَ ف ْي أُ ُطَّ ْن ُ ًْ َُٗ َٔأ ِ ِفي أُط َِ ِّ ن ـغٖ نى ذ غِ أُو ِ نّصث ٌا َ ْ ّ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ َّن ُ ُّذ “Barangsiapa dianugerahi anak kemudian ia adzan di telinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya, maka anak itu kelak tidak akan diganggu jin.”7 Berkata Syaikh Nashiruddin Al-Albani 5; “Maudhu‟, diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dengan sanad di dalamnya terdapat dua orang perawi yang dituduh memalsukan hadits, dan perawi yang ketiga dha‟if. Silakan lihat dalam Silsilah Hadits Dha‟if : 321.”
7
As-Silsilah Adh-Dha‟ifah Juz 1 : 321.
-5-
MENCUKUR RAMBUT Waktu mencukur rambut bayi adalah pada hari ketujuh. Sebagaimana diriwayatkan dari ‟Aisyah i, dari Nabi a, beliau bersabda;
ِ ػق عؿٕل ٍِ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ ٍِ ْن َذ َـ َّٗلل صه َ ْ ُ َ َّن َ ُ ْ ُ َّن َ َّن َّن ٍْ اط َػ َ ًَ نـا ِت ِغ َٔأَ َي َغ أَ ٌْ ُي َٔ ْن ُذ َـ ْ ٍِ َش َاذ ْ ٍِ َي ْٕ َو َّن َٖع ْأ ِؿ ِّ ْْلَ َط
”Rasulullah a telah meng‟aqiqahi untuk Al-Hasan dan Al-Husain p masing-masing dua ekor kambing pada hari ketujuh dan beliau memerintahkan agar dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur habis rambut kepalanya).”8 Diriwayatkan pula dari Samurah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
ِِ ِ ًٗنـا ِت ِغ َٔ ُي َـ َّن َ ْن ُغ ََل ُو َي ْغ َذ َٓ ٌمٍ ت َِؼ ْ َ رّ ُي ْظ َت ُخ َػ ُْ ُّ َي ْٕ َو َّن .ُّ َٔ ُي ْذ َه ُق َع ْأ َؿ
8
HR. Baihaqi Juz 9 : 19077.
-6-
“Seorang anak tergadaikan dengan „aqiqahnya; disembelih („aqiqahnya) pada hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama, dan dicukur (rambut) kepalanya.”9 Namun dilarang mencukur qaza‟. Qaza‟ adalah mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian yang lainnya. Diriwayatkan dari Ibnu „Umar p, bahwa Nabi a bersabda;
َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َعأَٖ ِص ِة ًّي َ ْض َد َه َق ٗأٌَ نُثِي صه َ ْ ُ َّن َّن َّن َ َّن َّن : اْى َػ ٍْ َط ِن َ َف َ َال ُٓ ف،ّ تؼ شؼغِ ِِ ٔذغ تؼ ْ ُ َََ ُ ُ َْ َ ََ َ َ َ ُ َْ .ُّ ِ ْد ِه ُ ْٕ ُِ ُ َّنه ُّ أَ ِٔ ْذغ ُ ْٕ ُِ ُ َّنه َ “Bahwa Nabi a melihat anak-anak yang dicukur sebagian rambutnya dan dibiarkan sebagian (rambut) yang lainnya, maka beliau melarang mereka dari yang demikian itu dan bersabda, “Cukurlah seluruhnya atau biarkan seluruhnya.”10
9
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1522, lafazh ini miliknya, Abu Dawud : 2837, dan Ibnu Majah : 3165. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4184. 10 HR. Nasa‟i Juz 8 : 5048 dan Abu Dawud : 4195, lafazh ini miliknya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 212.
-7-
Setelah dicukur rambut kepala bayi tersebut, maka kepalanya dilumuri dengan minyak za‟faran (minyak wangi). Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Buraidah y, ia berkata;
ِ ُُا ِفي نج َ ِ اْ ِه ِح ِإ َط ُٔ ِن َض ْل َد ِض ََا ُغ ََل ٌمو َط َت َخ َشا ًج َّن ْ َ َّن ِ ْ ِ ْ َّلل ت ِاْل ْؿ ََل ِو ُ َّنُا ََ ْظ َت ُخ ُ َف َه َّنًا َج َاء َّن،َٔ َن َط َز َعأ َؿ ُّ ت َِضي َٓا .ٌَ َٔ ََ ْذ ِه ُق َع ْأ َؿ ُّ َٔ ََ ْه َط ُش ُّ ت َِؼ ْػ َفغ،َشا ًج َ ”Dahulu pada masa jahiliyah, jika seorang dari kami kelahiran seorang anak laki-laki, maka disembelihlah seekor kambing dan dilumuri kepala anak tersebut dengan darah sembelihan itu. Ketika Islam datang, kami menyembelih seekor kambing, mencukur rambutnya dan melumuri kepalanya dengan minyak za‟faran.”11 Kemudian bersedekah kepada fakir miskin dengan perak seberat rambut anak yang dicukur tersebut. Diriwayatkan dari „Ali bin Abi Thalib y,ia berkata;
11
HR. Abu Dawud : 2843. Hadits dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1172.
-8-
ِ ػق عؿٕل ٍِ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ ٍِ ْن َذ َـ َّٗلل صه َ ْ ُ َ َّن َ ُ ْ ُ َّن َ َّن َّن ِ ت َِش ٍاج ٔ َ َال يا َف اط ًَ ُح ِ ْد ِه ِ ي َع ْأ َؿ ُّ َٔ َذ َّص َّنض ِ ي تِؼِ ََ ِح َ َ ْ ْ َش ْؼغِ ِِ ِف َّن ًح “Rasulullah a meng‟aqiqahi Al-Hasan y dengan kambing dan bersabda, “Wahai Fathimah, cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya.”12
12
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1519 dan Baihaqi Juz 9 : 19081, lafazh ini milik keduanya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 7475.
-9-
KHITAN Hukum khitan bagi laki-laki adalah wajib, sedangkan bagi wanita adalah sunnah. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y, dari Nabi a, beliau bersabda;
ٌُ َ ْن ِف ْطغ ُج َس ًْ ٌمؾ أَ ْٔ َس ًْ ٌمؾ ِي ٍَ ْن ِف ْطغ ِج َ ْن ِش َرا َ َ ِْٔ َ ْ َّل ْؿ ِر ْذ َض ُص َٔ َذ ْ ِه ى ْل ْظ َفاعِ َٔ ََ َر ُف ْ ِْل ْت ِط َٔ َ ُّذّص َ ُْ .نشاعِ ِب َّن
“Fithrah itu ada lima atau lima hal yang termasuk fithrah, (yaitu); khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.”13 Dan Nabi a pernah bersabda kepada Ummu „Athiyah (sebagai wanita tukang khitan);
ٗ َٔأَ َد ُّذة ِإ َن، َف ِئ َّنٌ َط ِل َ أَ ْد َظٗ ِن ْه ًَغأَ ِج، ََّل ُذ ُِْٓ ِكي ْ ْ .ْنث ْؼ ِم َ 13
HR. Bukhari Juz 5 : 5550 dan Muslim Juz 1 : 257, lafazh ini miliknya.
- 10 -
“(Jika engkau mengkhitan) janganlah dihabiskan (jangan berlebih-lebihan ketika memotong bagian yang dikhitan), karena yang demikian itu lebih mencerahkan (wajah) wanita dan lebih menyenangkan bagi suami.”14 Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5; “Rasulullah a memerintah wanita yang tugasnya mengkhitan agar tidak berlebihan dalam memotong. Hanya saja masalah ini ada sedikit perinciannya. Masalah ini berbeda hukumnya sesuai kondisi negara dan tempat masing-masing. Karena sepotong kulit yang dipotong dari wanita, terkadang kelihatan sangat menonjol dan terkadang tidak kelihatan sedikit pun. Yang tidak kelihatan ini biasanya di negara-negara dingin. Maka jika ada sesuatu yang menonjol dan perlu dipotong maka harus dipotong. Jika tidak ada maka tidak perlu.”15 Khitan disunnahkan untuk dilakukan sebelum baligh. Dan jika sebelum baligh anak tersebut belum dikhitan, maka wajib dikhitan ketika sudah baligh. Berkata Al-Mawardi 5; “Khitan ada dua waktu; waktu wajib dan waktu mustahabb (sunnah). Waktu yang wajib adalah ketika baligh dan waktu mustahab adalah sebelum baligh. Dan diberikan pilihan untuk melakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran. Disunnahkan untuk tidak mengakhirkan khitan dari waktu mustahab kecuali karena udzur.”16 14
HR. Abu Dawud : 5171. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 7475. 15 Majmu‟ah Fatawa Al-Madinatul Munawarrah. 16 Fathul Bari, 10/342.
- 11 -
’AQIQAH ‟Aqiqah adalah hewan yang disembelih kerena kelahiran anak sebagai rasa syukur kepada Allah q dengan niat dan syarat-syarat tertentu. Seorang anak yang terlahir ke dunia tergadaikan dengan „aqiqahnya. Sebagaimana diriwayatkan dari Samurah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
ِِ ِ ًٗنـا ِت ِغ َٔ ُي َـ َّن َ ْن ُغ ََل ُو َي ْغ َذ َٓ ٌمٍ ت َِؼ ْ َ رّ ُي ْظ َت ُخ َػ ُْ ُّ َي ْٕ َو َّن .ُّ َٔ ُي ْذ َه ُق َع ْأ َؿ “Seorang anak tergadaikan dengan „aqiqahnya; disembelih („aqiqahnya) pada hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama, dan dicukur (rambut) kepalanya.”17 Atha‟ dan Imam Ahmad n berpendapat bahwa maksud tergadai ialah terhalang untuk memberikan syafa‟at kepada kedua orang tuanya, jika ia meninggal diwaktu masih kecil, namum belum di‟aqiqahi.
