perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Analisis sebuah karya sastra, yang menggunakan pendekatan struktural tidak dapat ditinggalkan begitu saja, karena hal ini merupakan langkah awal yang dapat membantu peneliti dalam memberikan makna atas sebuah karya sastra yang akan dianalisis. Analisis struktural merupakan suatu cara untuk menemukan makna keseluruhan dari suatu yang menjadi bahan kajiannya, yaitu melalui pengupasan dan pemaparan unsur-unsur karya sastra yang membentuk keterkaitan dan keutuhan karya sastra. Cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA akan diteliti menggunakan analisis struktural menurut Robert Stanton. Analisis ini yaitu fakta-fakta cerita yang terdiri dari alur, karakter, latar, dan tema; sarana-sarana sastra yang terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi. Langkah selanjutnya menjabarkan bagaimanakah hubungan antar unsur tersebut, sehingga tiap-tiap unsur pembangun memiliki makna keseluruhan yang satu dan saling melengkapi.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
1. Fakta-fakta cerita Fakta-fakta cerita terdiri dari karakter, alur dan latar. (Robert Stanton:22) a. Alur/Plot Alur menurut Robert Stanton terdiri dan rangkaian peristiwa pokok/kausal, subplot, bagian alur. 1) Peristiwa Pokok/klausal a) Analisis Ujaran Analisis ini membahas tentang alur yang dibuktikan dengan penuturan para tokoh, ujaran yang mempengaruhi peristiwa. Waktu itu Witono yang dipecat dari buruh dipabrik rokok hanya bekerja seadanya menjadi kuli bangunan. Tetapi itu semua hasilnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kreditan rumah, kreditan montor bahkan untuk makan sehari-hari kalau mengandalkan menjadi kuli bangunan dirasa sangat kurang apalagi menjadi kuli bangunan belum tentu setiap hari ada yang dikerjakan. Kutipan: “Sri, aku rumangsa gagal golek gaweyan sing rada mingsra,”pratelane Witono sore-sore nalika bali saka nglambeng golek gawean. (Watesing Kasabaran, hal: 2) Terjemahan: Sri, aku merasa gagal mencari pekerjaan yang agak pantas, “keluh Witono sore-sore ketika pulang dari mencari pekerjaan.
Srining yang melihat suaminya kesusahan tidak ingin berpangku tangan kemudian ingin membantu suaminya mencari pekerjaan dengan melamar disebuah swalayan Kumenyar yang baru buka. Kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
“Aku dikabari Tinah jare swalayan anyar cedhak terminal butuh karyawan. Priye yen aku nglamar mrana?” cluluke Srining(WK. hal:2) Terjemahan: “Saya dikabari Tinah katanya diswalayan baru dekat terminal membutuhkan karyawan. Bagaimana kalau saya melamar pekerjaan disana?” Usul Srining
Niat awalnya melamar sebagai pramuladi, akan tetapi Srining malah ditempatkan di bagian administrasi karena memiliki ijasah komputer. Kutipan: Eh Din, bageyan administrasi tenagane rak isih kurang? Mbok mbak-e iki bae diseleh bageyan administrasi,”pamrayogane karo mbacutake tindak tumuju ruwang pimpinan. (WK. hal:6) Terjemahan: Eh Din, bagian administrasi kan masih kurang tenaganya? Ya mbaknya ini saja ditempatkan dibagian administrasi. Sambil berlalu menuju ruang pimpinan.
Dari pantauan Bramantya dan Dina, mereka menganggap pekerjaan Srining memuaskan, cepat dan rajin sehingga Pak Bram mempromosikan Srining menjadi sekretaris pribadinya. Kutipan: “Aku kepengen Mbak Srining ndhampingi aku kadidane sekretaris pribadi.” (Watesing kasabaran, hal:8) Terjemahan: Aku ingin Mbak Srining mendampingiku menjadi sekretaris pribadi
Suatu hari Srining berangkat pagi-pagi kekantor. Srining yang tidak menyadari kehadiran Pak Bram karena sibuk bekerja, terus diperhatikan oleh Pak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Bram. Pak Bram yang tidak dapat menguasai nafsunya syahwatnya akhirnya melakukan tindakan asusila terhadap Srining. Kutipan: “Rasah digetuni. Kadadeyan ngene iki lumrah antarane direktur karo sekretarise. Ning aja ko kira aku mung mburu seneng thok. Aku siap kurban kanggo kowe. Butuh apa, bakal dakturuti waton aku bisa. (Watesing Kasabaran, hal: 11-12) Terjemahan: Tidak usah disesali, kejadian seperti ini sudah biasa diantara direktur dengan sekretarisnya. Tetapi jangan kamu sangka aku hanya mencari senangnya saja. Aku siap berkorban untuk kamu. Membutuhkan apa, akan aku turuti selagi aku bisa.
Setelah Srining mendapatkan kemewahan dari Bramantya. Srining menjadi berani dengan suaminya. Hal itu menyebabkan dirinya ditinggal sendirian ditengah hutan didekat Sumberpucung, mengetahui ada perempuan sendirian didalam mobil dua orang laki-laki naik sepeda montor berhenti. Mereka berniat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang mengetahui perempuan tersebut tidak bisa menyetir mobilnya. Kutipan: “Mat Pleki niki nggih sopir. Tinimbang pados sopir tebih-tebih mang njaluk tulung kiyambake mawon,”wong lanang sijine-sing isih methangkring ing sadhel sepedha montor tawa-tawa.(Watesing Kasabaran, hal:13) Terjemahan: “Mat Pleki ini juga sopir. Daripada mencari sopir jauh-jauh, mintalah tolong dirinya saja. “laki-laki satunya yang masih diatas jok sepeda motornya menawarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Mat Pleki mengutarakan ingin membeli obat untuk istrinya membuat Srining tidak curiga dengan niat buruk Mat Pleki yang sebenarnya membeli obat tidur disebuah apotek yang mereka singgahi dalam perjalanan pulang. Kutipan: “Tumbas minyak kapak sekedhap Bu, titipane mboke ndhewor. Nek mboten ditumbaske sida ngamuk-ngamuk tenan, ujare Mat Pleki karo mbukak lawang sopiran, banjur anjlog lan njranthal tumuju toko kasebut. (WK. hal:13) Terjemahan: “Beli minyak kapak sebentar Bu, titipan bunya ndhewor. Kalau tidak dibelikan bisa menjadi marah, kata Mat Pleki sambil membuka pintu sopir, kemudian turun dan berjalan menuju toko tersebut.
Karena merasa lapar Srining meminta Mat Pleki mencarikan warung makan didaerah Karangkates. Kutipan: “Dhik Pleki, weteng kula ngelih. Mandheg pados mangan riyin Dhik,” cluluke Srining. (WK. hal:13) Terjemahan: “Dik Pleki, perut saya lapar. Berhenti mencari makan dulu Dhik,” kata Srining.
Malam itu Srining dibawa ke Hutan Brongkos karena telah kehilangan kesadaran akibat obat tidur yang telah diminumnya bercampur dengan teh hangat yang disajikan kepadanya. Keesokan hari Srining sudah dalam keadaan tanpa pakaian dan hartanya hilang, dia baru sadar telah dirampok serta diperkosa dan ditinggalkan di pos PolHut tengah hutan jati didaerah Brongkos. Kutipan: Hah, apa sing wis kedadeyan? Pitakone atine.(WK.hal:15) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Terjemahan: Hah, apa yang sudah terjadi? Hatinya bertanya. Srining ingin cepat-cepat pergi dari hutan Brongkos itu. Niatnya ingin cepat sampai dirumahnya Tulungagung, untuk segera mencari Witono yang telah tega meninggalkannya, sesampai dirumah yang dia dapati hanya surat yang mengabarkan kalau suaminya itu pergi menjadi TKI. Sriningpun hanya tinggal sendiri dirumahnya itu. Kutipan: “Hah, ka Mas Wit! Ateges dheweke wis mlebu ngomah kene. Neng ndi saiki menuse? Ngapa dadak gawe layang barang,” grenenge karo wiwit maca. …Mula wiwit dina iki aku lunga saka omah iki. Lungaku niyat golek gaweyan. (WK, hal: 22) Terjemahan: “Hah, dari Mas Wit! Berarti dirinya sudah masuk rumah ini. Dimana sekarang dirinya? Kenapa harus membuat surat segala,” kata Srining sambil mulai membaca. …..Maka mulai hari ini saya pergi dari rumah ini. Pergiku berniat mencari pekerjaan.
Keesoknya harinya, Srining sudah mulai masuk lagi, setelah pulang bekerja dari kantor, Srining memeriksakan dirinya ke dokter Arviani spesialis kandungan yang membuka praktek dijalan Letjen Suprapto, karena selama dikantor dan dirumah yang ia rasakan hanya mual dan muntah. Setelah menunggu hasilnya dirinya dinyatakan positif hamil. Kutipan: “Selamat, panjenengan positif ngandhut,” ujare perawat pembantune dhokter Arviani saka mburi loket.(WK. hal:27) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Terjemahan: “Selamat, kamu positif hamil,” kata perawat pembantunya dokter Arviani dari belakang loket.
Setelah dipecat dari Swalayan karena Pak Bram menolak mengakui anak yang dikandungnya, Lalu Srining pergi ke desanya, didesanya Lik Rubi meminta Srining agar tidak kembali ke perumahan Wisma Indah dan tinggal didesa saja. Kutipan: Lik Rubi nengahi,” kowe muliha mrene. WK. hal:32) Terjemahan: Lik Rubi menengahi,” kamu pulanglah kesini.
Suatu hari rumah yang dikontrakan diperum Wisma Indah dimasuki oleh pencuri dan berhasil ditangkap, pencuri itu menyeret nama Srining karena membawa kunci rumah beserta identitas Srining sehingga Srining dipanggil kePolsek untuk dimintai keterangan. Kutipan: “Bu Sri, nyuwun ngapunten, kepeksa ngganggu. Hm, anu. Samenika ugi Bu Sri dipunaturi tindak Polsek Kedungwaru sesarengan kula,”wuwuse Pulisi iku teges (WK.hal:36) Terjemahan: “Bu Sri, mohon maaf, terpaksa menganggu. Hm, begini. Saat ini juga Bu Sri disuruh untuk datang ke Polsek Kedungwaru bersama saya,”ucap Polisi itu tegas.
Sewaktu dirawat dirumah sakit akibat pendarahan dan keguguran yang dideritanya sewaktu diperiksa di Polsek Kedungwaru dirinya mulai sadar dan mencari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Budiyono untuk memberikan keterangan kalau dirinya hanya korban dari Mat Pleki dan Dul Kluwuk. Kutipan: Eh, anu Mak. Aku kepengen ketemu Pak Budiyono. Ngko tulung ya Mak, kongkona Bapak ngaturi Pak Budi mrene,” pakone Srining. (WK hal:39) Terjemahan: Em, begini Bu. Saya ingin bertemu dengan Pak Budiyono. Nanti minta tolong ya Bu, suruhlah bapak menemui Pak Budi kesini,” suruh Srining
DiPolsek Kedungwaru Srining dijelaskan Aiptu Jarot kalau dirinya telah terbebas dari tuduhan bersekutu dengan Mat Pleki karena Mat Pleki sudah mengakui perbuatannya. Kutipan: “Menika ngaten Bu,” Aiptu Jarot miwiti guneman, “Pleki mpun ngakeni kalapetanipun. Srining ngrasa plong. Ateges dheweke wis uwal saka pandakwa sekuthon karo durjana iki. (WK. hal:47) Terjemahan: “Ini begini Bu,” Aiptu Jarot memulai pembicaraan,”Pleki sudah mengakui kesalahannya. Srining merasa lega. Itu berarti dirinya sudah lepas dari tuduhan bersekutu dengan penjahat itu.
Witono yang dulu meninggalkan Srining untuk bekerja telah datang kembali ke desa Wajak. Sehingga hal itu membuat Srining pun bahagia kembali. Kutipan: “Mas Wit!” cluluke karo nggapyuk ngrangkul(WK. hal:49) Terjemahan: “Mas Wit! Ucapan Srining sambil memeluk Witono.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
b) Tindakan Tindakan adalah sikap yang dilakukan para tokoh setelah menerima ujaran dari tokoh lain. Berikut kutipannya: Srining meminta Witono untuk datang ke kantor siang itu Witono gage salin penganggo nuli nyandhak sepedha onthel-e (sepedha montor-e digawa Srining), dibandhangake menyang Swalayan. (WK.hal:3) Terjemahan: Witono cepat-cepat berganti baju lalu mengambil sepeda onthelnya (sepeda montornya dibawa Srining), dikayuh menuju Swalayan.
Pekerjaan Witono yang dirasa Srining tidak mencukupi untuk kehidupannya meminta agar menjadi antar jemputnya waktu bekerja.Kutipan: Esuke- kaya kasaguhane mau bengi- Witono ngeterake sing wadon nganggo mobile.(WK.hal:4) Terjemahan: Paginya, seperti janjinya tadi malam, Witono mengantarkan istrinya menggunakan mobil.
Witono yang sakit hati mendengar olokan dan ejekan Srining, menghentikan mobilnya dan meninggalkan Srining seorang diri ditengah alas, pergi naik bis yang sedang lewat. Kutipan: Witono mbanting setire mengiwa. Nyuda gas nuli minggir, wusana mandheg. Mesin dipateni,kunci kontak didudut. Witono nguncalake kunci kontak neng pangkon Srining, mbukak lawang sopiran banjur anjlog. Lan nalika ana bis saka arah mburine gage disetop, banjur clingkrik munggah. (Watesing Kasabaran:5) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Terjemahan: Witono membanting gas kekiri, mengurangi gas sambil menepi, akhirnya berhenti. Mesin dimatikan, kunci kontak ditarik. Witono melemparkan kunci kontak dipaha Srining, membuka pintu kemudian turun. Dan ketika ada bis dari arah belakang langsung dihentikan, kemudian bersiap menaikinya.
Mengetahui pekerjaan Srining cepat dan benar, Pak Bram memindahkan Srining menjadi sekretaris pribadinya. Kutipan: Kaya sing dikersakake Pak Bram, dina sesuke Srining wiwit ngayahi jejibahan anyar minangka sekretaris pribadi.(WK.hal:10) Terjemahan: Seperti yang diinginkan oleh Pak Bram, besoknya Srining memulai mengerjakan pekerjaan baru sebagai sekretaris pribadi.
Mat Pleki mengarahkan mobilnya ke warung dekat terminal angkuta. Setelah Srining meminta mampir makan dahulu. Kutipan: Wusana banjur mandheg lan parkir ing ngarepe salah sijining warung ing wewengkon pangkalan angkuta antar kota.(WK.hal:13) Terjemahan: Kemudian berhenti dan parkir didepan salah satu warung di tempat pangkalan angkuta antar kota.
Mat Pleki yang hendak memasukan obat tidur, meminta agar minuman segera disajikan. Kutipan: Waginem si bakule uga banjur ngracik wedang teh rong gelas, nuli disuguhake.(WK.hal:14)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Terjemahan: Waginem si penjual lalu membuatkan minum dua gelas es teh, dan disajikan.
Srining segera menyapu pipinya dengan bedak warna merah muda ketika Bramantya mengatakan wajah Srining terlihat pucat. Kutipan: Karo mbukak tase ngetokake pengilon nuli ngaca. Genti ngetokake wedhak. Rai pucet iku disaput wedhak jambon manda-manda.(WK.hal:25) Terjemahan: Sambil membuka tas mengeluarkan kaca lalu bercermin. Lalu mengeluarkan bedak, wajah pucatnya diberi bedak warna merah muda.
Srining yang meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya kepada Pak Bram lewat telepon pun tidak mendapatkan tanggapan. Kutipan: Klik, tilpun iku ditutup. Srining hola-halo ora ana tanggapan, banjur nglenterih sakala.(WK.hal:28) Terjemahan: Klik, telepon itu ditutup. Srining berkata halo-halo akan tetapi tidak ada jawaban, lalu lemas seketika
Srining yang sedang menutup warungnya tiba-tiba didatangi Bripka Budiyono, Srining diminta datang ke Polsek untuk memberikan keterangan. Kutipan: Sawise miranti lan pamitan marang bapake, mamake sarta santi nuli ngetutake Bripka Budiyono tumuju menyang mobil pulisi kang wis ngenteni neng pinggir ratan.(WK.hal:36)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Terjemahan: Setelah berganti pakaian dan berpamitan kepada bapaknya, ibunya serta Santi lalu mengikuti Bripka Budiyono menuju ke mobil polisi yang sudah menunggu di pinggir jalan.
Pak Rus yang dipesani oleh Srining agar memanggil Bripka Budiyono mencarinya di rumah sakit tempat Srining dirawat. Kutipan: Sik ya, dakgolekane,”ujare Pak Rus karo jumangah metu. Tekan njaba pligukan, nginguk kana nginguk kene ora ketemu.. kepeksa Pak Rus nggoleki menyang ngarep.(WK.hal:39) Terjemahan: Sebentar ya, saya carinya, “kata Pak Rus sambil melangkah keluar. Sampai diluar menoleh, melihat sana melihat sini tidak ketemu, terpaksa Pak Rus mencarinya ke depan.
Setelah mendapat keterangan pengakuan dari Srining, Bripka Budiyono segera mencari menyelidiki kebenaran. Kutipan: Inggih, menika kula wonten perjalanan. Nembe saking Sumberpucung, Karangkates, lan Brongkos. Inggih, nocogaken katrangan panjenengan kepengker,”tumanggape Bripka Budiyono. (WK. hal: 43) Terjemahan: Iya, ini saya berada diperjalanan. Baru dari Sumberpucung, Karangkates, dan Brongkos. Iya, mencocokan keterangan kamu kemarin.” Jawabnya Bripka Budiyono.
Aiptu Jarot menyuruh Briptu Matrawi ke sel Mat Pleki untuk menjebaknya dengan mencocokkan tulisan ancamannya terhadap Srining dengan tulisan tangan Mat Pleki. Kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Briptu Matrawi nampani nuli bablas menyang ruwang tahanan. (WK. hal: 45) Terjemahan: Briptu Matrawi menerima lalu berjalan menuju ruang tahanan. Srining yang sedang melayani pembeli diwarung „PoekWe‟ nya melangkah keluar setelah dihubungi Budiyono untuk diminta datang ke Polsek Kedungwaru guna menjadi saksi kasus yang menderanya dan dirinya dinyatakan tidak terlibat, sehingga Srining bergegas pergi menuju Polsek. Kutipan: “Ponsel ditutup. Bali mlebu warung semu kesusu. Bisik-bisik pamit marang mamake lan Santi, lan sawise ganti penganggo mamprung menyang Polsek Kedungwaru nganggo sepedha montore. (WK. hal:47) Terjemahan: “Ponsel ditutup. Kembali masuk ke warung dengan tergesa-gesa. Berbisik dalam berpamitan dengan ibunya dan Santi, dan setelah berganti pakaian berjalan ke Polsek Kedungwaru memakai sepeda motornya.
Srining meninggalkan Mat Pleki yang mengutarakan ingin bertanggungjawab terhadap anak yang dikandung Srining. Kutipan: Emoh kesuwen neng kono, Srining banjur pamitan.(WK. hal:48) Terjemahan: Tidak mau berlama-lama disitu, Srining lalu berpamitan.
Suatu hari ketika sedang membereskan warungnya, ada seorang tamu yang datang sambil melihat-lihat keadaan rumah. Pembeli itu memanggil Srining. Kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
“Mbak Sri, teng njawi enten tiyang sajak mejanani. Mbok ngrika dipun tingali. Sedya mara tamu napa dos pundi,”lapurane pawongan kasebut rada bisik-bisik. Srining mlengak. Ora wurung kadudut kawigatane.(WK. hal:48) Terjemahan: “Mbak Sri, di luar ada orang yang terlihat mencurigakan. Kenapa tidak ditengok dahulu. Dia datang bertamu atau ada urusan lain”. Laporan orang tersebut sembari berbisik. Srining mengintip. Lalu membuatnya penasaran.
c) Perubahan Sikap Perubahan sikap yang dialami para tokoh karena sesuatu atau tindakan dari tokoh lain. Berikut kutipannya: Witono yang mendengar niatan Srining untuk membeli mobil pun sontak kaget, tidak percaya dengan ucapannya tersebut. Kutipan: Witono mriapate mlolo. Srining disawang kenceng. Genah yen dheweke ora percaya. Tembunge Srining mentas iku mau dianggeb ngayawara.(WK.hal:2) Terjemahan: Mata Witono terbelalak, Srining ditatapnya tajam. Sudah pasti dirinya tidak percaya. Perkataan Srining yang baru saja terlontar dianggapnya omong kosong
Ditanya suaminya mengenai uang yang didapat untuk membeli mobilnya itu, Srining tersinggung. Kutipan: “Kuwi maneh! Kuwi maneh! Bosen aku! Sampeyan ra perlu ngurus asale dhuwit! Sing penting dudu lehku nyolong!” Srining kumat sengole. (WK.hal:4) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Terjemahan: “Itu lagi! Itu lagi! Bosan aku! Kamu tidak perlu mengurus asalnya uang! Yang penting bukan caraku, mencuri!” Srining mulai tersinggung.
Witono yang biasanya memilih diam tidak menangapi omongan istrinya, namun kali ini menjawab olokan Srining. “Aku ki ya wis ngati-ati! Ning cah numpak montor iku maeng sing sembrana!menggok ka gang nylonong mangan dalan!” Witono mbales sengol.(WK.hal:5) Terjemahan: Aku ini sudah berhati-hati! Namun orang yang naik sepeda montor itu tadi yang membawahayakan! Belok dari gang menerobos memotong jalan. Witono tersinggung
Srining yang telah menunggui suaminya pulang dari bekerja segera menghapirinya ketika terdengar suara motor menderu. Kutipan: Nalika krungu swarane sepedha montor saka kadohan, Srining menyat saka lungguhe nuli brandhat mapag.(WK.hal:8) Terjemahan: Ketika mendengar suara sepeda montor dari kejauhan, Srining bangun dari duduknya lalu menghampiri.
Lik Rubi yang sedang di dapur dan Pak Rustaji yang sedang tiduran mengetahui ada motor yang berhenti di halaman rumahnya, segera melihat siapa yang datang. Kutipan: Krungu swara panggerenge sepedha montor mlebu latar, Pak Rus njeggelek. Semono uga Lik Rubi sing lagi pithil kenikir. Selak kepengin weruh sapa sing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
teka, agahan metu saka pawon. Mlegak kaget bareng weruh sapa sing teka.(WK. hal:31) Terjemahan: Mendengar suara sepeda montor yang menderu masuk kehalaman, Pak Rus terbangun. Begitu juga Lik Rubi yang sedang memotong daun kenikir. Ingin segera melihat siapa yang datang, berjalan dari dapur. Terperanjat ketika melihat siapa yang datang.
Srining yang ikut dibawa polisi, membuat tiga orang yang ditinggalkan di rumah menjadi khawatir. Kutipan: Sapungkure Srining, wong telu sing ditinggal padha mbingungi. Kabeh ngrasa kuwatir.(WK. hal:36) Terjemahan: Sepeninggal Srining, ketiga orang yang ditinggal kebingungan. Semua merasa khawatir.
Mengetahui lawan bicara yang dihadapi adalah seorang polisi, tetangga Witono di perumahan itu pun merubah sikapnya. Kutipan: “Saweg napa Dhik?” pitakone kanthi swara atos. Budiyono noleh. Jakete sing rada mbledheh ngatonake sragam pulisine. Sakala wong sing semanta gage ngowahi sikepe. (WK.hal:34) Terjemahan: “Sedang apa dik?” pertanyaannya dengan nada ketus. Budiyono menoleh, jaketnya yang agak terbuka memperlihatkan seragam polisinya. Seketika orang yang berada didepannya berusaha merubah sikapnya.
Srining menarik tangannya mengetahui di depannya adalah Mat Pleki. Kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Ning bareng tekan Mat Pleki, tangane ditarik. Praupane malih njenggureng. Weruh blegere Pleki, getihe Srining dadakan umrik. Terjemahan: Namun, ketika akan berjabat tangan dengan Mat Pleki, ia urungkan tangannya. Wajahnya berubah seketika menjadi muram. Melihat sosok Pleki, darah Srining berkobar (marah).
d) Pandangan Pandangan terhadap sesuatu yang disertai pemikiran-pemikiran setelah terjadinya perubahan sikap terhadap suatu tindakan. Berikut kutipannya: Witono was-was dan takut kalau Srining diangkat menjadi sekretaris karena sekretaris itu biasanya disukai oleh bosnya. Kutipan: “manut sing dakrungu, sekretaris iku sok disenengi bose. Aku kuwatir ajaaja…” (WK.hal:10) Terjemahan: Menurut yang saya dengar, sekretaris itu kadang disukai pemimpinnya. Aku khawatir jangan-jangan...”
Mat Pleki menakut-nakuti Srining kondisi alas jika sudah mulai malam dan gelap. Kutipan: “Bu, ngriki niki mboten aman. Soale teng bulakan. Napa malih wanci dalu ngaten niki. (WK.hal:12) Terjemahan: “Bu, di sini ini tidak aman. Karena di hutan. Apa lagi malam hari di sini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Atikah yang mendapati Srining mual-mual dan seperti orang nyidam mendakwa Srining sedang hamil. Kutipan: “Eh, Mbak. Hm ..anu. mbak Sri kandha, esuk mau muntah-muntah ya? AjaAja ora merga mangsuk angin?” Srining mandeng tajem. “Njur merga apa Tik?” “Bisa uga Mbak Sri meteng.” (WK.hal:26) Terjemahan: Eh, Mbak. Hm…begini. Mbak Sri bilang, pagi tadi muntah-muntah ya? Jangan-jangan bukan karena masuk angin?” Srining menatap tajam. “Lalu karena apa Tik?” Bisa jadi Mbak Sri hamil.”
