BAB IV PEMBAHASAN 4.1Analisis Data 4.1.1 Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah model regresi untuk peramalan memenuhi asumsi-asumsi dalam regresi berganda. Tahap pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Secara lengkap hasil uji tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Uji Normalitas data, Uji Normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui pendistribusian normal. Data dinyatakan berdistribusi normal karena nilai asymp Sig > 0,05
Tabel 4.1.1 Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PER N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
PBV
DER
RTN
22
22
22
22
3.05517E1
3.06673
1.36182
.41164
6.223244E1 2.912305E0
2.234232E0
.290654
Absolute
.372
.278
.241
.190
Positive
.372
.278
.241
.190
Negative
-.330
-.201
-.209
-.097
1.744
1.303
1.133
.890
.055
.067
.154
.407
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah data SPSS Uji Heterokedastisitas, Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu ke residual lainnya. Jika variance dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi homokedastisitas, jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut Ghozali (2005) jika variabel independen signifikan terjadi secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas.
Dari Hasil pengujian terlihat tidak terjadi heterokedastisitas, karena tidak ada
satupun
variabel
independen
yang
signifikan
secara
statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai absolute (Absurd). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 0,05 (lihat pada tabel 4.1.1). Tabel 4.1.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Correlations PER Spearman's rho
PER
Correlation Coefficient
-.086
.039
.
.676
.704
.863
22
22
22
22
-.094
1.000
.373
-.247
.676
.
.087
.268
22
22
22
22
-.086
.373
1.000
-.220
.704
.087
.
.325
22
22
22
22
Correlation Coefficient
.039
-.247
-.220
1.000
Sig. (2-tailed)
.863
.268
.325
.
22
22
22
22
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Absres
Absres
-.094
N
DER
DER
1.000
Sig. (2-tailed)
PBV
PBV
N
Sumber : Hasil olah data SPSS Uji Autokorelasi, Uji ini memiliki gejala yang dapat dideteksi dengan menggunakan SPSS Runs Test. Menurut Ghozali (2005), untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Runs Test. Dari hasil keluaran uji run test di bawah ini, nilai yang dibandingkan adalah Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,827. Hasilrun testlebihbesardaripada 0,05. Dengandemikian,
data
yang
dipergunakancukup
random
sehinggatidakterdapatmasalah autokorelasipada data yang diuji. Tabel 4.1.3 Hasil Uji Autokorelasi (Runs Test) Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea
-.06448
Cases < Test Value
11
Cases >= Test Value
11
Total Cases
22
Number of Runs
13
Z
.218
Asymp. Sig. (2-tailed)
.827
a. Median
Sumber : Hasil olah data SPSS
Uji Multikolinearitas, Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai variance Inflation Factor (VIF). Menurut Ghozali (2005) pada umunya jika VIF > 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Tabel 4.1.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.355
.094
PER
-.001
.001
PBV
.043
DER
-.028
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
3.764
.001
-.251
-1.184
.252
.977
1.024
.026
.428
1.647
.117
.650
1.538
.034
-.216
-.831
.417
.650
1.538
a. Dependent Variable: RTN
Sumber : Hasil olah data SPSS Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari ketiga variabel bebas dalam penelitian ini < 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 artinya keseluruhan variabel bebas dalam penelitian ini terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas.
4.2 Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang mencakup rasio keuangan yang meliputi Price Earning Ratio (PER), Price to Book value (PBV) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur kategori Consumer goods, Food and Beverages, Tobacco manufactures, dan Pharmaceuticals yang terdaftar di Bursa Efek jakarta tahun 2008 sampai tahun 2012. Untuk menguji pengaruh PER, PBV, DER terhadap return saham secara parsial akan dilakukan pengujian menggunakan metode regresi sederhana. Sedangkan untuk menguji pengaruh PER, PBV, DER terhadap return saham secara simultan akan dilakukan pengujian menggunakan metode regresi berganda. Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e Y = 0.355 - 0.01X1 + 0.043X2 - 0.028X3
Tabel 4.2.1 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa
Standardized Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
.355
.094
PER
-.001
.001
PBV
.043
DER
-.028
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
3.764
.001
-.251
-1.184
.252
.977
1.024
.026
.428
1.647
.117
.650
1.538
.034
-.216
-.831
.417
.650
1.538
a. Dependent Variable: RTN
Sumber : Hasil olah data SPSS a.Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Juanda (2003) menemukan bahwa Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham untuk perusahaan manufaktur kategori consumer goods, sehingga dalam penelitian ini dapat dihipotesiskan bahwa price earning ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Nilai Koefisien regresi Price Earning Ratio (PER) berdasarkan hasil regresi menunjukkan nilai yang negatif yaitu -0,01.