17
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1522, lafazh ini miliknya, Abu Dawud : 2837, dan Ibnu Majah : 3165. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4184.
- 12 -
„Aqiqah juga disyari‟atkan pada umat-umat terdahulu. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y, bahwa Nabi a bersabda;
إ َّنٌِ ْن ُٓ ْٕ َص َذ ِؼ ُّذق َػ ٍِ ْن ُغ ََل ِو َٔ ََّل َذ ِؼ ُّذق َػ ٍِ ْن َجاعِ َي ِح َ .َف َؼ َّن ْٕ َػ ٍِ ْن ُغ ََل ِو َش َاذ ٍِ َٔ َػ ٍِ ْن َجاعِ َي ِح َشا ًج ْ “Sesungguhnya orang-orang yahudi meng‟aqiqahi anakanak laki-laki tetapi tidak meng‟aqiqahi anak-anak perempuan. „Aqiqahilah anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing.”18
Hukum ’Aqiqah Hukum ‟aqiqah adalah Sunnah Muakkadah, ini adalah pendapat Jumhur ulama‟ dari kalangan sahabat, tabi‟in, dan para ahli fiqih. Ini juga merupakan pendapat para ulama‟ penganut madzhab Syafi‟i, Maliki, dan merupakan pendapat terkuat dalam madzhab Hambali. Di antara dalil yang menunjukkan diperintahkannya ‟aqiqah adalah hadits dari Salman bin ‟Amir y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ُّ ُْ َ ٌمح َفأَ ْْغِ ْي ُ ْٕ َػ ُْ ُّ َص ًيا َٔأَ ِي طُ ْٕ َػ ْ
18
HR. Baihaqi Juz 9 : 19065.
- 13 -
ِ يغ نغَل ِو ػ ْ َ َُ ْ َ َ َْ .ْٖل َط
”Seorang anak (terkait) dengan ‟aqiqah(nya). Maka tumpahkanlah darah (hewan ‟aqiqah) untuknya dan singkirkanlah kotoran darinya.”19 Yahya bin Sa‟id Al-Anshari 5 (guru Imam Malik 5) berkata; ”Aku berjumpa dengan generasi (para sahabat). Mereka tidak pernah meninggalkan ‟aqiqah, baik untuk anak lakilaki maupun anak perempuan.”20 Adapun dalil yang memalingkannya dari hukum wajib, di antaranya adalah sabda Rasulullah a;
. ْ َي ٍْ ُٔ ِن َض َن ُّ َٔ َن ٌمض َفأَ َد َّنة أَ ٌْ َي ُْ ُـ َ َػ ُْ ُّ َف ْه ُْ ُـ َ ”Barangsiapa dilahirkan anak baginya, maka jika ia ingin menyembelih (kambing untuk anaknya), maka hendaknya ia menyembelih.”21
19
HR. Baihaqi Juz 9 : 19046. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 5877. 20 Tharhut Tatsrib, 5/206. 21 HR. Abu Dawud : 2842. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 7630.
- 14 -
Berkata Imam Malik 5;
َٔ َن َـ ِد ْن َؼ ِ َ ُح ت َِٕ ِجث ٍح َٔ َن ِك َّنُ َٓا ُي ْـ َر َذ ُّذة ْن َؼ ًَ َم ت َِٓا َ ْ ْ ِ ِ ِ ِ َ اؽ ِػ ُْ َض ََا ُ َُْٔ َي ي ٍَ ْْل ْيغِ نَّنظ ْ َن ْى َي َؼ ْل َػ َه ْ ّ َّنن ”‟Aqiqah (hukumnya adalah) tidak wajib, akan tetapi dianjurkankan untuk dikerjakan. Ia merupakan amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh manusia, menurut kami.”22 Imam Ahmad 5 sering ditanya tentang hukum ‟aqiqah apakah wajib? Maka beliau menjawab, ”Tidak, akan tetapi barangsiapa yang ingin menyembelih, maka hendaklah ia menyembelih.”
22
Al-Muwaththa‟, 1072.
- 15 -
Pihak yang Dibebani ’Aqiqah Pihak yang berkewajiban melakukan ‟aqiqah adalah ayah yang dilahirkan baginya seorang anak atau orang yang menanggung nafkah anak yang dilahirkan tersebut. Apabila ada pihak lain yang ingin meng‟aqiqahi atau membantu biaya ‟aqiqah anak tersebut sedangkan ayah anak tersebut masih ada, maka harus dengan seizin ayahnya. Sebagaimana sabda Rasulullah a;
. ْ َي ٍْ ُٔ ِن َض َن ُّ َٔ َن ٌمض َفأَ َد َّنة أَ ٌْ َي ُْ ُـ َ َػ ُْ ُّ َف ْه ُْ ُـ َ
”Barangsiapa dilahirkan anak baginya, maka jika ia ingin menyembelih (kambing untuk anaknya), maka hendaknya ia menyembelih.”23 Adapun dalil diperbolehkannya pihak lain yang ingin meng‟aqiqahi atau membantu biaya ‟aqiqah anak tersebut adalah karena Rasulullah a dahulu pernah meng‟aqiqahi kedua cucunya, yaitu Hasan dan Husain p. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Ibnu ‟Abbas p;
ِ أٌَ عؿٕل ٍِ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ َّنق َػ ٍِ ْن َذ َـ َّٗلل صه َ ْ ُ َّن َ ُ ْ َ َّن َ َّن َّن .َّلل َػ ُْ ُٓ ًَا َ ث ًشا َ ث ًشا َٔ ْن ُذ َـ ٍِ َع ِضي َّن ُ ْ ْ ْ َ
”Rasulullah a meng‟aqiqahi Hasan dan Husain p, (masing-masing) satu kambing.”24 23
HR. Abu Dawud : 2842. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 7630.
- 16 -
Jumlah Hewan ’Aqiqah Untuk anak laki-laki ‟aqiqahnya dengan menyembelih dua ekor kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. Ini adalah pendapat Jumhur ulama‟, di antaranya adalah; Ibnu ‟Abbas, dan ‟Aisyah p. Ini juga pendapat Asy-Syafi‟i, Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsaur n. Diriwayatkan dari „Aisyah i;
ِ ٕل َ َّن َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى أَ ْيغ ُْى أَ ٌْ ُي َؼ َّنق ٗ ه ص َّلل َ أَ َّنٌ َع ُؿ َّن َّن َ ْ َ َ ْ ُ ِ ِ اٌ ي َك ِاف َ َر ِ اج َٔ َػ ٍِ ْن َجاعِ َي ِح َش ٌم،ٌا ُ َػ ٍِ ْن ُغ ََلو َش َاذ “Rasulullah a memerintahkan mereka agar ber‟aqiqah untuk bayi laki-laki (dengan) dua ekor kambing yang sepadan (umurnya) dan untuk anak perempuan seekor kambing.”25
Waktu Pelaksanaan ’Aqiqah Disunnahkan menyembelih „aqiqah pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Jika hari ketujuh terlewatkan, maka pada hari keempat belas dari kelahiran, jika terlewatkan, maka pada hari kedua puluh satu, atau kapan pun. Ini adalah pendapat Hanabilah. Dari Samurah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
24
HR. Abu Dawud : 2841. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1167. 25 HR. Ahmad dan Tirmidzi Juz 4 : 1513. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1166.
- 17 -
ِِ ِ ًٗنـا ِت ِغ َٔ ُي َـ َّن َ ْن ُغ ََل ُو َي ْغ َذ َٓ ٌمٍ ت َِؼ ْ َ رّ ُي ْظ َت ُخ َػ ُْ ُّ َي ْٕ َو َّن .ُّ َٔ ُي ْذ َه ُق َع ْأ َؿ
“Seorang anak tergadaikan dengan „aqiqahnya; disembelih („aqiqahnya) pada hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama, dan dicukur (rambut) kepalanya.”26 Dari Buraidah y, dari Nabi a, beliau bersabda;
َ ِ ْٔ ََ ْن َؼ ِ َ ُح ُذ ْظ َت ُخ ِن َـث ٍغ أ َٔ ْٖل ْع َت َغ َػ ْشغ َج أَ ْٔ ِ ِْل ْد َض ْ ْ َ .ٍَ ِػ ْشغِ ْي
”Aqiqah disembelih pada hari ketujuh atau hari keempat belas atau hari kedua puluh satu.”27 Berkata Imam Tirmidzi 5; “Yang diamalkan dari (hadits) ini oleh Ahli Ilmu, mereka menyukai meyembelih (hewan) „aqiqah untuk anak pada hari ketujuh. Jika tidak mampu pada hari ketujuh, maka pada keempat belas, jika tidak mampu, maka pada hari yang kedua puluh satu.”28
26
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1522, lafazh ini miliknya, Abu Dawud : 2837, dan Ibnu Majah : 3165. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4184. 27 HR. Baihaqi Juz 9 : 19076. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahiul Jami‟ish Shaghir : 4132 28 Sunan Tirmidzi, 4/1522.
