BBM, BLT Dan Efek Elektoralnya Lingkaran Survei Indonesia Maret
2012 1
Pengantar
BBM, BLT Dan Efek Elektoralnya
•
Kebijakan publik soal BBM dan BLT sangat terkait dengan politik pencitraan. Apalagi jika kebijakan itu diambil menjelang pemilu 2014. Naik dan turunnya harga BBM serta BLT (atau sejenisnya) yg berupa bantuan uang cash kepada rakyat miskin langsung berhubungan dengan dukungan atau penolakan mayoritas pemilih terhadap tokoh atau partai tertentu.
•
Jika harga BBM dinaikkan, tanpa program BLT (Bantuan Langsung Tunai) atau sejenisnya, ini akan menjadi musibah politik bagi Partai Demokrat dan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Dukungan atas partai Demokrat dan SBY segera anjlok ke posisi terendah sejak tahun 2009. Sulit membayangkan SBY atau Partai Demokrat menaikkan harga BBM tanpa disertai paket BLTnya.
•
Sebaliknya, jika setelah harga BBM naik, diikuti oleh program BLT (Bantuan Langsung Tunai) atau sejenisnya, apalagi jika kemudian harga BBM sempat turun lagi sebelum 2014, ini akan menjadi berkah politik bagi Partai Demokrat dan SBY. Dukungan atas Partai Demokrat dan SBY akan berkibar lagi, menjulang seperti dalam pemilu 2009. Sulit juga saat ini kita membayangkan partai lain rela jika hanya Demokrat dan SBY yang memperoleh berkah dari efek program BLT itu.
•
Cukup seru “political game” dan efek elektoral (efek terhadap dukungan atas partai atau tokoh) dibalik program BBM dan BLT. Dalam keseluruhan program pemerintah, tak ada program lain yang memberikan efek elektoral sedahsyat naik turunnya harga BBM dan BLT. Ini juga warning bagi partai lain. Blunder atau salah langkah bersikap dalam soal BBM dan BLT segera mendapatkan hukuman atau reward dari mayoritas pemilih dalam pemilu 2014 nanti. 2
•
Demikian analisis hasil temuan terakhir survei Lingkaran Survei Indonesia. Survei dilakukan dengan metode yang sama: responden dipilih secara random dari seluruh Indonesia. Survei dilakukan tanggal 5-8 maret 2011. Namun kali ini LSI menggunakan inovasi melalui “quick poll.” Sebanyak 440 responden di Indonesia dipilih secara random. Mereka dibekali sebuah “Handset LSI.” Yaitu handset yang sudah diprogram untuk menjawab survei tertulis. Akibat inovasi ini, survei tetap akurat, namun dapat dilakukan secara cepat. Sesuai dengan slogan “quick poll” LSI: peristiwa hari ini, surveinya dapat diketahui hari ini juga. Margin of error plus minus 4.8 persen.
•
Quick Poll LSI ini berbeda dengan survei handphone atau survei telefon biasa. Dalam survei handphone dan telefon, responden seluruh Indonesia tidak dipilih secara random. Responden dipilih dari pemilik telefon atau handphone saja. Itu bias dan tak bisa mewakili populasi Indonesia yang tak semuanya memiliki handphone atau telefon.
•
Sementara dalam quick poll LSI, responden dipilih secara random, baik yang memiliki handphone/telephone ataupun tidak. Setelah responden terpilih, ia diberikan “handset LSI,” sejenis handphone yang sudah diprogram khusus. Prinsip pemilihan acak atau random atas semua populasi responden terpenuhi dalam quick poll LSI. Untuk detail soal quick poll LSI dapat dilihat di WWW.Suarapublik.co.id (mengenai penjelasan quick poll, di atas kanan)
•
Dalam presentasi ini, hasil quick poll LSi dilengkapi dengan hasi survey LSI di masa 2005 dan 2008 soal kenaikan harga BBM. Hasil quick poll juga diperkaya oleh riset kualitatif (FGD, media analisis, deptinterview). • -o0o3
•
Sebanyak 86.60 persen publik tidak setuju dengan naiknya harga BBM. Yang setuju hanya 11.26%. Sisanya 2.14 persen tidak menjawab/tidak tahu. Dalam sejarah kebijakan publik, tak ada kebijakan publik lain yang mendapatkan perlawanan masyarakat sebesar naiknya harga BBM.
