Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
6.1. BESARAN RUANG Jumlah pelaku kegiatan berdasarkan analisis penulis yaitu mencapai 165 pengunjung yang diasumsikan pada saat akhir pekan- walaupun tidak semua pengunjung yang datang menyantap kuliner tetapi Taman Kuliner di Desa Kerajinan Tembi Bantul,Yogyakarta harus memiliki fasilitas yang dapat menampung pengunjung tersebut. Tabel 6.1 : Besaran ruang ZONA PENERIMAAN Ruang
Kapasitas
Standar Luas
a. Enterance
Diasumsikan untuk 4 mobil Sirkulasi 60% 20 mobil 35 motor Sirkulasi 60% Taman parkir 30 % Kepala pengelola 1 orang 1 set meja kursi Administrasi 3 orang 3 set meja kursi Operasional 3 orang 3 set meja kursi Engineering 3 orang 3 set meja kursi Sirkulasi 40%
2,3x5m2/mobil
b. Parkir area
c. Ruang pengelola
Luas (m2)
Standar Luas x Kapasitas 46 m2 28m2
2,3 x 5m2/mobil 0,8 x 2,25m2/motor
500 m2
1,2 m2/ orang
6 m2
2,5 m2/ meja kursi
16 m2
2,5 m2/ meja kursi
16 m2
2,5 m2/ meja kursi
16 m2
630 m2
118
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
ZONA PAMERAN DAN ATRAKSI Ruang
Kapasitas
a. Pameran bersama Luas (m2)
Standar Luas 9x15 m2/asumsi
Standar Luas x Kapasitas 135 m2 135 m2
ZONA KULINER Ruang
Kapasitas
Standar Luas
a. Ruang kuliner terbuka b. Ruang kuliner tertutup c. Ruang kuliner ikan d. Dapur e. Gudang
85 orang
1,5 m2/orang
Standar Luas x Kapasitas 128 m2
48 orang
1,5 m2/orang
72 m2
32 orang
1,5 m2/orang
48m2
8 orang 1 kitchen set Alat-alat Sirkulasi 40%
1,2 m2/orang 6 m2/ unit
22 m2 8 m2
Luas (m2)
278 m2
ZONA AGRARIS Ruang
Kapasitas
a. Kolam ikan b. Sawah tanpa musim Luas (m2)
Standar Luas 18x20 m2/asumsi 22.5x40m2/asumsi
Standar Luas x Kapasitas 360 m2 900 m2 1260 m2
ZONA KERAJINAN Ruang a. ruang pamer kerajinan dan produk b. ruang pamer batik dan
Kapasitas
6x6 m2/asumsi
Standar Luas x Kapasitas 36 m2
9x9m2/asumsi
81 m2
Standar Luas
119
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
produksi c. ruang pamer mebel
6x6 m2/asumsi
Luas (m2)
36 m2 153 m2
ZONA FASILITAS UMUM Ruang
Kapasitas
a. Toilet 10 orang b. Mushola 30 orang 2 Luas (m ) Total luas Taman Kuliner
Standar Luas x Kapasitas 1,5x2 m2 / orang 30 m2 m2/orang 30 m2 60 m2
Standar Luas
2508 m2 Sumber : Analisis Penulis
6.2 KONSEP PERANCANGAN Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya maka dalam perancangan ruang makan pada Taman Kuliner di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta akan dibedakan menjadi 3 kelas. Kelas 1: Kelas Raja, Kelas 2 : kelas Bangsawan, kelas 3 : kelas Rakyat Biasa.
Kriteria Pelayanan
Agraris
Tabel 6.2 : Klasifikasi Ruang Makan Kelas I Kelas II pada kelas I, sistem Sistem pelayanan pelayanan yang yang digunakan ditawarkan adalah seperti pada pelayanan yang bersifat umumnya sistem kekerajaan. Dengan pelayanan pada pelayan yang selalu siap restoran. Makanan untuk melayani. diantar dengan menggunakan troli sesuai dengan pesanan pengunjung. Potensi sawah dan kolam Pada ruang makan ini menjadi view yang potensi agraris dapat ditawarkan di ruang ini. dinikmati visual dengan bukaan yang diorientasikan ke sawah,
Kelas III Pelayanan pada kelas ini terkesan “biasa” agar sesuai dengan situasi tempat makannya, yaitu pelayan mengantar dengan menggunakan nampan. Potensi sawah tidak hanya dapat dinikmati secara visual tetapi juga dapat dirasakan langsung oleh pengunjung, dengan 120
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
Kerajinan
Pada ruangan ini hasil dari kerajinan seperti batik dan mebel digunakan sebagai perabot seperti kursi, bantal, dan alas meja.
