BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Identitas Sekolah Lokasi penelitian ini bertempat di Taman Kanak-KanakIslam Terpadu Ukhuwah (TKIT Ukhuwah). Yang berdiri pada 1 Juli 1999, sekolah ini mendapat izin operasional ada tanggal 2 Desember 2016 (Gedung Baru) dengan nomor izin operasional 800/640-PAUDNI/Dipendik/2016. Status sekolah masih swasta dan penyelenggara sekolah TKIT Ukhuwah adalah Yayasan Ukhuwah Banjarmasin. Sekolah ini Terakreditas A pada tahun 2009 Bangunan sekolah ini beralamat di Jl. Bumi Mas Raya Komp. Bumi Handayani XII A Banjarmasin
RT 28 RW 02 Kelurahan Pemurus Baru, Kecamatan
Selatan
Kabupaten/Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan dengan Kode Pos 70249 dan Telepo/Fax. 082154007576/0511-3260343. Status gedung sekolah ini adalah milik sendiri dengan sertifikat hak guna bangunan nomor. 00019 yang terbit pada tanggal 05 Mei 2015 dengan luas tanah 6846
.
2. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Ukhuwah Banjarmasin memiliki visi, misi dan tujuan sebagai berikut: a. Visi dan Misi. Visi TKIT Ukhuwah Banjarmasin adalah” meluluskan siswa-siswi yang berakhlak, berprestasi, mandiri dan berwawasan 118
119
lingkungan”. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah: (1) Menjadi lembaga pendidikan berbasis dakwah, (2) Menjadi lembaga pendidikan percontohan, (3) Menjadi lembaga pendidikan berwawasan lingkungan. b. Tujuan dari lembaga pendidikan ini adalah: (1) Menjadi lembaga pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dan pengasuhan dengan mengoptimalkan
tumbuh
kembang
anak
berdasarkan
aspek
perkembangan. (2) Menanamkan akhlak yang islami, kemandirian dan bersosialisasi sejak usia dini. (3) Anak bermain sambil belajar sesuai dengan perkembangan usia anak. 3. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) TKIT Ukhuwah Banjarmasin menggunakan kurikulum JSIT tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini dan Permendiknas No. 28 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini dengan mengenal 5 Aspek perkembangan anak meliputi: Aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama (al-Islam), yaitu: mengenal Allah SWT melalui kalimat thayyibah, mengucapkan syahadat, mengucapkan salam, mengenal surah, hadist dan doa-doa harian, mengenal gerakan wudhu dan shalat, mengenal huruf hijaiyah. Pertama, aspek perkembangan bahasa, yaitu: kemampuan menerima bahasa, kemampuan mengungkapkan bahasa, kemampuan keaksaraan. Kedua, aspek perkembangan kognitif, yaitu: pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk ukuran dan pola serta konsep bilangan, lambing bilangan dan huruf. Ketiga, aspek perkembangan fisik, yaitu: motorik kasar, motorik halus dan kesehatan fisik.
120
Keempat, aspek perkembangan sosial emosional, yaitu: konsep diri, kontrol diri dan berinteraksi dengan orang lain, Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode sentra, meliputi: sentra persiapan, sentra bahan alam, sentra olah tubuh, sentra balok dan sentra bermain peran. 4. Ketenagaan /Pendidik Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di TKIT Ukhuwah Banjarmasin berjumlah 25 orang dengan latar belakang pendidikan terendah SMA/sederajat dan yang tertinggi sarjana. Data ketenagaan dapat dilihat pada lampiran (Sumber: Buku Profil TKIT Ukhuwah Banjarmasin).
B. Paparan Data Berikut ini peneliti sajikan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, sesuai dengan data yang peneliti gali maka masalah pokok yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku anak bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin, layanan yang diberikan terhadap anak bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin, faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi dalam pelaksanaan layanan terhadap anak bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin. 1. Sikap dan Perilaku Banjarmasin
Anak
Bermasalah
di
TKIT
Ukhuwah
a. Masalah dalam Aspek Sosial Emosional Dalam aspek sosial emosional, masalah yang dihadapi adalah mencakup
121
tentang perkembangan pemahaman diri, hubungan sosial dengan teman sebaya dan orang lain serta perilaku sosial anak terhadap orang lain disekitarnya. Menurut observasi yang penulis lakukan, di kelas B terdapat anak yang memiliki masalah dalam mengontrol emosi dan kurang mampu bersikap dengan baik ketika dia menghadapi masalah dengan teman sebayanya, dia adalah AZR. AZR termasuk pendiam, dia lebih suka bermain sendiri tanpa mau miliknya diganggu, dia paling tidak suka kalau ada yang mengganggu miliknya. 1 Berikut paparan ibu Sri Hartati tentang anak didiknya. AZR itu bu, kalau ada sesuatu yang salah, misalnya ada yang mengganggu mainan yang dipilihnya, dia langsung diam. Beberapa saat kemudian langsung meledak-ledak emosinya, AZR langsung marah-marah dan berteriak”.2 Menurut keterangan ibu Nurjannah yang merupakan pathner Ibu Sri Hartati, beliau mengungkapkan bahwa AZR kalau sudah marah sampai melotot matanya. Sulit dikendalikan kalau ada yang mengusik dan menggagu saat dia bermain. Dia seperti menyimpan perasaan marahnya sampai-sampai mukanya memerah.3 Menurut data yang penulis dapat dari buku catatan Ibu Sri Hartati, anak seperti AZR yang bermasalah dalam aspek sosial emosional ini adalah anak yang mempunyai latar belakang keluarga dan kondisi lingkungan menyebabkan mereka bersikap seperti itu. Berikut wawancara penulis dengan salah satu ibu guru;
1
Observasi di Kelas B4, Senin, 5 Juni 2017, (Pukul: 09.30).
2
Wawancara dengan Ibu Sri Hartati, Guru Kelas B4, Senin, 5 Juni 2017, (Pukul: 11.30).
3
Wawancara dengan Ibu Norjannah, Guru Kelas B4, Selasa, 6 Juni 2017 (Pukul: 09.30).
122
“Sebelumnya saya juga binggung kenapa AZR bersikap seperti itu, dia kalau marah sampai melototi ibu guru lho bu, kaget saya klau sudah seperti itu. Saya pernah Tanya sama orang tuanya (Ibu), ternyata AZR juga seperti itu kalau dirumah. Ibunya juga angkat tangan dengan sikap AZR, sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukan. Ternyata menurut keterangan kakakk dari AZR yang kebetulan dulu juga murid saya, sekarang dia sdh SMP. AZR mendapatkan imitasi sikap seperti itu dari sikap ibunya ketika bertengkar dengan ayahnya. „ibu kalau bertengkar sama ayah matanya juga melotot seperti itu juga bu‟ begitu ungkapan kakak dari AZR. Ayah dan Ibu AZR juga tergolong orang tua yang sibuk, jadi AZR jarang diajak komunikasi dan kurang bisa mengungkapkan perasaannya, makanya dia bingung ketika dia merasa marah dengan temannya. Anak adalah cermin orang tua, itulah gambaran untu AZR.4
Permasalahan pada perkembangan AZR termasuk kategori sulit untuk dihadapi, namun ibu guru terus berusaha untuk terus melakukan layanan yang diperlukan AZR. Dalam waktu 6 bulan setelah ibu guru melakukan home visit, AZR mulai menunjukkan perubahan yang berarti, walaupun masih harus selalu diingatkan, setidaknya AZR mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang bagimana seharusnya bersikap ketika dia marah atau diganggu teman. Ini juga terjadi pada ALF, anak yang didampingi oleh ibu Anna Susilowati, ini bermasalah dalam aspek sosial emosionalnya. ALF sering memukul temannya tanpa alasan, melakukan hal-hal yang bisa menarik perhatian orang lain misalnya dengan menyenggol teman atau mengambil mainan yang sudah dipilih oleh teman yang lain.5 Ini sesuai dengan hasil wawancara berikut. “ALF itu sama temannya sering usil bu, dia senang mengganggu temannya. Kadang-kadang kalu lagi shalat dhuha, teman disampingnya disenggol-senggol. ALF juga kadang mendekati 4
Wawancara dengan Ibu Sri Hartati, Guru Kelas B4, Senin, 5 Juni 2017, (Pukul: 11.30).
5
Observasi di Kelas B2, Kamis, 30 Mei 2017, (Pukul: 09.00).
123
temannya dan tidak lama kemudian memukul temannya,padahal temannya tidak salah apa-apa. Pukulannya tidak keras sih, seperti mencari perhatian teman aj, Cuma tetap aja membuat temannya kesal”.6 Jika AZR kurang perhatian, anak lain seperti ALF memiliki latar belakang yang berbeda, bahkan terlihat bertolak belakang. Menurut keterangan ibu Anna, ALF mempunyai keluarga yang hangat dan perhatian, ALF mempunyai 2 orang kakak perempuan yang selalu memanjakannya, bunda dan ayah ALF sangat menyayangi ALF karena dia anak laki-laki satu-satunya. Setiap mengantar ALF, sebelum berpisah ayahnya selalu mencium dan memeluk ALF beberapa kali. “ALF ini anak emas dirumah bu, selain itu jarak dia sama kakaknya itu cukup jauh jadi dia tidak punya teman sebaya di rumah dan memang dia di rumah aja. Jadi di sekolah ini aja dia tempat bermain dan berteman. Mungkin dia belum bisa menempatkan diri kalau bersama temannya, bahkan kadang temannya yang mengarahkan dia harus duduk dimana dan seperti apa seharusnya bersikap.” 7 Ibu Anna Susilowati juga menambahkan bahwa dapat dipastikan, ALF mendapatkan perhatian dan dimanjakan oleh semua semua orang yang ada di rumah bahkan ALF serba dilayani untuk semua keperluannya. Perkembangan sosial emosional ALF berjalan lamban, walaupun berbagai treatment telah ibu guru lakukan, namun perkembangannya tidak secepat yag diharapkan karena lingkungan rumah ALF kurang mendukung. ALF tetap diperlakukan istimewa dan serba dilayani. ALF tidak diajari untuk mandiri serta bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Akhirnya, dari orang tua ALF
6
Wawancara dengan Ibu Anna Susilowati, Guru Kelas B2, Kamis, 30 Mei 2017, (Pukul:
7
Wawancara dengan Ibu Anna Susilowati, Guru Kelas B2, Kamis, 30 Mei 2017, (Pukul:
10.30).
