BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis
Empirik
yang
Meliputi
Validitas,
Reliabilitas,
Tingkat
Kesukaran, Daya Pembeda, dan Fungsi Distraktor. 1. Analisis Validitas Butir Soal Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item tes. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan sedangkan soal yang valid berarti soal tersebut dapat digunakan. Kriteria apabila rhitung > rtabel maka butir soal valid. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian dengan skor totalnya. Atau dengan kata lain ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Setiap butir soal yang dijawab dengan benar pada umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan setiap jawaban yang salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini dikenal dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Sedangkan skor total yang dimiliki oleh masing-masing individu testee adalah merupakan hasil penjumlahan dari setiap skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item itu merupakan data kontinyu. Untuk melakukan analisis validitas butir soal yang menampilkan 30 butir soal, maka bisa dilihat pada lampiran untuk digunakan mencari Mp, Mt, SDt, p dan q. Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan analisis uji validitas butir soal sebagai berikut: a) Langkah I : menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas butir soal nomor 1 sampai nomor 30. b) Langkah II : mencari mean dari skor total, yaitu Mt, dengan menggunakan rumus: Mt =
Ʃ
=
1940 90
= 21,56
58
c) Langkah III : mencari deviasi standar total, yaitu SDt, dengan menggunakan rumus: SDt = =
²
∑
−
∑
²
42398 1940 − 90 90
²
= 471,0888889 − 21,5555556
2
= 471,0888889 − 464,4619753 = 6,4469136 = 2,54 d) Langkah IV : mencari (menghitung) Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 30, dengan menggunakan rumus: ℎ !"#$ # %! %% & '( %' ) * *%' $ ℎ !"#$ %! %% & '( %' ) * *%' $
Mp =
Dari perhitungan Mp, dapat dilihat pada lampiran.
e) Langkah V : mencari (menghitung ) koefisien korelasi rpbi dari item nomor 1 sampai dengan nomor 30, dengan menggunakan rumus: rpbi=
+,-+. /0.
, 1
Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Dari hasil analisis di atas, ternyata dari 30 butir soal yang diuji validitasnya, hanya 9 butir soal diantaranya telah dapat dinyatakan sebagai soal yang valid, yaitu soal nomor 2, 5, 8, 15, 24, 26, 27, 29, 30. Sedangkan 21 butir soal lainnya, yakni butir soal nomor 1, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 28 merupakan item yang tidak valid. Data hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
59
Tabel 4.1 Data hasil analisis validitas butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013. Kriteria Valid
Prosentase
No soal
Jumlah
2, 5, 8, 15, 24, 26, 27, 29,
9
30
21
70
(%)
30 Tidak
1, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12,
Valid
13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 28
Dari data hasil analisis validitas butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013, dapat diketahui bahwa sebagian butir soalnya dinyatakan valid atau memiliki validitas. Berdasarkan data perhitungan diketahui bahwa sebanyak 9 butir soal atau sekitar 30 % butir soal tes tersebut dinyatakan valid atau memiliki validitas. Sedangkan 21 atau sekitar 70 % butir soal yang lain dinyatakan dalam kategori tidak valid atau tidak memiliki validitas.
2. Analisis Reliabilitas Tes Suatu tes sebagai alat pengukur dapat dinyatakan reliabel, apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama, relatif stabil atau sifatnya ajeg atau stabil. Cara menentukan reliabilitas tes yang tepat adalah apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan data dari hasil pengujian instrument itu saja akan menghasilkan reliabilitas internal. Reliabilitass internal diperoleh dengan cara
60
menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada bermacam-macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal, salah satunya yaitu dengan rumus K – R. 20. Dalam mencari reliabilitas tes langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Langkah I : menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka uji reliabilitas tes dengan menampilkan 30 butir soal, bisa dilihat dalam lampiran. b) Langkah II : mencari varian total St², dengan menggunakan rumus: St² = = = =
∑
²−
∑
²
1940
42398− 90 ² 90
42398−41817,77778 90 580,2222222 90
= 6,4469
c) Langkah III : melakukan perhitungan untuk mengetahui reliabilitas tes dengan menggunakan rumus:
r11 = =
45
2
2-3
45 -3
/.²- Ʃ,1
/.² 6,7764 – 7,9:;3 6,7764
= 1,0112 0,3288 = 0,3325 Dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: a. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0,70 berati tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable).
61
b. Apabila r11 lebih kecil dari 0,70 berati tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable).1 Data hasil analisis reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Data hasil analisis reliabilitas butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013. Kategori
Keterangan
r11 = 0,3325
Un-reliable
Berdasarkan data hasil analisis reliabilitas butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013, telah diketahui besarnya koefisien reliabilitas tes (r11) sebesar 0,3325. Karena r11 lebih kecil atau kurang dari 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013yang menyajikan 30 butir item dan diikuti oleh 90 siswa dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-riliable).
3. Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal Menganalisis tingkat kesukaran butir berarti mengkaji soal-soal atau butir tes termasuk dalam kategori sukar, sedang atau mudah. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui apakah butir item tes hasil belajar
1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 209
62
memiliki tingkat kesukaran yang baik atau tidak dapat diketahui dari besar kecilnya indeks kesukaran butir. Analisis hasil jawaban dari hasil ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII, untuk indeks kesukaran adalah dengan menggunakan rumus: P=
< =>
Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: -
soal dengan P = 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
-
soal dengan P = 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
-
soal dengan P = 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.2
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap 30 butir soal pada akhirnya dapat diketahui bahwa sebanyak 9 (sembilan) butir soal termasuk dalam kategori item yang kualitasnya baik, dalam arti derajat kesukaran soal cukup atau sedang. Yaitu butir soal nomor 5, 6, 15, 21, 23, 25, 26, 29 dan 30. Butirbutir soal yang termasuk kategori sukar berjumlah 3butir soal, yaitu butir soal nomor 3, 14 dan 18. Adapun butir soal yang termasuk kategori mudah berjumlah 18 butir soal, yaitu butir soal nomor 1, 2, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 27 dan 28. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, data dan perhitungan angka indeks kesukaran butir soal, dapat dilihat pada tabel 4.5. Maka dari itu dapat diperoleh informasi tentang derajat kesukaran butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013seperti tertera pada tabel dibawah ini:
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 210
63
Tabel 4.3 Tabel derajat kesukaran butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013 No Kriteria
Nomor soal
Jumlah
Prosentase
1
Sukar
3, 14, 18
3
10 %
2
Sedang
5, 6, 15, 21, 23, 9
30 %
25, 26, 29, 30 3
Mudah
1, 2, 4, 7, 8, 9, 10, 18
60 %
11, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 27, 28
Secara rata-rata dapat dinyatakan bahwa butir soal pilihan ganda ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013yang berbentuk pilihan ganda mempunyai tingkat kesukaran mudah. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 30 butir yang disajikan terdapat 18 atau sekitar 60% butir tes tergolong mudah, dan 9 atau 30% butir tes yang tergolong sedang, serta 3 atau 10% butir tes yang tergolong sukar. Dari keseluruhan soal yang diajukan dalam ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013yang termasuk kategori baik yaitu 30%. Sedangkan 70% selebihnya adalah termasuk dalam kategori soal yang jelek, baik karena terlalu sukar maupun terlalu mudah. Dalam kaitannya dengan hasil analisis soal dari segi derajat kesukarannya, maka tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh tester adalah sebagai berikut: a) Untuk butir-butir soal yang berdasarkan analisis termasuk dalam kategori baik, dalam arti derajat kesukaran soalnya cukup atau sedang,
64
sayogyanya butir soal tersebut segera dicatat dalam buku bank soal. Selanjutnya butir-butir soal tersebut dapat dikeluarkan lagi dalam testes hasil belajar pada waktu-waktu yang akan datang. b) Untuk butir-butir soal yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada tiga kemungkinan tindak lanjut yaitu: 1) Butir soal tersebut dibuang atau didrop dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang. 2) Diteliti ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir soal yang bersangkutan sulit dijawab oleh testee. Setelah dilakukan perbaikan, butir-butir soal tersebut dikeluarkan kembali pada tes hasil belajar yang akan datang. 3) Haruslah dipahami bahwa tidak setiap butir soal yang termasuk dalam kategori sukar itu sama sekali tidak memiliki kegunaan. Butir-butir soal yang terlalu sukar itu sewaktu-waktu masih dapat diambil manfaatnya, yaitu dapat digunakan dalam tes-tes terutama tes seleksi yang sifatnya sangat ketat, dalam arti sebagian besar dari testee tidak akan diluluskan dalam tes seleksi tersebut. Dalam kondisi seperti itu sangat tepat apabila butir-butir soal yang dikeluarkan adalah butir-butir soal yang termasuk kategori sukar dengan asumsi bahwa testee dengan kemampuan yang rendah dengan mudah akan tersisihkan dari seleksi, sedangkan testee yang memiliki kemampuan tinggi tidak akan terlalu sukar untuk lolos dalam seleksi tersebut. c) Untuk butir-butir soal yang termasuk dalam kategori mudah, juga ada tiga kemungkinan tindak lanjutnya, yaitu: 1) Butir soal tersebut dibuang atau didrop dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang. 2) Diteliti ulang dilacak dan ditelusuri secara cermat guna mengetahui faktor yang menyebabkan butir soal soal tersebut dapat dijawab betul oleh hamper seluruh testee, ada kemungkinan option atau alternatif yang dipasangkan pada butir-butir soal yang bersangkutan
