BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas. 1. Uji Normalitas Sebaran. Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test yang dikatakan normal jika p = 0,05. Hasil uji normalitas sebaran terhadap ketiga variabel akan dijelaskan sebagai berikut. a. Hasil uji normalitas sebaran variabel kecenderungan kenakalan remaja, nilai KSZ adalah 1,144 dengan p= 0,146 = 0,05 termasuk kategori normal. b. Hasil uji normalitas sebaran variabel persepsi keharmonisan keluarga, nilai KSZ adalah 0,595 dengan p= 0,870 = 0,05 termasuk kategori normal.
60
61
c. Hasil uji normalitas sebaran variabel konsep diri, nilai K-SZ adalah 0,695 dengan p= 0,719 = 0,05 termasuk kategori normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini (dalam lampiran halaman 113-114).
Variabel Kenakalan Remaja Keharmonisan Keluarga Konsep Diri
Tabel 8 Uji Normalitas K-SZ 1,144 0,595 0,695
P 0,146 0,870 0,719
Keterangan Normal Normal Normal
2. Uji Linieritas. Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung, selain itu uji linieritas ini juga diharapkan dapat mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah linier (Hadi 2000). Setelah dilakukan analisis statistik uji linearitas ternyata terdapat 13 outlier. Oleh karena itu outlier tersebut perlu dihilangkan untuk memperoleh data linear. Dengan demikian subjek yang terpakai menjadi 104 siswa. Berdasarkan hasil pengujian linieritas variabel kecenderungan kenakalan remaja dengan persepsi terhadap keharmonisan keluarga diperoleh nilai F= 1,062 dengan p= 0,405 > 0,05 adalah linear. Kecenderungan kenakalan remaja dengan konsep diri diperoleh nilai F= 1,566 dengan p= 0,077 > 0,05 adalah linear. Berdasarkan uji linieritas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa asumsi linier
62
dalam penelitian ini terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini (dalam lampiran halaman 115-117).
Variabel Kenakalan remaja dengan Keharmonisan keluarga Kenakalan remaja dengan konsep diri
Tabel 9 Uji Linearitas F P 1,062 0,405 1,566
0,077
Keterangan Linear Linear
A. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi data pokok yang disajikan adalah perbandingan rerata empiris dan rerata hipotesis penelitian dan distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu. Rerata empiris diperoleh dari respon subjek, sedangkan rerata hipotesis diperoleh dari rerata yang kemungkinan diperoleh subjek atas jawaban skala yang diberikan. Dalam penelitian ini skala yang diberikan adalah skala kecenderungan kenakalan remaja, skala persepsi keharmonisan keluarga dan skala konsep diri, selain tujuan di atas, deskripsi data juga diharapkan dapat menghasilkan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka perbandingan data empiris dan hipotesis dari variabel kecenderungan perilaku delinkuen, keharmonisan keluarga dan konsep diri dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini (dalam lampiran halaman 118).
63
Variabel Kenakalan Remaja Keharmonisan Keluarga Konsep Diri
Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian Hipotetik Empirik SD Min Max Mean Min Max Mean 21 84 52,5 10,5 53 84 75,13
SD 6,175
25
100
62,5
12,5
56
100
78,04
8,666
21
72
46,5
9
38
72
55,22
5,839
Subjek penelitian akan digolongkan menjadi tiga kategori diagnosis yaitu: tinggi, sedang, rendah. Langkah yang harus ditempuh adalah membagi skor maksimum hipotetik menjadi tiga. Dengan rumus sebagai berikut: X < M – 1. SD M – 1. SD = X < M + 1. SD M + 1. SD = X
= Rendah = Sedang = Tinggi
Variabel kecenderungan kenakalan remaja memiliki rentang 61= X untuk kategori tinggi, 41 = X < 61 untuk kategori sedang, X < 41 untuk kategori rendah. Berdasarkan kategorisasi memperlihatkan bahwa kecederungan kenakalan remaja subjek adalah 96,15% rendah, 3,846% sedang dan 0% tinggi. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa secara umum kecenderungan kenakalan remaja termasuk kategori rendah. Dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Kategori Skor Variabel Kecenderungan Kenakalan Remaja Kategori Skor Jumlah Persentase Tinggi 61= X 0 0% Sedang 41 = X < 61 4 3,846% Rendah X < 41 100 96,15%
Variabel keharmonisan keluarga memiliki rentang 75 = X untuk kategori tinggi, 50 = X < 75 untuk kategori sedang, X< 50 untuk kategori rendah.