•
Sudah tiga kali Lingkaran Survei Indonesia membuat survei BBM di saat menjelang kenaikan BBM, di tahun 2005, 2008 dan saat ini. Di tiga survei ini, penolakan/ketidak setujuan atas kenaikan harga BBM relativ tinggi dan stabil. Di tahun 2005, 82.3% publik tidak setuju. Di tahun 2008, 75.1%. Penolakan itu selalu di atas 75%.
•
Yang paling ditolak adalah kenaikan harga bensin premium ketimbang pertamax atau pertamax plus atau solar. Ini lumrah karena berdasarkan survei LSI, 71.1% publik menggunakan premium. Sementara yang menggunakan pertamax hanya 15.8%, solar (7.9%), pertamax plus (atau super extra) hanya 2%.
•
Jika dilihat dari segmen yang menatang kenaikan harga BBM, itu merata di semua segmen. Baik laki atau perempuan, dari desa atau kota, orang kaya atau orang miskin, pendidikan tinggi atau pendidikan rendah, pemilih partai pemerintah ataupun partai oposisi, semuanya mayoritas menantang kenaikan harga BBM. Angka prosentase menentang kenaikan harga BBM di berbagai segmen ini beragam antara angka 67% sampai 95%.
•
Jika harga BBM naik, 54.27% mereka menyalahkan Partai Demokrat. sebanyak 34.16% responden yang menjawab tidak tahu atau tak menjawab. Hanya 11.67% responden menyalahkan partai lain. Demokrat menjadi tumpuan kemarahan publik atas kenaikan harga BBM. 4
•
Jika harga BBM naik, 34.06% menyalahkan SBY. Sebanyak 30.79% responden menyalahkan DPR. Sedangkan 17.7% menyalahkan Menteri ESDM. Di luar partai, SBY yang menjadi aktor yang paling disalahkan dalam kenaikan harga BBM.
•
Sebaliknya, program BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan sejenisnya, justru menjadi berkah bagi Partai Demokrat dan SBY. Sebanyak 69.64% publik setuju dengan program BLT. Hanya 28.69% yang tak setuju. Dan 1.67 persen tak menjawab/tak tahu.
•
Yang setuju dengan program BLT juga lintas segmen. Mulai dari warga desa atau kota, lelaki atau perempuan, pendidikan tinggi atau pendidikan rendah, kaya atau miskin, pemilih partai oposisi ataupun partai pemerintah, lebih banyak yang setuju dengan program BLT dibandingkan yang tidak setuju. Prosentase yang setuju program BLT dalam aneka segmen masyarakat itu, berkisar antara 40% sampai 85%.
•
Jika program BLT (atau sejenisnya) dijalankan, 54.36 publik menyatakan Partai Demokrat yang berjasa. Sebanyak 25 persen responden yang tak menjawab/tak tahu. Hanya sekitar 25.64% yang menyatakan partai lain yang berjasa. Demokrat mendapatkan “durian runtuh” dari program BLT.
5
•
SBY juga mendapatkan “durian runtuh” dari program BLT (atau sejenisnya). Sebanyak 53.74 % menyatakan SBY yang berjasa untuk program BLT. Hanya 19.25% menyatakan Hatta Rajasa yang berjasa. Sekitar 16.09% tak menjawab/tak tahu. Sekitar 10.92 persen yang menyebut tokoh lainnya yang berjasa.