- 18 -
Bacaan Ketika Menyembelih Hewan ’Aqiqah Apabila seorang penyembelih hewan „aqiqah hanya mengucapkan basmallah saja, maka hal tersebut sudah mencukupi. Sebagaimana firman Allah q;
ِ َف ُك ُهٕ ِيًا ُط ِ غ ؿى َّن .ٍَ ُِ َّلل َػ َه ِّ إ ٌِْ ُ ُْ ُرى ِت َي ِاذ ِّ ُي ْؤ ِي ْ َّن ْ ْ ْ ُ ْ َ “Maka makanlah hewan-hewan (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kalian beriman kepada ayat-ayat-Nya.”29 Namun disunnahkan bagi orang yang akan menyembelih hewan ‟aqiqah tersebut untuk mengucapkan;
ِي ُْ َ َٔ َن َ َْ ِظ ِِ َػ ِ َ ُح ْ
ِ تِـ ِى َّن َّلل أَ ْ ثغ َن َّنه ُٓى َٔ َّلل َّن ُ ْ َّن َُ .ٌٍ ُف ََل
”Dengan nama Allah yang Maha Besar, Ya Allah dariMu dan untuk-Mu ini adalah ‟aqiqahnya Fulan.”
29
QS. Al-An‟am : 118
- 19 -
Atau mengucapkan;
َ ُح
ِ َن َ ٔ ِإ َل َ ْ ِظ ِِ ػ َ ْ َ ْ َ
ِ تِـ ِى َّن َّلل أَ ْ ثغ َن َّنه ُٓى َٔ َّلل َّن ُ ْ َّن َُ .ٌٍ ُف ََل
”Dengan nama Allah yang Maha Besar, Ya Allah untukMu dan kepada-Mu ini adalah ‟aqiqahnya Fulan.” Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari ‟Aisyah i, dari Nabi a, beliau bersabda;
ِ ِ اٌ ي َك ِافأَ َذ ِ اج اٌ َٔ َػ ٍِ ْن َجاعِ َي ِح َش ٌم ُ ُي َؼ ُّذق َػ ٍِ ْن ُغ ََلو َش َاذ ِ ٔ ال ٔػق عؿٕل ٍِ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ َّٗلل صه َ ْ ُ َ َ َ َ َ َّن َ ُ ْ ُ َّن َ َّن َّن اط َ ًَ نـا ِت ِغ َٔأَ َي َغ أَ ٌْ ُي ْن َذ َـ ٍِ َٔ ْن ُذ َـ ْ ٍِ َش َاذ ْ ٍِ َي ْٕ َو َّن َ ْ ِّ َػ ٍْ َع ْأ ِؿ ْٕ ْل َطٖ َٔ َ َال ْط َت ُذ ْٕ َػ َهٗ ْؿ ًِ ِّ َٔ ُ ْٕ ُن ِ تِـ ِى َّلل أَ ْ ثغ َن َّنه ُٓى َن َ َٔ ِإ َن َ َْ َظ ِِ َػ ِ َ ُح ٔ َّلل ْ ْ ْ َّن ُ َ ُ َّن َ َّن .ٌٍ ُف ََل
- 20 -
”Di‟aqiqahkan untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sepadan (umurnya) dan untuk anak perempuan seekor kambing. (Kemudian) ‟Aisyah i berkata, ”Rasulullah a telah meng‟aqiqahi untuk Hasan dan Husain masing-masing dua ekor kambing pada hari ketujuh dan beliau memerintahkan agar dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur habis rambut kepalanya) dan beliau bersabda, ”Sembelihlah atas nama Allah dan ucapkanlah;
َ ُح
ِ َن َ ٔ ِإ َل َ ْ ِظ ِِ ػ َ ْ َ ْ َ
ِ تِـ ِى َّن َّلل أَ ْ ثغ َن َّنه ُٓى َٔ َّلل َّن ُ ْ َّن َُ .ٌٍ ُف ََل
”Dengan nama Allah yang Maha Besar, Ya Allah untukMu dan kepada-Mu ini adalah ‟aqiqahnya Fulan.”30
Pembagian Daging ‘Aqiqah Hendaknya daging ‟aqiqah tersebut dibagi menjadi tiga bagian; satu bagian untuk keluarga, satu bagian untuk disedekahkan kepada fakir miskin, dan satu bagian untuk dibagi-bagikan kepada para tetangga. Berkata Ibnu Hazm 5; ”Dikonsumsi, dibagikan, dan disedekahkan, semua ini hukumnya mubah, bukan wajib.”
30
HR. Baihaqi Juz 9 : 19077.
- 21 -
Catatan : Usia kambing yang digunakan untuk ‟aqiqah minimal adalah satu tahun, namun lebih utama jika usianya di atas dua tahun. Dari Jabir y ia berkata, bahwa Rasulullah a bersabda;
ََّل َذ ْظ َت ُذ ْٕ إ َّنَِّل ُي ِـ َّنُ ًح “Janganlah kalian menyembelih kecuali berupa Musinnah.”31 Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al„Utsaimin 5;
َٔ َّننّث ُِي ِي ٍَ ْن َغ َُ ِى َيا. َ َّننّث ُِ ُح َف ًَا َف ْٕ َ َٓا: َٔ ْن ًُ ِـ َّنُ ُح َ َذى َن ُّ َؿ َُ ٌمح َّن ”(Yang dimaksud dengan) musinnah adalah hewan yang telah mencapai usia Tsaniyah atau lebih tua dari itu. Usia Tsaniyah untuk kambing adalah telah genap berusia satu tahun.”32
31 32
HR. Muslim Juz 3 : 1963 Talkhishu Kitabu Ahkamil Udh-hiyah wadz Dzakah.
- 22 -
Hewan ‟aqiqah tidak boleh mengalami cacat yang dapat menghalangi keabsahannya, seperti; buta, sakit, pincang, dan kurus. Hal ini berdasarkan hadits dari Al-Barra‟ bin ‟Azib y bahwa Rasulullah a bersabda;
،ْنث ٍُِ َيغ ُض َٓا َ َّ .نَّن ِري ََّل ُذ ُْ ِ ي ْ
َٔ ْن ًَغِ ْي َ ُح،َ ْن َؼ ْٕ َع ُء ْنث ٍُِ َػ َٕ ُع َْا َّ اء ْنث ٍُِ َظ ْه ُغ َْا َٔ ْن َك ِـ غ ُج ٔ نؼغج َّ ُ َ َْ ْ َ َْ
”Hewan yang jelas kebutaannya, hewan yang jelas sakitnya, hewan yang jelas pincangnya, dan hewan yang kurus yang sehingga tidak bersumsum.”33 ‟Aqiqah tidak sah jika hewan ‟aqiqah memiliki empat cacat di atas, demikian pula cacat lain yang mirip dengan keempat cacat di atas atau yang lebih parah dari cacat di atas tersebut. Berkata Imam Malik 5;
ِ َفًٍ ػ َّنق ػٍ ٔ َن ِض ِِ َف ِئََّنًا ِْي تًِ ُْؼِ َن ِح ُّذنُـ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ِ اء َٔ ََّل ُ َٔ ن َّن َذ َايا ََّل َي ُج ْٕ ُػ ف ْ َٓا َػ ْٕ َع ُء َٔ ََّل َػ ْج َف 33
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1497, Abu Dawud : 2802, lafazh ini miliknya, dan Ibnu Majah : 3144. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1148.
- 23 -
اع ِي ٍْ نُ ُذ ًِ َٓا َشي ٌمء ُ َي ْك ُـ ْٕ َع ٌمج َٔ ََّل َيغِ ْي َ ٌمح َٔ ََّل ُي َث ْ َٔ ََّل ِج ْه ُض َْا ”Barangsiapa yang meng‟aqiqahi anaknya, maka kedudukannya sama dengan sembelihan pada waktu haji dan qurban. (Hewan tersebut) tidak boleh buta, lemah, patah (tanduknya), dan tidak pula yang sakit. Tidak boleh dijual daging sedikit pun demikian pula kulitnya.”34
„Aqiqah diperbolehkan dengan menggunakan kambing jantan maupun betina. Namun yang lebih utama adalah yang jantan. Diriwayatkan dari Ummu Kurzin i, Rasulullah a bersabda;
ِ ػ ٍِ ْن ُغ ََل ِو َش َاذ اٌ َٔ َػ ٍِ ْن َجاعِ َي ِح َشا ٌمج ََّل َي ُ ُّذغ ُى َ ْ .ُط ْ غ ًَا ُ َّنٍ أَ ْو ِإ ََا ًثا َ “‟Aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan seekor kambing. Tidak masalah jantan maupun betina.”35
34
Al-Muwaththa‟, 1072. HR. Ahmad : 27900 dan Nasa‟i Juz 7 : 4218. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4106. 35
- 24 -
Tidak diperbolehkan ‟Aqiqah dengan selain kambing. Karena Nabi a mencontohkan meng‟aqiqahi kedua cucunya dengan kambing. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah 5, ia berkata;
َُ ِف َؾ ِن َؼث ِض نغ ْد ًَ ٍِ ْت ٍُ أَتِي َت ْكغٍ ُغ ََل ًو َف ِ َم ْ ْ َّن ْ ِ ِ ِ ٍَ ُِ َّلل َذ َؼا َنٗ َػ ُْ َٓا َيا أُ َّنو ْن ًُ ْؤ ِي ُ ن َؼائ َش َح َعض َٗ َّن ْ ِ َ ِ َّلل َ ُػ َي َػ َه ْ ّ أ ْٔ َ َال َػ ُْ ُّ ُج ُؼ ْٔ ًع َف َ َال َي َؼا َط َّن ِ ٔ َن ِكٍ يا َ َال عؿٕ ُل َّن َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َّٗلل َص َّنه َّن َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ْ ِ اٌ ي َك ِافأَ َذ ِ .ٌا ُ َش َاذ ”Telah dilahirkan seorang anak laki-laki bagi ‟Abdurrahman bin Abu Bakar p. Lalu disampaikan kepada ‟Aisyah i, ”Wahai Ummul Mu‟minin, telah disembelih untuk ‟aiqahnya seekor unta.” Mendengar hal itu ‟Aisyah i berkata, ”Berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya yang disabdakan oleh Rasulullah a adalah dua ekor kambing yang sepadan (umurnya).”36
36
HR. Baihaqi Juz 9 : 19063.
