BATANG KELAPA SEBAGAI BAHAN DASAR ALTERNATIF KONSTRUKSI BANGUNAN ATAS KAPAL TRADISIONAL
Syahrizal Staf Pengajar Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan, Politeknik Bengkalis. Jl. Bathin Alam, Sungai Alam, Bengkalis. e-mail:
[email protected],
[email protected] Abstrak Penggunaan Terap, Meranti Merah, Meranti Putih, Meranti Batu/Meranti Bakau, Bintangur dan Punak sebagai bahan dasar dalam pembuatan kapal tradisional dirasakan sangat mahal dan sulit untuk didapatkan khususnya di pulau Bengkalis. Oleh karena itu perlu dicari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Batang Kelapa sebagai bahan dasar alternatif yang salah satunya berguna untuk aplikasi material konstruksi kapal kayu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian impact dan kadar air. Kuat tekan sejajar serat yang ukuranya 5 cm x 5 cm x 20 cm, kuat tekan tegak lurus sejajar serat yang ukuranya 5 cm x 5 cm x 15 cm dan pengujian kadar air yang ukuranya 5 cm x 5 cm x 5 cm. Guna mendapatkan hasil lebih yang akurat maka masingmasing spesimen dilakukan 3 kali pengujian. Hasil pengujian bahan dasar alternatif batang Kelapa akan dibandingkan dengan hasil pengujian Terap, Meranti Merah, Meranti Putih, Meranti Batu/Meranti Bakau, Punak, Bintangu dan Balam/Suntai. Dari hasil pengujian impact didapatkan bahwa material batang Kelapa dapat digunakan sebagai penganti kayu Terap, Meranti Merah, Meranti Putih dan Meranti Batu/Meranti Bakau, sedangkan pada kayu Bintangur dan Punak tidak bisa digunakan sebagai bahan pengganti. Kata Kunci: Batang Kelapa, konstruksi kapal, Terap, Impact
1.
PENDAHULUAN
Kayu sebagai bahan konstruksi kapal maupun bangunan, harus diketahui ciriciri dan sifat-sifatnya. Dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru lebih-
kurang 150 jenis pohon yang diselidiki dan diangap penting dalam perdagangan, dan dari sejumlah kayu tersebut penting dalam pembuatan konstruksi kapal. Kayu sebagai konstruksi kapal yang paling penting harus mengetahui sifat-sifat mekanis, faktor yang menyebabkan berkurangnya tingkat kekuatan dari kayu. Kapal merupakan sarana transportasi air yang berfungsi untuk memindahkan barang maupun penumpang. Kayu merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan kapal tradisional pada saat ini sangatlah mahal dan sulit untuk didapatkan khususnya di pulau Bengkalis. Oleh karena kayu Terap, Meranti Merah, Meranti Putih, Meranti Batu/Meranti Bakau, Bintangur dan Punak sangatlah mahal dan sulit untuk didapatkan, maka alternatif lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar penganti untuk pembuatan konstruksi kapal maupun bangunan berupa batang Kelapa, batang Kelapa mudah untuk didapatkan khususnya di pulau Bengkalis. 2.