65
terlalu mudah diketahui oleh testee, mana option yang merupakan kunci jawaban soal dan mana option yang berfungsi sebagai distraktor atau pengecoh. Disini tester harus berusaha memperbaiki atau menggantinya dengan option yang lain, sehingga antara kunci jawaban dengan pengecoh sulit untuk dibedakan oleh testee. Setelah dilakukan perbaikan, soal yang bersangkutan dicoba untuk dikeluarkan lagi pada tes hasil belajar berikutnya, guna mengetahui apakah derajat kesukaran soal itu menjadi lebih baik dari sebelumnya ataukah tidak. 3) Seperti halnya butir-butir soal yang sukar, butir-butir soal yang mudah juga masih mengandung manfaat, yaitu butir-butir soal yang termasuk dalam kategori mudah dapat dimanfaatkan pada tes-tes terutama tes seleksi yang sifatnya longgar, dalam arti bahwa sebagian besar dari testee akan dinyatakan lulus dalam tes seleksi tersebut. Dalam kondisi seperti ini sangat bijaksana apabila butirbutir soal yang dikeluarkan dalam tes seleksi itu adalah butir-butir soal yang termasuk dalam kategori mudah, sehingga tes seleksi itu boleh dikatakan hanya sebagai formalitas saja. Dari uraian diatas maka tidak ada jeleknya untuk memasukkan butirbutir soal yang termasuk kategori sukar dan mudah di dalam buku bank soal, sebab sewaktu-waktu butir-butir soal semacam itu diperlukan tester tidak perlu membuat atau menyusun butir-butir item dengan derajat kesukaran dan derajat kemudahan yang sangat tinggi. 4. Analisis Daya pembeda Analisis daya pembeda adalah mengkaji butir-butir soal dari segi kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Artinya, apabila soal tersebut diberikan kepada anak yang pandai hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, dan apabila diberikan kepada siswa yang lemah hasilnya rendah.
66
Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi hasilnya rendah, tetapi apabila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Serta apabila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja. Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan memberikan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Mengetahui daya pembeda soal itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir soal adalah adanya anggapan bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu berbeda-beda, dan butir-butir soal tes hassil belajar haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan testee tersebut. Analisis hasil jawaban dari hasil ujicoba instrument tes untuk daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus: D=
= @? − @<
Dengan Kriteria daya pembeda soal: D Kurang dari 0,20 = jelek D 0,20 – 0,40 = sedang D 0,40 – 0,70 = baik D 0,70 – 1,00 = baik sekali Bertanda negative = jelek sekali3 Untuk mengetahui angka indeks diskriminasi soal D,langkah –langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut: a) Membagi atau mengelompokkan testee yang jumlahnya 90 orang menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Dalam hal ini tidak perlu menganalisis skor-skor dari keseluruhan testee, melainkan cukup mengambil sempel sebanyak 27% dari kelompok atas dan 27% kelompok bawah, yaitu 27% X 90 = 24,3 = 24 orang. Skor hasil ujian
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm.389
67
tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013dapat dilihat pada lampiran. b) Memberikan kode-kode terhadap hasil pengelompokan testee atas kedua kategori tersebut (lihat pada lampiran), skor 1 (satu) yang berada diantara dua tanda kurung adalah skor-skor jawaban betul yang dimiliki oleh testee kelompok atas, skor 1 (satu) yang tidak dibubuhi tanda kurung adalah skor-skor jawaban betul yang dimiliki oleh testee kelompok bawah, adapun skor 0 (nol) adalah skor jawaban salah. c) Mencari atau menghitung BA, JA, PA, BB, JB, dan PB. perhitungan untuk memperoleh BA, JA, PA, BB, JB, dan PB dapat dilihat pada lampiran. d) Mencari atau menghitung angka indeks diskriminasi item untuk 30 butir soal ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013. Adapun hasil perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada lampiran.
