BAB V KESIMPULAN
Nilai-nilai kemanusiaan merupakan bagian dari hukum kodratik yang membuat kehidupan umat manusia dapat tetap lestari sampai sekarang. Manusia dan nilai-nilai kemanusiaan dalam hukum ini hidup saling melengkapi, mempengaruhi, dan membentuk antara satu sama lain. Manusia mampu hidup di tengah berbagai kondisi kehidupan yang tidak manusiawi (seperti halnya peperangan, pembunuhan dan kekerasan) dalam perjalanan kehidupannya, karena adanya nilai-nilai kemanusiaan yang berada di sekitarnya. Begitu pula nilai-nilai kemanusiaan itu dapat lahir, tumbuh dan berkembang di sekitar kehidupan manusia, karena adanya pribadi manusia yang selalu berupaya menjaga dan melestarikannya. Kenyataan ini dapat kita lihat dari kehidupan yang ditunjukan Mahatma Gandhi dalam upaya perjuangan kemanusiaannya. Keterkaitan antara dua sisi ini yaitu manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, seakan begitu jelas digambarkan Gandhi dalam kehidupannya. Di satu sisi, pemikiran kemanusiaan yang dikembangkan Gandhi dalam prisip ahimsa, satyagraha, hartal, dan swadeshi, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang berada di sekitarnya. Berbagai aspek kemanusiaan dalam kehidupan Gandhi, baik itu aspek sosial budaya (lingkungan keluarga, masyarakat, agama dan pendidikan), politik (kebijakan Imperialisme Inggris), dan ekonomi (sistem kapitalisme), dinilai begitu
199
dominan mempengaruhi segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan, pemikiran, dan keyakinan Gandhi. Kemudian di sisi lain, ajaran-ajaran kemanusiaan yang diperoleh Gandhi dari berbagai aspek tersebut, dalam kenyataannya mencoba diarahkan untuk menyikapi kondisi kemanusiaan rakyat India yang dinilainya tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui perjuangan yang dilakukannya bagi rakyat India, Gandhi mencoba menunjukan kepada seluruh umat manusia bahwa hukum kemanusiaanlah yang membuat kehidupan ini dapat terjaga sampai sekarang. Bukan hukum tidak manusiawi seperti yang ditunjukan oleh mereka yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam upaya mengeksploitasi manusia lain bagi kepentingan dirinya. Keyakinan inilah yang membuat Gandhi selalu mengedepankan cara-cara nir-kekerasan dalam upaya mencapai tujuan mulianya yaitu kebenaran. Dalam hal ini, Gandhi mencoba mensinergiskan antara cara yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapainya, karena baginya antara cara dan tujuan terdapat keterkaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Tujuan yang baik hanya dapat dicapai dengan cara yang baik. Melalui cara-cara perjuangan yang menekankan nilai-nilai moral ini, Gandhi berhasil memberikan perubahan yang cukup penting bagi kondisi kehidupan masyarakat India. Perubahan penting itu dapat kita lihat dari beberapa aspek, seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam aspek politik, Gandhi berhasil membawa negeri India mencapai kemerdekaan dengan cara yang damai, tanpa menggunakan kekerasan dalam upaya perlawanannya. Dalam aspek ekonomi, ia mampu membangkitkan indutri-indutri kecil di pedesaan yang
200
merupakan basis kekuatan ekonomi India dalam mencapai swaraj atau kemerdekaan. Kemudian dalam aspek sosial budaya, melalui semangat berkorban dan melayaninya, ia berhasil menanamkan sikap saling menghargai diantara kelompok masyarakat Hindu India yang selama ini selalu mengedepankan sentimen kasta dalam hubungan sosialnya dan menumbuhkan toleransi diantara kelompok agama yang berbeda. Meskipun bagi rakyat India sendiri, ajaran-ajaran kemanusiaan yang dikembangkan Gandhi dalam prisip ahimsa, satyagraha, hartal, dan swadeshi itu masih berada dipermukaan dan belum menyentuh secara mendalam. Mereka hanya menjadikan prinsip-prinsip moral itu sebagai sebuah kebijakan untuk mencapai kemerdekaan, bukan sebagai sebuah