Pak Rus melarang Srining menggugurkan kandungannya karena dosa besar. Kutipan: “Sri! Tumindhakmu slingkuh ki wis dosa! Apa iya arep kok tambahi tumindhak dosa maneh? Nggugurke kandhungan ki dosa gedhe Sri!” pamuwuse Pak Rus santak.(WK.hal:32) Terjemahan: “Sri! Perbuatanmu selingkuh itu sudah dosa! Apa mau kamu tambah berbuat dosa lagi? Menggugurkan kandungan itu dosa besar Sri! Nasehat Pak Rus dengan nada keras.
Lik Rubi menambahkan nasehat kepada Srining dengan mengibaratkan dosa orang yang menggugurkan kandungan. Kutipan: “Bener kandhane bapakmu kuwi Sri. Dosane-dosa wong wedok sing gelem nggugurne wetengan. Awit padha karo mateni anake dhewe,” panimbrunge Lik Rubi.(WK.hal:32)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Terjemahan: “Benar perkataan bapakmu itu Sri. Dosa-dosanya perempuan yang mau menggugurkan kandungan. Sama seperti orang yang membunuh anaknya sendiri,” perkataan Lik Rubi
Aiptu Jarot menolak anggapan Srining seandainya dipanggil polisi pasti ada suatu kesalahan. Kutipan: “Lho, menapa tiyang ingkang dipunaturi tindak kantor pulisi mesthi lepat?” pulisi Jarot Setyono, kang apangkat Aiptu iku balik takon karo mesem.(WK.hal:37) Terjemahan: Lho, apa seseorang yang dipanggil ke kantor polisi selalu salah?” polisi Jarot Setyono, yang berpangkat Aiptu itu kembali bertanya sambil tersenyum.
Pak Rus meminta Lik Rubi agar mendoakan Srining daripada menangis. Kutipan: Aja terus-terusan nangis. Luwih becik ndedonga supaya anake dhewe slamet,”Pangrimuke Pak Rus kang sejatine uga tansah kuwatir ngenani keslametane anak siji-sijine iku. (WK.hal:38) Terjemahan: Jangan menangis terus-menerus. Lebih baik berdoa supaya anak kita selamat,” Nasehat Pak Rus, yang sebenarnya dirinya juga sangat khawatir dengan keselamatan anak semata wayangnya tersebut.
Srining
yang
mengira
dengan
tidak
melapor
polisi,
Srining
bisa
menyembunyikan kasus yang menimpanya. Kutipan: Maune Srining ngira yen dheke ora lapor pulisi. Pleki wis ora arep macemmacem. Ning jebul isih durung trima. Jebul isih ngincer dheweke. (WK.hal:39) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Terjemahan: Srining yang mengira dengan tidak melapor polisi. Mat Pleki sudah tidak macem-macem. Tetapi masih belum terima. Ternyata masih mengincar dirinya.
e) Keputusan Keputusan merupakan tindakan akhir yang diambil oleh para pelaku/tokoh dalam cerita yang mempengaruhi jalannya cerita dan yang menggerakkan alur. Berikut kutipannya: Srining yang tidak ingin kerepotan dan menambah beban masalah, tidak ingin melaporkan kejadian yang menimpanya ke polisi karena malu dan ingin masalah tersebut menjadi rahasia dirinya sendiri. Kutipan: Ora! Srining ora arep lapur polisi. Wisben bandha iku dijarah. Tarah mbiyen entuke ya kanthi cara gampang. (WK. hal:16) Terjemahan: Tidak! Srining tidak akan melapor polisi. Biarlah harta itu diambil. Lagipula dahulu mendapatkanya dengan cara yang mudah.
Witono pergi menemui Gesit yang menjadi penyalur tenaga kerja untuk mendaftar menjadi TKI di Malaysia. Kutipan: Mulane arep nekad dadi TKI ae. Njur syarate apa bae, ragade pira, mesisan aku njaluk tulung kowe,” wansulane Witono (Watesing Kasabaran:19) Terjemahan: Untuk itu mau nekat menjadi TKI saja. Tetapi syaratnya apa saja, biayanya berapa, sekalian aku minta tolong kamu,” jawabannya Witono commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Witono menjual sepeda motornya untuk biaya menjadi TKI. Kutipan: Sing dituju showroom sepedha montor bekas “Demuk Montor” ing jalan Demuk sacedhake Kantor Pos.(WK.hal:20) Terjemahan: Yang dituju showroom sepeda montor bekas “Demuk Montor” di jalan Demuk dekat Kantor Pos.
Pak Bramantyo yang merasa tidak menghamili Srining karena sudah divasiktomi dan namanya takut tercemar memutuskan untuk memecat Srining. Kutipan: “Kowe dakpecat! Awit tumindhakmu wis ngucemake jenenge. (WK. hal:28) Terjemahan: Kamu saya pecat! Setelah tindakanmu sudah mencemarkan namaku.
Setelah meminta pertanggungjawaban Pak Bram dan malah dipecat, Srining baru menyadari kalau anak yang dikandung adalah anak hasil pemerkosaan yang dialaminya sehingga dirinya tidak ingin mengandung anak seorang durjana dan pulang kekampungnya didesa Wajak Kidul dan meminta bantuan orang tuanya agar dicarikan dukun bayi untuk menggugurkan kandungannya. Kutipan: Mula tekaku ki maeng arep njaluk tulung Mamak nggolekne dhukun sing isa nggugurne kandhungan.” (WK, hal:32) Terjemahan: Maka dari itu kedatanganku ini mau meminta tolong ibu mencarikan dukun yang bisa menggugurkan kandungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Srining akhirnya memutuskan untuk membuka warung swalayan didesanya. Kutipan: “Mak, Pak, aku wis oleh gagasan. Apike awake dhewe bukak warung swalayan ae!” wuwuse Srining (WK. hal:35) Terjemahan: Bu, Pak, saya sudah dapat ide. Bagusnya kita membuka warung swalayan saja!” kata Srining.
Penyidik kepolisian menyusun strategi untuk mengungkap kejahatan Mat Pleki dengan menyuruh menulis identitasnya dikertas kosong untuk disamakan dengan bukti kejahatannya terhadap Srining. Kutipan: Polisi telu enggal nyusun strategi kanggo njebak Pleki. (WK. hal:45) Terjemahan: Ketiga polisi lalu menyusun rencana untuk menjebak Pleki.
2) Subplot Subplot merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian dari alur utama. Didalam cerbung Watesing Kasabaran ini memiliki subplot yang menceritakan kehidupan Srining pada awal-awal bertemu dengan Pak Bram pada waktu melamar pekerjaan. Kutipan: Kanggo nggusah wektu, Srining nyoba ngeling-eling ketemune karo Pak Bram. Pancen, najan ora dieling-eling sejatine dheweke ora bakal bisa lali! (WK. hal:6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Terjemahan: Untuk menyingkirkan waktu, Srining mencoba mengingat-ingat bertemunya dirinya dengan Pak Bram. Sebenarnya, walau tidak diingat-ingat dirinya tidak akan bisa lupa!
3) Bagian Alur a) Awal Kehidupan Witono dan Srining yang sedang dilanda musibah dengan dipecatnya Witono dari tempat dia bekerja memaksa Srining untuk ikut membantu mencari pekerjaan demi meringankan beban suaminya Witono. Witono yang hanya bekerja serabutan dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kredit rumah, kredit motor, yang harus dilunasi, bahkan untuk makan saja dirasa sangat kurang kalau hanya mengandalkan pekerjaan menjadi tukang bangunan. Maka dari itu, Srining memutuskan melamar bekerja di sebuah swalayan yang baru buka dengan harapan meringankan beban hidup keluarga mereka. Hal ini terdapat dalam kutipan: Banjur tekane musibah sing tanpa angkan-angkan iku. Pasarane produk rokok papane nyambutgawe mudhun drastis. Managemen wis mbudidaya ngatasi, ning sajak ora kasil. Wusana pabrik rokok iku bangkrut! Meh kabeh karyawane di-phk, klebu Witono. urip tanpa gaweyan cetha yen ora kepenak. Mula Witono mbudidaya golek gaweyan, ning muspra. Direwangi nganti pirang-pirang sasi nglabeng, entuke mung gaweyan kasar sing asile ora cukup dipangan. Mangka, mbaka sithik dhuwit pesangon - sing cacahe ora sepira- terus kalong. "Sri, aku rumangsa gagal golek gaweyan sing rada mingsra," pratelane Witono sore-sore nalika bali saka nglambeng golek gaweyan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
"Lha njur priye Mas? Nek ra nyambutgawe apa sing dipangan? Kreditan omah karo sepedha motor iki hlo sing ngebot-eboti,"tumanggape Srining. "Huhh! aku binggung!" wuwuse Witono banjur mbanting awake ing peturon. Srining welas nyawang patrape sing lanang iku. Ora rinasa eluhe dleweran nelesi pipi. Sawiji dina wayah sore, bali saka arisan ing Bale RW Srining gita-gita mrepegi sing lanang kang mentas teka saka nguli."mas aku dikabari Tinah jare swalayan anyar cedhak terminal butuh karyawan. Priye, yen aku nglamar mrana?"cluluke Srining andreng. "Apik kuwi! Aku setuju! Cepetan aja nganti kedhisikan liya!"tumanggape Witono ora kala adreng.(Watesing Kasabaran:1-2).
wong
Terjemahan: Dengan datangnya musibah yang tidak diduga itu. Pasarannya produk rokok tempatnya bekerja turun drastis. Managemen sudah berusaha mengatasi, tapi tidak berhasil, akhirnya pabrik rokok itu bangkrut! Hampir semua karyawannya di PHK, termasuk Witono. Hidup tanpa pekerjaan jelas tidak enak. Maka dari itu Witono berusaha mencari pekerjaan, tapi gagal. Diniati sampai beberapa bulan mencari, dapatnya hanya pekerjaan kasar yang hasilnya tidak cukup dimakan. padahal uang pesangon yang tidak seberapa jumlahnya itu semakin berkurang. “Sri, aku merasa gagal mendapat pekerjaan yang agak layak,” ucapan Witono setelah dia pulang mencari pekerjaan di hari yang telah senja. “Hla terus gimana mas?” kalau tidak bekerja apa yang mau dimakan? Kreditan rumah dan sepeda motor ini yang berat,” tanggapan Srining. “Huhh! Aku binggung!” ucapan Witono sembari membanting tubuhnya di tempat tidur. Srining merasa iba melihat tingkah suaminya itu. Tidak terasa air matanya menetes membasahi pipi. Suatu hari diwaktu sore, pulang dari arisan di Bale RW dengan tergesa-gesa Srining mencari suaminya yang baru saja pulang bekerja menjadi kuli bangunan. “Mas saya mendapat kabar dari Tinah ,kabarnya swalayan baru dekat terminal membutuhkan karyawan. Bagaimana, kalau aku melamar kesana?ucap Srining dengan penuh semangat. “Bagus itu! Aku setuju! Segera saja kamu melamar ke sana jangan sampai keduluan orang lain!” tanggapan Witono tidak kalah semangat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
b) Tengah i. Konflik Konflik dalam cerbung Watesing Kasabaran ini bermula ketika Srining diangkat menjadi sekretaris pribadi Pak Bramantyo. Witono yang merasa gusar karena mendengar kalau menjadi sekretaris itu biasanya di sukai oleh bosnya menjadi sangat cemburu dan mewanti-wanti Srining agar bisa menjaga diri dari perbuatan yang dilarang norma agama. Srining yang pada saat itu merasa dirinya tidak melakukan apa yang ditakutkan suaminya dan merasa menjadi sekretaris adalah sebuah batu loncatan kariernya dalam bekerja, meminta kepada suaminya agar tidak perlu meragukan dirinya dalam bekerja dan dalam menjaga kehormatannya. Hal ini terdapat dalam kutipan: Bengine nalika bebarengan mangan, Srining krasa ana owah-owahan ing polatane Witono. Mripat gilar-gilar lan praupan sumrigah kaya sore mau kok dumandakan ilang. Mangka lagi pira suwene. Kepeksa Srining takon. "Mas, eneng apa?Yagene ujug-ujug sampeyan katon ronggeh?" Witono enggal mangsuli. Rai ayu duweke bojone iku disawang kenceng. Wusana,"Sri, dakomong aja nesu ya?" Srining genti nyawang kanthi kebak pitakonan. Witono ngulu sega sing wis dimamah nuli diglontor banyu putih ing gelas. lagi mbacutake guneme,"Manut sing dakkrungu, sekretaris iku sok disenengi bose. Aku kuwatir aja-aja....." "Mas!" Srining munggel guneme sing lanang,"Panyakrabawamu kok elek temen ta? Durung-durung kok wis sujana!"Pak Bram ki priyayine apikan. Ra kira tumindak neka-neka! karo maneh aku ya isa njaga dhiri!" "Ya syukur nek ngono. Soale kowe ki bojoku. Gek tresnaku nyang kowe ki kepati-pati. Mula aku ra isa mbayangne, kaya apasusahku nek nganti kowe disenengi liyan." "Mas, mbok aja mbayangne sing ora-ora. Mundhak ketumusan. Luwih becik dongakna amrih lehku mbutgawe isa lancar tanpa pepalang. Kareben uripe dhewe iki samsaya tumata,"ujare Srining semu kojah. (Watesing Kasabaran: 10) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Terjemahan: Malamnya ketika makan bersama, Srining merasa ada yang mengganjal di sorot mata Witono. Sorot mata yang berbinar dan wajah yang berseri-seri di kala senja tadi mendadak berubah,padahal belum berselang lama, terpaksa Srining bertanya “Mas, kamu kenapa? ” kenapa kamu tiba-tiba terlihat gundah?” Witono lalu menjawab. Wajah cantik istrinya itu ditatapnya tajam. Akhirnya ”Sri, saya mau bicara jangan marah ya?” Srining menantap penuh pertanyaan. Witono menelan nasi yang sudah ia kunyah lalu menelannya bersama dengan air putih di gelas, baru melanjutkan omongannya,” Menurut yang aku dengar, sekretaris itu kadang disukai bosnya. Aku khawatir jangan-jangan….” ”Mas!” Srining memotong pembicaraan suaminya,” Pikiranmu kok jelek banget? Belum-belum kok sudah cemburu!” Pak Bram itu orangnya baik. Tidak terpikir berbuat macam-macam! Aku juga bisa menjaga diri!” “Ya baguslah kalau begitu. Soalnya kamu itu istriku. Sayangku ke kamu itu setengah mati. Maka dari itu aku tidak bisa membayangkan, seperti apa susah hatiku apabila kamu ditaksir orang lain “Mas, kamu jangan berpikir yang tidak-tidak” takutnya kalau kejadian, lebih baik doakan aku dalam bekerja bisa lancar tanpa halangan. Supaya hidup kita ini semakin tertata,”kata Srining sambil tersenyum.
ii. Konflik utama Konflik terjadi ketika Srining yang baru beberapa bulan bekerja berniat ingin membeli mobil. hal tersebut membuat Witono jadi sangat terkejut dan mempertanyakan uang yang dipakai untuk membeli mobil itu. Lagipula setelah menjadi seketaris Srining yang baru bekerja beberapa bulan sudah bisa melunasi kredit rumah, kredit kendaraan. Srining mengatakan gaji dan bonus dari sekretaris sangat besar dan Witono tidak perlu berburuk sangka terhadapnya dan meminta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Witono agar lebih mendukung karier dirinya yang sedang bagus. Akan tetapi Witono tetap tidak mempercayainya dan menganggap hal tersebut sebagai gurauan. Hal ini terdapat dalam kutipan: "Mas, aku arep tuku mobil. Tugasmu suk yen esuk ngeterke aku nyang toko, sorene mapag. Suk dakwenehi dhuwit nggo golek SIM." Witono mripate mlolo. Srining disawang kenceng. Genah yen dheweke ora percaya. Tembunge Srining mentas iku mau dianggeb ngayawara. Manut panggraitane Witono lan adhedhasar akal sehat, mokal Srining kuwat tuku mobil. Arepa gajine akeh, wong anggone nyambutgawe durung patiya suwe. Durung ganep setaun. Umpama nyelengi, ya genah durung nglumpuk. Apa maneh saregane mobil. Pepenginane Srining iku cetha ngayawara. Weruh sing lanang sajak nyepelekake, Srining ketara ora seneng. "Sampeyan ora percaya?" panlemake "Anggone arep percaya priye. genah mobil ki regane larang. Arepa bayarmu akeh, ya meksa tangeh lamun kuwat tuku. Mbok wis, rasah neka-neka!" pamaidone Witono karo bali mapan ngglethak. "Aja ngenyek! Titenana ae!" Srining sajak ewa. Nuli mapan ngglethak kemulan brukut, ngungkurake sing lanang. (Watesing Kasabaran:2-3) Terjemahan: “Mas, aku akan beli mobil. Besok tugasmu kalau pagi mengantar aku ke toko, sorenya menjemput. Besok saya kasih uang untuk mencari SIM”. Mata Witono terbelalak. Srining ditatapnya tajam. Pantas kalau dirinya tidak percaya. Ucapan Srining yang baru saja ia dengar dianggapnya omong kosong. Menurut perkiraan Witono dan berdasarkan akal sehat, tidak mungkin Srining mampu membeli mobil. Walaupun gajinya banyak, sedangkan dia bekerja saja belum terlalu lama. Belum genap setahun. Seandainya menabung pun, sudah pasti tidak akan terkumpul. Apalagi yang semahal harga mobil. Keinginan Srining itu jelas hanya angan-angan belaka. Melihat suaminya meremehkan, Srining terlihat tidak senang. “kamu tidak percaya?” ejek istrinya “Bagaimana aku bisa percaya kepadamu”. Sudah pasti harga mobil itu mahal, walaupun gaji kamu banyak, tidak mungkin kamu bisa kuat membeli. Sudahlah, jangan macam-macam! Remeh Witono sembari dia kembali ke peraduannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
“jangan menghina! Lihat saja!” Srining terlihat jengkel. Kemudian dia kembali tidur, dan menarik selimutnya rapat-rapat, sembari tidur membelakangi suaminya. iii. Klimaks Klimaks dalam cerbung ini adalah Witono yang sangat sakit hati terhadap sikap Srining kepadanya. Srining selalu bersikap tidak mengenakkan dari cara berbicara dan bersikap dengan Witono. Witono yang sedang mengantar Srining bekerja dengan mobilnya, tiba-tiba ada sebuah kendaraan yang keluar dari sebuah gang yang mengagetkan mereka berdua. Srining yang terkejut dengan kejadian itu menyalahkan Witono agar lebih waspada dan tidak melamun tetapi Srining juga membentak-bentak Witono dengan kata-kata kasar. Akhirnya Witono tidak tahan dengan omongan Srining yang menyayat hati, Srining pun ditinggal ditengah bulakan sendirian karena Witono mengetahui kalau Srining tidak bisa mengendarai mobilnya, mendengar teriakan dan panggilan Srining, Witono tidak memperdulikan dan langsung memberhentikan bis yang lewat di kawasan tersebut dan pergi meninggalkannya sendirian. Hal ini terdapat dalam kutipan: Witono kaget kepati nalika ujug-ujug saka gang cilik kiwa dalan muncul sepedha montor nylonong rada nengah. "Mas, nyopir ja sambi nglamun!" karo terus nglancangi. Witono mung mrecing. ing batin ngalembana, sopir kuwi kebu sabar dene anggone ngelingake ora karo misuh-misuh. Dhestun malah Srining sing banjur muring-muring,"Utegmu ki cen dedhel Mas! Ket maeng dikandhani sing nagti-ati, panggah ae!Matamu ki kok deleh neng ndi, ra ruh montor muncul ka gang!" commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
"Aku ki ya wis ngati-ati! Ning cah numpak montor iku maeng sing sembrana! Menggok ka gang nylonong mangan dalan!" Witono mbales sengol. Yen biasane diuneni meneng bae, pisan iki mangsuli awit olehe nguneni kliwat wates.Cilakane, Srining ora njur meneng, malah ndadra, omongane saya pedhes! "Ngati-ati apa, genah nglamun ngono. Ngreti arep nglewati gang kudune ngunekke klakson, ben sing kana ngerti! Untung, sedhan iku maeng reme makan. Pama njur nubruk, dadi apa! Iki mobil larang Mas, yen rusak ra kira kowe kuwat ngijoli! Kari nglakokke we ra becus! Huh!" "Aku ra becus nyetir! Iki mobil larang. Nek rusak ra kuwat ngijoli! Nyoh, iki kontake, setirana dhewe. Witono nguncalake kunci kontak neng pangkone Srining, mbukak lawang sopiran banjur anjlog. "Mas! Arep nyang ndi?!" pambengoke Srining. Sing dibengoki ora ngrewes lan terus bae nguclug tanpa noleh. Srining nututi midhun karo ketak-ketek ngundangi. Ning Witono uga babarpisan wis ora tumoleh. Malah lakune saya rikat. Lan nalika ana bis saka arah mburine gage disetop, banjur clingkrik munggah. Lan reng ...bise budhal maneh.(Watesing Kasabaran: 5) Terjemahan: Witono sangat terkejut ketika tiba-tiba dari gang kecil kiri jalan muncul sepeda motor agak ketengah. “Mas, kalau sedang menyetir jangan sambil melamun!” sambil terus memnyalip. Witono hanya mendengar sambi lalu. Batinnya, berkata sopir itu termasuk sabar waktu mengingatkan tidak sambil berkata kotor. Sebaliknya Srining lah yang marah-marah,” Otakmu benar-benar bodoh Mas! Dari tadi diperingatkan supaya berhati-hati, tetap saja ngebut! Mata kamu itu kamu taruh mana, tidak melihat motor muncul dari gang!” “Aku ya sudah berhati-hati! Tetapi anak yang naik motor itu tadi yang tidak hati-hati! Belok dari gang nyelonong memotong jalan seenaknya!” Witono membalasnya. Kalau biasanya dimarahi diam saja, kali ini ia berani menjawab karena sudah terlewat batas. Celakanya, Srining tidak lantas diam, malah menjadi berbicara yang semakin pedas! ”berhati-hati apa, ..melamun gitu. Tahu akan melewati gang itu harusnya membunyikan klakson, biar sana tahu! Untung, sedan itu tadi remnya pakem. Seandainya terlanjur nabrak, jadi apa! Ini mobil mahal mas, kalau rusak saya rasa kamu tidak mampu mengganti! Tinggal mengemudikan saja tidak becus! Huh!”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Aku tidak becus menyetir! Ini mobil mahal. Kalau rusak tidak mampu mengganti! Nih, ini kontaknya, kemudikan sendiri. Witono melemparkan kunci kontaknya dipaha Srining, membuka pintu sopiran lalu turun. ”Mas! Mau kemana?!” teriak Srining. Yang diteriaki tidak memperdulikan dan terus saja berjalan tanpa menoleh. Srining membuntuti turun sambil berteriak memanggil. Tapi Witono juga tidak sedikitpun menoleh. Tapi jalannya semakin cepat. Dan ketika ada bis dari arah belakangnya langsung dihentikan, lalu …naik dan bisnya berjalan lagi.
c)
Akhir
Dalam Watesing Kasabaran ini mempunyai akhir cerita yang bahagia. Witono yang bekerja menjadi seorang TKI pulang kekampung halaman Srining tanpa diduga oleh Srining sebelumnya. Srining yang merasa bersalah atas kepergian Witono dan menyebabkan rumah tangganya hampir hancur pun merasa sangat bersyukur suaminya masih mau menyusul kekampung halamannya. Srining pun meminta maaf atas kelakuan selama menjadi karyawan di swalayan tersebut, Srining juga menjelaskan kalau sekarang dirinya telah keluar dari swalayan itu dan memilih berwirausaha di rumahnya dengan membuka warung "poekwe" yang dikelolanya sendiri, Witono pun memaafkan dan tidak berniat kembali menjadi TKI dan mau memelihara kambing dikampung itu. Kemudian rumah Srining yang ada diperumahan Kumenyar itu dijual, uangnya dipakai untuk modal mereka berdua. Akhir cerita yang membahagiakan ini dapat menarik minat pembaca dan dari segi isi, cerita ini sangat sering terjadi dimasyarakat sehingga tidak membosankan dan ingin membaca sekali lagi. Hal ini yang membuat cerbung Watesing Kasabaran semakin menarik untuk dibaca. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Omah ing perumahan Wisma Indah didol, dituku bripka Budiyono dhewe. Dhuwit pepayone kanggo nggedhekake warung. Sauntara itu, dhuwit oleholehane Witono saka dadi TKI suwene setaun- sing cacahe ora sepiraditukokake wedhus Jawa. Sing dhara cacah wolu, dene lanange minangka pejantan loro. Witono manteb arep dadi peternak wedhus bae kapinujon wong tuwane ing desa Junjung duwe pekarangan mluwa cedhak gumuk. Ya ing pekarangan kasebut Witono mbangun kandhang wedhuse lan nandur wit lamtara gung sarta dhadhap be kanggo pasediyan pakan. Terjemahan: Rumah di perumahan Wisma Indah dijual, dibeli oleh Bripka Budiyono sendiri. Uang hasil penjualan dipakai untuk memperbesar warungnya. Sementara itu, uang hasil dari Witono yang menjadi TKI selama setahunyang jumlahnya tidak seberapa- dibelikan kambing Jawa. Yang betina jumlahnya delapan, sedangkan yang jantan dua. Witono berkeinginan untuk menjadi peternak kambing saja mumpung orang tuanya di desa Junjung mempunyai pekarangan luas dekat rumah, ya di pekarangan tersebut Witono membuat kandang kambing dan menanam pohon lamtara sejenis petai cina dan daun dhadhap untuk persediaan makannya.
b. Karakter Penokohan atau penetapan karakter seseorang sebagai sosok berpengaruh sangatlah mewakili keberagaman dalam cerita. Melalui karakter, cerita menjadi lebih nyata dalam angan pembaca. Pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan berbagai macam kehidupannya yang telah diciptakan oleh pengarang. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan kata lain tokoh dalam sebuah cerita dapat disebut sebagai aktor dari cerita tersebut, sedangkan penokohan merupakan watak atau karakter yang diperankan oleh seorang aktor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
1) Klasifikasi a)
Karakter Utama/Mayor
Tokoh utama mempunyai peran penting dalam perkembangan cerita dan mempunyai relevansi dengan setiap peristiwa yang terjadi di dalam keseluruhan cerita. Tokoh utama yang paling berhubungan dengan berbagai masalah dari awal hingga akhir dalam cerbung Watesing Kasabaran ini adalah Srining. Tokoh inilah yang paling dominan terlibat dalam semua peristiwa yang terjadi di Watesing Kasabaran. 1. Srining Srining merupakan tokoh utama dalam novel ini. Srining digambarkan sebagai wanita muda, berparas cantik berkulit bersih, kuning dan sudah bersuami. b). Tokoh Bawahan/Minor 1. Witono Digambarkan sebagai seorang suami dari Srining yang bersifat pekerja keras, bertanggungjawab atas keluarganya. Witono dalam cerbung Watesing Kasabaran hanya dimunculkan diawal dan diakhir cerita, tetapi peran Witono sangat penting untuk mengakhiri isi dari cerita ini. 2. Bramantya: Didalam cerbung ini, Bramantya digambarkan sebagai seorang manager disebuah swalayan, tempat dimana Srining bekerja. Meskipun divaksitomi Bramantya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
sering bermain wanita, setelah
mengetahui Srining hamil dan memecatnya.
