18
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pembuatan kompos dilakukan di saung plastik yang dibuat di University Farm kebun percobaan Cikabayan (IPB) Dramaga.Analisis fisik, kimia dan pembuatan Soil Conditionerdilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB sedangkan analisis biologi dilakukan di Balai Penelitian Perkebunan.Penelitian dilakukan dari bulan April sampai bulan September 2010.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk pembuatan Soil Conditioneradalah kotoran sapi, sampah pasar (yang telah disortasi), jerami padi, serbuk gergaji (sebagai biochar), dolomit, SP36,larutan gula, pupuk CuSO4,cairan hasil ekstraksi kotoran kambingdan tapioka.Untuk analisis laboratorium, bahan yang digunakan adalah celenium, asam sulfat, indikator PB dan PC,parafin, NaOH, HCl dan bahan lainnya yang dibutuhkan untuk analisis karakteristik kimia kompos.Alat yang digunakan adalah kotak kayu sebagai tempat pengomposan, timbangan, cangkul, termometer dan alat-alat lain yang biasa digunakan dalam pembuatan kompos.Bahan dan alat-alat lain yang digunakan adalah bahan-bahan dan alat-alat laboratorium untuk analisis sifat kimia kompos meliputi oven, alat titrasi, spectofotometer dan AAS.
Metoda Penelitian dilakukan secara deskriptif (non experimental design) yang ditujukan untuk membuat formulasi Soil Conditioner berbasis bahan alami. Analisis
data
dilakukan
dengan
mengelompokkan
data
sejenis
dan
membandingkan data antar kelompok secara deskriptif sehingga tidak dilakukan analisis statistik.
19
Pembuatan Kompos Pembuatan kompos dilakukan secara aerobik dengan waktu inkubasi selama 4 minggu.Pengomposan dilakukan didalam kotak yang berukuran 2x1mx1m.Kompos dibuat dengan komposisi seperti yang tertera pada Tabel 2. Kompos dibuat dengan menyusun bahan-bahan yang akan dikomposkan secara berlapis. Lapisan kompos disusun dengan bahan yang mempunyai C/N rasio tinggi sebagai lapisan pertama yaitu jerami padi dan sampah pasar disusun paling bawah, yang kemudian diatasnya ditambahkan SP36, kotoran sapi, dolomit, kotoran sapi segar dan larutan gula merah.Untuk menciptakan kelembaban optimal dilakukan penambahan air secara merata.Setelah pemberian air selanjutnya disusun kembali bahan-bahan kompos sebagai lapisan kedua dan seterusnya.Lapisan bahan kompos dibuat hingga empat lapisan. Tabel2.Komposisi bahan kompos Kompos
Komposisi bahan
A
(Jerami+kotoran sapi) 80% + dolomit 5% (3,5 kg) + kotoran sapi segar 5% + SP36 + larutan gula merah
B
(Sampah pasar + kotoran sapi) 80%+ dolomit 5% (3,5 kg) + kotoran sapi segar 5%+ SP36 + larutan gula merah
C
(Jerami + kotoran sapi) 80% + dolomit 10% (7 kg) +kotoran sapi segar5% + SP36+ larutan gula merah
D
(Sampah pasar + kotoran sapi) 80% + dolomit 10% (7 kg) +kotoran sapi segar5%+ SP36+ larutan gula merah
Lubang aerasi pada saat pengomposan dibuat dengan cara menempatkan paralon dan bambu berlubang yang ditancapkan di tengah timbunan kompos. Untuk
mempercepat
peningkatan
suhu
pada
lingkungan
percobaan,
timbunankompos ditutup dengan plastik hitam.Untuk menjaga kelembaban selama proses pengomposan dilakukan penyiraman yang dilakukan setiap hari (tergantung pada temperatur kompos), dan pengadukan/pembalikan timbunan dilakukan setiap minggu, dan pengukuran suhu dilakukan setiap dua hari sekali.