Pada ruangan ini dapat melihat dan mencoba membuat kerajinan dengan adanya workshop, sehingga pengunjung saat menunggu dan atau sesudah makan tetap dapat melihat kerajnan. Sumber : Analisis Penulis
cara mencoba menanam bibit padi, bermain disawah, memancing atau mencoba lesung. Potensi kerajinan tidak terlalu menonjol karena memang tidak ditekankan pada ruangan ini. Lebih tepatnya
6.3. PERANCANGAN TATA RUANG DALAM 6.3.1. Tata Perabot Pemilihan perabotan yang tepat dapat menciptakan suasana tertentu pada bangunan. Perabotan yang berkesan modern dapat merusak nuansa tradisional pada bangunan serta menghilangkan nuansa agraris dan kerajinan. Untuk itu perabotan yang akan digunakan sebaiknya perabotan yang sebagian besar menggunakan material kayu yang dibuat oleh pengrajin Tembi agar menampilkan kesan tradisional dan kerajinan. Lalu untuk menambah kesan aktifitas agraris, diletakan hasil sawah (padi) pada saat panen, serta lesung dan alu yang biasa digunakan untuk menumbuk padi beserta padi hasil panen. Sembari menunggu makanan, maka pengunjung dapat mencoba cara penggunaan lesung. Sedangkan saat musim panen akan ditampilkan acara gebuk lesung, yang dilakukan oleh ibuibu dengan memukulkan alu ke lesung hingga tercipta suatu alunan musik.
121
D Desa Kerrajinan Temb Di bi Bantul, Yo ogyakarta
6 6.3.2. Bukaan Secaraa visual pengunjung haruss dapat melihatt
kearah
sawah,
iirigrasi,
workshhop dan galeeri kerajinan, serta pangguung pamer bersama saaat ada atraksi. Sehingga pengunjung dapat mati menikm
view
yang
warkan ditaw
walauppun dari ruangg makan.
Gambar 6.1 : Kejelasan Viisual Melalui Bukaan Sumber : Skketsa Penulis (Sketchup)
6 6.3.3. Partisi Ruang makan digabbung dengan ruang workshhop untuk kerajinan tetapi ada partisi/ t seehingga dapaat membedakan ruang makan m dengan workshop sekat transparan kerajinaan tetapi penngunjung tetaap dapat menikmati sajian kuliner sam mbil melihat proses pembuatan kerajinan. k
Ruang
k kuliner
ind door
baik
s sekat
tertutup
(dinding) maupun m atap
Ruang workkshop kerajinaan tidak tertutup seekat (dinding) tapi memiliki ataap Ruaang luar tanp pa atap dap pat berfungsi sebagai enteerance atau ssirkulasi
Gam mbar 6.2 : Skeetsa Ruang Kuuliner Sumbber : Sketsa Penulis (Skettchup)
122
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
6.3.4 Elemen Struktur Sebagai elemen struktur agar memunculkan arsitektur tradisional jawa maka pada tata ruang dalam akan menggunakan umpak sebagai penyangga tiang. Pada dasarnya umpak banyak dipakai oleh para bangsawan maupun rakyat biasa. 6.3.5 Pemilihan material Selain menggunakan material kayu, bambu, batu bata atau batu alam. Beberapa interior bangunan akan menggunakan warna untuk menambahkan kesan tradisional. Warna-warna yang menampilkan kesan tradisional adalah warna cokelat, hijau, kuning, biru, sehingga perancangan interior ruangan bangunan akan dominan menggunakan warna-warna tersebut.
Gambar 6.3 : Warna-Warna Yang Dipakai Sumber : Dokumen Pribadi
6.4. PERANCANGAN TATANAN RUANG LUAR Tatanan ruang luar dapat dikaitkan pada penampilan luar bangunan yang dapat dikenali melalui penerapan indera-indera tubuh. Tatanan ruang luar mempunyai pengaruh terhadap pengguna pada saat kegiatan diluar bangunan. Konsep arsitektur tradisional jawa di transformasi melalui organisasi ruang, sirkulasi ruang luar dan bentuk massa bangunan.