•
Bagi pemerintah (SBY/Demokrat) naiknya harga BBM dan berlakunya program BLT besar sekali efeknya untuk menurunkan atau menaikan dukungan (efek elektoral). Partai politik lain pasti juga mendapatkan informasi ini dan akan memberikan reaksi politik yang aktif dalam soal BBM dan BLT. Mereka juga tak ingin dirugikan dan tak rela hanya partai lain yang memperoleh keuntungan politik dari kebijakan itu. Itu sebabnya “power game” di balik isu BBM dan BLT, apalagi menjelang pemilu 2014, akan hot. • -o0oPeriode 2004-2009 sangat berharga dijadikan rujukan untuk memahami kebijakan BBM dan BLT terhadap dukungan partai atau tokoh.
•
•
Di tahun 2005 bulan Oktober, Pemerintahan SBY menaikan BBM. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) membuat dua survei saat itu, sebelum dan setelah BBM naik: Agustus 2005 dan Januari 2006. Dukungan atas SBY dan Demokrat saat itu anjlok kurang lebih sekitar 5-10% akibat naiknya harga BBM. Di suvei Agustus 2005, dukungan kepada Demokrat 17.2% dan merosot menjadi 12.3% di survei Januari 2006. Kepuasan atas kinerja SBY di survei Agustus 2005 sebesar 64.7% dan merosot menjadi 53.8% dalam survei Januari 2006. 6
Tapi tahun 2008 dan 2009 juga menjadi “berkah” bagi Demokrat dan SBY. Saat itu harga BBM turun dua kali (des 2008 dan Jan 2009). Ditambah lagi, saat itu hadir program BLT tahun 2008 dan 2009. Inilah momen awal demokrat yang menanjak dari partai papan tengah di pemilu 2004, menjadi pemenang pemilu 2009. Ini juga yang menjadi momentum bagi SBY untuk “menang satu putaran” saja di tahun 2009. Turunnya harga BBM dan BLT sangat disukai mayoritas pemilih. Demokrat dan SBY mampu membentuk citra bahwa mereka yang berjasa. Saat itu Megawati (PDIP) melakukan blunder. Di bulan maret 2009, Megawati mengkritik program BLT. Menurut Megawati program BLT membuat mental rakyat seperti peminta-minta dan pemerintah seperti sinterklas. Pidato Megawati ini segera “digoreng” lawan politiknya di aneka medium. Padahal penerima BLT adalah wong cilik yang menjadi kekuatan utama PDIP. Wong cilik dengan mudah digiring pindah ke Partai Demokrat.
Saat itu juga Golkar dalam posisi serba salah. Ketika harga BBM naik tahun 2005, Golkar dianggap bagian dari pemerintah dan terkena getahnya. Tapi ketika harga BBM turun dan dijalankan BLT di tahun 2008-2009, program ini lebih dikapitalisasi sebagai program SBY dan Demokrat. Golkar tak mendapat berkahnya. Kini harga BBM dan BLT terulang lagi di tahun 2012. Sangat mungkin dua program ini juga masih mewarnai politik Indonesia sampai 2014. Apakah mungkin harga BBM turun lagi menjelang 2014, dan demokrat mendapat berkahnya? Apakah mungkin PDIP dan Megawati membuat blunder lagi dengan mengecam BLT, shg wong cilik semakin lari dari PDIP? Apakah Golkar kembali “kagok” menghadapi BBM dan BLT sehingga berkah BLT hanya dinikmati Demokrat? Semua masih terbuka
7
•
• -o0oMurni dari analisa kebijakan publik, pihak yang pro dan kontra kenaikan harga BBM sama kuatnya. Yang pro menyatakan anggaran keuangan sudah berat. Sebaiknya subsidi BBM dialihkan melalui program lain untuk juga kepentingan rakyat kecil.
•
Yang kontra mengatakan, selayaknya BBM itu tetap disubsidi seperti sekarang. Pengurangan subsidi hanya menyusahkan rakyat kecil yang seharusnya dilindungi negara. Mengalihkan subsidi BBM ke BLT dianggap justru tidak sehat untuk mentalitas wong cilik. Jika pemerintah memerlukan dana tambahan untuk pembangunan, sebaiknya anggaran yang ada diefisienkan dan dibersihkan dari korupsi yang ganas.
