BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Konsep desain pusat pelatihan musik ini adalah konsep penciptaan ruang kelas pusat pelatihan musik, terutama ruang kelas dan ruang pertunjukan musik yang memenuhi baku kualitas akustik, sehingga dapat memfasilitasi aktivitas para pelaku kegiatan yang dapat terlaksana dengan optimal.
5.1
Transformasi arsitektural Konsep baku akustik pada pusat pelatihan musik di Yogyakarta ini
diwujudkan dalam solusi arsitektural yang memperhatikan aspek : - Akustik ruang Merupakan standarisasi keruangan yang menjadi syarat terciptanya kualitas suara yang baik dengan mengelolah, mengatur suara dari sumber bunyi dengan segala aspeknya sehingga terciptannya kualitas suara yang diinginkan. - Pengendalian bising Merupakan metode mereduksi tingkat kebisingan yang dapat menggangu kualitas suara pada suatu aktifitas, hal ini akan dihitung nilai insulasi kombinasi material yang berada dekat sumber kebisingan. - Bentuk/ model bangunan Menggunakan bentuk bangunan arsitektur modern seperti penggunaan atap datar, elemen garis serta elemen kaca yang telah diketahui nilai insulasi kombinasinya sehingga dapat mereduksi tingkat kebisingan yang berasal dari luar bangunan.
5.1.1
Lokasi Site Site berada di kawasan jalan Magelang dengan ukuran luasan site kurang
lebih 28.275 m². KDB maksimum 40-60%. Area yang terbangun dan perkerasan tanah antara 4.000m" – 6.000m".
137
145 195
Gambar 5.1 Site di Kawasan Jalan Magelang, Yogyakarta265 Batas – batas site : Utara
: jalan utama menuju Magelang – Semarang, kawasan komersial kepolisian, dan rumah penduduk.
Selatan : Perkantoran pemerintah kabupaten, terminal Jombor dan kawasan pertokoan. Barat
: Daerah pusat pemerintah, stadion sepak bola Tridadi Sleman, kolam / danau tirta dan jalan kelas 2.
Timur : Kawasan komersial (perdangangan), rumah penduduk dan pabrik.
5.1.2
Organisasi Ruang pada Tapak Organisasi ruang didalam tapak pusat pelatihan musik ini berdasarkan
pada keterkaitan aktivitas masing-masing kelompok kegiatan yaitu fasilitas servis, fasilitas pendidikan, fasilitas pengelola, fasilitas pertunjukan dan fasilitas penunjang.
265
Google Earth
138
2
3
4
: Jauh : Dekat : Sangat dekat
5
6
1
1 Jl. Magelang
Ke arah Yogyakarta
Ke arah Magelang
Gambar 5.2 Organisasi Ruang Tapak266 Keterangan : 1. Area parkir 2. Fasilitas servis 3. Fasilitas pendidikan 4. Fasilitas pengelola 5. Fasilitas pertunjukan 6. Fasilitas penunjang
5.1.3
Gubahan Massa Konsep gubahan massa dengan mempertimbangkan bentuk site , dan
kondisi lingkungannya dengan mengacu pada konsep bentuk yang dapat menghasilkan difusi, proteksi terhadap bising pada area pendidikan dan ruang pertunjukan, serta bentuk yang dinamis dan modern, bebas dan atraktif untuk menunjang karakter pusat pelatihan musik.
5.1.4
Orientasi Massa Orientasi massa memperhitungkan penghalangan bising dari arah jalan
dengan meletakkan area penunjang dan penerima pertunjukan pada bagian luar tata massa. Penempatan ini juga dimaksudkan untuk menarik pengunjung yang dapat menguntungkan secara komersil. 266
Analisis penulis
139
Sumbu orientasi bangunan
site
U Gambar 5.3 Orientasi Massa267
5.1.5
Pencapaian dan Sirkulasi
site
Gambar 5.4 Pencapaian dan Sirkulasi268
267 268
Analisis penulis Analisis penulis
140
5.1.6
Konsep Tapak dan Tata Ruang
Tapak
Penggunaan barrier untuk mengatasi kebisingan dari jalan raya site
Penggunaan barrier
Jalan raya
Ruang pertunjukan
Elemen keras, dinding pelindung, melindungi ruang pertunjukan dari bising Sumber bising
Gambar 5.5 Konsep Tapak269
269
Analisis penulis
141
Tata Ruang Dalam
Ruang didalam ruang
Ruang bersebelahan
Ruang saling berkaitan
Ruang dihubungkan ruang bersama
Gambar 5.6 Tata Ruang Dalam270 -
Area Kelas Menghindari ruang kelas yang saling berhadapan pada sebuah koridor pada satu sisi koridor saja untuk mengurangi noise yang timbul jika ruang kelas berhadapan.