Bramantya terlibat asmara dengan Atikah. Diakhir cerita, Bramantya terlibat kasus dengan Atikah setelah suami Atikah mengetahui hubungan terlarang tersebut dan Bramatya dilaporkan ke polisi. 3. Atikah: Tokoh Atikah didalam cerbung ini sebagai teman Srining sekantor dan seruangan di bagian administrasi. Atikah sangat dekat dengan Srining. Ketika Srining hamil, Atikah yang pertama mengetahui, bahkan ketika Srining dipecat, Atikah langsung menjenguk Srining. 4. Mat Pleki: Sopir angkuta antar kota, trayek Blitar-Malang. Secara fisik digambarkan seumuran dengan Witono akan tetapi lebih tampan. Didalam cerbung ini berperan sebagai seorang penjahat yang memperkosa Srining dan membawa kabur harta benda Srining. 5. Dul Kluwuk: Seorang kernet angkuta yang disopiri Mat Pleki. Tokoh Dul Kluwuk juga berperan sebagai seorang penjahat yang kejahatannya berupa penadah mobil curian. 6. Gesit: Didalam cerbung ini Gesit adalah teman waktu SMA nya Witono, dia berasal keluarga tidak mampu, akan tetapi karena orangnya ulet dia menjadi seorang TKI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Selepas menjadi TKI itu dia mempelajari cara menjadi sebuah agen biro penyalur Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia. Setelah berhasil dia memiliki biro sendiri, Witono pun menggunakan jasanya untuk berangkat menjadi TKI. 7. Pak Rustaji: Bapaknya Srining yang bekerja sebagai buruh tukang batu dan kayu dikampung halamannya, akan tetapi karena peralatannya kalah bersaing dengan yang memiliki modal akhirnya usahanya tutup. Tiap bulan mengandalkan uang kiriman dari Srining untuk memenuhi kebutuhan hidup. 8. Lik Rubi: Tokoh Lik Rubi memerankan sebagai Ibunya Srining. Lik Rubi sangat sayang dengan Srining karena Srining adalah anak satu-satunya. Ketika Srining masuk rumah sakit, Lik Rubi yang merawat dan menjaganya. 9. Bripka Budiyono: Bripka Budiyono dalam cerbung ini memerankan seorang Polisi yang bekerja di polsek Kedungwaru. Bekerja sebagai penyidik yang baru dipindah tugaskan dari Papua. Bripka Budiyono adalah polisi yang menyewa rumah Srining sebagai tempat tinggal. Budiyono juga yang mengungkap kejahatan yang dilakukan Mat Pleki kepada Srining.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
10. Briptu Matrawi: Didalam cerbung ini Briptu Matrawi adalah rekan dari Bripka Budiyono yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus yang menimpa Srining. 11. Santi: Santi adalah ponakan Srining yang ikut membantu bekerja di warung swalayan “PoekWe” milik Srining dikampung. 12. Aiptu Jarot Setyono: Jarot Setyono adalah atasan dari Bripka Budiyono dan Briptu Matrawi. Berperawakan kecil tetapi gagah. Disukai anak buahnya karena sifat rendah hati, dan royal terhadap anak buahnya. Aiptu Jarot menjadi pemimpin yang menginvestigasi dan membongkar kejahatan Mat Pleki.
2) Motivasi Motivasi adalah alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan. Motivasai dibagi dua, motivasi spesifik dan motivasi dasar. Motivasi spesifik adalah alasan atau reaksi spontan seorang karakter yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu. Motivasi dasar adalah suatu aspek umum dari satu karakter atau dengan kata lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan cerita. Arah yang dituju oleh motivasi dasar adalah arah tempat keseluruhan motivasi spesifik bermuara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
a). Motivasi Spesifik i.
Srining
Motivasi Srining berselingkuh dengan Bramantya karena dirinya takut dengan ancaman pemecatan yang dilakukan oleh Bramantya. Berikut kutipannya : Srining yakin, ngenani pangancame Bramantya nedya mecat kuwi. (WK. hal: 11) Terjemahan : Srining yakin, mengenai ancaman Bramantya yang bisa memecat itu ii.
Witono
Motivasi Witono meninggalkan Srining adalah karena tidak tahan dengan cacian dan hinaan yang dia terima. Berikut kutipannya : Jane aku wis nyoba sabar. Ning patrapmu saya nunjem ati. Wusana entek kesabaranku. Awit kesabaranku iku ana watese. Saking gempunge pikirku, njur nekad ninggal kowe ijen. Pisan engkas aku njaluk ngapura. (WK.hal:22) Terjemahan: Sebenarnya saya sudah bersabar. Tetapi sikapmu semakin menusuk hati. Akhirnya habis kesabaranku. Sedangkan kesabaran saya itu ada batasnya. Karena binggungnya pikiran saya, lalu saya nekat meninggalkan kamu sendiri. Sekali lagi aku meminta maaf.
iii. Pak Bramantyo Motivasi Pak Bramantyo mengangkat Srining menjadi sekretaris pribadi karena melihat kerja Srining yang bagus dan cepat. Berikut kutipannya : Andhedasar lapurane Dina lan pengamatanku dhewe, Mbak Srining nduweni potensi sing ojo banget. Eman-eman nek mung panggah neng staf. …. Aku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
kepengin mbak pribadi.(WK.hal.8)
Srining
ndhampingi
aku
kadidene
sekretaris
Terjemahan: Berdasarkan laporannya Dina dan perhatianku, Mbak Srining mempunyai potensi yang besar sekali. Merugi sekali kalau cuma berada distaf. … Aku ingin Mbak Srining mendampingiku menjadi sekretaris pribadi.
iv. Briptu Budiyono Motivasi Briptu Budiyono mencari kontrakan supaya dekat dengan kantor tempat berdinasnya. Berikut kutipannya : Ketepakan nek eneng omah dikontrakne. Pa maneh manggone neng Wisma Indah. Cedhak kono ae. (WK. hal:33) Terjemahan: Kebetulan ada rumah yang dikontrakan. Apalagi tempatnya di Wisma Indah. Dekat situ saja.
v.
Briptu Matrawi
Motivasi Briptu Matrawi menyuruh Mat Pleki menulis identitas dirinya karena polisi tidak meyakini keaslian KTP yang dimiliki Mat Pleki. Berikut kutipannya Nyoh, iki kertas iki ae tulisana identitasmu!” Briptu Matrawi ngulungake kertas karo balpoin liwat saselane ruji wesi. Polisi rung yakin. Aja-aja iki identitas palsu!” (WK. hal 45) Terjemahan: Nih, isi kertas ini dengan tulisan identitasmu!” Briptu matrawi memberikan kertas dan pena melewati sela-sela jeruji besi. Polisi belum yakin. Janganjangan itu identitas palsu!” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
b). Motivasi Dasar i. Srining Motivasi dasar Srining berselingkuh dengan Bramantya karena dirinya mendapatkan apa yang diminta dari Bramantya. Berikut kutipannya : Ing saben Sasi kejaba gaji resmi, Srining ajeg nampa bonus saka Bramatya. (WK. hal: 12) Terjemahan: Dalam tiap bulan meskipun mendapat upah resmi, Srining sering menerima bonus dari Bramantya.
ii.
Witono
Motivasi dasar Witono meninggalkan Srining karena ingin mencari pekerjaan yang layak. Berikut kutipannya : Mula wiwit dina iki aku lunga saka omah iki. Lungaku niyat golek gaweyan. Mung bae aku kepeksa nyilih montor lan BPKB-ne mobilmu dakdol kanggo sangu.(WK. hal:22) Terjemahan: Maka dari itu mulai hari ini saya pergi meninggalkan rumah ini. Saya pergi berniat mencari pekerjaan. Hanya saja saya terpaksa meminjam motor dan BPKB mobil kamu saya jual untuk bekal.
iii.
Bramantyo
Motivasi dasar Bramantyo mengangkat Srining agar bisa lebih dekat. Berikut kutipannya : “ujug-ujug bos sing uga manager-e iku banjur menyat saka kursi banjur ceg, nyandak epek-epeke Srining, nganti suwe ora diuculake. (WK. hal:11 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Terjemahan: “Tiba-tiba bos yang juga managernya itu berdiri dari kursi dan menyalaminya kencang, memegang tangan luar Srining, lama tidak dilepaskan.
iv.
Bripka Budiyono
Motivasi dasar Bripka Budiyono mencari kontrakan adalah tidak adanya sudah lama ikut orang tuanya dan ingin lebih mandiri. Berikut kutipannya : Apa maneh neng Gilang kuwi isih mor-moran karo maratuwa lan mbakyu ipe. Rasane kurang sreg. (WK. hal:33) Terjemahan: Apalagi di Gilang itu masih bersama-sama dengan orang tua dan kakak ipar. Rasanya kurang nyaman.
v.
Briptu Matrawi
Motivasi dasar Briptu Matrawi adalah ingin menjebak Mat Pleki dengan cara mencocokan tulisan ancaman dan dengan tulisan yang baru saja ditulisnya. Berikut kutipannya: Nuli kertas kasebut dijejer karo kertas buntel rokok sing digawa Bripka Budiyono. Tulisan ing kertas lelorone dicocogake. Pulisi telu bareng-bareng nyetitekake. (WK. hal:45) Terjemahan: Lalu kertas tersebut diletakan berdampingan dengan kertas bungkus rokok yang dibawa Bripka Budiyono. Tulisan di dua kertas itu dicocokkan. Ketiga polisi itu bersama-sama memperhatikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
3) Karakterisasi a) Deskripsi eksplisit Deskripsi eksplisit adalah pendeskripsian tokoh yang menceritakan tindakantindakan yang dilakukan. Pendiskripsian seperti ini dapat membantu pembaca dalam memvisualisasikan sekaligus memahami karakter yang ada dalam cerita. i. Srining Tokoh Srining dalam cerbung Watesing Kasabaran digambarkan sebagai seorang wanita yang pandai dan rajin dan cepat dan menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Terlihat dalam kutipan: Dhasar Srining asline pancen pinter, wusana durung ganep sesasi wis trampil. Bab kasebut agawe senenge Dina lan Pak.Bram. Ateges ora kliru anggone mapanake ing bageyan administrasi. Nyandak wulan kapapat, sansaya katon kapinterane Srining. Pakaryan sing dadi garapane bisa dirampungake kanthi cepet tur bener. (WK.hal: 8) Terjemahan: Dasar Srining yang aslinya pandai, walaupun belum sampai sebulan sudah terampil. Hal itu membuat senang Dina dan Pak Bram. Berarti tidak salah dalam menempatkan di bagian administrasi. Sampai bulan ke empat, semakin terlihat kepandaian Srining. Pekerjaan yang menjadi tugasnya bisa diselesaikan dengan cepat dan benar.
ii. Witono Tokoh Witono dalam cerbung Watesing kasabaran digambarkan sebagai seorang suami yang bertanggungjawab terhadap istrinya. Sampai-sampai disaat dia di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
PHK dari tempatnya dia bekerja dia berusaha mencari pekerjaan meskipun kerja serabutan. Terlihat dalam kutipan: Urip tanpa gaweyan cetha yen ora kepenak. Mula Witono mbudidaya golek gaweyan, ning muspra. Direwangi nganti pirang-pirang sasi nglabeng, antuke mung gaweyan kasar sing asile ora cukup dipangan- sing cacahe ora sepira-terus kelong. (WK. hal:1) Terjemahan: Hidup tanpa pekerjaan jelas tidak enak. Maka Witono berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak ada hasil. Di bela-belain sampai beberapa bulan mencari,hasilnya hanya pekerjaan yang kasar yang gajiya tidak cukup untuk makan yang jumlahnya tidak seberapa dan jumlahnya terus berkurang.
Ketika kehidupannya sudah mulai membaik, rasa tanggungjawab sebagai seorang suami tetap dia lakukan dengan bekerja keluar negeri untuk menafkahi istrinya. Terlihat dalam kutipan: Sing penting isa nyambutgawe lan entuk dhuwit. Prekara gaweyan kasar kanggoku ra masalah. Awit sithik-sithik wis pengalaman dadi kuli bangunan,” tumanggape Witono. (WK.hal:19 ) Terjemahan: Yang penting bisa bekerja dan mendapat uang. Meskipun pekerjaan kasar bagiku tidak masalah. Meski sedikit-sedikit sudah berpengalaman jadi kuli bangunan.” Anggapan Witono
iii. Pak Bramantyo Pak Bramantyo didalam cerbung Watesing Kasabaran digambarkan sebagai seorang manager disebuah toko swalayan. Sebagai manager Pak Bramantyo berkuasa penuh dalam memimpin swalayan tersebut. Terlihat dalam kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
“Mbak Srining, neng kantor kene sing kuwasa aku. Aku bisa tumindak apa bae, kalebu ngatur posisi kalungguhane karyawan.(WK. hal:8) Terjemahan: ”Mbak Srining, di kantor sini saya yang berkuasa. Aku bisa bertindak apa saja, termasuk mengatur posisi kedudukan karyawan.
Pak. Bramantyo sering kali menggoda karyawannya. Terlihat dalam kutipan: Mangka umpami ngaken prawan ngaten tesih pantes lho! Estu, Mbak Srining tesih kados lare es-em-a,”ngendikane Pak. Bram semu nggodha. (WK.hal:7) Terjemahan: Maka seandainya disebut perawan itu masih pantes lho! Betul, mbak Srining masih seperti anak SMA” kata Pak Bram sambil menggoda.
iv. Mat. Pleki Mat Pleki didalam cerbung Watesing Kasabaran digambarkan sebagai seorang penjahat. Terlihat dalam kutipan: Mat Pleki mesem. Ujug-ujug sifat asline muncul. Yen mau mung wani ndemek pundhak, saiki luwih saka iku. Tangan tengen nyekel setir, tangan kiwa grumutan! (WK. hal:8) Terjemahan: Mat Pleki tersenyum. Tiba-tiba sifat aslinya muncul. Kalau tadi hanya berani memegang bahu, sekarang lebih dari itu. Tangan kanan memegang setir, tangan kiri menggerayangi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
v. Pak Rustaji Tokoh Pak Rustaji dalam cerbung Watesing Kasabaran digambarkan sebagai orang tua dari Srining yang mana Srining lebih pantas dianggap sebagai cucunya. Terlihat dalam kutipan: Pak Rus pancen kegolong wis tuwa. Dene Srining anak ontang-antinge malah pantes umpama dadi putune, wong mbiyen olehe anak wis kasep. (WK.hal:31) Terjemahan: Pak Rus memang tergolong tua. Sedangkan Srining hanya anak semata wayangnya lebih pantas seandainya menjadi cucunya, dahulu ketika mempunyai anak sudah terlanjur tua.
vi. Lik Rubi Tokoh Lik Rubi digambarkan sebagai seorang ibu yang kasih sayang terhadap anaknya yang selalu mengkhawatirkan kondisinya. Terlihat dalam kutipan: “Genah kahanane Srining kaya ngono kok ra entuk nangis! Huuu…Hu….,” wangsulane Lik Rubi kacampuran tangis(WK.hal:38) Terjemahan: “Melihat keadaan Srining yang seperti itu kok tidak boleh menangis! Huuuuuu…… huuuuu” jawaban Lik Rubi bercampur tangis.
vii. Gesit Tokoh Gesit digambarkan sebagai teman SMA nya Witono yang sudah menjadi orang sukses karena menjadi penyalur tenaga kerja ke luar negeri. Kutipan: Ngerti-ngerti bareng wis semene taun, bali menyang mulih wis dadi wong sugih. Kabare, oleh-olehe saka Malaysia dienggo bunci dadi tekong. Sajake sajroning neng paran Gesit entuik pengalaman cara nyambut gawene para calo tenaga kerja. Njur ditiru. Dhasar gathekan, kanthik mugen tegen, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
usahane cepet kasil. Langganane akeh. Meh sesasi sepisan mbudhalake TKI. (WK. hal:18) Terjemahan: Tahu-tahu setelah sudah bertahun-tahun, pulang ke rumah menjadi orang kaya. Kabarnya, oleh-oleh dari Malaysia dipakai modal usaha. Kelihatannya ketika ditempat kerja, Gesit mendapat pengalaman cara bekerjanya menjadi calo tenaga kerja. Lalu diikuti. Karena sering memperhatikan, dan dengan tekun, usahanya cepat berhasil. Langganannya banyak. Hampir sebulan sekali memberangkatkan TKI.
viii.
Aiptu Jarot:
Tokoh Aiptu Jarot digambarkan oleh pengarang sebagai atasan dari Briptu Matrawi dan Bripka Budiyono di Polsek Kedungwaru yang berperawakan kecil tapi terlihat gagah. Kutipan: Pawakane cilik, ning nyentiaki. Grapyak. Luwih tuwa sithik timbang Budiyono. Katon jeneng ing dhadhane:Jarot Setyono. (Watesing Kasabaran:hal 46) Terjemahan: Badannya kecil, namun gagah. Supel. Lebih tua sedikit daripada Budiyono. Kelihatan nama di dadanya: Jarot Setyono.
b) Komentar Pengarang Komentar pengarang atau penggambaran oleh pengarang merupakan penggambaran yang dilakukan pengarang terhadap tokoh itu sendiri dalam sebuah cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
a. Srining Wanita enom, rupane ayu, mbranyak (Watesing Kasabaran:hal 5) Terjemahan: Wanita muda, wajahnya cantik, menarik Wektu semono dheweke dandan rada pantes. Roke terusan warna biru langit, kontras karo pakulitane kang kuning. Lambene kang dhamis digincu abang maya-maya. Rambute sing ngrembyak sapundhak ditaleni kacu. Srining katon ayu lan miyayeni. (Watesing Kasabaran:hal 8) Terjemahan: Waktu itu dirinya berrias agak pantes. Roknya terusan warna biru langit, kontrasdengan kulitnya yang kuning. Bibirnya yang cantik diberi lipstik merah muda. Rambutnya yang terurai sampai bahu ditalikan saputangan. Srining kelihatan cantik dan pantas.
Ing esuk kang atis, kanthi kasunaran lampu ruwang kang padhang, Srining katon ayu gumrining. Pakulitane kang kuning mrusuh kontras karo sregame biru nila. Pawakane kang padhet semu semog kuwawa ndudut grengseng. (Watesing Kasabaran:hal 11) Terjemahan: Di pagi yang dingin, terkena sinar lampu ruangan yang terang. Srining terlihat cantik mempesona. Kulitnya yang kuningbersih kontras dengan seragamnya biru nila. Tubuhnya padat berisi menjadikannya daya tarik
Ditinggal setaun, ayune Srining prayata ora luntur. Mung awake rada kuru sithik. (Watesing Kasabaran: hal 49) Terjemahan: Ditinggal setahun, cantiknya Srining ternyata tidak luntur. Namun badannya agak sedikit kurus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
b. Witono Ing ngarep warung ana becak mandheg. Penumpange saweneh wong lanang”klebu isih enom-pakulitane ireng, rambute rada gondrong. Awake katon methekel pengkuh. Nganggo clana lan jaket jeans biru mangkak, kacamata ireng la sepatu kets mesem.(Watesing Kasabaran:hal.48). Terjemahan: Didepan warung ada becak berhenti. Penumpangnya laki-laki” termasuk masih muda-kulitnya hitam, rambutnya agak panjang. Badannya terlihat berotot. Memakai celana dan jaket jeans biru dongker, kacamata hitam dan sepatu kets.
Sing dibedhek ngguyu. Katon untune kang gingsul. Genah iku Witono, bojone Sining! (Watesing Kasabaran:hal 49) Terjemahan: Yang ditebak tertawa. Kelihatan giginya yang gingsul. Pasti itu Witono, suaminya Srining!
c. Pak. Bramantyo Oh, mangga-mangga, pinarak ngriki mbak,” tumanggape si priyayi setengah yuswa grapyak. (Watesing Kasabaran:hal 7) Terjemahan: Oh, silahkan-silahkan, masuk kesini mbak,” jawaban priyayi setengah tua supel.
d. Mat Pleki Mat Pleki – sing jebule rupane cukup nggantheng lan umur-umurane barakan karo Witono – bali menyang sopiran (Watesing Kasabaran:hal 13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Terjemahan: Mat Pleki yang ternyata wajahnya cukup tampan dan umurnya sama seperti Witono-kembali ke kemudi.
e. Gesit Kancane neng SMA biyen kang saiki sukses dadi tekong sing istilah menterenge pengerah tenaga kerja luwar negeri. (Watesing Kasabaran:18) Terjemahan: Teman waktu SMA yang sekarang sukses jadi penyalur yang istilahnya penyalur tenaga kerja luar negeri.
f. Aiptu Jarot Sing disenengi, kejaba iku loman. Ora eman-emanen ngetokake dhuwit saka sak-e dhewe. Jarot dhewe uga ora wigah-wigih najan mung mangan sega wungkusan. Pokoke merakyat. Ambak ngono Budi apadene Rawi tetep ngurmati.(WK. hal:46) Terjemahan: Yang disukai, walaupun dia dermawan. Tidak ragu-ragu mengeluarkan uang dari kantongnya pribadi. Jarot sediri juga tidak malu-malu meskipun makan dengan nasi bungkus. Yang penting merakyat. Meski begitu Budi dan Rawi tetap menghormati
c) Komentar Tokoh Lain Komentar tokoh lain merupakan komentar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita tersebut terhadap lawan main atau tokoh lain dapat berupa penggambaran fisik ataupun sifat-sifatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
i.
Srining Pak. Bramantyo: Mangka umpami ngaken prawan ngaten tesih pantes hlo! Estu, mbak Srining tesih kados lare es-em-a (Watesing Kasabaran:hal.7)
Terjemahan: Padahal seandainya melihatnya sebagai seorang yang masih perawan pantes hlo! Bener, mbak Srining masih seperti anak SMA. “Kowe kuwi hlo Sri, nek mbesengut cik saya ayune. Ora kuwat aku nyawang ayumu,” ujare Bram karo ngarasi kana-kene. (Watesing Kasabaran:hal.24) Terjemahan: Kamu itu Sri, kalau cemberut semakin cantik. Tidak kuat saya melihat cantikmu,” perkataan Bram sambil menciumi pipi kanan kiri
Atikah: Mangka Mbak Sri ki ayu tur seksi!” (Watesing Kasabaran:hal.9) Terjemahan: Padahal Mbak Sri itu cantik dan seksi. Bripka Budiyono – Yu Sri: “Sampeyan tesih kemutan, atawis kawan wulan kepengker, dalu-dalu Pleki andhok ngriki kalih tiyang setri ayu?” (WK. hal. 43) Terjemahan: Bripka Budiyono – Mbak Sri: kamu masih ingat, kira-kira empat bulan yang lalu, malam-malam Pleki kesini bersama wanita cantik?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
ii.
Witono Santi: “Mas Wit dugi kala napa? Wah, malih itheng! Methekel kaya binaragawan! (WK. hal:49 )
Terjemahan: Mas Wit sampai kapan? Wah, jadi hitam! Berotot seperti binaragawan
Pak Rustaji: “Piye kabarmu Le? Oh, kowe malih ireng!” aloke.(WK. hal:49) Terjemahan: Bagaimana kabarmu nak? Oh, kamu menjadi lebih hitam!”ujarnya
iii.