JENIS-JENIS KAYU
Dalam Peraturan kapal kayu 1996 Oleh Biro Klasifikasi Indonesia, peraturan konstruksi ini berlaku untuk kapal dengan gading-gading lengkung yang memiliki ukuran-ukuran yang wajar. Kapal-kapal yang memenuhi peraturan konstruksi ini akan memperoleh tanda kelas A100 dengan tanda tambahan (K) ”kapal kayu” serta tambahan untuk daerah pelayaran dan bilaperlu juga tanda tambahan untuk penggunaannya. Umpamanya ”Kapal Ikan”. Sebagai bahan pembanding dalam penelitian ini penulis melakukan perbandingan dengan bahan-bahan dasar dalam pembuatan kapal-kapal tradisional yang terdapat di pulau Bengkalis dan kapal-kapal tradisional tersebut kebanyakan dari kayu yanhg ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. BKI kapal kayu tahun 1996
No
Nama kayu
Nama latin
1 Balam /Suntai
Palanquin radloyi K ot.OG, (Sapotacone) 2 Bintangur Calopyilum Spp (Guttiferea) 3 Gelam
Melaleuca leucadendron L (Myrtcae)
Berat Jenis Pemakaian/ Kering Udara Kelas Digunakan (U=15±3%) pada Awet Kuat Min Max Rata² II I 0.90 1.12 1.04 Papan,Kulit gading,balok geladak III II-III 0.37 1.07 0.78 Konsruksi Bagian dalam, Tiang layar III II 0.73 0.85 Gading,galar, Balok geladak Papan geladak, kulit
2
Berat Jenis Pemakaian/ Kering Udara No Nama latin Digunakan (U=15±3%) pada Awet Kuat Min Max Rata² 4 Kulim I-(II) I 0.73 1.08 0.94 Lunas,Limggi Scorodocaprus gading,kulit,gal bornensis Becc (olacacae) ar,kedudukan mesin 5 Laban/Le Vitex pubesceus I I-II 0.74 1.02 0.88 Kulit,papan ban (verbenaceae) geladak, gading lunas,galar,dll 6 Meranti Shorea platiclados II-IV II-IV 0.29 1.01 0.55 Lunas,linggi,kul Batu/ (dipetrocarvaceo) it,papan Meranti geladak, gading Bakau 7 Meranti Shorea acumynata III-IV II-IV 0.29 1.01 0.55 Papan merah geladak,konstru dyer (dipetrocarvaceo) ksi diatas air 8 Meranti Sholea lamelata III-V II-IV 0.29 10.96 0.54 Papan Puith (dipetrocarvacea) geladak,konstru ksi diatas air 9 Punak III-V II 0.55 0.90 0.76 Papan Tetramelista glabra MIG geladak,diruma h geladak III-V III-V 0.21 0.64 0.44 10 Terap Anocarpus Balok geladak elasticus Reiuw (moraceae) Nama kayu
Kelas
Berdasarkan keterangan pada Tabel 1, maka kita dapat membandingkan hasil dari pengujian nanatinya untuk mengklasifikasikan berdasarkan tingkat keawetannya dan tingkat kekuatannya, agar bahan dasar alternatif ini dapat dimanfaatkan dengan lebih efisien. Untuk mengklasifikasikan hasil analisa pengujian dalam penelitian ini sesuai dengan metode kayu-kayu untuk struktur bangunan oleh Lembaga Penelitian Hasil Hutan di Bogor adalah sebagai berikut: a.
Pengujian Tingkat kekuatan Tingkat kekuatan didasar pada pengujian pembebanan, yaitu pengujian tekan dan pengujian impact , selain itu tingkat kekuatan kayu juga memperhatikan berat jenisnya. Karena kekuatan kayu sebanding dengan berat jenisnya. Kekuatan dan berat pada berbagai klas kuat dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu menurut: ASTM D 143 (77), benda berukuran uji minimal kuat tekan sejajar serat 5×5×20 cm dan pengujian kuat tekan tegak lurus serat 5×5×15 cm. Tabel 2. BKI kapal kayu tahun 1996
b.
Kelas kuat
Berat jenis kering udara
I II III IV V
≥ 0,90 0,90 - 0,60 0,60 - 0,40 0,40 - 0,30 ≤ 0,30
Kukuh lentur Kukuh tekanan mutlak mutlak Dalam kg per cm² ≥ 1100 ≥ 650 1100 - 725 650 - 425 725 - 500 425 - 300 500 - 360 300 – 215 ≤ 360 ≤ 215
Pengujian Kadar Air Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terkandung pada material dengan menggunakan pengeringan udara, dan pengeringan dengan menggunakan oven, sehingga akan mendapatkan hasil perbandingan kadar air pada material sebelumnya dioven dan setelah dioven, dan pada umumnya kadar air yang terkandung dalam material akan berkurang setelah dioven atau dekeringkan. Pengujian kadar air sangat diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan mutu kayu, karena makin rendah kadar airnya maka makin kuat kayu tersebut. Kadar air adalah perbedaan antara berat kayu sebelum dikeringkan dengan berat kayu sesudah dikeringkan terhadap berat kayu kering, dinyatakan dalam persen. Metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu menurut ASTM D 143, benda berukuran uji minimal 25 min volume tidak kurang dari 33 mm.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian yang telah dilakukan untuk semua hasil analisa, pada pengujian bending dapat dilihat pada Tabel 3. Jika ditinjau dari semua hasil pengujian kuat tekan sejajar serat dan pengujian kuat tekan tegak lurus serat terhadap material kayu, sedangkan hasil dari pengujian kadar air dengan menggunakan panas alami atau cahaya alami dan pengujian oven, maka nilai rata-rata dari analisa tersebut tidak jauh beda.
