282
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam tuturan menjawab, teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan tuturan menjawab, serta kualitas terjemahan tuturan menjawab dalam dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice. Pada bagian saran, peneliti memberikan masukan bagi penelitian sejenis di bidang penerjemahan.
A. Simpulan Analisis maksim prinsip kerjasama tuturan menjawab pada dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice menunjukkan bahwa novel ini memiliki 135 tuturan menjawab, yakni 46 data tergolong sebagai data yang mematuhi maksim prinsip kerjasama (observing the maxim) dan 89 data tergolong sebagai data yang melanggar maksim prinsip kerjasama (non-observing the maxim). Terdapat dua jenis pelanggaran maksim Prinsip Kerjasama (PK), yaitu flouting the maxim dan violating the maxim. Sementara itu, ditemukan juga pelanggaran maksim PK multiple, yaitu digunakannya dua kombinasi pelanggaran maksim PK dalam satu tuturan menjawab. Hasil temuan dan pembahasan terkait pelanggaran maksim PK ini menunjukkan bahwa pelanggaran maksim PK, flouting maksim kuantitas adalah pelanggaran maksim PK yang paling dominan muncul dengan frekuensi penggunaan sebanyak 40
283
kali pada dua versi novel terjemahan penerbit Shira Media dan Qanita. Pelanggaran maksim PK kuantitas dominan muncul karena pelanggaran maksim ini merupakan pelanggaran yang biasa digunakan oleh penutur saat menjawab pertanyaan mitra tutur dengan jawaban yang berlebihan atau bahkan kurang dari apa yang diinginkan oleh mitra tutur. Dalam menerjemahkan 135 tuturan menjawab pada novel Pride and Prejudice, ditemukan 13 jenis teknik penerjemahan dalam novel penerbit Shira Media dan 11 jenis teknik penerjemahan dalam novel penerbit Qanita yang dibagi menjadi 5 varian teknik penerjemahan, yakni: varian tunggal, kuplet, triplet, kuartet, dan kuintet. Totral frekuensi kemunculan teknik penerjemahan tersebut sebanyak 277 kali penggunaan dalam novel penerbit Shira Media dan sebanyak 264 kali penggunaan dalam novel penerbit Qanita. Pada novel penerbit Shira Media, 13 teknik tersebut antara lain teknik kesepadanan lazim yang muncul sebanyak 120 kali (43,4%), teknik variasi yang muncul sebanyak 49 kali (17,8%), teknik peminjaman yang muncul sebanyak 31 kali (11,3%), teknik amplifikasi eksplisitasi yang muncul sebanyak 19 kali (6,9%), teknik amplifikasi penambahan yang muncul sebanyak 15 kali (5,5%), teknik reduksi yang muncul sebanyak 14 kali (4,21%), teknik modulasi yang muncul sebanyak 13 kali (4,8%), teknik adaptasi yang muncul sebanyak 5 kali (1,9%), teknik transposisi yang muncul sebanyak 4 kali (1,5%), teknik harfiah yang muncul sebanyak 3 kali (1,2%), teknik kreasi diskursif yang muncul sebanyak 2 kali (0,7%), serta teknik partikularisasi dan generalisasi yang muncul sebanyak 1 kali (0,4%). Sementara itu, pada novel penerbit Shira Media, 11 teknik yang digunakan antara lain teknik
284