- 25 -
Berkata Ibnu Hazm 5; ”Untuk ‟aqiqah hanya boleh dilakukan dengan kambing saja dan tidak boleh dilakukan dengan sapi atau unta.”37
Apabila seorang tidak mampu melaksanakan ‟aqiqah dengan dua ekor kambing untuk anak lakilaki, maka diperbolehkan ber‟aqiqah dengan seekor kambing. Ini adalah pendapat Abdullah bin „Umar, „Urwah bin Zubair p, dan Imam Malik 5. Diriwayatkan dari Ibnu ‟Abbas p;
ِ أَ َّنٌ عؿٕ َل َّن ٍِ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ َّنق َػ ٗ ه ص َّلل َّن َّن َ ْ ُ َ َ ْ ُ ِ .َّلل َػ ُْ ُٓ ًَا َ ث ًشا َ ث ًشا ُ ْن َذ َـ ٍِ َٔ ْن ُذ َـ ْ ٍِ َعض َي َّن ْ ْ ”Rasulullah a meng‟aqiqahi Hasan dan Husain p, (masing-masing) satu kambing.”38 Imam An-Nawawi 5 berkata; ”Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan seekor kambing untuk anak perempuan. Apabila hanya satu ekor kambing untuk laki-laki, berarti dasar Sunnah sudah dilakukan.”39 37
Al-Muhalla, 7/523. HR. Abu Dawud : 2841. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1167. 39 Al-Majmu‟, 8/429. 38
- 26 -
Berkata Al-Murdawi 5; ”Meng‟aqiqahi anak laki-laki hanya dengan satu ekor kambing, maka itu sudah cukup (sah).”40
Seorang diperbolehkan berhutang untuk melakukan ‟aqiqah, selama diperkirakan nantinya mampu untuk membayar hutang tersebut. Berkata Imam Ahmad 5; ”Jika ia tidak memiliki sesuatu yang dapat digunakan untuk biaya ‟aqiqah, maka (jika) ia berhutang. Aku berharap semoga Allah mengganti hutangnya, kerena ia telah menghidupkan Sunnah Rasulullah a.” Berkata Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah 5; ”Barangsiapa yang tidak memiliki dana untuk melaksanakan qurban atau ‟aqiqah, silakan meminjam uang untuk melaksanakannya, dengan catatan (ia) memiliki kesanggupan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.”41
40 41
Apabila seorang wanita melahirkan anak kembar, maka masing-masing anak harus di‟aqiqahi sendirisendiri (tidak dapat digabung). Ini adalah ijma‟ ulama‟.
Al-Inshaf, 4/110. Al-Ikhtiyarat, 71.
- 27 -
42
Hari kelahiran dihitung sebagai hari pertama. Ini adalah pendapat madzhab Syafi‟i dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin 5. Sehingga misalnya seorang anak lahir pada hari Ahad, maka hari ketujuhnya adalah hari Sabtu.
Apabila seorang melakukan ‟aqiqah sebelum atau setelahnya waktu-waktu yang disebutkan dalam hadits di atas, maka diperbolehkan. Karena penetapan pelaksanaan pada waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits adalah Sunnah (yang utama). Sehingga seandainya seorang menyembelihnya pada sebelum atau setelah hari ketujuh, maka diperbolehkan dan dianggap telah mencukupi ketentuan syari‟at. Ketentuan yang dijadikan pegangan adalah hewan ‟aqiqah yang disembelih, bukan hari hewan tersebut dimasak dan dimakan. Berkata Ibnul Qayyim 5; ”Tampaknya pembatasan waktu tujuh hari adalah Sunnah. Seandainya ‟aqiqah dilaksanakan pada hari keempat, kedelapan, kesepuluh, atau setelahnya, (maka) tidak apa-apa.”42
Disunnahkan menyembelih hewan ‟aqiqah sebelum mencukur rambut kepala bayi. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam hadits dari Samurah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
Tuhfatul Maudud, 50.
- 28 -
ِِ ِ نـا ِت ِغ َ ْن ُغ ََل ُو َي ْغ َذ َٓ ٌمٍ ت َِؼ ْ َ رّ ُي ْظ َت ُخ َػ ُْ ُّ َي ْٕ َو َّن .ُّ َٔ ُي َـ َّنًٗ َٔ ُي ْذ َه ُق َع ْأ َؿ “Seorang anak tergadaikan dengan „aqiqahnya; disembelih („aqiqahnya) pada hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama, dan dicukur (rambut) kepalanya.”43
Apabila hari ketujuh kelahiran anak bertepatan dengan ‟Idul Adh-ha, maka diperbolehkan melakukan ‟aqiqahnya anak sekaligus qurbannya anak. Ini adalah pendapat Hasan Al-Bashri, Muhammad bin Sirin, Qatadah, dan Hisyam. Ini juga salah satu riwayat Imam Ahmad 5. Alasan bolehnya digabungkan adalah karena tercapainya tujuan dengan satu penyembelihan. Karena qurban anak yang telah dilahirkan disyaria‟atkan, sebagaimana ber‟aqiqah untuknya juga disyari‟atkan. Sehingga jika seorang menyembelih dengan niat ber‟aqiqah untuk anak dan berqurban untuk anak, maka hal itu telah memenuhi keduanya. Berkata Abu „Abdillah 5 ; “Jika dilangsungkan qurban untuknya (anak), maka qurban tersebut sudah mewakili „aqiqah.”44
43
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1522, lafazh ini miliknya, Abu Dawud : 2837, dan Ibnu Majah : 3165. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4184. 44 Tuhfatul Maudud.
- 29 -
45 46
Tidak disyari‟atkan menyembelih hewan ‟aqiqah sebelum kelahiran bayi, karena penyebabnya belum ada. Hal ini disepakati oleh seluruh ahli fiqih. Berkata Imam An-Nawawi 5; ”Disepakati bahwa apabila desembelih sebelum kelahiran, tidak dianggap sebagai ‟aqiqah, tetapi hanya sembelihan biasa.”45
Disunnahkan melaksanakan ‟aqiqah untuk bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh dari kelahirannya. Ini adalah pendapat para ulama‟ penganut madzhab Syafi‟i dan pendapat yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al‟Utsaimin 5. Berkata Imam Nawawi 5; ”Apabila bayi meninggal dunia sebelum tujuh hari dari masa kelahirannya, menurut kami disunnahkan untuk di‟aqiqahi.”46
Demikian pula jika bayi meninggal dunia setelah hari ketujuh dari kelahirannya dan belum di‟aqiqahi. Maka dianjurkan untuk melaksanakan ‟aqiqah untuk bayi tersebut. Ini adalah pendapat madzhab Syafi‟i dan madzhab Hambali.
Al-Majmu‟, 8/431. Al-Majmu‟, 8/448.
- 30 -
Batasan waktu kewajiban seorang ayah untuk meng‟aqiqahi anaknya adalah sampai anak tersebut baligh. Jika telah lewat usia baligh dan anak tersebut belum di‟aqiqahi, maka gugurlah kewajiban ‟aqiqah bagi ayah. Dan anak tersebut diberikan kebebasan melaksanakan‟aqiqah untuk dirinya sendiri. Ini adalah pendapat Imam AsySyafi‟i 5.
Diperbolehkan seorang meng‟aqiqahi dirinya sendiri setelah baligh, jika sewaktu kecil ia belum di‟aqiqahi. Ini adalah pendapat Atha‟, Hasan AlBashri, dan Muhammad bin Sirin. Diriwayatkan dari Anas y;
ِّ َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى َػ َّنق َػ ٍْ ََ ْف ِـ ٗأٌَ نُثِي صه َ ْ ُ َّن َّن َّن َ َّن َّن .َت ْؼ َض ُّذنُث َّنٕ ِج ُ ”Nabi a meng‟aqiqahkan dirinya sendiri sesudah kenabian (sesudah beliau diangkat sebagai Nabi).”47 Berkata Al-Hasan Al-Bashri 5; ”Apabila anda belum di‟aqiqahi, maka ‟aqiqahilah diri anda, walaupun sudah dewasa.”48 47
HR. Baihaqi Juz 9 : 19056. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Ash-Silsilah Ash-Shahihah Juz 6 : 2726
- 31 -
Tidak dimakruhkan mematahkan tulang hewan ‟aqiqah. Karena tidak ada satu hadits shahih pun dari Nabi a yang melarang tentang hal tersebut. Di antara hadits tersebut adalah;
ُ ُه ْٕ َٔ ََّل َذ ْك ُـغ ْٔ َػ ْظ ًًا ُ “Makanlah, dan janganlah kalian mematahkan tulangnya.”49
Tidak diperbolehkan menjual kulit hewan ‟aqiqah. Berkata Imam Ahmad 5; ”Subahanallah, bagaimana bisa menjualnya padahal sudah diserahkan kepada Allah q?” Berkata Al-Baghawi 5; ”Tidak boleh menjual bagian manapun dari hewan ‟aqiqah. Sebab hewan tersebut disembelih dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah q. Sama seperti hewan qurban.”