10.30).
124
meminta sekolah untuk tidak meluluskan ALF karena orang tua menganggap ALF belum siap untuk memasuki Sekolah Dasar (SD). Ada juga anak yang lain yang penulis dapati di kelas A, dia sering murung kalau disebut kata ”mama”. Menurut wawancara yang penulis lakukan, anak ini bersikap minder dan menarik diri dari teman-temannya. Dia adalah BAY, anak yang masih duduk di kelas A ini kurang berminat untuk berinteraksi dengan temannya yang lain, dia lebih sering main sendiri dengan mainan yang telah dipilihnya. “BAY itu sering murung bu kalau ibu guru menyebut nama “mama”,anak ini sedikit minder, biasanya ada dipojok-pojok aja sama mainannya. Kalau di dekati sama temannya, dia yang menjauh.” Anak lain yang juga bermasalah dalam aspek sosial emosional yang bernama BAY mempunyai sebab lain yang membuatnya minder dan muram saat mendengar kata “mama”. Ibu Apriyani menerangkan bahwa BAY mempunyai trauma dengan masa lalu keluarganya, BAY adalah anak ketiga dari isteri pertama Papanya. Dulu BAY tinggal dengan mamanya dan kedua kakaknya, ayahnya bekerja diluar kota dan biasanya pulang setiap awal bulan. ketika BAY berusia 1 tahun, BAY sering ditinggalkan mamanya dirumah dengan kakakk-kakaknya dan pulang larut malam, BAY juga mendapat perlakuan yang kurang pantas dari mamanya ketika papanya tidak ada. Perlakuan itu seperti kata-kata kasar, pukulan, dan kurangnya perhatian misalnya BAY dibiarkan dengan popok yang sama dari pagi hingga malam. Keterangan ini didukung wawancara yang penulis lakukan, berikut paparan ibu Apriyani.
125
“BAY itu trauma bu, memang dulu perlakuan ibunya kurang baik terhadap anaknya. Tapi sekarang Alhamdulillah BAY mempunyai ibu tiri yang jauh lebih baik dari ibu kandungnnya. Ketika BAY berusia 2 tahunan mungkin, papa dan mamanya bercerai dan sekarang papanya menikah lagi. Ibu tiri BAY sangat perhatian dan penyayang, walaupun seperti itu, BAY tetap trauma. Saya mendapatkan cerita ini dari ayahnya langsung bu”. 8 Perkembangan BAY memang bermasalah dan trauma yang ditinggalkan pada BAY sangat dalam. Namun BAY sekarang mempunyai keluarga yang hangat, keluarga BAY sangat mendukung proses layanan pada masalah ini. Layanan yang diberikan guru pada akhirnya tidak bertepuk dengan sebelah tangan saja, sehingga perkembangan BAY terus terlihat dan mulai menunjukkan kea rah yang jauh lebih baik. BAY akhirnya mulai mau menyapa temannya, bermain bersama dan memimpin doa jika diminta ibu guru.
b. Masalah dalam aspek Fisik Motorik 1) Motorik Kasar Kemampuan motorik kasar berkaitan dengan kemampuan mengatur keseimbangan seperti melompat, berdiri di atas 1 kaki atau berjalan di titian, itulah yang menjadi masalah untuk anak yang satu ini. “AZM belum tuntas kalau masalah motorik kasar bu, dia belum bisa mengatur kesimbangannya. AZM masih belum berani berjalan di titian, berdiri di atas 1 kaki pun Cuma 2-3 detik saja” Tidak hanya masalah keseimbangan, masalah reaksi yang kurang cepat untuk gerakan komplek (seperti menangkap bola dan memasukkan bola ke gawang) dan koordinasi yang kurang baik antara mata dengan kaki/tangan juga 8
Wawancara dengan Ibu Apriyani, Guru Kelas A3, Rabu, 3 Mei 2017, (Pukul: 12.20).
126
menjadi masalah bagi AZM. “AZM juga kalau menangkap dan menendang bola koordinasi mata sama kaki atau tangannya kurang baik bu. Dia kadang terlihat raguragu, kurang mantap gitu bu”. AZM bermasalah pada aspek motorik kasar karena AZM hanya terbiasa bermain dirumah dan tidak pernah bermain diluar rumah. AZM kurang mendapatkan stimulus dan latihan fisik di lingkungan rumahnya. Menurut wawancara dengan Ibu Khatimatul Husna, AZM belum terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan atau mata dan kaki, di rumahnya juga begitu bu kata ayahnya AZM main dirumah aja dan jarang melakukan gerakan motorik. Selain itu AZM juga lamban jika diminta melakukan sesuatu. 9 Ibu Khatimatul Husna sangat giat dalam mengasah kemampuan AZM karena setiap ada waktu beliau memanggil AZM dan melakukan latihan-latihan dan stimulus-stimulus. Apa yang dilakukan ibu Khatimatul Husna berbanding terbalik dengan apa yang diterima AZM di rumahnya, karena sering ditinggal dengan nenek, maka AZM kurang mendapatkan stimulus di rumah. Walaupun seperti itu, AZM mulai menyukai kegiatan fisik dan sering melakukan gerakangerakan melompat menendang dan menangkap bola sendiri. Kemampuan AZM berkembang sesuai harapan, Ibu Khatimatul Husna berhasil mengantarkan AZM ke garis standar kemampuan yang harus dimiliki AZM.
9
Wawancara dengan Ibu Khatimatul Husna, Guru Kelas B1, Selasa, 30 Mei 2017, (Pukul: 12.20).
127
2) Motorik Halus Saat anak usia 4-6 tahun belum bisa menggambar bentuk bermakna dan mewarnai dengan rapi, itu adalah identifikasi bahwa anak bermasalah dalam aspek motorik halus. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis kepada ibu Jumiati. “Saat mewarna, SY masih coret-coret. Kalau mengambar, bentuk bentuk masih ditulis terpisah, belum memiliki makna atau kaitan. Misalnya kan ibu ridha kalau kita mau menggambar, kita bentuk badan rumah dari persegi 4 atau persegi panjang, terus kita bentuk atap dengan segitiga, jendela dengan persegi 4 dan pintu persegi panjang. Itu kan kita satukan semuanya ya.. jadi sebuah rumah. Kalau dia nggak, disini persegi panjang, disitu segitiga, misah-misah gitu bu..”. Masalah motorik halus yang SY hadapi karena tangan SY sejak kecil belum terbiasa bermain tanah atau pasir. Stimulus yang SY hanya di sekolah, sedangkan di rumah tidak. 10 Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan SY, SY mempunyai hobi menonton TV. Anak periang ini terlihat lancar dalam berbahasa walaupun sedikit malu menyampaikannya. Begitu juga menurut observasi penulis lakukan, SY pintar membawa diri diantara teman-temannya dan bersemangat saat melakukan kegiatan. SY mengalami perkembangan yang pesat, SY hanya mendapatkan masalah dalam aspek motorik halus hanya pada semester pertama, pada semester kedua, SY telah mampu menggambar dan mewarnai dengan rapi. Kegiatankegiatan motorik halus seperti menggunting dan meronce bukan hal yang sulit lagi bagi SY.11 10
11
Wawancara dengan Ibu Jumiati, Guru Kelas A1, Selasa, 3 Mei 2017, (Pukul: 9.20). Observasi di Kelas B2, Kamis, 3Mei 2017, (Pukul: 09.00).
128
c. Masalah dalam Aspek Kognitif Anak yang bermasalah dalam aspek kognitif adalah anak dari kelas B, anak ini kemampuan kognitifnya tertinggal dari temannya. Berikut keterangan dari wawancara penulis dengan ibu Linda Hairati. “BM dari aspek kognitif perkembangannya lamban bu, disamping itu BM juga kayaknya males gitu. Dia kalau disuruh ibu guru menulis kurang berminat. Mengaji juga dia satu-satunya anak yang masih jilid I.” Berdasarkan catatan Ibu Linda Hairati, BM kurang berminat dengan kegiatan yang berhubungan dengan kognitif karena kurang menerima stimulus sedari kecil. BM kurang berminat karena kegiatan itu baginya sangat membosankan. “Menurut informasi dari orang tuanya itu karena di rumah dia selalu sibuk dengan yang namanya game dan nonton TV bu, jadi kalau pulang sekolah kalau tidak nonton, main game”12 Selama 1 tahun, BM mendapatkan layanan konseling di kelas dan di dalam kegiatan sentra-sentra. Perkembangan BM menunjukkan arah ke atas, namun lamban dan sulit. Kebiasaan BM di rumah tetap dilakukan karena orang tua BM sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk mengawasi kegiatan BM di rumah. BM dengan gerak perkembangan yang lamban menuju garis standard an bisa diterima. Walaupun tidak sesuai harapan, namun BM tetap diberikan ibu Linda Hairati motivasi dan pemahaman. 13
12
Wawancara dengan Ibu Linda Hairati, Guru Kelas B3, Selasa, 3 Juni 2017, (Pukul:
11.20). 13
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Linda Hairati, Guru Kelas B3, Selasa, 3 Juni 2017, (Pukul: 12.20).