keyakinan seperti yang diajarkan Gandhi. Hal inilah yang kemudian membuat tujuan mulia yang dicita-citakan Gandhi dalam kemerdekaan India, justru menyebabkan terjadinya perpecahan dan konflik yang berkepanjangan antara komunitas Hindu dan Muslim di dalam negeri India sendiri. Bahkan, kekerasan yang terjadi diantara dua komunitas itu telah membawa India dan Pakistan dalam perlombaan senjata nuklir yang sangat membahayakan masa depan umat manusia. Namun di sisi lain, pemikiran kemanusiaan yang dikembangkan Gandhi dalam prisip ahimsa, satyagraha, hartal, dan swadeshi itu telah membawa perubahan yang cukup penting dalam mempengaruhi perkembangan ide-ide perjuangan kemanusiaan pada masa selanjutnya. Di India, melalui ashram yang dibentuknya Gandhi berhasil mengajarkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam pemikiran itu terhadap beberapa murid dan pengikutnya, yang kemudian
201
mengamalkan ajaran itu untuk melanjutkan perjuangan Gandhi. Kemudian di dunia, perjuangan kemanusiaan yang telah dilakukan Gandhi diakui telah mempengaruhi ide-ide perjuangan kemanusiaan masyarakat dunia, seperti yang dilakukan oleh Martin Luther King Jr, Nelson Mandela dan lain sebagainya. Dari semua pemaparan yang telah dikemukakan penulis dalam penyusunan skripsi ini, penulis melihat bahwa perjuangan kemanusiaan yang dilakukan Gandhi melalui prinsip ahimsa, satyagraha, hartal,dan swadeshi ini bukanlah sebuah cita-cita yang bersifat utopis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa upaya perjuangan kemanusiaan itu tidak hanya berada di dalam tataran teoritis semata, berupa penjelasan-penjelasan secara konseptual tentang prinsipprinsip perjuangan yang terdapat di dalamnya. Namun, secara praktis Gandhi telah berhasil menunjukan oleh dirinya sendiri berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan perjuangan yang dicita-citakan. Ajaran cinta kasih yang mengajarkan kita untuk melawan kekerasan dengan nir-kekerasan dan kebencian dengan kasih sayang dalam upaya mencapai kebenaran, merupakan ajaran moral yang begitu agung. Ajaran inilah yang telah menjaga kita dari kehancuran yang disebabkan hukum kekerasan. Sehingga, upaya untuk menumbuhkan dan memperjuangkan ajaran cinta kasih ini dalam setiap aspek kehidupan merupakan sebuah tugas yang harus kita lakukan, agar kehidupan umat manusia yang kita dambakan dapat terwujud.
202
DAFTAR PUSTAKA
Alappat, Francis. (2005). Mahatma Gandhi: Prinsip Hidup, Pemikiran Politik dan Konsep Ekonomi. Bandung: Nusa Media. Bagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Baut, P. S dan Herman, B. (1988). Kompilasi Deklarasi Hak Asasi Manusia. Jakarta: YLBHI. Carssesse, A. (1993). Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Clack, Ed dan Hughlatten, G. (1998). Hak Asasi Manusia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Davidson, S. (1994). Hak Asasi Manusia, Sejarah, Teori dan Praktek Dalam Pergaulan Internasional. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Davis, P. (1994). Hak Asasi Manusia Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dear, J. (2007). Intisari Ajaran Mahatma Gandhi. Bandung: Nusamedia. Drownlie, I. (1993). Dokumen-Dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia. Jakarta: UI- Press. Ellsburg, R. (2004). Gandhi On Cristianity. Yogyakarta: LKiS. Fischer, L. (1967). Gandhi: Penghidupanja dan Penghidupanja Bagi Dunia. Jakarta: PT. Pembangunan Djakarta Gunung Sahari. Gandhi, M.K. (1951). Satyagraha: Non- Violence Resistance. Ahmedabad: Hanayivan Publishing House Ahmedabad. Gosschlack, L. (1986). Mengerti Sejarah (Terjemahan). Jakarta: UI- Press. Ismaun. (1990). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan SejarahIKIP. Iyer, R. (1991). The Essential Writing of Mahatma Gandhi. New York: Oxford University Press. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