48
Al-Muhalla, 2/240. HR. Baihaqi Juz 9 : 19069. Hadits ini dinilai Munkar oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam As-Silsilah Adh-Dha‟ifah Juz 10 : 5292. 49
- 32 -
Tidak disyari‟atkan untuk melumuri anak yang baru dilahirkan dengan darah hewan ‟aqiqah, karena ini merupakan kebiasaan jahiliyah yang dilarang oleh Nabi a. Ini telah diganti dengan mencukur rambut kepala anak yang dilahirkan tersebut (lalu menyedekahkan perak seberat rambutnya) dan melumuri kepalanya dengan minyak za‟fan. Sebagaimana riwayat dari Abu Buraidah y, ia berkata;
ِ ُُا ِفي ْنج َ ِ اْ ِه ِح ِإ َط ُٔ ِن َض ْل َد ِض ََا ُغ ََل ٌمو َط َت َخ َشا ًج َّن َ َّن ِ ْ ِ ْ َّلل ت ِاْل ْؿ ََل ِو ُ َّنُا ُ َف َه َّنًا َج َاء َّن،َٔ َن َط َز َعأ َؿ ُّ ت َِضي َٓا .ٌَ َٔ ََ ْذ ِه ُق َع ْأ َؿ ُّ َٔ ََ ْه َط ُش ُّ ت َِؼ ْػ َفغ،ََ ْظ َت ُخ َشا ًج َ ”Dahulu pada masa jahiliyah, jika seorang dari kami kelahiran seorang anak laki-laki, maka disembelihlah seekor kambing dan dilumuri kepala anak tersebut dengan darah sembelihan itu. Ketika Islam datang, kami menyembelih seekor kambing, mencukur rambutnya dan melumuri kepalanya dengan minyak za‟faran.”50
50
HR. Abu Dawud : 2843. Hadits dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1172.
- 33 -
Daging ‟aqiqah boleh dibagikan dalam keadaan mentah atau telah dimasak. Namun lebih utama untuk memasak daging ‟aqiqah, tidak diberikan dalam keadaan mentah.
Diperbolehkan membagikan daging ‟aqiqah kerumah-rumah atau mengundang untuk makan bersama dirumah orang yang ber‟aqiqah.
Diperbolehkan memberikan daging ‟aqiqah kepada orang kafir, terutama jika mereka miskin, tetangga, atau masih memiliki hubungan kekerabatan. Selama orang kafir tersebut bukan merupakan kafir harbi (orang kafir yang memerangi kaum muslimin), karena pemberian ini merupakan sedekah.
- 34 -
MEMBERI NAMA Di dalam Islam nama memiliki arti penting terhadap sesuatu yang dinamai. Dan Rasulullah a juga mengaitkan sesuatu dengan namanya. Sebagaimana sabda beliau;
ِ َّلل َن َٓا َٔأَ ْؿ َهى َّلل َٔ َع ُؿ ْٕ َن ُّ غ َف ٌم َ ُػ َّص َّن ٌمح َػ َّصٕ َّن ُ اع َغ َف َغ َّن َ ِ َّلل ُ َؿان ًَ َٓا َّن “Ushayyah ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya, Ghifar semoga Allah mengampunkannya, dan Aslam semoga Allah memberikan keselamatan.”51 Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir 5;
َ ْن ُذ َـ ٍُ ِد ٍَ ََ َؼنُ ْٕ َ غ َت ََل ُء َيا ْؿى َْ ِظ ِِ ْْلَ ْع َض ْ ْ ُ ْ .ب َٔ َت ََل ٌمء َ انُ ْٕ َ ْغ َت ََل ُء َ َال َ ْغ ٌم Ketika Husain y sampai di Karbala, maka ia bertanya, “Apa nama kota ini?” Para sahabat menjawab, “Karbala.” Husain y pun berkata, “Karb wa Bala‟ (artinya musibah dan bencana).”52
51 52
HR. Muslim Juz 1 : 679. Al-Bidayah wan Nihayah, 8/170.
- 35 -
Maka pada tahun 61 H terjadi musibah berupa peperangan sengit yang terjadi di kota tersebut antara Yazid y dan Husain y, yang mengakibatkan terbunuhnya Husain y. Nama yang disandang oleh seseorang ternyata – dengan izin Allah q- memiliki pengaruh terhadap akhlak dan perilaku orang tersebut. Diriwayatkan dari Sa‟id bin Musayyab 5 dari bapaknya;
َ َ ََّلل َػ َه ْ ِّ َٔ َؿ َّنه َى َف َ َال يا ُ أ َّنٌ أ َت ُاِ َج َاء ِإ َنٗ َّننُث ِِّي َص َّنهٗ َّن د َؿ ْٓ ٌمم َ َال ََّل أَ َغ ِ غ ْؿ ًًا َ َْ َْؿ ًُ َ َ َال َد ْؼ ٌمٌ َ َال أ ُّ َؿ َّنً ِاَ ِّ أَتِي َ َال ْت ٍُ ْن ًُ َـ ُة َف ًَا َػ َن ِد ْن ُذ ُؼ ْٔ ََ َح ِف َُا ْ َّن ْ ْ .َت ْؼ ُض “Sesungguhnya bapaknya datang kepada Nabi a. Lalu beliau bersabda, “Siapakah namamu?” Bapaknya menjawab, “Hazn (hazn artinya keras). Nabi a bersabda, “(Namamu sekarang diganti) Sahl (sahl artinya mudah).” Hazn menjawab, “Aku tidak akan merubah nama yang diberikan bapakku kepadaku.” Said bin Musayyab 5 berkata, “Sesudah itu senantiasa ada kekerasan di tempat kami.”53
53
HR. Bukhari Juz 5 : 5836.
- 36 -
Demikian pula kejadian ketika perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah. Ketika perang tanding (satu lawan satu) kaum Quraisy menampilkan tiga orang, yaitu; Utbah bin Rabi‟ah (utbah artinya loyo), Syaibah bin Rabi‟ah (syaibah artinya lakilaki tua), dan Walid bin Utbah (walid artinya bayi). Dari kalangan kaun muslimin Rasulullah a menunjuk Hamzah bin Abdul Muththalib y (hamzah artinya singa), „Ali bin Abi Thalib y („ali artinya tinggi), dan „Ubaidah bin Harits y („ubaidah artinya ahli ibadah). Hamzah y berhadapan dengan Utbah (singa berhadapan dengan orang yang loyo), „Ali y berhadapan dengan Syaibah (yang tinggi berhadapan dengan laki-laki tua), dan „Ubaidah y berhadapan dengan Walid (ahli ibadah berhadapan dengan bayi). Maka Hamzah y berhasil menusuk Utbah, dan Utbah pun tewas. „Ali y juga berhasil melumpuhkan Syaibah. Namun terjadi duel yang cukup kuat antara „Ubaidah y dengan Walid. Keduanya bergantian saling memukul dan menghindar, hingga suatu kesempatan berpihak kepada Walid, dan Ubaidah y sedang terluka, maka Hamzah dan „Ali p, menyerang Walid hingga Walid berhasil dibunuh. Pada kisah di atas dapat dilihat bahwa nama-nama kaum muslimin jauh lebih baik daripada nama-nama orang kafir Quraisy. Sehingga Allah q memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.
- 37 -
Nama juga akan tetap digunakan ketika seorang telah memasuki alam Barzah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Al-Barra‟ bin „Azib y, tentang perjalanan ruh setelah kematian. Disebutkan dalam hadits yang panjang tersebut bahwa Rasulullah a menceritakan tentang ruh orang yang beriman, beliau bersabda;
ٍ َ َف ّصؼ ُضٔ ٌَ تِٓا َف ََل يًغٔ ٌَ يؼ ُِي تِٓا ػ َهٗ ي... ٍَ َل ِي َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ُّذ ٌَ ْٕ ُِة َف ُ ْٕن نًَل ِئك ِح إَِّل انٕ يا ْظ نغٔح نط َ ُ ّ ْ َ َ َ َّن َ ُ ْ َ َ َ ُّذ ْ ُ َّن ُّ ََ ْٕ ًُف ََل ٌمٌ ْت ٍِ ُف ََل ٌٍ ِتأَ ْد َـ ٍِ أَ ْؿ ًَ ِائ ِّ نَّن ِري َ ا َُ ْٕ ُي َـ ُّذ ْ ِ ... نض َْ ا نـ ًَاء ت َِٓا ِفي ُّذ نض َْ َ ا َد َّنرٗ َي ُْ َر َٓ ْٕ ت َِٓا ِإ َنٗ َّن َ ُّذ “... Maka para malaikat naik (dengan membawa ruh ke langit), dan tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat, kecuali mereka berkata, “Ruh siapakah yang sangat baik ini?” Mereka menjawab, “Fulan bin Fulan” (mereka menyebutnya) dengan nama terbaik yang dimilikinya di dunia, hingga mereka sampai ke langit dunia...”
- 38 -
Adapun tentang ruh orang kafir, maka beliau bersabda;
ٍ َ َف ّصؼ ُضٔ ٌَ تِٓا َف ََل يًغٔ ٌَ تِٓا ػ َهٗ ي... ٍَ َل ِي َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ُّذ ٌَ ْٕ ُث َف ُ ْٕن نًَل ِئك ِح إَِّل انٕ يا ْظ نغٔح نش ِث َ ُ ْ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َّن َ ُ ْ َ َ َ ُّذ اٌ ُي َـ َّنًٗ ت َِٓا ِفي َ َ َف ََل ٌمٌ ْت ٍِ ُف ََل ٌٍ ِتأَ ْ َث ِخ أَ ْؿ ًَ ِائ ِّ نَّن ِر ْي ِ ًنض َْ ا درٗ يُرِٓ ي ت ِِّ ِإ َنٗ نـ ... نض َْ ا اء ُّذ َ َّن َ َ َ ْ َ ُّذ َ َ َّن “... Maka para malaikat naik (dengan membawa ruh ke langit), dan tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat, kecuali mereka berkata, “Ruh siapakah yang sangat buruk ini?” Mereka menjawab, “Fulan bin Fulan” (mereka menyebutnya) dengan nama terburuk yang dimilikinya di dunia, hingga mereka sampai ke langit dunia...”54 Bahkan pada Hari Kiamat seorang juga akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya, oleh karena itu hendaknya seorang memilihkan nama yang baik untuk dirinya dan anak-anaknya.