123
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
6.4.1 Bentuk dan Massa Bangunan 1. Bentuk bangunan Penataan ruang luar bangunan dapat diekspresikan dengan perancangan fasad bangunan. Salah satunya adalah dengan bentuk atap yang menjadi ciri rumah tradisional jawa. Rumah joglo merupakan salah satu bentuk atap rumah tradisional jawa selain atap Kampung dan limasan. Pada ruang pameran dan atraksi yang digunakan untuk menampilkan kesenian tari, theater, music dan sebagainya memerlukan ruang gerak yang luas. Struktur saka guru yang berada pada tengah bangunan dihilangkan agar memaksimalkan ruang gerak dan pandangan penonton diganti dengan 4 kolom pada ujung bangunan. Untuk materialnya karena memiliki bentang yang cukup panjang maka penggunaan material kayu sangat tidak mungkin, untuk itu material struktur kolom-balok akan menggunakan bahan beton bertulang dengan perpaduan struktur rangka baja yang diberi ukiran untuk tetap mempertahan kesan tradisional jawa.
Gambar 6.4 : Sketsa Konsep Ruang Pamer Dan Atraksi Sumber : Sketsa Penulis
124
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
Gambar 6.5 : Ruang Pamer Dan Atraksi Sumber : Sketsa Penulis (Sketchup)
Ruang kuliner tertutup rencananya akan digunakan juga sebagai ruang makan bagi pengunjung yang butuh privasi. Pada ruangan ini akan diletakkan kursi dan meja sehingga ruangan ini berkesan formal. Agar pengunjung tetap dapat menikmati pemandangan alam di sekitar kawasan sambil menyantap sajian kuliner maka dinding/ partisi diberi bukaan berupa jendela kaca.
Gambar 6.6 : Sketsa Konsep Ruang Kuliner Tertutup Sumber : Sketsa Penulis Ruang kuliner terbuka sesuai dengan namanya tidak memiliki dinding / partisi pembatas (terbuka). Di ruangan ini tidak ada ada kursi (lesehan) sehingga pengunjung bisa melihat pemandangan disekitar kawasan sembari menikmati sajian kuliner dan bersantai menikmati suasana. 125
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
Gambar 6.7 : Sketsa Konsep Kuliner Terbuka Sumber : Sketsa Penulis (Sketchup) 2. Massa Bangunan Massa bangunan berasal dari pola tatanan rumah bangsawan. Karena memiliki pembagian ruang sangat efisien, fungsional, dan jelas hierarkinya, tidak ada ruang mati, sirkulasi ringkas, optimalisasi multifungsi ruang dan berurut. Serta menekankan kesederhanaan, keselarasan dengan alam sekitar dan kesatuan antar massa bangunan. Walaupun tidak sama persis dengan tatanan ruang rumah bangsawan. Tatanan massa bangunan di Taman Kuliner di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta menggunakan hierarki yang sama yaitu dengan membaginya menjadi 4 bagian.
Gambar 6.8 : Tatanan Massa Bangunan Sumber : Sketsa Penulis (Sketchup) 126
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
6.4.2 Jalan Setapak Karena
Taman
Kuliner
di
Desa
Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta terdiri dari banyak massa bangunan (multimassa)
sehingga
memerlukan
akses sirkulasi dari satu massa ke massa lainnya. Untuk menambah kesan desa maka akan dibuat jalan setapak sebagai penghubung antar massa.
Gambar 6.9 : Jalan Setapak Sumber : Sketsa Penulis (Sketchup)
6.4.3 Vegetasi Karena pada tapak terdapat potensi sawah, maka akan diolah menjadi sawah tanpa musim. Sehingga pengunjung dapat melihat/ikut mencoba bagaimana cara pembibitan padi saat awal tanam, melihat pemandangan sawah yang menguning, serta cara pengolahan padi saat panen. Lalu pada sekitar tapak akan diperbanyak tanaman sereh untuk memberikan aroma khas, sekaligus untuk mengantisipasi nyamuk khususnya pada malam hari.