Pak. Bramantyo Srining: Pak Bram sing apikan, Pak Bram sing najan wis yuswa ning katon bregas lan pengkuh, Pak Bram sing sugih dhuwit lan loma! (Watesing Kasabaran. hal:6)
Terjemahan: Pak Bram yang baik, Pak Bram yang walau sudah berumur namun terlihat sehat dan kuat, Pak Bram yang kaya uang dan dermawan! “Tik, Pak Bram kuwi ketoke apikan,” Srining mbacutake gunem,” Ning sejatine ora beda karo kucing garong sing tansah ngelak memangsan. Mulane kowe kudu ngati-ati aja nganti dadi kurban candhake. Kareben aku bae sing dadi kurban.”(WK. hal:30) Terjemahan: Tik, Pak Bram itu kelihatanya baik, “Srining melanjutkan bicaranya,”Tapi sebenarnya seperti halnya kucing garong yang selalu haus memangsa. Untuk itu kamu harus hati-hati jangan sampai jadi kurbannya. Biar aku saja yang jadi kurban.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
iv.
Aiptu Jarot: Srining: Cilik, kok jenenge Jarot! (Watesing Kasabaran:hal.37)
Terjemahan: Kecil, tapi namanya Jarot!
c. Tema Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Karya sastra tentunya mempunyai ide dasar yang ditulis. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita (Robert Stanton, 2007: 36). Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya. Tema yang disampaikan oleh Tiwiek SA berupa problem-problem yang terjadi didalam kehidupan rumah tangga, masalah dalam rumah tangga sangat erat kaitannya dengan masyarakat, dan sering terjadi disebagian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
masyarakat. Namun terhadap masalah yang terjadi itu menimbulkan konflik batin yang berpengaruh pada sisi psikologis seseorang. Permasalah yang sering terjadi dalam rumah tangga adalah ketika istri bekerja sedangkan suaminya menganggur. Hal ini sering kali membuat rumah tangga menjadi kurang harmonis. Sang istri merasa dirinya lebih hebat karena penghasilannya dan tanggungjawab suaminya dapat diebannya, sehingga timbul sifat merendahkan terhadap suaminya. Belum lagi munculnya benih kecemburuan dalam diri suami yang tidak nyaman dengan istrinya yang berdekatan dengan orang lain. Hal tersebut sama dengan isi dari cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA ini yang menceritakan sepasang suami istri yang sedang diberi ujian oleh Tuhan dengan kondisi keuangan yang kurang selepas sang suami di PHK. Suami itu sulit mendapatkan pekerjaan yang layak sedangkan istrinya bekerja diposisi yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan sang istri mengambil jalan pintas yang dianggap sabagai jalan keluar masalah yang sedang dihadapi, akan tetapi jalan yang diambil salah karena melanggar norma sosial dan asusila yang berlaku dimasyarakat yakni berselingkuh dengan atasan tempat dirinya bekerja. Sehingga dengan uang tutup mulut yang diberikan oleh atasannya tersebut menjadikan sang istri menjadi lebih kaya. Akibatnya yang terjadi adalah istrinya tidak menghargai dan tidak menghormati suaminya sebagai kepala rumah tangga. Hal itulah yang menyebabkan suaminya pergi untuk menjadi seorang TKI, sehingga terjadinya perpisahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Tema dalam cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA ini adalah pengkhianatan seorang istri sebagai pemicu keretakan rumah tangga. Meski banyak sekali masalah-masalah dalam membina suatu hubungan rumah tangga yang harus dilewati. Hidup sebagai suami istri haruslah saling melengkapi, saling mendukung dan saling menghargai. Rejeki, adalah rahasia Sang Pecipta, dengan kerja keras serta senantiasa berdoa kepada Yang Maha Kuasa adalah kunci dari kesuksesan dan ketentraman hati untuk menjalani hidup berumah tangga. d. Latar Latar atau setting adalah tempat dan waktu (dimana dan kapan) suatu cerita terjadi. Latar sebenarnya memberikan informasi yang sangat penting tentang keadaan masyarakat dimana cerita itu terjadi pada waktu itu. Menurut Robert Stanton, dalam Teori Fiksi, latar terdiri dari latar dekor, dan latar waktu-waktu tertentu seperti yang akan diterapkan dalam cerbung Watesing Kasabaran 1) Latar tempat/Dekor a. Ing teras kantor : menggambarkan tempat ketika Srining meminta suaminya untuk datang ke kantor untuk memamerkan mobilnya kepada suaminya. Njujug mburi bablas ngener kantoran, ing teras kantor iku katon Srining mapag tekane kanthi polatan sumringah. (Watesing Kasabaran:3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Terjemahan : Menuju belakang kantor, di halaman kantor itu terlihat Srining menjemput dengan wajah senang.
b. Ning tengah bulak: menggambarkan tempat dimana Witono ketika meninggalkan Srining setelah terjadi perselisihan. Bareng maspadakake sakiwa-tengene, jebul pas neng tengah bulak. (Watesing Kasabaran:5) Terjemahan: Setelah memperhatikan kiri-kanannya, ternyata ditengah hutan.
Bu, ngriki niki mboten aman, soale teng bulakan. (Watesing Kasabaran:12) Terjemahan: Bu disini ini tidak aman, karena ditengah alas.
c. Kantor : mengambarkan tempat dimana Srining bekerja. Esuk umun-umun dheweke wis teka neng kantore langsung nggethu ngrampungake gaweyane. (Watesing Kasabaran:11) Terjemahan: Pagi-pagi buta dirinya sudah sampai kantornya langsung semangat menyelesaikan pekerjaannya.
Srining bablas menyang kantoran. Tumuju ruwange ngliwati ruwang administrasi. (Watesing Kasabaran:23) Terjemahan: Srining pergi kekantor.menuju keruang melewati ruang administrasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Tekan kantor, dienteni nganti rada awan, Bramantya ora mencungul. (Watesing Kasabaran:27) Terjemahan: Sampai dikantor, ditunggu agak siangan, Bramantya tidak terlihat.
d. Warung ing pangkalan angkuta : lokasi Mat Pleki mengantarkan ke tempat warung makan. Wusana banjur mandheg lan parkir ing ngarepe salah siji-ning warung ing wewengkon pangkalan angkuta antarkota. (Watesing Kasabaran:13) Terjemahan: Lalu akhirnya berhenti dan parkir di depan salah satu warung di pangkalan angkuta antarkota.
e. Perum Wisma Indah : Rumah Srining yang disewakan melalui iklan di radio. Budiyono kepengin ndeleng lokasi lan wujude omah sing ditawakake lumantar radhio mau. Ora let suwe mlebu kompleks Perumnas Wisma Indah. Nuli nggoleki blog E nomer 19. Sedhela wis ketemu, Budiyono ngedhegake montore, dijagang mepet gang. Wektu semono swasana ing perumahan kono wis ora sepi banget-banget (Watesing Kasabaran:34) Terjemahan: Budiyono ingin melihat lokasi dan bentuk rumah yang ditawarkan lewat radio tadi. Tidak begitu lama masuk komplek perumahan Wisma Indah. Melanjutkan mencari blok E nomor 19. Sebentar sudah ketemu, Budiyono menghentikan motornya, diparkir dekat gang. Waktu itu suasana di perumahan situ sudah tidak terlalu sepi.
f. KSU Rejeki Lancar : tempat Witono mencari modal pinjaman, dengan menggadaikan BPKB mobilnya untuk mendapatkan dana tambahan. Kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Sing dijujug KSU”Rejeki Kasabaran:20)
lancar”
ing
sakidule
pasar.
(Watesing
Terjemahan: Yang dituju KSU “Rejeki Lancar” di selatan pasar. Nalika Witono ngetung dhuwit neng ngarep kasir KSU “Rejeki Lancar” iku saka wetan ana bis mandheg. (Watesing Kasabaran:20) Terjemahan: Ketika Witono menghitung uang didepan kasir KSU “Rejeki Lancar” itu dari timur ada bis berhenti.
g. Ing dhokter kandungan: tempat Srining memeriksakan kandungannya. Srining anggone priksa ya mrene. Tekane isih awal, mula banjur entuk pelayanan. Sawise dipriksa, klebu dipriksa banyu seni-ne, nuli diprayogakake ngenteni neng ruwang tunggu maneh. (Watesing Kasabaran:27) Terjemahan: Srining kalau memeriksakan ya disini. Datangnya masih awal, untuk itu kemudian dapat pelayanan. Setelah diperiksa, termasuk diperiksa air seninya, maka dipersilahkan menunggu di ruang tunggu lagi.
h. Ing Pawon: menggambarkan posisi lik Rubi ketika Srining pulang kekampung. Lik Rubi lagi pithil kenikir neng pawon. Sire kenikir iku arep dikrawu kanggo lawuh mengko sore. (Watesing Kasabaran:31) Terjemahan: Lik rubi baru memetik daun kenikir di dapur. Niatnya daun kenikir itu dicampur untuk lauk nanti sore.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
i. Ing Emper Ngarep : menggambarkan tempat Pak Rus ketika Srining datang. Pak Rustaji lagi leyeh-leyeh ing emper ngarep. Awake kang dijarake ngliga ditepasi nganggo suwekan kardhus wadhah super mie. (Watesing Kasabaran:31) Terjemahan: Pak Rustaji baru tiduran di depan teras depan. Badannya yang dibiarkan tanpa baju dikipasi memakai sobekan kardus super mie.
j. Desa Wajak Kidul : Nama desa Srining kowe muliha mrene. Omahmu kana sewakna apa kokdol terserah. “Neng kene” kowe isa bukak toko. Nek anakmu lair, aku sing ngopeni. (Watesing Kasabaran:32) Terjemahan: Kamu pulanglah kesini. Rumahmu sana disewakan atau dijual terserah. Disini kamu bisa membuka toko. Kalau anakmu lahir yang merawat aku.
Sauntara iku, ing desane Srining mbangun kios kaya pakone wong tuwane. Kios cilik, dibangun neng ngarepan cedhak ratan gedhe. (Watesing Kasabaran:35) Terjemahan: Seiring berjalannya waktu, di desanya Srining membangun kios seperti perintah orang tuannya. Kios kecil, dibangun didepan dekat jalan besar.
k. Polsek KedungWaru : tempat dinas Bripka Budiyono, Briptu Matrawi dan Aiptu Jarot. Anggone dhines neng polsek kedungwaru kono pancen durung suwe. Lagi watara patang sasi. (Watesing Kasabaran:33)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Terjemahan: Tempatnya dinas di polsek Kedungwaru situ belum terlalu lama. Baru berjalan empat bulan.
Mudhun saka mobil ing plataran Polsek, jantunge Srining kaya jumeglug. (Watesing Kasabaran:37) Terjemahan: Turun dari mobil di halaman Polsek, jantungnya Srining semakin kencang.
l. RS. Tulungagung : tempat Srining dirawat setelah sebelumnya pingsan akibat bertemu dengan Mat Pleki. Srining kang kapidara lan kekotos getih iku diplayokake menyang rumah sakit. (Watesing Kasabaran:38) Terjemahan: Srining yang terluka dan berlumur darah itu dilarikan ke rumah sakit. Srining dhewe wiwit neng ruwang oprasi nganti pindhah neng zal perawatan durung sadhar saka anggone semaput. (Watesing Kasabaran:38) Terjemahan: Srining mulai dari ruang operasi sampai pindah di sel perawatan belum sadar dari pingsan. Kowe neng rumah sakit, mentas dioprasi. Wis tentramna atimu ben ndang sehat,”pratelane Pak Rus. (Watesing Kasabaran:38) Terjemahan: Kamu dirumah sakit, setelah dioperasi. Sudah tentramkan hatimu biar cepat sehat,”katanya Pak Rus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
2) Waktu- waktu tertentu Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi. Seperti kutipan berikut: a. Telung Dina Telung dina dirawat neng rumah sakit, wusana Srining dililani bali. (Watesing Kasabaran:42) Terjemahan: Tiga hari dirawat dirumah sakit, akhirnya Srining dibolehkan pulang.
b. Meh Nem Taun Anggone bebojoan wis klebu suwe, meh nem taun. (Watesing Kasabaran:1) Terjemahan: Dalam berumah tangga sudah lama, hampir enam tahun
c. Esuk Ing esukkang atis, kanthi kasunaran lampu ruwang kang padhang, Srining katon ayu gumrining. (Watesing Kasabaran:11) Terjemahan: Di pagi yang dingin, dengan terkena sinar lampu ruang yang terang, Srining terlihat cantik mempesona.
Isih esuk, Bripka Budiyono wis tekan warunge swalayane Srining. (Watesing Kasabaran:44) Terjemahan: Masih Pagi, Bripka Budiyono sudah sampai di warungnya Srining. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
d. Awan-awan Awan-awan, ngepasi warung ramene.(Watesing Kasabaran:48)
swalayan”Mbak
Sri”
pinuju
rame-
Terjemahan: Siang-siang, kebetulan warungnya Srining baru ramai-ramainya.
Sawise mangan lan shalat Dzuhur, awan iku Witono merlokake ngaso. (Watesing Kasabaran:50) Terjemahan: Setelah makan dan shalat dhuhur, siang itu Witono beristirahat.
Awan iku uga dheweke banjur tata-tata. (Watesing Kasabaran:30) Terjemahan: Siang itu juga dirinya bersiap-siap.
Awan kuwi hawane panas. Bripka Budiyono kang lagi piket, nyopot klambi sragame. (Watesing Kasabaran:33) Terjemahan: Siang itu cuacanya panas. Bripka Budiyono yang baru piket, membuka baju seragamnya.
e. Sesuke Sesuke Srining sida nglamar. Jebul tanpa prosedur sing ndakik-ndakik, langsung ditanpa. (Watesing Kasabaran:2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Terjemahan: Besoknya Srining jadi melamar. Ternyata tanpa prosedur yang bermacammacam, langsung diterima.
f. Wolung Sasi Ora rinasa wolung sasi wis kliwat. Panguripane Witono-Srining sansaya temata. (Watesing Kasabaran:2) Terjemahan: Tidak terasa delapan bulan sudah lewat. Kehidupan Witono-Srining semakin tertata.
g. Ganep Setaun Arep gajine akeh, wong anggone nyambut gawe durung patiya suwe. Durung ganep setaun. Umpama nyelengi, ya genah durung nglumpuk. (Watesing Kasabaran:3) Terjemahan: Mau gajinya banyak, namun bekerjanya saja belum terlalu lama. Belum sampai setahun. Seandainya menabung, ya belum tentu terkumpul.
h. Bengi Witono gela. Sire bengi iku kepengin nindakake kuwajibane minangka bojo. (Watesing Kasabaran:3) Terjemahan: Witono kecewa, niatnya malam itu ingin melakukan kewajibannya bersama istri.
Bengine nalika bebarengan mangan, Srining krasa ana owah-owahan ing polatane Witono. (Watesing Kasabaran:10) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Terjemahan: Malamnya ketika makan bersama, Srining merasa ada yang perubahan dimatanya Witono.
Srining gojag-gajeg. Ing batin nebak-nebak, ana perlu apa Bripka Budiyono bengi-bengi mara senja. (Watesing Kasabaran:36) Terjemahan: Srining ragu-ragu. Di hatinya menebak-nebak, ada perlu apa Bripka Budiyono malam-malam mendatanginya.
i. Sorene Sorene, ngarepake Witono mulih, Srining wis janggrung neng teras ngarep kanthi polatan sumringah. (Watesing Kasabaran:8) Terjemahan: Sorenya, menunggu Witono pulang, Srining sudah berdiri di halaman depan dengan wajah berbinar.
Sorene mulih saka kantor nemoni omahe isih sepi. Lawang omah isih kancingan. (Watesing Kasabaran:9) Terjemahan: Sorenya pulang dari kantor menemui rumahnya masih sepi. Pintu rumah masih tertutup.
j. Kliwat sesasi Pak. Bramantya katon marem, awit Srining cepet maju. Srining pancen lantip. Mengkono ora krasa wis lumaku kliwat sesasi.(Watesing Kasabaran:10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Terjemahan: Pak Bramantya terlihat puas, Srining cepat maju, Srining benar-benar rajin. Disitu tidak terasa sudah berjalan sebulan.
k. Dina rabu, 29 Maret 2006 Wektu iku dina Rebo, 29 Maret 2006. Esuk umun-umun dheweke wis teka neng kantore langsung nggethu ngrampungake gaweyane. (Watesing Kasabaran:11) Terjemahan: Waktu itu hari rabu, 29 Maret 2006. Pagi-pagi buta dirinya sudah sampai dikantornya langsung semangat menyelesaikan pekerjaannya.
l. Dina Senin jam sepuluh Esuk Sauntara iku wektune sansaya awan. Wis ngancik jam sepuluh esuk. Dinane senin. Dheweke kudu ngantor najan genah yen kasep. (Watesing Kasabaran:21) Terjemahan: Waktu itu hari sudah semakin siang. Sudah sampai jam sepuluh pagi. Harinya Senin. Dirinya harus kekantor supaya terlihat kalau rajin.
m. Wayah Subuh Wayah subuh Srining wis tangi, kaya padatan banjur nyumet kompor siyaga mangsak. (Watesing Kasabaran:23) Terjemahan: Waktu subuh Srining sudah bangun, seperti biasa menyalakan kompor untuk memasak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
n. Dina Jum‟at Sore Merga penasaran lan emoh kesiksa terus-terusan, wusana Srining nekad. Dina Jum’at sore, bali saka kantor bablas priksa menyang dhokter spesialis kandhungan ing lurung Letjen Suprapto. (Watesing Kasabaran:26) Terjemahan: Karena penasaran dan tidak mau tersiksa terus menerus, akhirnya Srining memberanikan diri. Hari Jum‟at sore, pulang dari kantor langsung memeriksakan ke dokter spesialis kandungan di jalan Letjen Suprapto.
o. Nglilir jam loro Rak isa turu kok Mak. Bar nglilir jam loro mau njur melek terus. Arep gugahgugah, Mamak karo Bapak kok sajake pules, “ wangsulane Srining. (Watesing Kasabaran:39) Terjemahan: Tidak bisa tidur kok bu, habis terbangun jam dua tadi lalu terjaga terus. Mau membangunkan ibu sama bapak kok kelihatannya pulas,”katanya Srining.
3) Analisis Atmosfer atau Suasana 1. Sepi Mobil iku terus mamprung. Ngulon parane, ing saat swasana dalan wiwit sepi. Mlebu wewengkon Karangkates playune disuda. (Watesing Kasabaran:13) Terjemahan: Mobil itu terus berjalan. Ke arah Barat, di jalan yang suasananya sepi. Masuk daerah Karangkates kecepatannya dikurangi.
Dina iku Srining ijen neng kantore. Rasane sepi. Anggone nandangi gaweyane ora bisa mugen. (Watesing Kasabaran:28) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Terjemahan: Hari itu Srining sendirian dikantornya. Rasanya sepi. Dalam bekerja tidak bisa konsentrasi
Sauntara iku Srining tekan ngomahe. Swasana sepi. Tangga kiwa-tengen isih padha metu nyambutgawe, mula tekane kang beneh karo padatan iku luput saka kawigaten. (Watesing Kasabaran:29) Terjemahan: Beberapa waktu itu Srining sampai rumahnya. Suasananya sepi. Tetangga kiri-kanan masih bekerja diluar, maka kedatangannya yang bersamaan dengan keramaian tidak diketahui perhatian.
2. Rame Ponsel-e Srining muni. Gage dicandhak, dideleng. Jebul saka Bripka Budiyono. Srining banjur nyikrih, metu saka warunge sing kapinujon rame. (Watesing Kasabaran:47) Terjemahan: Ponselnya Srining bordering. Cepat-cepat diangkat. Ternyata dari Bripka Budiyono. Kemudian Srining menyingkir, keluar dari warungnya yang masih ramai. Awan-awan, ngepasi warung swalayan “Mbak Sri” pinuju rame-ramene. Ing ngarep warung ana becak mandheg. (Watesing Kasabaran:48) Terjemahan: Siang-siang, tepat ketika warung swalayannya “Mbak Sri” sedang ramairamainya. Didepan warung ada becak berhenti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
3. Angin sumribit Tujune wis rada sore, angin bulak sumribit, sorote srengenge wis ora pati krasa panas. Srining ora pati apal, kono iku laladan ngendi. (Watesing Kasabaran:5) Terjemahan: Untungnya sudah agak sore, angin hutan sepoi-sepoi, sinar matahari sudah tidak terlalu terasa panas. Srining tidak terlalu mengenal, disitu daerah mana. 4. Atis Hawa wengi kang atis ora kongang ngilangi plikete awak. (Watesing Kasabaran:19) Terjemahan: Hawa di malam yang dingin tidak mampu menghalangi keringat tubuh.
5. Peteng Setir mobil dibanting ngiwa mlebu ing wewengkon alas jati. Swasanane mamring lan peteng. (Watesing Kasabaran:14) Terjemahan: Setir mobil dibanting kekiri masuk daerah hutan jati. Suasananya sepi dan gelap.
6. Seger Hawa esuk krasa seger. (Watesing Kasabaran:15) Terjemahan: Udara pagi terasa segar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
7. Suwung “Leres, griya pun suwung. Kula namung manggih serat teng nginggil kenap.” (Watesing Kasabaran:24) Terjemahan: Benar, rumahnya kosong. Saya hanya menemukan surat diatas meja kecil.
8. Edhum Kejaba luwih cedhak lan edhum, arang diambah kendharaan gedhe. (Watesing Kasabaran:31) Terjemahan: Meskipun lebih dekat dan teduh, jarang dilewati kendaraan besar.
9. Aman lan nyaman Dadi luwih aman lan nyaman. Mula dalan kene dadi rame. (Watesing Kasabaran:31) Terjemahan: Jadi lebih aman dan nyaman. Maka dari itu jalan sini menjadi ramai.
10. Sumuk Awan iki najan wektune wis lingsir, hawane sumuk. Angin ora midit. (Watesing Kasabaran:31) Terjemahan: Siang ini meski waktunya sudah lewat, rasanya gerah. Angin tidak bertiup.
Sajake hawa sing diasilake tepas kardhus kuwi ora kuwawa nduwa hawa sumuk. (Watesing Kasabaran:31) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Terjemahan: Kelihatannya hawa yang dihasilkan kipas dari kardus itu tidak mengurangi rasa gerah.
11. Hawane Panas Awan kuwi hawane panas. Bripka Budiyono kang lagi piket, nyopot klambi sragame. (Watesing Kasabaran:33) Terjemahan: Siang itu udaranya panas. Brika Budiyono yang baru berjaga piket, melepas baju seragamnya.