54
HR. Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 1676.
- 39 -
Yang Berhak Memberi Nama Tidak ada perselisihan dikalangan ulama‟ bahwa yang paling berhak memberi nama kepada seorang anak adalah bapak dari anak tersebut. Sebagaimana Allah q memerintahkan agar memanggil anak dengan menisbahkan kepada bapaknya. Ini merupakan isyarat bahwa hak memberi nama adalah hak bapak. Allah q berfirman;
ِ ط ِػُض َّن َّلل َ ْ ُ ُ ْص ُػ ْٕ ُْ ْى ِ َت ِائِٓ ْى ُْ َٕ أَ ْ َـ
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (menggunakan) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil disisi Allah.”55 Dan Rasulullah a sendiri (sebagai bapak) yang memberi nama untuk anak-anaknya. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ِاؿ ِى أَتِي إ ِْتغ ِْ ى ُٔ ِن َض ِني ن َّنه َه َح ُغ ََل ٌمو َف َـ ًَ ُر ُّ ت ْ َْ َ ْ ْ ْ َ
“Semalam anakku lahir, maka aku memberi nama dengan nama bapakku; Ibrahim.”56
Oleh karena itu jika terjadi perselisihan antara suami dan isteri tentang nama bagi anak mereka, maka yang lebih berhak memberi nama untuk anak tersebut adalah suami (bapak dari anak tersebut). 55 56
QS. Al-Ahzab : 5. HR. Muslim Juz 4 : 2315.
- 40 -
Waktu Pemberian Nama Disunnahkan memberi nama anak pada salah satu di antara dua waktu berikut, yaitu : Pada Hari Pertama Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ِاؿ ِى أَتِي إ ِْتغ ِْ ى ُٔ ِن َض ِني ن َّنه َه َح ُغ ََل ٌمو َف َـ ًَ ُر ُّ ت ْ َْ َ ْ ْ ْ َ “Semalam anakku lahir, maka aku memberi nama dengan nama bapakku; Ibrahim.”57 Dan hari kelahiran dihitung sebagai hari pertama. Ini adalah pendapat madzhab Syafi‟i dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al‟Utsaimin 5. Pada Hari Ketujuh Sebagaimana diriwayatkan dari Samurah y, bahwa Rasulullah a bersabda;
ِِ ِ ًٗنـا ِت ِغ َٔ ُي َـ َّن َ ْن ُغ ََل ُو َي ْغ َذ َٓ ٌمٍ ت َِؼ ْ َ رّ ُي ْظ َت ُخ َػ ُْ ُّ َي ْٕ َو َّن .ُّ َٔ ُي ْذ َه ُق َع ْأ َؿ 57
HR. Muslim Juz 4 : 2315.
- 41 -
“Seorang anak tergadaikan dengan „aqiqahnya; disembelih („aqiqahnya) pada hari ketujuh (dari kelahirannya), diberi nama, dan dicukur (rambut) kepalanya.”58 Namun jika seorang memberi nama bagi anaknya pada selain kedua waktu tersebut, maka hal itu diperbolehkan. Berkata Ibnul Qayyim 5; “Memberi nama (anak) pada hari pertama (ia) dilahirkan, boleh juga ditunda sampai hari ketiga, atau sampai pelaksanaan hari „aqiqah (hari ketujuh). Boleh sebelum atau sesudah hari tersebut, tergantung kebutuhan.”59
Hukum Sebuah Nama Nama yang disandang oleh seseorang akan masuk pada salah satu di antara empat hukum berikut; termasuk nama yang diperbolehkan, disunnahkan, dimakruhkan, atau yang diharamkan. Berikut ini adalah perinciannya. A. Nama yang Diperbolehkan Nama yang diperbolehkan adalah nama-nama yang tidak masuk pada ketegori; nama-nama yang disunnahkan, dimakruhkan, dan diharamkan. Dan hukum asal nama apapun adalah mubah (boleh), selama tidak termasuk nama yang dimakruhkan atau yang diharamkan.
58
HR. Tirmidzi Juz 4 : 1522, lafazh ini miliknya, Abu Dawud : 2837, dan Ibnu Majah : 3165. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4184. 59 Tuhfatul Maudud, 88.
- 42 -
B. Nama yang Disunnahkan Nama yang disunnahkan untuk digunakan bagi seseorang, antara lain: 1. Nama „Abdullah atau „Abdurrahman Nama „Abdullah dan „Abdurahman adalah nama yang paling dicintai oleh Allah q. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Wahab Al-Jasymi y, Rasulullah a bersabda;
ِ ًْلؿ ِ َّلل ػثض ِ ٗاء ِإن َ ْ أَ َد ُّذة ٍِ ًَ َّلل َٔ َػث ُض نغ ْد ْ َ َ َّن َ ْ ُ َّن ْ َّن “Nama yang paling dicintai Allah adalah „Abdullah dan „Abdurrahman.”60 Terdapat sekitar tiga ratus orang sahabat yang menggunakan nama „Abdullah. Dan nama „Abdullah juga diberikan kepada bayi pertama kaum Muhajirin yang lahir di Madinah setelah hijrah dari Makkah, yaitu „Abdullah bin Zubair p. 2. Nama penghambaan kepada Allah q dengan Asma‟ul Husna Misalnya; Abdul „Aziz : Hamba Dzat Yang Maha Mulia Abdul A‟la : Hamba Dzat Yang Maha Tinggi Abdul Ghafur : Hamba Dzat Yang Maha Pengampun Abdul Hakim : Hamba Dzat Yang Maha Bijaksana 60
HR. Abu Dawud : 4950. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 161.
- 43 -
Abdul Halim : Hamba Dzat Yang Maha Penyabar Abdul Malik : Hamba Dzat Yang Maha Menguasai Abdul Wahhab : Hamba Dzat Yang Maha Pemberi Abdurrauf : Hamba Dzat Yang Maha Belas Kasih Abdussalam : Hamba Dzat Yang Maha Sejahtera Dan yang semisalnya. 3. Nama Nabi dan Rasul Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Wahab AlJasymi y, Rasulullah a bersabda;
ِ ْل َْ ِث ِ ًذـًٕ ِتأَؿ َ اء اء َ ْ َ ْ ْ َ َ ُّذ “Berilah nama dengan nama para Nabi.”61 Nama para Nabi dan Rasul antara lain : 1. Adam 14. Harun 2. Idris 15. Dawud 3. Nuh 16. Sulaiman 4. Hud 17. Ayyub 5. Shalih 18. Ilyas 6. Luth 19. Ilyasa‟ 7. Ibrahim 20. Yunus 8. Ismail 21. Zakaria 9. Ishaq 22. Yahya 10. Ya‟qub 23. Dzul Kiffli 11. Yusuf 24. Isa 12. Syua‟ib 25. Muhammad 13. Musa 61
HR. Abu Dawud : 4950. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihut Targhib wat Tarhib Juz 2 : 1977.
- 44 -
4. Nama orang yang shalih Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu‟bah y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ِ َ .نّص ِان ِذ ٍَ َ ث َه ُٓى إ َّنَِ ُٓ ْى َ ا َُ ْٕ ُي َـ ُّذً ْٕ ٌَ ِتأ َْ ِث َ ائِٓ ْى َٔ َّن ْ ْ ْ
“Sesungguhnya mereka biasa memberi nama (anak-anak mereka) dengan nama-nama para nabi mereka dan orang-orang yang shalih sebelum mereka.”62 Yang termasuk golongan orang-orang shalih adalah; para sahabat, tabi‟in, atba‟ut tabi‟in, dan para ulama‟. Misalnya; Umar, Utsman, „Ali, „Abbas, Jabir, Muawiyah, Anas, Salman, „Aisyah, Hafshah, Sufyan, Fudhail, dan lain sebagianya. 5. Nama sifat yang terpuji Nama sifat yang terpuji yang disunnahkan adalah harus memenuhi dua syarat, yaitu; berasal dari bahasa arab dan maknanya baik, jika ditinjau dari segi syari‟at dan bahasa. Berkata Syaikh Bakar Abu Zaid 2; “Bahwa nama bayi menumbuhkan sifat yang terpuji selama kedua syarat ini terpenuhi; berasal dari bahasa arab, dan konteks serta maknanya baik, jika ditinjau dari segi bahasa dan syari‟at.”63 Misalnya; „Irfan : Kebaikan Hanif : Yang lurus Hafizhah : Wanita yang memelihara diri Dan sebagainya. 62 63
HR. Muslim Juz 3 : 2135. Asy-Syarhul Mumti‟, 7/542.
