BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo dilaksnakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 21 Mei 2012 sedangkan siklus II dilaksnakan pada hari Jum’at, 25 Mei 2012 dengan alokasi waktu masing-masing 2 jam pelajaran ( 2x35 menit ). Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar sebanyak 26 orang. 4.1.1. Observasi Awal Pada kegiatanobservasi awal ditemukan permasalahan yaitu kemampuan berbicara siswa masih sangat rendah, sebagaimana terlihat pada hasil observasi awal. Karena pada pelafalan, intonasi, dan ketepatan kalimat masih terdapat kekurangan. Maka dilakukan beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemantauan dan evaluasi.
a. Tahap Perencanaan Hasil pengamatan kegiatan penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas III, dengan alokasi waktu (2 x 35) dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar sebanyak 26 siswa. Peneliti yang dibantu oleh guru kelas mempersiapkan segala hal yang mendukung proses pembelajaran seperti RPP dan materi. b. Tahap pelaksanaan. Pengamatan awal ini dilaksanakan pada bulan Februari, peneliti ini yang dibantu oleh seorang guru kelas dalam penelitian, peneliti menjelaskan materi, selanjutnya peneliti membacakan sebuah dongeng di depan kelas, kemudian siswa menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri. c. Tahap pemantauan dan evaluasi. Hasil pemantauan peneliti dalam penelitian menunjukan bahwa secara umum hasil belajar siswa masih kurang. Karena sebagian besar siswa belum mampu menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri dari segi pelafalan, intonasi dan ketepatan kalimat.
Untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa kelas III dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil Observasi Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas III SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo NO
ASPEK YANG DIAMATI
KRITERIA
JUMLAH
PERSENTASE
T
TT
SISWA
T
TT
1
Pelafalan
10
16
26
38,4%
61,5%
2
Intonasi
14
12
26
53,8%
46,1%
3
Ketepatan Kalimat
11
15
26
42,3%
57,6%
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara siswa Kelas III SDN No. 87 Kota Tengah Kota Gorontalo pada aspek pelafalan, dari 26 orang siswa kelas III hanya terdapat 10 orang siswa atau 38,4% yang tepat, dan yang tidak tepat ada 16 orang atau 61,5%. Pada aspek intonasi, dari 26 orang siswa kelas III ada 14 orang siswa atau 53,8% yang tepat, dan yang tidak tepat ada 12 orang atau 46,1%. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat, ada 11 orang siswa kelas III yang tepat, dan yang tidak tepat ada 15 orang atau 57,6%. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum optimal dan belum berhasil, maka peneliti perlu melanjutkan penelitian ini pada siklus I dengan menggunakan model Numbered Head Together.
4.1.2 Siklus 1 Tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2012, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar sebanyak 26 orang. Pelaksanaan penelitia ini mengacu pada prosedur penelitian yang meliputi tahap-tahap berikut. a. Tahap Perencanaan Untuk melaksanakan tindakan pada siklus 1, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Adapun hal-hal yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah ( 1 ) Melakukan koordinasi dengan guru mitra dan kepala sekolah dalam hal mempersiapkan penelitian. ( 2 ) Membuat RPP, ( 3 ) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian, ( 4 ) Mepersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang dipakai untuk menunjang proses belajar mengajar siswa. b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
mengimplementasikan
skenario
pembelajaran sebagai berikut. a.
Menjelaskan dipelajari
materi
yang
akan
Dalam pelaksanaan tindakan, guru terlebih dahulu menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu tentang dongeng. Sehingga siswa bisa mengetahui materi apa yang akan dipelajari. b. Membagi siswa dalam kelompok Setelah guru menjelaskan materi, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian guru membagikan LKS berupa teks dongeng pada setiap kelompok. c. Membagi nomor pada setiap kelompok Setiap siswa pada masing-masing kelompok diberikan nomor. Nomor tersebut akan dipegang atau diingat oleh setiap siswa, karena pada saat presentasi, siswa akan dipanggil berdasarkan nomor yang telah diberikan. d. Mengamati siswa dalam kelompok Guru mendatangi masing-masing kelompok untuk mengamati siswa yang sedang membaca dongeng, yang kemudian akan diceritakan kembali di depan kelas dengan kata-kata sendiri. e. Menilai setiap siswa yang sedang menceritakandongeng Saat siswa menceritakan kembali isi dongeng di depan kelas, guru menilai kemampuan siswa dalam berbicara baik dari segi pelafalan, intonasi, dan ketepatan kalimat. Sehingga bisa diketahui kekurangan siswa dalam setiap aspek yang dinilai.
c.
