BAB IV ANALISIS DATA
Ideologi politik Jokowi sebagai presiden RI ke-7 terlihat dari visi misi yang diterapkan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Media massa berperan dalam penggambaran pencitraan jokowi yang berpengaruh terhadap kritik masyarakat. Media televisi membahas tentang visi misi Jokowi sebagai presiden RI menjelang masa pemilihan presiden (pilpres) tanggal 9 Juli 2014. Program talkshow bertemakan hukum dan politik mengkritisi ideologi politik Jokowi secara mendalam. Isi acara program talkshow selalu menghadirkan sisi pro dan kontra dalam membahas suatu isu publik. Narasumber terkait dihadirkan dalam memberikan pernyataan mengenai Jokowi. Program talkshow yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian yaitu Mata Najwa (Metro TV), Indonesia Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV). Metode framing digunakan untuk melihat cara media bercerita terhadap suatu peristiwa. Proses media menjelaskan tentang suatu peristiwa terkait pada cara pandang media dari suatu konstruksi realitas. Analisis Framing merupakan analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas serta membingkai pemberitaan dalam media. Pusat perhatian analisis framing terletak pada pembentukan pesan dari teks. Framing terkait pada cara wartawan melihat suatu peristiwa kemudian menyajikannya kepada khalayak. Perbedaan pembingkaian berita dalam media terkait pada 2 konsep yaitu pemaknaan peristiwa terkait pada bagian yang diliput atau dihapus serta penulisan fakta terkait pada pembentukan kalimat. Analisis framing Robert N. Entman digunakan dalam menganalisis pesan yang disampaikan dalam program talkshow. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menulis suatu isu berita. Dimensi yang terkait dalam framing yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek (Entman dalam Eriyanto 2002 : 222). 1
Seleksi Isu berkaitan dengan pemilihan fakta yang melihat cara media menggambarkan suatu peristiwa. Proses pemilihan fakta dapat berupa penonjolan yang berpengaruh pada penghilangan beberapa fakta dalam realitas. Penyeleksian isu tidak hanya terkait dalam tindakan praktisi jurnalistik melainkan pada politik media. Penonjolan aspek dari suatu isu terkait pada penulisan fakta. Proses penulisan suatu pemberitaan dilihat melalui pemakaian bahasa serta penggunaan kata yang dapat mempengaruhi khalayak. Penulisan pesan membatasi khalayak untuk memikirkan perspektif lain melainkan mengarahkan logika dalam memahami suatu peristiwa. Pembingkaian berita dilihat dari pesan yang disampaikan dalam mengarahkan pikiran khalayak agar terbentuk sama dengan pemikiran wartawan. Dimensi framing merujuk pada konsepsi pemikiran yaitu pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana berita untuk menekankan kerangka berpikir yang digunakan oleh wartawan. Paradigma Entman dalam konsep framing terkait pada 4 hal yaitu : -
Pendefinisian Masalah (Define Problems) : Cara wartawan memahami suatu peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa yang sama
dapat
dipahami
secara
berbeda
sehingga
pembingkaian
dapat
mempengaruhi pembentukan realitas. -
Sumber Masalah (Diagnose Causes) : Membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab masalah yang dimaksud dapat berupa apa (what) atau siapa (who).
-
Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) : Membenarkan /memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang telah dibuat. Wartawan harus memberikan argumentasi yang kuat dalam menentukan pendefinisian serta penyebab masalah terhadap suatu peristiwa.
-
Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) : Penilaian wartawan dalam menentukan penyelesaian masalah. Langkah yang diambil tergantung pada cara media melihat suatu peristiwa serta menentukan siapa penyebab masalah. 2
Konsepsi Framing memiliki tujuan untuk menggiring persepsi khalayak agar sama dengan wartawan. Pembingkaian program acara terlihat dari pemilihan tema yang merujuk pada penentuan judul, kemudian mengurangi dan melebihkan beberapa fakta yang terkait. Suatu program talkshow mendominasi pesan melalui nara sumber yang memiliki pemikiran sama dengan wartawan. Media televisi berperan dalam pemberitaan Jokowi sebagai presiden RI. Wartawan dari masing – masing media televisi memiliki cara berbeda dalam menggiring persepsi khalayak. Program talkshow seperti Mata Najwa (Metro TV), Indonesian Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV) memiliki pembahasan yang berbeda mengenai Jokowi. Pesan pada program talkshow tersebut dibingkai sesuai dengan persepsi masing – masing wartawan melalui narasumber yang terkait.
4.1 Program Talkshow Mata Najwa (METRO TV)
4.1.1 Gambaran video
Gambar 4.1
Mata Najwa merupakan program talkshow bertemakan hukum dan politik yang disiarkan melalui stasiun televisi Metro TV. Program yang dipandu oleh jurnalis Najwa Shibab mengungkap pencitraan politik Jokowi melalui visi misi yang dilontarkan pada masa menjadi kandidat calon presiden RI ke-7. 3
Episode tayangan acara mata najwa tanggal 28 Mei 2014 dengan topik “Siapkah Jokowi” menghadirkan beberapa narasumber yang tergabung dalam partai politik sebagai pihak pro dan kontra terhadap visi misi
Jokowi.