129
Ibu Dwi Rahayu juga mempunyai anak didik yang bermasalah dalam aspek kognitif. Ibu Dwi menerangkan dalam wawancara di bawah ini; “Anak dikelas ulun RZY yang bermasalah dalam hal kognitif, RZY lamban dalam memahami maksud pembicaraan ibu guru. Dia tidak bisa menerima instruksi lebih dari 1, jadi kalau ibu guru menginstruksikan A-B-C, dia akan langsung bingung dan salah tanggap. Sepertinya dia IQnya kurang dan memang masalah perkembangannya ini memang bawaan.” RZY termasuk anak yang pendiam, tetapi masih bisa berinteraksi dengan teman-temannya di kelas. RZY mempunyai masalah dalam kegiatan calistung dan mengaji ummi.
RZY mempunyai sangat sibuk sehingga tidak punya waktu untuk mengajak
RZY
untuk
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
menstimulus
kemampuan kognitif RZY. RZY yang terus diberikan pemahaman dan stimulus oleh Ibu Dwi Rahayu mengalami perubahan ketika RZY meminta mamanya untuk membelikan mainanmainan angka dan huruf dan meminta mamanya meluangkan waktu untuk mendampinginya belajar. RZY memang mempunyai IQ yang kurang, akan tetapi latihan-latihan yang dilakukannya mulai terlihat di akhir semester kedua. Kesabaran yang dijalani ibu guru dan orang tua RZY berbuah manis, RZY bisa mengkuti teman-teman yang lain dalam kemampuan dari aspek kognitif.14
d. Masalah dalam Aspek Bahasa Dalam aspek bahasa, yang menjadi masalah untuk beberapa anak di TKIT
14
10.40).
Wawancara dengan Ibu Dwi Rahayu, Guru Kelas A5, Rabu, 17 Mei 2017, (Pukul:
130
Ukhuwah Banjarmasin diantaranya adalah kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal. Anak sering menggunakan bahasa non verbal seperti isyarat mengangguk atau menggelang dan menunjuk sesuatu yang dia inginkan. Anak malas untuk mengungkapkan keinginan secara verbal kepada ibu guru atau teman sebayanya. Ini sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan, berikut paparan ibu Hamnah. “Kalau di kelompok ulun yang bermasalah dari aspek bahasa itu si IZJ bu, dia kalau ditakuni ibu guru pasti menjawabnya pakai bahasa isyarat aja. Mengangguk atau menggeleng. Kalau mau ke toilet paling manggatil ibu guru, ditunjuknya ke arah toilet. Mun ibu guru batakun tu paling bapadah “pipis” kaya itu pang bu ridha ae..mun lawan kawan tu kayaitu jua.. koler banar bapander, basuara tu paling mengaji lawan hafalan. Itu ja...”.15 Menurut observasi yang penulis lakukan, IJZ terlihat seperti anak kebanyakan, berbaur dengan yang lain dan melakukan kegiatan sentra seperti temannya yang lain. IJZ melihat pekerjaan temannya tetapi tanpa suara. Menulis, menggambar dan bermain diantara teman-temannya namun ketika diajak berbicara dengan temannya hanya menggelengkan kepala atau mengangguk. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, bahasa IJZ dibentuk dari lingkungan. Menurut keterangan dari ibu Hamnah, IJZ sulit mengungkapkan bahasa secara verbal adalah anak-anak dari orangtua yang kurang memperhatikan saat anak berbicara. Hal inilah melatar belakangi masalah pada IJZ, orangtuanya sibuk dan pendiam bahkan jarang menggunakan bahasa verbal saat meminta anak melakukan sesuatu.
15
Wawancara dengan Ibu Hamnah, Guru Kelas A4, Selasa, 16 Mei 2017, (Pukul: 12.10).
131
Ibu guru berusaha mengajak komunikasi IJZ dan teman-teman yang ain diminta untuk berteman dengan IJZ. Akan tetapi sikap diam IJZ tetap pada garis merah pada kemajuan perkembangan. Walaupun IJZ telah diberikan stimulus, IJZ ternyata memerlukan terapi wicara sedangkan sekolah tidak meyediakan itu. Karena orang tua merasa anaknya baik-baik saja, maka terapi pun tidak dilakukan dan IJZ tetap mengalami masalah yang sama.16 Selain itu dalam aspek bahasa, ada anak yang juga mengalami speech delay atau keterlambatan bahasa. Anak anak ini mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan lengkap, mereka hanya menyebut suku kata terakhir saja ketika berbicara.ini sesuai dengan wawancara terhadap ibu Nadiah. “MVL itu mengalami speech delay bu, kan kalu seumur dia seharusnya sudah lancar dalam berbahasa, sedangkan MVL itu bicaranya dengan suku kata yang ujung aja, ujung-ujunnya aja yang disambatnya. Misalnya kalu makan tu MVL bilangnya “kan” kaya itu ja”.
MVL baru duduk dikelas A, berdasarkan observasi penulis MVL kesulitan berkomunikasi dengan teman sebayanya karena bahasa yang terbatas. MVL jarang membaur dengan teman-temannya, anak yang berpostur kecil ini lebih memilih berteman dengan ibu guru karena teman-temannya sulit untuk memahami apa yang MVL maksud dalam berbicara.
Faktor lain yang melatar belakangi speech delay pada MVL adalah karena jarang berkomunikasi dengan teman atau orangtua, MVL hanya disuguhi Ipad dan game di dalam kamar. Oleh karena itu MVL hanya terbiasa dengan komunikasi
16
Observasi di Kelas A4, Selasa, 16 Mei 2017, (Pukul: 12.10).
132
satu arah dan tidak mengasah kemampuan berbahasanya dengan orangtua atau keluarganya. 17 MVL mulai menunjukkan kemajuan dalam kemampuan bahasanya karena ibu guru selalu meminta MVL mengulangi perkataannya dan selalu melontarkan pertanyaan kepada MVL. MVL mulai mandiri dan terakhir, MVL mulai mau mengungkapkan perasaannya secara verbal. e. Masalah dalam Aspek Moral dan Agama Aspek moral dan agama sangat penting bagi anak usia dini, pembentukan karakter yang baik akan melahirkan anak yang mempunyai etika dan sopan santun serta kesadaran beragama. Bagaimana jika anak bermasalah dalam aspek ini? Berikut paparan Ibu Amalia. “SM sering melontarkan perkataan-perkataan yang tidak pantas bu, kadang bersikap arogan dan mengancam temannya. Itu sudah menjadi kebiasaan dia dan itu bawaan dari karakter keluarga dan lingkungannya.” Sikap SM merupakan masalah dalam aspek moral dan agama yang dilatar belakangi oleh lingkungan keluarga jagoan, itu lah yang disampaikan oleh ibu guru Amalia. Sikap ayah yang sering menjadi contoh bagi SM membuat SM menjadikan itu imitasi dari sikapnya. Lingkungan keluarga yang arogan dan sering melontarkan kata-kata kasar dan jorok membuat SM merasa biasa dengan sikap dan kata-kata yang tidak sopan. Kata-kata yang sering diucapkan oleh SM adalah: Bungul, ku hantam ne, tampar kah?. 18
17
Wawancara dengan Ibu Nadiah, Guru Kelas A2, Selasa, 9Mei 2017, (Pukul: 10.10).
18
Wawancara dengan Ibu Amalia, Guru Kelas B5, Rabu, 7 Juni 2017, (Pukul: 10.30).
133
2. Layanan Yang Diberikan Terhadap Anak bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin Masalah yang dihadapi anak-anak berbeda-beda, dan memerlukan penanganan dan layanan yang berbeda juga. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah identifikasi dan diagnosis terhadap masalah anak dengan cara observasi dan home visit. Setelah diketahui aspek apa yang menjadi masalah anak, maka langkah berikutnya adalah Prognosis, treatment dan evaluasi tidak lanjut sebagai berikut: a. Layanan Masalah Dalam Aspek Sosial Emosional Untuk beberapa anak yang bermasalah dalam aspek sosial emosional adalah AZR, ALF dan BAY. Adapun layanan tersebut adalah sebagai berikut. AZR yang mempunyai emosi yang meledak-ledak diajak ibu guru untuk berbicara secara face to face. Ibu guru meminta anak untuk tenang dan mengendalikan emosinya dengan mengajak anak untuk beristighfar. Setelah anak tenang, ibu guru akan meminta anak untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi antara AZR dan temannya. Setelah permasalahannya jelas, si teman yang bersalah diminta untuk meminta maaf dan AZR diharapkan bisa memberi maaf temannya. Di depan keduanya ibu guru menjelaskan bahwa jika menghadapi sebuah masalah, marah bukanlah cara untuk menyelesaikannya. Silahkan selesaikan dengan saling memaafkan bukan dengan saling menyakiti. Setelah keduanya memahami apa yang ibu guru sampaikan, permasalahan tidak cukup sampai disitu saja. Ibu guru harus tetap mengingatkan AZR setiap kali dia tidak bisa menahan emosi yang dia rasakan. Begitulah yang diungkapan ibu Sri Hartati dalam wawancara di kelas B4.
