160
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali nilai-nilai historis pada sebuah bangunan, menciptakan identitas bangunan, dan memperkaya makna bangunan mulai dari fasade, hingga ke seluruh bagian bangunan. Ide ini diterima semua lapisan masyarakat dan gerakan ini berdampak pada pengembalian ruh arsitektur dalam gerakan regionalisme yang membebaskan rancang bangun arsitektur pada nilai-nilai lokalitas. Ajaran regionalisme berupaya menumbuhkan semangat kreativitas para arsitek dunia untuk mewujudkan bangunan yang kreatif, dinamis, elegan, dengan mengedepankan pemrograman rancang bangun dan menghidupkan bangunannya dengan sentuhan ornamen dan dekorasi yang mencirikan bangunan lokal. Adapun beberapa pemikiran yang diutarakan dalam manifesto arsitektur postmodern seperti bangunan bersifat kompleks, kontradiktif, ambigu, hybrid, distorsif, inovatif, konvensional, representatif, tidak konsisten, metafor, komunikatif, menyenangkan dan lain sebagainya. Sejalan dengan kondisi masyarakat postmodern yang kreatif dan imajinatif, arsitektur postmodern merupakan alternatif yang
161
mengantarkan masyarakat untuk berkomunikasi sembari menilai keterkaitan bentuk bangunan dengan objek yang pernah diamati seseorang. Kedua, arsitektur postmodern adalah sebuah gerakan otokritik yang hendak menjawab kebuntuan atas arsitektur modern yang dinilai kaku, apalagi memiskinkan bahasa arsitektur sebagai tujuan awal karya arsitektural dibangun. Gerakan postmodernisme arsitektur mengecam dan memberlakukan pembangunan yang berwawasan nilai lokal dalam gerakan regionalisme, sehingga nyaris mematikan langkah arsitektur modern. Kecepatan membangun dan efisiensi pengeluaran biaya dibantah semenjak penghuni merasakan bangunan yang membosankan dan kurang manusiawi, reduksi atas unsur dekoratif dan ornamental menjadi hal kasuistik lainnya, keberadaan dinding beton dan meminimalisir kedua aspek tersebut akan membuat penghuni merasa tertekan. Ini adalah beberapa hal yang hendak digugat oleh postmodernisme arsitektur, meskipun demikian, gerakan postmodernisme arsitektur tidak sepenuhnya melepaskan ajaran-ajaran modern tentang rancang bangun. Penerapan beton bertulang atau kaca bertulang diaplikasikan dengan kreasi para arsitek membentuk gaya bangunan baru yang khas. Ketiga, arsitektur adalah bagian dari bidang seni, karya arsitektural adalah karya seni yang dapat digunakan manusia. Kaidah filsafat melatarbelakangi kegiatan rancang bangun arsitektur sehingga bangunan yang dibuat pasti memiliki nilai seni. Seperti halnya dunia seni, dunia arsitektur juga ikut mempengaruhi perubahan zaman,
162
karena perkembangannya dibentuk atas zaman yang menaunginya. Arsitektur dan seni adalah salah satu kajian primer sejak peradaban manusia mengenalnya, pengaruh zaman yang melandasinya memberikan ciri, corak dan langgam yang dapat diidentifikasikan berdasarkan bentuk visualnya. Seni dan arsitektur mendapatkan pondasinya kembali setelah era modern berhasil menyingkirkan pemikiran klasik yang terkesan eksklusif, padahal modernisme justru berusaha membuat dinastinya sendiri dengan membatasi akses dunia seni pada sejumlah kalangan saja. Bertolak belakang dengan pemikiran modern, seni dan arsitektur postmodern lahir secara bersamaan, keduanya ingin menerobos acuan seni dan arsitektur modern. Seni postmodern, layaknya arsitektur postmodern, hendak menjawab kebuntuan pula dalam dunia seni dengan menghancurkan batasan seni tinggi dan seni rendah yang didasari sistem kelas sosial. Seni postmodern membuka tabir seni yang kemudian berevolusi menjadi seni massa dan seni populer dalam kajian budaya, hingga akhirnya seni postmodern dapat diakses publik dan melonjak menjadi komoditas masal. Arsitektur postmodern dalam filsafat seni memiliki landasan yang korelatif, karena hal-hal yang ingin diwujudkan mencakup inovasi bentuk, kreasi bentuk, pola, struktur, ragam, hiasan, beserta semua hal yang pernah dihilangkan arsitektur modern. Penggunaan aspek dekor dan ornamen dibuat untuk mencegah keluhan penghuni pada konteks visual bangunan, maka kaidah-kaidah filsafat seni harus diperhatikan dalam pengerjaan bangunan.
163
Guna menjembatani antara seni dan arsitektur, langgam pemikiran dalam gerakan postmodernisme melacak dinamika kehidupan masyarakatnya dengan menyajikan aspek visual yang imajinatif dan menyenangkan. Idiom-idiom estetika postmodern dan diskursus yang diutarakan beberapa filsafuf postmodern hendak menegaskan bahwasannya realitas postmodernisme di kedua kubu tersebut sarat akan kekuatan yang mengantarkan manusia ke zaman yang lebih beradab tanpa harus berkutat pada ilmu pengetahuan, teknologi, atau pendewaan rasionalitas. Arsitektur dan seni postmodern akan sejalan sesuai dengan selera masyarakat yang tidak terbelenggu atas eksklusifitas kelas sosial.
B. Saran Penelitian tentang objek material arsitektur postmodernisme ini menarik untuk didalami, mengingat pemahaman yang didapatkan dari membaca buku seputar arsitektur tidak lantas membuat penelitian ini sejajar dengan penelitian berbasis arsitektur. Penelitian ini mengedepankan filsafat seni sebagai kajian objek formalnya dan menghubungkan kedua objek material dan formal sebagai pisau analisanya. Keterkaitan antara keduanya sangat komprehensif dan kompleks, sehingga penelitian ini diharapkan mampu menjawab dinamika perkembangan arsitektur dan dunia seni khususnya dalam kajian postmodernisme. Penelitian
berikutnya
dapat
dilanjutkan
dengan
penelitian
seputar
perkembangan arsitektur postmodern yang bereferensi pada aliran-aliran arsitektur
164
postmodern
seperti arsitektur
dekonstruktif,
green
architecture,
temporary
architecture, atau rancangan arsitektur parametrik dan fluidity architecture yang sedang populer saat ini. Begitu juga peranan arsitek lokal Indonesia yang terus menggali potensi rancang bentuk arsitektur khas Indonesia di masa depan. Aktualisasi diskursus arsitektur dipertahankan.
postmodernisme di Indonesia
harus tetap