Narasumber yang hadir yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud, Maruarar Sirait, Fadli Zon, Adian Napitupulu, serta Ahmad Yani. - Segmen 1 & 2 : Anies Baswedan dengan Mohammad Mahfud
Gambar 4.2
Anies Baswedan mengatakan selama 15 tahun setelah masa reformasi negara Indonesia membutuhkan kebaruan dalam model kepemimpinan. Faktor visi Jokowi mempengaruhi ekspresi ideologis sebagai calon presiden dalam merubah permasalahan negara seperti dari segi kesehatan, pangan, pendidikan serta infrastruktur. Jokowi dipandang sebagai calon pemimpin yang melakukan pekerjaan secara nyata memiliki latar belakang serta track record pemerintahan yang baik.
4
Gambar 4.3
Mohammad Mahfud mengungkapkan bahwa Jokowi dalam melakukan pidato sebagai calon presiden tidak pernah menyampaikan tentang visi yang telah diterapkan. Implementasi kebijakan tidak dapat terlihat dalam mengontrol masa depan bangsa Indonesia secara terencana. Retorika atau pandangan kinerja Jokowi selama masuk dalam dunia pemerintahan disegani oleh masyarakat akan tetapi substansi retorika yang dijalankan tidak terlihat.
-
Segmen 3 : Maruarar Sirait dengan Fadli Zon
Gambar 4.4
Maruarar Sirait sebagai ketua umum DPP Partai PDI-Perjuangan (Partai demokrasi Indonesia) memberikan penilaian terhadap Jokowi sebagai orang yang 5
sederhana, merakyat, serta tegas. Sifat merakyat diartikan dengan tindakan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta turut andil dalam menanggapi permasalahan yang sedang terjadi dan berada ditengah masyarakat. Isu negatif terhadap Jokowi sebagai capres boneka dan tunduk pada kekuatan asing ditanggapi sebagai perihal yang harus dilihat oleh masyarakat secara tindakan yang akan dilakukan yaitu menolak bantuan dari negara asing apabila mendapat persyaratan. Kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta cukup terlihat dengan beberapa tindakan yang telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat kemacetan berkurang, dsb.
Gambar 4.5
Fadli Zon sebagai wakil ketua umum Partai Gerindra berpendapat Indonesia harus memiliki pemimpin yang sifatnya tidak ambisius artinya Jokowi harus menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta baru menjadi calon presiden. Visi yang dipakai oleh Jokowi dianggap bukan hasil pemikiran sendiri melainkan hanya sekedar statement.
6
-
Segmen 4 : Adian Napitupulu dengan Ahmad Yani
Gambar 4.6 Adian Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – Perjuangan (Partai demokrasi Indonesia) menyatakan Jokowi merupakan sosok pemimpin yang berpikir besar dan bertindak besar. Visi misi yang telah dibuat tidak disampaikan secara detail karena menginginkan masyarakat melihat tindakan yang akan dilakukan bukan semata – mata hanya pembicaraan.
Gambar 4.7
Ahmad Yani sebagai perwakilan politikus partai PPP (Partai Persatuan Pembangunan) memberikan pendapat bahwa Jokowi belum menepati janji yang 7
diberikan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Negara Indonesia tidak cukup dipimpin oleh seorang pemimpin dengan pedoman pencitraan.
4.1.2 Analisa Framing Metro TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia yang tergabung dalam perusahaan Media Group. Surya Paloh sebagai pemilik media Metro TV turut andil dalam dunia politik. Partai NasDem ( Nasional Demokrat) mengangkat Surya Paloh sebagai ketua umum. Masa menjelang pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 partai PDI-P melakukan koalisi dengan partai NasDem untuk mengangkat Jokowi sebagai calon presiden RI. Mata Najwa merupakan program talkshow dari stasiun televisi Metro TV membahas tentang ideologi politik Jokowi. Tayangan pada tanggal 28 Mei 2014 memberikan tema “Siapkah Jokowi?” memberitakan tentang visi & misi ,rekam jejak serta kehidupan politik Jokowi semasa tergabung dalam dunia pemerintahan. Seleksi isu yang dilakukan bersifat positif yaitu mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Program talkshow menghadirkan narasumber yang bersifat pro dan kontra. Mata Najwa menghadirkan narasumber yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud, Maruarar Sirait, FadliZon, Adrian Napitupulu, serta Ahmad Yani. Peletakan narasumber pada setiap segmen acara telah diatur dimana pihak pro lebih kuat dibandingkan pihak kontra agar dapat mempengaruhi khalayak. Segmen 1 & 2 menghadirkan Anies Baswedan sebagai juru bicara tim kemenangan Jokowi – Jusuf Kalla dengan Mohammad Mahfud perwakilan dari
partai PPP (Partai Perserikatan Pembangunan). Latar
belakang Mohammad Mahfud sebagai tokoh yang gagal menjadi calon wakil presiden pendamping Jokowi dihadirkan sebagai pihak kontra. Pesan negatif yang disampaikan tidak dapat mempengaruhi perspektif khalayak. Segmen 3 menghadirkan Maruarar Sirait sebagai ketua DPP partai PDI-P dengan Fadli Zon sebagai Wakil Ketua Umum partai Gerindra. Perdebatan tanggapan 8
dapat dimenangkan oleh pihak pro sehingga khalayak tetap memiliki pandangan positif terhadap Jokowi. Segmen 4 menghadirkan Adrian Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – P dengan Ahmad Yani sebagai perwakilan politikus partai PPP. Pandangan khalayak secara negatif tidak dapat mempengaruhi perubahan perspektif. Program Mata Najwa memberikan gambaran mengenai ideologi politik yang dianut oleh Jokowi yaitu sosialisme. Visi & misi sebagai presiden RI mengutamakan pemerataan sistem pendidikan, pangan serta kesehatan dalam masyarakat. Sistem ideologi politik secara sosialisme mengutamakan kebersamaan dimana setiap individu harus berusaha untuk mendapatkan layanan masyarakat secara bersamaan. Analisa framing pesan dari program Mata Najwa menurut Robert E.Entman sebagai berikut :
Tabel 4.1 Identifikasi Masalah
Ideologi politik Jokowi yang diterapkan menjadi calon presiden RI
Sumber Masalah
Jokowi
Membuat Keputusan Moral
Jokowi merupakan calon pemimpin yang berpikir dan bertindak besar
Menekankan Penyelesaian
Jokowi layak menjadi presiden RI terkait visi & misi , rekam jejak serta track record dalam dunia pemerintahan yang cukup baik.