134
Orangtua AZR sudah menyerah dengan sikap AZR, namun ibu Sri Hartati selalu meminta orangtua untuk melakukan hal yang sama jika AZR tidak bisa mengendalikan emosinya.19 Pada kasus ALF, ibu guru memberikan pengertian kepada anak tentang hukum sebab akibat, “Jika ALF memukul teman, temannya akan kesakitan. Kalau ALF mengganggu teman, temannya akan marah” begitu yang diungkapkan Ibu Anna Susilowati, S.Psi kepada ALF. ALF diharapkan mengerti dan memahami bahwa sikapnya dapat mengganggu temannya dan merupakan perlakuan yang tidak menyenangkan teman. Selain itu, ALF akan dianggap teman sebagai orang yang suka memukul dan mengganggu. Pemahaman ini selalu ditanamkan dan diingatkan kepada ALF agar ALF mulai memperbaiki sikapnya terhadap temannya. Ibu Anna juga melaporkan sikap ALF kepada kedua orangtuanya. Ibu Anna menyampaikan bahwa aturan dalam bersikap untuk ALF harus selalu diingatkan agar ALF bisa bersikap baik dan tidak mengganggu teman yang lain lagi.20 BAY yang masih duduk di kelas A diberikan layanan yang berbeda lagi dari dua kakak kelasnya. BAY diperlakukan oleh Ibu Apriyani, S.Hut, S.Pd sebagai anak yang khusus. BAY adalah PR besar untuk Ibu Apri (sapaan untuk ibu Apriyani), karena BAY harus terus dimotivasi dan diberi semangat. Ibu guru harus berusaha keras untuk membangkitkan kepercayaan diri BAY misalnya
19 20
10.30).
Wawancara dengan Ibu Sri Hartati, Guru Kelas B4, Senin, 7 Juni 2017, (Pukul: 12.30). Wawancara dengan Ibu Anna Susilowati, Guru Kelas B2, kamis, 30 Mei 2017, (Pukul:
135
dengan meminta BAY untuk duduk di depan, menjadi BAY sebagai contoh ketika BAY melakukan sesuatu yang baik. Setiap hari ibu Apri menyambut dan mengantar dengan pujian agar BAY selalu percaya bahwa dia juga seperti teman yang lain.21 b. Layanan Masalah Dalam Aspek Fisik Motorik Latihan dan stimulus harus terus diberikan kepada AZM karena dia jauh tertinggal dengan teman-teman yang lain. Kesulitan AZM dalam mengatur keseimbangan dan mengkoordinasikan mata dengan kaki/tangan menjadi PR Ibu guru yang berada di sentra olah tubuh. Ibu guru di sentra ini memberikan latihan yang lebih sering untuk AZM seperti berjalan di titian, memasukkan bola ke dalam gawang dan menangkap bola. Ibu guru memberikan pemahaman bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan membahayakan. Memberikan motivasi agar AZM bersemangat dalam mengikuti kegiatan. Ibu guru juga meminta temantemannya untuk memberikan tepuk tangan saat AZM menunjukkan kemajuan dalam perkembangan.22 Dalam hal aspek motorik halus SY diberikan Ibu Anna stimulus dengan meminta SY untuk bermain pasir atau playdough di sentra Bahan Alam. Bermain pasir dan playdough bertujuan untuk membuat tangan SY kuat dan bisa memegang pensil atau crayon dengan benar. SY juga diajak untuk sering menulis dan mewarna, ini bertujuan untuk mengasah kemampuan SY dalam aspek motorik
21
Wawancara dengan Ibu Apriyani, Guru Kelas A1, Rabu 3 Mei 2017, (Pukul: 12.20). Wawancara dengan Ibu Khatimatul Husna, Guru Kelas B2, Selasa 30 Mei 2017, (Pukul: 12.20). 22
136
halus. Ibu guru juga selalu memberikan support kepada SY agar mau melakukan latihan motorik halus.23 c. Layanan Masalah Dalam Aspek Kognitif Aspek kognitif menjadi hal yang sangat penting bagi kebanyakan orangtua, anak dianggap tidak berhasil jika aspek kognitif anak tidak mengalami kemajuan. Inilah yang terjadi pada BM, ibu Linda Hairati yang juga menjadi pendamping BM memberikan nasihat dan pengertian kepada BM untuk tidak membiasakan diri menonton TV dan bermain game di rumah tanpa batasan waktu. KRS juga diminta untuk menyediakan waktu untuk shalat, mengaji dan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. BM diberikan pujian jika BM mau melakukan apa yang ibu guru minta supaya BM semakin termotivasi untuk memperbaiki kebiasaannya. Untuk aspek kognitifnya, Ibu Anna meminta BM untuk belajar dan berusaha mengasah kemampuan kognitifnya di rumah dan di Sentra Persiapan. “BM hanya kurang stimulus aja bu sama kebiasaan nonton dan main gamenya pean-pelan harus dikurangi” Tutur Ibu Linda Hairati saat wawancara.24 Hal serupa juga dilakukan oleh ibu Dwi Rahayu, untuk memotivasi RZY Ibu Dwi harus selalu mengingatkan untuk belajar di rumah dan mengurangi nonton televisi dan bermain game. Semua anak di kelas diberikan pengarahan tentang bahaya menonton TV terlalu lama dan dampak buruk dari bermain game
11.20).
23
Wawancara dengan Ibu Jumiati, Guru Kelas A1, Selasa 3 Mei 2017, (Pukul: 9.20).
24
Wawancara dengan Ibu Linda Hairati, Guru Kelas B3, Selasa 3 Juni 2017, (Pukul:
137
tanpa batasan waktu. Dengan begitu RZY juga merasa perlu untuk melakukan apa yang Ibu Dwi katakana kepada teman-temannya yang lain.25 d. Layanan Masalah Dalam Aspek Bahasa IJZ kesulitan dalam mengungkapkan keinginan secara verbal, oleh karena itu ibu guru selalu mengajak IJZ untuk berkomunikasi, mengajak teman-temannya yang lain untuk menemani dan mengajak IJZ bermain dan berbicara. Ibu hamnah, S.Pd berusaha mengkondisikan keadaan agar IJZ merasa nyaman saat mengungkapkan perasaannya secara verbal. 26 Adanya model yang baik untuk dicontoh anak adalah hal penting dalam layanan ini, ketiadaan model yang baik menjadi sebab MVL mengalami speech delay. Ibu Nadiah sebagi guru kelas berusaha memberikan MVL latihan pengucapan dan penerapan dalam mempraktikkan bahasa atau ujaran yang benar dan tepat. Memberikan saran dan nasihat bahwa MVL harus berusaha untuk mengucapkan sesuatu dengan ujaran yang baik. “Kalau MVL bisa ngucapkan kata-kata dengan benar, MVL pasti mudah berkomunikasi dengan teman, bunda dan ayah” Begitu Ibu Nadiah memotivasi MVL. 27 e. Layanan Masalah Dalam Aspek Agama dan moral Dalam aspek agama dan moral, ibu guru menanamkan perilaku pembiasaan. Sebagai contoh seperti berdoa sebelum dan sesudah makan, mengucapkan salam saat masuk dan keluar kelas, berterima kasih jika
25
Wawancara dengan Ibu Linda Hairati, Guru Kelas B3, Selasa 3 Juni 2017, (Pukul:
26
Wawancara dengan Ibu Hamnah, Guru Kelas A4, Selasa, 16 Mei 2017, (Pukul: 12.10).
27
Wawancara dengan Ibu Nadiah, Guru Kelas A2, Selasa, 9Mei 2017, (Pukul: 10.10).
11.20).
138
memperoleh sesuatu, bersikap ramah, antri menunggu giliran, meminta tolong dengan baik dan mengikuti aturan main. Hal tersebut dilakukan setiap hari dan diingatkan secara berulang-ulang. Ini juga yang diterapkan ibu Amalia terhadap SM. SM harus selalu diingatkan untuk bersikap dan berkata dengan sopan, serta memperlakukan temannya dengan baik. SM diberikan layanan individu berupa nasihat dan penjelasan tentang dampak buruk dari perbuatan dan perkataan yang kurang sopan serta pentingnya berbuat baik dan berkata sopan. “Ibu guru harus mengingatkan terus bu, kalau ibu guru mendengar perkataan atau SM mengganggu temannya ibu guru harus langsung mengingatkan. Itu agar SM menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah” Karena orangtua tidak bisa diajak kerja sama, maka ibu guru meminta kepala sekolah untuk memberikan arahan kepada orangtua agar sikap anak tidak berkelanjutan dan merugikan teman-temannya. Kemudian, dari pihak manajemen mengajak orangtua untuk berbicara dalam satu pertemuan dengan ibu guru dan kepala sekolah. Kepala sekolah akan mengingatkan kembali komitmen orangtua saat menitipkan anaknya di TKIT Ukhuwah Banjarmasin bahwa akan bekerjasama dengan pihak sekolah dan membangun tumbuh kembang anak. 28 f. Koordinasi Orangtua dan Guru TKIT ukhuwah Banjarmasin menjalin silaturrahmi yang erat dengan orangtua. Koordinasi antara orangtua dan guru sangat dijaga, setiap hari ibu guru diwajibkan untuk mencek buku penghubung, memberi nilai dan menyampaikan 28
Wawancara dengan Ibu Amalia, Guru Kelas B5, Rabu, 7 Juni 2017, (Pukul: 10.30).