- 45 -
C. Nama yang dimakruhkan Nama-nama yang dimakruhkan untuk digunakan bagi seseorang, antara lain: 1. Nama yang dilarang di dalam hadits dan yang semisal dengannya Di antara nama-nama yang dilarang melalui hadits Rasulullah a adalah : Aflah : Yang menang Rabah : Yang beruntung Yasar : Kiri Nafi : Yang bermanfaat Najih : Yang sukses Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub y, ia berkata;
ِ ََٓا ََا عؿٕ َل َّن َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى أَ ٌْ َُ َـ ًِّي َّٗلل َص َّنه َّن ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ ٍ ًع ِ َ ُا ِتأَعتؼ ِح أَؿ . اء أَ ْف َه َخ َٔ َع َتا ٍح َٔ َي َـ ٍاع َٔ ََ ِاف ٍغ َ ْ ََْ َ ْ َ “Rasulullah a melarang kami memberi nama kepada hamba sahaya kami dengan empat nama; Aflah, Rabah, Yasar, dan Nafi‟.”64 Hikmah tidak diperbolehkannya menggunakan nama-nama tersebut adalah agar tidak menimbulkan pesimisme. Hal ini sebagainana diriwayatkan dari
64
HR. Muslim Juz 3 : 2136.
- 46 -
Samurah bin Jundub y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
ِ ادا َٔ ََّل ََ ِج ًذا َٔ ََّل ً اع َٔ ََّل َع َت ً ََّل ُذ َـ ًّ َ َّنٍ ُغ ََل َي َ َي َـ ْ أَ ْف َه َخ َف ِئ َّنَ َ َذ ُ ْٕ ُل أَ َثى ُْ َٕ َف ََل َي ُك ْٕ ٌُ َف ُ ْٕ ُل ََّل َ َّن “Janganlah engkau namakan anakmu dengan Yasar, Rabah, Najih, dan Aflah. Karena sesungguhnya jika engkau bertanya, “Apakah disana ada dia?” Padahal ia tidak ada disana, maka orang akan menjawab, “Tidak ada.”65 Nama-nama yang semisal dengan nama-nama yang dilarang pada hadits di atas, adalah : Mubarak : Penuh barakah Muflih : Selalu menang Khair : Selalu baik Surur : Selalu bahagia Ni‟mah : Kenikmatan Berkata Ibnul Qayyim 5; “Nama-nama berikut juga termasuk kategori nama-nama di atas; Mubarak, Muflih, Khair, Surur, Ni‟mah, dan semisalnya. Karena muatan makna yang tidak disukai oleh Rasulullah a dalam keempat nama di atas (Aflah, Rabah, Yasar, dan Nafi‟) terdapat pula dalam nama-nama tersebut. Karena dapat pula ditanyakan, “Apakah Khair (kebaikan) ada padamu?” “Apakah Surur (kebahagian) 65
HR. Muslim Juz 3 : 2137.
- 47 -
ada padamu?” “Apakah Ni‟mah (kenikmatan) ada padamu?” Seorang mungkin menjawab, “Tidak.” Maka hati orang pun akan merasa tidak berkenan dengan hal tersebut dan dapat menyimpan pesimisme. Sehingga menjadi bentuk ucapan yang tidak baik.”66 2. Nama yang memiliki makna yang buruk Seperti; Harb : Perang Murrah : Pahit) Zhalim : Yang zhalim Dan yang semisalnya. 3. Nama hewan yang dikenal dengan sifat jelek Seperti; Kalb : Anjing Himar : Keledai Hayyah : Ular Dan semisalnya. 4. Nama orang-orang yang sombong Seperti; Fir‟aun, Qarun, Haman. sebagainya.
Dan
lain
5. Nama malaikat Seperti; Jibril, Mikail, Israfil, dan selainnya. Berkata Asyhab 5; “Imam Malik 5 pernah ditanya tentang seorang yang memberi nama anaknya dengan Jibril. Beliau tidak menyukainya dan tidak tertarik sama sekali.”67 66 67
Tuhfatul Maudud. Tuhfatul Maudud.
- 48 -
Kecuali nama Malik, karena nama ini bersekutu antara nama manusia dengan nama malaikat. Dan banyak sahabat Rasulullah a yang namanya Malik. 6. Nama surat dalam Al-Qur‟an Misalnya; Furqan, Hamim, Thaha, Yasin, dan semisalnya. 7. Nama yang dikaitkan dengan agama Misalnya; Dhiyauddin, Izzuddin, Muhyiddin, Nashiruddin, Nuruddin, Qamaruddin, Syamsuddin, Nurul Islam, Saiful Islam, dan semisalnya. 8. Nama-nama yang merangsang syahwat Seperti; Nuhad : Wanita yang montok payudaranya. Ghadat : Wanita yang halus, lunak, gemulai. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5;
ِ ََ ٔ ٍِ نضي ِ َف ََل يجٕ ُػ نرـ ًِ ُح تِـ ِػ ُّذؼ اصغ نض ْي ٍِ َٔ ُي ْذ ِي ّ َّن َ ْ َ ْ َ ُ ْ َّن ُ ِ ٔ ََذِٕ ٔ َ َظ ِن َ ِي ّْث ُم ِٔص ٌم. . . ٍِ نضي ِ او َ َُ ْ َ ال َٔؿ َٓ ٌم َ ّْ . َ َٔ ََ ْذ َٕ َط ِن. . . . اص ٌمج َٔ ِف ْر َُ ٌمح َ اص َٔ َغ َٔ َُ َٓ ٌم
“Maka tidak diperbolehkan memberi nama dengan; Izzuddin, Muhyiddin, Nashiruddin, dan semisalnya. Dan termasuk juga di dalamnya seperti; Wishal, Siham, Nuhad, Ghadat, Fitnah, dan semisalnya.”68 68
As-Silsilah Ash-Shahihah, 1/216.
- 49 -
9. Nama asing dari orang kafir, yang nama tersebut khusus untuk mereka Karena di antara bentuk bara‟ (berlepas diri) terhadap orang kafir adalah dengan tidak memberi nama dengan nama-nama orang kafir. Hal ini berdasarkan keumuman hadits dari Ibnu „Umar p ia berkata, Rasulullah a bersabda;
.َي ٍْ َذ َشث َّ ِت َ ْٕ ٍو َف ُٓ َٕ ِي ُْ ُٓى ْ َّن “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”69 Di antara nama orang kafir, antara lain; Cruz, Diego, Franciscus, George, Tom, Victor, Xaverius, Margaretha, Suzan, dan semisalnya. 10. Nama yang tersusun (Ganda) Misalnya; Muhammad Ahmad, Muhamad Sa‟id, Muhammad Haris, dan semisalnya.
69
HR. Ahmad dan Abu Dawud : 4031. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 1269.
- 50 -
D. Nama yang Diharamkan Seorang tidak diperbolehkan menggunakan namanama yang diharamkan, nama-nama tersebut antara lain : 1. Nama yang mengandung penghambaan kepada selain Allah q Para ulama‟ telah bersepakat atas diharamkannya nama-nama yang mengandung penghambaan kepada selain Allah q. Misalnya; Abdul Ka‟bah : Hamba Ka‟bah „Abdul Uzza : Hamba Uzza Abdun Nabi : Hamba Nabi Abdurrasul : Hamba Rasul Addussyamsi : Hamba Matahari Dan sebagainya. 2. Nama yang khusus untuk Allah q Seperti; Al-Khaliq, Ar-Rahman, Ar-Rahim, dan semisalnya. Diperbolehkan menggunakan nama-nama tersebut dengan ditambah dengan kata „Abdul. Misalnya; „Abdul Bari, Abdul Khaliq, Abdurrahman, Abdurrahim, dan semisalnya. 3. Nama berhala atau sesuatu yang disembah selain Allah q Misalnya; Lata, Uzza, Isaf, Nailah, Hubal, Brahma, Siwa, Wisnu, dan sebagainya. 4. Nama setan Seperti; Khinzab, Walhan, Al-A‟war, Al-Ajda‟, dan semisalnya.
- 51 -
5. Nama rajanya para raja dan yang semisal dengannya Karena rajanya para raja adalah Allah q. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y, dari Nabi a, beliau bersabda;
ِ إ َّنٌِ أَ ْسُغ ؿ ٍى ِػُض َّن َ ْ ُ َّلل َع َج ٌمم ُذ َـًٗ َي ِه ََّل، ِ ْل ْي ََل َْ ْ ََ َّن ِ .َّلل َػ َّنؼ َٔ َج َّنم ُ َيان َ إ َّنَِّل َّن “Sesungguhnya serendah-rendah nama disisi Allah adalah seorang yang bernama raja diraja, (padahal) tidak ada raja (diraja) kecuali Allah r.”70 Adapun nama yang semisal dengan rajanya para raja adalah : Syahansah Sulthanus Salathin Hakamul Hukkam Qadhil Qudhat Dan yang lainnya.
: Raja Diraja : Raja Diraja : Hakim dari seluruh hakim : Hakim segala hakim
Termasuk yang diharamkan pula adalah nama khusus untuk Rasulullah a, seperti; Sayyidun Nas : Pemimpin manusia Sayyid Walad Adam : Pemimpin anak cucu Adam Dan yang lainnya. 70
HR. Bukhari Juz 5 : 5852 dan Muslim Juz 3 : 2143, lafazh ini miliknya.