Bersumber dari data yang disajikan dapat diperoleh informasi sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Daya pembeda butir soal tes ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013 No
Daya pembeda soal
Jumlah
Prosentase
1
Jelek sekali
4
13,3 %
2
Jelek
12
40 %
3
Sedang
7
23,3 %
4
Baik
6
20 %
5
Baik sekali
1
3,3 %
68
Dapat diketahui bahwa dari sebanyak 30 butir soal yang dikeluarkan dalam ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013 tersebut butir-butir soal tersebut jika dilihat dari daya pembeda butirnya menunjukkan sebanyak 4 butir atau sekitar 13,3% memiliki daya pembeda yang jelek sekali, 12 butir atau sekitar 40% memiliki daya pembeda yang jelek, 7 butir atau sekitar 23,3% memiliki daya pembeda yang sedang, 6 butir atau sekitar 20% tergolong memiliki daya pembeda yang baik, dan 1 butir atau sekitar 3,33% tergolong memiliki daya pembeda yang baik sekali. Sehingga dari butir soal yang ada hanya sekitar 46,6% memiliki daya pembeda yang memadai. Tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai daya pembeda soal tes hasil belajar tersebut adalah: a. Butir soal yang sudah memiliki daya pembeda soal yang baik hendaknya dimasukkan atau dicatat dalam buku bank soal. Butir-butir soal tersebut pada tes hasil belajar yang akan datang dapat dikeluarkan lagi karena kualitasnya sudah cukup memadai. b. Butir-butir soal yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua kemungkinan tindak lanjut yaitu: 1. Ditelusuri kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang. Kelak soal tersebut dianalisis lagi apakah daya pembedanya meningkat ataukah tidak. 2. Dibuang atau didrop dan untuk tes yang akan datang butir soal tersebut tidak akan dikeluarkan lagi. c. Khusus butir-butir soal yang angka indeks diskriminasi soalnya bertanda negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang tidak usah dikeluarkan lagi, sebab butir soal yang demikian itu kualitasnya sangat jelek. 5. Analisis Fungsi distraktor (Pengecoh) Menganalisis
fungsi
distraktor
sering
disebut
juga
dengan
menganalisis pola penyebaran item. Adapun yang dimaksud dengan pola
69
penyebaran item adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan option yang telah dipasangkan pada setiap butir item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes.4 Berdasarkan analisis terhadap perhitungan banyaknya testee yang memilih option/alternatif jawaban soal tes pada ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013, penyebaran data dapat dilihat pada lampiran. Maka bersumber dari data yang disajikan itu dapat diperoleh informasi sebagaimana tertera pada tabel berikut dibawah ini: Tabel 4.5 Data Tentang Berfungsi Tidaknya Distraktor dalam tes ujian tengah semester mata pelajaran akidah akhlak kelas VIII MTs Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara tahun pelajaran 2012/2013 No Kondisi Distraktor 1 Telah berfungsi dengan baik 2 Tidak berfungsi dengan baik
Jumlah 38
Prosentase 42 %
52
58 %
Berdasarkan analisis perhitungan pada lampiran dan tabel tentang kondisi distraktor dapat diketahui bahwa secara rata-rata tes pilihan ganda mata pelajaran Akidah Akhlak belum berfungsi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sekitar 58% pilihan (option) distraktor yang dipilih oleh peserta didik belum berfungsi dengan baik dan hanya 42% pilihan (option) distraktor yang dipilih oleh peserta didik telah berfungsi dengan baik. Artinya distraktor
4
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 411.
70
yang ada belum dapat merangsang atau mengecoh testee yang mengikuti tes tersebut untuk memilih yang bukan sebagai kunci jawaban atau distraktor. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang, sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti dengan distraktor yang lain.
B. Keterbatasan Penelitian Dalam suatu penelitian, tentulah ada kelebihan dan kekurangan, tidak terkecuali dalam penelitian ini. Adanya keterbatasan dan kendala banyak dijumpai selama penelitian ini, baik dari diri peneliti sendiri maupun dari keadaan
yang
terkadang
kurang
mendukung.
Adanya
keterbatasan
pengetahuan dari peneliti, yang memang merupakan penelitian yang pertama, hal ini tentu sangat mempengaruhi hasil penelitian yang ada baik dari segi teoritis maupun metode. Keterbatasan waktu merupakan kendala lain dari penelitian ini. Adanya waktu yang sementara dan relatif singkat, membuat penelitian ini bersifat sementara. Artinya bila diadakan dalam waktu yang berbeda, dimungkinkan adanya perbedaan hasil dari validitas dan reliabilitas butir soal. Karena perkembangan soal setiap tahunnya tidak pasti sama. Selain itu penelitian ini hanya mengambil obyek di M.Ts. Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara. Hasil yang diperoleh dimungkinkan berbeda apabila dilakukan ditempat lain. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Meskipun demikian hasil penelitian ini mencerminkan tingkat validitas dan reliabilitas soal di M.Ts. Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara. Meskipun banyak kendala ataupun keterbatasan selama penelitian, namun bukan menjadi batu penghalang, melainkan dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian berikutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi berbagai pihak yang terkait dalam bidang pendidikan.
71