20
(a) (b) Gambar 1.Kotak Kompos (a), danLubang Aerasi (b) Setelah kompos matang dilakukan pemanenan kompos.Kematangan kompos ditandai dengan suhu rata–rata tumpukan yang semakin menurun (27–30 0
C) dan memiliki kenampakan fisik berwarna coklat kehitaman dan struktur
remah/menyerupai tanah.Kompos yang telah matang, kemudian diambil sampelnya untuk setiap perlakuan.Pengambilan sampel dilakukan pada 2/3 kedalaman tumpukan dan tepat pada bagian tengah tumpukan.Waktu pemanenan kompos ini dilakukan pada minggu ke-4. Untuk analisis fisik kompos dilakukan pengamatan terhadap warna, bau, kadar air, kadar air jenuh, kadar air kapasitas lapang, dan bobot isi. Untuk analisis kimia, analisis N-total dilakukan dengan metode Kjeldhal, C-organik dengan metode pengabuan (700o), P-total dengan metode Bray 1 dan pH dengan pH meter (pH H2O). Analisis biologidilakukan untuk menghitung total fungi dan total bakteri pada kompos. Pengeringan Kompos Kompos yang telah matang, dikering udarakan dan diayak.Pengayakan dilakukan untuk memperoleh ukuran kompos yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan (2mm dan 4mm) dan memilah bahan yang belum terdekomposisi secara sempurna. Pembuatan Biochar Biochar dibuat dengan memanfaatkan serbuk gergaji kayu. Serbuk gergaji dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya sehingga memudahkan dalam pembakaran. Pembakaran dilakukan di dalam lubang tanah dengan ukuran 1x1 m dan dengan kedalaman 1m. Cara pembakaran dilakukan dengan
21
mengusahakan agar tidak ada api yang menyala dalam ukuran besar. Hal ini untuk menghindari serbuk gergaji menjadi abu.Biochar yang baik bewarna hitam pekat. Formulasi Soil Conditioner Kompos yang telah dikering udarakan disaring dengan ayakan 2 mm dan 4 mm. Hasil saringan akan digunakan untuk formulasi Soil Conditioner.Soil Conditionerakan diaplikasikan dalam bentuk curah dan briket. Soil Conditioner dalam bentuk briket diperoleh dengan formulasi seperti berikut : A. Briket dari kompos dengan komposisi bahan Aditambahkanpupuk Cu(5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba(1500 ml), biochar (5%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (10%). B. Briket dari kompos dengan komposisi bahan Bditambahkan pupuk Cu(5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba(1500 ml), biochar (5%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (10%). C. Briket dari kompos dengan komposisi bahan C ditambahkan pupuk Cu(5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba(1500 ml), biochar (10%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (5%). D. Briket dari kompos dengan komposisi bahan D ditambahkan pupuk Cu(5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba(1500 ml), biochar (10%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (5%). Semua bahan-bahan tersebut dicampur sehingga membentuk adonan, lalu dicetak secara manual berbentuk kubus.Soil conditioner dalam bentuk curah diperoleh dengan formulasi sebagai berikut : A. Kompos A dan B ditambahkan pupuk CuSO4 (5ppm), Cairan ekstraksikotoran domba (1500 ml) dan biochar (10%). B. Kompos C dan D ditambahkan pupuk CuSO4 (5ppm), Cairan ekstraksi kotoran domba (1500 ml) dan biochar (5%). Soil conditioner dalam bentuk curah didapatkan tanpa menambahkan tepung tapioka. Soil conditioner yang telah diproduksi kemudian dianalisis karakteristik fisik, kimia dan biologinya yang meliputi bobot isi dan kadar air (metode gravimetrik), C-organik (metode pengabuan 700o), nitrogen total (Micro-
22
Kjeldahl), P total (Ekstrak Bray-1) dan kadar unsur hara mikro (Cu, Zn, Mn dengan metode Ekstraksi DTPA menggunakan AAS) serta mengetahui total fungi dan total mikrob sehingga didapat formulasi conditioner yang terbaik. Rancangan formulasi Soil Conditioner dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Rancangan formulasi Soil Conditioner Komposisi Bahan (%) Formulasi
Pengkayaan Cu Cairan ekstraksi (ppm) kotoran domba (ml)
Bentuk Aplikasi
Kompos
Dolomit
Biochar
Tapioka*
A
Kot.sapi+ sisa tanaman (80)
5
10
0/10
5
1500
Curah/ Briket
B
Kot.sapi+ sampah kota (80)
5
10
0/10
5
1500
Curah/ Briket
C
Kot.sapi+ sisa tanaman (80)
10
5
0/10
5
1500
Curah/ Briket
D
Kot.sapi+ sampah kota (80)
10
5
0/10
5
1500
Curah/ Briket
*Keterangan: tapioka hanya digunakan sebagai perekat pada pembuatan Soil Conditioner dalam bentuk Briket