139
informasi penting tentang anak dan sekolah dibuku tersebut. Setiap minggu di buku penghung selalu ditempel hasil kemampuan anak selama satu minggu dan akan dikalkulasikan prestasi siswa dalam hal ibadah dan kegiatan anak dirumah. Orangtua harus mengisi buku penghubung setiap hari dan melaporkan kegiatan anak di rumah misalnya masalah shalat, mengaji dan kemandirian. Sebagai penghargaan untuk hasil belajar anak, anak akan diberikan stempel bintang dibuku penghubungnya, semakin banyak bintang berarti anak semakin hebat. Jika buku guru atau orangtua kesulitan mendeskripsikan sesuatu yang ingin disampaikan, ibu guru dan orangtua mempunyai kesempatan untuk bertemu dan berbicara ketika orangtua menjemput anak pulang karena ibu guru selalu menjaga anak-anak sampai orangtua menjemput anak-anak. Forum Silaturrahmi Orangtua Guru (FSOG) juga dapat menjadi tempat orangtua untuk menyampaikan aspirasi atau pendapatnya kepada ibu guru atau pihak manajemen sekolah. Orangtua mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk menjalin koordinasi dengan guru karena ayah-bunda dan guru sama-sama orangtua dan pembimbing bagi anak dan sekolah dan rumah merupakan tempat anak untuk belajar, tumbuh dan berkembang. 29 3. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Mempengaruhi Dalam Pelaksanaan Layanan Terhadap Anak Bermasalah di TKIT UKhuwah Banjarmasin a. Faktor Pendukung 1) Kegiatan Orientasi Dalam pelaksanaan Layanan Terhadap Anak bermasalah TKIT Ukhuwah
29
Wawancara dengan Ibu Dewi Sartika, Koordinator TKIT Ukhuwah Banjarmasin, Sabtu, 20 Mei 2017, (Pukul: 10.30).
140
Banjarmasin ada beberapa faktor pendukung, berikut paparan wawancara penulis dengan kepala sekolah dan beberapa guru. “Untuk meminimalisir masalah pada anak-anak bu, saat murid baru pertama masuk sekolah atau kalau kelas B baru melewati libur panjang kami melakukan masa orientasi yang bertujuan untuk melatih kemandirian anak. Jadi selama satu minggu anak di damping dan diarahkan oleh ibu guru bagaimana buang air sendiri, mencuci tangan dan makan secara mandiri. Ibu guru juga memberikan motivasi untuk anak-anak agar tetap semangat bersekolah dengan memberikan beberapa kegiatan menarik dan memberikan hadiah sebagai penghargaan mereka mau bersekolah dan mengikuti kegiatan.” Kegiatan orientasi diadakan setahun sekali dan untuk kelas A, orangtua diizinkan mendampingi anak namun tidak ikut melakukan kegiatan. Perlahanlahan anak harus belajar mandiri tanpa harus ditunggui oleh orangtuanya. Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh kelas baik itu kelas A ataupun kelas B.30 2) Penyetaraan Pendidikan dan Studi Banding Faktor pendukung lain yang dilakukan pihak manajemen adalah membekali para guru dengan keilmuan yang sejalan dengan kebutuhan sekolah untuk menghadapi masalah-masalah yang ada. Para guru dituntut untuk berpendidikan minimal S1 dan berlatar belakang pendidikan PAUD dan sekarang sudah 80% dari guru-guru sudah menyelesaikan pendidikan S1 PAUD. Selain tuntutan pendidikan, pihak manajemen juga memberikan dukungan untuk pengalaman dan pembekalan dalam aspek praktis. Pihak manajemen beserta para
30
Wawancara dengan Ibu Siti Komariah, Kepala Sekolah PAUD Ukhuwah Banjarmasin, Kamis, 4 Mei 2017, (Pukul: 10.40).
141
guru mengadakan sudi banding ke sekolah-sekolah di luar pulau Kalimantan yang memang punya kredibilitas yang bagus dan pantas dijadikan kiblat.31 3) Kerjasama Orangtua dalam Mendukung Perkembangan Anak. Orangtua adalah guru pertama dan rumah adalah sekolah terulung, oleh karena itu kerjasama yang diberikan orangtua dengan pihak sekolah sangat penting untuk sama-sama membantu anak tumbuh dan berkembang dengan tahapan yang seharusnya. Begitu ungkapkan yang disampaikan oleh ibu guru STR. Ibu guru NDH juga berpendapat; “kalau ibu guru kan Cuma ada disekolah setengah hari, sisanya anak kan ada di rumah… kalau orang tua mau bekerjasama di rumah, insya Allah perkembangan anak yang bermasalah bisa cepat diselesaikan.. kerjasama orang tua itu penting banget lho bu..” 4) Kegiatan Orangtua yang diadakan Manajemen Sekolah Menurut wawancara penulis dengan kepala sekolah, kegiatan tambahan orangtua yang dilaksanakan oleh pihak manajemen sekolah adalah Forum Silaturrahmi Orangtua Guru (FSOG), pembelajaran Alqur’an metode Ummi dan seminar parenting. Masing-masing kegiatan ini dijadwalkan oleh pihak manajemen, ada yang berupa kegiatan wajib dan ada kegiatan yang hanya direkomendasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan orangtua. Kegiatan FSOG dilaksanakan setiap bulan dan diwajibkan untuk seluruh orangtua murid. Kegiatan FSOG bertujuan untuk mempererat hubungan silaturrahmi antara orangtua dan guru serta antara sesama orangtua. Kegiatan ini diisi dengan acara sosialisasi dan materi-materi dengan tema yang berbeda-beda. 31
Wawancara dengan Ibu Yunia Ningsih, Staf Jum’at, 5 Mei 2017, (Pukul: 10.40).
TU PAUD Ukhuwah Banjarmasin,
142
Pembelajaran Al-Qur’an metode Ummi dilaksanakan bagi orangtua yang ingin belajar Al-Qur’an atau mempelajari metode Ummi yang digunakan para guru dalam pembelajaran Al-Qur’an untuk anak di kelas. Pembelajaran ini tidak bersifat wajib, hanya bagi orangtua yang berminat dan mendaftarkan diri kepada ibu guru atau pihak manajemen sekolah.32 Sedangkan seminar parenting diadakan satu kali dalam satu tahun, kegiatan ini biasanya mendatangkan narasumber ahli. Dengan adanya acara ini pihak manajemen ingin menfasilitasi orangtua untuk lebih mengenal dunia anak dan perkembangannya serta menambah wawasan orangtua tentang parenting. Acara ini dibuat lebih ekslusif dan lebih besar karena kedua orangtua dari murid diundang ke acara ini dan biasanya diadakan dihari sabtu dimana orangtua kebanyakan libur bekerja. 5) Sarana dan Prasarana TKIT Ukhuwah Banjarmasin merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang mempunyai sarana dan prasarana yang sangat lengkap. Setiap kelas mempunyai mainan yang cukup sebagai fasilitas untuk mengasa kemampuan anak. Menurut observasi penulis, TKIT Ukhuwah Banjarmasin mempunyai kolam renang sendiri untuk sentra olah tubuh, area yang luas serta kostum yang bervariasi untuk sentra bermain peran, media yang bermacam-macam untuk sentra persiapan, balok dengan berbagai bentuk untuk sentra balok dan alat-alat peraga yang lengkap untuk sentra bahan alam. Semua media yang telah disiapkan
32
Wawancara dengan Ibu Rahmiah, Kordinator Ummi PAUD Ukhuwah Banjarmasin, Sabtu, 6 Mei 2017, (Pukul: 10.40).
143
merupakan fasilitas pendukung dalam perkembangan kemampuan anak didik di TKIT Ukhuwah Banjarmasin. b. Faktor Penghambat 1) Ketidaksadaran Orang Tua dan Kesibukannya. Menurut wawancara yang penulis lakukan, kesadaran orangtua menjadi faktor penghambat dalam proses bimbingan terhadap anak yang bermasalah. Sebagian
orangtua
kurang
menyadari
pentingnya
pendampingan
dalam
perkembangan anak. Orangtua sangat berperan karena waktu anak lebih banyak di rumah daripada di sekolah. Berikut paparan dari ibu Fitriah: “Kadang orang tua kada mau repot bu mengajari anaknya untuk mandiri, orang tuanya melakukan apa yang menurutnya simple dan nyaman, walaupun sebenarnya kalau orang tua melayani anaknya terus, anaknya kada mau mandiri. Memang orang tua harus mujahadah pang kalau mau anaknya mandiri. Harus siap mamuntunginya”.33
Selain kesadaran, kesibukan juga menjadi kendala. Sebagai sekolah favorit dengan biaya pendidikan yang tergolong tinggi, tentu rata-rata anak-anak yang masuk ke TKIT Ukhuwah Banjarmasin adalah anak-anak yang berasal dari keluarga kalangan menengah ke atas. Banyak orangtua dari murid adalah orangtua yang sibuk bekerja dengan berbagai profesi yang digeluti. beberapa orangtua tidak mempunyai waktu untuk anaknya dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada pengasuh. Anak juga dibiarkan dengan mainan dan televisi agar tidak mengganggu kesibukan orangtua, sehingga anak tidak bisa mengasah kemampuan bahasanya karena jarang diajak komunikasi. 33
Wawancara dengan Ibu Fitriah, Guru Kelas B3, Kamis, 1 Juni 2017, (Pukul: 10.30).