•
Tapi diluar perdebatan rasional mengenai kebijakan publik, juga tersembunyi perhitungan politik. Aneka tokoh dan partai politik belajar dari pengalaman BBM dan BLT dalam periode 2005-2009. Dukungan dan penolakan atas harga BBM, berapa naiknya harga BBM, soal BLT, akan dihitung juga efek politiknya. Pesaing Partai Demokrat pasti tak ingin naiknya BBM terlalu tinggi karena memberi kesempatan pemerintah menurunkan kembali harga BBM menjelang 2014 dan itu akan menguntungkan Demokrat.
8
•
Sikap partai saat ini terhadap rencana kenaikan BBM juga beragam. Pendukung kenaikan harga BBM adalah partai pemerintah sendiri: Partai Demokrat. Yang menentang kenaikan harga BBM adalah partai oposisi Gerindra, Hanura, PDIP. Partai koalisi berada di tengah (PKS, PAN, Golkar, PKB, PPP). PKS ada kecenderungan menolak kenaikan harga BBM tapi tak selantang PDIP. PAN ada kecenderungan mendukung tapi tak selantang Parta Demokrat. Partai koalisi ada di tengah dalam spektrum kenaikan harga BBM. Seandainyapun sepakat soal kenaikan harga BBM, masih terus diperdebatkan seberapa besar kenaikannya.
•
Sementara untuk program BLT dan sejenisnya, sikap partai belum terlalu terlihat. Yang sudah pasti, Demokrat dan SBY akan menjadi pendukung utama BLT itu.
•
Apakah kenaikan harga BBM ini akan melahirkan gerakan menjatuhkan SBY? Hasil riset kualitatif LSI memprediksi itu tak akan terjadi. Seandainya ada kelompok yang ingin makar dengan menunggungi isu BBM, itu hanya minor dan hilang digulung waktu.
•
Apakah kenaikan harga BBM akan menimbulkan kerusuhan dan gelombang demonstrasi? Hasil riset kualitatif LSI memprediksi itu memang akan terjadi. Massif atau panjang tidaknya gelombang demonstrasi sangat tergantung dari cara pemerintah merespon. Juga tergantung dukungan logistik dari aneka pemain politik terhadap gelombang demonstrasi itu. 9
•
Yang pasti, respon mayoritas publik akan menghukum semua partai dan tokoh yang mereka lihat mendukung kenaikan harga BBM. Demokrat dan SBY adalah sasaran utama mereka. Bisa diduga, Demokrat dan SBY pula yang akan berjuang agar program BLT (atau sejenisnya) dijalankan juga. Kemarahan publik atas kenaikan harga BBM atas Demokrat dan SBY, secara elektoral hanya bisa dinetralkan dengan program BLT (atau sejenisnya). Jika tidak SBY dan Demokrat akan semakin melorot lagi ke titik terendah.
•
Kebijakan publik soal harga BBM dan BLT selalu terkait dengan politik pencitraan. Kebijakan dua isu itu, apalagi menjelang 2014, tidak akan pernah dirumuskan murni dari sisi teknokratis belaka.
•
LSI membuat lima prediksi aksi politik soal BBM dan BLT yang dijelaskan di halaman dalam.