4) Analisis Pengaruh Latar pada Tokoh Latar adalah bagian dari suatu cerita yang sangat penting. Latar merupakan arena atau panggung dimana kejadian dan para tokoh bertindak. Dalam Watesing Kasabaran latar diawali Srining dari Perumahan Wisma Indah, Srining yang hidup bersama suaminya Witono membeli rumah dengan cara kredit di sebuah Perumahan didaerah Tulungagung. Di Tulungagung Srining bekerja ditempat sebuah swalayan Kumenyar. Ketika Srining berangkat bersama Witono, terjadi perselisihan sehingga Srining ditinggalkan sendirian dimobil didaerah dekat Sumberpucung. Karena sendirian, Srining diantar oleh Mat Pleki pulang, akan tetapi Srining diturunkan oleh Mat Pleki di daerah Brongkos dalam kondisi tidak sadar. Harta benda Srining diambil begitu juga dirinya telah diperkosa. Srining memutuskan pulang kerumah orang tuanya didaerah desa Wajak Kidul sebelah Tenggara dari Kota Tulungagung. Sepeninggalnya Witono pergi menjadi TKI, rumahnya diperumahan Wisma Indah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
dikontrakan. Srining membuka usaha warung “poekwe” didaerah tempat tinggalnya. Setahun berlalu Witono pun datang mencari Srining di desanya untuk menemuinya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian mereka berdua hidup bahagia bersama di Desa Wajak Kidul, sedangkan rumahnya di Perumahan Wisma Indah dijual. 5) Analisis Hubungan Latar dan Tema Pengaruh latar berawal pada saat Srining bekerja diswalayan Kumenyar didaerah Tulungagung. Srining yang bekerja di sebuah Swalayan dengan kedudukan yang tinggi sedangkan Witono berhenti bekerja karena permintaan Srining yang menganggap pekerjaan hanya menguras tenaga yang hasilnya tidak dapat mencukupi. Srining sangat dekat dengan pimpinannya sehingga melakukan perselingkuhan tanpa diketahui Witono. Di swalayan Srining mendapat upah yang besar dengan bonusbonusnya, sehingga dirinya merasa lebih hebat dari suaminya. Srining berubah sikapnya dan sering membuat perselisihan dengan suaminya. Dirumah, suaminya sering tidak mendapatkan hak-haknya, dirinya sering diacuhkan dan sering menahan kecewa dengan perlakuan Srining. Sehingga setelah bekerja di swalayan Kumenyar, membuat kehidupan mereka menjadi renggang. Di Sumberpucung menjadi klimaks rasa bersabar Witono dengan Srining, hingga dirinya meninggalkanya seorang diri. Sehingga disinilah Srining dan Witono berpisah. Witono pergi meninggalkannya dengan menaiki bis, sedangkan Srining ditinggal sendirian. Witono pergi menjadi TKI dan Srining mengalami pemerkosaan. Setelah kejadian itu, Srining yang hidup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
sendiri di Perumahan Wisma Indah merasa kesepian dan pulang kekampung halamannya di desa Wajak Kidul. Kemudian Witono yang tidak menyelesaikan kontrak kerjanya, pulang menyusul Srining kedesa setelah mencaria di perumahan Wisma Indah tidak ditemukan dan berniat untuk meminta maaf kepada Srining. 2. Sarana-Sarana Cerita a. Judul Judul didalam cerbung ini adalah Watesing Kasabaran. Watesing yang berasal dari kata Wates yang berarti batas sedangkan Kasabaran berasal dari kata Sabar. Maka dari itu Watesing Kasabaran dapat diartikan dengan Batas dari Kesabaran. Didalam cerbung Watesing Kasabaran ini menceritakan tentang kesabaran seorang suami atas perilaku istrinya yang telah berbuat semena-mena terhadapnya. Hal ini dikarenakan penghasilan Srining yang lebih banyak daripada Witono. Penghasilan yang didapat Srining tidak hanya dari gaji pokok akan tetapi uang tutup mulut yang diberikan oleh Bramantya karena perbuatan selingkuh mereka berdua. Witono yang menjadi buruh musiman dan hasilnya tidak seberapa, diminta Srining untuk mengantar jemputnya bekerja. Berbagai perkataan buruk, olokan, dan cacian sering diterima Witono. Akan tetapi Witono lebih memilih mengalah untuk menghindari pertengkaran dalam keluarga dan ingin menjaga keharmonisan rumah tangganya. Akan tetapi Witono melihat tidak ada perubahan ketika Srining dibiarkan dengan sikapnya itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Suatu ketika hendak mengantar Srining, Witono yang mengemudikan mobilnya hendak mengalami kecelakaan. Seketika itu, Srining langsung mengumpat, berkata kasar, kepada suaminya. Witono yang sering mengalah kali ini membela dirinya, akan tetapi sikap dari Witono itu justru membuat Srining semakin mengumpat dan jauh lebih kasar dari perkataan sebelumnya. Witono yang sudah habis kesabarannya menepikan mobil dan meninggalkan Srining sendirian ditengah hutan. Witono memilih tidak kembali kerumah dan berniat pergi bekerja menjadi TKI. Witono ingin memiliki harga diri dan menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab dengan bekerja, dirinya meninggalkan surat yang isinya mengatakan bahwa ia sudah habis batas kesabarannya akibat tingkah laku istrinya yang dirasa sudah melebihi batas.
b. Sudut Pandang Berdasarkan teori dari buku Robert Stanton, cerbung Watesing Kasabaran ini menggunakan sudut pandang „orang ketiga tidak terbatas‟, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir. Dalam cerbung ini pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga, pengarang tidak harus pada tokoh utama atau tokoh aku. Kutipan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Tekane Srining karo nyalami. Bubar nampa salamane Aiptu Jarot, genti nyalami Bripka Budiyono lan Briptu Matrawi. Ning Bareng tekan Mat Pleki, tangane ditarik. (WK. hal:47) Terjemahan : Datangnya Srining sambil bersalaman. Setelah berjabattangan dengan Aiptu Jarot, kemudian bersalaman dengan Bripka Budiyono dan Briptu Matrawi. Tetapi ketika sampai di Mat Pleki tangannya ditarik.
c. Ironi 1) Ironi Dramatis Contoh ironi dramatis yang terjadi adalah ketika Srining menelpon dan bertemu Pak Bramatyo dikantor untuk meminta tanggungjawab terhadap bayi yang dikandung oleh Srining, akan tetapi permintaan Srining tersebut ditolak oleh Pak Bram yang tidak mempercayainya kalau dia yang menghamili Srining. Kontras antara tujuan Srining dengan hasil yang tidak sesuai inilah yang menjadikan ironi.kutipan: Anu Pak,kula ngandheg. Wingi priksa, asilipun positif.” “Ha? Wah, selamat ya. Muga-muga suk lair lanang. Bapak mesthi seneng!” swara saka sabrang kana. Sajak nuduhake kabungahan, ning ngemu kagelan. Srining binggung. Kok tanggapane Pak Bram mengkono? “Pak anu…nuwun sewu, ingkang dipun kersakaken Pak Bram?” “Lho, bojomu rak mesthi seneng kowe ngandheg? Gajege wis suwe olehe ngarep-arep. Rak hiya ta?” Srining saya ora mudheng. Wangsulane Pak Bram slenca karo sing dikarepake. Kepeksa banjur kandha blaka,” Ning anu Pak…..ingkang kula kandhut menika sanes wijinipun Mas Witono, menika wijinipun Bapak.” “Ha? Ora mungkin!” klik, tilpun iku ditutup. (WK. hal: 28) Terjemahan: Begini Pak, saya mengandung. Kemarin diperiksa, hasilnya positif.” “Ha? Wah, selamat ya. Semoga besok lahirnya laki-laki. Bapak pasti bahagia!” suara dari seberang. Memperlihatkan kegembiraan tetapi sebenarnya kecewa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Srining binggung. Kok tanggapanya Pak bram begitu? “Pak begini…mohon maaf, maksudnya Pak Bram?” “Lho, suamimu kan pasti senang kamu mengandung? Katanya sudah lama kamu berharap. Benar kan? Srining semakin tidak paham. Jawabannya Pak Bram tidak sama seperti yang diharapkan. Lalu terpaksa berkata jujur,” tetapi begini Pak…yang saya kandung ini bukan anaknya Mas Witono, ini anaknya bapak.” “Ha? Tidak mungkin!” klik, telpon itu ditutup.
Selain contoh diatas, penulis juga menemukan kutipan yang menggambarkan Ironi yaitu ketika Mat Pleki dipertemukan polisi dengan Srining. Mat Pleki mengatakan mau bertanggungjawab terhadap bayi yang dikandung Srining apabila tidak
terjadi
keguguran
akan
tetapi
Srining
merasa
sangat
marah
dan
meninggalkannya. Kutipan: “Saiki wis ketemu aku. Apa karepmu?” ujare Srining karo nyawang galak. Digetak ngono Pleki mengkeret. Setengah gugup banjur mbaleni pranyatane. Yaiku njaluk ngapura merga wis tumindhak durjana lan ngrudapeksa. Sartaumpama kandhutane Srining iku ora kebacut gogrog-Mat Pleki saguh dadi bapake bayek kanthi syah. “Ngawur! Sapa gelem dadi bojene bajingan kaya kowe! Karo maneh aku wis duwe bojo!”pambekise Srining kanthi polatan manger-mangar. Srining jan “tersinggung berat” kae. Emoh kesuen neng kono, Srining banjur pamitan.(WK. hal:48) Terjemahan: Sekarang sudah bertemu denganku. Apa maumu?” kata Srining dengan melihatnya galak. Digertak begitu Pleki takut. Agak gugup lalu mengulangi pernyataannya. Yaitu meminta maaf karena sudah bertindak jahat dan memperkosa. Serta seumpama kehamilan Srining tidak keguguran- Mat Pleki sanggup menjadi ayah dari anak Srining secara syah. “Ngacau! Siapa yang mau bersama seorang bajingan seperti kamu! Apalagi saya sudah punya suami!”sanggahan Srining dengan tatapan marah. Srining sangat tersinggung. Tidak ingin berlama-lama disitu, Srining lalu berpamitan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
2) Ironi Verbal atau Tone Ironi Ketika Srining dan Dul Kluwuk mengetahui Srining sendirian ditengah alas. Mat Pleki dengan sopan berbicara dengan Srining dan mengutarakan akan membantu mengantarkannya pulang kerumah karena Mat Pleki juga seorang sopir angkuta. Kejadian itu termasuk tone ironi karena kesopanan dan niatnya membantu hanyalah pura-pura belaka karena sebenarnya Mat Pleki berniat ingin merampas harta Srining dan memperkosannya. Kutipan: “Nuwun sewu nggih Bu. Nek prayogine, ibu nyewa sopir ngiriki mawon kapurih ngeteraken kondur. Dados mboten sisah ngrantos sopir kintunan king Tulungagung. Selak kedalon,” usule wong lanang kasebut “Nyewa sopir?” “Inggih. Paling kalih atus mawon purun”. Srining wiwit kebimbang. “Mat Pleki niki nggih sopir. Tinimbang pados sopir tebih-tebih mang njaluk tulung kiyambake mawon,” wong lanang sijine -sing isih methangkring ing sadhel sepedha montor- tawa-tawa. Sing ditawakake mrenges. (WK. hal:13) Terjemahan: “Mohon maaf ya Bu. Sebaiknya, ibu menyewa sopir dari sini saja untuk mengantarkan pulang. Jadi tidak perlu menunggu sopir dari Tulungagung. Keburu malam,”usulnya laki-laki itu. “Menyewa sopir?” “Iya. Paling hanya dua ratus sudah mau.” Srining menjadi bimbang. “Mat Pleki ini juga sopir. Daripada mencari sopir jauh-jauh lebih baik meminta sajalah dengannya,” laki-laki yang satunya –masih dudk diatas sepeda motor- menawarkan. Yang ditawarkan-Mat Pleki-tersenyum.
d. Gaya dan Tone Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Ciri khas yang dimiliki seorang pengarang berbeda-beda satu sama lain. Gaya Tiwiek SA selaku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
pengarang cerbung Watesing Kasabaran memiliki gaya realistis dengan bahasa yang ringan dan indah, sehingga bagi pembaca tidak merasa bosan ketika ingin membacanya berulang kali. Tiwiek SA biasanya membuat karya-karya yang lebih cenderung ke cerita yang berbau vulgar seperti pada cerbung Watesing Kasabaran ini dan latar yang digunakan untuk membuat cerbung Watesing Kasabaran ini, Tiwiek SA menggunakan daerah tempat asalnya. Penyampaian cerita yang bagus dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menarik seolah-olah kejadian dan setting dalam cerita ini adalah nyata. Gaya realistis Tiwiek SA dalam cerbung Watesing Kasabaran dapat dilihat dalam kutipan: Desa Wajak Kidul dununge sakidul wetane kutha Tulungagung. Klebu Kecamatan Boyolangu. Saka kutha, watara limang km. ora pati adoh. Program pengembangan kota, nyakup Boyolangu, mula Wajak Kidul uga kecipratan berkahe. Saperangan wewengkone sing sisih elor, malah katut dadi kutha. Dalan-dalan, gang-gang dijembarake lan diaspal alus, dadi reja. Warga Sumbergempol kidul lan Kalidawir yen arep menyang Tulungagung kabeh sing lewat kene. Kejaba luwih cedhak lan edhum, arang diambah kendharaan gedhe. Dadi luwih aman lan nyaman. Mula dalan kene dadi rame. Kahanan iki dimanfaatake pedunung sapinggiring dalan kanggo bukak usaha. Ana sing mrancang, bukak warung panganan, bingkil sepedhah, kios buwah, nganti dodol es dhawet. (WK. hal: 31) Terjemahan: Desa Wajak Kidul letaknya tenggara dari kota Tulungagung. Termasuk kecamatan Boyolangu. Dari kota, berjarak lima km. tidak terlampau jauh. Program perkembangan kota, mencakup Boyolangu, untuk itu Wajak Kidul juga mendapatkan keuntungan. Daerah Saperangan yang berada disisi utara, menjadi ramai. Warga Sumbergempol kidul dan Kalidawir kalau ingin pergi ke Tulungagung semua lewat ini. Meski lebih dekat dan teduh, jarang dilewati kendaraan besar. Jadi lebih dekat dan aman. Maka dari itu jalan itu menjadi ramai. Hal ini manfaatkan orang-orang pegunungan yang ada dipinggir jalan untuk membuka usaha. Ada yang merancang, membuka warung makanan, bengkel sepeda, kios buah, sampai penjual es dawet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Gaya vulgar yang ditampilkan oleh Tiwiek SA dalam cerita ini adalah ketika Bramantya tidak dapat menahan hawa nafsunya melihat kecantikan Srining yang bekerja sebagai sekretaris pribadinya. Kutipan: Banjur bahu wadon ayu ing ngarepe iku didhekep. Lan kanthi trampil pasuryane nggrumut githoke sang ayu. Kang ketutup rambut sabahu iku diarasi adreng.(WK. hal:11) Terjemahan: Lalu bahu perempuan cantik didepannya itu dipeluk erat. Dan dengan terampil meciumi lehernya Srining. Yang tertutup rambut sebahu itu dibelai dengan seksama.
Gaya vulgar juga ditampilkan ketika Mat Pleki yang berhasil memberikan obat tidur kepada Srining dan ketika tertidur pulas, Mat Pleki meraba-raba tubuh Srining. Kutipan: Mat Pleki mesem. Ujug-ujug sifat asline muncul. Yen mau mung wani ndemek pundhak, saiki luwih saka iku. Tangan tengen nyekel setir, tangan kiwa ngumutan!(WK. hal:14) Terjemahan: Mat Pleki tersenyum. Tiba-tiba sifat aslinya muncul. Kalau tadi hanya berani memegang bahu, sekarang lebih dari itu. Tangan kanan memegang setir, tangan kiri jelalatan.
Gaya vulgar yang ditampilkan pengarang melalui karyanya juga terlihat pada pernyataan berikut ini: Kelingan mobile, Srining agahan njeggelek. Karo srikutan ngusapi eluh, nuli anjlog saka amben. Sire arep nginguk neng endi mobile diparkir. Jebul lakange krasa lara lan lagi eling yen isih nglegena.(WK. hal:15) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Terjemahan: Teringat mobilnya, Srining terbangun. Sambil mengusap keringat, lalu turun dari dipan. Niatnya hendak melihat letak parkir mobilnya. Tetapi selangkangannya masih terasa sakit dan baru ingat kalau masih tanpa busana.
Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Didalam cerbung WK, Tiwiek SA ingin menceritakan bahwa kehidupan dalam berumah tangga tidak selalu harmonis, terkadang ada pasang surutnya, ada bumbubumbu perselisihan, akan tetapi setiap permasalahan pasti ada jalan pemecahannya. Emosi Tiwiek SA digambarkan melalui tokoh Witono yang tidak mau harga dirinya sebagai suami diinjak-injak dan direndahkan oleh istrinya. Witono lebih rela pergi meninggalkan istrinya untuk pergi bekerja keluar negeri menjadi TKI agar bisa mencari nafkah dan bertanggungjawab sebagai seorang suami dengan menafkahi istrinya sebagai kepala keluarga.
e. Simbolisme Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Srining yang pada melamar pekerjaan sudah digoda oleh Pak Bram dengan mengatakan kalau dirinya masih mirip anak SMA. Pak Bram mengangkat Srining untuk menjadi sekretaris pribadinya, memberikan ucapan selamat dengan memegang tangan Srining sangat lama sehingga Srining yang merasa risih meminta Pak Bramantya untuk melepaskannya dengan alasan ingin melanjutkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
pekerjaannya. Suatu hari Pak Bram yang tidak dapat menahan hawa nafsunya memaksa Srining untuk melayani hasrat seksualnya dengan mengancam akan memecatnya kalau menolak, Srining yang menjadi takut akhirnya melayaninya dan kejadian tersebut berulang-ulang dikantornya dan yang paling sering dihotel. Srining yang sadar akan kesalahannya teringat dengan nasehat dari atikah yang dulu mengingatkan supaya berhati-hati kalau menjadi sekretaris biasanya disukai oleh pemimpinnya. Kutipan: Mung anu Mbak….nuwun sewu ya. Mbak Sri kudu ngati-ati. Awit adhakane sekretaris kuwi sok disenengi bos-e. Mangka Mbak Sri ki ayu tur seksi!”(WK. hal:9) Terjemahan: Namun begini Mbak….minta maaf ya. Mbak Sri harus berhati-hati. Biasanya sekretaris itu kadang disukai bosnya. Lagipula Mbak Sri itu cantik dan seksi.
Kedua, suatu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. TKI merupakan simbol yang diulang-ulang
dalam
cerbung
Watesing
Kasabaran.
Masyarakat
disekitar
Tulungagung banyak yang bekerja menjadi TKI. Hal ini sangat wajar mengingat lapangan kerja yang ada hanya sedikit dan tidak mampu disediakan dengan baik oleh Pemerintah setempat. Sedangkan masyarakat setempat yang dituntut berkreatifitas dalam berkarya dirasa sangat kurang. Ini menyimbolkan tentang pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat disekitar Tulungagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Ketiga, simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema. Hal ini seperti dalam cerbung Watesing Kasabaran yang menceritakan problem-problem yang terjadi didalam kehidupan rumah tangga. Srining yang bermula berperan sebagai seorang istri yang setia, mencoba peruntungannya bekerja sebagai seorang sekretaris sekaligus menjadi wanita simpanan pimpinannya. Srining kemudian melupakan kodratnya sebagai seorang istri, hampir setiap hari dirinya memaki dan menghujat Witono suaminya. Ketidakjujurannya selama ini terhadap suaminya membuatnya terlena akan indahnya kesenangan belaka, hingga akhirnya Srining mengalami sebuah permasalahan yakni dirinya tengah hamil yang mana menurut Srining, kehamilannya itu merupakan buah cinta kasih dengan bosnya, namun ternyata itu adalah hasil pemerkosaan. Hingga pada akhirnya Srining sadar bahwa pengkhianatan dan ketidaksetiaannya selama ini membawa buah kesengsaraan. Hal ini menjadikan tema dalam cerbung Watesing Kasabaran ini adalah pengkhianatan seorang istri sebagai pemicu keretakan rumah tangga.
B. Analisis Psikologi Sastra 1. Potret kejiwaan tokoh-tokoh dalam cerbung Penelitian karya sastra dengan pendekatan psikologi adalah sebuah penelitian dengan memperhatikan tingkah laku dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Melalui psikologi, proses pemahaman karakter tokoh dapat diketahui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
secara lebih mendalam. Dengan kata lain, psikologi dapat menjelaskan sebuah proses kreatifitas. Pembahasan proses perkembangan jiwa tokoh-tokoh dalam cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA ini berpangkal dari pembahasan terhadap aspek penokohan yang terdapat dalam analisis struktural sehingga dapat dikatakan bahwa analisis psikologi ini merupakan tindak lanjut dari analisis struktural Pembahasan aspek psikologi sastra atau proses kejiwaan dari para tokoh cerbung Watesing Kasabaran, akan diteliti unsur psikologi sastra dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan pelaksanaan perwatakan, yang digambarkan memiliki perkembangan/konflik yang dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern (lingkungan). Berikut akan dijabarkan mengenai proses kejiwaan tokoh-tokoh dalam cerbung Watesing Kasabaran a. Potret kejiwaan tokoh Srining Srining merupakan tokoh utama dalam cerbung Watesing Kasabaran. Srining berperan sebagai istri Witono, masih muda dan cantik yang menjadi ibu rumah tangga. Keinginannya membantu suaminya bekerja, membuat dirinya ikut mencari pekerjaan. Hal ini didorong karena Super Ego mengalahkan Egonya sehingga dirinya ingin membantu membanting tulang bekerja. Srining yang melamar dibagian pramusaji tetapi malah ditempatkan dibagian administrasi. Hal itu membuatnya bahagia dan ingin segera pulang memberitahukan kepada suaminya. Karir Srining terhitung bagus, hingga tidak lama kemudian diangkat menjadi sekretaris pribadi. Suaminya yang menaruh curiga, dapat diyakinkannya agar percaya dan tidak berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
buruk dengan profesi sekretaris yang dijalaninya. Proses menjadi wanita yang baikbaik dan hidup bahagia merupakan dorongan Ego yang ada dalam diri Srining untuk melakukan hal yang realistis. Kutipan: “ Panyakrabawamu kok elek temen ta? Durung-durung kok wis sujana! Pak Bram ki priyayine apikan. Ra kira tumidak neka-neka! Karo meneh aku ya isa njaga dhiri!”. (WK. hal: 10) Terjemahan: “Pikiranmu kok jelek banget? Belum-belum sudah menuduh! Pak Bram itu orangnya baik. Tidak berpikir bertindak aneh-aneh! Saya pun juga bisa menjaga diri!” Sebagai wanita baik-baik dirinya menolak ketika Pak Bram hendak mengajak berhubungan badan, dorongan Super Ego menjalankan perannya dengan menolak ajakannya yang berupa Id dan mengingatkan Bramantya supaya sadar akan perbuatannya. Tetapi karena rangsangan yang dilakukan Bramantya membuat dirinya tidak kuat mengontrol dorongan Id nya, sehingga dirinya berhasil disetubuhi Bramantya. Hingga dirinya mengulanginya beberapa kali karena didorong rasa tak kenal puas, dan mendapatkan hal-hal instan dari Bramantya. Hal-hal instan tersebut karena didorong rasa Ego dalam diri Srining yang akan tercukupi kebutuhannya daripada menolak, dirinya akan dipecat dan akan kembali hidup dalam kesusahan. Kutipan: Sing cetha, nek kowe tetep wangkal lan neka-neka, aku isa tumindhak apa bae. Klebu mecat kowe! Pikiren!” Bramantya genti ngancam. Srining yakin, ngenani pangancame Bramantya nedya mecat kuwi! Kuwi cetha bisa klakon. Tarah ing kantor kono sing kuwasa pancen ya Bramantya! Ah, njur kepriye iki? Pilih ngeboti kasucen sanajan kelangan gaweyan, apa njegur jurang kanisthan ning uripe bakal kepenak? Srining binggung lan rangu-rangu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Sajroning binggung mutusake pilihan kuwi, Srining lena. Anggone polah mbudidaya uwal saka dhekepane Bramantya kendhor. Kalodhangan kasebut digunakake dening si bandhot kanggo saya ngubeg-ubeg ngobarake biraine kurbane. Akibate, pertahanan-e Srining jebol! (WK. hal: 11) Terjemahan: Yang jelas, kalau kamu tetap menolak dan berbuat macam-macam, saya bisa bertindak apa saja. Termasuk memecat kamu! Pikirlah!” Bramantya ganti mengancam. Srining yakin, mengenai ancaman Bramantya ingin memecat itu! Itu bisa terjadi. Memang dikantor itu yang berkuasa adalah Bramantya! Ah, harus bagaimana ini? Pilih mempertahankan kesucian tetapi kehilangan pekerjaan, apa masuk jurang kenistaan tetapi hidupnya akan enak? Srining binggung dan ragu-ragu. Dalam kebinggungan memutuskan pilihan itu, Srining terlena. Gerakannya itu membuat pertahanannya lepas dari pelukannya Bramantya semakin renggang. Kesempatan itu digunakan si kambing untuk semakin memancing birahi korbannya. Akibatnya, pertahanannya Srining lepas!
Konflik Srining mulai muncul ketika Niat Srining untuk membeli dipertanyakan Witono suaminya yang mencurigai asal uang untuk membeli mobil tersebut dan menganggap niat Srining itu hanya omong kosong. Kutipan: “Aja ngenyek! Titenana ae!” Srining sajak ewa. Nuli mapan ngglethak, kemulan brukut, ngungkurake sing lanang. (WK. hal: 3) Terjemahan: “Jangan menghina! Tunggu saja!”Srining terlihat iri. Lalu bersiap tidur, berselimut tebal, dan membelakangi laki-lakinya.
Pernyataan diatas merupakan Agresi Langsung yang terjadi kepada Srining setelah suaminya itu meragukan keseriusannya dengan mengungkapkanya secara langsung dan memarahi suami itu lalu mengacuhkan suaminya yang hendak menjalankan kewajibannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Setelah dapat membeli mobil, Sikap Ego Srining semakin besar dan berani mengolok-olok suaminya dengan kata-kata kasar ketika suaminya bertindak tidak sesuai dengan kemauannya. Hal ini terjadi ketika Witono mengendarai mobil dan hampir membuatnya kecelakaan, Srining lalu memarahi suaminya serta mengolokoloknya. Tetapi suaminya tidak tinggal diam dan membalas ejekan Srining. Kutipan: “Ngati-ati apa, genah nglamun ngono. Ngreti arep ngliwati gang kudune ngunekke klakson, ben sing kana ngerti! Untung, sedhan iku maeng reme makan. Pama njur nubruk, dadi apa! Iki mobil larang Mas, yen rusak ra kira kowe kuwat ngijoli! Kari nglakokke we ra becus! Huh!”(WK, hal:5) Terjemahan: “Berhati-hati gimana, melamun begitu. Sudah tahu akan melewati gang harusnya membunyikan klakson, biar yang disana mengetahui! Beruntung, mobil sedan itu tadi remnya pakem. Seandainya menabrak, jadi apa! Ini mobil mahal mas, kalau rusak saya rasa kamu tidak mampu mengganti! Tinggal menjalankan saja tidak mampu! Huh!” Sehingga yang terjadi diatas adalah mekanisme Regresi Primitivation berupa Srining yang kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan untuk berkelahi. Akibatnya, suaminya itu pergi meninggalkannya ditengah hutan sendiri. Srining yang ditinggalkan sendiri mengalami Displaced Aggression yakni rasa ingin marah terhadap Witono tetapi suaminya sudah terlanjur pergi meninggalkannya seorang diri. Sehingga rasa marah tersebut tidak dapat dikeluarkan secara puas terhadap sumbernya. Kutipan: Srining sing ditinggal dadi kekitrang kontrang-kantring,”Gendheng, edan, goblog! Samber bledeg tenan wong iki! Yoh, titenana tekan ngomah, sida dakkrawus. Pokoke ra trima aku!”muringe sudhul mbun-mbunan. Pangumanuman lan pisuhane terus-terusan mbrumbul. Emane sing diuman-uman wis adoh, wis ora krungu. (WK. hal:5) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Terjemahan: Srining yang ditinggal menjadi seperti orang yang kehilangan semangat hidup. “stress, gila, bodoh! Benar-benar tersambar petir orang ini! Yah,lihat saja dirumah, jadi akan kuhajar. Pokoknya saya tidak terima!” marahnya benar-benar memuncak. Olok-olokan dan kata-kata kotor terus saja keluar dari mulutnya. Sayangnya yang diperolok telah jauh pergi meninggalkannya dan telah berlalu menjauh, dan sama sekali tidak mendengar.