9
a. Identifikasi Masalah (Define Problems) : Program Mata Najwa mengambil topik “Siapkah Jokowi?” membahas tentang ideologi politik Jokowi sebagai calon presiden RI. Pembukaan pesan dari host Najwa Shibab menjelaskan mengenai topik yang akan dibahas. “Indonesia akan segera menentukan siapakah yang akan duduk dibangku kekuasaan, calon kandidat tak mungkin sempurna maka membedah kandidat menjadi hal mutlak agar kesalahan dapat dielak. Calon pemimpin bangsa harus ditelaah dan diperiksa dari janji yang telah diberikan. Saya Najwa Shibab inilah Mata Najwa, Siapkah Jokowi?” Topik program talkshow Mata Najwa akan membahas Jokowi dari sisi positif. Pesan pembuka memberikan gambaran mengenai ideologi politik Jokowi terkait visi & misi serta rekam jejak yang akan ditelaah secara mendalam. Persepsi wartawan menggiring khalayak untuk memiliki penilaian secara positif terhadap Jokowi. b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) : Jokowi dalam program Mata Najwa digambarkan sebagai calon pemimpin yang pantas untuk negara Indonesia. Anies Baswedan sebagai nara sumber mengatakan “Saya lihat memang, Indonesia saat ini sesudah 15 tahun masa reformasi membutuhkan kebaruan, karena sudah banyak orang dalam 15 tahun itu berada dalam pemerintahan, dalam pimpinan partai politik, dalam suasana dimana rakyat membutuhkan perubahan, tetapi justru yang muncul malahan orang – orang lama atau mereka yang sudah dalam kekuasaan 15 tahun. Pasangan Jokowi – Jusuf Kalla memiliki terobosan serta pendekatan – pendekatan baru dalam mengenai permasalahan negara. Saya rasa Pak Jokowi pantas sebagai calon pemimpin negara.”
10
c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) : Jokowi dianggap sebagai calon pemimpin yang berpikir dan bertindak besar. Adian Napitupulu mengatakan “Tindakan adalah sebuah manifestasi dari pikiran, ada perbedaan antara berpikir besar, bertindak besar, dan bicara besar. Menurut saya Jokowi berpikir besar dan bertindak besar yang lain bicaranya saja yang besar, tindakannya kita belum tahu. Contohnya di kota Solo, Jokowi menang pada pemilihan pertama, pada pemilihan kedua hampir 90 % rakyat Solo memilih kembali, artinya rakyat melihat hasil karyanya.” Maruarar Sirait mengatakan “Pemimpin itu berproses. Pak Jokowi memiliki proses bagaiman ia menjadi Walikota Solo di melakukan pelayanan publik. Bagaimana pelayanan publik yang ia sajikan, bagaimana orang dapat menikmati pelayanan kesehatan, bagaimana orang dapat membuat KTP dengan cepat, bagaimana Solo dapat diakui bukan oleh warga kota Solo saja melainkan oleh warga Indonesia dan internasional, begitu banyak tanggapan masyarakat sehingga ia menjadi Walikota terbaik di dunia. Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga banyak tindakan perbaikan yang telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat kemacetan berkurang, dsb.” Anies Baswedan mengatakan “Permasalahan negara seperti dari segi pangan, pendidikan, kesehatan serta infrastruktur dapat ditangani dengan pendekatan – pendekatan baru dalam menangani perubahan. Pendekatan yang berbeda merupakan faktor visi dan misi dari calon pemimpin negara. Orang – orang mungkin ada yang mengkritik tindakan pendekatannya, akan tetapi menurut saya ini justru penting dalam melakukan perubahan. Tanggapan narasumber menggambarkan tentang permasalahan Jokowi secara positif. Sifat negatif dari narasumber bersifat kontra 11
tidak terlalu ditonjolkan melainkan dapat ditanggapi lebih kuat oleh narasumber bersifat pro. Wartawan membuat keputusan moral secara positif dalam menggiring persepsi khalayak terhadap ideologi politik Jokowi.