144
2) Kebiasaan Anak Menonton TV dan Bermain Game Tanpa Batasan Waktu. Sebagai anak orang kaya, anak tentu saja diberikan fasilitas yang lengkap. Orangtua mungkin mempunyai niat yang baik dan memberikan semua fasilitas itu atas dasar rasa sayang, akan tetapi sebenarnya beberapa fasilitas yang diberikan belum waktunya diberikan kepada anak karena akan berdampak buruk pada perkembangan anak. Seperti memberikan kebebasan kepada anak untuk menggunakan Ipad, televisi dan DVD player. Ibu Dian Agustina menambahkan pada wawancara yang penulis lakukan. “Fasilitas di rumah itu kan bu dibatasi seperti TV sama DVD player, orang tua seharusnya mendampingi anak saat nonton. Tapi kalau orang tuanya sudah membebaskan, jadi anak terbiasa kalau pulang sekolah nonton atau main game”.34
C. Pembahasan Setelah disajikan data yang berkenaan dengan gambaran sikap dan perilaku anak bermasalah, layanan yang diberikan anak bermasalah serta faktor pendukung dan penghambat layanan tersebut. L:angkah selanjutnya yang akan dilakukan penulis adalah penganalisaan data tersebut untuk memberikan gambaran terhadap apa yang diinginkan dalam penelitian. 1. Sikap dan Perilaku Banjarmasin
Anak
Bermasalah
di
TKIT
Ukhuwah
a. Masalah dalam Aspek Sosial Emosional Berdasarkan paparan data di atas penulis menyimpulkan anak yang
34
10.40).
Wawancara dengan Ibu Dian Agustina, Guru Kelas B1, Kamis, 25 Mei 2017, (Pukul:
145
memiliki masalah dalam mengontrol emosi dan kurang mampu bersikap dengan baik ketika dia menghadapi masalah dengan teman sebayanya. AZR termasuk pendiam dan
yang
dia lebih suka bermain sendiri tanpa mau miliknya
diganggu serta paling tidak suka kalau ada yang mengganggu miliknya. Anak ini juga sulit dikendalikan kalau ada yang mengusik dan menggagu saat dia bermain. Dia seperti menyimpan perasaan marahnya sampai-sampai mukanya memerah. Ciri-ciri yang ditunjukkan anak seperti AZR termasuk anak dengan sifat agresi (aggression), Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginannya). 35 Faktor lingkup sosial dan situasional anak adalah stimulus pembentuk agresi. Semua perilaku tidak terkecuali agresif merupakan hasil dari proses belajar dari lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena AZR mendapatkan sikap tersebut dari ibunya, maka itu menjadi ingatan tersendiri dan menjadi memori yang mendalam. Contoh yang didapatkan AZR secara berulang-ulang di rumah tidak mudah untuk dihilangkan. Perkembangan yang akhirnya menunjukkan ke arah yang baik membuat AZR bersikap lebih terarah dalam mengendalikan emosi. AZR mampu mengatasi luapan kemarahan dan menjadikan dirinya model bagi ibunya. Pada akhirnya sedikit demi sedikit, ibu guru menjadikan AZR sebagai contoh sehingga ibunya akan merasa malu jika harus marah dengan luapan emosi yang meedak-ledak terlebih lagi jika itu dilihat oleh AZR. 35
Nugraha Ali. Metode Pengembangan Sosial Emosional, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2006) h. 2. 17
146
Sedangkan ALF, anak yang didampingi oleh ibu Anna Susilowati. ALF adalah anak yang kurang mengerti bagaimana cara bersosialisasi dengan temanteman sebayanya, dia kurang bisa menempatkan diri sesuai dengan perannya dalam berteman. Kesalahan dalam bergaul ini dikarenakan Alf kurang mendapatkan stimulus dan tidak mendapatkan contoh serta keadaan yang tidak biasa dia hadapi. Saat seorang anak terbiassa berteman dengan anak seusianya, maka dia akan lebih mengerti cara berteman dan bagaimana memposisikan teman dalam bergaul. ALFsering memukul temannya tanpa alasan, melakukan hal-hal yang bisa menarik perhatian orang lain misalnya dengan menyenggol teman atau mengambil mainan yang sudah dipilih oleh teman yang lain. Hal itu dilakukan ALF karena dia merasa bahwa ha itu tindakan yang menurutnya benar. Karena ALF memiliki latar belakang keluarga yang hangat dan perhatian, bahkan ALF serba dilayani untuk semua keperluannya hal ini membuat ALF kurang bertanggung jawab dan selalu merasa benar. Ada juga anak yang lain yang penulis dapati di kelas A, BAY sering murung kalau disebut kata ”mama”. Anak yang mengalami trauma mendalam sangat sulit untuk diatasi. Anak yang memiliki pengalaman-pengalaman hidp yang pahit akan membentuk karakter yang berbeda dari anak-anak normal yang lain, karena salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor psikologis: antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orangtuanya. Sebab lain ialah anak-anak dititipkan dalam institusionalia (rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi, dan lain-lain), sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniah dan kasih sayang. Anak-anak tersebut
147
mengalami innanitie psikis (kehampaan psikis), sehingga mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan fisik serta perkembangan intelegensi dan emosi. 36 Oleh karena itu BAY adalah salah satu anak yang mengalami masalah ini dan membutuhkan dukungan dari sekolah dan keluarga. Karena BAY memiliki keluarga baru yang lebih hangat, maka layanan yang diberikan sekolah dan guru mendapatkan apresiasi yang baik. BAY mulai menunjukkan perkembangannya dan kehampaan psikis yang dia rasakan berangsur hilang dan diganti dengan memori yang lebih membuatnya nyaman.
b. Masalah dalam aspek Fisik Motorik 1) Motorik Kasar Kemampuan motorik kasar yang dialami AZM berkaitan dengan kemampuan mengatur keseimbangan seperti melompat, berdiri di atas 1 kaki atau berjalan di titian. Tidak hanya masalah keseimbangan, masalah reaksi yang kurang cepat untuk gerakan komplek (seperti menangkap bola dan memasukkan bola ke gawang) dan koordinasi yang kurang baik antara mata dengan kaki/tangan juga menjadi masalah bagi AZM. Ini berarti AZM adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh
36
Kartini Kartono Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: . Mandar Maju, 2007), h. 19-20.
148
anak sampai saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis.37 AZM bermasalah pada aspek motorik kasar karena AZM hanya terbiasa bermain dirumah dan tidak pernah bermain diluar rumah serta
kurang
mendapatkan stimulus dan latihan fisik di lingkungan rumahnya. AZM belum terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan atau mata dan kaki. Perkembangan yang diperlihatkan AZM terlihat memuaskan walaupun tidak didukung kegiatan dirumah. Usaha ibu guru dan motivasi AZM menjadi pondasi yang kuat untuk AZM melatih dan mengasah kemampuannya dalam aspek fisik motorik kasar. 2) Motorik Halus Saat anak usia 4-6 tahun belum bisa menggambar bentuk bermakna dan mewarnai dengan rapi, itu adalah identifikasi bahwa anak bermasalah dalam aspek motorik halus. Hal ini sesuai dengan masalah motorik halus yang SY hadapi karena tangan SY sejak kecil belum terbiasa bermain tanah atau pasir. Stimulus yang SY hanya di sekolah, sedangkan di rumah tidak. Padahal seharusnya, perkembangan motorik halus anak di usia ini semakin meningkat. Pada saat ini, koordinasi mata-tangan anak semakin baik. Ia sudah seharusnya dapat menggunakan kemampuannya untuk mengurus dirinya dengan sedikit pengawasan orang dewasa. Ia mulai bias menyikat gigi, meyisir, 37
Rini Hildayani, dkk, Psikologi Perkembangan anak, (Banten: Universitas Terbuka, 2014), h. 3.22.
149
mengancingkan pakaian, membuka dan menutup risluiting, memakai sepatunya sendiri, serta makan menggunakan sendok dan garpu.
38
Hal itu lah yang tidak
dilakukan SY di rumah dan mulai dilakukan di sekolah. Motivasi SY untuk bisa menjadi motor penggerak perubahan SY. SY mulai bisa menggambar dan mewarnai dengan rapi setelah diberikan stumulus sesuai tahapan belajarnya.
c. Masalah dalam Aspek Kognitif BM adalah anak yang kemampuan kognitifnya tertinggal dari temannya. BM kurang berminat dengan kegiatan yang berhubungan dengan kognitif karena kurang menerima stimulus sedari kecil. BM kurang berminat karena kegiatan itu baginya sangat membosankan.pembelajaran atau permainan di sekolah bisa membuat anak tidak tertarik karena bagi anak, televise dan video game jauh ebih menarik dan membuat anak candu. Kebiasaan brmain video game akan membuat anak penasaran karena kalah dan kecanduan karena menang. Ini searah dengan pernyataan berikut: Although the research evidence is still limited, amount of video game play has been linked with a number of risk faktors for maladaptive development, obesity, and poorer academic performance.39 Kebiasaan bermain video game memang menjadi penyebab menurunnya kemampuan anak dalam aspek kognitif, membuat anak malas dan tidak tertarik dengan pembelajaran. Lain halnya dengan RZY, anak yang mempunyai masalah dalam aspek kognitif bawaan ini memang sejak lahir mempunyai masalah yang sama. Namun, 38
Rini Hildayani, Psikologi… , h. 3.22 Brent Slife, Taking Sides, Clashing Views on Psychological Issues, Fifteenth Edition,( New York: McGraw-Hill, 2008), h. 350. 39
150
masalah RZY ditambah dengan kesibukan orang tuanya yang kuranng menstimulus anak. Anak-anak dengan kemampuan kognitif yang lebih lamban disbanding teman-temannya dibentuk dan diolah dari lingkungan yang kurang mendukung terhadap kemampuan anak. Namun ada halnya masalah ini disebabkan oleh faktor bawaan sejak anak lahir.