Srining yang ditinggal sendirian dihutan dan tidak bisa mengendarai mobil menyebabkan dirinya dirampok dan diperkosa, semua harta bendanya diambil. Dirinya sangat marah dan frustasi, sehingga menyebabkan Srining bertindak Apatis, pasrah dengan semua yang terjadi. Kutipan: Ya iki sing diarani cilaka mencit. Wis ditinggal mutung bojo, isih kerampog njaba njero! Sakala iku tangise Srining kutah maneh! Tangis kelara-lara. Tangis gegetun. Ning apa cukup mung ditangisi? Srining kudu tumindak! Mung arep tumindak apa lan kepiye? Srining binggung! (WK, hal: 16) Terjemahan: Ya ini yang dikatakan sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah ditinggal suami, masih dirampok luar dalam! Seketika itu tangisnya tumpah lagi! Menangis sesenggukan. Menangis penyesalan. Namun apa cukup ditangisi? Srining harus bertindak! Namun akan berbuat apa dan bagaimana? Srining binggung!
Dalam kebinggungannya Srining, tidak berniat melaporkan kejadian itu ke polisi. Kutipan: Ora! ora arep lapor pulisi! Wisben badha iku dijarah. (WK. hal:16) Terjemahan: Tidak! Tidak akan lapor polisi! Biar harta itu diambil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Pernyataan diatas merupakan bentuk represi dari Srining yang timbul karena impuls-impuls id yang terdorong keluar karena tidak dapat diterima oleh Srining. Konflik ini dialami ketika Srining menerima reaksi yang ditimbulkan oleh Mat Pleki dalam surat ancamannya yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Dengan memakai uang tersisa Srining pulang menaiki bis, sesampai dirumah Srining segera mencari Witono untuk mengungkapkan kekesalanya. Kutipan: “Nyang ndi menus elek ki! Semune niyat nyilakakne aku! Yoh, titenana! Klakon dakawug-awug tenan!” maneh-maneh Srining ngancam. Nuli,”Hah? Aja-aja wiwit wingi pancen rung mulih?”pangira liya muncul. (WK. hal: 21) Terjemahan: “Dimana manusia jelek ini! Seperti berniat mencelakakan aku! Yah, lihat saja! Akan aku hajar nanti! Lagi-lagi Srining mengancam. Lalu,”Hah? Janganjangan dari kemarin memang belum pulang? Perkiraan yang lain tiba-tiba muncul. Kutipan diatas merupakan Displaced Aggression yang muncul dari Srining karena rasa marah yang dipendam dalam perjalanan, menjadi tidak tersalurkan setelah yang dia cari tidak ditemukan. Kemudian yang terjadi adalah Rasa Kesedihan setelah dia menemukan surat yang ditinggalkan Witono yang mengabarkan kalau suaminya itu pergi menjadi TKI. Kutipan: Maca layang kasebut kontan tangise Srining kutah. Atine banget sumedhot lan sumendhal. Hla ya arepa kepriya bae, Witono iku bojone. Bojo jaka rara lan pilihane dhewe. Mara-mara saiki ninggal dheweke. Embuh nganti kapan!(WK. hal:22)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Terjemahan: Membaca surat tersebut spontan Srining menangis. Hatinya sungguh sedih. Habis mau bagaimana lagi, Witono itu suaminya. Suami perjaka dan pilihannya sendiri. Tiba-tiba sekarang meninggalkan dirinya. Tidak tahu sampai kapan!
Srining yang terlihat pucat dan merasakan mual-mual berniat memeriksakan dirinya kedokter kandungan, dan dirinya akhirnya mengetahui kalau hamil. Karena didorong oleh Ego, dirinya segera meminta pertanggungjawaban dan meyakini anak yang dikandung adalah anak Pak Bram. Kutipan: Pak…ingkang kulakandhut menika sanes wijinipun Mas Witono. Menika wijinipun Bapak.” (WK. hal:28) Terjemahan: Pak…yang saya kandung itu bukan anaknya Mas Witono. Itu anaknya Bapak.
Dari pengakuannya, Bramantya sudah divasiktomi dan dirinya yang sudah beberapa kali berhubungan badan dan tidak terjadi apa-apa membuat dirinya tercengang. Dirinya baru menyadari kalau pernah mengalami pemerkosaan, sehingga dia mengira anak yang dikandungnya adalah anak seorang perampok. Kutipan: “Cilaka! Aja-aja iki winihe si durjana Mat Pleki?!” Wis cetha saiki. Sing digembol iku winihe si durjana. Layak bae Bramantya kipa-kipa. Pancen dudu dheweke sing mijeni. (WK. hal:30) Terjemahan: “Celaka! Jangan-jangan ini bibitnya si perampok Mat Pleki?!” Sudah jelas sekarang. Yang saya kandung ini anaknya siperampok. Wajar saja Bramantya marah-marah. Memang bukan dirinya yang menghamili. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Pernyataan diatas adalah bentuk rasionalisasi yang timbul dari diri Srining untuk mengurangi kekecewaan ketika ia gagal mencapai tujuannya. Konflik yang terjadi dalam diri Srining adalah konsep rasa malu yang mendalam ketika yang dituduhkannya ternyata tidak terbukti. Konsep rasa malu itu terlihat Kutipan: Sauntara wewadi ngenani dheweke diprawasa durjana Mat Pleki tetep disedhem rapet. Ora bakal diwedharake nganti kapan bae, awit bakal gawe wirang.(WK. hal: 30) Terjemahan: Sementara itu rahasia mengenai dirinya yang telah diperkosa oleh penjahat Mat Pleki tetap disimpan rapat-rapat, tidak akan disebarluaskan sampai kapanpun juga, karena membuat (dirinya) malu.
Tidak mau mengandung anak seorang perampok, Srining memutuskan pulang kerumah orang tuanya dan hendak menggugurkan kandungannya karena adanya dorongan Ego dalam dirinya sehingga dia memilih jalan yang realistis. Kutipan: Dalan siji-sijine kadhutane iki kudu digugurake. Kudu! Mumpung durung konangan liyan. Mumpung sing ngerti yen dheweke meteng lagi Bramantya lan Atikah. (WK. hal 30). Terjemahan: Jalan satu-satunya anak ini harus digugurkan. Harus! Mumpung belum ketahuan yang lain. Mumpung yang mengetahui kalau dirinya hamil hanya Bramantya dan Atikah.
Ketika Srining ingin mengutarakan maksud kedatanganya, srining mendatangi rumah orang tuanya dengan menangis tersedu-sedu. Kutipan: Srining banjur nutugake anggone nangis. Nganti wusana meneng mung kari sesenggrukan arang kadhing. “Mak, Pak, aku dakomong aja disrengeni ya? (WK. hal:32) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Terjemahan: Srining lalu meneruskan tangisnya. Sampai benar-benar berhenti tinggal sesegukkannya. “Mak, Pak, Saya mau berbicara jangan dimarahi ya?
Dalam kutipan diatas terjadi mekanisme pertahanan dalam diri Srining yaitu Retrogressive Behavior yang mana dirinya takut kalau dimarahi dengan menangis seperti anak kecil. Srining menutupi kejadian pemerkosaan dan mengatakan kalau anak yang dikandungnya adalah anaknya Pak Bram yang hendak digugurkannya. Kutipan: Srining banjur nyritakake anggone kepeksa slingkuh karo juragane jalaran rumangsa kapotangan kebecikan. “Apa ae sing dadi panjalukku dituruti, Mak. Saengga aku ora mentala nulak pamundhute,” ujare Srining gawe pawadan. (WK. hal:32) Terjemahan: Srining lalu menceritakan waktu terpaksa berselingkuh dengan manager dikarenakan berhutang budi. “Apa saja yang menjadi permintaanku dituruti, Mak. Sehingga saya tidak sanggup menolak keinginannya.
Yang terjadi dalam kutipan diatas adalah bentuk mekanisme pengalihan atau displacememnt yang muncul dari Srining dikarenakan impuls-impuls agresif yang dapat digantikan sebagai sasaran. Nasehat orang tuanya membuatnya mengalahkan Ego pribadinya dan menumbuhkan rasa Super Ego dalam dirinya yaitu ketika dirinya memutuskan untuk tidak jadi menggugurkan kandungan tetapi malah ingin membesarkan anak yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
dikandungnya dengan tujuan untuk menyambung garis keturunan. Kemudian rumah yang ditinggali bersama Witono disewakan kepada seorang polisi bernama Budiyono. Suatu ketika, Srining didatangi oleh polisi dan diminta datang ke kantor. Sesampai disana Srining terkejut dengan kehadiran Mat Pleki yang ternyata adalah pencuri yang menyatroni rumah Budiyono sehingga membuat dirinya jatuh pingsan dan menyebabkan keguguran karena perutnya terbentur meja. Setelah itu dirinya dirawat dirumah sakit, dalam masa perawatan itu Srining merasa menyesal tidak melaporkan Mat Pleki ke polisi pada waktu kejadian dulu. Mengetahui dirinya ikut terseret karena tertuduh bersekutu dengan pencuri itu membuat dirinya sangat marah karena merasa tidak ikut terlibat. Merasa terancam Srining lalu menceritakan kasus perampokan dan pemerkosaan dirinya dihadapan polisi penyidik. Kutipan: “Kula badhe atur katrangan, ning panjenengan kedah percados. Lan ugi kedah janji boten badhe nyebaraken dhateng media. Cekap kula kaliyan pulisi kemawon ingkang ngertos. Kados pundi?” (WK. hal:40) Terjemahan: “Saya ingin menyampaikan keterangan, tapi kamu harus percaya. Dan juga harus berjanji tidak menyebarkan ke media. Cukup saya dan polisi saja yang mengetahui. Bagaimana? Kutipan diatas merupakan Regresi Langsung dari Srining yang timbul karena kegelisahan yang dialaminya terkait tersangkutnya Srining dengan seorang penjahat. Konflik ini dialami ketika dirinya mengungkapkan masalah yang dipendam kepada seorang penyidik polisi yang ditimbulkan oleh Mat Pleki yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Srining kemudian dinyatakan bebas tidak bersalah, mendengar permintaan maaf dan niat Mat Pleki yang ingin bertanggungjawab dengan anak yang dikandungnya dulu membuat Srining sangat marah. Dorongan Id yang menimbulkan Agresi langsung membuat Srining memarahi Mat Pleki dan ingin sekali mencakarcakar wajahnya, akan tetapi niatan itu dapat dikontrolnya sehingga Super Ego dapat menghalangi dirinya dengan dia memilih ijin untuk meninggalkan tempat itu. Seperti biasa Srining kembali bekerja membuka warung makanan dikampungnya, dan ketika Witono tiba-tiba pulang dari Malaysia Ego Srining yang ingin segera bertemu dengan suaminya lantas meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Srining segera menghampiri Witono dan menemuinya. Didorong Rasa Cinta diantara keduanya saling melepas rindu. Kutipan: “Srining kaget. Ora ngira ujug-ujug Witono teka. Awit sakawit ngira, bojone iku ora bakal gelem mulih lan wis ngemohi dheweke. “Mas Witono?!” cluluke durung yakin. “Iya. Wis kana sampeyan temoni!” ujare Santi Srining banjur metu kanthi ngendhem sakehing pangrasa. (WK.hal: 49) Terjemahan: Srining terkejut. Tidak mengira tiba-tiba Witono datang. Dirinya mengira, suaminya itu tidak bakal pulang dan sudah tidak menginginkan dirinya. Mas Witono?!” ucapan Srining belum yakin. “Iya. Sudah sana kamu temui dahulu!” kata Santi. Srining lalu keluar dengan memendam banyak rasa.
Srining yang diliputi Rasa Bersalah setelah mencampakan suaminya lantas meminta maaf dan menceritakan semua hal yang menimpa dirinya sejak ditinggalkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
oleh suaminya. Dorongan super ego mengalahkan ego pribadinya dengan melupakan semua hal yang terjadi dan ingin hidup bahagia bersama suaminya tersebut. Id yang tidak lama tersalurkan sebagaimana seorang suami-istri, malamnya ditempat tidur Witono memeluk Srining kencang begitupun sebaliknya. Kutipan: Sawise jejagongan sauntara karo kabeh brayat ing omah kono. Srining nuli nggeret Witono mlebu kamar. Kaya dhek awan mau, getih lanange Witono dadakan mungkat. Kaya-kaya ora sranta kepengin ngruket bojone iku. (WK. hal: 50) Terjemahan: Setelah mengobrol beberapa saat bersama keluarga di dalam rumah itu. Srining lalu menarik Witono masuk kekamar. Seperti tadi siang, darah lakilaki Witono tiba-tiba naik. Seakan-akan tidak sabar untuk segra memeluk istrinya itu.
b. Potret kejiwaan tokoh Witono Witono merupakan suami dari Srining yang terkena PHK dari tempatnya bekerja dan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dirinya binggung harus menghidupi istrinya dan membayar segala kreditan yang ditanggung keluarga itu. Konflik yang terjadi ketika Witono mengkhawatirkan istrinya agar waspada dengan Bramantya, sehingga Srining yang diangkat menjadi sekretaris pribadi, membuat Witono mencurigai Pak Bram ada rasa suka terhadap istrinya itu. Kutipan: “Aku diangkat dadi sekretaris pribadi!” “Ha?” “Hiya Mas. Sekretaris pribadi sing tugase ndhampingi pimpinan.” Mripate Witono kton gilar-gilar. Srining disawang adreng “Piye Mas, sampeyan rak seneng ta?” “Mesthi ae aku seneng.” (WK.hal:10) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Terjemahan: “Saya diangkat menjadi sekretaris pribadi!” “Ha?” “Iya Mas. Sekretaris pribadi yang tugasnya mendampingi pimpinan.” Mata Witono terbelalak. Srining ditatapnya tajam. “Bagaimana Mas, kamu senang kan?” “Sudah pasti saya senang.” Kutipan diatas merupakan bentuk represi dari Witono yang timbul karena impuls-impuls id yang terdorong keluar karena tidak dapat diterima oleh Witono. Witono merasa takut kalau istrinya disukai orang lain, sedangkan dirinya tidak ingin Srining sedih. Permintaan Srining terhadap Witono yang memintanya untuk berhenti bekerja, hanya mengantar serta menjemputnya ketika bekerja pada awalnya merasa keberatan. Super Ego sebagai suami yang bertanggungjawab menolak, tetapi karena alasan Srining yang dirasa Rasionalisasi membuat Witono menerimanya. Kutipan: “Mas, becike sampeyan leren bae anggone nyambutgawe. Tuwas bathi kesel asile ra mingsra.” Witono njomblak.”Terus aku arep kon ngapa?” “Wis ta Mas ra sah binggung-binggung. Dak aku bae sing nyambutgawe. Toh gajiku torah nek mung dienggo wong loro. (WK. hal:2) Terjemahan: “Mas, sebaiknya kamu berhenti bekerja saja. Hasilnya cuma lelah dan tidak cukup.” Witono terkejut,”Lalu saya harus ngapain? “Sudahlah mas tidak perlu bingung-bingung. Saya saja yang bekerja. toh gajiku cukup kalau hanya untuk berdua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Pernyataan diatas termasuk bentuk rasionalisasi yang timbul dari diri Witono untuk mengurangi kekecewaan ketika ia gagal mencapai tujuannya. Sehingga dirinya menerima motif atas perilaku. Mengetahui Srining dapat membeli mobil, hatinya resah karena Witono takut Srining menggunakan uang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan asalnya. Kutipan: Bojone sing ngglethak ngungkurake iku disawang tajem. Meh bae dheweke nanggapi guneme Srining sing dirasa ora ngepenakake iku. Nanging banjur kelingan , Srining saiki gampang kecekrok. Yen guneme ditanggapi- kathik anggone ngemu panduwa- mesthi banjur rame. Mula Witono pilih meneng, najan batine polah. (WK. hal. 4) Terjemahan: Istrinya yang tiduran membelakangi itu dilihat tajam. Hampir saja dirinya menanggapi perkataan Srining yang dirasa tidak enak itu. Tetapi langsung teringat, Srining sekarang mudah tersinggung. Kalau perkataannya ditanggapi- dirinya menanggapinya dengan penuh kecurigaan- pasti akan ramai. Maka dari itu Witono lebih memilih diam, meskipun batinnya memberontak. Pernyataan Witono diatas merupakan bentuk represi akibat impuls-impuls id yang mendorong keluar karena tidak dapat diterima oleh Witono. Konflik ini dialami ketika mengetahui Srining dapat membeli mobil dan suaminya sama sekali tidak mengetahui darimana uang yang dipakai Srining untuk membeli mobil itu. Dorongan id yang tidak dapat dibendung menyebabkan agresi dalam diri Witono. Hal ini terbukti ketika terjadi perselisihan didalam mobil hingga terjadi Regresi Primitivation, suami-istri yang bertengkar karena masalah sepele. Kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
“Aku ki ya wis ngati-ati! Ning cah numpak montor iku maeng sing sembrana! Menggok ka gang nylonong mangan dalan!” Witono mbales sengol. (WK. hal:5) Terjemahan: “Saya ini juga sudah berhati-hati! Tetapi anak yang naik motor itu tadi yang kurang berhati-hati! Berbelok dari gang langsung menerobos jalan!” Witono membalas dengan tersinggung
Witono yang tersinggung dengan olokan istrinya yang dirasa sudah sangat merendahkan menyebabkan terjadinya Agresi langsung dalam diri Witono dengan keluar dari mobil dan menyebabkan Ego Witono yang meninggalkan istrinya sendiri di tengah hutan. Witono yang sangat marah pulang sendiri dengan menaiki bis. Kutipan: “Aku ra becus nyetir! Iki mobil larang. Nek rusak ra kuwat ngijoli! Nyoh, iki kontake, setirana dhewe. Witono nguncalake kunci kontak neng pangkone Srining, mbukak lawang sopiran banjur anjlog. Nalika ana bis saka arah mburine gage disetop, banjur clingkrik munggah. Lan reng…bise budhal maneh. (WK. hal:5) Terjemahan: “Saya tidak mampu mengemudikan! Ini mobil mahal. Kalau rusak tidak mampu mengganti! Nih, ini kontaknya, kendarai saja sendiri. Witono melemparkan kunci kontak dipangkuan Srining, membuka lawang disopiran lalu turun. Ketika ada bis dari arah belakang cepat-cepat dihentikan, lalu bersiap naik. Dan reng…bisnya berjalan lagi.
Witono kemudian pulang untuk mengambil barang-barang yang diperlukan dan berniat untuk pergi mencari pekerjaan keluar negeri yang dirasa pekerjaan di daerahnya sudah tidak dapat diharapkan. Witono mengungkapkan rasa kecewanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
terhadap Srining melalui surat yang dia tulis dan meminta maaf telah meninggalkan dirinya sendiri ditengah hutan karena merasa sudah habis kesabarannya. Kutipan: Kanggo Srining luwih dhisik aku njaluk ngapura dene wis gawe rekasamu. Tumindakku ninggal kowe ijen neng bulak genah patrap culika, patrape wong lanang duraka. Ning anane aku nganti tumindak mangkono merga sikepmu nyang aku banget nglarani ati. Nek ngaban-abani aku apik ngabani kirik gudhigen. Kamangka aku iki rak bojomu. (WK. hal:22) Terjemahan: Untuk Srining lebih dahulu aku meminta maaf kalau sudah membuat sengsara. Tindakanku meninggalkanmu sendirian di tengah hutan itu perbuatan buruk, perbuatan laki-laki tidak tanggungjawab. Tetapi aku bertindak demikian karena sikapmu ke saya yang sudah menyakiti hati. Kalau memberikan panggilan yang baik panggilan anjing kudisan. Sedangkan saya ini adalah suamimu.
Pernyataan diatas merupakan bentuk kesedihan dari Witono yang timbul karena kekecewaan yang diterima akibat sikap Srining. Konflik ini dialami ketika Witono merasa sudah cukup kesabarannya menerima reaksi yang ditimbulkan oleh Srining yang membuatnya merasa tidak nyaman dalam menjalin hubungan rumah tangga sehingga dirinya pergi meninggalkannya. Kepergian Witono untuk mencari pekerjaan dan bertanggungjawab sebagai suami adalah dorongan Super Ego dan tidak mementingkan Ego nya yakni hanya menjadi pengangguran. Kutipan: Mula, wiwit dina iki aku lunga saka omah iki. Lungaku niyat golek gaweyan. (WK. hal: 22)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Terjemahan: Untuk itu, mulai hari ini aku pergi dari rumah ini. Kepergianku berniat mencari pekerjaan.
Setelah sekian lama menjadi TKI, Witono pulang mencari istrinya. Witono mengungkapkan Rasa Bersalah nya karena meninggalkan Srining seorang diri dan menjadi suami yang tidak bertanggungjawab. Witono mengakui selama dirinya pergi, dia sempat „jajan’ ditempat rantauan karena dirinya merasa kesepian tanpa seorang istri dan dia mengatakan kejujuran tidak dapat menahan terhadap dorongan Id yang besar. Kutipan: Ora arep ditutup-tutupi. Kadidene wong lanang normal, dheweke kepeksa sok jajan sajroning setaun neng paran. Kejaba tuntutan biologis, uga niyat males ukum marang Srining. Rasa tresnane marang bojone ngalahake sakabehane. Malah njur tuwuh rasa getune awit wis degsiya kanthi ninggal Srining ijen neng bulak. Ah, cik mentalane dhek semana! Dheweke wong lanang sing degsiya tenan! Nah, ya rasa luput lan getun iku sing njur nyurung Witono bali sadurunge kontrak kerjane entek. Sing baku, kejaba arep mbelekake utange, uga arep njaluk ngapura marang Srining! Rasane mbetoyong yen durung entuk pangapura saka bojo jaka rara iku. (WK. hal:49-50) Terjemahan: Tidak berniat menutup-nutupi. Seperti halnya laki-laki normal, dirinya terpaksa sering kali „jajan’ selama setahun merantau. Selain tuntutan biologis niatnya untuk membalas ke Srining. Rasa cintanya kepada istrinya mengalahkan segalanya. Bahkan menumbuhkan rasa penyesalan karena sudah meningalkan srining sendirian ditengah hutan. Ah, cik! Tega-teganya dahulu! Dirinya laki-laki yang tega!Nah, rasa kecewa dan bersalahlah yang mendorong Witono untuk pulang sebelum kontak kerjanya habis. Yang terpenting, selain bisa membayar hutang, dirinya juga akan meminta maaf ke Srining! Rasanya berat kalau belum dapat ampunan dari istrinya itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Rasa Cinta yang besar dan rindu yang sangat dalam mengalahkan Ego nya sehingga perselisihan dengan Srining yang pernah terjadi mereka lupakan, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Kutipan: Ora angkan-angkan Srining ngruket kenceng. Witono genti ngruket. Iku minangka pratandha minangka golong gilinge panemu. Lelorone padha dene ora kepengin pisah. (WK. hal:50) Terjemahan: Tidak sabar, Srining memeluk erat. Witono juga membalasnya. Itu sebuah tanda bahwasanya mereka telah memiliki hati yang satu. Keduanya sama halnya tidak ingin berpisah.