kesepadanan lazim yang muncul sebanyak 120 kali (45,6%), teknik variasi yang muncul sebanyak 51 kali (19,3%), teknik peminjaman yang muncul sebanyak 32 kali (12,1%), teknik amplifikasi eksplisitasi yang muncul sebanyak 17 kali (6,4%), teknik amplifikasi penambahan dan modulasi yang muncul sebanyak 12 kali (4,5%), %), teknik reduksi yang muncul sebanyak 8 kali (3,0%), teknik kreasi diskursif yang muncul sebanyak 5 kali (1,9%), teknik adaptasi yang muncul sebanyak 4 kali (1,5%), teknik transposisi yang muncul sebanyak 2 kali (0,8%), dan teknik partikularisasi yang muncul sebanyak 1 kali (0,4%). Setelah menganalisis hasil kualitas terjemahan dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan 3 rater, yang salah satunya adalah peneliti sendiri, dapat disimpulkan bahwa kualitas terjemahan tuturan menjawab pada dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice tergolong cukup baik. Sebanyak 82 data (60,7%) tuturan menjawab dalam novel penerbit Shira Media dikategorikan sebagai terjemahan yang akurat, 46 data (34,1%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang akurat, dan 7 data (5,2%) sisanya tergolong terjemahan tidak akurat. Sementara itu, sebanyak 84 data (62,2%) tuturan menjawab dalam novel penerbit Qanita dikategorikan sebagai terjemahan yang akurat, 46 data (34,1%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang akurat, dan 5 data (3,7%) sisanya tergolong terjemahan tidak akurat. Dalam hal keberterimaan, sebanyak 111 data (82,2%) tuturan menjawab dalam novel penerbit Shira Media dikategorikan sebagai terjemahan yang berterima, 22 data (16,3%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang berterima, dan hanya 2 data (1,5%) tergolong terjemahan tidak berterima. Di sisi lain, sebanyak 110 data (81,5%) tuturan menjawab dalam novel penerbit Qanita dikategorikan sebagai terjemahan
285
yang berterima, 22 data (16,3%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang berterima, dan hanya 3 data (2,2%) tergolong terjemahan tidak berterima. Teknik kesepadanan lazim merupakan teknik penerjemahan yang mendominasi terjemahan tuturan menjawab dalam dua versi novel terjemahan Pride and Prejudice. Teknik kesepadanan lazim biasanya digunakan untuk menerjemahkan sesuatu yang terikat dengan konteks situasi dan tidak bisa diterjemahkan secara kata demi kata. Hal tersebut setara dengan tuturan menjawab, di mana setiap tuturan yang muncul selalu berhubungan dengan kondisi saat tuturan tersebut disampaikan oleh penutur. Pertanyaan dari mitra tutur dalam tuturan menjawab tersebut juga merupakan konteks situasi
yang
penting.
Karena
penelitian
ini
merupakan
penelitian
yang
membandingkan dua versi terjemahan novel, maka sangat wajar jika beberapa tuturan diterjemahkan dengan terjemahan yang berbeda. Hal tersebut disebabkan karena keputusan penerjemah yang menggunakan diksi berbeda saat menerjemahkan tuturan menjawab tersebut. Pemilihan diksi tersebut juga berpengaruh pada kompetensi tiap penerjemah, sehingga menghasilkan diksi yang berbeda pada tuturan yang sama. Selain itu, teknik variasi juga merupakan teknik yang banyak muncul pada tuturan menjawab dalam dua versi terjemahan novel Pride and Prejudice. Teknik ini banyak diterapkan penerjemah saat menerjemahkan kata “I” menjadi “aku” dan “you” menjadi “kau”. Teknik ini digunakan penerjemah jika sekiranya hubungan antartokoh dalam novel Pride and Prejudice sudah dirasa dekat. Mayoritas teknik kesepadanan lazim, peminjaman, dan variasi berdampak pada terjemahan yang akurat dan berterima pada penerbit Shira Media dan penerbit Qanita.