Karena kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia berfikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada di pusat susunan saraf. 40Jika tidak mendapatkan stimulus yang baik, maka syaraf tidak akan berkembang maksimal. d. Masalah dalam Aspek Bahasa Dalam aspek bahasa, yang menjadi masalah untuk beberapa anak di TKIT Ukhuwah Banjarmasin diantaranya adalah kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal. Anak sering menggunakan bahasa non verbal seperti isyarat mengangguk atau menggelang dan menunjuk sesuatu yang dia inginkan. Anak malas untuk mengungkapkan keinginan secara verbal kepada ibu guru atau teman sebayanya.Ini sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan, berikut paparan ibu Hamnah.
IJZ memang terlihat seperti anak kebanyakan, berbaur dengan yang lain dan melakukan kegiatan sentra seperti temannya yang lain. IJZ melihat pekerjaan temannya tetapi tanpa suara. Menulis, menggambar dan bermain diantara teman-
40
Winda Gunarti, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Banten: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.37.
151
temannya namun ketika diajak berbicara dengan temannya hanya menggelengkan kepala atau mengangguk. Bahasa IJZ dibentuk dari lingkungan. Menurut keterangan dari ibu Hamnah, IJZ sulit mengungkapkan bahasa secara verbal adalah anak-anak dari orangtua yang kurang memperhatikan saat anak berbicara. Hal inilah melatar belakangi masalah pada IJZ, orangtuanya sibuk dan pendiam bahkan jarang menggunakan bahasa verbal saat meminta anak melakukan sesuatu. Selain itu dalam aspek bahasa, ada anak yang juga mengalami speech delay atau keterlambatan bahasa. Anak anak ini mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan lengkap, mereka hanya menyebut suku kata terakhir saja ketika berbicara.ini sesuai dengan wawancara terhadap ibu Nadiah. MVL baru duduk dikelas A,
MVL kesulitan
berkomunikasi dengan
teman sebayanya karena bahasa yang terbatas. MVL jarang membaur dengan teman-temannya, anak yang berpostur kecil ini lebih memilih berteman dengan ibu guru karena teman-temannya sulit untuk memahami apa yang MVL maksud dalam berbicara.
Faktor lain yang melatar belakangi speech delay pada MVL adalah karena jarang berkomunikasi dengan teman atau orangtua, MVL hanya disuguhi Ipad dan game di dalam kamar. Oleh karena itu MVL hanya terbiasa dengan komunikasi satu arah dan tidak mengasah kemampuan berbahasanya dengan orangtua atau keluarganya. Anak-anak yang bermasalah dalam aspek bahasa ini Salah satu penyebab yang tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan
152
mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.41 e. Masalah dalam Aspek Moral dan Agama Aspek moral dan agama sangat penting bagi anak usia dini, pembentukan karakter yang baik akan melahirkan anak yang mempunyai etika dan sopan santun serta kesadaran beragama. Sikap SM merupakan masalah dalam aspek moral dan agama yang dilatar belakangi oleh lingkungan keluarga jagoan, itu lah yang disampaikan oleh ibu guru ALM. Sikap ayah yang sering menjadi contoh bagi SM membuat SM menjadikan itu imitasi dari sikapnya. Lingkungan keluarga yang arogan dan sering melontarkan kata-kata kasar dan jorok membuat SM merasa biasa dengan sikap dan kata-kata yang tidak sopan. Tindak keagamaan dan moral yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan shalat, misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat realitas di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal anak merupakan modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak. 42
2. Layananan Yang diberikan Terhadap Anak Bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin Secara keseluruhan layanan yang diberikan oleh pihak sekolah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin berawal identifikasi dan diagnosis terhadap masalah anak dengan cara observasi dan home visit. Proses identifikasi ini berjalan sejak masa 41
Rini Hildayani, Psikologi… h. 7.26.
42
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 63-64.
153
orientasi anak, guru akan mengidentifikasi anak berdasarkan hasil observasi dikelas dan dalam kegiatan sentra-sentra. Sementara kegiatan identifikasi berjalan, guru dan pihak manajemen menjadwalkan kegiatan home visit untuk memperkuat diagnosis terhadap masalah anak. Setelah diketahui aspek apa yang menjadi masalah anak, maka langkah berikutnya adalah Prognosis sebagai arahan penyelesaian masalah pada anak. Hal ini pun tidak luput dari pengawasan pihak manajemen dan kepala sekolah, jika diperlukan pihak sekolah akan mendatangkan tenaga ahli agar kegiatan treatment yang selanjutnya akan dilakukan lebih terarah dan tepat sasaran. Semua rangkaian kegiatan tidak selesai begitu saja, evaluasi tidak lanjut akan dilakukan ntuk mengukur perkembangan yang terjadi terhadap anak bermasalah diTKIT ukhuwah Banjarmasin. Ini menunjukkan bahwa proses yang dilakukan sudah berutan sesuai dengan ketentuan bahwa Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah, yaitu : (1) Identifikasi masalah, (2) Diagnosis, (3) Prognosis, (4) Treatment, dan (5) Evaluasi tindak lanjut.
43
adapun layanan di TKIT Ukhuwah Banjarmasin di kategorikan ke dalam beberapa aspek sebagai berikut: a.
Layanan Masalah Dalam Aspek Sosial Emosional
Untuk beberapa anak yang bermasalah dalam aspek sosial emosional seperti yang terjadi dengan AZR, ALF dan BAY ibu guru akan memberikan layanan individu. Adapun layanan tersebut adalah sebagai berikut. AZR yang mempunyai emosi yang meledak-ledak diajak ibu guru untuk berbicara secara face to face. Ibu guru melakukam mediasi kepada keduanya. Di 43
Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, Bimbingan dan Konseling PAUD, (Remaja Rosdakarya: Bandung, 2016), h. 204
154
depan keduanya ibu guru menjelaskan bahwa jika menghadapi sebuah masalah, marah bukanlah cara untuk menyelesaikannya. Silahkan selesaikan dengan saling memaafkan bukan dengan saling menyakiti. Setelah keduanya memahami apa yang ibu guru sampaikan, permasalahan tidak cukup sampai disitu saja. Ibu guru harus tetap mengingatkan AZR setiap kali dia tidak bisa menahan emosi yang dia rasakan. Orangtua AZR sudah menyerah dengan sikap AZR, namun Ibu Sri Hartati selalu meminta orangtua untuk melakukan hal yang sama jika AZR tidak bisa mengendalikan emosinya. Sikap yang diambil oleh ibu Sri Hartati sudah sesuai dengan bimbingan yang seharusnya, namun karena ibu guru harus menghadapi banyak anak, maka fokus bimbingan tidak bisa hanya kepada AZR. Ditambah sikap orangtua yang cuek dan tidak ambil pusing membuat anak semakin tidak terkontrol. Bimbingan yang dilakukan belum menyeluruh karena orang tua dan guru belum mempunyai tujuan yang searah. Hal ini sebagaimana dalam prinsip-prinsip bimbingan konseling di PAUD yang menyatakan bahwa penyampaian permasalahan anak kepada orangtua hendaknya menciptakan situasi aman dan menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman. 44 Pada kasus ALF, ibu guru memberikan pengertian kepada anak tentang hukum sebab akibat, “Jika ALF memukul teman, temannya akan kesakitan. Kalau ALF mengganggu teman, temannya akan marah” kata-kata yang seperti ini yang biasa diucapkan kepada ALF agar anak mempunyai kesadaran terhadap sikap dan 44
Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 12.
155
perbuatan yang dia lakukan. ALF diharapkan mengerti dan memahami bahwa sikapnya dapat mengganggu temannya dan merupakan perlakuan yang tidak menyenangkan teman. Selain itu, ALF akan dianggap teman sebagai orang yang suka memukul dan mengganggu. Pemahaman ini selalu ditanamkan dan diingatkan kepada ALF agar ALF mulai memperbaiki sikapnya terhadap temannya. Melaporkan sikap ALF kepada kedua orangtuanya adalah bentuk kerja sama antara orang tua dan guru.guru harus menyampaikan bahwa aturan dalam bersikap untuk ALF harus selalu diingatkan agar ALF bisa bersikap baik dan tidak mengganggu teman yang lain lagi. ALF adalah anak dengan tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi, atau bersikap bossiness. 45 Adapun sikap yang diambil Ibu Anna merupakan langkah awal yang tepat, nasehat dan pemahaman anak memang harus dilakukan agar anak mendapatkan pengertian yang lurus. Anak menyadari sikap yang baik dan yang tidak baik. Akan tetapi kondisi rumah juga harus membuat ALF merasa berkuasa akan membuat bimbingan terhadap anak menjadi rumit. BAY yang diberikan layanan berbeda lagi dari dua kakak kelasnya. BAY diperlakukan oleh Ibu Apriyani, sebagai anak yang khusus. BAY adalah PR besar untuk Ibu Apri (sapaan untuk ibu Apriyani), karena BAY harus terus dimotivasi dan diberi semangat. Ibu guru harus berusaha keras untuk membangkitkan
45
Nugraha Ali. Metode …, h. 2. 17
156
kepercayaan diri BAY misalnya dengan meminta BAY untuk duduk di depan, menjadi BAY sebagai contoh ketika BAY melakukan sesuatu yang baik. Setiap hari ibu Apri menyambut dan mengantar dengan pujian agar BAY selalu percaya bahwa dia juga seperti teman yang lain. Ibu Apriyani sudah berusaha maksimal dalam layanan individu terhadap BAY. BAY mendapatkan motivasi yang sesuai dengan kebutuhannya dalam hal bimbingan dan ini sejalan dengan bimbingan pribadi dan sosial, ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik. Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.46 b. Layanan Masalah Dalam Aspek Fisik Motorik Latihan dan stimulus harus terus diberikan kepada AZM karena dia jauh tertinggal dengan teman-teman yang lain. Kesulitan AZM dalam mengatur keseimbangan dan mengkoordinasikan mata dengan kaki/tangan menjadi PR Ibu guru yang berada di sentra olah tubuh. Ibu guru di sentra ini memberikan latihan yang lebih sering untuk AZM seperti berjalan di titian, memasukkan bola ke dalam gawang dan menangkap bola. Ibu guru memberikan pemahaman bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan membahayakan. Memberikan motivasi agar AZM bersemangat dalam mengikuti kegiatan. Ibu guru juga meminta temantemannya untuk memberikan tepuk tangan saat AZM menunjukkan kemajuan dalam perkembangan.Pemberian latihan, stimulus dan motivasi adalah hal yang 46
Sulistyarini dan Muhammad Jauhar, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2014), h.25.