64
Berdasarkan kategorisasi memperlihatkan bahwa keharmonisan keluarga subjek adalah 65,38% tinggi, 34,62% sedang dan 0% rendah. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa secara umum keharmonisan keluarga termasuk kategori tinggi. Dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Tabel 12 Kategori SkorVariabel Keha rmonisan Keluarga Skor Jumlah Persentase 75 = X 68 65,38% 50 = X < 75 36 34,62% X < 50 0 0%
Variabel konsep diri memiliki rentang 57,5 = X untuk kategori tinggi, 32,5 = X < 57,5 untuk kategori sedang, X < 32,5 untuk kategori rendah. Berdasarkan kategorisasi memperlihatkan bahwa konsep diri subjek adalah 40,38% tinggi, 59,62% sedang dan 0% rendah. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa secara umum konsep diri termasuk kategori sedang. Dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Tabel 13 Kategori Skor Variabel Konsep Diri Skor Jumlah 57,5 = X 42 32,5 = X < 57,5 62 X < 32,5 0
Persentase 40,38% 59,62% 0%
Berdasarkan hasil kategorisasi-kategorisasi yang digambarkan di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan kenakalan remaja secara umum tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena subjek dalam penelitian ini merupakan sekolah yang cukup baik walaupun belum termasuk sekolah favorit.
65
Persepsi keharmonisan keluarga tergolong tinggi, Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari subjek penelitian berdasarkan sebaran frekuensi terdapat sekitar 65,38% atau sekitar 68 subjek yang memiliki persepsi yang baik terhadap keharmonisan keluarga, sedangkan konsep diri tergolong sedang. Hal ini karena pada usia 13-16 tahun, remaja baru pada tahap mencari jati diri sehingga konsep dirinya belum begitu jelas atau masih labil. Hal ini terbukti dari hasil sebaran frekuensi di atas di mana subjek yang tergolong tinggi konsep dirinya hanya sebesar 40,38 % atau sebanyak 42 orang dari 104 orang.
B. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil hipotesis menunjukan, keharmonisan keluarga dan konsep diri secara bersama-sama memberikan peran terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode stepwise terhadap data kecenderungan kenakalan remaja dengan persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri, diperoleh hasil koefisien korelasi F-reg = 30,600 p < 0,01 dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,377 atau 37,7%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ada peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja, dengan sumbangan efektif masing- masing prediktor yaitu konsep diri memiliki peran 30,5% sedangkan keharmonisan keluarga yaitu 7,2%. Dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini (dalam lampiran halaman 119).
66
Variabel 1 Kenakalan remaja Konsep diri 2 Kenakalan remaja Konsep diri Keharmonisan keluarga
Tabel 14 Hasil Analisis Regresi Sig R² F .305
.377
44.715
30.600
Standardized Coefficients (ß)
.000
.552 (t =6.687)
.001
.354 (t =3.630) .334 (t= 3.430)
Berdasarkan hasil tambahan Uji T-test terhadap kenakalan remaja antara laki- laki dan perempuan, diperoleh p= 0,300 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kenakalan remaja antara laki- laki dan perempuan.
C. Pembahasan Hasil analisis regresi menunjukan, keharmonisan keluarga dan konsep diri secara bersama-sama memberikan peran terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode stepwise terhadap data kecenderungan kenakalan remaja dengan persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri, diperoleh hasil koefisien korelasi F-reg = 30,600 p < 0,01 dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,377 atau 37,7 %. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ada peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja, dengan sumbangan efektif sebesar 37,7 %. Sumbangan efektif masing- masing prediktor yaitu konsep diri memiliki peran 30,5% sedangkan keharmonisan keluarga yaitu 7,2 %.