Gudang sebagai buffer zone Ruang kelas
koridor
-
Area Pertunjukan
Ruang pertunjukan
Lobby sebagai buffer zone
Gudang dan loading dock
Gambar 5.7 Konsep Tata Ruang Dalam271 270
Analisis penulis
142
Tata Ruang Luar Hall pertunjukan dan fasilitasnya Ruang pertunjukan Loading dock site
Hall pusat pelatihan musik dan penunjang Pengelola dan pendidikan R. servis
Gambar 5.8 Konsep Tata Ruang Luar272
5.1.7
Ruang Kelas Konsep akustika pada ruang kelas diwujudkan dengan : - Pada dinding penggunaan bahan penyerap berupa Acourete - Board 230 - Peredam Suara Softboard ( 9mm). - Pada Plafon penggunaan bahan penyerap berupa bahan Acourete Fiber 600 Peredam Suara (10mm). - Pada lantai penggunaan bahan penyerap suara dan getaran berupa bahan Acourete Mat Resin - Bahan Insulasi Suara dan Getaran (2mm). - Penggunaan kontruksi insulasi bunyi pada dinding, lantai dan langitlangit serta pintu. - Penggunaan pintu tebal yang difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan peralatan. - Menghindari deretan kelas yang saling berhadapan dengan jarak yang dekat (kelas-kelas yang dihubungkan sebuah koridor). Deretan kelaskelas hanya pada salah satu sisi koridor saja.
271 272
Analisis penulis Analisis penulis
143
Langit-langit gantung dengan bahan plywood 3/8 in (0,94cm)
lantai dengan bahan Lantai dengan bahan Acourete Mat Resin - Bahan Insulasi Suara dan Getaran (2mm)
Dinding dengan bahan Dinding dengan bahan Acourete - Board 230 - Peredam Suara Softboard ( 9mm)
Gambar 5.9 Konsep Ruang Kelas273 Penggunaan pintu tebal yang difungsikan juga sebagai tempat penyimpanan peralatan.
Gambar 5.10 Konsep Pintu padaRuang Kelas274
5.1.8
Ruang Pertunjukan Konsep akustika pada ruang pertunjukan diwujudkan dengan : Penggunaan langit-langit gipsum yang tidak teratur sebagai reflektor. Penggunaan bahan pemantul seperti kayu panel, gipsum pada area pemain dan dinding-dinding samping ruang yang tidak teratur. Penggunaan bahan penyerap suara pada dinding belakang berupa titik dinding tebal untuk menghilangkan gema. Pemberian bahan lapisan berupa karpet pada selasar di antara tempat duduk penonton.
273 274
Analisis penulis Christina E. Mediastika, Ph.D. “AKUSTIKA BANGUNAN”, PT. Penerbit Erlangga, Yogyakarta, 2005.
144
Kursi dengan bahan berpori untuk mengganti penyerapan oleh penonton jika ruangan tidak penuh. Penggunaan kontruksi insulasi bunyi pada dinding, lantai dan langitlangit serta pintu.
Gambar 5.11 Konsep Ruang Pertunjukan275
Penggunaan dinding tidak teratur yang berguna untuk memantulkan bunyi. Lantai yang bertrap dengan bahan kain berpori. Langit-langit yang tidak teratur berguna untuk memantulkan bunyi.
Kesimpulan dari ruang kelas adalah : 1. Pada ruang kelas tidak membutuhkan pemantulan suara akan tetapi diperlukan penyerapan suara. 2. Pada perhitungan dengan software ecotect mempunyai RT antara 0,45 – 0,50 s yang dilapisi dengan lapisan penyerap bunyi. 3. Pintu menggunakan pintu tebal. 4. Kelas-kelas terhindar dari saling berhadapan dan jarak dekat, dan hanya pada salah satu sisi koridor saja.
275
Analisis penulis
145
Kesimpulan dari ruang pertunjukan 1. Pada ruang pertunjukan dibutuhkan beberapa pemantulan suara untuk meningkatkan kualitas bunyi. 2. Pada perhitungan dengan software ecotect mempunyai RT antara 1,67s yang dilapisi dengan lapisan penyerap bunyi dan lapisan pemantul bunyi. 3. Bentuk langit-langit yang tidak teratur. 4. Penggunaan bahan pemantul seperti bagian plafon dan dindingdinding samping ruang yang tidak teratur. 5. Penggunaan bahan penyerap pada bagian dinding belakang penonton untuk menghilangkan gema. 6. Penggunaan bahan penyerap berupa karpet pada bagian lantai pada bagian penonton. 7. Kursi yang digunakan dengan bahan berpori untuk mengganti penyerapan oleh penonton jika ruangan tidak penuh. 8. Penggunaan kontruksi insulasi bunyi pada bagian dinding, lantai dan plafon serta pintu.