157
diperlukan oleh AZM, namun sikap lamban AZM menjadi kendala bagi ibu guru dalam bimbingan ini. Lingkungan AZM di rumah yang menjadi anak emas nenek membuat perkembangan AZM tidak berjalan maksimal. Karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.47 Dalam hal aspek motorik halus SY diberikan stimulus dengan meminta SY untuk bermain pasir atau playdough di sentra Bahan Alam. Bermain pasir dan playdough bertujuan untuk membuat tangan SY kuat dan bisa memegang pensil atau crayon dengan benar. SY membutuhkan latihan dan rutinitas yaitu melakukan sesuatu secara berulang yang merupakan menjadi kesenangan tersendiri bagi anak usia dini. Mereka cenderung tidak pernah bosan melakukan secara berulang apa yang membuat mereka tertarik dan senang. Pengulangan ini merupakan latihan bagi anak untuk memiliki keterampilan.48 SY juga diajak untuk sering menulis dan mewarna, ini bertujuan untuk mengasah kemampuan SY dalam aspek motorik halus. Ibu guru juga selalu memberikan support kepada SY agar mau melakukan latihan motorik halus.
47 47
48
Kartini Kartono, Psikologi …, h.19.
Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 2.
158
c. Layanan Masalah Dalam Aspek Kognitif Aspek kognitif menjadi hal yang sangat penting bagi kebanyakan orangtua, anak dianggap tidak berhasil jika aspek kognitif anak tidak mengalami kemajuan. Inilah yang terjadi pada BM, ibu guru yang juga menjadi pendamping BM memberikan nasihat dan pengertian kepada BM untuk tidak membiasakan diri menonton TV dan bermain game di rumah tanpa batasan waktu. KRS juga diminta untuk menyediakan waktu untuk shalat, mengaji dan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. BM diberikan pujian jika BM mau melakukan apa yang ibu guru minta supaya BM
semakin termotivasi untuk memperbaiki
kebiasaannya. Untuk aspek kognitifnya, Ibu Anna meminta BM untuk belajar dan berusaha mengasah. Hal serupa juga dilakukan untuk memotivasi RZY yang harus selalu diingatkan untuk belajar di rumah dan mengurangi nonton televisi dan bermain game. Semua anak di kelas diberikan pengarahan tentang bahaya menonton TV terlalu lama dan dampak buruk dari bermain game tanpa batasan waktu. Dengan begitu RZY juga merasa perlu untuk melakukan apa yang Ibu guru katakana dan tekankan kepada teman-temannya yang lain. Ini sesuai dengan pernyataan bahwa pelayanan yang diberikan secara umum mengikuti pola perkembangan anak usia dini yang pada dasarnya adalah sama, namun perlu disadari bahwa tiap-tiap anak memiliki keunikannya sendirisendiri. Bahkan meskipun anak tersebut kembar. keunikan ini dapat berasal dari faktor genetis maupun berasal dari faktor lingkungan anak. Guru sebagai pendidik
159
harus benar-benar memahami hal ini sehingga guru dapat memahami kebutuhan tiap-tiap anak dalam pembelajarannya.49 d. Layanan Masalah Dalam Aspek Bahasa IJZ kesulitan dalam mengungkapkan keinginan secara verbal, oleh karena itu ibu guru selalu mengajak IJZ untuk berkomunikasi, mengajak teman-temannya yang lain untuk menemani dan mengajak IJZ bermain dan berbicara. Ibu hamnah, S.Pd berusaha mengkondisikan keadaan agar IJZ merasa nyaman saat mengungkapkan perasaannya secara verbal. Adanya model yang baik untuk dicontoh anak adalah hal penting dalam layanan ini, ketiadaan model yang baik menjadi sebab MVL mengalami speech delay. Ibu Nadiah sebagi guru kelas berusaha memberikan MVL latihan pengucapan dan penerapan dalam mempraktikkan bahasa atau ujaran yang benar dan tepat. Memberikan saran dan nasihat bahwa MVL harus berusaha untuk mengucapkan sesuatu dengan ujaran yang baik. Pelayanan yang diberikan berdasarkan teori yang mngatakan bahwa kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orangtua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang berkembang sangat pesat dan cepat.50
49
Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: UniversitasTerbuka, 2011), h. 1.4. 50
Rini Hildayani, dkk, Psikologi …, h. 7.26-7.29.
160
e. Layanan Masalah Dalam Aspek Agama dan moral Dalam aspek agama dan moral, ibu guru menanamkan perilaku pembiasaan. Sebagai contoh seperti berdoa sebelum dan sesudah makan, mengucapkan salam saat masuk dan keluar kelas, berterima kasih jika memperoleh sesuatu, bersikap ramah, antri menunggu giliran, meminta tolong dengan baik dan mengikuti aturan main. Hal tersebut dilakukan setiap hari dan diingatkan secara berulang-ulang. Ini juga yang diterapkan ibu guru terhadap SM. SM harus selalu diingatkan untuk bersikap dan berkata dengan sopan, serta memperlakukan temannya dengan baik. SM diberikan layanan individu berupa nasihat dan penjelasan tentang dampak buruk dari perbuatan dan perkataan yang kurang sopan serta pentingnya berbuat baik dan berkata sopan. Karena orangtua tidak bisa diajak kerja sama, maka ibu guru meminta kepala sekolah untuk memberikan arahan kepada orangtua agar sikap anak tidak berkelanjutan dan merugikan teman-temannya. Tindakan yang diambil ibu guru sudah tepat karena anak harus mendapat contoh dan model yang tepat untuk dicontoh baik itu disekolah ataupun dirumah. f. Koordinasi dengan Orangtua Koordinasi orangtua dan guru menggunakan buku penghubung. Buku penghubung sudah mewakili komunikasi yang baik karena sudah mencakup kegiatan dan pembiasaa anak di rumah dan di sekolah. Selain itu keterbukaan sekolah terhadap orangtua memudahkan orangtua untuk mengkomunikasikan keadaan anak didik. Terlebih lagi dengan adanya FSOG yang diadakan secara
161
rutin, koordinasi ini tetap terjaga dan berlangsung secara berkelanjutan. Namun kendala yang dihadapi adalah ketika orang tua tidak mengisi buku penghubung atau bahkan buku penghubung hanya diisi oleh pengasuh. Membaca dan mengisi buku penghubung memerlukan waktu khusus, akan tetapi media penghubung yang disiapkan sekolah ini disediakan agar orangtua mengetahui perkembangan anak di sekolah dan melaporkan kegiatan anak di rumah. Karena dalam melaksanakan kegiatan bimbingan, orangtua hendaknya diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya di rumah.51 3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Layanan Terhadap Anak Bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan layanan terhadap anak bermasalah di TKIT Ukhuwah Banjarmasin sangat banyak, yaitu: kegiatan orientasi, penyetaraan dan studi banding, kerjasama orangtua mendukung perkembangan anak, kegiatan orangtua yang diadakan manajemen sekolah serta sarana dan prasarana yang lengkap. Ini semua menunjukkan bahwa layanan yang diberikan mempunyai banyak penunjang untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Faktor-faktor pendukung tersebut dilaksanakan secara kontinu dan selalu diadakan penataan ulang atau direfresh jika kegiatan atau pelaksanaan yang termasuk dalam faktor pendukung tersebut menurun atau mulai mengalami kemunduran presentasi. Semua faktor pendukung itu akan menjadi pondasi dalam pelaksanaan bimbingan. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan 51
Ahmad Susanto, Bimbingan …, h. 12.
162
kemampuan yang dimiliki guru atau pendamping sebagai pelaksanaan bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu di tindak lanjuti, dan guru pembimbing harus mengonsultasi kepada kepala sekolah dan tenaga ahli.
52
Hal ini dilakukan agar
bimbingan mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kesadaran dan kesibukan orangtua serta kebiasaan anak menonton TV dan bermain game tanpa batasan waktu. Faktor penghambat ini yang menjadi momok yang kadang menghalangi anak untuk menghadapi masalah yang ada. Namun jika pihak manajemen mampu menghadapi dan meminimalisir hambatan ini, maka bimbingan akan berjalan dengan lancar. Faktor penghambat harusnya menjadi batu loncatan untuk bisa lebih meningkatkan kualitas layanan terhadap anak bermasalah di PAUD.
52
Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 12.