Hal ini dapat juga diakui dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, apabila t-hitung > t-tabel maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.4 t-hitung PER sebesar -1.184, untuk nilai α = 5% dan df sebesar 19 (n-3) maka t-tabel untuk variabel ini sebesar 2,093, hal ini berarti t-hitung (-1.184) < t-tabel (2,093) maka dapat dikatakan bahwa PER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return saham. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa hipotesis pertama ditolak, hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Juanda (2003). Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara PER dengan return saham mungkin disebabkan oleh banyaknya variabel-variabel lain yang mempengaruhi return saham dan banyaknya factor-faktor lain yang tidak dapat dikontrol seperti tingkat suku bunga, inflasi dan sebagainya yang berpengaruh. b. Pengaruh Price to book value (PBV) terhadap Return saham Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Teapon(2009) dan Ajeng(2007) ditemukan bahwa price to book value (PBV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Juanda (2003), Raharjo (2006) dan Basuki (2006) ditemukan bahwa PBV tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Namun dalam penelitian ini
dihipotesiskan bahwa variabel PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return. Berdasarkan hasil uji regresi sederhana diatas menunjukkan PBV sig. < 0.05 yakni 0,117. Hal ini berarti variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dan hasil serupa juga ditemukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel nya. T-hitung untuk variabel PBV ini yakni sebesar 1,647 dan t-tabel nya untuk nilai α = 5% dan df sebesar 19 (n-3) yakni 2,093. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PBV memiliki tidak pengaruh signifikan terhadap return saham karena nilai t-hitung 1,647< t-tabel 2,093. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan hipotesis kedua ditolak Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teapon (2009) dan Ajeng (2007). Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel PBV terhadap return saham menunjukkan bahwa variabel ini tidak dapat mempengaruhi keputusan investor dalam membuat keputusan investasi. Hal ini mungkin disebabkan karena pasar atau para investor kurang percaya akan prospek dari perusahaan tersebut dalam memberikan keuntungan (return) yang tinggi di masa akan datang. c. Pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap return saham Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Debora Setiadi
Santosa dalam Aminatuzzahra (2010) ditemukan bahwa DER tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan sendiri oleh Aminatuzzahra (2010) menemukan bahwa DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, sehingga dalam penelitian ini di hipotesiskan bahwa variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Variabel debt to equity ratio (DER) berdasarkan hasil unit regresi menunjukkan variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan oleh sig. nya > 0.05 yakni 0,417 dan nilai t-hitung < t-tabel yakni -0,831 < 1.720. Hal ini tidak membuktikan hipotesis ketiga yakni debt to equity ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminatuzzahra (2010) tetapi sejalan dengan penelitian Debora Setiadi Santosa (2009) dalam Aminatuzzahra. Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara DER dengan return saham mungkin disebabkan oleh banyaknya variabel-variabel lain yang mempengaruhi return saham dan banyaknya factor-faktor lain yang tidak dapat dikontrol seperti tingkat bunga, inflasi dan sebagainya yang berpengaruh.
4.2.2 Regresi Berganda Regresi berganda dilakukan ntuk menguji apakah variabel Price Earning Ratio (PER), Price to book value (PBV) dan Debt to equity ratio (DER) secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil uji regresi berganda disajikan pada tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.2.2 Pengaruh PER, PBV dan DER terhadap return saham
Model Summaryb
Std. Error of the R
R Square
.457a
Adjusted R Square
.208
.076
Estimate
.279317
a. Predictors: (Constant), DER, PER, PBV
b. Dependent Variable: RTN
Sumber : Hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel diatas menunjukkan koefisien determinan (R²) adalah 0.208 hal ini berarti 20,8% perubahan return dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen (PER, PBV dan DER) yang digunakan dalam penelitian ini dan sisanya 79,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain atau faktor-faktor lain yang sulit dikontrol. Koefisien determinan ini menunjukkan PER, PBV dan DER memiliki hubungan terhadap return
saham dibandingkan jika variabel independen tersebut diuji sendirisendiri. Tabel 4.2.3 Uji F untuk PER, PBV dan DER terhadap return saham ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Df
Mean Square
.370
3
.123
Residual
1.404
18
.078
Total
1.774
21
F
Sig.
1.580
.229a
a. Predictors: (Constant), DER, PER, PBV
b. Dependent Variable: RTN
Sumber : Hasil olah data SPSS Berdasarkan uji F yang dilakukan pada regresi berganda menunjukkan nilai sig. > 0.05 yakni 0,229 dan nilai f-hitung > f-tabel dimana nilai f-hitung nya adalah 1,580. Oleh karena nilai sig. > 0.05 maka ketiga variabel independen yakni PER, PBV dan DER secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.