d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) : Penyelesaian masalah dalam program Mata Najwa menggambarkan Jokowi dapat menjadi calon pemimpin negara RI. Pendapat Anies Baswedan sebagai narasumber menjelaskan track record yang diraih Jokowi dalam dunia pemerintahan dapat meningkatkan elektibilitas dalam masyarakat. “Track record yang telah diraih Jokowi bagus karena pendekatan berbeda yang dilakukan dalam masyarakat, sehingga partai menunjuk Jokowi sebagai calon presiden RI. faktor visi dan misi yang merupakan hasil kolektif pemikiran bersama partai sehingga tidak terlalu ditonjolkan dalam kampanye karena bukan semata – mata hanya pembicaraan melainkan mengajak rakyat untuk melihat tindakan.” Program Mata Najwa dari stasiun televisi Metro TV membingkai permasalahan mengenai ideologi politik Jokowi secara positif. Politikus yang memiliki perbedaan pandangan mengenai Jokowi sebagai calon presiden RI ditampilkan dengan posisi argumen yang kurang kuat. Wartawan ingin menggiring persepsi khalayak untuk mendukung Jokowi menjadi presiden RI. Pesan – pesan yang menunjukkan kesalahan tindakan Jokowi dalam dunia pemerintahan di netralisir menjadi baik agar dapat mempengaruhi pandangan masyarakat.
12
4.2 Program Talkshow Indonesia Lawyer Club (TV One)
4.2.1 Gambaran video
Gambar 4.8
Indonesia Lawyer Club (ILC) merupakan program talkshow dari stasiun televisi swasta TV One dipandu oleh jurnalis Karni Ilyas. Episode tayangan tanggal 20 mei 2014 mengambil topik “Sudden Death : Jokowi” yang membahas tentang rekam jejak serta visi & misi Jokowi sebagai calon presiden RI ke-7. Narasumber yang hadir yaitu Aria Bima, Fadli Zon, Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta Prof. Tjipta Lesmana. -
Segmen 1 : Aria Bima dengan Fadli Zon
Gambar 4.9 13
Aria Bima sebagai ketua DPP Partai PDI- P (Partai demokrasi Indonesia) menyatakan Jokowi sebagai figur yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia terlihat dari kesungguhan dalam bekerja terkait track record yang dicapai selama menjabat sebagai pemerintah sehingga memiliki tingkat popularitas
dan
elektibilitas
yang
cukup
tinggi.
Indonesia
tidak
membutuhkan sosok pemimpin yang pandai dalam berpidato melainkan cepat dalam mengambil keputusan. Persoalan bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke dapat diselesaikan oleh ideologi dari sosok pemimpin didalam kekuasaan. Partai PDI –P pernah menang dalam pemilu 1999, setelah 10 tahun partai mempelajari dari sikap kritis masyarakat tentang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sehingga partai melihat Jokowi sebagai calon pemimpin yang pantas untuk bangsa Indonesia.
Gambar 4.10
FadliZon sebagai wakil ketua umum partai Gerindra memberikan pendapat bangsa Indonesia membutuhkan sosok presiden yang berasal dari pemimpin partai bukan petugas partai. Menurut pandangan Fadli Zon, Petugas partai seperti Jokowi dianggap tidak dapat menjalankan dengan baik visi misi yang telah dibangun bersama partai dalam menyelesaikan 14
permasalahan bangsa Indonesia. Sosok Soekarno sebagai presiden RI ke-1 dianggap sebagai pemimpin nasional dan internasional karena memiliki pengalaman dalam hubungan internasional yang baik. Elektibilitas Jokowi dikenal cukup tinggi dalam masyarakat akan tetapi tidak memiliki pengalaman dalam menjalin hubungan internasional sehingga berpengaruh terhadap masa depan bangsa Indonesia di bidang ekonomi, politik, budaya, dsb. - Segmen 2 : Tjahyo Kumolo Host memberikan pertanyaan terhadap Tjahyo Kumolo terkait masa pemerintahan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta yang hanya berlangsung selama 1,5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota Jakarta belum terlihat akan tetapi sudah mencalonkan diri sebagai presiden. Perihal ini dapat mempengaruhi prestasi dalam pemerintahan yang dilakukan oleh Jokowi.
Gambar 4.11 Tjahyo Kumolo sebagai Sekjen Partai PDI – P menjelaskan proses seseorang menjadi kepala daerah serta presiden telah diatur oleh Undang – Undang yang berlaku. Jokowi selama menjabat sebagai gubernur DKI 15
Jakarta selama 1,5 tahun telah melakukan pembenahan terhadap kota Jakarta seperti penanganan terhadap banjir, transportasi, perumahan kumuh, dsb. Partai PDI – P menunjuk Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden dilihat dari kritik masyarakat yang didapat terkait track record selama menjabat sebagai pemerintah. Pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat adalah orang yang cepat dalam mengambil keputusan serta melakukan tindakan. Jokowi tetap dapat melakukan perkembangan terhadap kemajuan kota Jakarta meskipun nantinya menjabat sebagai presiden RI ke-7.