Gambar 6.10 : Tanaman Sereh Sumber : Sketsa Penulis (Sketchup) 6.4.5 Saluran Irigrasi Pada sekitar lokasi tapak terdapat sumber air yang berpotensi untuk irigasi sawah didalam tapak, maka akan dibuat saluran irigrasi yang masuk masuk ke dalam
127
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
tapak. Sekaligus akan dibuat kolam ikan untuk ternak seperti jenis lele, gurami, bawal, patin, ikan mas, mujair dan jenis lainnya yang dapat menjadi santapan kuliner yang segar.
Gambar 6.11 : Kolam Semi Intensif Sumber : Www.Google.Com,2010. 6.4.6 Tata Signage 1. Pengaturan Sirkulasi Ke Kawasan
Gambar 6.12 : Sirkulasi Ke Kawasan Sumber :Analisa Penulis Kenyamanan sirkulasi menuju ke lokasi menentukkan pergerakan setiap orang yang menuju lokasi dimaksud. Jalan menuju ke kawasan dari jalan utama (jl.parangtritisjogja) sebagai jalan masuk utama, ditata ulang sebagai tranformasi dari potensi irigrasi dan sawah dengan perataan lebar jalan dan penggunaan potensi air sebagai potensi pengarah dengan membuat saluran terbuka yang diselingi dengan lampulampu taman sebagai pengarah saat malam hari, serta view sawah di sebelah selatan, akan menjadikan obyek wisata ini, menjadi objek yang merangsang para
128
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
wisatawan lokal, regional, atau lainnya untuk segera menuju tujuan yaitu Taman Kuliner ini.
Gambar 6.13 : Jalan Masuk Ke Kawasan Sumber : Sketsa Penulis (sketchup) 2. Sirkulasi Dan Gerbang Masuk Di bagian depan
kawasan (enterance) sirkulasi yang terjadi berupa sirkulasi
langsung sehingga pada ujung jalan dibuat gerbang berupa dinding batu alam serta diberi tulisan “Taman Kuliner” untuk memperjelas batas wilayah Taman Kuliner sekaligus menjadi penanda kawasan wisata, setelah melalui gerbang maka disambutlah pengunjung dengan space penerima / ruang terbuka yang mengarahkan pengunjung kepada pilihan, wisata kuliner, dan wisata pendukung kuliner dan termasuk wisata hobi dalam hal ini pancing,kerajinan dan kesenian atraksi dan lain-lainya.
Gambar 6.14 : Gerbang Masuk Taman Kuliner Sumber : Analisa Penulis
129
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
6.4.7 Pemilihan Material Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom kayu dan plat bondeks cor beton yang menggunakan bahan beton bertulang. Pada atap menggunakan atap joglo dengan genteng tanah sebagai material atap miring. Agar bangunan sesuai dengan lingkungan sekitar yang masih kental dengan budaya jawa. Pada jalur sirkulasi ke kawasan akan menggunakan batu alam kecil agar menambah kesan desa. Untuk lantai bangunan akan menggunakan parquet atau flooring tanpa finishing daripada material keramik. Untuk dinding bangunan dapat menggunakan material kayu, bambu, batu bata atau batu alam.
Gambar 6.15 : Material Alam Sumber : Analisa Penulis Jika menggunakan material bata, maka lebih baik material bata tersebut di ekspos daripada
diplester.
Atau
menggunakan
dinding
bata
diplester
namun
dikombinasikan dengan batu alam atau kayu pada bagian permukaannya untuk memberikan penampilan fasad bangunan tradisional jawa.
6.5. KONSEP STRUKTUR 6.5.1. Struktur Atas • Struktur Rangka (tiang penyangga) Adalah tiang yang berdiri diatas umpak-umpak, yang diikat dengan ringbalk kayu pada bagian atas. Dan khusus untuk penyangga utama, keempat tiang utama joglo
130
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
diiikat dengan tumpang sari/kumpulan balok paling jauh mendukung kaso, baik atap atas maupun bawah, sementara rangkaian balok dalam, menciptakan langit-langit dalam berbentuk piramida bertingkat. Susunan 4 tiang utama yang mendukung atap utama ini terikat permanen dengan umpak-umpak. Struktur rangka akan menggunakan bahan beton bertulang dengan perpaduan struktur rangka baja pada area tertentu. Pemakaian struktur ini pada dikarenakan nilai efisiensi yang ada.