Tahap Pemantauan Dan Evaluasi Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dalam proses belajar mengajar
pada siklus I dapat dilihat pada tabel perolehan hasil belajar siswa yang dilaksanakan oleh peneliti di kelas III SDN 87 Kota Tengah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil PengamatanKemampuan Berbicara Dengan Model Numbered Head Together Dari Aspek Siswa Pada Siklus I
NO
ASPEK YANG DIAMATI
KRITERIA
JUMLAH
PERSENTASE
T
TT
SISWA
T
TT
1
Pelafalan
19
7
26
73,0%
26,9%
2
Intonasi
20
6
26
76,9%
23,0%
3
Ketepatan Kalimat
18
8
26
69,2%
30,7%
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan pada aspek pelafalan, dari 26 siswa ada 19 orang siswa atau 73,0% yang tepat dan 7 orang siswa atau 26,9% yang tidak tepat. Aspek intonasi, dari 26 siswa ada 20 orang siswa atau 76,9% yang tepat dan 6 orang atau 23,0% yang tidak tepat. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat,
dari 26 siswa ada 18 orang atau 69,2% yang tepat, dan ada 8 orang atau 30,7% yang tidak tepat.
4.1.3 Refleksi Refleksi ini dilakukan untuk melihat hasil pengamatan aspek-aspek kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan isi dongeng. Namun berdasarkan hasil pengamatan dan kondisi obyektif yang ditunjang dengan capaian yang diperoleh siswa bahwa masih perlu upaya perbaikan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya siswa yang belum menguasai beberapa aspek berbicara antara lain pelafalan, intonasi dan ketepatan kalimat yang belum tepat. Dari hasil uraian pada siklus I, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum optimal dan belum berhasil, maka perlu dilanjutkan pada siklus II dengan menggunakan model Numbered Head Together. 4.1.4 Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan tindakan lanjutan dari siklus I yang didasarkan pada hasil refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pada siklus I, namun pada siklus II ini lebih memperhatikan aspek-
aspek yang memerlukan perbaikan pada siklus I, baik aspek pelafalan, intonasi, maupun ketepatan kalimat. Pelaksanaan siklus II ini mengacu pada tahap-tahap berikut ini.
a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan kegiatan perbaikan untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui selama proses pembelajaran pada siklus I dengan melakukan variasi kegiatan pada siklus II. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini mengacu pada skenario pembelajaran yang telah ditetapkan dengan memperhatikan aspek-aspek yang memerlukan perbaikan. Guru lebih memfokuskan pada kendala-kendala yang dialami siswa pada siklus 1. Siklus II ini dilaksanakan lebih optimal, yang diawali dengan menceritakan isi dongeng sebagai contoh, kemudian siswa menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri. Dan pada akhir pelajaran, guru menilai aspek pelafalan, intonasi, dan ketepatan kalimat. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini guru melakukan perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada tahap siklus I yang masih dianggap kurang.
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan tindakan siklus II yang telah dilaksanakan, hasil pembelajaran terlihat baik. Untuk lebih jelasnya perolehan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel siklus II dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Model Numbered Head Together dari Aspek Siswa Pada Siklus 2
NO
ASPEK YANG DIAMATI
KRITERIA
JUMLAH
PERSENTASE
T
TT
SISWA
T
TT
1
Pelafalan
24
2
26
92,3%
7,69%
2
Intonasi
25
1
26
96,1%
3,84%
3
Ketepatan Kalimat
24
2
26
92,3%
7,69%
Dari tabel di atas dapat diuraikan pada aspek pelafalan, dari 26 siswa ada 24 orang siswa atau 92,3% yang tepat dan 2 orang atau 7,69% yang tidak tepat. Pada aspek intonasi, dari 26 siswa ada 25 orang atau 96,1% yang tepat dan 1 orang atau 3,84% yang tidak tepat. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat, dari 26 siswa ada 24 orang atau 92,3% yang tepat dan 2 orang atau 7,69% yang tidak tepat. Dari hasil yang diperoleh pada siklus II ini terlihat bahwa telah terjadi peningkatan yang diharapkan,kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I tidak nampak, yang nampak adalah hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan.
