BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis butir soal Ujian Akhir Semester Genap Mata Diklat Dasar-Dasar Mesin kelas X SMK Muhammadiyah Gamping dapat disimpulkan bahwa: 1.
Kualitas butir soal Ujian Akhir Semester Genap Mata Diklat Dasar-Dasar Mesin kelas X SMK Muhammadiyah Gamping tahun ajar 2015/2016 ditinjau dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa/budaya yaitu 2 soal tidak memenuhi aspek materi, 9 soal tidak memenuhi aspek konstruksi, dan 24 soal tidak memenuhi aspek bahasa/budaya. Hanya 6 soal yang sudah memenuhi ketiga aspek tersebut.
2.
Berdasarkan aspek validitas soal, 70% butir soal termasuk kategori valid dan 30% butir soal termasuk kategori tidak valid, yang berarti soal tersebut cukup valid untuk mengukur kemampuan siswa. Berdasarkan aspek reliabilitas diperoleh angka 0,637 yang berarti soal tes belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un reliable). Berdasarkan aspek daya pembeda soal, 3,3% soal termasuk kategori baik sekali, 40% termasuk kategori baik, 33,3% termasuk kategori cukup, 16,7% termasuk kategori jelek, dan 6,7% termasuk kategori jelek sekali yang berarti soal termasuk kategori cukup. Berdasarkan aspek tingkat kesukaran soal, 3,3% termasuk kategori mudah, 57,7% termasuk kategori sedang, dan 40% termasuk kategori sukar yang berarti soal termasuk kategori sukar. 81
Berdasarkan efektivitas pengecoh, 33,3% termasuk kategori efektif dan 66,7% termasuk kategori tidak efektif yang berarti pengecoh termasuk kategori tidak efektif. Berdasarkan analisis kuantitatif tersebut 2 soal (6,7%) dipertahankan tanpa perbaikan/layak digunakan, 22 soal (73,3%) dipertahankan dengan perbaikan, 5 soal harus diganti (16,7%) dan 1 soal (3,3%) harus dibuang. B. Implikasi Implikasi yang dapat dipaparkan dari hasil analisis butir soal di atas adalah sebagai berikut: 1.
Hasil analisis butir soal secara kualitatif menunjukkan bahwa 2 soal tidak memenuhi aspek materi, 9 soal tidak memenuhi aspek konstruksi, 24 soal tidak memenuhi aspek bahasa/budaya, dan 6 soal sudah memenuhi ketiga aspek tersebut. Soal yang tidak memenuhi aspek materi, konstruksi, dan bahasa/budaya sebaiknya diperbaiki lagi atau diganti dengan soal yang memenuhi aspek-aspek tersebut. Sedangkan soal yang sudah memenuhi aspek-aspek tersebut bisa dipertahankan atau digunakan untuk tes yang akan datang.
2.
Hasil analisis validitas soal menunjukkan bahwa soal yang valid berjumlah 21 butir soal (70%) dan yang tidak valid berjumlah 9 butir soal (30%). Soal yang tidak valid sebaiknya diganti atau dilakukan perbaikan. Sedangkan soal yang valid dapat dipertahankan atau digunakan untuk tes yang akan datang.
82
3.
Hasil analisis reliabilitas soal menunjukkan angka 0,637 yang berarti soal tes belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un reliable). Soal yang kualitasnya jelek hendaknya segera dilakukan revisi agar reliabilitas soal dapat meningkat sebab validitas soal akan mempengaruhi besar kecilnya reliabilitas soal.
4.
Hasil analisis daya pembeda soal menunjukkan bahwa 7 soal (23,3%) termasuk ke dalam kategori tidak baik. Hasil analisis daya pembeda yang menunjukkan daya beda yang cukup, baik, dan baik sekali harus dipertahankan, sedangkan soal dengan daya beda jelek dan jelek sekali harus dilakukan perbaikan atau tidak digunakan lagi.
5.
Hasil analisis tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa soal dengan kategori mudah berjumlah 1 butir soal (3,3%), soal dengan kategori sedang berjumlah 17 butir soal (57,7%), dan soal dengan kategori sukar berjumlah 12 butir soal (40%). Sebaiknya soal dengan kategori mudah dan sukar diperbaiki agar menjadi soal dengan kategori sedang. Perbandingan ideal antara butir soal yang mudah, sedang dan sukar dibuat proporsional agar terdapat keseimbangan tingkat kesukaran soal tersebut. Perbandingan ideal tingkat kesukaran adalah 3:5:2, yaitu mudah 30%, sedang 50% dan sukar 20%.
6.
Hasil analisis efektivitas pengecoh menunjukkan 20 butir soal (66,7%) pengecohnya belum efektif. Sehingga pengecohnya perlu untuk diperbaiki agar menjadi pengecoh yang baik.
83
7.
Hasil analisis butir soal secara kuantitatif seluruhnya menunjukkan bahwa 2 soal (6,7%) dipertahankan tanpa perbaikan/layak digunakan, 22 soal (73,3%) dipertahankan dengan perbaikan, 5 soal harus diganti (16,7%) dan 1 soal (3,3%) harus dibuang. Soal yang dipertahankan dengan perbaikan dapat digunakan kembali dalam tes setelah dilakukan perbaikan lagi dibagian yang belum memenuhi kriteria kemudian dilakukan uji coba ulang. Soal yang harus diganti maka butir soal tersebut harus diganti dengan soal baru disesuaikan dengan kisi-kisi melalui indikator soal. Sedangkan soal yang dibuang tidak boleh digunakan lagi dalam tes. Tes sebagai instrumen evaluasi sangat penting fungsinya dalam
pembelajaran. Instrumen yang baik akan mampu mengukur kemampuan siswa secara tepat. Oleh karena itu, perlu adanya instrumen tes yang baik dan berkualitas sehingga tujuan dari adanya evaluasi dapat terpenuhi. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
para
pendidik
untuk
lebih
memperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi. Soal yang kurang baik diperbaiki lagi agar menghasilkan soal yang lebih berkualitas. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan agar pendidik melakukan analisis butir soal baik analisis secara kualitatif maupun analisis secara kuantitatif. C. Keterbatasan Penelitian 1.
Perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda soal menggunakan rumus tes obyektif atau pilihan ganda sehingga sangat bergantung pada
84
sampel yang dianalisis. Hasil penelitian akan berbeda jika soal diujikan pada sampel yang berbeda. 2.
Penelaahan secara kualitatif berdasarkan kartu telaah soal obyektif, yaitu penelaahan yang dilakukan dengan menggunakan kartu telaah yang dibuat sedemikian rupa mengacu pada kaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik.
3.
Analisis butir soal hanya sekedar memberikan informasi kepada pendidik, tidak disertai dengan pembuatan soal yang baru dan juga tidak diuji cobakan ulang.
D. Saran Kepada para pendidik diharapkan: 1.
Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan penyusunan instrumen evaluasi berdasarkan pada kaidah penulisan soal baik dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh untuk soal terutama pilihan ganda.
2.
Melakukan koordinasi kepada sesama pendidik di sekolah dalam penyusunan kisi-kisi soal, pembuatan soal, dan analisis soal sehingga diperoleh soal yang kualitasnya baik.
3.
Mengikuti
pelatihan
untuk
meningkatkan
keterampilan
dalam
penyusunan soal yang baik dan cara menganalisis butir soal secara benar. 4.
Perlu mengadakan penelitian untuk berbagai metode dan penilaian yang lainnya. 85