BAB V ANALISA
BAB V ANALISA
5.1
Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara
dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target. Pemisahan ini dilakukan dengan membuat zonasi pada krosplot dan melihat tampilan penampangnya pada cross-section. Analisa sensitifitas ini penting dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter yang dapat dijadikan indikator litologi dan indikator fluida. x
Krosplot P-impedance vs Gamma Ray
shale
carbonate
Gambar 5.1. Krosplot P-impedance vs Gamma Ray dengan color key resistivity.
70
BAB V ANALISA
Krosplot P-impedance vs Gamma Ray bertujuan untuk memisahkan antara shale dengan karbonat. Nilai Gamma ray yang tinggi merupakan parameter yang baik dalam mengidentifikasi keberadaan shale. Pada krosplot dapat dilihat bahwa shale memiliki nilai Gamma Ray yang lebih tinggi (zona warna hijau) dibandingkan dengan batuan karbonat (zona warna biru).
x
Krosplot P-impedance vs S-impedance
Gas carbonate
Wet carbonate
Shale
Gambar 5.2. Krosplot P-impedance vs S-impedance dengan color key Water Saturation.
Pada krosplot antara P-impedance (Zp) dan S-Impedance (Zs), dapat dilihat bahwa shale (warna biru muda) berada pada nilai Zp dan Zs yang rendah, wet carbonate (warna biru tua) pada nilai Zp dan Zs yang tinggi, sedangkan gas carbonate (warna merah) berada pada nilai Zp yang turun dan Zs yang tetap.
71
BAB V ANALISA
Kehadiran gas pada zona berwarna merah juga diperkuat dengan nilai watersaturation pada color key yang rendah, yaitu dibawah 0.65 (65 %). Nilai P-impedance yang diturunkan dari kecepatan gelombang-P (Vp) dapat dijadikan indikator dalam mengidentifikasi fluida, dalam hal ini adalah gas. Akan tetapi, masih terdapat nilai yang overlap antara shale dengan gas carbonate. Sementara itu nilai S-impedance yang diturunkan dari kecepatan gelombang-S (Vs) dapat membedakan litologi dengan baik, yaitu antara shale dengan karbonat.
x
Krosplot NPHI vs RHOB
Low RHOB & NPHI : indikasi fluida
Gambar 5.3. Krosplot NPHI vs RHOB dengan color key Water Saturation.
Krosplot RHOB (density) vs NPHI dilakukan dengan tujuan melihat efek fluida. Seperti diketahui jika RHOB (sumbu x) turun dan NPHI (sumbu y) turun maka akan terjadi cross-over, hal ini dapat dijadikan sebagai hidokarbon indikator. Pada
72
BAB V ANALISA
krosplot dapat dilihat bahwa kumpulan data hidrokarbon carbonate (warna merah) berada pada nilai RHOB (sumbu x) rendah dan NPHI (sumbu y) rendah. x
Krosplot Mu rho vs NPHI
Cut off 0.14 Low NPHI
Gambar 5.4. Krosplot Mu rho vs NPHI dengan colorkey Water Saturation.
Krosplot antara Mu Rho vs NPHI digunakan untuk melihat gambaran penyebaran porositas reservoir dan pemisahan litologi. Dapat kita lihat bahwa zona target berada kisaran nilai NPHI ( sumbu y) yang rendah ( dibawah 0.14), sedangkan wet carbonate dan shale berada pada kisaran nilai NPHI yang lebih tinggi. Sementara Mu Rho (sumbu x) dapat memisahkan litologi antara shale dan limestone dengan sangat baik, dengan cut off sebesar 8 GPA g/cc.
73
BAB V ANALISA
x
Krosplot EI vs P-impedance
Gambar 5.5a. Krosplot EI near vs P-impedance dengan colorkey Water Saturation.
Gambar 5.5b. Krosplot EI far vs P-impedance dengan colorkey Water Saturation
74
BAB V ANALISA
x
Krosplot Lambda rho vs Mu rho
Cut off = 8 GPA
HC cut off = 11 GPA (g/cc)
Gambar 5.6a. Krosplot Lambda Rho vs Mu Rho dengan color key Water Saturation
Cut off = 8 GPA
HC cut off = 11 GPA (g/cc)
Gambar 5.6b. Krosplot Lambda Rho vs Mu Rho dengan color key resistivity
75
BAB V ANALISA
Gambar 5.5a memperlihatkan hubungan linear antara EI near vs Pimpedance. Hal ini dikarenakan data EI near memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan data P-impedance, sehingga hasil inversi EI near juga tidak akan berbeda jauh dengan hasil inversi P-impedance. Sementara itu Gambar 5.5b yang memperlihatkan hubungan antara EI far vs P-impedance, masih dapat membedakan antara gas carbonate dan wet carbonate dengan kisaran nilai impedansi elastik 1300-2000 (m/s)*(g/cc) untuk gas carbonate. Akan tetapi krosplot ini tidak dapat membedakan antara shale dengan gas carbonate, terbukti dengan nilai impedansi elastik yang relatif sama di antara keduanya, yaitu 1400-2200 (m/s)*(g/cc).