4.1.5 Refleksi Setelah diproses dari hasil penelitian pada tabel siklus II di kelas III SDN 87 Kota Tengah maka disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berhasil mengalami peningkatan dengan menggunakan Model Numbered Head Together serta strategi pembelajaran sebagai berikut: 1. Adanya motivasi belajar siswa 2. Model yang digunakan guru sudah tepat 3. Adanya minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam materi dongeng. 4.2 Pembahasan Kegiatan penilaian melalui lembar observasi yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, jika mencapai 75% dari jumlah siswa yang sudah menunjukkan kriteria baik, penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika mencapai persentase tersebut. Pada observasi awal penelitian mendapatkan data tentang kemampuan berbicara siswa. Aspek pelafalanada 10 orang atau 38,4% yang tepat dan ada 16 orang atau 61,5% yang tidak tepat. Aspek intonasi ada 14 orang atau 53,8% yang tepat dan ada 12 orang atau 46,1% yang tidak tepat. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat ada 11 orang atau 42,3% yang tepat dan ada 15 orang atau 57,6% yang tidak tepat.
Dari hasil observasi awal ini dapat dikatakan kemampuan berbicara siswa sangat rendah. Oleh karena itu berdasarkan kesepakatan bersama
dilakukan
beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa. Strategi yang dilakukan adalah : 1. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar bisa lebih aktif dalam pembelajaran 2. Memberikan perhatian dan bimbingan kepada siswa Berdasarkan strategi tersebut, penelitian ini menunjukkan hasil yaitupada siklus 1. Aspek pelafalan ada 19 orang atau 73.0% yang tepat dan ada 7 orang atau 26,9% yang tidak tepat. Aspek intonasi ada 20 orang atau 76,9% yang tidak tepat dan ada 6 orang atau 23,0% yang tidak tepat. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat ada 18 orang atau 69,2% yang tepat dan ada 8 orang atau 30,7% yang tidak tepat. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1, masih terdapat beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Dengan melihat kekurangan siswa pada siklus 1, maka pada siklus 2 lebih ditekankan lagi sehingga hasil menunjukkan untuk aspek pelafalan ada 24 orang atau 92,3% yang tepat dan ada 2 orang atau 7,69% yang tidak tepat. Aspek intonasi ada 25 orang atau 96,1% yang tepat dan 1 orang atau 3,84% yang tidak tepat. Sedangkan pada aspek ketepatan kalimat ada 24 orang atau 92,3% yang tepat dan ada 2 orang atau 7,69% yang tidak tepat.
Dengan melihat hasil pencapaian berdasarkan aspek-aspek penilaian dalam menceritakan isi dongeng, maka dapat dikatakan kemampuan berbicara siswa kelas III meningkat, oleh karena itu tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya. Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa pada kemampuan berbicara siswa melalui model Numbered Head Together di kelas III SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah siswa yang sudah mampu pada observasi awal berjumlah 10 orang atau 38,4% dari 26 siswa. Setelah dilakukan kegiatan tindakan pada siklus 1 menjadi 16 orang atau 61,5% dari 26 siswa dan pada siklus II menjadi 24 orang atau 92,3% dari 26 siswa. Dengan demikian, hipotesis tindakan “ jika dalam pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together maka kemampuan berbicara pada siswa kelas III SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat “. Hal ini terbukti setelah melalui penelitian tindakan kelas kemampuan berbicara siswa meningkat. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa jika dalam pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together maka kemampuan berbicara siswa pada kelas III SDN No 87 Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat “ Diterima“.