Gambar 6.16 : Struktur Tiang Yang Diikat Dengan Tumpangsari Sumber : www.google.com,2010
• Struktur Dinding Struktur dinding pada Taman Kuliner terikat kepada ringbalk kayu pada bagian atas, ringbalk bawah diantara umpak-umpak dan atau sloof beton sebagai ring pengikat footplate. Dan atau menggunakan sistem knock down atau teknik lepas, seperti pada rumah tradisional jawa pada umumnya berdasarkan pertimbangan: a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya merupakan elemen non-struktural.
131
D Desa Kerrajinan Temb Di bi Bantul, Yo ogyakarta
b. Memungkinkan untuk m membuat bukkaan sebanyyak mungkinn, sehingga memudahkan m n pencahayaan dan penghaawaan alami.
6 6.5.2. Struktuur Bawah Sistem struktur yang menerima beban dari struktur s atas
dan
mengaalirkannya
kke
tanah.
Jenis
substruuktur yang diggunakan adalah struktur poondasi telapakk
(footplatee)
yang
fungsinya
untuk
menyalurkan bebann bangunan berlantai 1 – 5 c menujuu ke tanah deengan daya ddukung yang cukup
Gambar 6.17 : Pondasi P Footp plate Sumber : Data D Pribadi
baik ,ppada kondisi tanah yang tidak rata. Dengan D dasarr crucuk bam mbo, dengan kedalam man hingga tanah t keras. Pondasi telapak (footplatee) diikat denggan ringbalk beton satu dengann lainnya. Daan diatasnya berdiri koloom-kolom sebbagai dasar umpak.
6 KONSEP UTILITAS PA 6.6 ADA KAWAS SAN 6 6.6.1. Konsep Saluran Air Bersih Salurann air bersih untuk kawassan ini mengggunakan 2 ssumber yaitu dari PDAM sebagaai sumber air a minum yaang ditampung di bak penampung air minum. Sedanggkan untuk air kolam, menyiram tanaman, MCK dan sebagainya menggunakan bak penampungan p n khusus yanng terpisah daari bak penam mpungan air minum dengan sumber dari sungai yang beradda di utara dan timur kawassan.
132
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
Skema 6.1 : Saluran Air Bersih Sumber : Data Pribadi Mata Kuliah Utilitas 6.6.2. Konsep Saluran Air Kotor Untuk saluran air kotor, setiap 10 meter saluran air kotor diletaknya bak kontrol untuk mempermudah perbaikan seandainya terjadi kebocoran pipa, sedangkan untuk septic tank beberapa massa bangunan akan dijadikan satu agar mudah dalam hal perawatan (maintenance). Tetapi untuk pembuangan yang berasal dari dapur (kotoran kuliner) ditampung di bak penampungan diproses melalui proses penyaringan secara bertahap melalui bak penangkap lemak terlebih dahulu lalu dibuang ke saluran buang.
Skema 6.2 : Saluran Air Kotor Sumber : Data Pribadi Mata Kuliah Utilitas 6.6.3. Konsep Saluran Drainase / Air Hujan Saluran drainase / air hujan akan disalurkan dari penampungan-penampungan melalui parit yang berada di sekeling kawasan dan berakhir pada saluran drainase (riol kota) yang sudah tersedia pada umumnya dapat berjalan dengan baik.
133
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
6.6.4. Konsep Sumber Energi Kebutuhan listrik merupakan salah satu hal penting bagi kawasan ini, karena untuk pencahayaan dan sound system membutuhkan energi yang cukup besar. Untuk sumber listrik berasal 2 bagian : • Sumber energi listrik yang berasal dari PLN, sebagai sumber energi utama. • Sumber energi listrik berupa Genset (generator set) yang kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan kawasan ini, sebagai sumber cadangan untuk keadaan darurat apabila sumber listrik dari PLN terputus.
Skema 6.3 : Sumber Energi Sumber : Data pribadi mata kuliah utilitas 6.6.5. Konsep Sistem Pencegahan Kebakaran Khusus mengenai bahaya kebakaran disediakan tabung-tabung pengaman (pemadam kebakaran) di beberapa tempat yang ideal letaknya, dari sudut jangkauan dan pemasangan sprinkler pada sumber-sumber bahaya kebakaran.