-
Segmen 3 : Effendi Gazali dengan Tjahyo Kumolo
Gambar 4.12
Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik memberikan pernyataan Jokowi dianggap sebagai petugas partai serta adanya isu dimasyarakat mengenai “capres boneka”. Isu tersebut dapat mempengaruhi kinerja Jokowi jika menjabat sebagai presiden RI. Tjahyo Kumolo memberikan tanggapan Jokowi sebagai petugas partai dianggap sebagai kader terbaik dalam partai sehingga diusung sebagai calon presiden RI. Isu mengenai “capres boneka” dapat dianggap hanya sebagai isu belaka karena Jokowi jika terpilih menjadi presiden RI tidak akan 16
menerima bantuan dari pihak luar negeri dengan persyaratan tertentu. Pihak partai PDI – P menganjurkan untuk Jokowi melakukan konsultasi dengan ketua umum dalam menjalankan tugas. -
Segmen 4 : Prof. Tjipta Lesmana dengan Aria Bima
Gambar 4.13
Prof. Tjipta Lesmana merupakan pakar komunikasi politik memberikan pendapat dalam susunan visi & misi Jokowi sebagai presiden RI akan menjalankan sistem program trisakti yang menyangkut ekonomi, politik serta kebudayaan. Pada jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri tahun 2001 – 2004 visi & misi mengenai trisakti tidak dijalankan sehingga BUMN negara Indonesia dijual kepada pihak luar negeri. Aria Bima menanggapi konsep trisakti yang tertera dalam visi & misi Jokowi merupakan pembaruan bukan turunan dari masa kepemimpinan Ibu Megawati. Pada jaman pemerintahan Ibu Megawati aset BUMN negara dijual kepada pihak luar negeri karena tidak adanya pertanggung jawaban kerusakan BUMN oleh pemerintah sebelumnya.
17
4.2.2 Analisa Framing Aburizal Bakrie merupakan ketua umum partai GOLKAR (Golongan Karya) serta pemilik media televisi TV One. Pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 partai GOLKAR memperoleh suara yang cukup signifikan untuk maju dalam pemilihan presiden. Ketetapan negara mengusung partai Gerindra dengan partai PDI – P sebagai partai yang memperoleh suara terbanyak untuk maju dalam pemilihan presiden. Partai PDI – P mengajak koalisi partai dengan partai GOLKAR akan tetapi tidak berhasil. Indonesia Lawyer Club (ILC) adalah program talkshow bertemakan hukum dan politik dari stasiun televisi TV One. Tayangan pada tanggal 20 Mei 2014 memberikan tema “Sudden Death Jokowi”. Program ILC membahas tentang isu – isu negatif terhadap Jokowi sebagai calon presiden RI. Narasumber yang dihadirkan yaitu Aria Bima, Fadli Zon, Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta Prof. Tjipta Lesmana. Program acara mengatur narasumber yang dihadirkan dimana posisi pihak kontra lebih kuat dibandingkan pihak pro. Aria Bima sebagai ketua DPP dengan Tjahyo Kumolo sebagai Sekjen partai PDI – P hadir sebagai pihak pro terhadap Jokowi. Narasumber pihak kontra diwaliki oleh Fadli Zon sebagai wakil ketua umum partai Gerindra, Effendi Gazali dan Prof. Tjipta Lesmana sebagai pakar komunikasi politik. Peletakan narasumber dinilai tidak seimbang karena pakar komunikasi politik adalah orang yang tidak tergabung dalam suatu partai politik seharusnya bersikap netral. Pesan yang disampaikan dalam acara ILC memberikan perspektif negatif terhadap khalayak. Jokowi yang posisinya sebagai anggota partai tidak pantas dicalonkan sebagai presiden RI. Tingkat elektibilitas serta popularitas tinggi dalam masyarakat terkait track record tidak dapat dijadikan jaminan karena pemimpin
negara
RI
harus
memiliki
pengalaman
dalam
hubungan
internasional. 18
Program ILC memberikan gambaran ideologi politik Jokowi menganut sistem demokrasi. Pemerintahan selama jaman ibu Megawati Soekarnoputri tahun 2001-2004 menganut sistem ideologi demokrasi sehingga Jokowi yang tergabung dalam 1 partai PDI-P mengikuti sistem ideologi politik dari pemerintahan sebelumnya. Analisis pesan framing pada program ILC menurut Robert E.Entman sebagai berikut : Tabel 4.2 Identifikasi Masalah
Anggota partai tidak dapat dicalonkan sebagai presiden RI.
Sumber Masalah
Jokowi
Membuat Keputusan Moral
Isu “capres boneka” dapat menggambarkan Jokowi tidak dapat berjalan sendiri.