11 Maret 2011 Lingkaran Survei Indonesia Adjie: 0811161414 Sopa: 08568583694
10
REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi 6 Rekor terbaru MURI ( Museum Rekor Indonesia)
Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup) 2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali 3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu 0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)
Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang diiklankan 2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan 3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan 11
METODOLOGI SURVEI Pengumpulan Data : 5- 8 Maret 2012 • • • •
Metode sampling : multistage random sampling Jumlah responden awal : 440 responden Margin of error : 4.8 % Seluruh Wilayah Indonesia
Inovasi Terbaru LSI Quick Poll Cepat dan Akurat 12
12
Quick Poll LSI Selayang Pandang Survei Konvensional
Survei telp/ Handphone
Quick Poll LSI
Pemilihan Sampel
Random dari populasi
Dipilih dari pemilik telp/handphone saja
Random dari populasi
Jumpa Responden
Wawancara tatap muka
Lewat telp/handphone
Lewat Handset LSI
Kekuatan/ Kelemahan
Akurat tapi lambat
Cepat tapi tidak Akurat
Akurat dan Cepat
Detail soal Quick Poll LSI, lihat: WWW.Suarapublik.Co.Id, bagian atas kanan 13
86.6% Tak Setuju Harga BBM Naik Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Description
Dalam Persentase
Setuju
11.26% Tidak setuju
86.60% Tidak tahu / tidak mau menjawab 2.14%
14
Q:
Pendapatan Dibawah 200 ribu 200-399 ribu
Tidak setuju > 95% > 95%
400-599 ribu
81.08%
600-799 ribu
86.67%
800-999
81.58%
1-1.199 juta
87.18%
1.2-1.399 juta 1.4-1.599 juta
80.95% 93.94%
1.6-1.799 juta
90.00%
1.8-1.999 juta
>95%%
2 juta atau lebih
82.83%
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
>80% Tak Setuju Harga BBM Naik Merata di Semua Segmen Ekonomi
15
>75% Tak Setuju Harga BBM Naik Merata di Desa-Kota, Laki-Perempuan Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Status Wilayah Desa Kota
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tidak setuju 89.20% 77.91%
Tidak setuju 86.63% 86.56% 16
Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Pendidikan Tidak pernah sekolah
Tidak setuju >95.00%
Tidak tamat SD/sederajat
71.43%
Tamat SD/sederajat
86.52%
Tidak tamat SLTP/sederajat
66.67%
Tamat SLTP/sederajat
92.86%
Tidak tamat SLTA/sederajat
90.00%
Tamat SLTA/sederajat Tidak tamat perguruan tinggi/masih mahasiswa
87.68%
Tamat D3/diploma
70.00%
Tamat S1 atau lebih tinggi
81.25%
>65% Tak Setuju Harga BBM Naik Merata di Semua Level Pendidikan
>95%
17
>65% Tak Setuju Harga BBM Naik Merata di Semua Pemilih Partai Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Partai Demokrat Golkar PDIP PPP PKS PKB PAN Gerindra Lainnya Rahasia/Belum Memutuskan/TT/TJ
Tidak setuju 87.41% 90.57% 88.89% 92.31% 82.50% >95.00% 66.67% >95.00% 68.42% 91.49% 18
>80% Tak Setuju Harga BBM Naik Merata di Semua Pemilih Calon Presiden Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Boediono Megawati dan Prabowo Jusuf Kalla dan Wiranto Rahasia/Belum Memutuskan/TT/TJ
Tidak setuju 85.17% 92.59% 80.77% 93.33%
19
Selalu > 75% Menentang Kenaikan BBM Sejak Dulu Q:
Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium). Apakah Anda setuju atau tidak apabila harga BBM (bensin premium) dinaikkan harganya?
Tidak Setuju
Survei Agust 2005
Survei 2 Mei 2008
Survei Maret 2012
82.3%
75.1%
86.6%
20
SBY Lebih Disalahkan Q:
Seandainya harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium) naik. Siapa pihak yang menurut Anda paling bisa dipersalahkan karena mendorong kenaikan harga BBM?
Description Presiden Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Menteri ESDM / Energi dan Sumber Daya Mineral Lainnya Tidak tahu / tidak mau menjawab
Dalam Persentase 34.06% 30.79% 17.71% 3.54% 13.90%
21
Partai Demokrat Yang Disalahkan Q:
Seandainya harga Bahan Bakar Minyak (bensin premium) naik. Partai mana yang menurut Anda paling bisa dipersalahkan karena mendorong kenaikan harga BBM?