- 52 -
Berkata Ibnul Qayyim 5; “Demikian pula haramnya menggunakan nama Sayyidun Nas (pemimpin manusia), Sayyidul Kul, begitu pula haramnya menggunakan nama dengan Sayyid Walad Adam (pemimpin anak cucu Adam), karena nama ini khusus untuk Rasulullah q. Beliau adalah Sayyid Walad Adam, sehingga tidak diperbolehkan seorang pun memberi nama kepada orang lain dengan nama ini.”71
Mengganti Nama Mengganti nama yang jelek dengan yang baik disyari‟atkan di dalam Islam. Sebagaimana diriwayatkan dari „Aisyah i, ia berkata;
ِ ْ اٌ ي َغ ِغ َّل ْؿى َّلل َػ َه ِّ َٔ َؿ َّنهى ٗأٌَ نُثِي صه َ َ ُ َ َ ْ ُ َّن َّن َّن َ َّن َّن ُّ ْن َ ِث َخ ْ
“Sesungguhnya Nabi a mengubah nama-nama yang jelek (menjadi nama yang baik).” 72 Dan Nabi a pernah mengganti : „Ashiyah (Maksiyat) dengan Jamilah (indah) Ashram (tandus) dengan Zur‟ah (subur) Harb (perang) dengan Aslam (damai) Tanah Qafrah (tandus)dengan Khudrah (hijau) Yatsrib (celaan) dengan Thabah (suci) Dan yang lainnya. 71
Tuhfatul Maudud. HR. Tirmidzi Juz 5 : 2839. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami‟ : 4994. 72
- 53 -
Sehingga untuk nama yang termasuk pada kategori nama-nama yang dimakruhkan, maka dianjurkan untuk diganti. Adapun untuk nama yang termasuk pada kategori nama-nama yang diharamkan, maka wajib untuk diganti dengan yang lebih baik.
Kunyah Kunyah adalah setiap nama yang dimulai dengan Abu atau Ummu. Misalnya Abu „Abdillah, Abu Hafizhah, Ummu Aufa, dan semisalnya. Kunyah merupakan Sunnah Nabi a dan kunyah juga merupakan kemuliaan bagi orang yang dikunyahkan. Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan kunyah, antara lain : 1. Diperbolehkan seorang berkunyah meskipun ia belum menikah. Seperti Abu Hurairah y yang nama aslinya adalah „Abdurrahman bin Shakhr, beliau berkunyah dengan Abu Hurairah padahal beliau belum menikah. 2. Diperbolehkan bagi seorang yang telah menikah tetapi belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak untuk berkunyah. Seperti „Aisyah i beliau berkunyah dengan Ummu „Abdillah, padahal beliau tidak mempunyai anak. 3. Diperbolehkan berkunyah dengan anak laki-laki maupun anak perempuan. 4. Dipebolehkan berkunyah dengan selain nama anak tertua.
- 54 -
5. Diperbolehkan seorang berkunyah dengan selain nama anaknya. Seperti Abu Bakar y, padahal beliau tidak memiliki anak yang bernama Bakar. „Umar y yang berkunyah dengan Abu Hafs, padahal beliau tidak mempunyai anak yang bernama Hafs. Dan Abu Dzar y, padahal beliau tidak memiliki anak yang bernama Dzar. 6. Diperbolehkan memberi kunyah kepada seseorang dengan sesuatu yang ada pada orang tersebut. Seperti „Ali bin Abi Thalib y dikunyahkan oleh Rasulullah a dengan Abu Turab (bapak tanah). 7. Diperbolehkan memberi kunyah kepada anak yang masih kecil. Sebagaimana Rasulullah a memberi kunyah Abu „Umair kepada saudara Anas bin Malik y yang masih kecil. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik y, ia berkata;
ِ ُاٌ نُثِي ص َّنهٗ َّنَّلل ػ َه ِّ ٔؿ َّنهى أَدـٍ ن اؽ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّن َ َ َ َّن ُّذ ُّ ال َن ُّ أَ ُت ْٕ ُػ ًَ غٍ َ َال أَ ْد ِـث ٔ س ُه ا ُ َ اٌ ِني أَ ٌمر ُي ُ ْ ْ َ َ َ ً ُ اٌ ِإ َط َج َاء َ َال َيا أَ َتا ُػ ًَ غٍ َيا َف َؼ َم ُّذنُ َغ غ َ َ َٔ َف ِط ْ ًى ْ ُْ ِِّ اٌ َي ْه َؼ ُة ت َ َ َُ َ ْ ٌمع
- 55 -
“Nabi a adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan aku mempunyai saudara laki-laki yang dipanggil (dengan kunyah) Abu Umair –dan ia sudah disapih, masih kecil.– Apabila beliau datang ke rumah(ku), beliau berkata, “Wahai Abu „Umair, apa yang telah diperbuat oleh Nughair?” Nughair (adalah seekor burung kecil) yang dipakai bermain oleh Abu ‟Umair.”73 8. Diperbolehkan seorang mempunyai kunyah lebih dari satu kunyah. Seperti „Ali bin Abu Thalib y selain ia berkunyah dengan Abu Turab, ia juga berkunyah dengan Abu Hasan, mengambil nama anaknya yang pertama yaitu Hasan y. 9. Tidak diperbolehkan berkunyah dengan kunyah Nabi a, yaitu Abul Qasim. Diriwayatkan dari Jabir bin „Abdillah p, ia berkata;
ِ ِ ُ ؿًٕ تِاؿ ًِي َّٔلَ َذ َك ُّذُٕ ت د ُ ِك ُْ َ ر ْي َف ِئ َّنَ ًَا ُتؼ ّْث َ ْ ْ ْ َ ُّذ ْ ِ َ .اؿ ًًا أَ ْ ِـى َت َُ ُكى ْ ْ ُ “Namakanlah (anakmu) dengan namaku dan janganlah berkunyah dengan kunyahku, karena aku diutus pembagi (Qasim) yang aku akan membagi di antara kalian.”74 73
HR. Bukhari Juz 5 : 5850, lafazh ini miliknya, Tirmidzi Juz 2 : 333, Abu Dawud : 4969, dan Ibnu Majah : 3720. 74 HR. Bukhari Juz 3 : 2947 dan Muslim Juz 3 : 2133, lafazh ini miliknya.
- 56 -
10. Hendaknya seorang muslim ia tidak menghilangkan namanya karena ia berkunyah, kecuali jika ia telah masyhur dengan kunyahnya sehingga namanya hampir-hampir tidak dikenal. Seperti Abu Hurairah atau Abu Bakar p. 11. Karena kunyah merupakan kemuliaan bagi orang yang dikunyahkan, maka tidak ada kunyah untuk orang kafir, kecuali mereka yang tidak dikenal kecuali dengan kunyahnya. Akhirnya kita memohon kepada Allah q agar dikaruniai pasangan dan keturunan yang menyejukkan pandangan mata kita;
َع َّنت َُا َْ ْة َن َُا ِي ٍْ أَ ْػ َٔ ِج َُا َٔ ُط ِّع َّني ِاذ َُا ُغ َج أَ ْػ ٍٍ َٔ ْج َؼ ْه َُا ُ َّن .ِن ْه ًُ َّنر ِ ٍَ إ َِي ًايا ْ “Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami, isteriisteri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.”75 Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabatnya. *****
75
QS. Al-Furqan : 74.
- 57 -
MARAJI’
1. Al-Qur-anul Karim. 2. Ahkamul Maulud fis Sunnatil Muthahharah, Salim bin Rasyid Asy-Syubli, Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar-Rabah. 3. Al-Bidayah wan Nihayah, Abul Fida‟ Ismail bin Amr bin Katsir. 4. Al-Jami’ush Shahih, Muhammad bin Ismai‟l AlBukhari. 5. Al-Jami’ush Shahih Sunanut Tirmidzi, Muhammad bin Isa At-Tirmidzi. 6. Al-Mufashshal fi Ahkamil ‘Aqiqah, Hasamuddin bin Musa „Afanah. 7. Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz, ‟Abdul ‟Azhim bin Badawi Al-Khalafi. 8. Ar-Rahiqul
Makhtum,
Shafiyurrahman
Al-
Mubarakfuri. 9. As-Silsilah Adh-Dha’ifah, Muhammad Nashiruddin Al-Albani. - 58 -
10. As-Silsilah Ash-Shahihah, Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 11. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibnu Hajar Al-„Asqalani. 12. Fiqhu
Tarbiyatil
Abna’
wa
Thaifatun
min
Nashaihil Athibba’, Musthafa Al-Adawi. 13. Fiqhus Sunnah lin Nisaa’i wa ma Yajibu an Ta’rifahu Kullu Muslimatin mi Ahkam, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. 14. Ikhtar Isma Mauludika min Asma’ish Shahabatil Kiram, Muhammad Abdurrahim. 15. Irwa’ul Ghalil fi Takhriji Ahadits Manaris Sabil, Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 16. Majmu’ah
Fatawa
Madinatul
Munawwarah,
Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 17. Mukhtashar Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, Abu Shuhaib Al-Karimi. 18. Mukhtasharul
Fiqhil
Islami,
Muhammad
bin
Ibrahim bin „Abdullah At-Tuwaijiri. 19. Musnad Ahmad, Ahmad bin Muhammad bin Hambal Asy-Syaibani.
- 59 -
20. Muwaththa’ Malik, Malik bin Anas bin Malik. 21. Shahih Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib Al-A’immah, Abu Malik Kamal bin AsSayyid Salim. 22. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi. 23. Shahihul
Jami’ish
Shaghir,
Muhammad
Nashiruddin Al-Albani. 24. Shahihut
Targhib
wat
Tarhib,
Muhammad
Nashiruddin Al-Albani. 25. Sunan Abi Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin AlAsy‟ats bin Amru Al-Azdi As-Sijistani. 26. Sunan Ibni Majah, Muhammad bin Yazid bin „Abdillah Ibnu Majah Al-Qazwini. 27. Sunan Nasa’i, Ahmad bin Syu‟aib An-Nasa‟i. 28. Sunanul Baihaqil Kubra, Ahmad bin Husain bin „Ali bin Musa Al-Baihaqi. 29. Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, Syamsuddin Abu „Abdillah Muhammad bin Abi Bakar AdDimasyqi Al-Qayyim Al-Jauziyah. 30. Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk yang Dinanti, ‟Abdul Hakim bin Amir Abdat.
- 60 -