Gambar 6.15 : Sprinkler Dan Tabung Pemadam Kebakaran Sumber : Data Pribadi Mata Kuliah Utilitas 134
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa, Pusat. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Dakung, Sugiarto. 1982. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dr Anthony J. Catanese MCP, sumber : Onggodiputro, Ir Aris K. 1989. Sengantar Sejarah Perencanaan Kota sebuah kumpulan karangan. Bandung : Intermatra. Hedy C. Indrani dan Maria Ernawati Prasodjo. 2005. Tipologi, Organisasi Ruang, dan Elemen Interior Rumah Abu Han di Surabaya. Dimensi Interior. Vol. 3. Hidayatun, Maria I. 1999. Pendopo dalam Era Modernisasi: Bentuk, Fungsi, dan Makna Pendopo pada Arsitektur Jawa dalam Perubahan Kebudayaan. Jurnal Dimensi TeknikArsitektur. Vol 27 Ismunandar. R.K. 1990. Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Semarang : Dahara Prize. Joseph DeChiara, Michael J. Crosbie. 2001. Times-Saver Standars for Building Types. Mc Graw Hill. Marsum W. A. 1985. Sistem Pelayanan Makanan dan Minuman Secara Internasional. Yogyakarta : Andi Offset. Neufert. E. 1989. Data Arsitek Jilid 1 dan Data Arsitek Jilid 2.. Jakarta : Erlangga. Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita. Prasasto Satwiko, Prasasto. 2001. Fisika Bangunan 1 dan Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi Offset. Prijotomo, Josef. 1995. Petungan : Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Yogyakarta : UGM
xvii
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
Pusat Pendidikan Perhotelan dan Pariwisata. 1980. Pengolahan Makanan Indonesia dan Penyajiannya. Bandung. Ronald, Arya. 1988. Manusia dan Rumah Jawa. Yogyakarta : Juta. Ronald, Arya. 2005. Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta : UGM Santoso, Jo. 2008. Arsitektur-Kota Jawa, Kosmos,Kultur & Kuasa. Jakarta : Centropolis. Tjahjono,Gunawan. 2002. Indonesian Heritage Jilid 6: Arsitektur. Jakarta : Grolier International Wibowo, HJ. dkk. 1987. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Depdikbud Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Widayat, Rahmanu. 2004. Krobongan Ruang Sakral Rumah Tradisi Jawa. Jurnal Dimensi Interior, Vol 2 Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Perdana Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita.
xviii
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
DATA REFRENSI Website : http://artkimianto.blogspot.com/2009_10_01_archive.html http://en.wikipedia.org/wiki/Culinary_arts http://food-and-kuliner.blogspot.com/2009/12/kuliner-dan-pengertian.html http://id.wikipedia.org/wiki/Taman http://en.wikipedia.org/wiki/Culinary_arts http://food-and-kuliner.blogspot.com/2009/12/kuliner-dan-pengertian.html http://analisadesainterstruktur08.wordpress.com/2008/09/29/hello-world http://boyongkalegan.blogspot.com http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta http://www.ooa-indonesia.com/category.php http://noenkcahyana.blogspot.com/2010/10/struktur-rumah-adat-jawa.html http://artkimianto.blogspot.com/2009_10_01_archive.html id.wikipedia.org/wiki/Lesehan id.wikipedia.org/wiki/Angkringan pretylarasati.wordpress / joglolambangsari www.wisatalembang.com/2010/07/pemancingan-situ-umar.html www.bumbudesa.com www.google.com www.ooa-indonesia.com/category.php
xix
Di Desa Kerajinan Tembi Bantul, Yogyakarta
www.pariwisatadanteknologi.blogspot.com www.gebyok.com/rumah-tradisional-jawa www.gebyok.com/pondasi-umpak www.gebyok.com/saka-guru-pada-bangunan-joglo www.gebyok.com/blandar -balok-konstruksi-kayu www.gebyok.com/tumpang-sari
Skripsi : Anton Siura, Pusat Meditasi Vissapana di Kaliurang, Tugas Akhir, Yogyakarta : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY. Rosalina Chandra, Pusat Kuliner Khas Solo di Solo, Tugas Akhir, Yogyakarta : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY. Joana Christina Sianipar, Hotel Resort di Kaliurang, Tugas Akhir, Yogyakarta : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY.
xx