Gambar 5.6a. memperlihatkan krosplot antara Lambda vs Mu Rho dengan color key water saturation. Batuan yang terisi hidrokarbon memiliki kandungan air yang sangat rendah. Hal ini didukung dengan nilai saturasi air pada daerah target yang berkisar antara 0.3 sampai 0.65, lebih rendah dari kandungan air batuan sekitarnya yaitu 0.7 sampai 1. Sementara Gambar 5.6b. memperlihatkan krosplot antara Lambda vs Mu Rho dengan color key resistivity. Pori batuan yang terisi gas tentunya akan memiliki resistivitas yang lebih besar dibandingkan pori batuan yang terisi air yang sangat mudah dialiri listrik dengan kisaran nilai resistivity 6 – 12 ohm-meter. Pada krosplot dapat diketahui litologi karbonat yang terisi gas berada pada kisaran nilai yang lebih tinggi yaitu 8 – 18 GPA g/cc dan untuk litologi shale mimiliki kisaran nilai yang lebih rendah yaitu 1 – 8 GPA g/cc.
76
BAB V ANALISA
Parameter Lame’s, Lambda menunjukkan inkompressibilitas batuan yang sensitif terhadap fluida yang mengisi pori, sehingga Lambda Rho dapat digunakan untuk membedakan fluida. Karbonat yang terisi gas akan lebih kompresif atau memiliki nilai inkompressibilitas yang rendah dibandingkan karbonat yang terisi air atau shale. Artinya limestone yang terisi gas memiliki nilai Lambda rho yang relatif lebih rendah. Dari krosplot pada Gambar 5.6a. dan Gambar 5.6b. dapat dilihat pengaruh gas berada pada kisaran nilai Lambda Rho 0 – 11 GPA g/cc. Dari hasil analisa krosplot di atas dapat diambil kesimpulan bahwa parameter Lambda Rho dan Mu Rho adalah parameter yang paling sensitif dalam membedakan litologi dan efek fluida pada daerah target. Parameter Lame’s, Mu yang berhubungan dengan rigiditas batuan mampu memberikan informasi mengenai litologi. Mu Rho dapat membedakan litologi antara batuan karbonat dengan shale, dimana batuan karbonat memiliki rigiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan shale.
Analisa Ketebalan Tuning Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa zona anomali hidrokarbon terdapat pada kedalaman TVD 2885 ft sampai 2970 ft (85 ft 26 m). Sedangkan rata-rata kecepatan gelombang-P (Vp) di zona target adalah 2900 m/s. Frekuensi dominan ± 40 Hz. Dari sini dapat dihitung panjang gelombang (wave length) dengan cara membagi rata-rata kecepatan gelombang-P (Vp) di zona target dengan frekuensi dominan.
77
BAB V ANALISA
zona target = 85 ft = 26 m
Amplitude spectrum
wavelength (O) = Velocity / Frequency = 2900 / 40 = 72.5 m
Resolusi vertikal = ¼ O = 18 m
Gambar 5.7. Analisa ketebalan tuning pada daerah target.
Dengan demikian dapat dihitung resolusi vertikal / ketebalan tuning daerah target yaitu seperempat panjang gelombang (¼ O) = 18 meter. Sementara itu ketebalan zona target adalah 26 m. Hal ini berarti ketebalan zona target berada di atas ketebalan tuning, sehingga resolusi vertikal seismik dapat memperlihatkan zona gas carbonate dengan baik. 5.2.
Analisa Hasil Inversi
5.2.1. Analisa Penampang Zp dan Zs Gambar 5.8 dan 5.9 memperlihatkan hasil inversi P-impedance (Zp) dan S-impedance (Zs) dengan menggunakan metode model based. Pada penampang
78
BAB V ANALISA
P-impedance (Zp) dapat diamati bahwa zona target (ditunjukkan oleh tanda panah) memperlihatkan nilai impedansi yang rendah dibandingkan wet carbonate yang ada di bawahnya, akan tetapi nilai impedansi zona target ini masih relatif sama dengan lapisan shale yang ada di atasnya. Hal ini sesuai dengan analisis pada sumur R7 yang menunjukkan nilai impedansi yang masih overlap antara lapisan shale dengan zona target. Dengan demikian penampang P-impedance belum dapat mengidentifikasi kehadiran fluida dengan cukup baik pada zona target. Sementara itu pada penampang S-impedance (Zs) dapat membedakan litologi antara batuan karbonat dengan shale yang ada di atasnya dengan cukup baik. Hal ini didukung oleh nilai impedansi S sumur R7 pada insert color data yang ditandai dengan warna yang relatif sama. Dengan demikian impedansi S pada hasil penelitian ini dapat mengidentifikasi perbedaan litologi antara batuan karbonat dan shale dengan cukup baik.
79
Low impedance = gas zone
NE
P-impedance pada sumur R7.
Gambar 5.8.Penampang P-impedance (Zp) hasil inversi metode model based dari reflektifitas Rp dengan insert color data
SW
BAB V ANALISA
80