Menekankan Penyelesaian
Visi & misi Jokowi mengenai trisakti sama dengan
jaman
pemerintahan
Megawati
Soekarnoputri akan tetapi tidak dijalankan dengan benar.
a. Identifikasi Masalah (Define Problems) : Program ILC mengambil topik “Sudden Death Jokowi” membahas tentang sisi negatif terhadap Jokowi. Calon presiden RI tidak dapat diambil dari anggota partai. Visi & misi yang telah dibangun oleh partai dapat menyelesaikan permasalahan dalam negara sehingga ketua umum dianggap lebih baik menjadi pemimpin. Fadli Zon mengatakan “Calon pemimpin yang baik harus berasal dari pemimpin partai bukan petugas partai. Visi dan misi yang dibangun sebagai calon presiden dibangun kolektif bersama partai dalam menangani masalah – masalah yang ada. Jika hanya petugas 19
partai yang menjadi pemimpin mana bisa menjalankan visi dan misi dengan baik? sedangkan apabila pemimpin partai yang menjadi presiden jelas bisa karena dia yang menyetujui keputusan visi apa yang akan dibentuk. Sehingga lebih cepat dalam mengambil keputusan dalam persoalan.” Effendi Gazali mengatakan “Saya setuju dengan pendapat mas Fadli Zon, apabila calon presiden berasal dari petugas partai apakah dapat mengambil keputusan secara sendiri? Jika harus laporan dengan Ibu Mega sebagai ketua umum dalam mengambil keputusan apakah tidak mempengaruhi kinerja sebagai presiden RI?” b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) : Pencitraan Jokowi dibingkai secara negatif oleh program acara ILC. Jokowi dianggap belum dapat mencalonkan diri sebagai presiden RI. Masa jabatan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta hanya dijalankan selama 1,5 tahun. Partai PDI – P menunjuk Jokowi sebagai calon presiden RI yang berasal dari petugas partai yang merupakan kader terbaik bukan pimpinan partai. Karni Ilyas mengatakan “Jokowi itu terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta hanya menjalakan masa jabatan selama 1,5 tahun padahal periodenya selama 5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota Jakarta juga belum terlihat, tapi partai langsung mengusung saja menjadi calon presiden. Jika terpilih menjadi presiden apakah dapat menangani permasalahan negara?” c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) : Pengambilan keputusan moral menyangkut isu “capres boneka” terhadap Jokowi. Prinsip dalam mengambil keputusan yang diambil oleh Jokowi harus melalui ketua umum partai PDI – P sementara menjabat sebagai presiden RI harus cepat dalam mengambil keputusan sendiri. Jokowi dianggap besandar pada pihak asing dalam 20
menyelesaikan permasalahan dalam negara selama menjabat sebagai presiden RI. Effendi Gazali mengatakan “ Isu capres boneka terhadap Jokowi sudah menyebar di kalangan masyarakat. Jika dalam mengambil keputusan Jokowi tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus melalui Ibu Mega, ini bisa jadi masalah dalam masyarakat karena gak bisa tegas dalam mengambil keputusan. Memangnya yang mau jadi presiden Jokowi atau Ibu Mega? Lain hal lagi dalam misi Jokowi akan menerima bantuan negara asing dalam menyelesaikan masalah negara, ini artinya bersandar pada kekuatan asing. Bagaimana pihak perwakilan Jokowi menanggapinya?” d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) : Penyelesaian masalah dalam program ILC menggambarkan Jokowi ditunjuk sebagai presiden RI oleh partai PDI – P yang merupakan kader terbaik dari partai. Visi & misi trisakti yang diterapkan oleh Jokowi sama dengan jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2001 – 2004 program trisakti tidak dijalankan dengan benar. BUMN negara dijual kepada pihak asing sehingga menambah permasalahan dalam negara. Prof. Tjipta Lesmana mengatakan “ Visi yang dibangun Jokowi menerapkan program trisakti yang menyakut ekonomi, politik, sama budaya. Pada masa pemerintahan Ibu Mega tahun 2001- 2004 sama seperti ini juga, akan tetapi program ini sama sekali tidak dijalankan , malahan BUMN negara dijual ke pihak asing secara tidak jelas. Jika Jokowi terpilih menjadi presiden RI akankah melakukan hal yang sama ?” Program Indonesian Lawyer Club (ILC) dari stasiun televisi TV One membingkai Jokowi yang merupakan anggota kader terbaik partai tidak layak sebagai calon presiden RI. Pihak pendukung Jokowi kurang ditonjolkan dalam 21
memberikan argumen. Wartawan menggiring persepsi masyarakat agar tidak mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Pesan – pesan yang diberikan mengenai kesalahan Jokowi dalam dunia pemerintahan dijadikan topik pembahasan yang penyelesaiannya berupa argumen negatif.
4.3 Program Talkshow AIMAN (Kompas TV)
4.3.1 Gambaran video
Gambar 4.14 Program Talkshow AIMAN dari stasiun televisi swasta Kompas TV membahas mengenai peristiwa, sosok dan humanis. Program AIMAN dipandu oleh jurnalis Aiman Witjaksono. Sisi lain Jokowi sebagai calon presiden RI ke-7 ditelaah melalui segi politik, ekonomi, serta citra penampilan. Nara sumber yang dihadirkan yaitu
22
- Segmen 1 : Profile Joko Widodo dalam berpolitik
Gambar 4.15 Kehidupan berpolitik Joko Widodo dikenal ketika menjabat menjadi Walikota
Surakarta
selama
2
periode.