c. Potret kejiwan tokoh Bramantya Bramantya adalah seorang pemimpin disebuah swalayan tempat Srining bekerja. Pada awal bekerja Bramantya menujukan sikap baik dan sopan terhadap karyawannya. Pada waktu menerima lamaran pekerjaan dari Srining yang memiliki ijasah komputer Ego Bramantya menempatkan Srining dibagian administrasi yang mana secara realistis bagian itu masih kekurangan tenanga dan dirasa Srining mampu mengisinya. Kutipan: Din, bageyan administrasi tenagane rak isih kurang? Mbok mbak-e iki bae diseleh bageyan administrasi,”pamrayogane karo mbacutake tindak tumuju ruwang pimpinan. (WK. hal:6) Terjemahan: Din, bagian administrasi tenaganya kan masih kurang? Mbaknya ini saja ditaruh dibagian administrasi,” perintahnya sambil berjalan menuju ke ruang pimpinan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Didorong Ego dengan melihat pekerjaan Srining bagus, cepat dan rajin. Bramantya memindahkan Srining sebagai sekretaris pribadinya agar sehari-harinya bisa bersamanya. Suatu hari diwaktu pagi, Bramantya yang melihat kemolekan tubuh Srining mendorong dirinya untuk memperkosanya, karena dorongan Id besar dan yang tidak mampu dikontrol, dirinya berhasil melampiskan hasrat seksualnya. Kutipan: Anggone polah mbudidaya uwal saka dhekepane Bramantya kendhor. Kalodhangan kasebut digunakake dening si bandhot kanggo saya ngubegubeg ngobarake biraine kurbane. Akibate, pertahanan-e Srining jebol! Sidane, tikus cilik iku sida dadi mangsane kucing garong! (WK. hal:12) Terjemahan: Usaha untuk lepas dari pelukan Bramantya kendor. Kesempatan tersebut digunakan oleh si bandhot untuk semakin menggerayangi an mengobarkan birahi korbannya. Akibatnya, pertahanan Srining jebol! Akhirnya si tikus kecil berhasil menjadi mangsa kucing garong. Kemudian Bramantya mengancam Srining agar tidak memberitahukan kejadian itu kepada suaminya dengan memberinya janji fasilitas dan bonus yang lebih serta segala keperluannya akan dipenuhi, sehingga kejadian itu terus berulang disetiap ada kesempatan digunakan Bramantya untuk berselingkuh dengan Srining. Hal ini dikarenakan dorongan id yang mengejar unsur kepuasan seksual yang ditentang oleh masyarakat. Srining
yang tidak masuk karena ijin
sakit
membuat
Bramantya
merindukannya, sehingga ketika Srining masuk, dorongan Id yang begitu menggelora, membuat Bramantya hendak menggauli Srining dan ketika sudah memeluknya, Bramantya melepasnya lagi mengetahui kalau Srining telah „dipakai’ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
semalam, membuat Super Ego dalam diri mendorong untuk menghindari perbuatanperbuatan yang ditentang oleh masyarakat dan enggan mendekati Srining dan segera bekerja seperti sedia kala. Suatu ketika, Srining menemui dan meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya dengan Bramantya, tetapi Bramantya menolak dan beralasan kalau dirinya telah divasiktomi. Ego Bramantya tidak menerima karena merasa secara realistis tidak mungkin menyebabkan kehamilan, Bramantya pun memecatnya karena mengetahui kalau Witono pergi menjadi TKI dan menuduh Srining telah berselingkuh. Bramantya mengalami proyeksi yang sekaligus menjadi agresi. Reaksi konflik yang timbul dalam batin Witono karena sikap Srining yang membuatnya tidak menemukan kenyamanan. Kutipan: “Nek Ngono kowe genah slingkuh!” Srining kaget kepati. Ora ngira jebul Bramantya mentala ndakwa kaya mangkono. Pandakwa sing kejem banget! “Lan aku paling gething karo wadon sing mangro tingal ngono kuwi! Ateges ing saliyane ngladeni aku, kowe uga ngladeni lanang liya. Sauntera bojomu dhewe koklirwakake!” (WK. hal: 28) Terjemahan: “Kalau begitu kamu pasti selingkuh!” Srining terkejut bukan main. Tidak mengira ternyata Bramantya tiba-tiba mendakwa seperti itu. Dakwaan yang sangat kejam sekali! “Dan saya sangat benci dengan perempuan yang bersifat seperti itu! Berarti selain melayani saya, kamu juga melayani pria lain. Sementara suamimu sendiri kamu lupakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Setelah memecat Srining, dorongan Id Pak Bram untuk mengulangi perbuatan tersebut tidak dapat berhenti karena teman Srining, Atikah pun juga mengalami perlakuan seperti halnya Srining. Kemudian Pak Bram dilaporkan ke polisi oleh suami Atikah yang memergoki istrinya telah dilecehkan oleh Pak Bram. Kutipan: Beny Bramantya- manager swalayan Kumenyar- kepeksa urusan karo pulisi, gara-gara ketangkep teles lagi nggonjak Atikah. Hla, bojone Atikah ora trima. Mula banjur nglapurake bandhot tuwa iku menyang kapulisen. (WK. hal:50) Terjemahan: Beny Bramantya-manager swalayan Kumenyar- terpaksa berurusan dengan polisi gara-gara tertangkap basah baru mengejar Atikah. Namun, suaminya Atikah tidak terima. Maka dari itu lalu melaporkan kambing tua itu ke polisi.
d. Potret kejiwaan tokoh Mat Pleki Mat Pleki dalam cerbung Watesing Kasabaran ini diceritakan sebagai seorang penjahat yang berkedok sopir angkuta. Waktu bertemu dengan Srining, Mat Pleki menawarkan bantuan untuk menjadi sopir yang mengantarkannya pulang sampai kerumah. Tindakan Mat Pleki yang menawarkan bantuan kepada Srining merupakan dorongan Super Ego dalam dirinya yang membuatnya mengejar hal yang baik atau sesuai dengan aturan masyarakat. Kutipan: “Nuwun sewu nggih Bu. Nek prayogine, ibu nyewa sopir ngriki mawon kapurih ngeteraken kondur. Dados mboten sisah ngrantos sopir kintunan king Tulungagung. Selak kedalon,”usule wong lanang kasebut. (WK. hal:13) Terjemahan: “Mohon maaf ya Bu. Sebaiknya ibu menyewa sopir didaerah sini saja, untuk mengantarkan pulang. Jadi tidak usah menunggu sopir kiriman dari Tulungagung. Keburu malam,” usul laki-laki itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Namun ditengah perjalanan, Mat Pleki berkeinginan menguasai harta dan memperkosa Srining. Tindakan Mat Pleki yang berusaha berbuat jahat kepada Srining akibat dorongan Id dalam dirinya yang berusaha mencari kepuasan unsur seksual yang agresif dalam dirinya yang pada kenyataannya sangat ditentang oleh masyarakat. kutipan: Sing digrumut babarpisan ora aweh reaksi apa-apa tarah turu kepati. Kok umpama ora nganggo sabuk pengaman, ayak bae ambruk neng jok. Akibat saka kahanan kasebut, wong lanang kang pancen duwe tujuwan tinamtu iku samsaya kumrungsung. Dhadhane gumuruh, getihe mili banter. Tundone anggone nglakokake mobil sansaya dikebut. (WK. hal:14) Terjemahan: Yang diraba sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa karena tidur lelap. Seumpama tidak memakai sabuk pengaman, bisa saja jatuh di jok. Akibat dari kejadian itu, pria yang sebenarnya memiliki tujuan tertentu itu semakin terburu-buru. Dadanya bergemuruh, darahnya mengalir kencang. Dalam menyetir mobil semakin dikebut.
Setelah memperkosa dan mengambil harta bendanya, Mat Pleki menulis surat ancaman disebuah bekas bungkus rokok yang ditunjukan kepada Srining agar tidak melapor ke polisi dan berniat akan membunuhnya kalau sampai melapor. Dikemudian hari ada dorongan dari diri Mat Pleki untuk mengulangi perbuatan jahat kepada Srining yakni ingin mencuri dirumah Srining. Dorongan tersebut merupakan Id yang tidak terpuaskan sehingga Mat Pleki berusaha mencuri langsung kerumahnya. Kutipan: Nalika wangsul saking dalemipun marasepuhipun kontrakanipun kalebetan pandung.” “Pandung?” rada njengek pitakone Srining. commit to user
manggih
dalem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
“Pandung sampun nglebet griya. Sajake badhe mbikak kori kamar. Ning kaselak ketungkep Pak Budiyono. Lajeng sami pancakara. Najan pandung mbekta gaman, dening Pak Bud pandung saged keringkus.” (WK. hal:37) Terjemahan: Ketika pulang dari rumah mertuanya dirumah kontrakannya dimasuki pencuri.” Pencuri?” dengan terkejut pertanyaannya “Pencuri sudah masuk rumah. Kelihatannya ingin membuka pintu kamar. Tetapi keburu tertangkap Pak Budiyono. Kemudian berkelahi. Meskipun pencuri membawa senjata, dengan Pak Bud pencuri mampu ditangkap.
Mat Pleki menyeret nama Srining dengan mengaku disuruh oleh Srining dalam berbuat kejahatan. Tindakan Mat Pleki yang melibatkan Srining dalam berbuat jahat tersebut merupakan dorongan Ego untuk mencari kesalahan orang lain dalam berbuat kejahatan. Kutipan: Buktine rak pun cetha. Kula dibektani kunci lan diampili ka-te-pe. Mawi kate-pe niku kula sumerep griyane Bu Srining. Kula rak mboten ngertos yen jebule griya niku dienggeni tiyang sanes,” wangsulane Mat Pleki tatag lan ngyakinake.(WK. hal:46) Terjemahan: Buktinya kan sudah jelas. Saya sudah diberi kunci dan dipinjami KTP. Dengan KTP itu saya mengetahui rumahnya Bu Srining. Saya kan tidak tahu kalau ternyata rumah itu sudah dihuni orang lain,” jawaban Mat Pleki mantab dan meyakinkan
Pernyataan diatas merupakan bentuk pengalihan atau displacement yang muncul dari Mat Pleki atas perasaan tidak senang terkait tertangkapnya dan merasa terjebak dengan mengkambing hitamkan Srining dan mengaku bersekutu dengannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Setelah didesak disertai dengan bukti-bukti, Mat Pleki akhirnya mengakui perbuatannya. Kemudian Mat Pleki ingin dipertemukan dengan Srining untuk mengutarakan maksudnya yaitu meminta maaf karena dalam dirinya ada Rasa Bersalah yang besar. Mat Pleki mengatakan kalau baru kali ini memperkosa orang. Kutipan: Pleki tumenga. Jebul polatane ketara suntrut. Mripate kaca-kaca. Nyawang Srining kanthi memelas sajak njaluk diwelasi. Nganti sauntara ora ana ucap kang kawetu. Wusana, “Bu…kula nyuwun ngapunten. Kula akeni, kula pancen durjana. Nyolong mobil utawi sepedha montor pancen damelan kula. Ning ngrudapeksa saweg sepisan nika. Estu, wekdal semanten kula kilap,”meneng sedhela karo ngusapi eluh. (WK. hal: 47) Terjemahan: Pleki terkejut. Ternyata tatapannya terlihat layu. Matanya berkaca-kaca. Melihat Srining dengan memelas supaya dikasihani. Sampai beberapa waktu tidak ada ucapan yang keluar, lalu,” Bu….saya meminta maaf. Saya akui, saya memang jahat. Mencuri mobil dan sepeda montor itu memang pekerjaan saya. Tetapi memperkosa baru kali ini. Benar, waktu itu saya khilaf,” diam sebentar lalu mengusap keringat.
Mat Pleki juga berinisiatif ingin bertanggungjawab kalau seandainya anak yang dikandung Srining tidak keguguran. Tindakan Mat Pleki yang ingin bertanggungjawab dengan anak yang dikandung Srining karena adanya dorongan Super Ego yaitu ingin memperbaiki kesalahannya terhadap Srining. Kutipan: Setengah gugup banjur mbaleni prayatane. Yaiku njaluk ngapura merga wis tumindhak durjana lan ngrudapeksa. Sarta- umpama kadhutane Srining iku ora kebacut gogrog- Mat Pleki saguh dadi bapake bayek kanthi syah. (WK. hal:48)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Terjemahan: Setengah gugup lalu mengulangi pernyataannya. Yaitu meminta maaf karena sudah bertindak jahat dan memperkosa. Dan- seandainya anak yang dikandung Srining itu tidak keguguran- Mat pleki sanggup menjadi bapak kandungnya secara sah.
e. Potret kejiwaan tokoh Pak Rustaji Tokoh Pak Rustaji didalam cerbung Watesing Kasabaran ini digambarkan sebagai orang tua dari Srining yang hidup dikampung. Ketika Srining pulang kerumah rasa bahagia menyelimuti dirinya. Akan tetapi karena Srining pulang dengan menangis dan terlihat sedang dilingkupi masalah, membuat Pak Rustaji menjadi ikut sedih. Kemudian mengetahui perusahaan
tempat
anaknya
yang menghamili anaknya adalah pemimpin bekerja,
Pak
Rustaji
ingin
sekali
meminta
pertanggungjawaban dari pemimpin itu. Tindakan Pak Rustaji tersebut karena ada dorongan Ego yang menyebabkan berpikir realistis dimana yang berbuat harusnya bertanggungjawab. Kutipan: “Nek ngono pancen juraganmu kuwi sing ngetengi. Lha kok kowe dipecat? Apa ubungane?” Pak Rus nlesih. “Anu Pak, Pak Bram ora kersa ngakoni. Malah ndakwa aku slingkuh karo wong lanang liya. Minangka risikone aku dipecat.” “Hah, kurang ajar tenan juraganmu ki,”Pak Rus getem-getem. Terjemahan: “Kalau begitu memang juraganmu yang menghamili kamu. Lalu kenapa kamu dipecat? Apa hubungannya? Pak Rus keheranan. “Begini Pak, Pak Bram tidak mau mengakui. Akan tetapi menuduh aku berselingkuh dengan laki-laki lain. Untuk itu resikonya, aku yang dipecat.” “Hah, kurang ajar benar juraganmu itu,”Pak Rus sambil marah-marah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Akan tetapi larangan Srining untuk menyalahkan Pak Bram menyebabkan Pak Rustaji mengalami Displaced Aggression karena rasa marahnya tidak tersalurkan dan dihalang-halangi oleh Srining. Kutipan: “Pak, rasah nyalahne kana-kana. Sing salah pancen aku. (WK. hal:32) Terjemahan: “Pak, tidak perlu menyalahkan yang disana. Yang salah memang saya.
Mendengar niatan Srining yang hendak mencari dukun bayi untuk menggugurkan kandungannya, Pak Rustaji menolak dan menganggap perbuatan tersebut adalah dosa besar. Kutipan: “Sri! Tumindhakmu slingkuh ki wis dosa! Apa iya arep kok tambahi tumindak dosa maneh? Nggugurne kandhungan ki dosa gedhe Sri!” pamuwuse Pak Rus santak. (WK.hal:32) Terjemahan: “Sri! Tindakanmu berselingkuh itu sudah berdosa besar! Apa iya akan kamu tambahi dosa lagi? Menggugurkan kandungan itu berdosa besar Sri!” ucapan Pak Rus tegas Pernyataan diatas merupakan Reaksi Formasi yang timbul dari orang tuanya yang mana perbuatan Srining itu dianggapnya dosa dan untuk mencegah Srining berperilaku yang menghasilkan anxitas terhadap orang tuanya. Pak Rustaji meminta Srining untuk mempertahankan anak yang dikandung meskipun bukan dari anak menantunya, hal ini dikarena adanya dorongan Super Ego yang lama dan tidak sabar untuk menggendong cucu. Kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Nek anakmu lair, aku sing ngopeni. Aku lan pakmu ki butuh putu sing isa nyambung keturunan. (WK. hal:32) Terjemahan: Kalau anakmu lahir, saya yang merawat. Saya dan bapakmu ini membutuhkan seorang cucu yang bisa menyambung keturunan.
Orang tua Srining menjadi cemas waktu Srining dibawa oleh polisi. Sehingga rasa cemas itu membuat kekhawatiran hati kedua orang tuanya itu. Kutipan: Ning njur kaluputan apa sing ditindakake Srining? Apa ana gandhengcenenge karo prakara anggone ditengi bose nanging ora diakoni kuwi? Lan satekruk pitakonan liyane, ning sing tetep ora ketemu wangsulane. (WK. hal:36) Terjemahan: Namun apa kesalahan yang sudah dilakukan Srining? Apa ada hubungannya dengan perkara waktu dipecat dari pekerjaan? Atau dalam hubungannya dengan dihamili bosnya namun tidak diakui itu? Dan banyak pertanyaan lainnya, namun tidak ketemu jawabannya.
Pernyataan diatas merupakan bentuk represi dari Pak Rus yang timbul karena impuls-impuls id yang terdorong keluar karena tidak dapat diterima oleh Pak Rus. Konflik ini dialami ketika Pak Rus merasa binggung dengan perkara yang menimpa anaknya. Ketika Srining mengalami keguguran, dan dirawat dirumah sakit membuat orang tuanya mengkhawatirkan kondisinya, sedih hingga menangisinya, hal ini dikarenakan Rasa Cinta orang tua yang mengasih sayangi anaknya. Kutipan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
“Wis ta Makmu, aja terus-terusan nangis. Luwih becik ndedongan supaya anake dhewe slamet,” pangrimuke Pak Rus kang sejatine uga tansah kuwatir ngenani keslametane anak siji-sijine iku.(WK. Hal: 38) Terjemahan: “Sudahlah Bu, jangan menangis terus. Lebih baik berdoa supaya anak kita selamat,” kata Pak Rus yang sebenarnya juga khawatir mengenai kesalamatan anak satu-satunya itu.
f. Potret kejiwaan Aiptu Jarot Tokoh Aiptu Jarot didalam cerbung Watesing Kasabaran merupakan tokoh yang sangat tegas dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi. Ia merupakan tokoh yang baik, bijaksana dan berkarisma. Ketika mau menyelidiki keterlibatan Srining, dirinya menggunakan asas praduga tak bersalah, hal ini dikarenakan dorongan super ego dalam dirinya yang menghindarkan kecurigaan sebelum adanya bukti-bukti. Begitu pula ketika akan mengintrograsi Mat Pleki dirinya mengajak dan mentraktir Mat Pleki untuk makan nasi bungkus yang ia beli bersama-sama. Hal ini dorong super ego yang menjalankan perannya dengan berbuat baik kepada sesama manusia. Kutipan: “Lungguha kene, Mat Pleki. Yuk, sarapan bareng. Aku ya durung sarapan ka ngomah,”ujare Aiptu Jarot sumeh. (WK. hal:45) Terjemahan: “Duduklah sini, Mat pleki. Ayo, sarapan bersama. Saya juga belum sarapan dari rumah,”kata Aiptu Jarot dengan tersenyum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Dalam menyidik Mat Pleki, Aiptu Jarot masih dalam batas wajar, tetapi karena Mat Pleki selalu mengelak tidak mengakui perbuatannya, maka Aiptu Jarot menjadi marah dan bertindak tegas terhadap Mat Pleki. Id yang ada dalam dirinya berupa insting atas sifat alami manusia, yaitu sifat marah dan tegas. Sedangkan dirinya menggebrak meja karena ia marah kepada Mat Pleki yang dalam selalu memberikan keterangan palsu. Ia bertanggung jawab atas profesi yang dijalankannya, yaitu sebagai polisi. Kutipan: “Mboten Pak! Goroh niku! Fitnah!” Dherrr! Aiptu Jarot nggebrag meja. “Kowe rasah mukir! Pulisi wis nyekel bukti-buktine! Iki Waspadakna! Kowe mesthi isih eling!” muni ngono Aiptu Jarot karo nuduhake kertas tilas buntel rokok isi pengakon lan ancamane Mat Pleki marang Srining.(WK. hal:46) Terjemahan: “Tidak Pak! Bohong itu! Fitnah! Dherr! Aiptu Jarot memukul meja. “Kamu tidak usah mengelak! Pulisi sudah mempunyai bukti-bukti! Ini lihatlah! Kamu pasti masih ingat!” berkata demikian Aiptu Jarot sambil memperlihatkan kertas bungkus rokok isi pengakuan dan ancamannya Mat Pleki terhadap Srining.
Pernyataan diatas merupakan wujud agresi langsung. Tindakan yang dilakukan Aiptu Jarot merupakan wujud dari mekanisme pertahanan diri dari konflik yang dialaminya dengan mengambil langkah-langkah yang dicapai atasnya, ia mencoba mengatasi konflik yang timbul dari dirinya. Ego dalam diri Aiptu Jarot yang ingin supaya Mat Pleki mengaku atas apa yang telah ia lakukan terhadap Srining. Ketika Mat Pleki tidak segera mengakui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
perbuatannya, Aiptu Jarot menjadi hilang kesabaran. Adalah hal yang semestinya jika dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang polisi ia bertindak tegas. Karena kalau ia tidak bertindak tegas maka kewibawaannya seorang polisi menjadi hilang. Kutipan: “Napa niki? Kula boten kemutan. Kula boten nate sumerep saderenge!” “O, kowe meksa selak? Dak kandhani, tulisan neng kertas iki tulisanmu. Mosok pangling karo tulisane dhewe!” “Saestu kula….” “Mat Pleki! Kowe aja gawe muringe pulisi! Aja ngeyel terus. Pulisi yakin kowe tumindhak jahat. Bukti-bukti wis kecekel.(WK. hal:46) Tejemahan: “Apa ini? Saya tidak ingat. Saya belum pernah melihat sebelumnya!” “O, kamu masih tidak mau mengakui? Saya kasih tahu, tulisan di kertas ini tulisanmu. Masak terkejut dengan tulisanmu sendiri!” “Benar saya…” “Mat Pleki! Kamu jangan membuat marah polisi! Jangan membantah terus. Pulisi yakin kamu bertindak jahat. Bukti-bukti sudah ada.
Ketegasan Aiptu Jarot menghasilkan pengakuan Mat Pleki. Melalui pengakuan Mat Pleki itulah akhirnya Srining dinyatakan tidak terlibat atas kejahatan Mat Pleki. Begitupun juga Dul Kluwuk teman Mat Pleki yang terlibat dalam peristiwa perampokan Srining segera dilacak keberadaannya. Kutipan: Pleki mpun ngakeni kalepatinipun. Kalebet nedahaken panggenanipun Dul Kluwuk, krenetipun. Ugi tukang tadhah inkang sok nampi mobil colongan. Pulisi ngriki sampun bidhal nglacak tembayatan kaliyan pulisi Kepanjen.,,katrangane Aiptu Jarot. Srining ngrasa plong. Ateges dheweke wis uwal saka pandakwa sekuthon karo durjana iku.(WK. hal:47) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Terjemahan: Pleki sudah mengakui kesalahannya. Begitu juga dengan Dul Kluwuk, kernetnya. Yang juga sebagai tukang “tadah” yang sering menerima mobil curian. Polisi disini sudah melacak bekerjasama dengan polisi Kepanjen. Keterangan Aiptu Jarot. Srining merasa lega. Yang berarti sudah lepas dari tuduhan bersekutu dengan durjana itu.