5.1.9
Pencahayaan Pencahayaan pada pusat pelatihan musik ini menggunakan pencahayaan
alami dan buatan. Pencahayaan buatan terutama digunakan pada ruang kelas dan ruang pertunjukan. Pada ruang kelas digunakan lampu TL yang diletakan dalam plafon untuk menjaga keawetan dan kebersihan lampu, selain itu nilai estetis yang diperoleh juga lebih baik. Lampu TL dalam plafon
Gambar 5.12 Konsep Pencahayaan Ruang Kelas276 276
Analisis penulis
146
Pada ruang pertunjukan digunakan lampu sorot untuk area panggung (stage). Sedangkan area penonton menggunakan lampu TL yang diletakkan di dalam langit-langit pemantul serta lampu halogen untuk menambah nilai estetis. Halogen warm white
Lampu sorot
Gambar 5.13 Konsep Pencahayaan Ruang Pertunjukan277
5.2
Struktur Sistem struktur utama pusat pelatihan musik ini adalah struktur kolom
balok dengan tulangan baja serta dinding bata plester dua sisi dengan nilai STC 45dB. Perhitungan nilai insulasi kombinasi Asumsi - Luas dinding depan pusat pelatihan musik ini = 4 x 10,5 = 42m² (entrance hall). - Luas jendela = (lebar 0,6 x tinggi 2m) = 1,2 m² = 1,2 m² x Total jendela 9 buah = 10,8 m² - Pintu dengan ketebalan (12mm) lebar 1,5 x tinggi 2,13 m = 3,2 m² ( Total luas jendela + pintu = 10,8 + 3,2 = 14 m² ) - Dinding mengunakan material bata plester dua sisi dengan insulasi 45dB - Jendela menggunakan material kaca mati dengan ketebalan 12mm dengan insulasi 33dB. Selisih kedua material kombinasi yaitu : 45dB – 33dB = 12dB Perbandingan antara dinding dan jendela yaitu : 42 m² - 14 m² = 28 m² 277
Analisis penulis
147
Jadi 14 : 28 dengan rasio 1 : 2
8dB
12dB
Gambar 5.14 Kurva Untuk Menghitung Nilai Insulasi Kombinasi278
Maka dilihat dari grafik diatas didapat nilai insulasi yang hilang adalah sekitar 8dB. Sehingga, nilai insulasi kombinasi dua material tersebut menjadi 45dB – 8dB = 37 dB.
278
Moore, JE., Design For Good Acoustic, second edition, Architectural Press, London, 1967
148
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K., Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya, dialih bahasakan oleh Ir. Paulus Hanoto Adjie, Penerbit Erlangga, 1994. Christina E. Mediastika, Ph.D. “AKUSTIKA BANGUNAN”, PT. Penerbit Erlangga, Yogyakarta, 2005. De Chiara, Joseph, and Callender, Jhon H, Time Saver Standards for Building Types, 2nd edition, Mc Graw Hill Inc, New York, 1983. Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid 4, 1995 D.W., Durrant, Interior Lighting Design, London Lighting Industry Federation Limited and The Electricity Council, 1977. Doelle, Leslie L., Akustik Lingkungan, terjemahan Lea Prasetio, Erlangga, 1986. Egan, M. David, Architectural Acoustics, Mc Graw Hill Book Co, New York, 1988. Egan, M. David, Concepts in architectural Acoustic, Prentice-Hall Inc., New-Jersey, 1976. Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990. Izenour, George C., Theater Design, Mc Graw Hill Book Co, New York, 1977. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, balai pustaka, 1989. Moore, JE., Design For Good Acoustic, second edition, Architectural Press, London, 1967 Neufert, Ernst, Data Arsitek, jilid 1, dialih bahasakan oleh Sunarto Tjahjadi, Penerbit Erlangga, 1996. Prier, Karl Edmund & Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid 1, 1995. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Dinas penerbitan, balai pustaka.1976.
Internet. www.archinform.com www.bragamusic.com www.google earth.com www.indonesia.com www.jogja.go.id www.kompas.com www.optimamusic.com www.squ1.com www.vokuz.com www.wikipedia.com www.yahoo.com – search www.yamaha- music.com
Skripsi Daryono Kusuma, Skripsi S1 Arsitektur “Musik Certer di Yogyakarta”, UGM, 2002. Festa Antoni, Skripsi S1, “Gelanggang Pertunjukan Musik di Yogyakarta” , UGM, 2003. Fransiska Dina, Skripsi S1 Arsitektur “Sekolah Musik di Bandung”, UGM, 2000. Gita Savitri, Skripsi S1 Arsitektur Sekolah Musik di Jakarta, UGM, 2004.
LAMPIRAN