4
Tabel 3. Hasil Analisa Pengujian Bending
Berat jenis kering Pemakaian Kelas udara Nama Kondisi k Nama latin digunakan (U = 15 ± 3%) dagang di Bks pada Awet Kuat Min Max Rata² 1 Terap Anocarpus III-V III-V 0,21 0,64 0,44 Balok Hampir elasticus Punah geladak 2 Mranti Merah
Shorea acuminata Dyer
III-1V II-IV
3 Mranti Putih
Shorea lamellata
4 Mranti Shorea Bakau/ platiclados
5 Mranti Batu
0,55 Papan geladak diatas garis air
Hampir Punah
III-1V II-IV 0,29 0,96
0,54 Papan geladak diatas garis air
Hampir Punah
II-IV
0,55 Lunas,Linggi Hampir ,Papan Punah geladak, gading
Disambiguasi III
II-IV
II-IV
0,29 1,01
0,29 1,01
0,294 1,07 0,78
6 Kelapa Calopyllum III-V II-III Spp
0,37 0,90
7 Bintangur Tetramelista glabra Miq
0,55
8 Punak
II
Papan,Balok Matrial Pengganti geladak diatas garis air
0,76 Konstruksi Hampir bagian dlm, Punah tiang layar Papan geladak, dinding rumah
Hampir Punah
geladak, rangka rumah geladak
5
Tabel 4. 4 Kelas Kuaat
Kelaas kuat I II III IV V
Berat jenis kering udarra ≥ 0,90 0,90 - 0,600 0,60 - 0,400 0,40 - 0,300 ≤ 0,30
Kuku uh lentur mutlak m Kuku uh tekanan mutlak Daalam kg perr cm² ≥ 1100 ≥ 650 1100 - 725 650 - 425 725 - 500 425 - 300 500 - 360 300 – 2155 ≤ 360 ≤ 215
Terap
Meranti Merannti Meranti M Bakau/ Putih M Merah Meranti Batu
K Kelapa Bintangur
Punak
G Gambar 1. Graafik perbandinngan
4.
KESIMPU ULAN
Dari hasil penelitian ini i dapat dittarik kesimppulan berdassarkan metoode yang digunaakan dan siffat-sifat darii material yaang telah diiuji tersebut.. Adapun peerubahan panjanng, tegangan n, dan elasttisitas pada material pengganti p haampir sama dengan materiial pemband ding, tapi diilihat dari seegi sifat maaterial dapatt ditarik kessimpulan bahwaa material batang Kellapa bisa digunakan d s sebagai bahhan dasar alternatif a pengganti dari kay yu Terap, Meeranti Merahh, Meranti Putih P dan Meeranti Bakau//Meranti p kayu Bintangur B dann Punak tidaak bisa digunnakan sebaggai bahan Batu. Sedangkan pada pengganti karna leebih kuat.
6
DAFTAR PUSTAKA Biro Klasifikasi Indonesia, 1996, Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Kayu. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bengkalis, 2005, Latah. RJB Soehendrajati, Ir., 1990, Kayu Untuk Struktur Susilawati, Anni., Achmad, Djedjen, Drs. Andi Latifa, Eva Azhra, 1996, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan. www.accessed.com, 19 September 2007, Bertamasya ke Sentra Kerajinan Kayu Kelapa Tomohon. www.accessed.com, 19 September 2007, Pohon Serba Guna.
7