2. Simpulan Analisis Psikologi Sastra Analisis psikologi sastra dalam cerbung Watesing Kasabaran telah penulis jabarkan satu persatu. Dengan analisis penokohan tokoh-tokoh dalam cerbung tersebut maka dapat diperoleh gambaran mengenai proses perkembangan kejiwaan dari masing-masing tokohnya. Melalui analisis penokohan dengan bantuan teori psikologi sastra, proses kejiwaan dari masing-masing tokoh dapat dipahami dan dapat memberikan efek realistis dalam karya ini. Analisis psikologi sastra cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA mampu memberikan gambaran perwatakan pada masing-masing tokohnya. Proses kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dengan mudah dipahami, hal tersebut tidak lepas dari kemampuan pengarang dalam melukiskan perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya. Tokoh Srining merupakan tokoh utama dalam cerbung tersebut. Peranan Super ego Srining timbul, dirinya ingin membantu membanting tulang bekerja. hal ini mengalahkan rasa ego nya yang tidak mau melihat suaminya berkesusahan seorang diri. Suaminya yang curiga, dapat diyakinkannya agar percaya dan tidak berpikir buruk dengan profesi sekretaris yang dijalaninya. Proses menjadi wanita yang ingin hidup bahagia merupakan dorongan Ego dalam diri Srining untuk melakukan hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
yang realistis. Dorongan Super ego menjalankan perannya dengan menolak ajakan Pak Bram berbuat selingkuh yang berupa Id yaitu mengingatkan Bramantya supaya sadar akan perbuatannya. Tetapi karena rangsangan yang dilakukan Bramantya membuat dirinya tidak kuat mengontrol dorongan Id nya, sehingga dirinya berhasil disetubuhi Bramantya. Didorong rasa ego Srining yang tidak terpuaskan membuat dirinya mengulanginya beberapa kali. Setelah Srining membeli mobil dorongan id Srining semakin tidak terkontrol yaitu berani mengolok-olok suaminya dengan katakata kasar ketika suaminya bertindak tidak sesuai dengan kemauannya. Hal ini didorong ego yang merasa dirinya lebih kaya. Karena id yang begitu besar, dan sejauh ini hanya berhubungan dengan Bramantya juga didorong mencari pertanggungjawaban
darinya,
ego
dirinya
timbul
dengan
meminta
pertanggungjawaban dan meyakini anak yang dikandung adalah anak Pak Bram. Setelah mengetahui anak yang dikandung adalah anak seorang perampok, dorongan ego dalam dirinya hendak menggugurkan kandungannya sehingga dia memilih jalan yang realistis. Ego dirinya berubah menjadi Super ego. Dorongan Super ego memainkan peranannya yaitu dirinya memutuskan untuk tidak jadi menggugurkan kandungan tetapi malah ingin membesarkan anak. Dorongan id Srining muncul mengetahui dirinya ikut terseret karena tertuduh bersekutu, merasa terancam ego Srining menceritakan kasus perampokan dan pemerkosaan dirinya agar terhindar dari tuduhan itu. Dorongan Id yang besar yaitu ingin memarahi Mat Pleki dan ingin sekali mencakar-cakar wajahnya, akan tetapi niatan itu dapat dikontrolnya sehingga Super ego berperan dapat menghalangi dirinya dengan dia meninggalkan tempat itu. Srining commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
kembali bekerja membuka warung makanan dikampungnya, dan ketika Witono tibatiba pulang dari Malaysia ego Srining yang ingin segera bertemu dengan suaminya lantas meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Dorongan Super ego berperan dan mengalahkan ego pribadinya untuk saling memaafkan kepada suaminya dan melupakan semua hal yang terjadi untuk hidup bahagia bersama suaminya tersebut. Tokoh selanjutnya adalah Witono. Witono dalam cerbung Watesing Kasabaran merupakan suami dari Srining. Karena id yang begitu besar untuk mengetahui asal uang yang dipakai untuk membeli mobil, dimana dalam membeli mobil Srining tidak dapat menjelaskan asal usul uang yang dipakai untuk membeli mobil. Ego Witono ini yang mendorong dirinya untuk mencari tahu tentang uang yang dipakai Srining. Hingga dirinya tetap tidak dapat jawaban yang memuaskan dari Srining. Witono yang berhenti bekerja dan menjadi sopir antar jemput istrinya karena permintaan Srining membuat dirinya sering mendapat cacian dan olokan, Id Witono muncul sebab dirinya merasa sebagai suaminya tidak dihormati dan dihargai oleh istrinya Srining, ego Witono mendorong dirinya untuk pergi meninggalkan Srining mencari pekerjaan yang lebih layak. Super ego Witono menjalankan perannya, yaitu super ego yang ditimbulkan karena rasa cintanya kepada istrinya dengan pulang mencari istrinya sebelum kotraknya habis dan berniat meminta maaf telah meninggalkan istrinya dan memaafkan sifat istrinya tersebut. Tokoh ketiga adalah Bramantya. Bramatya adalah pimpinan swalayan tempat Srining bekerja. Karena tidak mampu menahan dorongan id yang begitu besar, disebabkan kecantikan dan kemolekan tubuh Srining Bramatya memperkosa Srining. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Ego Bramantya muncul dengan selalu mengajak Srining berselingkuh layaknya suami istri dan meminta Srining merahasiakan hubungan terlarang tersebut kepada suaminya dengan iming-imingan pemberian bonus dan uang tutup mulut. Peran ego Bramatya juga terlihat ketika Srining meminta pertanggungjawaban darinya tentang kehamilannya, akan tetapi Bramatya malah memecatnya. Dorongan super ego Bramatya muncul ketika dirinya membenci Srining dan mengecam Srining telah berbuat selingkuh sedangkan suaminya sendiri dilupakannya, hal ini disebabkan super ego Bramatya mengejar nilai-nilai moral. Tokoh keempat adalah Mat Pleki. Mat Pleki dalam cerbung Watesing Kasabaran ini berperan sebagai penjahat. Karena tidak mampu mengontrol id dalam dirinya, menyebabkan Mat Pleki memperkosa dan merampok harta Srining. Mat Pleki mendorong dirinya untuk mempertahankan dan mencari-cari kesalahan Srining ketika dirinya tertangkap telah mencuri dirumah seorang polisi. Hal ini dikarenakan ego dalam dirinya yang berusaha melimpahkan kesalahannya kepada orang lain. Hingga akhirnya super ego Mat Pleki menjalankan perannya ketika ia mengetahui kalau Srining mengandung, super ego Mat Pleki timbul ketika ia mengakui kesalahannya dan berniat untuk mau bertanggungjawab menjadi ayah dari anak yang dikandung Srining. Tokoh selanjutnya adalah Pak Rustaji. Pak Rustaji adalah bapak dari Srining. Ego Pak Rustaji sebagai seorang bapak timbul ketika keinginanya kepada Pak Bramatya untuk bertanggungjawab karena telah menyebabkan Srining mengandung. Ego yang timbul karena dorongan id untuk mencari kepuasan dari keinginan seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
bapak. Hingga akhirnya super ego Pak Rustaji menjalankan perannya ketika ia merasa membutuhkan seorang cucu untuk menyambung keturunannya, super ego Pak Rustaji timbul karena ingin Srining mempertahankan kandungannya dengan tidak menggugurkannya. Tokoh terakhir adalah Aiptu Jarot, seorang kepala Polsek di Kedungwaru. Super ego Aiptu jarot memerankan perannya ketika ia mengajak anak buahnya serta Mat Pleki makan bersama tanpa rasa canggung dan tidak membeda-bedakan. Akhirnya id Aiptu Jarot muncul saat Mat Pleki terus berkata bohong dan terus menyangkal perbuatan jahatnya. Ego Aiptu Jarot ini mendorong dirinya untuk mengebrak meja agar Mat Pleki segera mengakui kesalahannya. Hingga pada akhirnya ia mendapatkan pengakuan dari Mat Pleki. Dari analisis diatas ditinjau dari proses kejiwaan tokoh-tokoh dalam cerbung Watesing Kasabaran karya Tiwiek SA, mengungkapkan kejiwaan tokoh-tokohnya yang dikaji menurut teori kepribadian Freud. Kesimpulannya bahwa id, ego, dan super ego dalam diri para tokoh mampu mengendalikan segala bentuk proses perubahan yang mereka alami. Sedangkan konflik batin pada setiap tokoh tidak sepenuhnya dapat diungkapkan melihat kondisi kejiwaan dan konflik yang terjadi, tidak semua tokoh terlibat dan hanya tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
C. Makna Cerbung Watesing Kasabaran Karya sastra yang dibuat dalam genre apapun, tentunya memberikan makna pada kehidupan masyarakat sekarang. Bertolak dari analisis psikologi sastra, cerbung Watesing Kasabaran memiliki makna bagi kehidupan masyarakat. Banyak tokoh yang mengalami perkembangan kejiwaan oleh faktor internal dan eksternal. Hal ini nampak dalam tokoh Srining. Srining yang awalnya adalah seorang istri yang baik dan tidak bekerja mendapat restu dari suaminya untuk melamar pekerjaan ke sebuah swalayan. Akan tetapi Srining mengkhianti kepercayaan Witono dengan berselingkuh dengan Bramantya pimpinan swalayan tersebut. Srining yang merasa mengurus semua keperluan keluarga, berubah menjadi berani terhadap suaminya. Akibatnya mereka sering berselisih mengenai hal-hal sepele bahkan terkadang ke hal-hal yang lebih sensitif. Perampokan dan pemerkosaan yang menimpa Srining, berawal dari percekcokan dengan suaminya yang menyebabkan dirinya ditinggal dihutan sendirian dan membuat suaminya pergi meninggalkannya menjadi seorang TKI. Setelah mengetahui dirinya hamil dan Bramantya tidak mau bertanggungjawab, dirinya tersadar kalau anak yang dikandung adalah anak seorang perampok. Hal itu membuatnya hendak menggugurkan kandungannya dengan pulang kampung ke orangtuanya. sadar bahwa perbuatannya melawan Witono selama ini salah dan berusaha untuk kembali menjadi wanita yang baik. Dirinya kemudian berniat membesarkan anak yang dikandungnya itu meski akhirnya keguguran. Setelah itu Srining membuka warung makan dan menjalani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
kehidupannya dengan baik, kepulangan Witono dari bekerja menjadi TKI menambah kebahagiaan Srining. Perkembangan kejiwaan juga terjadi pada tokoh Bramantyo yang dulunya adalah pemimpin yang baik dan sopan. Sifatnya mulai berubah ketika dia mengangkat Srining menjadi sekretaris pribadinya, dia menjadi pimpinan yang suka merayu Srining dengan godaan-godaan hingga dirinya memaksa Srining untuk melayani nafsu seksualnya disertai dengan ancaman. Seiring berjalannya waktu kelakuan Bramantyo menjadi semakin buruk dengan melakukan hubungan perselingkuhan dengan Srining, tidak hanya dikantor akan tetapi sudah sampai ke hotel maupun penginapan tempat mereka berdua singgah. Puncaknya ketika Srining hamil dan meminta pertanggungjawaban kepadanya. Akan tetapi srining malah dipecat, dan Bramantya melakukan perselingkuhan lagi dengan karyawan lain bernama Atikah. Tokoh Witono diceritakan sebagai suami yang setia, bekerja keras dan bertanggungjawab sebagaimana seorang suami, akan tetapi musibah yang menimpanya mengharuskan dia hanya bekerja serabutan. Kemudian Witono pun disuruh Srining untuk berhenti bekerja dan hanya menjadi pengantar dan penjeputnya. Karena hasil kerja Srining sudah cukup hidup mereka berdua. Hal ini kemudian menjadi sebuah bumerang untuk Witono, bahwa Srining semakin tidak menghargainya sebagai suami dan membuat Witono yang tak mau direndahkan oleh Srining pergi meninggalkannya ditengah hutan sendirian dan dirinya berniat untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
mencari pekerjaan yang layak. Setelah Witono kembali dari bekerja sebagai TKI, Witono pun mencari Srining dan lebih dihargai perannya oleh Srining. Akhirnya kehidupan mereka berakhir dengan kebahagiaan. Tokoh Mat Pleki diceritakan sebagai sopir angkuta yang jahat. Dia melakukan perampokan dan pemerkosaan bersama kernetnya Dul Kluwuk terhadap Srining ditengah hutan. Kejadian itu diulangi Mat Pleki lagi dengan mendatangi langsung rumah Srining, yang ternyata rumah Srining sudah dikontrakkan oleh anggota kepolisian Briptu Budiyono dan dari situ Mat Pleki dan Dul Kluwuk dapat ditangkap. Sehingga kasus kejahatannya terhadap Srining dapat terbongkar. Tokoh Pak Rus dan Lik Rubi diceritakan sebagai orang tua Srining yang hidup dikampung. Mereka menyayangi Srining karena Srining adalah anak satusatunya. Pak Rus dan Lik Rubi yang dimintai pertolongan Srining untuk mencarikan dukun bayi namun menolaknya karena takut akan dosa besar. Kemudian Pak Rus menawarkan kepada Srining agar bayi yang dikandungnya tersebut dapat dipertahankan sebelum akhirnya keguguran. Tokoh Briptu Matrawi, Bripka Budiyono dan Aiptu Jarot diceritakan sebagai satu kesatuan kepolisian diwilayah Polsek Kedungwaru. Briptu Matrawi adalah teman berjaga Bripka Budiyono. Bripka Budiyono adalah orang yang menyewa rumah Srining diperumahan Wisma Indah, sedangkan Aiptu Jarot adalah atasan mereka berdua. Para polisi tersebut menunjukan sikap profesonalisme, kerja keras commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
dan ketegasan. Profesionalisme tersebut dapat ditunjukan oleh Bripka Budiyono yang rumah kontrakannya disatroni pencuri, sedangkan pencuri tersebut mengaku suruhan dari Srining dengan menunjukan kartu identitas serta kunci rumahnya. Meski rumah yang disewa Bripka Budiyono adalah rumahnya Srining, tetapi Bripka Budiyono tidak segan memeriksa Srining. Sedangkan kerja keras ditunjukan oleh Briptu Matrawi dan Bripka Budiyono yang berhasil menyelidiki kasus yang menimpa Srining, dengan mencari informasi dan mencocokan keterangan dari Srining, para polisi tersebut berhasil mengungkap jaringan perampok dan penadah barang curian itu. Sikap tegas ketika mereka bertiga mengintrograsi Mat Pleki yang dianggap bertele-tele dan berbohong. Aiptu Jarot sampai-sampai mendebrak meja agar Mat Pleki berhenti mengarang cerita bohong sehingga akhirnya Mat Pleki mengakui perbuatannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan: 1. Makna cerbung ini adalah sifat egoisme dari masing-masing tokoh berakibat buruk pada tokoh, sehingga diperlukan kesabaran. Kesabaran itu penting dalam sebuah hubungan, memberi sedikit ruang untuk mengalah bukan berarti satu kesalahan dan kekalahan. Karena yang penting bukan kemenangan tapi kepentingan sebuah hubungan itu agar tetap terjalin. 2. Sedemikian rapatnya tokoh-tokoh dalam menyembunyikan perbuatan tercelanya, suatu saat akan terbongkar sehingga kejahatan tidak akan mampu menang melawan kebaikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
D. Nilai Moral dalam Cerbung Watesing Kasabaran Menikmati karya sastra secara otomatis seorang pembaca akan menerima ajaran yang terkandung dalam karya yang dibuatnya. Karya sastra diciptakan diharapkan mampu menjadi cerminan masyarakat sekarang. Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam cerbung Watesing Kasabaran setidaknya dapat memberikan perenungan bagi masyarakat pembaca. a. Kejujuran Bertindak jujur memang tidaklah mudah. Ketika keutamaan duniawi, yang meliputi gengsi, posisi, dan upeti sudah merasuki diri maka akan menghalalkan segala cara, termasuk berdusta demi tercapainya hasrat dan keinginan nafsunya. Demi untuk mendapatkan dunia orang rela menukar balikkan fakta, menukar kebenaran dengan kebohongan, begitu juga sebaliknya. Sebagai seorang istri salah satu nilai moral dalam kejujurannya adalah mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh suaminya. Seorang istri harus terbuka terhadap segala permasalahan yang dihadapi dan tidak menutup-nutupinya, sikap terbuka tidak ada artinya jika tidak di ikuti dengan kejujuran, kejujuran tidak terbatas dalam kata-kata saja, namun juga dalam perilaku, tindakan dan cara memperlakukan suaminya. Hal ini sesuai dengan nilai moral yang terdapat dalam cerbung Watesing Kasabaran yakni kejujuran yang seharusnya dilakukan Srining untuk membangun hubungan yang harmonis kepada suaminya Witono. Kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
“Kuwi maneh! Kuwi maneh! Bosen aku! Sampeyan ra perlu ngurus asale dhuwit! Sing penting dudu lehku nyolong!” Srining kumat sengole (WK. hal:04) Terjemahan: “Itu lagi! Itu lagi! Bosan saya! Kamu tidak perlu mengurus asal uangnya! Yang penting bukan caraku mencuri!” Srining kembali tersinggung
Hal yang seharusnya Srining lakukan adalah berkata jujur kepada suaminya. Kutipan: Srining uga banjur crita. Kabeh lelakone disuntak. Kawiwitan saka tumindak nalisire kadidene wadon sesomahan nalika dadi sekretaris pribadine Pak Beny Bramatya. Kasambung lelakon ireng diprawasa durjana nganti ngandheg, dipecat saka Kumenyar wusana pindhah omah lan banjur bukak warung. Sing pungkasan dadi urusan pulisi. Kabeh mau dicritakake sok glogok ora ketang anggone crita karo crocosan eluhe. (WK. hal:50) Terjemahan: Srining lalu bercerita. Semua yang menimpanya diceritakan. Dimulai dari perbuatannya yang tidak pantas dilakukan wanita rumahan ketika menjadi sekretaris pribadinya Pak Beny Bramatya. Bersambung kejadian buruk diperkosa penjahat sampai mengandung, dipecat dari Kumenyar hingga berpindah rumah dan kemudian membuka warung. Terakhir, berurusan dengan polisi. Semua diceritakan semendetail meskipun dalam bercerita berlinang air mata.
b. Tanggung jawab Tugas seorang suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga memang terkadang dianggap sebagai sebuah hal yang berat untuk dilakukan karena seorang laki-laki yang telah menjadi suami akan berjuang dengan bekerja keras memeras keringat untuk dapat memperoleh nafkah yang akan digunakan untuk mencukupi segala kebutuhan rumah tangganya.
Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam
cerbung Watesing Kasabaran. Kutipan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
“Sit, nek wis kadhung kepepet ngene iki aku ra wedi kangelan. Sing penting isa nyambutgawe lan entuk dhuwit. Prekara gaweyan kasar kanggoku ra masalah. (WK. hal:19) Terjemahan: “Sit, kalau sudah terjepit seperti ini saya sudah tidak takut kecewa. Yang terpenting bisa bekerja dan mendapatkn ung. Perkara itu pekerjaan kasar bagiku tidak masalah. Salah satu hakikat menjadi pemimpin adalah tanggung jawab, bukan keistimewaan. Tanggung jawab yang diemban seorang pemimpin perusahaan sangatlah besar. Berkembang atau hancurnya perusahaan berada ditangan pemimpinnya. Sehingga ketika Bramatya melakukan perselingkuhan dengan Srining, dirinya sudah tidak bertanggungjawab terhadap apa yang diembannya sebagai pemimpin. Kutipan: …Sidane, tikus cilik iku sida dadi mangane kucing garong! “Rasah digetuni. Kedadeyan ngene iki wis lumrah antarane direktur karo sekretarise. (WK. hal:12) Terjemahan: …Kemudian, tikus kecil itu menjadi makanan kucing garong! “Tidak usah disesali. Kejadian seperti ini sudah biasa antara direktur dengan sekretarisnya. Seharusya Bramantya berkomitmen dengan ucapannya sebagai atasan seperti dalam kutipan: “Mbak Srining, neng kantor kene sing kuwasa aku. (WK. hal:8) Terjemahan: “Mbak Srining, dikantor ini yang bertanggungjawab saya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
Tanggung jawab orang tua kepada anaknya adalah dengan mengasuh dan mendidik. Mengasuh dalam artian membesarkan sampai mandiri dan dapat melepaskan diri dari tanggungan orang tua serta mendidik dalam artian memberikan pengetahuan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat. Baik dan buruk perkembangan anak sangat tergantung dari peran orang tuanya. Sehingga ketika Srining mengalami masalah dengan Bramatya, Lik Rubi meminta Srining untuk menyelesaikan masalahnya dan bertanggungjawab terhadap bayi yang dikandungnya agar tidak sampai digugurkan. Kutipan: Pak Bram ora kersa ngkoni. Malah dakwa aku slingkuh karo wong lanang liya. Minangka risone, aku dipecat. “Hah, kurang ajar tenan juraganmu ki. …..Omahmu kana kok sewakne apa kok dol terserah. Neng kene kowe isa bukak toko. Nek anakmu lair, aku sing ngopeni. (WK. hal:32) Terjemahan: Pak Bram tidak mau mengakui. Tetapi menuduh saya berselingkuh dengan laki-laki lain. Untuk itu resikonya, aku dipecat. “Hah, kurang ajar benar juraganmu itu …..Rumahmu disana kamu sewakan atau kamu jual terserah. Disini kamu bisa membuka toko. Kalau anakmu lahir, saya yang mengasuh.
c. Ketelitian atau kehati-hatian Modal awal pernikahan adalah kehati-hatian dan kepekaan hati yang jernih, akan tetapi hal itu tidak otomatis akan memuluskan semuanya. Masih banyak duri dan godaan dalam menjalani biduk rumah tangga. Hati-hati menjaga diri, hati-hati menjaga wibawa suami, hati-hati menghindari dosa dalam rumah yang salah satunya adalah perselingkuhan. Tidak dipungkiri bila jaman sekarang, selingkuh bukan saja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
monopoli kaum pria. Wanita juga bisa. Apalagi sekarang semakin banyak wanita yang mengembangkan dirinya di luar rumah. Otomatis, pergaulannya juga menjadi luas sehingga memungkinkan terjadinya perselingkuhan. Entah dengan atasan atau rekan sekantor, relasi bisnis, maupun mantan pacar. Tentunya perselingkuhan hanya bisa terjadi apabila ada yang "terjerat" dan ada yang "menjerat" atau dua-duanya sama-sama saling "menjeratkan diri". Tapi pada umumnya, orang mudah "terjerat" atau tergoda bila dirinya tak bisa menemukan kebahagiaan. Ia akan mencari hal-hal baru yang bisa menumbuhkan kembali kebahagiaannya. Ketidakhati-hatian yang dilakukan Srining menyebabkan dirinya menjadi lupa akan kodratnya sebagai wanita sekaligus istri yang baik-baik. Kutipan: Kalungguhan kadidene wanita sesomahan kang becik wis oncat saka anggane! Kena dibatang, ing wektu-wektu candhake kadurakan kaya kang dumadi esuk iku bola-bali dumadi. Manggone ora ajeg, ning sing paling kerep ning hotel. Srining dhewe rumangsa ora bisa budi maneh. Dheweke kepeksa kudu nuruti kekarepane sang menejer! (WK. hal:12) Terjemahan: Kedudukannya seperti halnya wanita rumahan yang baik sudah hilang dari dirinya! Dapat ditebak, diwaktu-waktu lain kejadian seperti yang terjadi itu kembali lagi terjadi. Tempatnya tidak pasti, tetapi yang paling sering dihotel. Srining sendiri sudah merasa tidak baik lagi. Dirinya terpaksa harus mengikuti keinginan sang manager!
d. Kesabaran Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari perbuatan tidak benar. Sabar merupakan cara yang ampuh untuk mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
perselisihan. Dalam cerbung Watesing Kasabaran, kesabaran yang ditunjukan Witono terhadap perilaku isterinya yang menyimpang merupakan nilai moral yang terdapat dalam cerbung Watesing Kasabaran. Kutipan: “Wis dikandhani, aja ngetutke bis. Mandheg ra angkan-angkan. Panggah ae! Utegmu ki jane neng ndi ta Mas. Jajal, pama reme ra makan ki maeng rak wis nubruk! Isa ancur mobilku! Iki larang Mas, ja angger nglakokne! Ning, Witono pilih meneng, yen ditanduki malah kedawa-dawa.(WK. hal:1) Terjemahan: “Sudah dibilang, jangan mengikuti bis. Berhenti tidak kira-kira. Ngeyel terus! otakmu itu sebenarnya dimana sih Mas. Coba, seandainya remnya tidak pakem ini tadi sudah menabrak! Bisa hancur mobilku! Ini mahal mas, jangan asal mengemudikan! Tetapi Witono memilih diam, kalau ditambahi akan semakin panjang. Dalam kutipan lain penulis menemukan kesabaran Witono dalam menghadapi istrinya Srining. Kutipan: Sadalan-dalan Srining nyaruwe terus. Anggone nyetir Witono kaya ora tau ana benere. Lan sing kaya ngono iku ora mung dina iki bae. Wis saben lelungan. Nganti tau Witono ngusulake supaya golek sopir liya. “Kok le penak! Pa ra mbyari? Njur kowe kan ngapa? Mangan turu thok?” tumanggape Srining wektu kuwi. Diuneni mangkono Witono pilih meneng. (WK. hal:1) Terjemahan: Dijalan Srining mengomel terus. Dalam menyetir Witono seperti tidak ada benarnya. Dan yang seperti itu tidak hanya hari ini saja. Setiap berpergian. Sampai pernahWitono mengusulkan supaya mencari sopir lain. “Kok enaknya! Apa tidak membayar? Lalu kamu disuruh apa? Makan dan tidur saja?” tanggapan Srining waktu itu. Dijawab seperti itu Witono memilih diam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
Dalam kutipan lain: “Sampeyan ra perlu ngerti! Iki urusanku!” ujare Srining sengol. Antuk panyawure mangkono, Witono uga kepeksa meneng. (WK. hal:3) Terjemahan: “Kamu tidak perlu tahu! Ini urusanku!” kata Srining tersinggung. Dapat jawaban seperti itu, Witono terpaksa diam
e. Keteladanan Keteladanan adalah perintah tanpa kata-kata. Orang lain lebih senang mngikuti keteladanan daripada diperintah. Karena itu, keteladanan menjadi cara yang cukup efektif untuk mempengaruhi orang lain dalam bersikap. Keteladanan yang ada dalam cerbung Watesing Kasabaran ini adalah keteladanan seorang polisi, yang mana pada saat ini keteladanan dari seorang polisi mutlak diperlukan untuk menjaga nama baik polisi serta wibawanya didalam masyarakat diantaranya adalah dengan menjadi polisi yang tegas, tidak tebang pilih dalam menangani perkara, dan memperlakukan seorang terdakwa dengan rasa kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan kutipan: Samenika ugi Bu Sri dipunaturi tindak Polsek Kedungwaru sesarengan kula, wuwuse pulisi iku teges (WK. Hal:36) Terjemahan: Sekarang juga Bu Sri diminta pergi ke Polsek Kedungwaru bersama saya, perkataan polisi itu tegas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
Hal ini termasuk ketegasan seorang polisi karena Pak Budiyono tidak segansegan dan tanpa canggung membawa Srining ke kantor Polisi, yang mana Pak Budiyono menyewa rumahnya Srining untuk ditinggali. Dalam kutipan lain yang menjadi keteladanan seorang polisi adalah dengan memperlakukan seorang terdakwa secara manusiawi terlihat dalam kutipan: “Lungguha kene, Mat Pleki. Yuk, sarapan bareng. Aku ya durung sarapan ka ngomah,”ujare Aiptu Jarot kanthi sumeh. Nuli dhisiki nyandhak piring isi sega bungkus iku. Dibukak, lan wiwit nyendhok. Bripka Budiyono lan Briptu Matrawi tiru-tiru. Sakawit Mat Pleki mung meneng. Bungkusan ing ngarepe mung disawang. “Ayo, gek dipangan. Ja kuwatir, iki ora ngandhung racun!” Aiptu Jarot karo nyoma-nyamuk. Mat Pleki uga banjur mbukak sega bungkus iku. (WK. hal:45-46) Terjemahan: “Duduklah sini, Mat Pleki. Yuk, kita sarapan bersama. Saya ya belum sarapan dari rumah “kata Aiptu Jarot sambil tersenyum. Lalu mendahului mengambil piring isi nasi bungkus itu. Dibuka, dan memulai menyuapkan kedalam mulut. Bripka Budiyono dan Briptu Matrawi mengikuti. Mat Pleki hanya diam. Bungkusan didepannya hanya dilihat. “Ayo, dimakan. Jangan Khawatir, ini tidak mengandung racun!” Aiptu Jarot sambil melahap. Mat Pleki kemudian juga membuka nasi bungkus itu.
Kutipan diatas merupakan keteladanan yang dapat dijadikan contoh yang baik dalam menangani perkara, dimana seorang polisi berpangkat tinggi tidak canggung makan bersama seorang terdakwa dan memperlakukan selayaknya manusia dengan tidak mengurangi hak-hak atasnya.
commit to user