286
Sementara itu, kemunculan teknik harfiah dan kreasi diskursif merupakan teknik yang menghasilkan terjemahan kurang akurat dan kurang berterima. Teknik harfiah digunakan penerjemah untuk menerjemahkan kata demi kata dan benar-benar diterjemahkan apa adanya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Teknik harfiah ini lepas konteks dari segi apa pun; budaya, situasi, dan kalimat. Sementara itu, teknik kreasi diskursif dilakukan dengan melakukan pemadanan yang biasanya lepas konteks. Teknik ini diaplikasikan jika bahasa sumber diterjemahkan ke bahasa sasaran sangat berbeda bahkan tidak ada hubungannya sama sekali. Teknik ini juga digunakan penerjemah jika ia salah dalam menerjemahkan suatu tuturan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan kata lain, kurang akurat atau kurang berterimanya suatu terjemahan tersebut nampaknya dikarenakan penerjemah kurang tepat dalam mengaplikasikan teknik penerjemahan saat menerjemahkan tuturan menjawab.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, berikut merupakan beberapa saran bagi penerjemah maupun peneliti lain di bidang ilmu linguistik penerjemahan: 1. Bagi penerjemah Setelah mengkaji seluruh temuan data pada dua versi novel Pride and Prejudice, masih ditemukan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan baik oleh penerjemah saat menerjemahkan tuturan menjawab dalam sebuah novel terjemahan. Untuk mengetahui bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan menjawab, penerjemah hendaknya diharapkan lebih memperhatikan
287
konteks situasi tuturan tersebut. Hal itu juga dapat membuat penerjemah mengetahui teknik apa yang tepat untuk diaplikasikan dalam menerjemahkan tuturan yang sedang diterjemahkan, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang memiliki kualitas terjemahan yang baik. Dalam menerjemahkan tuturan menjawab, penerjemah terkadang masih salah dalam memilih diksi yang tepat sesuai dengan yang dimaksud di bahasa sumber. Hal tersebut dapat mengakibatkan maksud tuturan yang ada di bahasa sumber menjadi berbeda dengan yang ada di bahasa sasaran. Sehubungan dengan hal itu, penerjemah hendaknya dapat lebih hati-hati dalam pemilihan diksi saat menerjemahkan tuturan menjawab. Pertimbangan konteks situasi, antara lain penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah percakapan, juga waktu dan tempat berlangsungnya percakapan juga merupakan hal pokok yang seharusnya lebih diperhatikan oleh penerjemah. Terkadang keputusan penerjemah untuk mempertahankan bentuk atau pesan suatu terjemahan merupakan keputusan yang sulit untuk ditentukan. Dengan kata lain, penerjemah sulit memilih apakah ia harus mempertahankan keakuratan atau keberterimaan terjemahan. Namun penerjemah hendaknya selalu menyadari bahwa prinsip utama penerjemahan adalah sebagai suatu kegiatan pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
288
2. Bagi peneliti lain di bidang ilmu linguistik penerjemahan Penulis menyadari bahwa aspek yang diteliti pada penelitian ini merupakan aspek yang masih kecil dari keseluruhan aspek yang berhubungan dengan linguistik, khususnya pragmatik dan penerjemahan. Peneliti berharap peneliti-peneliti lain dapat mengambil celah yang bisa dikembangkan lagi sehingga dapat mengeksplor lebih mengenai kajian tentang linguistik dan penerjemahan. Salah satu contohnya ialah mengkaji tindak tutur lain selain asertif dan diperluas cakupannya. Pada beberapa data dalam penelitian ini, ditemukan pemilihan addressing yang berbeda dari kedua versi novel Penerbit Shira Media dan Qanita. Hal tersebut berhubungan dengan keputusan penerjemah dalam menentukan pemilihan addressing ini. Salah satu contohnya ialah satu data diterjemahkan menggunakan “kau” dan “Anda”. Hal tersebut sebenarnya sangat sepele tetapi mempengaruhi tuturan jawaban yang diujarkan oleh penutur. Penerjemah yang memilih menerjemahkan “kau” di situ cenderung membuat penutur yang mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan yang menjawab. Penelitian mengenai discourse markers tersebut dapat digunakan sebagai penelitian yang menarik bagi peneliti selanjutnya. Peneliti dapat mengelompokkan jenis-jenis addressing atau topik mengenai discourse markers, lalu menganalisisnya berdasarkan teori yang terkait.
289
Selain itu, peneliti lain juga dapat menggunakan sumber data yang berbeda dari penelitian ini, misalnya terjemahan dalam bentuk subtitle dalam film atau dubbing. Dengan begitu, peneliti lain masih memiliki kesempatan untuk menggali lebih dalam sehubungan dengan tindak tutur dari sumber data yang berbeda. Dalam kajian penerjemahan, penelitian ini hanya mengkaji teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan. Masih terbuka kesempatan bagi peneliti lain untuk mengembangkan dua aspek penerjemahan lainnya pada tataran makro, yakni: metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan. Dengan begitu, peneliti berharap kepada peneliti lain untuk dapat melanjutkan kajian terjemahan tersebut sehingga dapat menghasilkan temuan yang lebih rinci, luas, serta dapat menyentuh seluruh aspek dalam kajian penerjemahan.