Kemajuan
kota
Surakarta
menggiringnya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jabatan menjadi Gubernur DKI Jakarta belum usai akan tetapi Jokowi diusung oleh Partai PDI-P menjadi calon presiden RI. Perolehan suara partai PDI – P pada masa pemilihan legislatif tidak mencapai angka 25 % sehingga partai PDI – P harus melakukan koalisi dengan partai lain agar masuk dalam pemilihan presiden. Koalisi partai mengusung Jokowi – Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden RI ke-7. - Segmen 2 : Musa Widyatmodjo
Gambar 4.16
23
Citra pribadi Jokowi sebagai calon presiden RI dapat dilihat dari segi penampilannya. Musa Widyatmodjo sebagai seorang pakar fashion menilai Jokowi dikenal dengan sosok “kerempeng”. Sosok orang kurus dinilai melalui segi psikologis secara tidak langsung merupakan sosok orang yang kurang kuat dalam mengangkat beban masalah dalam negara Indonesia. Pakaian kemeja putih polos yang sering dikenakan oleh Jokowi dapat dilihat sebagai warna kepribadian yang melambangkan bersih , suci, dsb. Calon pemimpin negara Indonesia sebaiknya menggunakan pakaian yang berasal dari budaya Indonesia seperti batik. Pakaian yang selayaknya digunakan oleh Jokowi dapat dilihat dari 3 kegiatan yang dilakukan, misalnya : -
Blusukan : kemeja lengan pendek, celana panjang, sepatu olahraga
-
Rapat menteri : kemeja batik / bernuansa tekstil hasil budaya Indonesia
-
Balai Kota : dalam satu hari menggunakan kostum budaya kota tersebut
Pakaian dapat memberikan aspek komunikasi bagi penilaian masyarakat terhadap kepribadian Jokowi sebagai presiden RI. - Segmen 3 : Hendri Saparini
Gambar 4.17
24
Hendri Saparini sebagai pakar ekonomi mengungkapkan Jokowi pernah memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan APBD selama menjabat sebagai Walikota Solo serta Gubernur DKI Jakarta. APBN negara Indonesia sebanyak 2000 Triliun Rupiah akan dapat berkembang dengan baik jika Jokowi menjabat sebagai presiden memiliki catatan – catatan penting dalam pengalokasian dana APBN. Partai PDI – P memiliki konsep tentang ekonomi kerakyatan yang telah diterapkan oleh Jokowi selama bergabung dalam dunia pemerintahan seperti pemenuhan pelayanan dasar dalam bidang kesehatan serta bidang usaha kecil menengah.
Kebijakan publik dalam
pengelolaan dana logistik negara dapat dilakukan dengan baik oleh Jokowi apabila menjabat sebagai presiden RI. - Segmen 4 : Effendi Gazali
Gambar 4.18 Effendi Gazali menyikapi tentang isu “capres boneka” yang berkaitan dengan Jokowi. Menurut pengamatannya sebagai pakar komunikasi politik isu tersebut bersifat negatif yang menghasilkan 3 asumsi yaitu : -
Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak akurat
-
Janji yang disampaikan tidak ada hubungan dengan kemampuan memerintah
-
Memprediksi suatu pesan yang tidak ada dasarnya 25
Kampanye yang dilakukan oleh Jokowi tidak dapat berjalan sendiri melainkan diatur oleh Ibu Megawati sehingga dapat menimbulkan keraguan bagi masyarakat ketika memimpin negara Indonesia ke depannya. Media juga memproteksi Jokowi secara berlebihan artinya media tidak melaporkan semua berita secara terbuka jadi ada beberapa fakta yang telah ditutupi. Perilaku media tersebut dapat mempengaruhi sikap masyarakat menjadi “silence majority”. 4.3.2 Analisa framing Kompas TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia dimiliki oleh Kompas Gramedia. Pihak pemilik media Kompas TV tidak tergabung dalam suatu partai politik sehingga bersifat netral terhadap pemberitaan ideologi politik Jokowi. AIMAN merupakan program talkshow yang mengemas secara ringan tentang ideologi politik Jokowi dalam dunia pemerintahan. Tayangan program AIMAN tanggal 30 Mei 2014 memberikan topik “Sisi Lain Jokowi” yang membahas tentang citra penampilan, ekonomi, serta kehidupan berpolitik. Narasumber yang dihadirkan tidak tergabung dalam suatu partai politik. Sisi pro dan kontra tetap terlihat namun argumen yang disampaikan tetap berada pada sisi netral. Narasumber yang dihadirkan yaitu Musa Widiatmojo sebagai pakar fashion, Hendri Saparini sebagai pakar ekonomi, serta Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik. Program AIMAN memberikan gambaran mengenai ideologi politik Jokowi yang akan dianut dengan sistem demokrasi dan sosialisme dimana kehidupan ekonomi dan politik yang akan dibangun berguna bagi kebersamaan rakyat serta keputusan yang diambil dalam menyelesaikan masalah berada di tangan rakyat bukan pemimpin. Analisa pesan framing program AIMAN menurut Robert E. Entman sebagai berikut :
26
Tabel 4.3 Identifikasi Masalah
Citra
penampilan
serta
kehidupan
ekonomi dan politik Sumber Masalah
Jokowi
Membuat Keputusan Moral
Media
terlalu
memproteksi
secara
berlebihan artinya tidak menyampaikan fakta secara terbuka. Menekankan Penyelesaian
Perilaku
media
dapat
menjadikan
masyarakat menjadi “silence majority”
a. Identifikasi Masalah (Define Problems) : Program AIMAN memberikan topik “Sisi Lain Jokowi” membahas tentang citra penampilan, kehidupan ekonomi dan politik. Tayangan mengambil posisi netral dengan membahas ideologi politik Jokowi secara ringan tidak menelusuri perihal yang serius. Aiman sebagai host memberikan penjelasan secara netral dalam membahas mengenai Jokowi “Perubahan selalu dinantikan agar ada hal baik yang dirasakan. Tahun ini menjadi penentu negara bisa menjadi lebih maju. Pemilihan umum menjadi proses memilih calon pemimpin untuk menuju negara Indonesia yang sejahtera. Kali ini AIMAN akan membahas bakal calon presiden yang belakangan ini kerap diusung untuk maju pada pemilihan presiden. Apa yang akan dikupas? Mulai dari kehidupan ekonomi dan politik, hingga citra penampilan. Saudara, simak AIMAN berikut ini.” b.