Description
Partai Demokrat Partai Lainnya Tidak tahu / tidak mau menjawab
Dalam Persentase
54.27% 11.57% 34.16%
22
69.64% Setuju BLT Apakah Anda setuju atau tidak apabila ada Bantuan Langsung Tunai (BLT), berupa pemberian uang tunai kepada warga miskin seperti pada tahun 2008 yang lalu?
Description Setuju Tidak setuju Tidak tahu / tidak mau menjawab
Dalam Persentase 69.64% 28.69% 1.67%
23
SBY Paling Diuntungkan Oleh BLT Seandainya Bantuan Langsung Tunai (BLT) itu dijalankan. Siapa tokoh yang Anda nilai paling berjasa atau paling berperan dalam mendorong diterapkannnya Bantuan Langsung Tunai?
Description Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Menteri Koordinator Ekonomi, Hatta Rajasa Menteri Koordinator Kera, Agung Laksono Menteri ESDM, Djero Wacik Lainnya Tidak tahu / tidak mau menjawab
Dalam Persentase 53.74% 19.25% 1.72% 3.45% 5.75% 16.09% 24
Partai Demokrat Paling Diuntungkan oleh BLT Seandainya Bantuan Langsung Tunai (BLT) itu dijalankan. Partai mana yang Anda nilai paling berjasa atau paling berperan dalam mendorong diterapkannnya Bantuan Langsung Tunai?
Description Partai Demokrat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan / PDIP Partai Golkar Lainnya Tidak tahu / tidak mau menjawab
Dalam Persentase 54.36% 8.14% 7.85% 4.65% 25.00%
25
5 Prediksi Politik Soal BBM dan BLT (1) 1. SBY dan Demokrat hanya menaikkan harga BBM dengan paket BLT. Tanpa BLT, kenaikan harga BBM menjadi blunder politik.
54.27%
54.36%
Menyalahkan Demokrat Jika BBM Naik
Menyatakan Demokrat Berjasa atas BLT
Bagi Demokrat dan SBY kekecewaan publik atas naiknya BBM Hanya bisa dinetralkan oleh BLT 26
5 Prediksi Politik Soal BBM dan BLT (2) 2. Partai oposisi akan habis habisan menentang kenaikan BBM karena ini juga bagus untuk citra mereka di rakyat pemilih
PDIP, Hanura, Gerindra 86.6% Tak Setuju Harga BBM Naik
27
5 Prediksi Politik Soal BBM dan BLT (3) 3. Walau secara ideologis anti BLT, Megawati tidak akan secara terangterangan lagi menentang BLT di tahun 2012, jika tidak, wong cilik semakin meninggalkan PDIP dan Megawati
69.64% Pemilih Suka BLT
- Penerima BLT adalah Wong Cilik - Wong Cilik Segmen Tradisional PDIP - Megawati pernah blunder menolak BLT yang menyebabkan wong cilik pergi dari PDIP
28
5 Prediksi Politik Soal BBM dan BLT (4) 4. Di periode lalu (2005-2009), Golkar terkena getah naiknya BBM tapi tak dapat berkah dari BLT yang sepenuhnya ke Demokrat. Kini Golkar akan bermain lebih cerdas.
Golkar di 2012 Bukan Golkar di 2008-2009
Di 2009-2009 Ketum Golkar adalah Wapres
Di 2012 Ketum Golkar di luar pemerintahan Lebih bebas
29
5 Prediksi Politik Soal BBM dan BLT (5) 5. Kenaikan BB akan diikuti oleh aneka gelombang demo di banyak daerah. Demo ini dipelopori mahasiswa. Namun besar atau kecilnya demo, serta panjang atau sebentarnya demo itu, tergantung juga dukungan logistik terhadap mereka
65% Paling Percaya Mahasiswa
-Sebagai penggerak protes kenaikan harga BBM
30
Update Survei Soal BBM (dan Lainnya)
WWW.Suarapublik.Co.Id Berita Poll Pertama di Indonesia Quick Poll LSI 2X Seminggu
31