203
Mehta, V. (2002). Ajaran-Ajaran Mahatma Gandhi: Kesaksian dari Pengikut dan Musuh-Musuhnya. Yogyakarta: Pustaka Pijar. Merthon, T. (1992). Gandhi Tentang Pantang Kekerasan. Jakarta: Yayasan obor Indonesia. Muchtar, K. (1988). Semua Manusia Bersaudara. Jakarta: PT. Gramedia. Mulya, T.S.G. (1951). India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan) Jakarta: Balai Pustaka. Nanda, R.R. (1995). Gandhi and His Critics. Delhi: University Press. Nicholas, M. (1994). Mahatma Gandhi: Pahlawan Yang Membebaskan India dan Memimpin Dunia Dalam Perubahan Tanpa Kekerasan (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Oka, D.B. (1987). Gandhi Sebuah Otobiografi:Kisah eksperimen Dalam mencari Kebenaran (Terjemahan). Jakarta: Sinar Harapan. Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Setiawan, A.A. (1993). Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakat Dunia: Isu dan Tindakan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Shiren, W.L. (1981). Gandhi a Memoir. London: Abacus. Sihombing, O.D.P. (1962). India: Sedjarah dan Kebudayaannya. Bandung: Sumur Bandung. Siswojo. (1987). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta. Dirjen DIKTI Depdikbud. Sjamsuddin, H. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud-DIKTI. Taufik, R. dan Muzaffar, P. (1995). Hakl Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru: Mengubah Dominasi Dunia Barat. Jakarta: Mizan. Trimurti. (1976). Mahatma Gandhi: Perjuangan Tanpa Kekerasan. Jakarta: Djembatan. Wigig, R.W. (1986). Dimensi Etis Ajaran Gandhi. Yogyakarta: Kanisius. Wolpert, S. (2001). Mahatma Gandhi Sang Penakluk Kekerasan: Hidupnya dan Ajarannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
204
Zaenuddin, A.R. (1994). Hak-Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Zimmer, H. (2003). Sejarah Filsafat India. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamus dan Ensiklopedia Bagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi II). Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III). Jakarta: Balai Pustaka Ensiklopedia Nasional Indonesia (jilid I). (1990). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Ensiklopedia Nasional Indonesia (jilid VII). (1990). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Ensiklopedia Nasional Indonesia (jilid XV). (1990). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Hamzah. A. (1986). Kamus Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sumber Internet APT Non Violence Trainers Manual. Basic Concepts of Satyagraha. [on line]. Tersedia: http://Dfong.Com?Nonviol/Basicsat.html. (18 November 2006). Boundurat, V.J. (2006). Satyagraha-It’s Basic Percepts. [on line]. Tersedia: http://www.algonet.sel/~jviklund/gandhi/ANG.NV.sat.html. (18 November 2006). Civil
Disobience-Philosophy Mahatma Gandhi. [on line]. http://www.kids-right.org/P-gandhi.htm. (18 November 2006).
Tersedia:
Gandhi. [on line]. Tersedia; http://www.squat.net/caravan/icc-en/krrs-e/gandhiecon-en.htm_20k_. (24 Oktober 2007). Rosihan Fahmi. (2007). Gandhi Si Pengagum Rasul Muhammad.[on line]. Tersedia: http://www-pikiran-rakyat.com/cetak/2007/022007/02/0902.htm. (24 Oktober 2007).
205
Swadehi. [on line]. http://www.bombaymuseum.org/ahimsa/sec5/swadeshi.html.6k. Oktober 2007).
Tersedia: (24
Swadeshi. [on line]. Tersedia: http://www.wildewildeweb.com/gandhi/swadeshi.html. (24 Oktober 2007). Wikipedia Indonesia. Mahatma Gandhi. [on line]. Tersedia: http://Id.wikipedia.org/wiki/Mahatma_Gandhi. (18 November 2006). Wikipedia Indonesia. Satyagraha. [on line]. Tersedia: http://En.Wikipedia.Org/Wiki/Satyagraha#Definition_And_Three_Principle s. (18 November 2006). Wikipedia Indonesia. Swadeshi. [on line]. Tersedia: http://www.swadeshimovement.wikipedia.org/wiki/swadeshi-32k-. (24 Oktober 2007).
206