Sumber Masalah (Diagnose Causes) : Pencitraan Jokowi dibingkai secara netral oleh program acara AIMAN. Narasumber bersifat pro dan kontra akan tetapi tetap memberikan tanggapan secara netral. 27
Musa Widyatmojo mengatakan “Kalau saya melihat calon pemimpin itu harus bisa menjadi panutan selain itu dia juga harus meminggul masalah – masalah yang ada dalam negara. Jokowi dikenal sebagai sosok kerempeng tapi banteng, namun dari segi psikologisnya sosok kerempeng dinilai kurang bisa menopang masalah yang terlalu banyak dalam negara. Saya melihat dari sosok Jokowi yang selalu mengenakan kemeja putih melambangkan nuansa yang bersih, suci serta nuansa yang masih tenang, tetapi nuansa seperti itukan harus dibuktikan dengan perilakunya. Penampilan Jokowi
yang
selalu
mengenakan
kemeja
putih
juga
bisa
mempengaruhi pandangan masyarakat juga. Mungkin masyarakat juga bisa punya pemikiran mengapa Jokowi tidak menggunakan pakaian – pakaian dari kain tradisional bangsa Indonesia sementara budaya bernuansa batik termasuk kekayaan kita juga.” Hendri Saparini mengatakan “Background Jokowi yang sebagai pengusaha tentunya bisa mengatur kebijakan publik. Dana APBN negara yang berkisar 2000 triliun rupiah dapat berkembang dengan baik asalkan Jokowi memiliki catatan – catatan penting agar tidak terjadi kecurangan.” Effendi Gazali mengatakan “Secara pemahaman komunikasi politik yang saya lihat kampanye yang Jokowi lakukan merupakan kampanye capres boneka dimana Jokowi tidak dapat melakukan kampanye tanpa anjuran Ibu Megawati. Sisi kehidupan politik Jokowi dalam masyarakat memiliki elektibilitas yang tinggi terkait track record yang diraih akan tetapi jika Jokowi hanya mengikuti Ibu Mega tidak dapat berjalan sendiri ini dapat menjadi permasalahan dalam negara. Calon pemimpin harusnya dapat tegas dalam mengambil keputusan karena menjadi panutan dalam masyarakat.” 28
c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) : Kepurtusan moral dalam program AIMAN menggambarkan media lain terlalu memproteksi Jokowi secara berlebihan. Fakta mengenai Jokowi tidak disampaikan secara terbuka. Seleksi isu terjadi pada pemberitaan yang disiarkan oleh media lain. Media lain tidak dapat bersifat netral dari segi pemberitaan secara positif atau negatif. Effendi Gazali mengatakan “Media harusnya bersikap netral tidak perlu memproteksi Jokowi secara berlebihan sehingga pemberitaan yang ada tidak disampaikan secara terbuka.” d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) : Pengambilan keputusan terkait pada perilaku media yang tidak bersikap
netral
sehingga
menjadikan
masyarakat
menentukan
sikap”silence majority”. Pemberitaan media secara langsung dapat mempengaruhi persepektif khalayak. Pemberitaan yang dilakukan oleh media harus bersikap netral agar masyarakat dapat memiliki sikap kritis. Effendi Gazali mengatakan “Perilaku media yang seperti ini menyebabkan masyarakat memilih sikap silence majority artinya tidak dapat mengeluarkan pendapat karena berbagai pandangan yang diperoleh dari media menyebabkan khalayak bingung terhadap persepsinya sendiri.” Program AIMAN dari stasiun televisi Kompas TV menggambarkan sosok Jokowi secara netral terhadap pemberitaan yang didapat. Ideologi politik Jokowi dibahas secara berbeda dengan menelusuri kehidupan politik, ekonomi, serta citra penampilan sebagai calon presiden RI. Pesan – pesan yang mengandung sisi negatif dan positif disampaikan secara terbuka tidak terlalu diproteksi secara berlebihan seperti media lain.
29